Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN DAN KESEHATAN ANJING KINTAMANI

HANDLING DAN RESTRAIN

DISUSUN OLEH:

M. FARHAN AL MA’ARIF 1809511051


NUR BAITI 1809511052
NABILAH RIZKY AMALIA 1809511055
MAHARANI LISNA WULANDARI 1809511056
HAGAI DEOSIDDHANTA WIDAGDO 1809511057
DWI FORTUNA HASIHOLANDA 1809511059
NI LUH MENTARI SAAVITRI NESA 1809511060
MEILIANI HERNA SUPRIHATIN 1809511061
MATILDA KRISNAWATI 1809511063
AHMAD ROHMADHON HOLIFATULLAH 1809511064
REYNARA WILDAN PRATAMA 1809511111
ALYA NITA SHENA GAYANTI 1809511112
LONA MILENA 1809511118
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
kasih karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Handling dan Restrain”
ini dengan baik. Tulisan ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Manajemen dan Kesehatan Anjing Kintamani dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
bagi para pembacanya.

Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tulisan ini, sehingga tulisan ini dapat selesai dengan baik dan tepat
pada waktunya. Kami sadar, bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sebagai penulis menerima dengan lapang dada segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun. Nantinya semua kritik dan saran yang diberikan tersebut akan kami gunakan
sebagai pedoman dan acuan dalam pembuatan tulisan kedepannya.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
wawasan bagi para pembacanya. Sekali lagi, kami ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 6 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Handling dan Restrain ............................................................................ 3
2.2 Fungsi Handling dan Restrain .................................................................................. 4
2.3 Metode Handling dan Restrain ................................................................................. 4
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Diagnosis USG ................................................ 7
2.5 Langkah-langkah Handling dan Restrain ................................................................ 8
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Handling dan Restrain................................................ 9
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Restrain moncong. ............................................................................................... 4


Gambar 2. Restrain berdiri .................................................................................................... 5
Gambar 3. Restrain duduk ..................................................................................................... 5

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anjing Kintamani adalah ras anjing yang berasal dari daerah pegunungan
Kintamani, pulau Bali. Anjing yang memiliki sifat pemberani ini sudah lama mulai
dibiakan sehingga dapat diakui oleh dunia internasional. Anjing yang populer disebut
anjing Kintamani Bali ini setara dengan anjing chow chow dari China, anjing samoyed
dari Rusia, dan anjing akita inu dari Jepang.
Handling adalah memegang hewan dengan tangan. Sedangkan restrain adalah
pembatasan aktivitas hewan dengan verbal, fisik, atau farmakologis. Artinya sehingga
hewan tersebut dicegah dari melukai dirinya sendiri atau orang lain. Merestrain anjing
secara paksa berbahaya untuk kedua handler dan hewan. Oleh karena itu pemiliknya
sangat baik untuk menangani dengan aman dan manusiawi dengan lembut dan
meminimalisir pengendalian fisik (Andayani, 2012).
Restraint atau pengekangan didefinisikan sebagai sesuatu penahanan secara
paksa dalam hal ini pada praktik veteriner, atau dikatak juga sebagai suatu metode
penahanan hewan secara paksa dibawah pengawasan para teknis veteriner (Selvaraju,
2011). Hal yang sama pentingnya adalah bahwa seorang dokter hewan harus tahu
mengenai jenis restrain mana yang harus dihindari. Banyak hewan cedera karena
penggunaan atau penerapan teknik restrain yang salah dan hewan-hewan yang
berperilaku baik menjadi pasien yang gugup dan memberontak karena pengunaan
metode yang terlalu keras.
Hal- hal yang tidak boleh dilupakan dalam handling anjing adalah usia dari
anjing usia yang tua sering menderita rematik dan arthritis sehingga kaki tidak boleh
ditarik, harus diperlakukan secara lembut dan jangan di kejutkan atau meberikan
gerakan tibatiba (Gunanti, 2011). Handling hewan juga tergantung dari jenis kelamin.
Pada jenis-jenis tertentu akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap
perlakuan manusia herder, dobberman, pinser, dan chow-chow, akan segera
memberikan sinyal pada kita apakah mereka mau atau tidak mau diperiksa terrier dan
cocker spaniel, tampak ramah dan tenag tetapi dapat menggigit dengan keras tanpa
peringatan dulu (Gunanti, 2011)
Penggunaan agen farmakologis untuk membantu dalam restrain dibolehkan
ketika: a) prosedur yang menyakitkan, b) prosedur yang memerlukan memegang seekor

1
hewan dalam posisi yang membahayakan pernapasannya, dan c) hewan sangat takut
atau agresif (Andayani, 2012). Restrain (pengekangan) tindakan mencegah aksi atau
gerakan maju dengan kekuatan moril atau fisik maupun dengan membuat suatu
hambatan. Jadi pengekangan adalah proses pencegahan suatu aksi atau gerakan dan
pengekangan pasien adalah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang dokter
hewan (Soegiri, 2007).
Dalam ilmu kedokteran hewan, handling dan restrain anjing sangat diperlukan
untuk meminimalisir terjadinya cedera pada hewan maupun pada manusia saat akan
melakukan pemeriksaan, penngambilan darah, ataupun untuk persiapan melakukan
prosedur operasi. Dari banyak spesies, anjing kemungkinan akan ditampilkan rentang
reaksi terbesar untuk handling dan restrain. Beberapa anjing tenang dan kooperatif;
yang lain merespons dengan agresif. Reaksi ini dapat berbeda dari sikap kebiasaan
anjing. Seringkali anjing yang jinak dan ramah di rumah bereaksi berbeda di rumah
sakit hewan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Handling dan Restrain pada anjing?
2. Apa saja fungsi Handling dan Restrain pada anjing?
3. Bagaimana metode Handling dan Restrain pada anjing?
4. Bagaimana langkah-langkah Handling dan Restrain pada anjing?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan Handling dan Restrain pada anjing?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Handling dan Restrain pada anjing?
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Handling dan Restrain pada anjing?
3. Untuk mengetahui metode Handling dan Restrain pada anjing?
4. Untuk mengetahui langkah-langkah Handling dan Restrain pada anjing?
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Handling dan Restrain pada anjing?
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui Handling dan Restrain pada anjing
2. Dapat mengetahui fungsi-fungsi Handling dan Restrain pada anjing
3. Dapat mengetahui metode Handling dan Restrain pada anjing
4. Dapat mengetahui langkah-langkah Handling dan Restrain pada anjing
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Handling dan Restrain pada anjing
6. Dapat menyelasaikan tugas mata kuliah manajemen dan kesehatan anjing
kintamani
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Handling dan Restrain


Handling cara menangani hewan dengan tangan kosong agar hewan tenang dan
tidak stress sehingga mempermudah perlakuan. Restrain adalah cara menguasai hewan
dengan bantuan alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan dengan cara aman
baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri.
Pengendalian hewan melalui kekuatan fisik ini yang paling penting adalah
memakai tangan baik tangan telanjang maupun dengan bantuan alat seperti elektroshocker.
Sebelum melakukan handling, sebaiknya menggunakan sarung tangan yang berasal dari
katun untuk hewan pengerat kecil. Kulit kasar (coarse leather gloves) untuk jenis primata,
burung dan binatang penggigit lainnya. Hal-hal yang tidak boleh dilupakan dalam
pengekangan anjing tua yaitu, sering menderita rematik dan arthritis sehingga tidak boleh
ditarik. Harus diperlakukan secara lembut. Jangan dikejutkan atau memberikan gerakan
yang tiba-tiba. Biarkan anjing melakukan pemeriksaan sekelilingnya seperti mencium
sepuasnya tangan yang kita letakkan di depan moncongnya. Jenis anjing pada jenis-jenis
tertentu akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan manusia. Herder,
Dobberman, Pinser dan How-chow, akan segera memberikan sinyal pada kita apakah
mereka mau atau tidak mau diperiksa. Baerrier dan Socker paniel, tampak ramah dan
tenang tetapi dapat menggigit dengan keras tanpa peringatan lebih dulu.
Restrain adalah pembatasan aktivitas hewan dengan verbal, fisik, atau
farmakologis sehingga hewan tersebut dicegah dari melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Restrain anjing secara paksa berbahaya untuk handler dan hewan. Oleh karena itu
pemiliknya sangat baik untuk menangani dengan aman dan manusiawi dengan lembut dan
meminimalisir. Restrain pada hewan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, restrain fisik
yang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau menggunakan fisik hewan itu
sendiri sebagai sarana, dan restrain kimiawi yang dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, misalnya yang tergolong dalam sedativa. Yang perlu diperhatikan
dalam pemberian restrain secara kimiawi, karena ada kemungkinan obat - obatan yang
digunakan bisa berpenngaruh fatal terhadap pasien karena obat yang digunakan
merupakan kontra indikasi. Tujuan dari restrain antara lain untuk memudahkan
pemeriksaan fisik, termasuk tetes mata dan pemeriksaan rektal untuk mengelola lisan,
bahan suntik, dan topikal, untuk menerapkan perban. Untuk melakukan prosedur tertentu

3
(misalnya kateterisasi urin), dan untuk mencegah melukai diri sendiri tetapi restrain pada
anjing juga beresiko menyebabkan Dyspnea, Hyperthermia, Trauma jaringan (mis. otot
lurik), dan stress. Restrain (pengekangan) merupakan tindakan mencegah aksi atau
gerakan maju dengan kekuatan moril atau fisik maupun dengan membuat suatu hambatan.
jadi pengekangan adalah proses pencegahan suatu aksi atau gerakan dan pengekangan

2.2 Fungsi Handling dan Restrain


Fungsi handling pada anjing ialah untuk mempermudah penanganan dan
meminimalisir terjadinya cidera pada hewan maupun pada manusia saat akan melakukan
pemeriksaan, untuk menjamin keamanan bagi hewan itu sendiri (merasa aman), dan
pengambilan darah ataupun untuk persiapan melakukan prosedur operasi.
Fungsi restrain pada anjing ialah supaya hewan tenang saat diperiksa,
mempermudah pemeriksaan, mempermudah pemberian obat atau penanganan, dan
mencegah kemungkinan terjadinya cidera.

2.3 Metode Handling dan Restrain


Handling merupakan cara menangani hewan dengan tangan kosong agar hewan
tenang dan tidak stress sehingga mempermudah perlakuan. Sedangkan restrain, Selvaraju
2011 mengatakan bahwa restrain adalah suatu penahanan secara paksa dalam hal ini pada
praktik veteriner, atau dikatakan juga sebagai suatu metode penahanan hewan secara paksa
dibawah pengawasan para teknis veteriner. Lalu, menurut McCurnin, 1985 restrain
merupakan cara menguasai hewan dengan bantuan alat agar hewan dapat lebih mudah
diberi perlakuan dengan cara aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri.
Berikut beberapa jenis restrain:
a. Restrain Fisik
Merupakan pengendalian hewan dengan memakai tangan atau bantuan alat.
 Restrain moncong

Gambar 1. Restrain moncong.

4
“Loop” dari tali kompor atau perban dengan simpul surgeon’s knot diselipkan
ke moncong anjing kemudian dikencangkan (posisi orang searah dengan anjing, tidak
berhadapan dengan anjing). Selanjutnya tali ditarik ke bawah dagu dan disimpulkan
dengan overhand knot, kemudian tali ditarik ke arah dorsal leher dan disimpul kuat
dengan refer’s knot.
 Restrain anjing untuk perlakuan (berdiri)

Gambar 2. Restrain berdiri


Restrain ini biasanya digunakan untuk injeksi di daerah tengkuk subcutan atau
injeksi intramuscular. Pemeriksaan ini menggunakan meja periksa yang tidak licin
agar anjing tidak tergelincir. Untuk pemeriksaan, anjing diangkat ke meja periksa lalu,
tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga memegang lengan kepala
anjing aman. Kepala harus sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing
menggigit salah satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan di
bawah perut untuk mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur.
Menarik anjing dekat tubuh untuk memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu
mencoba untuk bergerak.
 Restrain anjing dengan posisi duduk

Gambar 3. Restrain duduk


Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga lengan memegang
kepala anjing aman terhadap restrainer tubuh. Tempatkan lengan lain di sekitar kaki
belakang untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama prosedur. Menarik

5
anjing dekat dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba
untuk bergerak.
 Restrain anjing dengan rebah lateral
Dilakukan casting, yaitu merebahkan hewan. Operator berdiri samping anjing
yang berdiri di meja periksa, atau sering juga dilakukan di lantai. Kemudian pegang
radius dan tibia anjing yang ada di sisi kita dan roll down anjing, gunakan sikut untuk
menekan bagian pelvis ketika anjing sudah berhasil direbahkan
b. Restrain Kimia
Merupakan teknik restrain dengan menggunakan bahan-bahan kimia.
 Golongan obat-obatan tranquilizer / sedative
Golongan obat-obatan tranquilizer / sedativa adalah golongan
phenotiazine, benzodiazepin, dan thiazine, bekerja terhadap susunan syaraf pusat
yang menghasilkan ketenangan dan tranquil, tetapi obat-obatan ini dapat juga
mengakibatkan ataksia dan prolaps membran nictitans dan kebanyakan
obatobatan ini tidak menimbulkan efek analgesik (Boothe, 2001).
 Golongan Phenotiazin
Golongan Phenotiazin adalah Golongan obat preanastesi yang dipakai
sebagai sedasi ini tidak bersifat mendepresi pernafasan dan mempunyai efek
minimal pada jantung sehingga sangat efektif digunakan pada semua spesies
hewan. Aplikasi secara SC, IM, OV (dengan pengawasan). Efek klinis golongan
obat ini sedasi, anti muntah, antiaritmia, antihistamin, vasodilatasi pembuluh
darah perifer, dapat mengakibatkan kekejangan (Boothe, 2001).
 Golongan Benzodiazepin
Golongan Benzodiazepin adalah diazepam, midozolan dan lorazepam.
Efek golongan obat ini menghambat GABA (gama aminobutiric acid) dan
menghambat neurotransmiter hewan, anti gelisah, relaksasi otot, antikonvulsan,
efek minimalis pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Tidak disarankan
untuk diberikan pada hewan yang baru lahir dan hewan yang menderita disfungsi
hati karena golongan obat ini sangat sukar di metabolisir oleh hati (Boothe, 2001).
 Golongan Thiazine
Golongan Thiazine antara lain xylazin, medetomidin, deltomidin,
romitidin diklasifikasikan sebagai alpha-2 adrenoreceptor agonist yang

6
merangsang reseptor alpha-2 adrenoreceptor yang menyebabkan penurunan
tingkatan transmisi neuro norepinephrine
c. Anestesi
Keadaan tidak sadar yang disebabkan oleh obat bius. Ditandai dengan depresi
sistem saraf pusat dan berbagai fase tingkat analgesia.
d. Imobilisasi
Restrain kimia tanpa anestesi dan analgesic
e. Penghambat neuromuskuler
Obat-obatan yang mampu menyebabkan kelumpuhan atau paresis tulang otot
dengan pengaruhnya pada sambungan neuromuskuler.
f. Analgesik
Pengurangan rasa nyeri atau sakit.
g. Sedasi
Penekanan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan keadaan seperti tidur.
h. Tranquillisation
Keadaan perubahan perilaku, dimana kecemasan berkurang, respons perilaku
hewan ditekan, dan hewan menjadi rileks. Refleks tulang belakang dan reflek lainnya
tidak terpengaruh.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Diagnosis USG


Kelebihan
- Pada hasil penelitian memperlihatkan bahwa ultrasonografi dapat menjadi alat yang
berguna untuk diagnosis kerusakan internal pada penyu bromo yang masih muda dan
yang sudah menyusut. Penggunaan ultrasonografi itu tidak mahal, aman, dan mudah
digunakan, dan dengan banyak praktik organ dalam dapat ditemukan dan diperiksa.
(Valente, et al. 2007)
- Dapat memvisualisasikan arsitektur internal bayak organ
- USG dapat menampilkan keabnormalitasan seperti nodul, massa, kista dan abses
- Abnormalitas tersebut juga dapat dihitung dan diukur
- Spesifitas penyakit dapat diketahui bila ada data, umur, jenis kelamin, ras, anamneses,
pemeriksaan fisik dan hasil lab
- Tidak membutuhkan waktu lama dan mudah dilakukan

7
Kelemahan
- Jika dalam pemeriksaan terdapat celah dan ada udara maka gelombang suara akan
dihamburkan
- Tidak dapat digunakan dalam pemeriksaan tulang
- Perlu keterampilan dan pengalaman untuk memperoleh gambar berkualitas

2.5 Langkah-langkah Handling dan Restrain


 Handling
a. Handling anjing dalam posisi rebah lateral
Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki anjing dan peganglah kaki
depan dan belakang dan dekatkan dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat
kaki anjing dari meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-lahan.
Gunakan lengan untuk menekan di sisi kepala, sehingga mengurangi pergerakan
kepala serta sedikit tekan panggul anjing dengan siku.
b. Handling anjing dalam posisi rebah sterna
Pada posisi rebah sternal biasanya berguna untuk membantu beberapa
macam pemeriksaan seperti pemeriksaan mata dan telinga. Handling pada possisi
ini dapat dilakukan dengan cara menemempatkan satu tangan di bawah leher dan
tangan lainnya di punggung dengan tangan sepanjang sisi anjing. Kemudian tangan
yang lain dicondongkan ke arah anjing untuk menarik kepala anjing ke arah bahu
handler bila dibutuhkan kontrol pada keadaan tertentu. Hewan yang ditempatkan
pada posisi ini dapat digunakan untuk pengambilan darah melalui vena jugularis.
c. Handling anjing dengan posisi duduk
Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan
satu tangan di bawah leher anjing sehingga lengan memegang kepala anjing aman
terhadap restrainer tubuh. Menempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang untuk
mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama prosedur. Menarik anjing dekat
dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk
bergerak.
d. Handling anjing dengan posisi berdiri
Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan
satu tangan di bawah leher anjing sehingga memegang lengan kepala anjing aman.
Kepala harus sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing menggigit

8
salah satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan di bawah
perut untuk mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur. Menarik
anjing dekat tubuh untuk memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu mencoba
untuk bergerak (Lane, 2003).
 Restrain
Pada dasarnya, prinsip dari restrain atau pengekangan terhadap pasien dalam hal
ini anjing hanya dilakukan sesederhana mungkin, seminimal mungkin, dan mudah
untuk dijalankan agar dapat menjamin keamanan dokter hewan yang memeriksa juga
sebisa mungkin tidak menyebabkan hewan menjadi tertekan akibat proses restrain
tersebut.Biasanya pada hewan yang telah cukup jinak dan sangat tergantung pada
majikan, proses restrain dapat dilakukan dengan meminta bantuan pemilik untuk
mengurangirasa gelisah pasien pada situasi yang asing. Secara umum yang perlu
diperhatikan pada anjing adalah ketika mencoba untuk menggigit. Oleh karenanya,
prosedur restrain hendaknya dipusatkan ke dareah moncong dan kepala. Pada beberapa
anjing, metode restrain dapat dilakukan dengan cara menggenggam kulit leher pada
dorsolateral telinga sehingga anjing tidak terlalu berontak ketika akan diperiksa.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Handling dan Restrain


Handling dan restrain memiliki beragam manfaat, baik untuk hewan ternak maupun
orang yang menangani ternak tersebut. Penanganan ternak ditujukan untuk pemeriksaan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan perawatan rutin.
Penggunaan teknik handling dan restrain yang benar akan meminimalisir tingkat
cedera yang dapat terjadi. Cedera dapat berasal dari gigitan, cakaran, pijakan, alergi,
sengatan, tendangan, dan beberapa cedera lain seperti penyakit zoonosis.
Manfaat dan fungsi handling restraint sendiri adalah :
1. Supaya hewan tenang saat diperiksa
2. Mempermudah pemeriksaan
3. Mempermudah memberikan obat dan penanganan
4. Mencegah kemungkinan terjadinya cedera
Beberapa hal yang dapat dilakukan saat melakukan restraint adalah:
1. Menggunakan handuk untuk menutupi tubuh kucing
2. Menggunakan cat restraint bag
3. Menggunakan penutup kepala
4. Menggunakan cat lasso
9
Jika restrain tidak dilakukan dengan benar, maka akan menimbulkan bahaya atau
resiko. Untuk sapinya sendiri dapat berupa luka benturan karena sepakan yang mengenai
dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya
yang dapat menyebabkan luka memar atau tergores dan pendarahan sampai patah tulang.
Bahaya untuk dokter hewannya sendiri jika tidak melakukan restrain dengan benar dapat
berupa sepakan, desakan, injakan, gigitan, sengatan, cakaran serta cedera lain seperti
penyakit zoonosis dari hewan pada waktu hewan akan diperiksa kesehatannya.

10
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Handling merupakan cara menangani hewan dengan tangan kosong agar hewan
tenang dan tidak stress sehingga mempermudah perlakuan. Sedangkan restrain adalah cara
menguasai hewan dengan bantuan alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan
dengan cara aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri. Fungsi handling pada
anjing ialah untuk mempermudah penanganan dan meminimalisir terjadinya cidera pada
hewan. Fungsi restrain pada anjing ialah supaya hewan tenang saat diperiksa,
mempermudah pemeriksaan, mempermudah pemberian obat atau penanganan, dan
mencegah kemungkinan terjadinya cidera. Penggunaan teknik handling dan restrain yang
benar akan meminimalisir tingkat cedera yang dapat terjadi. Jika restrain tidak dilakukan
dengan benar, maka akan menimbulkan bahaya atau resiko.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Candra, N. 2012. Pemeriksaan Anjing. Yogyakarta: UGM


Gunanti. 2011. Animal Restraint (cara pengendalian hewan). Bagian bedah dan radiologi,
fakultas kedokteran hewan. IPB; Bogor.
Herman, F.N. 2015. Handling, Restrain, Venasectio, Dan Pemberian Obat. Unhas
Baraya
McCurnin, D. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technician. London : W.B. Saunders
Company

Rendrawan, D. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar: Program
Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Selvaraju, S., Kaliweo, N.F., Mechor, N.A.F., Tiffarent, R., Manurung, J.M., Engcong, D.M.
2011. Simulasi Handling dan Restrain Hewan Besar dan Kecil. Bagian bedah dan
radiologi, fakultas kedokteran hewan. IPB; Bogor.
Sharp, T., Saunders, G., Mitchell, B. 2005. Restraint and Handling of Animals Used In
Research.

Soegiri, J. dan Wulansari, R. 2007. Cara-cara mengekang Hewan. IPB Press: Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai