AKB - Handling Dan Restrain - Kelas B
AKB - Handling Dan Restrain - Kelas B
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
kasih karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Handling dan Restrain”
ini dengan baik. Tulisan ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Manajemen dan Kesehatan Anjing Kintamani dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
bagi para pembacanya.
Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tulisan ini, sehingga tulisan ini dapat selesai dengan baik dan tepat
pada waktunya. Kami sadar, bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sebagai penulis menerima dengan lapang dada segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun. Nantinya semua kritik dan saran yang diberikan tersebut akan kami gunakan
sebagai pedoman dan acuan dalam pembuatan tulisan kedepannya.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
wawasan bagi para pembacanya. Sekali lagi, kami ucapkan banyak terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hewan dalam posisi yang membahayakan pernapasannya, dan c) hewan sangat takut
atau agresif (Andayani, 2012). Restrain (pengekangan) tindakan mencegah aksi atau
gerakan maju dengan kekuatan moril atau fisik maupun dengan membuat suatu
hambatan. Jadi pengekangan adalah proses pencegahan suatu aksi atau gerakan dan
pengekangan pasien adalah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang dokter
hewan (Soegiri, 2007).
Dalam ilmu kedokteran hewan, handling dan restrain anjing sangat diperlukan
untuk meminimalisir terjadinya cedera pada hewan maupun pada manusia saat akan
melakukan pemeriksaan, penngambilan darah, ataupun untuk persiapan melakukan
prosedur operasi. Dari banyak spesies, anjing kemungkinan akan ditampilkan rentang
reaksi terbesar untuk handling dan restrain. Beberapa anjing tenang dan kooperatif;
yang lain merespons dengan agresif. Reaksi ini dapat berbeda dari sikap kebiasaan
anjing. Seringkali anjing yang jinak dan ramah di rumah bereaksi berbeda di rumah
sakit hewan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Handling dan Restrain pada anjing?
2. Apa saja fungsi Handling dan Restrain pada anjing?
3. Bagaimana metode Handling dan Restrain pada anjing?
4. Bagaimana langkah-langkah Handling dan Restrain pada anjing?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan Handling dan Restrain pada anjing?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Handling dan Restrain pada anjing?
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Handling dan Restrain pada anjing?
3. Untuk mengetahui metode Handling dan Restrain pada anjing?
4. Untuk mengetahui langkah-langkah Handling dan Restrain pada anjing?
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Handling dan Restrain pada anjing?
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui Handling dan Restrain pada anjing
2. Dapat mengetahui fungsi-fungsi Handling dan Restrain pada anjing
3. Dapat mengetahui metode Handling dan Restrain pada anjing
4. Dapat mengetahui langkah-langkah Handling dan Restrain pada anjing
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Handling dan Restrain pada anjing
6. Dapat menyelasaikan tugas mata kuliah manajemen dan kesehatan anjing
kintamani
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(misalnya kateterisasi urin), dan untuk mencegah melukai diri sendiri tetapi restrain pada
anjing juga beresiko menyebabkan Dyspnea, Hyperthermia, Trauma jaringan (mis. otot
lurik), dan stress. Restrain (pengekangan) merupakan tindakan mencegah aksi atau
gerakan maju dengan kekuatan moril atau fisik maupun dengan membuat suatu hambatan.
jadi pengekangan adalah proses pencegahan suatu aksi atau gerakan dan pengekangan
4
“Loop” dari tali kompor atau perban dengan simpul surgeon’s knot diselipkan
ke moncong anjing kemudian dikencangkan (posisi orang searah dengan anjing, tidak
berhadapan dengan anjing). Selanjutnya tali ditarik ke bawah dagu dan disimpulkan
dengan overhand knot, kemudian tali ditarik ke arah dorsal leher dan disimpul kuat
dengan refer’s knot.
Restrain anjing untuk perlakuan (berdiri)
5
anjing dekat dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba
untuk bergerak.
Restrain anjing dengan rebah lateral
Dilakukan casting, yaitu merebahkan hewan. Operator berdiri samping anjing
yang berdiri di meja periksa, atau sering juga dilakukan di lantai. Kemudian pegang
radius dan tibia anjing yang ada di sisi kita dan roll down anjing, gunakan sikut untuk
menekan bagian pelvis ketika anjing sudah berhasil direbahkan
b. Restrain Kimia
Merupakan teknik restrain dengan menggunakan bahan-bahan kimia.
Golongan obat-obatan tranquilizer / sedative
Golongan obat-obatan tranquilizer / sedativa adalah golongan
phenotiazine, benzodiazepin, dan thiazine, bekerja terhadap susunan syaraf pusat
yang menghasilkan ketenangan dan tranquil, tetapi obat-obatan ini dapat juga
mengakibatkan ataksia dan prolaps membran nictitans dan kebanyakan
obatobatan ini tidak menimbulkan efek analgesik (Boothe, 2001).
Golongan Phenotiazin
Golongan Phenotiazin adalah Golongan obat preanastesi yang dipakai
sebagai sedasi ini tidak bersifat mendepresi pernafasan dan mempunyai efek
minimal pada jantung sehingga sangat efektif digunakan pada semua spesies
hewan. Aplikasi secara SC, IM, OV (dengan pengawasan). Efek klinis golongan
obat ini sedasi, anti muntah, antiaritmia, antihistamin, vasodilatasi pembuluh
darah perifer, dapat mengakibatkan kekejangan (Boothe, 2001).
Golongan Benzodiazepin
Golongan Benzodiazepin adalah diazepam, midozolan dan lorazepam.
Efek golongan obat ini menghambat GABA (gama aminobutiric acid) dan
menghambat neurotransmiter hewan, anti gelisah, relaksasi otot, antikonvulsan,
efek minimalis pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Tidak disarankan
untuk diberikan pada hewan yang baru lahir dan hewan yang menderita disfungsi
hati karena golongan obat ini sangat sukar di metabolisir oleh hati (Boothe, 2001).
Golongan Thiazine
Golongan Thiazine antara lain xylazin, medetomidin, deltomidin,
romitidin diklasifikasikan sebagai alpha-2 adrenoreceptor agonist yang
6
merangsang reseptor alpha-2 adrenoreceptor yang menyebabkan penurunan
tingkatan transmisi neuro norepinephrine
c. Anestesi
Keadaan tidak sadar yang disebabkan oleh obat bius. Ditandai dengan depresi
sistem saraf pusat dan berbagai fase tingkat analgesia.
d. Imobilisasi
Restrain kimia tanpa anestesi dan analgesic
e. Penghambat neuromuskuler
Obat-obatan yang mampu menyebabkan kelumpuhan atau paresis tulang otot
dengan pengaruhnya pada sambungan neuromuskuler.
f. Analgesik
Pengurangan rasa nyeri atau sakit.
g. Sedasi
Penekanan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan keadaan seperti tidur.
h. Tranquillisation
Keadaan perubahan perilaku, dimana kecemasan berkurang, respons perilaku
hewan ditekan, dan hewan menjadi rileks. Refleks tulang belakang dan reflek lainnya
tidak terpengaruh.
7
Kelemahan
- Jika dalam pemeriksaan terdapat celah dan ada udara maka gelombang suara akan
dihamburkan
- Tidak dapat digunakan dalam pemeriksaan tulang
- Perlu keterampilan dan pengalaman untuk memperoleh gambar berkualitas
8
salah satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan di bawah
perut untuk mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur. Menarik
anjing dekat tubuh untuk memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu mencoba
untuk bergerak (Lane, 2003).
Restrain
Pada dasarnya, prinsip dari restrain atau pengekangan terhadap pasien dalam hal
ini anjing hanya dilakukan sesederhana mungkin, seminimal mungkin, dan mudah
untuk dijalankan agar dapat menjamin keamanan dokter hewan yang memeriksa juga
sebisa mungkin tidak menyebabkan hewan menjadi tertekan akibat proses restrain
tersebut.Biasanya pada hewan yang telah cukup jinak dan sangat tergantung pada
majikan, proses restrain dapat dilakukan dengan meminta bantuan pemilik untuk
mengurangirasa gelisah pasien pada situasi yang asing. Secara umum yang perlu
diperhatikan pada anjing adalah ketika mencoba untuk menggigit. Oleh karenanya,
prosedur restrain hendaknya dipusatkan ke dareah moncong dan kepala. Pada beberapa
anjing, metode restrain dapat dilakukan dengan cara menggenggam kulit leher pada
dorsolateral telinga sehingga anjing tidak terlalu berontak ketika akan diperiksa.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Handling merupakan cara menangani hewan dengan tangan kosong agar hewan
tenang dan tidak stress sehingga mempermudah perlakuan. Sedangkan restrain adalah cara
menguasai hewan dengan bantuan alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan
dengan cara aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri. Fungsi handling pada
anjing ialah untuk mempermudah penanganan dan meminimalisir terjadinya cidera pada
hewan. Fungsi restrain pada anjing ialah supaya hewan tenang saat diperiksa,
mempermudah pemeriksaan, mempermudah pemberian obat atau penanganan, dan
mencegah kemungkinan terjadinya cidera. Penggunaan teknik handling dan restrain yang
benar akan meminimalisir tingkat cedera yang dapat terjadi. Jika restrain tidak dilakukan
dengan benar, maka akan menimbulkan bahaya atau resiko.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rendrawan, D. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar: Program
Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Selvaraju, S., Kaliweo, N.F., Mechor, N.A.F., Tiffarent, R., Manurung, J.M., Engcong, D.M.
2011. Simulasi Handling dan Restrain Hewan Besar dan Kecil. Bagian bedah dan
radiologi, fakultas kedokteran hewan. IPB; Bogor.
Sharp, T., Saunders, G., Mitchell, B. 2005. Restraint and Handling of Animals Used In
Research.
Soegiri, J. dan Wulansari, R. 2007. Cara-cara mengekang Hewan. IPB Press: Bogor.
12