Anda di halaman 1dari 10

Nama / NIM : Takhva Aininaim/201354033 Paraf :

LAPORAN
Kelas : 1C
PRAKTIKUM
Tanggal Praktikum : 17 -11 - 2020 RANGKAIAN
SERI-PARALEL
Tanggal Pengumpulan : 18 - 11 - 2020

I. Tujuan

1. Menggunakan ampermeter dan voltmeter pada aplikasi simulasi rangkaian untuk


mengukur arus dan tegangan secara bersamaan,
2. Menghitung dan mengukur arus total dan arus percabangan,
3. Menghitung dan mengukur tegangan total dan tegangan percabangan,
4. Menganalisis pengaruh pemasangan ampermeter dan voltmeter.

II. Dasar Teori

1. Ampermeter

Amperemeter yang ideal memiliki tahanan dalam sebesar 0 Ω. Tetapi pada kenyataannya
tahanan dalam amperemeter tidak sama dengan 0 Ω, sehingga penyimpanan pengukuran selalu
tetap ada. Besarnya penyimpangan tergantung kepada karakteristik masing-masing ampermeter.
Penyimpangan ini terjadi karena tahanan dalam amperemeter dialiri arus yang diukur
sehingga pada amperemeter terdapat tegangan jepit. Jika nilai tahanan dalam kecil, maka tegangan
jepitnya relatif kecil sehingga dapat diabaikan. Tetapi jika tahanannya besar maka tegangan
jepitnyapun besar sehingga tidak dapat diabaikan. Besarnya tahanan dalam dan tegangan jepit
amperemeter dapat dilihat pada struktur amperemeter dasar seperti ditunjukan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Amperemeter Dasar (contoh)

Keterangan:
Rm = Tahanan dalam ampermeter [Ω], IFS = arus skala penuh [ µA],
VFS = tegangan skala penuh atau VAB [ mV].

Karena arus skala penuh nilainya sangat kecil, sedangkan arus yang diukur bisa sangat besar
maka perlu dibuat upaya memperbesar batas ukur. Cara memperbesar batas ukur ampermeter
ditunjukan pada Gambar 2.2.

Ifs B

Rm

Ra

Rb

Gambar 2.2 Cara memperbesar Batas Ukur Ampermeter


Ketika digunakan ampermeter selalu dipasang secara seri dengan komponen dimana arus
listrik yang mengalirinya akan diukur. Jangan sekali-kali memasang ampermeter secara paralel
karena akan berakibat rusaknya ampermeter. Cara pemasangan ampermeter ditunjukan pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Cara Pemasangan Ampermeter


2. Voltmeter
Suatu volt meter analog yang ideal mempunyai tahanan dalam yang tak berhingga. Tetapi
kenyataannya tahanan dalamnya selalu ada nilainya, sehingga volt meter analog identik dengan
sebuah resistor. Oleh karena itu pada setiap pengukuranakan terdapat penyimpangan (error). Hal
ini terjadi akibat adanya arus yang mengalir melalui volt meter.

Besarnya penyimpangan bergantung kepada tahanan dalam volt meter, dan tahanan dimana
tegangannya akan diukur. Jika tahanan dalam volt meter jauh lebih besar dari tahanan bebannya,
maka penyimpangan yang terjadi relatif kecil. Sedangkan jika sebaliknya maka penyimpangan
relatif besar.

Nilai tahanan dalam (Rm) volt meter ditentukan oleh :


1. Sensitivitas tegangan (Sv) [ohm/volt],
2. Batas ukur tegangan yang dipakai [volt].
Secara matematis tahanan dalam dapat ditulis seperti persamaan (2.1).

Rm = Sv x Batas Ukur [ohm]......(2.1)


Ketika digunakan, volt meter harus dipasang secara paralel dengan komponen atau alat
dimana tegangan jepitnya akan diukur. Cara pemasangannya ditunjukan di Gambar 2.4

Gambar 2.4 Cara pemasangan volt meter untuk mengukur tegangan VR2

(Sumber : Modul 3: Amperemeter dan Modul 4:Voltmeter oleh Didin Saefudin, ST., MT, diunduh
dari situs E-learning Polban)
III. Alat yang Digunakan

1. Seperangkat PC/Laptop yang di dalamnya sudah diinstal software Electronics Workbench


(EWB) untuk simulasi rangkaian. Pada aplikasi tersebut kita membutuhkan:
 Amperemeter: 1 buah,
 Voltmeter : 1 buah,
 Sumber daya DC : 1 buah,
 Resistor (100, 1k, 10 k) : @ 1 buah,
 Kabel penghubung : secukupnya.
2. Alat tulis
3. Kalkulator

IV. JSA

No Potensi Rekomendasi
Multimeter jatuh atau terbanting Berhati-hatilah saat melakukan praktikum
sehingga mengakibatkan kerusakan dan tempatkan posisi multimeter pada
pada bagian fisik atau display serta tempat yang aman.
1
mempengaruhi performa alat tersebut
dalam menunjukkan nilai ukur.

Periksalah rangkaian yang diukur, apakah


rangkaian tersebut memiliki tegangan/arus
AC atau DC. Kemudian pilih selektor dari
yang memiliki range terbesar saat hendak
mengukur. Usahakan hitung terlebih
Multimeter rusak karena salah dahulu tegangan/arus pada rangkaian agar
2 menyetel selektor saat hendak dapat memilih selektor yang tepat saat
mengukur tegangan atau arus mengukur tegangan/arus menggunakan
multimeter. Jangan sampai memilih
selektor DC saat mengukur tegangan/arus
AC atau sebaliknya. Tindakan tersebut
akan berdampak cukup fatal.

V. Langkah-Langkah Percobaan
1. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Rangkaian Percobaan


2. Hitunglah arus : IR1 ; IR2 ; IR3 ; IT . Catat hasilnya pada Tabel 2.1.
3. Hitunglah tegangan : VR1 ; VR2 ; VR3 , .Catat hasilnya pada Tabel 2.1.
4. Ukurlah arus : IR1 , IR2 , IR3 , IT menggunakan ampermeter analog dan VR1 ; VR2 ; VR3
menggunakan voltmeter analog. Catat Hasilnya pada Tabel 2.2.
5. Ulangi langkah 2), 3) dan 4) untuk tegangan Vs = 6 V dan Vs = 8 V.
VI. Hasil pengamatan

a. Saat Vs = 4 Volt

 Hasil Perhitungan
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 100Ω
𝑅1×𝑅2 103 ×104 107
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = = = = 909.09 Ω
(𝑅1+𝑅2) (103 +104 ) 11000

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 100Ω + 909.09 Ω = 1009,09 Ω

𝑉𝑠
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
4
=
1009.09

= 3.97 × 10−3 A atau 3.97 mA


𝐼𝑅1 = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3.97 × 10−3 A atau 3.97 mA

𝑉𝑅1 = 𝐼𝑅1 × R1 = 3.97 × 10−3 × 100 = 3.97 × 10−1 V atau 397 mV

𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙

3.97×10−1 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
100 909.09

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 3.6 𝑉
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝑉𝑅2 = 𝑉𝑅3

𝑉𝑅2 = 3.6 𝑉
𝑉𝑅3 = 3.6𝑉
𝑉𝑅2 3.6
𝐼𝑅2 = = = 3.6 × 10−3 A atau 3.6 mA
𝑅2 1000
𝑉𝑅3 3.6
𝐼𝑅3 = = = 3.6 × 10−4 A atau 0.36 mA
𝑅3 10000

b. Saat Vs = 6 Volt

 Hasil Perhitungan
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 100Ω
𝑅1×𝑅2 103 ×104 107
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = = = = 909.09 Ω
(𝑅1+𝑅2) (103 +104 ) 11000

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 100Ω + 909.09 Ω = 1009,09 Ω

𝑉𝑠
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
6
=
1009.09

= 5.96 × 10−3 A atau 5.96 mA


𝐼𝑅1 = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 5.96 × 10−3 A atau 5.96 mA

𝑉𝑅1 = 𝐼𝑅1 × R1 = 5.96 × 10−3 × 100 = 5.96 × 10−1 V atau 596 mV

𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙

5.96×10−1 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
100 909.09

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 5.4 𝑉
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝑉𝑅2 = 𝑉𝑅3
𝑉𝑅2 = 5.4 𝑉
𝑉𝑅3 = 5.4𝑉
𝑉𝑅2 5.4
𝐼𝑅2 = = = 5.4 × 10−3 A atau 5.4 mA
𝑅2 1000
𝑉𝑅3 5.4
𝐼𝑅3 = = = 5.4 × 10−4 A atau 0.54 mA
𝑅3 10000

c. Saat Vs = 8 Volt

 Hasil Perhitungan
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 100Ω
𝑅1×𝑅2 103 ×104 107
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = = = = 909.09 Ω
(𝑅1+𝑅2) (103 +104 ) 11000

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 100Ω + 909.09 Ω = 1009,09 Ω

𝑉𝑠
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
8
=
1009.09

= 7.93 × 10−3 A atau 7.93 mA


𝐼𝑅1 = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 7.93 × 10−3 A atau 7.93 mA

𝑉𝑅1 = 𝐼𝑅1 × R1 = 7.93 × 10−3 × 100 = 7.93 × 10−1 V atau 793 mV

𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙

7.93×10−1 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
100 909.09

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 7.2 𝑉
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝑉𝑅2 = 𝑉𝑅3
𝑉𝑅2 = 7.2 𝑉
𝑉𝑅3 = 7.2 𝑉
𝑉𝑅2 7.2
𝐼𝑅2 = = = 7.2 × 10−3 A atau 7.2 mA
𝑅2 1000
𝑉𝑅3 7.2
𝐼𝑅3 = = = 7.21 × 10−4 A atau 0.72 mA
𝑅3 10000

d. Saat Vs = 10 Volt

 Hasil Perhitungan
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 100Ω
𝑅1×𝑅2 103 ×104 107
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = = = = 909.09 Ω
(𝑅1+𝑅2) (103 +104 ) 11000

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 100Ω + 909.09 Ω = 1009,09 Ω

𝑉𝑠
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
10
=
1009.09

= 9.9 × 10−3 A atau 9.9 mA


𝐼𝑅1 = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 9.9 × 10−3 A atau 9.9 mA

𝑉𝑅1 = 𝐼𝑅1 × R1 = 9.9 × 10−3 × 100 = 9.9 × 10−1 V atau 990 mV

𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙

9.9×10−1 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
100 909.09

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 9𝑉
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝑉𝑅2 = 𝑉𝑅3
𝑉𝑅2 = 9 𝑉
𝑉𝑅3 = 9 𝑉
𝑉𝑅2 9
𝐼𝑅2 = = = 9 × 10−3 A atau 9 mA
𝑅2 1000
𝑉𝑅3 9
𝐼𝑅3 = = = 9 × 10−4 A atau 0.9 mA
𝑅3 10000

e. Saat Vs = 12 Volt

 Hasil Perhitungan
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 100Ω
𝑅1×𝑅2 103 ×104 107
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = = = = 909.09 Ω
(𝑅1+𝑅2) (103 +104 ) 11000

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 100Ω + 909.09 Ω = 1009,09 Ω

𝑉𝑠
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
12
=
1009.09

= 11.9 × 10−3 A atau 11.9 mA


𝐼𝑅1 = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 11.9 × 10−3 A atau 11.9 mA

𝑉𝑅1 = 𝐼𝑅1 × R1 = 11.9 × 10−3 × 100 = 11.9 × 10−1 V atau 1.19 V

𝑉𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙

1.19 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
=
100 909.09

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 10.81𝑉
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝑉𝑅2 = 𝑉𝑅3
𝑉𝑅2 = 10.81 𝑉
𝑉𝑅3 = 10.81 𝑉
𝑉𝑅2 10.81
𝐼𝑅2 = = = 10.81 × 10−3 A atau 10.81 mA
𝑅2 1000
𝑉𝑅3 10.81
𝐼𝑅3 = = = 10.81 × 10−4 A atau 1.08 mA
𝑅3 10000

Tabel 5.1 Data hasil perhitungan arus dan tegangan untuk Gambar 5.1.

Vs Arus Tegangan
(volt) IR1 IR2 IR3 IT VR1 VR2 VR3
(mA) (mA) (mA) (mA) (volt) (volt) (volt)

4 3.97 3.6 0.36 3.97 0.397 3.6 3.6

6 5.96 5.4 0.54 5.96 0.596 5.4 5.4

8 7.93 7.2 0.72 7.93 0.793 7.2 7.2

10 9.9 9 0.9 9.9 0.99 9 9

12 11.9 10.81 1.08 11.9 1.19 10.81 10.81

Tabel 5.2 Data hasil pengukuran arus dan tegangan Gambar 5.1

Vs Arus Tegangan
(volt) IR1 IR2 IR3 IT VR1 VR2 VR3
(mA) (mA) (mA) (mA) (volt) (volt) (volt)

4 3.97 3.6 0.36 3.97 0.397 3.6 3.6

6 5.96 5.4 0.54 5.96 0.596 5.4 5.4

8 7.94 7.2 0.72 7.94 0.794 7.2 7.2

10 9.9 9 0.9 9.9 0.99 9 9

12 11.91 10.81 1.08 11.91 1.19 10.81 10.81


VII. Analisis
Dalam rangkaian seri, nilai arus selalu sama namun nilai tegangan jepit di setiap resistor
berbeda. Hal ini sesuai kaidah hukum ohm di mana nilai tegangan dipengaruhi oleh nilai arus
dan hambatan. Dalam rangkaian paralel, berlaku sebaliknya yaitu nilai arus berbeda dan nilai
tegangan selalu sama di setiap titik.
Dalam tabel 5.1 dan tabel 5.2 terlihat beberapa perbedaan angka pengukuran dan
perhitungan karena saat dilakukan perhitungan dilakukan pembulatan bilangan. Namun pada
intinya, nilai perhitungan dan pengukuran adalah sama karena dalam simulasi rangkaian ini
tidak terdapat hambatan dalam di alat ukur baik voltmeter maupun ampermeter. Amperemeter
harus dipasang seri dengan resistor, sedangkan voltmeter harus dipasang paralel.

VIII. Kesimpulan

Untuk mengetahui besar arus dan tegangan jepit pada rangkaian seri-paralel, kita dapat
mencarinya dengan 2 cara yaitu dengan metode pengukuran dan perhitungan. Dalam
praktikum yang dilakukan kali ini, pengukuran dilakukan menggunakan simulasi dalam
aplikasi EWB. Simulasi ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu: hemat (tidak perlu membeli
komponen dan tidak perlu menggunakan multitester); kerusakan alat yg terjadi saat
pengukuran dapat diminimalisir; dan dapat dilakukan dengan cepat. Namun dengan
menggunakan simulasi juga ada beberapa kelemahan, diantaranya: mahasiswa jadi belum
terbiasa mempraktikkan pengukuran secara langsung menggunakan alat sebenarnya sehingga
dalam segi kemampuan, praktikum dengan cara simulasi ini bisa dibilang belum mengasah
kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat ukur secara langsung; nilai pengukuran ini
akan berbeda jika dibandingkan dengan pengukuran menggunakan alat, sebab dalam alat ukur
yang sebenarnya terdapat tahanan dalam yang berbeda-beda.
Karena dalam pengukuran menggunakan simulasi tidak ada tahanan dalam dari alat
ukur, maka nilai perhitungan dan pengukuran akan selalu sama. Jadi, berapapun banyaknya
percobaan yang dilakukan saat mengukur, nilai hasil ukurnya akan selalu memiliki nilai yang
sama saat kita membaca nilai ukurnya. Dalam pengukuran secara langsung menggunakan alat
ukur, kita harus melakukan minimal 3 kali pengukuran untuk mendapatkan nilai yang akurat
sedangkan dalam percobaan menggunakan simulasi, 1 kali pengukuran saja sudah cukup
karena hasil pengukuran selanjutnya pasti akan menunjukkan nilai yang sama. Selain itu,
dalam setiap alat ukur terdapat sensitivitas. Sensitivitas dapat berbeda-beda dalam beberapa
merek alat ukur karena setiap alat ukur memiliki spesifikasi bawaan yang berbeda pula.
Semakin besar nilai sensitivitas maka kemungkinan error dalam pengukuran akan semakin
kecil karena keakuratan akan semakin besar jika sensitivitasnya semakin besar. Nilai
sensitivitas ini sangat berpengaruh dalam keakuratan pengukuran. Oleh karena itu, sebaiknya
sebelum menggunakan alat ukur, mahasiswa harus mengetahui terlebih dahulu spesifikasi dan
parameter suatu alat ukur yang akan berpengaruh dalam hasil pengukuran. Sebab, hasil ukur
yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai permasalahan jika nilai ukur dari suatu
rangkaian sangat jauh berbeda dari nilai aktual saat dilakukan perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai