Swot PDF
Swot PDF
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
i
PROPOSAL
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BOBO IRNA ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Kompetensi
Program Pendidikan Profesi Ners Bidang Manajemen Keperawatan
Pada Tanggal 05 November – 01 Desember 2018
Menyetujui.
Ilya Krisnana, S. Kep., Ns., M.Kep Eka Mishbahatul M.Has, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 198109282012122002 NIP. 198509112012122001
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga proposal pengkajian praktik profesi manajemen
keperawatan di IRNA Anak Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah
selesai. Proposal ini dibuat untuk melaporkan penerapan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) pada profesi stase keperawatan manajemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna
di dunia ini, begitu pula laporan diseminasi awal yang telah kami buat ini, baik
dalam segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan dan introspeksi kami selanjutnya.
Kami juga berterima kasih kepada pembimbing akademik Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, pembimbing klinik di RSUD Dr. Soetomo,
pasien dan keluarga serta teman-teman kelompok yang telah membantu dalam
proses penyelesaian laporan. Tim penyusun berharap agar laporan ini dapat
memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi semua calon perawat dan
masyarakat pada umumnya.
iv
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................... i
Halaman Judul......................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi.................................................................................................................. v
Daftar Gambar ....................................................................................................... vii
Daftar Tabel ......................................................................................................... viii
Daftar Lampiran .................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan khusus ................................................................................... 3
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 4
1.3.1 Bagi pasien ........................................................................................ 4
1.3.2 Bagi rumah sakit ............................................................................... 4
1.3.3 Bagi perawat...................................................................................... 5
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Hubungan yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila
menerapkan suatu model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian, maka
pelayanan pasien menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan kepuasan
pasien selama di rumah sakit (Hidayah, 2014).
MAKP ideal yang saat ini dapat dilakukan dalam pelayanan kepada
masyarakat adalah metode Primary Nursing. Metode Primary Nursing merupakan
suatu metode yang memberikan tugas kepada satu orang perawat untuk
bertanggung jawab kepada sekelompok pasien secara penuh dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Langkah konkret pengelolaan yang dapat digunakan dalam
peningkatan pelayanan keperawatan profesional berupa penataan sistem MAKP
yang meliputi ketenagaan/pasien, penetapan sistem MAKP dan perbaikan
dokumentasi keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standar,
mudah dilaksanakan, efektif dan efisien). Model keperawatan profesional ini
mampu mendorong keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja,
meningkatkan kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan
tenaga kesehatan yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggung
gugat secara profesional terhadap tindakannya (Nursalam, 2016).
Berdasarkan hasil pengkajian awal pada tanggal 10 – 12 September 2018 di
Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan bahwa Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP Modular.
MAKP modular merupakan gabungan dari MAKP primer dan model tim yang
melibatkan tenaga professional. MAKP modular hampir sama dengan MAKP tim,
karena tenaga professional dan non professional berkerjasama. Modul modular ini
hampir sama dengan model primer karena 2 sampai 3 orang perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan beberapa pasien mulai dari pasien masuk,
selama perawatan hingga pasien dipulangkan. Tugas yang dilakukan oleh perawat
dengan model ini adalah tugas bergilir yaitu satu perawat dengan perawat lainnya
bekerja sama dengan fokus pada beberapa pasien, dengan kata lain pekerjaan yang
dilaksanakan harus bersifat kontinuitas dan komprehensif (Nursalam, 2016).
3
Pelaksanaan MAKP model modular yang diterapkan di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo Surabaya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Perawat sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan diharapkan mampu
memberikan konstribusi yang optimal sesuai dengan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Hal ini dapat terwujud bila sistem dari pemberi asuhan keperawatan pada
klien menunjang. Oleh karena itu, praktik keperawatan manajemen dilaksanakan
kepada mahasiswa pendidikan profesi ners untuk dapat menganalisa, mencari
solusi dari permasalahan yang ada serta untuk belajar langsung mengenai
penerapan manajemen keperawatan yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners (P3N) program B19 mencoba menerapkan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) dengan metode pelayanan asuhan keperawatan Primary
Nursing di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan program profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen Primary
Nursing dalam melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
di tatanan rumah sakit.
1.2.2 Tujuan khusus
Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu:
a. Melaksanakan pengkajian situasi ruangan di Ruang Bobo
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
c. Menentukan prioritas masalah
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian dan masalah yang ditemukan pada pelaksanaan manajemen
keperawatan meliputi:
e. Menyusun rencana strategis operasional untuk ketenagaan (M1)
f. Menyusun rencana strategis operasional untuk sarana prasarana (M2)
4
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien secara optimal selama perawatan di ruang Bobo.
1.3.2 Bagi rumah sakit
a. M1 (Man)
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, ruang Bobo dapat
meningkatkan profesionalitas dengan menerapkan metode MAKP yang
efektif, kebutuhan jumlah tenaga perawat yang proporsional untuk
melakukan perawatan pasien serta adanya perhitungan BOR per shift.
b. M2 (Material)
Membantu mengajukan peralatan yang kurang dan membantu administrasi
pengelolaan material sesuai standard JCI.
5
c. M3 (Methode)
1) Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
menyeluruh
2) Menurunkan hari perawatan
3) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
manajemen, khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi
pada pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan
perencanaan pulang di rumah sakit
d. M4 (Money)
Mendapatkan perawat yang memiliki loyalitas untuk rumah sakit
dikarenakan gaji yang diberikan sudah sesuai dengan beban kerja yang
diberikan serta perhitungan remunerasi yang transparan
e. M5 (Mutu)
Meningkatkan kualitas keselamatan pasien sesuai standart JCI dan
meningkatkan mutu kepuasan pelayanan pasien di Ruang Bobo
1.3.3 Bagi perawat
a. Terjalin hubungan antar perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan
perawat dengan pasien serta keluarga pasien
b. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri dari perawat
c. Meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan keperawatan
profesional
BAB 2
PENGKAJIAN
6
7
MAKP moduler, sehingga pembagian tenaga perawat belum dibagi setiap pasien
namun semua perawat merawat satu ruangan. Oleh karena itu, di Ruang Bobo
belum dapat dilaksanakan MAKP perawat primer Jumlah pegawai dan status
pendidikan yang ada. Adapun struktur organisasi adalah sebagai berikut:
KEPALA RUANGAN
Sulistiawati N, S.Kep., Ns.
TATA
WAKIL USAHA
KEPALA RUANGAN Rina
Ari Oktiweni, S.Kep., Setyowati
Ns. Dian
Setyorini
PERAWAT PELAKSANA
Mega P C, S.Kep., Sri R, Amd. Kep Heny S, S.. Kep Mesiran, Amd. Kep
Ns Rina
Pujiati, Amd. Kep Panca R, Amd. Kep Anis , Amd. KepSetyowatiRatih M, Amd. Kep
Eka Purnama, Amd. Wina T, Amd. Kep Sri H, Amd. Kep Fitri Purwanti,
Kep Amd. Kep
Sri Harini, Amd. Leny R, Amd. Kep Retno Ayu D, Amd. RizkaU, S.Kep., Ns
Kep Kep
Noor S, Amd. Kep Ika W, S. Kep,.Ns Ninik D.P, Rita Amd.Keb
Amd.Kep
PEKARYA KESEHATAN
KEPALA
RUANGAN
PP I PP II PP III
PA PA PA PAGI
Gambar 2. 2 Sistem Pemberian MAKP Moduler Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Masa
No Nama Pendidikan Status Jabatan
Kerja
1 SulistiawatiNingsih, S.Kep,.Ns., M.M Sarjana 30 PNS KaRu
2 Ari Oktiweni,S.Kep,.Ns Sarjana 22 PNS W. K
3 Sri Hidayati,Amd.Kep DIII 23 PNS Pelaksana
4 Heny Sulistyorini,S.Kep Sarjana 20 PNS Pelaksana
5 Ninik Dwi P,S.Kep.,Ns Sarjana 18 PNS Pelaksana
6 Pujiati,Amd.Kep DIII 18 PNS Pelaksana
7 Panca Rusidawati,Amd.Kep DIII 18 PNS Pelaksana
8 Mesiran,Amd.Kep DIII 31 PNS Pelaksana
9 Sri Restuningtyas, Amd.Kep DIII 34 PNS Pelaksana
10 Ratih Mustiko Sari ,Amd.Kep DIII 9 PNS Pelaksana
11 Anis, Amd.Kep DIII 13 BLUD Pelaksana
12 Eka Purnama, Amd.Kep DIII 8 BLUD Pelaksana
13 Wina Trisnawati, Amd.Kep DIII 7 BLUD Pelaksana
14 Fitri Purwanti, Amd.Kep DIII 6 BLUD Pelaksana
15 Retno Ayu D.U, Amd.Kep DIII 6 BLUD Pelaksana
10
Tabel 2. 6 BOR Ruang Bobo1,2 dan Nakula Sadewa RSUD Dr. Soetomo
Surabaya tanggal 06 November 2018
No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 25
25/24X100% =100% + 4,16% 104,16%+ 100%+ 95,8%
2 Sore 24 3
24/24X100% = 100% = 99.98%
3 Malam 23
23/24X100% = 95,8%
Sumber: Data Primer (2018)
17
Tabel 2. 7 BOR Ruang Bobo dan Nakula Sadewa RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tanggal 7 November 2018
No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 27
27/24X100% =100+12,5% 112,5%+120,8%+120,8%
2 Sore 29 3
29/24X100% = 100% + 20,8% = 100+18%
3 Malam 29
29/24X100% =100% + 20,8 %
Sumber: Data Primer (2018)
Tabel 2. 9 Daftar diagnosa penyakit terbanyak di Ruang Bobo 1,2 dan Nakula
Sadewa RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Oktober 2018
No Diagnosa Penyakit Jumlah
1 Chemotherapy session for neoplasm 39 pasien
2 Acute lymphoblastic leukaemia 32 pasien
3 Trombocytopenia unspecified 7 pasien
4 Tetralogi of fallot 7 pasien
5 Thalasemia Unspecified 5 pasien
6 Atrial Septal Defect 5 pasien
7 Anemia in Neoplastic Disease 4 pasien
8 Malignant Neoplasma Retina 4 pasien
9 Non-hodgkin’s Lymphoma Unspecifiet Type 3 pasien
10 Mucocutaneous Lymph Node symdrome ( Kawasaki) 3 pasien
TOTAL 109 pasien
Berdasarkan data di atas diagnose terbanyak pada 2 bulan terakhir adalah sesi
Chemotherapy session for neoplasm, Acute lymphoblastic leukaemia, dan
Trombocytopenia,unspecified.
d. Jumlah 10 Diagnosa Keperawatan Terbanyak di Ruang Bobo RSUD
Dr.Soetomo Surabaya
Tabel 2. 10 Daftar diagnosa Keperawatan terbanyak di Ruang Bobo 1,2 dan
Nakula Sadewa RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan Oktober
2018
No Diagnosa Keperawatan Jumlah
1 Resiko infeksi 194 pasien
2 Resiko alergi 86 pasien
3 Hypertermi 47 pasien
4 Resiko Perdarahan 45 pasien
5 Resiko cedera 22 pasien
6 Perfusi jaringan tidak efektif 12 pasien
7 Gangguan keseimbangan elektrolit 10 pasien
8 Penurunan curah jantung 8 Pasien
9 Pola napas inefektif 7 pasien
10 Gangguan pemuhan nutrisi 6 pasien
Tabel 2. 11 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi Klien
Klasifikasi Klien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Klien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst.
Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Ruang Bobo 1,2 dan Nakula Sadewa RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tanggal 05-12 November 2018.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas diRuang Bobo
RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah 13 orang + 2 struktural (kepala ruang dan
wakil kepala ruangan) + 4 orang lepas dinas = 19 orang.
2) Metode Gillies
Rumus :A x B x C = F = H
(C – D)xEG
Keterangan:
A: Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/hari
C : Jumlah hari/tahun
D: Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah hari kerja masing-masing perawat
23
3) Metode Depkes RI
Menurut Depkes RI (2011) dalam Nursalam (2015) kebutuhan tenaga
keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit.
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien
c) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
d) Jam kerja efektif tiap perawat 7 jam per hari
e) Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
f) Jumlah jam perawatan
g) Jam kerja efektif per shift
Perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day :
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo Surabaya adalah 23 orang.
b. Beban Kerja Perawat di Ruang Bobo II RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Perhitungan beban kerja menggunakan Time and Motion Study, teknik ini
mengamati dan mengikuti dengan cermat kegiatan personel yang diamati, teknik
ini didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
Tabel 2. 15 Tindakan Produktif Keperawatan per Shift di Ruang Bobo II
Kegiatan 07 November 2018
Pagi Sore Malam
(menit)
Merapikan tempat tidur 10 10 10
Persiapan dan pemberian obat kepada pasien 15 15 15
(injeksi)
Observasi TTV 5 5 5
Penggantian cairan infus 5 5 5
Evaluasi kepatenan aliran infuse 10 10 10
Mengikuti visite dokter 15 0 0
Menerima pasien baru 30 30 30
Pemberian kemoterapi 45 45 45
Pemberian tranfusi 45 45 45
Pemberian nutrisi melalui NGT 10 10 10
Memberikan nebul 10 10 10
Pemasangan IV line 60 60 60
Mengambil darah (vena) 10 10 10
Mengambil darah (BGA) 15 15 15
Total 285 270 270
Operan dinas 60 30 30
Validasi ke pasien 15 15 15
Menulis laporan antar shift 10 10 10
Pembuatan dokumentasi tindakan di RM 15 15 15
Melengkapi RM 10 10 10
Total 110 80 80
Keterangan:
Total waktu di atas merupakan waktu yang dibutuhkan 1 perawat merawat 1
orang pasien
Kegiatan tidak produktif yang dilakukan perawat yaitu makan dan sholat yang
membutuhkan waktu 60 menit
29
3 serta ruang perioperatif. Ruang kelas 1 berisi 1 bed dan ruang kelas 3
terdapat 3 ruang dan masing-masing berisi 3 bed serta setiap ruangan
memiliki 1 kamar mandi. Ruang perioperatif berisi 2 bed dan terdapat
kamar mandi.
b. Data bed pasien
Jumlah kapasitas bed pasien di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo
berdasarkan hasil pengkajian tanggal 5 – 6 November 2018, didapatkan
sebagai berikut:
1) Ruang Bobo I (Kelas I)
Terdiri atas 6 ruangan berisi 1 bed untuk pasien setiap ruangannya dengan
kapasitas bed ruang Bobo I sebanyak 6 bed pasien dengan 1 kamar mandi
tiap ruangan.
2) Ruang Bobo II (Kelas II)
Terdiri atas 6 ruangan masing-masing berisi 2 bed untuk pasien. Kapasitas
bed pasien ruang Bobo II sebanyak 12 bed pasien dan ditambah dengan
extra bed sejumlah 4, maka total kapasitas ruang Bobo II adalah 16 bed.
3) Ruang Nakula Sadewa
R. Kelas I : 1 ruangan berisi 1 bed pasien dan 1 kamar mandi
R. Perioperative : 1 ruangan berisi 2 bed pasien dan 1 kamar mandi
Kelas 3 : 3 ruangan berisi 1 bed pasien dan 1 kamar mandi
Kapasitas bed ruang Nakula Sadewa sebanyak 6 bed pasien. Terdapat
extra bed sejumlah 6 bed, maka total kapasitas ruang Nakula Sadewa
sejumlah 12 bed.
Jumlah kapasitas bed pasien di ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo sebanyak
24 bed. Ruang Bobo I terdiri dari 6 ruangan yang berisi 1 bed pasien dan 1 bed
keluarga dilengkapi kamar mandi tiap ruanganya, 2 toilet pegawai. Ruang Bobo II
terdapat 2 kamar mandi dan 2 toilet untuk pasien diluar kamar pasien dan 1 toilet
didalam ruang observasi, 1 toilet pegawai. Ruang Nakula Sadewa terdiri dari 1
ruang kelas 1 berisi 1 bed dan 1 kamar mandi, 1 ruang perioperatif berisi 2 bed
dan 1 kamar mandi untuk pasien dengan kasus gastrointestinal, 3 ruangan untuk
kelas 2 dan 3 masing-masing berisi 3 bed dan 1 kamar mandi tiap ruanganya.
Total jumlah toilet dan kamar mandi pasien sejumlah 15.
34
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No.
1204/Menkes/SK/X/2010 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah
Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah
1 toliet dan 1 kamar mandi. Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo sudah memenuhi
standard tentang jumlah tempat tidur, toilet dan kamar mandi.
Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo memiliki 22 tenaga perawat, 5 pramu
bhakti kesehatan, 3 pramu bhakti rumah tangga dan 2 tenaga administrasi. Total
tenaga kesehatan dan staff di Ruang Bobo sebanyak 32 orang dengan jumlah
kamar mandi dan toilet untuk tenaga kesehatan berjumlah 3 ruangan. Fasilitas
toilet Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo terpelihara dengan bersih dan selalu
dibersihkan minimal 2 kali sehari. Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan
jumlah karyawan dengan jumlah toilet berdasarkan Kepmenkes No
1204/Menkes/SK/X/2010.
Tabel 2. 29 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi
No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi
1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi
Sumber: Kemenkes RI (2010)
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah
toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standard Keputusan Menteri
Kesehatan No 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan
35
Jumlah
Jumlah
No Nama barang yang Kondisi Usulan
Ideal
tersedia
sudah ulang
lewat masa
berlaku
kalibrasi
“2013”
23 Timbangan 3 1/ruangan Belum Dilakukan
pampers terkalibrasi kalibrasi
24 Saturasi O2 3 1/ruangan Baik -
25 Sampah Umum 23 1:1 Baik -
26 Sampah Medis 13 6/ruangan Baik Ditambah 5
27 Sampah 3 1/ruangan Baik -
Sitostastika
27 Rak obat 3 1/ruangan Baik -
28 Kereta obat 3 1/ruangan Baik -
29 Standar infus 15 1:1 Baik -
portable
30 ECG 1 1/ruangan Baik -
31 Torniket 3 3/ruangan Baik -
32 Emergency kit 3 1/ruangan Baik -
33 Defibrilator 1 1/ruangan Baik -
Sumber: Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2018)
Menurut standar SNARS (2018), untuk menjamin peralatan medis dapat
digunakan dan layak pakai maka rumah sakit perlu melakukan melakukan
inventarisasi peralatan medis yang meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh
rumah sakit dan peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga;
melakukan pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan
pabrik melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.
Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo sudah cukup baik sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, namun masih
ada beberapa alat yang belum tersedia di Ruang Bobo, diantaranya adalah infuse
pump, vena seksi, x-ray viewer, foto viewer, vena viewer dan ambu bag ukuran 1
L dan ½ L. Sudah ada alur perawatan, maintenence dan pengecekan alat medis di
Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo. Sudah terdapat tempat untuk masing-masing
alat dengan batas yang jelas dan penamaan lokasi namun untuk penempatannya
masih ditemukan beberapa alat tidak pada tempatnya.
37
ganti/loker, ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, kamar
mandi/toilet, pantry/dapur, ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor.
Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya memiliki peralatan dan fasilitas cukup
baik namun belum memiliki ruang konsultasi dokter, ruang dokter, ruang linen
bersih, ruang linen kotor. Ruang dispensing obat di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo sudah tersedia, obat sudah dipisahkan sesuai pasien, dan sudah
memenuhi standard untuk penyimpanan obat yaitu meliputi suhu yang sudah
sesuai dengan standard (< 25oC).
e. Consumable (obat dan bahan habis pakai)
Pemenuhan stok obat dan consumable di Ruang Bobo dilakukan oleh pihak
farmasi. Penyetokan obat dilakukan setiap harinya. Di bawah ini tabel stok obat
emergency pada bulan September 2018 di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Tabel 2. 32 Stok Obat Emergency Pada Bulan September 2018 di Ruang Bobo
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jumlah
Jumlah
No Nama alat yang Kondisi Usulan
ideal
tersedia
Alkes
1 Simple masker 3 4 Baik -
2 Selang oksigen nasal 3 4 Baik -
Intubasi Set
3 Suction Cateter 6 0 4 Baik -
4 Suction Cateter 8 4 4 Baik -
5 Suction Cateter 10 8 4 Baik -
Consumable
6 IV canula 16 6 8 Baik -
7 IV canula 18 6 8 Baik
8 IV canula 20 6 8 Baik -
9 IV canula 22 6 8 Baik -
10 IV canula 24 6 8 Baik -
11 IV canula 26 6 8 Baik -
12 Infus set anak 6 8 Baik -
13 Spuit 3 ml 15 20 Baik -
14 Spuit 5 ml 15 20 Baik -
15 Spuit 10 ml 15 20 Baik -
Cairan
16 NaCl 0.9 % 500 ml 0 8 Baik -
17 Ns 25 ml 0 8 Baik -
18 RL 500 ml 3 4 Baik -
Emergency Drugs
40
Jumlah
Jumlah
No Nama alat yang Kondisi Usulan
ideal
tersedia
19 Ephinephrine 1mg/cc 45 45 Exp. Apr 2021
20 Sulfat Atropin 15 15 Exp. Mei 2021
0.25mg/cc
21 Dopamin HCL 3 3 Exp. Feb 2020
200mg/5cc
22 Dobutamin 50mg/cc 3 3 Exp. Sept 2019
23 Diazepam 5mg/cc 6 6 Exp. Apr 2020
24 Amiodaron 50mg/cc 9 9 Exp. Sep 2019
25 Aminophyline 9 9 Exp. Apr 2019
24mg/cc
26 Lidocain 2% 20 15 15 Exp. Okt 2021
mg/ml inj
27 Natrium bicarbonate 6 6 Exp. Jan 2020
84 25 cc
28 Ca gulconas 10% 3 3 Exp. Juli 2021
100mg/cc 10 ml inj
29 Dextrose 40% 3 3 Exp. Okt 2019
30 Dexamethason 15 15 Exp. Apr 2020
5mg/cc 1ml
Sumber: Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2018)
Di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya sudah tersedia lemari
tempat penyimpanan obat emergency, dan emergency kit. Dalam pengelolaan obat
pasien, sudah diatur oleh pihak farmasi yang dicek setiap hari di tiap shift. Obat
yang tidak terpakai atau tersisa oleh pasien BPJS dan Umum akan dikelola
kembali oleh farmasi. Obat pasien umum yang tersisa dapat diberikan ke keluarga
pasien atau dikelola kembali oleh pihak farmasi. Ruang Bobo tidak memiliki troli
emergency, bila terjadi code blue maka menggunakan troli emergency yang
terdapat di Ruang Neonatus.
Berikut adalah daftar penggunaan obat terbanyak bulan Oktober 2018 di
Ruang Bobo adalah sebagai berikut:
1) Obat injeksi
- Ampicillin
- Ampicillin Sulbactam
- Ceftriaxone
- Furosemide
- Ranitidine
41
2) Obat oral
- Dexamethasone
- Prednison
- Paracetamol
- Morphine
- Amitripiline
f. Administrasi penunjang
1) Lembar medication chart
2) Lembar standard emergency troly
3) Lembar inventaris
4) Buku hand over
5) Standar Prosedur Operasional (terlampir)
6) Leaflet dan booklet, hanya berada di Ruang Bobo II yang terkumpul di
ruang perawat. Sedangkan untuk di Ruang Bobo I dan Ruang Nakula
Sadewa belum tersedia.
7) Rekam Medis
Berdasarkan pengkajian pada Ruang Bobo sudah terdapat sistem
pencatatan inventaris alat yang mencatat peralatan maupun fasilitas di
Ruang Bobo dan kelengkapan alat dibacakan setiap hand over.
g. Pencahayaan dan Ventilasi
Pencahayaan di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo cukup terang, baik
pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut
ruangan sudah diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu
masuk, disekitar individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
Ventilasi di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo menggunakan ventilasi mekanik
atau buatan yaitu air conditioner. Suhu, aliran udara, dan kelembaban setiap
ruangan yang menggunakan AC split tidak dapat diatur sesuai permintaan pasien.
Remote AC berada di nurse station. Berdasarkan Kemenkes
1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo
sudah memenuhi standart. Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo pencahayaan yakni
pada ketinggian minimal 2,5 meter dari permukaan tanah. Alur pelaporan alat
42
rusak dapat dilakukan secara tertulis di form yang sudah tersedia, kemudian
dilaporkan ke bagian sarana prasarana. Setelah itu bagian sarana prasarana
melakukan pengecekan dan menindaklanjuti.
h. Alur Pengadaan dan Peminjaman Alat Kesehatan
Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian
dilaporkan pada bagian keuangan. Alur pengadaan alat medis diajukan oleh
kepala ruangan dengan mengajukan program pengadaan barang yang ditujukan
kepada wakil direktur umum. Untuk pengadaan alat non medis dengan cara
mengajukan surat permohonan dari IRNA ke wakil direktur umum dengan
tembusan ke logistik, sedangkan untuk pengajuan barang farmasi dilakukan oleh
kepala IRNA yang ditujukan ke wakil direktur dengan tembusan ke bidang
farmasi. Adanya keterbatasan alat medis diruangan Bobo menyebabkan ruangan
harus melakukan peminjaman alat dari ruangan lain. Alur peminjaman alat di
Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya hanya antar alat dari Ruang IRNA
Anak, cara peminjaman hanya menggunakan kitir kecil dan ditempel pada buku
timbang terima.
i. Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan
Sistem kalibrasi dan Maintenance di ruangan Bobo sudah berjalan sesuai
program, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal kalibrasi dan Maintenance
untuk masing-masing alat. Rumah sakit bekerjasama dengan BPFK dilakukan 1
kali sebulan dan kemudian diberikan stiker penanda pada alat yang telah
dilakukan kalibarasi dan maintenance. Selain itu bagian IPS-RS juga melakukan
proses pengecekan alat, tetapi tidak ada stiker penanda bahwa alat tersebut sudah
dilakukan pengecekan. Tidak ada tempat pemisah untuk alat yang layak pakai dan
yang tidak layak pakai
43
b. Timbang Terima
Penyampaian dan penerimaan suatu laporan yang berkaitan dengan pasien
harus dilakukan seefektif mungkin secara singkat, jelas dan lengkap mengenai
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Tabel 2. 34 Hasil Kuesioner dengan Perawat di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo
Surabaya tanggal 05-07 November 2018
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah timbang terima dilakukan setiap shift? 18 0
(100%) (0%)
2 Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat 11 7
waktu? (61,1%) (38.9%)
3 Apakah timbang terima dihadiri oleh semua 15 3
perawat yang berkepentingan? (83,3%) (16,7%)
4 Apakah timbang terima dipimpin oleh kepala 18 0
47
disediakan oleh ruangan, untuk dibacakan pada saat timbang terima dan tanda
tangan yang tercantum dalam buku laporan adalah tanda tangan perawat yang saat
itu bertugas, sementara pendokumentasian SOAPI dicatat pada rekam medik
pasien.
c. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru merupakan suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam, 2015).
Tabel 2. 35 Hasil kuesioner Penerimaan Pasien Baru oleh perawat di Ruang Bobo
RSUD Dr. Soetomo yang dilakukan tanggal 05-07 November 2018
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda mengerti bagaimana 18 0
penerimaan pasien baru? (100 %) (0 %)
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang 12 6
penerimaan pasien baru (66.7%) (33.3%)
3. Apakah setelah selesai melakukan Penerimaan 15 3
Pasien Baru Anda melakukan (83,3%) (16,7%)
pendokumentasian?
4. Apakah Kepala Ruangan/Penanggung Jawab 15 3
shift memberitahu bahwa akan ada pasien (83,3%) (16,7%)
baru?
5 . Apakah ada media seperti leaflet, booklet, dll
yang digunakan /diberikan kepada 8 10
pasien/keluarga ketika penerimaan pasien (44.4%) (55.9%)
baru?
6. Apakah saat penerimaan pasien baru sudah
dilakukan penjelasan tentang 3P (Pengenalan 15 3
kepada pasien tentang tenaga kesehatan lain, (83,3%) (16,7%)
peraturan rumah sakit, penyakit serta
sentralisasi obat)
Sumber: Data Primer (2018)
Data didapatkan melalui kuesioner dari 18 perawat dan didapatkan 18
perawat (100%) telah mengerti mengenai penerimaan pasien baru. Penerimaan
pasien baru meliputi sarana prasarana yang telah disediakan di ruang Bobo yaitu
lembar pasien masuk RS, tata tertib pasien dan pengunjung ruangan, tempat tidur
pasien baru, lembar format pengkajian pasien baru, lembar rekonsiliasi obat dan
gelang identitas pasien. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebanyak 12 perawat
(66,7 %) menyatakan sudah ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru.
50
Karu atau PJ shift memberitahukan perawat yang bertugas akan ada pasien
baru/pindahan
Evaluasi
d. Discharge Planning
Penting bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui perawatan yang telah
diterima dan bagaimana perawatan dapat dilanjutkan saat pasien kembali ke
rumah, sehingga status kesehatan pasien dapat dipertahankan atau meningkat.
Discharge Planning merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan yang
diperlukan oleh pasien atau keluarga pasien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan.
52
form discharge planning saat pasien akan keluar dari Rumah Sakit yaitu alat bantu
yang akan dilepas ketika pasien akan pulang, meliputi NGT, urin kateter, drain,
balutan luka, iv canule, dan gelang identitas. Discharge planning yang dilakukan
saat pasien pertama kali masuk yaitu informasi mengenai penyakitnya, tindakan
medis yang akan dilakukan, rehabilitasi, penjelasan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan pengobatan.
Sebanyak 6 orang perawat (33,3%) memberikan brosur/leaflet saat
melakukan discharge planning. Berdasarkan hasil wawancara discharge planning
dilakukan oleh perawat yang bertugas pada shift tersebut. Leaflet mengenai
penyakit pasien sudah tersedia untuk beberapa penyakit. Kartu kontrol untuk
pasien menggunakan resume medis, yang akan dibawa ketika pasien kontrol ke
Rumah Sakit. Resume medis berisi tindak lanjut perawatan di rumah, meliputi:
jenis aktifitas yang boleh dilakukan, edukasi mengenai pengertian dan
pemahaman efek samping obat, anjuran pola makan, dan anjuran untuk segera
mencari pelayanan kesehatan ketika timbul tanda dan gejala penyakit. Selain itu
resume medis juga berisi mengenai daftar nama obat yang dibawa pulang, dan
jadwal kontrol.
e. Ronde Keperawatan
Pengambilan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara dilakukan
tanggal 05 – 07 November 2018 pada 18 orang perawat di Ruang Bobo.
Tabel 2. 37 Hasil Kuesioner dengan Perawat di Ruang Bobo RSUD Dr.Soetomo
Surabaya tanggal 05-07 November 2018.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde 13 5
keperawatan? (72,2%) (27.8%)
2 Apakah sebagian besar perawat di ruangan 9 9
Bobo mengetahui dengan jelas mengenai ronde (50%) (50%)
keperawatan?
3 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di 9 9
ruangan ini sudah sesuai dengan ketentuan yang (50%) (50%)
telah dibentuk?
4 Apakah ronde keperawatan dilakukan tiap 1 1 17
bulan ? (5,5%) (94.5%)
5 Apakah keluarga pasien mengerti tentang 3 15
adanya ronde keperawatan? (16,7%) (83,3%)
6 Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde 6 12
keperawatan sudah dibentuk ? (33,3%) (66,7%)
7 Apakah tim yang telah dibentuk melaksanakan 3 15
54
Dokter
Koordinasi
dengan perawat
Pasien/keluarga
Farmasi/apotek
Pasien/keluarga
Gambar 2. 4 Alur sentralisasi obat di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo Surabaya
56
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Pengadaan sentralisasi obat
Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi 18 0
obat? (100%) (0 %)
Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi 18 0
obat? (100%) (0 %)
Jika ya, apakah sentralisasi obat yang ada sudah 18 0
dilaksanakan secara optimal? (100%) (0 %)
Jika tidak, menurut Anda apakah di ruangan 1 17
perlu diadakan sentralisasi obat ? (5,6%) (94,4%)
Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang 9 9
dalam sentralisasi obat? (50%) (50%)
Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap 9 9
macam obat?(Oral-Injeksi-Supositoria-Infus- (50%) (50%)
57
satu bulan sekali dan sebanyak 11 orang menyatakan supervisi sudah dilakukan
sesusai dengan alur yang ada. Hasil observasi didapatkan bahwa format baku
supervisi keperawatan belum ada dan SPO yang digunakan berasal dari Kemenkes
namun belum dilakukan perbaikan.
Sebagian besar perawat (72,2 %) menyatakan instrumen supervisi tersedia
secara lengkap. Sebanyak 5 orang perawat menyatakan tidak ada feedback dan
follow up dari supervisi yang telah dilakukan. Sebagian besar perawat (77,8 %)
menginginkan perubahan di setiap tindakan sesuai hasil perbaikan supervisi.
Sebanyak 10 perawat (55,6 %) menyatakan belum mendapatkan pelatihan
namun sosialisasi tentang supervisi sudah pernah dilakukan.
h. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi antara
perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau dengan
tenaga kesehatan lain. Dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan
ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan. Data mengenai
dokumentasi keperawatan dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi.
Tabel 2. 40 Hasil Kuesioner Dokumentasi Keperawatan di Ruang Bobo RSUD
Dr. Soetomo tanggal 05-07 November 2018
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Modul dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan Bobo II, apakah sudah ada 18 0
format pendokumentasian yang baku yang (100 %) (0%)
digunakan?
2. Apakah bapak/ibu sudah mengerti cara pengisian
18 0
format dokumentasi tersebut dengan benar dan
(100 %) (0%)
tepat?
3. Apakah menurut bapak/ibu format yang digunakan
14 4
ini bisa membantu (memudahkan) perawat dalam
(77,8%) (22,2%)
melakukan pengkajian pada pasien?
4. Apakah bapak/ibu sudah melaksanakan
18 0
pendokumentasian dengan tepat waktu (segera
(100 %) (0%)
setelah melakukan tindakan)?
5. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi 8 10
yang digunakan ini menambah beban kerja (44,4%) (55,6%)
perawat?
6. Apakah menurut bapak/ibu model dokumentasi 8 10
yang digunakan ini menyita banyak waktu? (44,4%) (55,6%)
Sumber: Data Primer (2018)
61
dokumentasi dengan cara yang tepat dan benar. Berdasarkan tabel hasil kuesioner
dengan 18 perawat didapatkan hasil 44,4% perawat menyatakan model
dokumentasi yang digunakan ini menambah beban kerja dan menyita waktu
karena dalam melakukan pendokumentasian, perawat harus menuliskan pada dua
buku yatiu buku timbang terima dan rekam medik milik masing-masing klien.
2.2.4 Pembiayaan dan Billing (M4-Money)
Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di Ruang BOBO
RSUD Dr. Soetomo didapatkan data berikut:
a. Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas
ruangan berasal dari Rumah Sakit yang diperoleh dari APBD
(Anggaran Pembangunan Biaya Daerah) Propinsi Jawa Timur dan dari
pembayaran IRNA Anak. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian
besar dari BPJS dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang
berlaku saat ini sesuai kelas perawatan. Sumber dana sarana dan
prasarana, listrik, air dan telepon dan lainnya sudah terpusat dan diatur
oleh DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) IRNA Anak.
b. Jenis Pembiayaan Pasien : PBI, Non PBI, dan Umum
c. Alur Pelayanan Pasien
1) Umum
Pasien
IGD POLI
Ruangan Ruangan
2) BPJS
Pasien
IGD POLI
IKPK untuk
mendapatkan SIM
Pada saat klien dengan status memakai BPJS rawat inap di rumah
sakit maka berkas yang harus disediakan dan diserahkan kepada
petugas administrasi adalah fotokopi kartu BPJS, fotokopi KTP 1
lembar, fotokopi surat rujukan 1 lembar, billing pelayanan, SEP 1
lembar, fotokopi surat rujukan (apabila masuk dari poli) sebanyak 2
lembar, resume medis, kelengkapan severity level 3 seperti fotocopy
hasil laboraturium pendukung diagnosis, bukti transfer darah, laporan
operasi dan tindakan besar. Bagi bayi baru lahir terdapat syarat surat
keterangan lahir, k artu keluarga, surat nikah, KTP orang tua. Syarat
untuk mengurus surat keterangan lahir adalah fotokopi KSK, fotokopi
KTP suami istri, fotokopi buku/akta nikah, fotokopi kartu BPJS
masing-masing berkas rangkap 3. Berkas tersebut kemudian
diserahkan ke loket BPJS dalam jangka waktu 2x24 jam setelah klien
KRS. Kemudian berkas tersebut diverifikasi dan akan diklaimkan ke
pihak BPJS.
Peserta BPJS terdiri dari:
1) PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Peserta PBI merupakan peserta yang iuran BPJSnya
ditanggung oleh pemerintah antara lain program jamkesmas,
jamkesda, SKTM dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Peserta PBI
mendapatkan kelas perawatan kelas III dan tidak diperbolehkan
mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi.
2) Non PBI
Peserta Non PBI antara lain adalah pegawai swasta, PNS
(guru, dosen, TNI, POLRI dan PNS dengan profesi yang lain).
Peserta BPJS Non PBI ini mendapatkan kelas perawatan kelas II
dan bisa mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi. BPJS Non
PBI menanggung anak ke 1, 2 dan 3. Anak yang lahir dari ibu yang
berstatus BPJS Non PBI maka anak secara otomatis memiliki
status BPJS sama dengan ibunya dengan syarat harus melengkapi
syarat administrasi dalam jangka waktu 3x24 jam.
65
g) Hand Rub
Nakula Sadewa (Kelas III) Rp 45.000,00
Fasilitas :
a) Bed Pasien
b) Meja Bedside
c) Kursi Bedside
d) Kamar mandi dalam
e) TV luar
f) AC
g) Hand rub
Sumber : Data Primer (2018)
Keterangan:
Berdasarkan data diatas, pada bulan September jumlah pasien BPJS
Non PBI sebanyak 105 orang dengan rincian BOBO I (11 orang) BOBO II
(66 orang) dan Nakula Sadewa (25 orang). Pada pasien BPJS PBI bulan
September terdapat 3 orang di ruang Nakula Sadewa. Pada bulan Oktober,
didapatkan data pasien BPJS Non PBI sebanyak 107 dengan rincian
BOBO I (14 orang), BOBO II (70 orang) dan Nakula Sadewa (22 orang).
Pada pasien BPJS PBI bulan Oktober terdapat pasien BOBO II (2 orang),
Nakula Sadewa (5 orang) dan pasien Umum pada bulan Oktober ada 5
orang di Ruang Rawat Inap BOBO II (3 orang) dan Nakula Sadewa (2
orang). Data yang ditampilkan adalah data sementara yang dihitung
manual, belum sesuai dengan data billing.
i. Billing system
Pelaksanaan billing pasien di Ruang BOBO RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dilakukan oleh petugas administrasi ruangan. Adanya petugas
yang melaksanakan billing dapat mengurangi beban kerja perawat. Untuk
pembayaran, pasien umum dilakukan di kasir ARINA, sedangkan untuk
pembayaran BPJS semua berkas diserahkan kepada kasir IRNA Anak dan
diambil oleh Tim Pengendali.
j. Penggajian Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari
negara, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan gaji dari RSUD Dr.
Soetomo sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Soetomo Surabaya Nomor 188.4/737/301/SK/2011 tanggal 20
Januari 2011 tentang pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di
lingkungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang terdiri dari gaji pokok,
remunerasi, serta tunjangan daerah.
69
k. Remunerasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Ruang BOBO,
remunerasi mulai ada sejak kurang lebih beberapa tahun yang lalu.
Remunerasi merupakan pengganti dari jasa pelayanan yang diberikan
setiap 1 bulan sekali. Ada dua jenis remunerasi yaitu remunerasi IKUM
(Indeks Kerja Umum) dan Remunerasi IKI (Indeks Kerja Individu).
l. Diklat
Untuk pendidikan dan pelatihan, dibiayai oleh APBD.
Tabel 2. 46 Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Petugas Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo September-Oktober 2018
Cuci tangan
No Bulan
N D %
1 September 30 42 69,05
2 Oktober 23 27 85,11
Sumber: Data Primer Bobo (2018)
b. ILO (Infeksi Luka Operasi)
Berdasarkan hasil data 2 bulan terakhir (September-Oktober) 2018 di
dapatkan data ILO di ruang Bobo 0,00%
Tabel 2. 47 Kejadian ILO pada Pasien di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo pada
bulan September-Oktober 2018
Bulan Bobo I Bobo II Nasa kelas Total
September 0 0 5 5
Oktober 0 0 0 0
Sumber: Data Sekunder Administrasi Ruang Bobo (2018)
c. Phlebitis
Penilaian phlebitis dilakukan pada periode September-Oktober 2018 dengan
instrumen VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil penilaian tersebut
didapatkan semua pasien (100%) tidak mengalami phlebitis pada saat dilakukan
pengkajian. Selain itu berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada tanggal 5-
6 November 2018 diperoleh hasil dari 19 pasien, terdapat 3 pasien dalam tahap
awal trombophlebitis dan 2 orang pasien yang mengalami tahap awal phlebitis.
Dari pengkajian hal tersebut sebagian besar dikarenakan lamanya pemasangan
infus. Dari 12 pasien yang memakai infus terdapat 5 pasien dengan lama
pemasangan infus ≥5 hari tanpa diganti jalur IV line.
Tabel 2. 48 Data pemasangan infus pada Pasien di Ruang Bobo RSUD Dr
Soetomo pada bulan September-Oktober 2018
Bulan Bobo I Bobo II Nasa kelas Total
September 65 188 33 286
Oktober 35 174 24 233
Sumber: Data Sekunder Administrasi Ruang Bobo (2018)
76
Tabel 2. 53 Kejadian ISK pada Pasien di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo pada
tanggal 5-12 November 2018
ISK 5/11/2018 6/11/2018 7/11/2018
Ya 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Tidak 19 (100%) 19 (100%) 28 (100%)
Total 19 (100%) 19 (100%) 28 (100%)
S
Sumber: Data Primer (2018)
6) Sasaran 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh
dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh
operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta
penyesuaian pengobatan. Banyak pasien memerlukan asesmen selama
dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk
identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh (SNARS, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di Ruang
Bobo RSUD Dr. Soetomo pada bulan Juli-Agustus 2018, pengkajian risiko
jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat
inap menggunakan form sesuai dengan usia pasien anak yaitu form penilaian
resiko jatuh humpty dumpty. Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan
dengan kriteria rendah atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Salah
satu contoh intervensi penangulangan pasien risiko jatuh yaitu pemasangan
tanda kuning risiko jatuh pada gelang ID, tanda segitiga kuning risiko jatuh
pada bed atau infus stand pasien, harus ada satu penunggu pasien dan side
rail harus selalu ditutup serta memastikan ke keluarga untuk selalu
menutupnya, menganjurkan keluarga pasien untuk minta bantuan perawat
dalam tindakan apapun. Pada saat pengkajian ke ruangan Bobo didapatkan
setiap pasien telah didampingi oleh keluarga dan keluarga tidak lupa untuk
selalu menutup side rail setiap kali akan meninggalkan pasien. Penilaian
risiko jatuh umumnya ada pada setiap status pasien telah diisi secara rutin
setiap hari.
78
e. Restrain
Pasien yang dirawat di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo tidak ada yang
dilakukan restrain pada tanggal 5-6 November 2018, pemberian restrain tidak
dianjurkan untuk di terapkan di Ruang Bobo, hal tersebut dikarenakan dengan
intervensi restrain menimbulkan efek samping mengganggu tumbuh kembang
anak dan berisiko mencederai.
f. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit
Penilaian kepuasan pasien di Ruang Bobo sudah dilakuan evaluasi.
Berdasarkan data kepuasan pasien pada tanggal 5-6 November 2018, dari 19
keluarga pasien, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien dan keluarga pasien
merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
Gambar 2. 7 Kepuasan Pasien di Ruang Bobo RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 5-
12 November 2018
15
10
Sangat puas
5 Puas
Tidak Puas
0
ketenaga Sarana Prasarana
kesehatan
prosentase yang diadopsi dari kriteria Notoatmodjo, dimana dari segi pelayanan
ketenagakesehatan sebagian besar (78,94%) menunjukkan puas, 21%
menunjukkan sangat puas dan tidak ada yang merasa tidak puas. Pada bagian
sarana dan prasarana menunjukkan sebagian besar (68,4%) merasa puas, 21%
mengatakan sangat puas dan hanya sebagian kecil (10,52%) mengatakan tidak
puas.
g. Kenyamanan
Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrumen, FLACC Pain
Scale instrument. Penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status pasien tetapi
belum diisi secara rutin setiap hari. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa
dalam lima hari pengambilan data sebagian besar pasien tidak nyeri.
Tabel 2. 55 Kategori Nyeri Pasien di Ruang Bobo RSUD Dr.Soetomo pada
tanggal 5-12 November 2018
Tingkat nyeri 5/11/2018 6/11/2018
Tidak nyeri 8 (42%) 8 (42%)
Nyeri ringan 2 (11%) 4 (21%)
Nyeri sedang 8 (42%) 7 (36,8%)
Nyeri berat 1 (5%) 0
Jumlah 19 (100%) 19 (100%)
Sumber: Data primer sampel 19 pasien (2018)
h. Perawatan diri
Penilaian perawatan diri setelah dilakukan penilaian pada tanggal 5-6
November 2018 didapatkan bahwa rata-rata ruangan Bobo memiliki pasien
dengan tingkat kemandirian parsial.
Tabel 2. 56 Penilaian Tingkat Kemandirian Pasien di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo tanggal 5-12 November 2018
Tingkat kemandirian 5/11/2018 6/11/2018
Minimal care 2 (11%) 2 (11%)
Partial care 17 (89%) 17 (89%)
Total care 0 (0%) 0 (0%)
Jumlah 19 (100%) 19 (100%)
Sumber: Data Primer sampel 19 pasien (2018)
80
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode)) X 100 %
Tabel 2. 64 BOR Bulan September-Oktober 2018 di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Bulan Bobo I Bobo II Nasa kelas 1 Total
September 88,33% 129,44% 155,33% 269,5%
Oktober 89,78% 134,68% 41,19 88,55%
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang Bobo (2018)
o. BTO (Bed Turn Over)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali.Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
Tabel 2. 65 BTO Bulan September-Oktober 2018 di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Bulan Bobo I Bobo II Nasa kelas 1 Total
September 2,33 6,83 7,20 5,45
Oktober 2,83 8,17 2,15 4,383
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang Bobo (2018)
p. TOI (Turn Over Internal)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup +mati).
Tabel 2. 66 TOI Bulan September-Oktober 2018 di Ruang Bobo RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Bulan Bobo I Bobo II Nasa kelas 1 Total
September 1,50 -1,29 -2,31 0,16
Oktober 1,12 -1,32 3,46 3,26
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang Bobo (2018)
84
r. Mahasiswa praktek
Berdasarkan data pada tanggal 05-07 November 2018 didapatkan bahwa:
Tabel 2.71 Jumlah Mahasiswa Praktika Periode September 2018 di Ruang Bobo
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Mahasiswa Profesi 11 100 %
Ners
2 Mahasiswa Lamongan 15 100%
TIMBANG TERIMA
1. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
(1) Timbang terima selalu 0,3 4 1,2
dilakukan dalam setiap
pergantian shift yaitu pagi,
89
S-W= 2,8-2,6
=0,2
2. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
(1) Adanya mahasiswa S1 0,5 4 2,0
keperawatan yang praktik
manajemen keperawatan.
(2) Adanya kerja sama yang baik 0,5 3 1,5
antara mahasiswa S1
Keperawatan yang praktik
dengan perawat ruangan.
TOTAL 1 3,5
THREATENED
(1) Keluarga pasien memiliki 0,6 3 1,8
kepercayaan yang tinggi
kepada perawat sehingga
menuntut perawat untuk
memberikan pelayanan
keperawatan yang profesional
(2) Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung 0,4 3 1,2
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberian
asuhan keperawatan.
90
TOTAL 1 3
S-W= 3,3-3= 0,3
2. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
(1) Adanya mahasiswa S1 1 3 3
keperawatan yang melakukan
praktik manajemen.
TOTAL 1 3
THREATENED
(1) Tuntutan yang tinggi dari 0,5 3 1,5
masyarakat dalam pelayanan
keperawatan profesional
(2) Keluarga pasien tidak patuh
terhadap peraturan rumah sakit 0,5 2 1,5
berkaitan berlaitan dengan
91
2,7
TOTAL 1 2,4
S-W= 2,7-2,4=
0,3
2. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
(1) Hasil supervisi keperawatan 0,6 3 1,8
dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menilai kinerja
perawat.
(2) Adanya mahasiswa S1 yang 0,4 2 0,8
melaksanakan praktik
manajemen dan kerja sama
yang baik antara mahasiswa
dan perawat klinik.
TOTAL 1 2,6
THREATENED
(1) Tuntutan klien sebagai 1 2 2
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional
setiap saat.
TOTAL 1 3
0-T=2,6-2= 0,6
DISCHARGE PLANNING
1. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
(1) Adanya kemauan untuk 0,3 4 1,2
memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan
94
WEAKNESS
Pendokumentasian masih belum 1 3 3
terintegrasi dalam komputer
TOTAL 1 3
S-W=3,1-3=0,1
2. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
(1) Adanya pelatihan dan seminar 0,3 3 0,9
tentang dokumentasi
keperawatan.
(2) Kerjasama yang baik antara 0,3 2 0,6
perawat dan mahasiswa
sehingga dapat membantu
kinerja perawat dalam
pendokumentasian pasien.
(3) Adanya dukungan manajemen 0,4 4 1,6
RS untuk meningkatkan sistem
pendokumentasian dalam
rangka akreditasi RS.
TOTAL 1 3,1
THREATENED
(1) Tingkat kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
(pasien dan keluarga) akan
tanggungjawab dan tanggung
gugat.
(2) Persaingan RS dalam 0,3 3 0,9
memberikan pelayanan
keperawatan.
(3) Tuntutan yang tinggi dari JCI 0,5 2 1,0
dalam pendokumentasian
2,3
TOTAL 1 O-T= 3,1-2,3=
1,9
96
2 WEAKNESS
Tidak ditemukan masalah 1 3 3
TOTAL 1 3
S-W = 3,45-3 =
0,45
3 2. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
(1) Pembayaran dengan berbagai 0,5 4 2
jaminan kesehatan seperti
BPJS, KIS, SKTM dengan
disediakan loket khusus untuk
pembayaran.
(2) Adanya klien Umum yang 0,4 3 1.2
dapat meningkatkan
pendapatan.
(3) Merupakan rumah sakit 0,1 2 0,2
rujukan di wilayah Indonesia
timur.
TOTAL 1 3,4
4 THREATENED
(1) Tuntutan yang tinggi dari 0,7 2 1,4
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang murah dan
tetap berkualitas.
(2) Pengklaiman dana dari pasien 0,3 3 0,9
BPJS lebih panjang prosesnya
dari pasien umum.
TOTAL 1 2,3
O-T= 3,4-2,3=
1.1
97
2. WEAKNESS
1) AVLOS di Ruang Bobo RSUD 0,2 4 0,8
Dr.Soetomo adalah 14,38 hari
pada Bulan September dan 6,5
hari pada bulan Oktober
(Kemenkes RI AvLOS yaitu
antara 6-9 hari).
2) Rata-rata BOR Ruangan Bobo 0,2 4 0,8
adalah 269,5% pada bulan
September, pada Bulan Oktober
adalah 88,55% (Kemenkes RI
BOR ideal yaitu antara 60-
85%). Dengan total kapasitas
ruangan Bobo sebanyak 25 bed.
3) Kelengkapan asesmen awal 0,2 3 0,6
keperawatan dalam 24 jam
pasien rawat inap mencapai 78-
82% sedangkan target capaian
100%.
4) Pada komunikasi prosedur 0,1 3 0,3
SBAR masih banyak perawat
98
DIAGRAM LAYANG
3 M2 M5
2,8 (2,3;[]) (2,8;[]) M1
2,6 3,0;[]
2,4
2,2 DK
2 0,1;[]
1,8
1,6
1,4 M4
S 0,45;[]
1,2
Axis Title
0,3;[] PPB
1 0,3:[]
MAKP
0,2;[] 0,8
0,5
0,6 DP
0,4 0,7;[]
SO
0,2 1,1:[]
0
-3 -2,8 -2,6 -2,4 -2,2 -2 -1,8 -1,6 -1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2
-0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4
-0,4
RK
-0,6 0,3;[]
-0,8
-1
Axis Title
100
Keterangan :
M1 PPB : Penerimaan Pasien RK : Ronde Keperawatan
:
Man Baru
M2 : Material SO : Sentralisasi Obat DOK. : Dokumentasi Keperawatan
M4 TT MAKP : MAKP
: Money : Timbang Terima
M5 DP : Discharge Planning
: Mutu SPV : Supervisi
101
3. M3 (METHODE)
MAKP Diruangan Yohanes Pemandi
Belum terlaksana MAKP menggunakan MAKP D., S.Kep
Primary Nursing secara Moduler yang
keseluruhan. dikombinasikan
dengan MAKP
primary Nursing, dan
jumlah tenaga Perawat
ruang Bobo dan
Nakula Sadewa yang
memiliki kompetensi
S1 belum mencukupi
untuk memenuhi
102
standar MAKP
primary nursing.
Timbang terima
Alur timbang terima sudah 1. Penulisan metode Simpliana Rosa,
baik, berawal dari ners SBAR, perawat S.Kep
station, berdoa lalu ke bed masih belum
pasien kembali ke ners menuliskan konten
station, pelaporan asuhan
menggunakan SBAR, keperawatan secara
tetapi perawat masih lengkap
belum maksimal dalam 2. Dalam pelaksanaan
pelaksanaan timbang terima
masih belum
sesuai dengan
protap yang ada di
ruangan
Ronde Keperawatan 1. Pelaksanaan Ronde Heny Sulistyarini,
Pelaksanaan ronde keperawatan yang S.Kep
keperawatan tidak masih belum di
dilakukan secara periodik lakukan secara
pada ruang Bobo dan periodik (1 bulan
Nakula Sadewa belum sekali).
optimal. 2. Belum
dibentuknya tim
dalam pelaksanaan
ronde keperawatan
Supervisi 1. Sebagian perawat Dwiko Nur G,
Pelaksanaan supervisi tidak mendapatkan S.Kep
belum dapat terlaksana pelatihan tentang
secara maksimal supervisi
2. Belum ada form
khusus untuk
supervisi indirek
Penerimaan Pasien Baru 1. Penggunaan
Pelaksanaan penerimaan welcome book Evodia L Meo
pasien baru belum belum optimal Thena, S.Kep
dilakukan secara optimal karena
keterbatasaan
waktu
2. Belum ada
pembagian tugas
tentang
penerimaan pasien
baru secara khusus
Sentralisasi Obat
Dokumentasi
keperawatan Pendokumentasian Liana O Rompis,
Pendokumentasiaan sudah masih belum S.Kep
103
3.1 Pengorganisasian
Keefektivitasan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang bersifat umum
dapat dilakukan oleh kelompok dengan cara menyusun struktur organisasi sebagai
berikut:
1. Ketua : Rifa Rindayani, S.Kep
2. Sekretaris : Amanatul Firdaus, S.Kep
3. Bendahara : Tiur Tri Hastutik, S.Kep
4. Penanggungjawab Kegiatan
a. MAKP : Yohanes Pemandi Doka, S.Kep
b. PPB dan Sentralisasi Obat : Evodia L.Meo Thena, S.Kep
c. Timbang Terima : Simpliana Rosa, S.Kep
d. Supervisi : Dwiko Nur Gunawan, S.Kep
e. Discharge Planning : Ezra L. Sinaga, S.Kep
f. Ronde Keperawatan : Henny Sulistyarini, S.Kep
g. Dokumentasi : Liana O. Rampis, S.Kep
h. PKRS dan Terapi Bermain : Nindhita D. Satiti, S.Kep
105
106
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan pada primer karena saat ini
perawat yang ada di RS adalah lulusan D3. Pada MAKP di ruangan Bobo,
perawat terbagi menjadi 4 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 4-5 orang
perawat pelaksana dengan 1 PPJP hanya pada saat shift pagi. Tiap tim dalam satu
kali shift mengelola pasien di tiga ruangan sekaligus, meliputi ruang Bobo I (1
perawat pelaksana), ruang Bobo II (2 perawat pelaksana) dan ruang Nakula
Sadewa (1 perawat pelaksana). Namun pembagian tersebut hanya sebagai
formalitas pembagian kerja, pada kenyataannya dalam 1 tim harus saling
melengkapi untuk membantu pekerjaan yang lain. Komunikasi antar anggota
terjalin dengan baik, jika ada masalah yang tidak bisa di atasi oleh perawat
pelaksana maka didiskusikan dengan PPJP. MAKP tim di BOBO II RSUD Dr.
Soetomo diterapkan dengan adanya 1 PPJP pada setiap shift. PPJP bertugas
sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab ruangan, sekaligus sebagai
pelaksana.
Model asuhan keperawatan profesional yang digunakan saat ini adalah
Primary Nursing. Metode Primary Nursing merupakan metode penugasan dimana
satu orang perawat bertanggung jawab selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Karakteristik dari model ini adalah pasien dan perawat memiliki keterkaitan kuat
dan terus menerus untuk merencanakan, melakukan dan kordinasi asuhan
keperawatan selama pasien di rawat (Nursalam, 2015). Keuntungan yang
dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena kebutuhan dasar
manusianya terpenuhi. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senatiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif. Model keperawatan profesional ini mampu mendorong
keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja, meningkatkan kemampuan
keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan tenaga kesehatan yang lain
dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggung gugat secara profesional
terhadap tindakannya (Nursalam, 2015). Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners (P3N) Angkatan B19 periode II mencoba menerapkan MAKP dengan
108
KEPALA RUANGAN
PERAWAT
PERAWAT
PRIMER
PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE
PASIEN PASIEN
2. Masalah
a. Perawat di ruangan belum paham dan belum terbentuk pasti tentang
struktur pengorganisasian Primary Nursing.
b. Belum terlaksananya MAKP Primary Nursing secara keseluruhan.
3. Tujuan
a. Perawat di ruangan belum paham dan belum terbentuk pasti tentang
struktur pengorganisasian Primary Nursing.
b. Belum terlaksananya MAKP Primary Nursing secara keseluruhan.
4. Tujuan
a. Tujuan umum
Model metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan
model keperawatan primer dapat diterapkan di Ruang Bobo II RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
109
b. Tujuan khusus
1) Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan
2) Melakukan sistem pendokumentasian
3) Pelaksanaan MAKP sesuai dengan pembagian tugas perawat.
4) Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah
direncanakan.
5. Target
a. Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat.
b. Struktur MAKP terlaksana dengan baik
c. Menerapkan MAKP Primary Nursing sesuai dengan job description.
6. Evaluasi
a. Struktur
1) Kepala ruangan, perawat primer dan perawat asosiet terbentuk
sesuai MAKP Primer
2) Organisasi struktur MAKP Primary Nursing tersusun dengan baik
3) Tersedianya uraian tugas pokok dan fungsi sesuai struktur
organisasi.
4) Pasien yang dikelola sesuai dengan jumlah Perawat Primer dan
Perawat Asosiet dengan standar 1 perawat primer bertanggung
jawab pada 4-6 pasien.
b. Proses
1) Kepala ruangan membuat perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan
2) Perawat primer menerima pasien dan mengkaji kebutuhannya
secara komprehensif, menyusun tujuan dan rencana keperawatan,
melaksanakan rencana yang sudah dibuat, mengkomunikasikan dan
mengkordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain,
mengevaluasi keberhasilan yang dicapai, menerima dan
menyesuaikan rencana
110
7. Program Kerja
a. Rencana Strategis
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang
dilaksanakan yaitu MAKP Primary Nursing.
2) Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan diseminasi awal.
3) Sosialisasi hasil desiminasi.
4) Membuat jadwal dinas
5) Melakukan pembagian peran perawat.
6) Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
7) Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.
8) Mengevaluasi hasil penerapan MAKP selama 2 minggu
b. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Yohanes Pemandi Doka, S.Kep
Waktu : Tanggal 12 November s.d 24 November 2018
111
sudah dilakukan tapi terdapat beberapa aspek yang belum dilakukan secara
optimal seperti penggunaan welcome book saat penerimaan pasien baru.
2 Masalah
a. Penggunaan welcome book belum digunakan secara optimal.
b. 30% perawat menyatakan belum ada pembagian tugas tentang penerimaan
pasien baru.
3 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam penerimaan pasien baru sesuai
standar di Ruang Bobo II RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
b. Tujuan khusus
1) Merencanakan perencanaan penerimaan pasien baru dan bekerja sama
dengan perawat.
2) Menyusun SOP penerimaan pasien baru
3) Menyusun alur penerimaan pasien baru
4) Menyusun lembar penerimaan pasien baru
5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru
6) Mengevaluasi hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru
4 Target
Penerimaan pasien baru dapat berjalan dengan optimal melalui perbaikan
format penerimaan pasien baru yang disampaikan serta adanya media (leaflet atau
welcome book) untuk menunjang orientasi dan informasi terkait penerimaan
pasien baru.
5 Evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru
2) Menyusun teknik penerimaan pasien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan RSUD Dr. Soetomo.
3) Persiapan format dan media penerimaan pasien baru
4) Persiapan nursing kit
113
b. Proses
1) Melakukan penerimaan pasien baru bersama dengan NUM (Nursing
Units Manager), PN (Primary Nursing), AN (Associate Nursing).
2) Perkenalan dan orientasi ruangan, penjelasan peraturan rumah sakit,
penjelasan tentang hak dan kewajiban dengan menggunakan leaflet atau
welcome book.
3) AN melakukan pemeriksaan fisik
4) Memberikan kartu pengunjung bagi pasien dan keluarga
5) Mengajarkan cara cuci tangan
c. Hasil
1) Perawat mampu melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan alur
penerimaan pasien baru.
2) Mensosialisasikan ulang pelaksanaan penerimaan pasien baru yang benar
3) Melaksanakan penerimaan pasien baru secara lengkap sesuai dengan
format yang ada.
4) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat primer
selaku penanggungjawab penerimaan pasien baru.
5) Adanya leaflet atau welcome book bagi pasien dan keluarga
6 Program kerja
a. Rencana Strategi
1) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru
2) Menentukan materi penerimaan pasien baru
3) Membuat media (welcome book atau leaflet) informasi penerimaan
pasien baru.
4) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru
5) Melaksanakan penerimaan pasien baru
b. Pengorganisasian
1) Penanggung Jawab : Evodia Lusia M. Thena, S.Kep
2) Waktu : Tanggal 12 November – 30 November 2018
3) Role Play : Jumat, 16 November 2018
114
obat dapat diberikan tepat waktu. Salah satu cara untuk mengoptimalkan
pelaksanaan sentralisasi obat di Bobo II RSUD Dr. Soetomo akan diterapkan
sentralisasi obat oral maupun parenteral oleh mahasiswa program praktik
manajemen.
2 Masalah
Sentralisasi obat tidak dilakukan saat shift malam dikarenakan tidak adanya
petugas farmasi yang bertugas.
3 Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan
sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi
obat.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang
sentralisasi obat.
2) Mampu mengelola obat pasien
3) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
4) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
3 Target
Pelaksanaan serah terima obat dapat berjalan dengan optimal dan legal
melalui penambahan tanda bukti terima.
4 Evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat pasien baru
2) Menyusun teknik sentralisasi obat pasien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan Bobo II RSUD Dr. Soetomo.
3) Persiapan format cara pemberian obat dan tanda bukti terima.
b. Proses
1) Melakukan sentralisasi obat bersama dengan farmasi, pasien atau
keluarga, PP, dan dokter.
116
untuk pelaksanaan setiap supervisi klinis tidak boleh melebihi 2 bulan, Beberapa
hal yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi yaitu komitmen dari seluruh
elemen yang terkait, dalam hal ini yaitu supervisor dan tenaga kesehatan yang
menerima supervisi (NHS Foundation 2017).
Supervisi klinis merupakan sebuah proses profesional dan pembelajaran
dimana perawat didampingi dalam pengembangan prakteknya melalui waktu
diskusi dengan rekan kerja yang berpengalaman secara teratur (Brunero &
Parbury 2016). Tujuan utama supervisi adalah membantu tenaga kesehatan
berefleksi terhadap pekerjaan mereka untuk menjamin kebutuhan pengguna
layanan dan tujuan pelayanan, dan kesesuaian pelaksanaan terhadap undang-
undang dan pertanggungjawaban yang harus dipenuhi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (menggerakkan/
pengarahan) dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar
segala kegiatan yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan
lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan
menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan dengan mengkaji secara menyeluruh faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan
pemecahannya (Suarli dkk, 2010).
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam
berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala
bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya
seorang supervisor harus memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) membuat
perencanaan kerja, 2) Kontrol terhadap pekerjaan, 3) Memecahkan masalah, 4)
Memberikan umpan balik terhadap kinerja, 5) Melatih (coaching) bawahan, 6)
Membuat dan memelihara atmosfir kerja yang motivatif, 7) Mengelola waktu, 8)
Berkomunikasi secara informal, 9) Mengelola diri sendiri, 10) Mengetahui sistem
manajemen perusahaan, 11) Konseling karir, 12) Komunikasi dalam pertemuan
resmi (Rakhmawati. 2009).
Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.
Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI
bekerjasama dengan WHO tahun 2005 menemukan kinerja perawat baik 50 %,
118
4 Target
Supervisi dapat dijalankan di Bobo II RSUD Dr. Soetomo dan kegiatan
pengawasan serta pembinaan yang dilakukan dapat berjalan secara
berkesinambungan. Supervisi yang dilakukan dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan terhadap pasien.
5 Evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan penanggung jawab supervisi
2) Menyusun pelaksanaan supervisi bersama dengan staf keperawatan Bobo
II RSUD Dr. Soetomo.
3) Persiapan kegiatan Pra supervisi, supervisi dan pasca supervisi.
b. Proses
1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, tujuan dan cara
penilaian.
2) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrumen atau alat ukur
yang ditentukan.
3) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
5) Supervisor memberikan penilaian supervisi
6) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi sesuai hasil laporan
supervisi.
7) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada
8) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
c. Hasil
1) Perawat mampu melakukan kegiatan supervisi
2) Supervisor mampu menilai kerja perawat secara objektif
3) Supervisor mampu memberi penilaian, feedback dan follow up
4) Perawat primer dan pelaksana mampu memberi klarifikasi terhadap
tindakan yang dilakukan.
120
saat pergantian shift, dengan komunikasi yang efektif tersebut peran dan fungsi
perawat dapat optimal. Situation, Background, Assesment, Recommendation yang
disingkat dengan SBAR merupakan bentuk teknik komunikasi yang dapat
disampaikan oleh petugas kesehatan untuk menjelaskan tentang perkembangan
kondisi pasien selama proses handover berlangsung (Nursalam, 2014).
Analisa JCI pada tiga tahun berturut-turut (tahun 2012, tahun 2013, dan
tahun 2014) menyatakan bahwa kematian pasien bukan disebabkan oleh semakin
memburuknya keadaan pasien yang menyebabkan berakhirnya kehidupan, namun
disebabkan oleh komunikasi yang tidak efektif antar anggota kesehatan. JCI
memperkirakan 80% kematian klien disebabkan kesalahan medis yang melibatkan
unsur miskomunikasi. Ketidakefektifan komunikasi kolaboratif antara perawat
dan dokter di Unit Perawatan Intensif (ICU) berkontribusi 1,8 kali lipat
menyebabkan risiko kematian dan lama dirawat di rumah sakit (Dingley, 2008).
Selain ketidakefektifan komunikasi antar petugas kesehatan di rumah sakit,
kurang adanya tanggung jawab untuk mendokumentasikan hasil timbang terima
dalam rekam medik menjadikan proses selama timbang terima menjadi tidak
maksimal.
Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang tak
terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang dijalankan
pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis, penundaan ruang
darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat mereka
melaporkan perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak sebelum suatu
situasi menjadi krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk pencegahan,
dokumentasi tak memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).
Peningkatan komunikasi yang efektif menjadi inti dari pelaksanaan
handover agar tujuan dari handover tercapai seperti tersampaikannya keadaan
atau kondisi klien secara detail, hal-hal penting yang perlu disampaikan dan
ditindaklanjuti pada klien, rencana perawatan untuk shift selanjutnya dapat
diketahui dengan jelas oleh seluruh petugas kesehatan (Joint Commission
International Patient Safety, 2015).
Dengan adanya komuniaski keperawatan, kesalahan medis dapat
diminimalkan, mengurangi keterlambatan dalam diagnosis medis dan pengobatan,
122
1) Klien dapat menyampaikan keluhan secara langsung bila ada yang belum
disampaikan sebelumnya.
2) Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal
3) Klien merasa aman karena meningkatnya kepercayaan terhadap kinerja
perawat.
c. Bagi Rumah Sakit
Manfaat timbang terima bagi rumah sakit adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara menyeluruh.
2) Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
3) Meningkatkan kepercayaan klien terhadap pelayanan rumah sakit
4 Target
Timbang terima dapat berjalan lebih optimal dengan perbaikan format
konten yang disampaikan, manajemen waktu, dan lebih memfokuskan pada
masalah keperawatan serta timbang terima dapat terlaksana sesuai dengan
alur yang telah ada.
5 Evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan penanggung jawab timbang terima
2) Menyusun teknik timbang terima bersama dengan staf keperawatan
3) Menentukan materi timbang terima
4) Menyiapkan rekam medis pasien yang akan digunakan dalam timbang
terima.
5) Mempersiapkan buku laporan
b. Proses
1) Melakukan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan pada setiap pergantian shift.
2) Timbang terima dipimpin oleh Primary Nurse
3) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas dan yang
akan dinas.
4) Timbang terima dilaksanakan di ruang perawat dengan pelaporan tiap
pasien maksimal 3 menit.
5) Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan
125
c. Hasil
1) Perawat mampu melakukan timbang terima sesuai dengan konsep SBAR
2) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
3) Dapat meningkatkan kemampuan dan komunikasi antar perawat
4) Menjalin hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar perawat
5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan berkesinambung.
6 Program Kerja
a. Rencana strategis
1) Menentukan penanggung jawab timbang terima
2) Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis pengisianya
3) Menyiapkan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang terima
4) Mengatur jadwal pelaksanaan timbang terima
5) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
6) Melaksanakan timbang terima bersama dengan ketua tim dan staf
keperawatan.
7) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
8) Dipimpin oleh Kepala Ruang atau Primary Nurse sebagai penanggung
jawab shift.
9) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas
10) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, atau
menggambarkan kondisi saat ini dngan tetap menjaga kerahasiaan
pasien.
11) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien, rencana
tindakan dan perkembangan kesehatan pasien pada konsep SBAR.
12) Perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas melakukan
validasi ke pasien.
13) Berdiskusi dan mendokumentasikan hasil timbang terima pasien
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab : Simpliana Rossa, S.Kep
2) Waktu : Tanggal 12 – 30 November 2018
3) Role play : Selasa, 20 September 2018
126
6 Program Kerja
a. Rencana strategis
1) Menentukan penanggun jawab ronde keperawatan
2) Menentukan pembentukan tim ronde keperawatan
3) Melaksanakan sosialisasi kepada perawat terutama tim ronde
keperawatan.
4) Melaksanakan sosialisasi kepada pasien atau keluarga pasien tentang
proses ronde keperawatan.
5) Menentukan peserta ronde keperawatan dan memberikan informed
consent pada pasien atau keluarga pasien.
6) Menentukan jadwal pelaksanaan ronde keperawatan
7) Melaksanakan penerimaan ronde keperawatan
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab : Henny Sulistiyorini, S.Kep
2) Waktu : Tanggal 12 – 30 November 2018
3) Role play : Jumat, 23 November 2018
3 Manfaat
a. Bagi Klien
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatan klien.
2) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga dalam melakukan
perawatan diri sendiri.
3) Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada klien.
b. Bagi mahasiswa
1) Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki
serta mengaplikasikannya.
2) Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dan klien
sebagai penerima pelayanan.
3) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif.
4) Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana dalam discharge
planning pada penyembuhan klien.
c. Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan dapat mengidentifikasi
pendokumentasian asuhan keperawatan, khususnya pelaksanaan
discharge planning di Rumah Sakit.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen,
khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi kepada
pendokumentasian asuhan keperawatan yang terkait dengan discharge
planning di Rumah Sakit.
3) Untuk pengembangan pedoman discharge planning dari Rumah Sakit.
4 Target
Terdapat buku informasi discharge planning dan leaflet atau booklet
pemberian KIE pada pasien yang telah diberikan saat perawatan dirumah
sakit.
133
5 Evaluasi
a. Struktur
1) Persiapan dilakukan saat pasien masuk Ruang Bobo II RSUD Dr.
Soetomo dan saat pulang.
2) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan pembimbing akademik
3) Menyusun Proposal
4) Menetapkan Kasus
5) Pengorganisasian peran
6) Penyusunan leaflet dan format discharge planning
b. Proses
1) Membuat buku informasi discharge planning yang dapat ditunjukkan
pada pasien dan keluarga.
2) Membuat leaflet atau booklet discharge planning yang bisa dibawa
pulang oleh pasien.
3) Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning.
4) Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning pada rekam medis.
5) Mensosialisasikan pelaksanaan discharge planning pada perawat
ruangan.
c. Hasil
1) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang
2) Informasi yang di sampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga
6 Program Kerja
a. Rencana Strategi
1) Menentukan penanggung jawab discharge planning
2) Menentukan materi discharge planning
3) Mennetukan pasien yang akan dijadikan subjek discharge planning
4) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
5) Melaksanakan discharge planning
b. Pengorganisasian
1) Penanggungjawab : Ezra Ledya Sevtiana, S.Kep
2) Waktu : Tanggal 12 – 30 November 2018
134
3 Sasaran
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan praktik manajemen, dokumentasi keperawatan dapat
dilakukan penerapannya dengan benar dan lengkap.
b. Tujuan khusus
1) Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan secara lengkap
2) Mendokumentasikan proses pengkajian keperawatan
3) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
6) Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat
7) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan
perencanaan pulang.
8) Mendokumentasikan timbang terima
9) Mendokumentasikan pengkajian yang berkaitan dengan lembar
pengkajian asesmen awal, tanda tangan perpindahan pasien, SBAR antar
shift yang kurang lengkap dan SOAP yang belum terselesaikan.
4 Target
Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan benar, lengkap, dan teratur.
5 Evaluasi
a. Struktur
Menyiapkan dokumentasi klien dalam satu paket yang lengkap.
b. Proses
1) Dokumentasi klien dilakukan secara bertahap sesaat setelah melakukan
tindakan keperawatan.
2) Melakukan dokumentasi keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan secara jelas.
c. Hasil
Mahasiswa dan perawat dapat melakukan dokumentasi keperawatan pada
dokumen klien lengkap.
137
6 Program Kerja
a. Rencana strategis
1) Menyusun format pengkajian untuk kelompok mahasiswa yang nantinya
akan menjadi media dokumentasi perawatan klien kelolaan.
2) Melakukan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan.
3) Melakukan pendokumentasian secara lengkap dan akurat dalam
dokumentasi keperawatan mahasiswa terhadap klien kelolaan.
b. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Liana Oktaviana R., S.Kep
Waktu :Tanggal 12 – 30 November 2018
138
Indikator/Target Penanggung
Masalah Tujuan Program/Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
1 M1 (MAN) Meningkatkan Mengusulkan : Rasio kecukupan Tiur Trihastutik, 12-25
Sumber Daya Kualitas dan Peningkatan Jenjang antara perawat dan S.Kep November
Manusia : Kuantitas SDM Pendidikan pegawai yang pasien menurut tingkat 2018
Kurangnya tenaga lebih tinggi ketergantungan pasien
perawat Peningkatan skill pegawai terpenuhi.
Terpisahnya antara melalui pendidikan dan Peningkatan jenjang
ruangan BOBO 1, pelatihan secara berkala pendidikan dan skill
BOBO 2 dan Penyegaran ilmu keperawatan pegawai tercapai
Nakula Sadewa oleh tenaga yang berkompeten Beban kerja perawat
secara periodic sesuai dengan
Penambahan jumlah perawat tugasnya
Peningkatan kinerja
perawat
2 M2 (MATERIALS) Mengupayakan Identifikasi kebutuhan sarana Tercukupinya Simpliana Rosa, 12-25
Fasilitas yang terpenuhinya prasarana kebutuhan fasilitas S.Kep November
kurang kebutuhan Memfollow up 2 syringe sesuai standar 2018
fasilitas pump Rasio alat kesehatan
pelayanan Memfollow up mengenai dengan pasien sesuai
pengadaan alat (ambubag, Tersedianya
infuse pump, x-ray viewer, kebutuhan alat habis
vena viewer) pakai
Terdapat alat yang Mengupayakan Bekerjasama dengan pihak Semua alat telah Dwiko Nur 12-25
belum dilakukan keakuratan ruangan untuk mengajukan terkalibrasi Gunawan S.Kep November
kalibrasi ulang penggunaan pada pihak IPSM untuk 2018
fasilitas mengkalibrasi alat
139
kesehatan
3 M3 (METHODE) Mampu 1. Mendiskusikan setiap MAKP primary Yohanes P. 14/09/2018
MAKP : meningkatkan hambatan dalam nursing diterapkan Doka, S.Kep
Belum terlaksana penerapan penerapan model primary secara baik
MAKP Primer MAKP primary nursing
nursing pemula 2. Sosialisasi hasil
diseminasi
3. Merencanakan kebutuhan
tenaga perawat
4. Melakukan pembagian
peran perawat
5. Menentukan deskripsi
tugas dan tanggung
perawat
6. Melakukan pembagian
tenaga perawat
7. Membantu penerapan
model MAKP yang sudah
ada
Discharge Discharge Membuat alur pelaksanaan Setiap pasien mulai Ezra Ledya, 25/09/2018
planning: planning discharge planning masuk sampai pulang S.Kep
Belum terlaksanan dilaksanakan Menentukan penyakit sudah mendapatkan
dengan optimal secara optimal terbanyak untuk dilakukan discharge planning
dan discharge planning dengan media buklet
terdokumentasi Melakukan sosialisasi dan dan leaflet
dengan baik simulasi discharge planningdi
ruangan
Membagikan media sosialisasi
140
Ronde Keperawatan Ronde Menentukan pasien untuk Ronde keperawatan Heny 22/11/2018
tidak dilakukan Keperawatan ronde sudah terlaksana Sulistyarini,
secara periodik terlaksana Mempersiapkan ronde bersama perawat S.Kep
dengan optimal keperawatan ruangan
dan sesuai Melaksanakan ronde
dengan jadwal keperawatan (strategi dan
materi)
Supervisi sudah Mampu Mengusulkan proposal Supervisi Dwiko N G, 21/11/2018
berjalan tetapi menerapkan pelaksanaan alur supervisi terdokumentasikan S.Kep
141
KARU
PAGI
LIBUR
PP PP
LIBUR
PA PA
SORE
PA PA PA
MALAM
PA PA
144
GANN CHART
MAHASISWA PROFESI MANAJEMEN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR DI RUANG BOBO II RSUD D.SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 05 NOVEMBER – 01 DESEMBER 2018
No KEGIATAN MINGGU / TANGGAL KET
MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 5 30 1
Pembukaan Praktik
1
Manajemen
Orientasi ke Ruang
2
BOBO II
Pengumpulan Data
3
M1-M5
Tabulasi Data
4
&Konsultasi FGD
5 Timbang Terima
Cetak
6
RM&konsulasi RM
7 Uji Coba Peran
8 FGD
9 Persiapan Roleplay
10 Desiminasi Awal
11 Pengelolaan Pasien
Roleplay
12 Penerimaan Pasien
Baru
13 Roleplay
145
Sentralisasi obat
Roleplay Timbang
14
Terima
15 Roleplay Supervisi
16 PKRS
Roleplay Discharge
17
Planning
Roleplay Ronde
18
Keperawatan
19 Terapi Bermain
20 Ujian
Desiminasi Akhir
21
dan Revisi
PJMA Manajemen Keperawatan
Program Pendidikan Profesi Ners
Pembimbing Akademik II
Fakultas Keperawatan Universitas Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik I Surabaya, 05 November 2018
Airlangga
Ketua Kelompok
Kepala
: PP
keterangan: ruang : : PA
Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) Sulistiawati Ningsih, S.Kep.,Ns.,MM Rifa Rindayani S, S.Kep
Ilya Krisnana, S.Kep.,Ns.,M.Kep Eka Mishbahatul M.H, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 196612251989031004 NIP. 198509112012122001 NIP. 196807161988032005 NIM. 1317223143009
NIP. 198109282012122002
147
Lampiran 5 Angket
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Lama Bekerja :
Sertifikat yang sudah diperoleh :
Angket M3 (Methode)
1. Penerapan MAKP
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Model asuhan keperawatan yang digunakan
a. Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan
perawat saat ini adalah MAKP?
Moduler Tim
4. Dischange Planning
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Discharge Planning?
2 Apakah Bapak/Ibu berikan saat melakukan Discharge
Planning? Jelaskan.
3 Apakah Bapak/Ibu bersedia melakukan Discharge
Planning?Jelaskan.
4 Apakah Discharge Planning dilakukan saat pasien pulang?
5 Kapan pelaksaaan Discharge Planning dilakukan pada
pasien?
a. Mulai pasien masuk RS sampai klien keluar RS.
b. Saat klien masuk RS.
c. Saat pasien akan keluar RS.
6 Apakah sudah ada pembagian tugas Discharge Planning?
7 Apakah PJ unit telah menginformasikan tentang operasional
Discharge Planning?Jelaskan.
8 Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat melakukan
Discharge Planning?
9 Apakah Discharge Planning sudah dilakukan dengan SOP
yang ada?
10 Apakah Discharge Planning disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
keluarga pasien?
11 Apakah bahasa yang Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan
Discharge Planning, mengalami kesulitan untuk dipahami?
12 Apakah setiap selesai melakukan Discharge Planning,
Bapak/Ibu melakukan pendokumentasian dari Discharge
Planning yang telah Bapak/Ibu lakukan?
(Sumber: Nursalam, 2015)
152
5. Ronde Keperawatan
No Pertanyaan Ya Tidak
6. Sentralisasi Obat
No Pertanyaan Ya Tidak
7. Supervisi
No Pertanyaan Ya Tidak
8. Dokumentasi Keperawatan
No Pertanyaan Ya Tidak
Angket M5 (Mutu)
TOTAL SKOR
Nama dan Paraf yang Melakukan
Penilaian
Keterangan:
Skala Resiko jatuh pada anak
1. Skor 7-11: Resiko rendah
Skor ≥12 : Resiko tinggi
Kepuasan Pasien
Sangat Tidak Puas Sangat
Karakteristik Pernyataan Tidak Puas Puas
Puas
Ners/Bidan mampu menangani masalah perawatan anda
dengan tepat dan professional
Ners/Bidan mampu memberikan informasi tentang staf
tenaga yang merawat, sarana prasarana RS, peraturan
RS, dan penyakit anda
Ners/Bidan mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas
Ners/Bidan dapat dipercaya dalam memberikan
pelayanan
Ners/Bidan selalu menjaga kerapian dan penampilannya
Ners/Bidan memberi perhatian terhadap keluhan yang
Pelayanan
anda rasakan
Tenaga
Ners/Bidan mudah ditemui dan dihubungi bila anda
Kesehatan
membutuhkan
Pelayanan yang diberikan Ners/Bidan tidak memandang
pangkat/status tapi berdasarkan kondisi anda
Ners/Bidan perhatian dan memberi dukungan terhadap
kebutuhan pelayanan anda
Kesopanan dan keramahan Ners/Bidan dalam pelayanan
Ners/Bidan bersedia menawarkan bantuan kepada anda
ketika mengalami kesulitan
Ners/Bidan memberikan pelayanan tepat waktu
Ners/Bidan segera menangani anda ketika sampai di
rumah sakit
Keyamanan dan keamanan fasilitas gedung RS
Ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam pelayanan
Kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang
Sarana
digunakan
Prasarana
Ketersediaan petunjuk informasi ruangan dan lokasi
Kebersihan fasilitas umum, toilet, tempat ibadah, ruang
tunggu
Menu makanan RS: rasa, penyajian, ketepatan
(Sumber: Nursalam, 2015)