Anda di halaman 1dari 14

Dosen : HASAN, S.

GZ, MPH

MASALAH GIZI ANEMIA PADA

IBU HAMIL DAN REMAJA PUTRI DI WILAYAH PUSKESMAS


KERJO KABUPATEN KARANGANYAR

DISUSUN OLEH :

 NAMA : RIVALDI SAPUTRA


 NIM : P00331019028
 PRODI : DIII A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menteri Kesehatan Ir. Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa remaja yang
sehat merupakan investasi masa depan bangsa. Generasi muda memiliki
peranan penting untuk melanjutkan estafet pembangunan dan perkembangan
bangsa. Di tangan merekalah arah negata ini ditentukan.Untuk itu kesehatan
dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini, sehingga prediksi
Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2030 mendatang dapat
menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif dan berdaya
saing. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah adalah
penanggulangan anemia pada remaja puteri.

Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya


mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada
kreativitas dan produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan
kerentanan penyakit pada saat dewasa serta melahirkan generasi yang
bermasalah gizi.

Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.


Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32
%, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.

Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik dengan


pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan penanggulangan anemia melalui
edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan
serta penerapan hidup bersih dan sehat.
Kasus anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh rendahnya
asupan zat besi dalam tubuh yang disebabkan pola makan kurang baik. Pola
makan merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
kelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan
dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial budaya
dimana mereka hidup (Almatsier 2011). Masyarakat Indonesia khususnya
wanita kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu
sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron). Bahan makanan nabati
(non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap,
sehingga dibutuhkan jumlah makanan yang besar untuk mencukupi kebutuhan
zat besi dalam sehari (Supriyono, 2009). Frekuensi makan berpengaruh dalam
pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil yang cenderung meningkat
(Proverawati dan Asfuah, 2009). Konsumsi zat besi yang tidak cukup dan
absorbsi zat besi yang rendah dari pola makan yang sebagian besar memiliki
jenis makanan yang kurang beraneka ragam dapat menyebabkan anemia
pada ibu hamil

Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten


Karanganyar pada periode bulan Juni tahun 2012 didapatkan kasus anemia
pada ibu hamil sebesar 15,37% (Dinas Kesehatan Karanganyar). Puskesmas
Kerjo merupakan salah satu puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten
Karanganyar dengan prevalensi kasus anemia ibu hamil cukup tinggi. Hasil
skrining Hb ibu hamil di wilayah Puskesmas Kerjo bulan Mei 2012
menunjukkan jumlah ibu hamil anemia sebesar 49%.

Penelitian yang dilakukan di wilayah puskesmas kerjo kabupaten


karanganyar ini dilakukan untuk memperbaiki masalah anemia gizi di kota
tersebut dan menjelaskan bahwa faktor pola makan ibu hamil sangat penting
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan janinnya dan terdapat
hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil.
Adanya ibu hamil dengan tingkat konsumsi yang baik tetapi masih menderita
anemia, disebabkan karena protein yang dikonsumsi ibu hamil mempunyai
kualitas yang kurang baik. Dengan konsumsi daging yang rendah dan
konsumsi buah segar yang jarang maka ibu akan mempunyai risiko
kekurangan zat besi karena penyerapan zat gizi dipengaruhi oleh heme dari
daging dan vitamin C.

B. Rumusan masalah
- Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan bahwa adakah
hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten
Karanganyar.

2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan pola makan pada ibu-ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar
b. Mendiskripsikan kejadian anemia pada ibu-ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.
c. Menganalisis hubungan antara frekuensi makan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten
Karanganyar.
d. Menganalisis hubungan antara jenis makanan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten
Karanganyar

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat akademik
a. Penelitian ini sebagai bentuk aplikasi ilmu yang diperoleh dibangku
kuliah
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih ilmiah bagi
peneliti lain

2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasih bagi masyarakat
terutama Bagi ibu hamil Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
ibu hamil akan pentingnya menjaga pola makan dan juga dijadikan
informasi tentang hubungan pola makan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil.
b. Bagi Puskesmas Kerjo Diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan masukan dalam meningkatkan pencegahan
anemia pada ibu hamil

E. Keaslian penelitian

Table.1 keaslian penelitian

n Judul persamaan perbedaan


o
1. hubungan antara pola - Desain penelitian : - Lokasi
makan dengan kejadian case (control study) penelitian :
anemia pada ibu hamil - Umur sampel yg puskemas
di diteliti : 19 – 35 tahun kerjo
Wilayah Kerja - Variable yg diteliti : kabupaten
Puskesmas Kerjo anemia, pola makan karangany
Kabupaten Karanganyar ar, jawa
tengah.
- Variable
lain :
pengetahu
an pola
makan
untuk
mencegah
anemia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka teori

1. Kehamilan

Kehamilan adalah masa kehidupan yang penting. Dimana ibu harus


mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut kelahiran bayinya.
Ketika seorang wanita dinyatakan hamil, perubahan fisiologis tubuh turut
berubah, sehingga kebutuhan gizinya pun juga berubah. Masa kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Konsepsi adalah peristies
bertemunya seltelur dengan sperma. Lamanya seorang perempuan hamil
normal adalah 38-40 minggu (9 bulan 7 hari) dihitung dari saat hari pertama
haid terakhir sampai lahirnya bayi. Pada masa kehamilan asupan zat gizi
ibu hamil meningkat, hal tersebut akan mempengaruhi status gizi ibu hamil.
Jika status gizi hamil buruk, maka dapat berpengaruh terhadap janin,
ibuhamil, dan saat persalinan. Salah satu pengaruh terhadap ibu hamil
adalah anemia.

2. Anemia

a. Pengertian anemia

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya seldarah merah (eritrosit)


dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin yang rendah sehingga tidak
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
(Tarwoto dan Warsidar, (2007). Anemia pada ibu hamil didefinisikan
sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari
10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih
rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali
menjelang persalinan, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat
memiliki cadangan zat besi yaitu 11g/dl atau lebih.

b. Klasifikasi anemia selama kehamilan


1. Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan besi.
2. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.
3. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan
anemia hipoplastik dalam kehamilan.
4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

c. Penyebab anemia
Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi
dalam makanan, kebutuhan ibu hamil akan zat besi meningkat untuk
pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%.
Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan
pada wanita yang bergizi baik Penyebab langsung seperti banyak
berpantangan makanan tertentu selagi hamil dapat memperburuk
keadaan anemia gizi besi, biasanya ibu hamil enggan makan daging,
ikan, hati atau pangan hewani lainnya dengan alasan yang tidak
rasional.
d. Faktor-faktor anemia pada ibu hamil

Kekurangan zat besi dapat menurunkan kekebalan individu, sehingga


sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Berkembangnya
anemia kurang besi melalui beberapa tingkatan dimana masing-
masing tingkatan berkaitan dengan ketidak normalan indikator
tertentu.

1. Faktor dasar
a. Sosial ekonomi
Menurut Istiarti (2000), bahwa perilaku seseorang dibidang
kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi.
b. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman
yang berasal dari berbagai
c. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan hidup
d. Budaya
Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada
terjadinya anemia.

2. Factor tidak langsung


a. Kunjungan Antenatal Care (ANC) Antenatal Care adalah
pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim.
b. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin
yang mampu hidup diluar rahim. Paritas > 3 merupakan faktor
terjadinya anemia
c. Umur
Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum
siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk
pertumbuhan janin.
d. Dukungan Suami
Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan
tanggung jawab suami dalam kehamilan istri.

3. Faktor Langsung
a. Pola konsumsi
Pola konsumsi adalah cara seseorang atau kelompok orang
dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan
terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial
(Waryana,2010).
b. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga
penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya
peningkatan penghancuran sel darah merah dan
terganggunya eritrosit.
c. Perdarahan
Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyaknya
besi keluar dari badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro,
2007).

e. Tanda dan gejala anemia


Menurut Arisman (2010) tanda dan gejala anemia defisiensi besi
biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah,
berdebar, takikardia dan sesak nafas.
Tanda dan gejala anemia sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala
bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya menonjol atau bisa
ditemukan gejala anemia bersama-sama penyakit dasar. Gejala
anemia dapat berupa kepala pusing, berkunang-kunang, lesu, lemah,
letih, dispagia, pembesaran kelenjar limpa, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, dan gangguan penyembuhan luka.

f. Penentuan status anemia pada ibu hamil


Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia
ibu hamil didasarkan pada kriteria WHO yang ditetapkan dalam 3
kategori yaitu normal, anemia ringan, dan anemia berat.

g. Pengaruh anemia pada kehamilan


Menurut Manuaba (2010), bahaya anemia selama kehamilan yaitu
dapat terjadi abortus, persalinan premaruritas, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis (Hb < 6 g%), hiperemesis gravidarum,
perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD).

h. Cara Mencegah Anemia


Menurut Arisman (2010) sejauh ini ada empat pendekatan dasar
pencegahan anemia defisiensi zat besi, keempat pendekatan
tersebut adalah:
1. Memberikan tablet atau suntikan zat besi, atau meningkatkan
konsumsi zat besi. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya
dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan.
2. Pengawasan penyakit infeksi.
3. Fortifikasi makanan pokok dengan zat.
Berdasarkan telah pustaka yang telah diuraikan dapat dibuat
kerangka teori sebagai berikut
B. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas maka dapat disimpulkan kerangka


konsep dibawah ini adalah sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/article/view/21012600002/remaja-sehat-komponen-utama-
pembangunan-sdm-indonesia.html

Prapitasari, Erwin (2013) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Anemia Dan Sikap Ibu
Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Di Wilayah
Kerja PUSKESMAS Kerjo Kabupaten Karanganyar. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Aisyrah, S.( 2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2020.
Jakarta. FKM UI

Budiarni,W & Subagio, H.W. 2020. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi dengan
Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Folat pada Ibu Hamil.
http://ejurnal.undip.ac.id/38398/. UNDIP

Effri, S & Mutiara, E. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Dengan
Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Tri Semester III Yang Berkunjung Ke Puskesmas Medan Deli
Tahun 2009. Medan. http://repository.usu.ac.id.

Noviana, R, Suparni & Rusmariana, A. 2012. Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi 2 Kabupaten Pekalongan
Tahun 2018. e skripsi Stikes Muhamadiyah Pekajangan. Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai