PENDAHULUAN
1
Fases rutin :
Makroskopis : cair lebih banyak dari ampas darah (-), pus (-), lendir (-) ,
warna kekuningan
Leukosit feses : 1-2/ipb, eritrosit : bakteri (-), hyfa (-)
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Peraturan Tutorial :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat.
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama.
4. Izin bila ingin keluar ruangan.
3
2.2 Skenario A Blok XI
“ Ginting Merintih”
Ginting, laki laki , umur 2 tahun , dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan BAB cair. Sejak empat hari sebelum ke puskesmas, Ginting BAB
cair frekuensi 3-4 kali sehari, konsistensi air lebih banyak daripada ampas,
jumlah kira-kira ¼ gelas setiap kali BAB , warna kekuningan, tidak ada darah
dan lendir dalam fases. Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tinggi . ada
keluhan mual dan muntah frekuensi 1-2 kali sehari, jumlah kira-kira ¼ gelas
setiap kali muntah, isi apa yang dimakan dan diminum, muntah tidak
menyemprot. Ginting mulai tampak lesu tapi masih ingin minum. BAK
terakhir 4 jam yang lalu .
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang ,BB 11 kg, TB 84 cm
Tanda vital : kesadaran compos mentis , nadi 140x/ menit teratur, isi tegangan
kurang , RR 32x/m temp.36,4 c
Keadaan spesifik :
Kepala : ubun-ubun besar sudah menutup, kelopak mata cekung, air mata
tidak ada , mukosa mulut basah.
Thoraks : simetris, retraksi (-/-)
Jantung : BJ I dan II normal , bising jantung tidak ada
Paru : bunyi nafas vesikuler, (wheezing (-/-), ronki (-/-)
Abdomen : datar, lemas, bising usus meningkat , hepar dan lien tidak teraba,
cubitan kulit (turgor) kembali lambat
Ekstremitas : telapak tangan dan telapak kaki teraba hangat
Pemeriksaan laboratorium : HB 12,6 g/dl , jumlah WBC 6000/mm3 ,
differential count 0/1/2/4/45/48/4.
Fases rutin :
Makroskopis : cair lebih banyak dari ampas darah (-), pus (-), lendir (-) ,
warna kekuningan
Leukosit feses : 1-2/ipb, eritrosit : bakteri (-), hyfa (-)
4
2.3 Klarifikasi Istilah
1. BAB cair : Kandungan air tinja lebih banyak dari biasa nya
2. Mual : sensasi dari epigastirium di abdomen yang kecenderungan
untuk muntah
3. Muntah : makanan dan minuman
4. Retraksi : tindakan tarik menarik kembali
5. Feses : kotoran atau hasil buangan yang dikeluarkan dari alat
pencernaan ke luar tubuh melalu anus
6. Bising Usus : Suara dari abdomen karena kontraksi muskular dari
gerakan peristaltik
7. Turgor : Keadaan menjadi turgit (Membengkak dan terngosti ) sensasi
penuh yang normal
8. Hifa : Rantai sel yang membentuk berupa benang yang merupakan
kesatuan dasar penyusun tubuh jamur
9. Pus : cairan kaya protein hasil proses peradangan yang mengandung
leukosit debris selular dan cairan encer
5
A.Mulut
6
Oesophagus merupakan sebuah tabung otot yang dapat kolaps,
panjang sekitar 10 inci (25cm), yang menghubungkan pharynx dengan
gaster. Sebagian besar oesophagus terletak di dalam thoraks,
oesophagus masuk ke abdomen melalui lubang yang terdapat pada
crus dextrum diaphragma, setelah berjalan setengah inci, oesophagus
masuk ke lambung di sebelah kanan garis tengah. Di anterior
oesophagus berhubungan dengan facies posterior lobus hepatis sinistra
dan di posterior dengan crus sinistrum diaphragma
Pendarahan
7
9 regio rongga abdomen digunakan untuk mendeskripsikan lokasi
organ-organ abdomen, nyeri, dan patologis nya.
Untuk mendeskripsikan secara lebih umum, 4 kuadran rongga
abdomen dibagi berdasarkan 2 garis yaitu garis horizontal
transumbilical yang melewati umbilicus, dan garis median yang
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan (Snell, 2006).
Organ-organ pada 4 kuadran abdomen :
Kuadran kanan atas : hepar (lobus dextra), vesica fellea, gaster
(pylorus), duodenum (bagian 1-3), pancreas (kepala), glandula
suprarenal dextra, renal dextra, hepatic flexura colon, colon ascenden
(bagian super
ior), colon transversum (setengah kanan)
Kuadran kiri atas : hepar (lobus kiri), lien, gaster, jejunum dan
proximal ileum, pancreas (badan dan ekor), renal kiri, glandula
suprarenal kiri, flexura lienalis colon, colon transversum (setengah
kiri), colon descendens (bagian superior)
Kuadran kanan bawah : cecum, appendix, ileum, colon ascendens
(bagian inferior), ovarium kanan, tuba uterine kanan (pada wanita),
ureter kanan, korda spermatic kanan, setengah vesica urinaria
Kuadran kiri bawah : colon descenden, colon sigmoid, ovarium kiri,
tuba uterine kiri, ureter kiri, korda spermatic kiri, setengah vesica
urinaria
C. Gaster
8
pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan absorbsi
yang efisien.
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan
bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis,
sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian bawah, gaster
berbentuk seperti huruf J
Hubungan Gaster
Ke anterior
– Arcus costalis sinistra
– Pleura dan pulmo sinistra
– Diaphragm
– Lobus hepatis sinister
Ke posterior
– Bursa omentalis
– Diapragma
– Lien
– Glandula suprarenalis sinistra
– Bagian atas renal sinister
– Pancreas
9
– Mesocolon transversum
– Colon transversum
Arteri
– Arteria gastric sinistra
– Arteri gastric dekstra
– Arteri gastric breves
– Arteri gastroomentalis sinistra
– Arteri gastroomentalis dexra
Vena
– Vena gastrika sinistra
– Vena gastric dexra
– Venae gastricae breve s
– Vena gastroomentalis sinistra
– Vena gastroomentalis dextra
Aliran limf
- Nodi gastrici sinistri dan dextri
- Nodi gastroomentalis dextri dan sinistri
- Nodi gastrici breves
Intestinum Tenue
10
1. Duodenum
Merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 10
inci(25cm) yang merupakan organ penghubung gaster dengan
jejenum, duodenum merupakan tempat muara dari ductus choledochus
dan ductus pancreaticus
Bagian-bagian duodenum : pars superior duodenum, pars descendens
duodenum, pars horizontalis duodenum, pars ascendens duodenum
Intestinum Crassum
11
pada fosa iliaca dextra, panjang caecum sekitar 2 setengah inci dan
seluruh di liputi oleh peritoneum
2. Appendix vermiformis
Organ sempit berbentuk tabung yang mempunyai otot dan
mengandung banyak jaringan limfoid, panjang nya bervariasi dari 3-5
inci (8-13 cm ), appendixs vermiformis diliputi seluruh nya oleh
peritoneum, yang melekat pada lapisan bawah mesenterium
intestenum tenue, meso appendix berisi arteri, vena appendicularis dan
saraf-saraf
3. Colon ascenden
Panjang colon ascendens sekitar 5 inci dan terletak di kuadran kanan
bawah, colon ascenden membentang ke atas dari caecum sampai
permukaan inferior lobus hepatis dexter, lalu colon ascenden
membelok ke kiri , membentuk flexura coli dextra dan melanjutkan
diri sebagai colon transversum
4. Colon Transversum
Panjang sekitar 15 inci (38cm) dan berjalan menyilang abdomen,
menempati regio umbilikalis.
5. Colon Descendens
Panjang sekitar 10 inci (25cm) dan terletak di kuadran kiri atas dan
bawah
➢ Perdarahan
- Cabang dari arteri mesenterica superior
- Arteri mesenterica Inferior
- Arteri appendicularis cabang dari arteri caecalis posterior
- Vena mesenterica Superior
- Vena mesenterica inferior
- Vena caecalis posterior
➢ Persarafan
N. Vagus
Nervi splanchnici pelvici
12
Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
13
FISIOLOGI GASTER
14
Absorpsi air dan elektrolit yang hampir selesai daalam kolon dextra.
Dan pada kolon sigmoid untuk resevoir yang menampung massa fases
yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi (Price,
2005).
FISIOLOGI DEFEKASI
1. Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria
yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan
pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-
15
kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan
(3) muskularis mukosae.
16
polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan
pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar,
yang fungsi utamanya adalah menampung makanan yang telah
dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat yang dinamakan
kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh adanya peninggian
atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur
mikroskopik yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae.
Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang terletak di dalam lamina
propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel pembatas
ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus.
Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, dan pylorus.
Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan
kontak yang lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta
antara hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorptif epitel pembatas.
Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan ileum.
Handout Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti 5 Membran mukosa
usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang disebut
plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa
terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa
simpleks yang dinamakan kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar
Lieberkuhn). Kelenjarkelenjar intestinal mempunyai epitel pembatas
usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Sel toraks adalah sel-sel
absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang
mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang
tersusun atas mikrovili.
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada
bagian distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang
17
membatasi adalah toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi
utama usus besar adalah:
1. untuk absorpsi air dan
2. pembentukan massa feses,
3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan
demikian banyak sel goblet.
Jenis Kelamin
Tidak ada hubungan jenis kelamin tertentu dengan BAB cair atau
Gastroenteritis, Gastroenteritis dapat terjadi pada Laki-laki dan
Perempuan dengan persentase yang sama.
18
g. Apa patofisilogi BAB cair ?
Infeksi Mikroorganisme melalui penularan oral/fecalmasuk saluran
pencernaan atas, kemudian sebagian Mikroorganisme di nonaktifkan
di lambung oleh asam lambung, dan sebagian akan ke distal.
Mikroorganisme menginfeksi lapisan epithelium di usus halus,
Mikroorganisme masuk dan memperbanyak diri dalam enterosit yang
matur pada ujung vili usus kecil bagian proksimal dan menyebar ke
distal usus halus dalam masa inkubasi 48 jam.
Mikroorganismekemudian merusak enterosit di vilus usus yang
kemudian di ganti oleh enterosit yang baru. Bentuk kuboid imatur
akan menjadi atrofi villus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi
inadekuat dan terjadi gangguan absorbsi (tidak dapat mengabsorbsi
dengan baik). Kemudian makanan yang tidak terserap akan
meningkatkan tekanan koloid osmotic usus, terjadinya hiperperistaltik
usus, dan cairan dan makanan yang tidak terserap terdorong keluar
melalui anus, sehingga terjadinyaBAB cair (IDAI, 2011).
19
dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase,
malabsorpsi glukosa/galaktosa
2. Diare sekretorik : Seresi cairan dan elektrolit meninggi
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara
klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare
tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilaukan puasa
makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli,
penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum
(gangguan absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl
sodiul sulfosuksinat dll)
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak
Diare tipe ini didapatkan pada ganggua pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati Defek sistem
pertukaran anion/transport lektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+ ATP
ase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
4. Motilitas dan waktu transit usus abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebab gangguang motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca
magotomi, hipertiroid
5. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelianan morfologi membrane epitel spesifik pada
usus halus
6. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik
Diare tipe ini disebabkan adanya keruksakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan
dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpso air-
20
elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan ingeksi
(disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit
Crohn)
7. Infeksi dinding usus, disebu diare infeksi.
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak
merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif
menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut,
yang disebut diare toksigenik
- Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
21
h. Berapa frekuensi dan konsistensi BAB normal
Frekuensi BAB normal pada bayi biasanya lebih sering dari pada
orang tua. Ini disebabkan karena beberapa organ dan enzim yang
berperandalam proses pencernaan zat makanan seperti karbohidrat,
lemak dan protein belum maksimal. Pada anak anak atau balita
frekuensi BAB bisa 2-3 kali per hari. Sedangkan orang dewasa 1-2
kali per hari. Warna tinja normal umumnyakuning/coklat yang di
sebabkanturunan bilirubin yaitu urobilin dan stercobilin
dengankonsistensilunak.
i. Apa makna sejak 4 hari kekuningan , tidak ada darah dan lendir dalam
feses?
Maknanya Ginting mengalami diare akut. Diare akut adalah buang air
besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.
j. Apa saja karakteristik dari BAB normal?
Warna tinja normal pada anak secara umum adalah kuning/coklat
yang disebabkan oleh derivat bilirubin yaitu urobilin dan sterkobilin
dengan konsistensi lembek (air 75% dan substansi padat 25%)
(Guyton, 2012).
h. Berapa frekuensi dan konsistensi BAB normal
Frekuensi BAB normal pada bayi biasanya lebih sering dari pada
orang tua. Ini disebabkan karena beberapa organ dan enzim yang
berperandalam proses pencernaan zat makanan seperti karbohidrat,
lemak dan protein belummaksimal. Pada anak anak atau balita
frekuensi BAB bisa 2-3 kali per hari. Sedangkan orang dewasa 1-2
kali per hari. Warna tinja normal umum nya kuning/coklat yang di
sebab kanturunan bilirubin yaitu urobilin dan stercobilin
dengankonsistensilunak.
i. Apa makna sejak 4 hari kekuningan , tidak ada darah dan lendir dalam
feses ?
Maknanya Ginting mengalami diare akut. Diare akut adalah buang air
besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
22
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.
j. Apa saja karakteristik dari BAB normal dan abnormal ?
Warna tinja normal pada anak secara umum adalah kuning/coklat
yang disebabkan oleh derivat bilirubin yaitu urobilin dan sterkobilin
dengan konsistensi lembek (air 75% dan substansi padat 25%)
(Guyton, 2012).
k. Apa saja kemungkinan penyakit dengan BAB cair ?
Gastroenterologi
Penyakit HIV
Campak
Bronkopneumonia
Ensefalitis
Tonsilofaringitis
l. Apa saja klasifikasi diare ?
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat
Berdasarkan patofisiologik diklasifikasi menjadi dua yaitu:
1) Diare sekresi Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik
yang patogen maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat
disebabkan oleh bahan-bahan kimia misalnya keracunan makanan atau
minuman yang terlalu pedas, selain itu juga dapat disebabkan
defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh.
2) Diare osmotik Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya
tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh
obat-obat/zat kimia, makanan tertentu seperti buah, gula/manisan,
permen karet, makanan diet dan pemanis obat berupa karbohidrat yang
tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau fruktosa. Diare osmotik dapat
23
terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap makanan tertentu
seperti buah, gula/manisan dan permen karet.
24
Mual dan muntah frekuensi 1-2 kali sehari, jumlah kira-kira ¼
gelas setiap muntah
Menandakan telah terjadi dehidrasi pada Ginting. Dengan
kemungkinan karena adanya infeksi virus pada lambung sehingga
merusak lapisan mukosa lambung sehingga terjadi iritasi dan
menyebabkan muntah dengan isi apa yang dimakan (Sherwood,
2014).
Isi apa yang dimakan dan diminum muntah tidak menyemprot
Untuk menghilangkan dugaan terjadinya obstruksi usus dan kelainan
sistem saraf pusat yang menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial (misalnya neoplasma, ensefalitis, hidrosefalus),Juga untuk
menyingkirkan kemungkinan terjadinya hipotoni sfingter esophagus
bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardia
dan pengosongan isi lambung yang padat. Karena biasanya pada
penyakit ini terjadi muntah proyektil (menyemprot dengan kuat)
f. Apa saja etiologi mual dan muntah ?
1. Makan atau menelan zat iritatif/ zat beracun/ makanan yang sudah
rusak.
2. Muntah bisa terjadi selama kehamilan terutama pada minggu-
minggu pertama.
3. Masalah psikis (muntah psikogenik)
4. Obat-obatan tertentu seperti kemotrapi untuk kanker dan agen
anestesi sering menyebabkan mual dan muntah
5. Penyakit gastroenteritis(infeksi yang disebabkan oleh bakteri/virus
saluran cerna)
6. Infeksi saluran kemih.
7. Penyakit metabolik.
25
villi-viilli usus. Hal ini menyebabkan perangsangan pada saraf enterik
pada usus halus dan pengiriman sinyal ke N.Vagus menuju CTZ,
kemudian akan merangsang otot persarafan untuk nafas dalam,
kontraksi otot abdomen, peningkatan tekanan intraabdomen, dan otot
lambung melemas atau relaksasi sehingga terjadi mual dan muntah.
3.a Apa makna ginting tampak lesu tapi masih ingin minum ?
Makna ginting tampak lesu tapi masih ingin minum menunjukkan
ginting telah mengalami dehidrasi ringan sedang.
Menurut WHO, tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang (kehilangan
cairan 5 – 10 %) yaitu:
• Terdapat dua atau lebih tanda
• Keadaan umum gelisah atau cengeng
• Ubun ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
• Akral hangat, turgor kurang, cubitan perut kembali lambat
Tampak kehausan
26
turgor kulit cepat lambat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat.
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedang.
: Bila ada 1 Bila ada 1 tanda *
tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 lebih tanda lain
atau lebih
tanda lain
Terapi: Rencana Rencana terapi Rencana terapi C
terapi A B
Bagian tubuh 0 1 2
yang
diperiksa
Keadaan Sehat Gelisah, Mengigau,
umum cengeng, apatis, koma atau
ngantuk syok
Kekenyalan Normal Sedikit kurang Sangat kurang
kulit
Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Ubun-ubun Normal Sedikit kurang Sangat kurang
besar
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut Kuat < 120 Sedang (120- Lemah > 140
nadi/menit 140)
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0,1 atau 2 sesuai
dengan tabel kemudian dijumlahkan.
27
Nilai:
6 = Tanpa Dehidrasi
Keadaan umum :
Tampak sakit sedang Tampak sakit sedang
BB = 11 kg, Normal
TB = 84 cm
Tanda Vital
Kesadaran composmentis Normal
Nadi 140x/menit Normal
Isi tegangan kurang Kualitas nadi melemah
RR 32x/menit Takipnea
Temp 36,4 C
Keadaan spesifik
Kepala :
- ubun- ubun besar Normal
sudah menutup Dehidrasi
- kelopak mata cekung, Dehidrasi
- air mata tidak ada Normal
- mukosa mulut basah.
Abdomen : Normal
Datar, lemas, , hepar dan lien Peningkatan tekanan
tidak teraba Bising usus peristaltik
meningkat Dehidrasi
Cubitan kulit (turgor) kembali
lambat.
28
b. mekanisme abnormal ?
Keadaan umum:
Infeksi virus (fecal oral) > virus memproduksi enterotoksin >
rusaknya sel sel pada usus> vili gagal mengabsorbsi natrium
sedangkan klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat >
gangguan osmotik > tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat >
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus > isi rongga
usus berlebihan > diare ( BAB cair) > gangguan sirkulasi darah >
perfusi jaringan menurun > hipoksia > tampak sakit sedang.
Tanda vital:
Isi tegangan kurang: Infeksi virus (fecal oral) > virus memproduksi
enterotoksin > rusaknya sel sel pada usus> vili gagal mengabsorbsi
natrium sedangkan klorida disel epitel berlangsung terus atau
meningkat > gangguan osmotik > tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat > terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus
> isi rongga usus berlebihan > diare ( BAB cair) > gangguan sirkulasi
darah > perfusi jaringan menurun > hipoksia > isi tegangan kurang
Demam: Infeksi virus (fecal oral) > virus memproduksi enterotoksin >
mediator inflamasi IL-1 > merangsang arakidonat > merangsang
prostaglandin > gangguan set point di hipotalamus > demam
(subfebris)
Keadaan spesifik:
Kepala:
Kelopak mata cekung: Infeksi virus (fecal oral) > virus memproduksi
enterotoksin > rusaknya sel sel pada usus> vili gagal mengabsorbsi
natrium sedangkan klorida disel epitel berlangsung terus atau
meningkat > gangguan osmotik > tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat > terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus
> isi rongga usus berlebihan > diare ( BAB cair) > dehidrasi >
kehilangan air dan elektrolit > mata cekung
Air mata tidak ada: Infeksi virus (fecal oral) > virus memproduksi
enterotoksin > rusaknya sel sel pada usus> vili gagal mengabsorbsi
natrium sedangkan klorida disel epitel berlangsung terus atau
meningkat > gangguan osmotik > tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat > terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus
> isi rongga usus berlebihan > diare ( BAB cair) > dehidrasi >
kehilangan air dan elektrolit > air mata tidak ada
Abdomen:
Bising usus meningkat: Infeksi virus (fecal oral) > virus memproduksi
enterotoksin > rusaknya sel sel pada usus> vili gagal mengabsorbsi
natrium sedangkan klorida disel epitel berlangsung terus atau
meningkat > gangguan osmotik > tekanan osmotik dalam rongga usus
29
meningkat > terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus
> isi rongga usus berlebihan > diare ( BAB cair) > gangguan motilitas
usus > hiperperistaltik (bising usus meningkat )
30
1-2 /Ipb
Eritrosit feses : <5/ Ipb Normal
0-1/ Ipb
Bakteri (-), hyfa Nomal : infeksi bukan
(-) karena bakteri dan jamur
8.pemeriksaan penunjang ?
- Darah perifer lengkap
- Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus),
antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)
31
- Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses
pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha
pada jamur)
9. working diagnosis ?
Dubia et Bonam
10. Tatalaksana ?
1. berikan oralit : 75ml x Berat badan
2. pemberian tabel zinc selama 10 hari berturut turut : 20 mg
3. Meneruskan pemberian ASI dan makan
4. Memberikan antibiotik secara selektif : sesuai indikasi penyakit
5. Memberikan edukasi pada ibu
Promotif :
a) Menganjurkan menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan
pribadi mulai dari mencuci tangan, membuang sampah, memasak,
mencuci peralatan rumah tangga dengan air bersih.
b) Menjelaskan kepada orang tua agar memahami tanda-tanda
dehidrasi seperti rewel, kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar
air mata, bibir kering.
11. Komplikasi ?
1. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
2. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
3. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
4. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
5. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang,
pengeluaran bertambah).
6. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
12. Prognosis ?
Apabila dapat segera diberikan terapi prognosis dubia ad bonam.
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang
32
mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis
diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas
yang minimal.
13. SKDU ?
4.A lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit hingga tuntas.
14 NNI
Abasa ayat 24
2.6 Kesimpulan
Ginting laki-laki,2 tahun mengalami BAB cair frekuensi 3-4x sehari disertai
mual muntah dan demam tidak terlalu tinggi karena mengalami
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi et causa virus
2.7. Kerangka konsep
Usia ( imunitas belum baik ) faktor pencetus penularan oral-fecal
33
Infeksi virus
Inflamasi pada
villus usus halus inflama bagian proksimal
Daftar Pustaka
Behrman, Richard E dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta Buku
Kedokteran EGC.
34
Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi
11. Jakarta: EGC.
Nelwan.J.N, 2017. Diare Akut Karena Infeksi. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : InternaPublishing.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Hal 692
Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran (Edisi 6).
Jakarta: EGC. Hal. 205-239.
35