Difusi Dan Disolusi - V
Difusi Dan Disolusi - V
Tujuan Perkuliahan
1. Memahami pengertian difusi dan disolusi
2. Mengetahui peran difusi dan disolusi
• Pelepasan zat aktif
PETEMUAN KE IV • Absorbsi
FARMASI FISIK 3. Mengetahui proses difusi dan disolusi
STTIF BOGOR
Contoh Soal
Suatu steroid dibiarkan melalui suatu membran siloksan Jawab:
dengan luas penampang melintang 10,36 cm2 dan ketebalan 𝑄=
𝑀
= 3,65×10-3/10,36 = 3,52×10-4 mmol/cm2
𝐴
0,085 cm, dalam suatu sel difusi pada suhu 25 0C. Diketahui
ℎ2 ℎ2
waktu lag sebesar 47,5 menit, konsentrasi mula-mula adalah 𝑡𝐿 = →𝐷= = (0,085)2/(6.47,5) = 2,53×10-5 cm2/menit
6𝐷 6 𝑡𝐿
1. Memahami
Sumber: https://permegear.com/franz-cells/
• Awalnya konsentrasi difusan di kompartemen kiri akan turun, dan
konstanta dikompartemen kanan naik sampai terjadi kesetimbangan.
• Setelah sistem berada selama periode waktu yang cukup, konsentrasi
Sumber: https://permegear.com/franz-cells/ difusan pada kedua kompartemen menjadi konstan terhadap waktu
walaupun jumlahnya tidak sama.
STTIF BOGOR STTIF BOGOR
• Pada waktu partikel obat mengalami disolusi molekul • Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar
obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan
larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat larutan membran biologis serta absorbsi terjadi.
yang membungkus permukaan partikel obat padat. • Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan lapisan
• Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi = difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang
lapisan cairan stagnan dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses
absorbsi tersebut berlanjut.
Contoh soal
Suatu sediaan granul obat seberat 0,55 g dengan luas Jawab:
1. Kondisi sink, dM/dt = kSCs k=(dM/dt)/(SCs) = (0,76
permukaan 0,28 x 104 cm2, dibiarkan melarut dalam 500 mL
g/menit)/(0,28×104cm2. 0,015 g/cm3) = 0,0181 cm/menit
air pada 250C. Sesudah menit pertama, jumlah yang ada dalam
2. Koefisien difusi, dM/dt = DS (Cs – C)/h D =
larutan 0,76g. Jika kelarutan Cs adalah 15 mg/mL pada 25 0C
[(dM/dt).h]/[S(Cs – C)] = [(0,76 g/menit) (5×10-3
serta tebal lapisan disfusi 5×10-3 cm. hitunglah k pada kondisi
cm)]/[0,28×104 cm2 (0,015 g/cm3 – (0,76 g/500 cm3)] = 3,8
sink dan kondisi percobaan serta koefisien difusi pada kondisi
×10-3/37,744 = 1,006810-4 cm2/menit
percobaan.
• Untuk suatu serbuk obat yang terdiri dari partikel-partikel Faktor Fisiko kimia zat aktif
yang berukuran sama, dapat diturunkan satu persamaan
Sifat kelarutan zat aktif
yang menyatakan laju disolusi berdasarkan akar pangkat
tiga dari berat partikel-partikel tersebut. Jari-jari partikel
Ukuran partikel, penurunan ukuran partikel akan
tidak dianggap konstan. meningkatkan luas permukaan sehingga meningkatkan
laju disolusi (berdasarkan Noyes – Whitney), salah satu
• Hukum akar pangkat tiga dari Hixson-Crowell zara untuk memperkecil ukuran partikel melalui
𝟏 𝟏 mokronisasi.
𝑴𝒐𝟑 − 𝑴𝟑 = 𝒌𝒕 Kompleks obat, kompleks polimer – obat cenderung
untuk meningkatkan laju disolusi kare meningkatnya
Dimana Mo adalah berat awal serbuk, kelarutan dalam air, tetapi polimer tersebut juga dapat
M adalah berat serbuk yang tidak terlarut pada saat t dan mengakibatkan obat kurang diabsorbsi karena besarnya
k adalah laju disolusi akar pangkat tiga BM.
Faktor Fisiko kimia zat aktif Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi
Faktor Formulasi
Bentuk ionisasi dengan yang tidak terion, bentuk garam
dari elektrolit lemah lebih mudah larut dalam air Zat pengisi yang bersifat mengabsropsi zat aktif dapat menghambat
dibandingkan basa/asam lemah, lebih rendah kekuatan ion pelepasan zat aktif dari sediaan terutama bila zat pengisi digunakan
medium maka lebih cepat laju disolusi obat. dalam jumlah besar. Zat pengisi hidrofilik cenderung ↑ kecepatan
disolusi zat aktif.
pH basa lemah cepat larut dalam pH lingkungan rendah Penambahan pengikat dalam jumlah besar dapat mengakibatkan daya
dalam lambung sedangkan asam lemah dalam usus. ikat antar bahan menjadi kuat zat semakin sukar dilepaskan dari
Bentuk kristal, amorf, hidrat, atau polimorf; bentuk sediaannya dan kecepatan disolusi zat ↓.
kristal lebih lambat terurai dalam air dibandingkan bentuk Penambah zat penghancur mengakibatkan waktu hancur menjadi
amorf karena energi yang diperlukan memecahkan struktur lebih cepat dan untuk zat aktif yang larut, kecepatannya disolusinya
kristal lebih besar, transisi polimorfrisme juga dapat memicu akan ↑ pula.
Penambahan lubrican hidrofob, ex: mg-stearat dan talk
perubahan laju disolusi, bentuk anhidrat terlarut lebih cepat
memperlambat degradasi.
dibandingkan bentuk hidrat kristal.
Penggunaan surfaktan baik pada formulasi atau pada medium
disolusi dapat ↓ sudut kontak dan ↑ disolusi.
STTIF BOGOR STTIF BOGOR
Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi
• Carstensen menjelaskan bahwa pembasahan permukaan bentuk • Persamaan Higuchi untuk matriks granular/matriks
sediaan padat diatur oleh jalan masuk cairan ke permukaan polimer:
padatan, merupakan faktor penentu proses disolusi.
𝑫𝜺
• Persamaan Korsmeyer-Peppas 𝑸= 𝟐𝑨 − 𝜺𝑪𝑺 𝑪𝑺 𝒕
𝑭 = 𝑲𝑲 . 𝒕𝒏 𝝉
• Keterangan:
• Ketrangan:
F = fraksi zat yang berpenetrasi
KK = konstanta laju penetrasi menurut persamaan Korsmeyer- ε = porositas matriks (fraksi dari matriks yang ada sebagai
Peppas pori-pori atau saluran-saluran yang dapat dipenetrasi oleh
n = b = eksponen penunjuk mekanisme, jika cairan sekitarnya.
n = 0,45 maka proses penglepasan zat aktif mengikuti difusi Fick τ = tortuositas (untuk menghitung panjang jalan difusi
n = 0,89 maka proses penglepasan zat aktif adalah transpor atau karena bercabangnya dan berkeloknya pori-pori)
mengikuti kinetika orde nol.
• Sinko PJ. Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical • Pelajari materi minggu depan mengenai STABILITAS
Sciences. Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins. 2011
• Jangan lupa mengumpulkan tugas dan membawa
• Martin A., J. Swarbrick, A. Cammarata. Farmasi Fisik: Dasar-
dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta. Penerbit kalkulator!
Universitas Indonesia. 1990
• Sinila S. Farmasi Fisik. Jakarta. PPSDMK BPPSDM Kementerian
Kesehatan. 2016
• Shargel L, SW Pong, ABC Yu. Biofarmasetika & Farmakokinetika
Terapan. Surabaya. Airlangga University Press. 2012
• Materi Kuliah Farmasi Fisik I dan II FF Universitas Pancasila
• Materi Kuliah Farmasi Fisika FFS UHAMKA
STTIF BOGOR