Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KLINIK SURABAYA

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL


YANG DILAKSANAKAN
DI KLINIK HEWAN INI VETERINARY SERVICE
SURABAYA

“Contusio cerebri (Trauma Otak) Pada Anjing Sydney”

Oleh :

Dyah Kusumaning Wardhani, S.KH


NIM. 190130100111057
PPDH Gelombang VI 2019/2020 Kelompok 1

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS KLINIK SURABAYA
ROTASI INTERNA HEWAN KECIL
YANG DILAKSANAKAN
DI KLINIK HEWAN INI VETERINARY SERVICE SURABAYA

“Contusio cerebri (Trauma Otak) Pada Anjing Sydney”

Malang, 25 November 2019- 3 Januari 2020

Oleh:
Dyah Kusumaning Wardhani, S.KH
NIM. 190130100111057
PPDH Gelombang VI, Kelompok 1

Menyetujui,

Koordinator PPDH Pembimbing Lapangan


Rotasi Interna Hewan Kecil

drh. Tiara Widyaputri, M.Si


drh. Iwan Willyanto, MSc. PhD
NIK. 2012088710302001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Koasistensi Program Profesi Dokter Hewan (PPDH) Rotasi Klinik
Surabaya yang dilaksanakan di Klinik InI Veterinary Service Surabaya dengan
judul “Studi Kasus Contusio cerebri (Trauma Otak) pada Anjing Sydney”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan mengucapakan terima kasih kepada :
1. drh. Dyah Ayu Oktaviani A.P., M. Biotech selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
2. drh. Nofan Rickyawan, M.Si selaku koordinator PPDH FKH UB.
3. drh. Tiara Widyaputri, M.Si selaku Koordinator PPDH FKH UB Interna
Hewan Kecil
4. drh. Ingrid Willyanto dan drh. Iwan Willyanto, Msc. PhD atas arahan,
motivasi, bimbingan, fasilitas, dan kesempatan yang telah diberikan.
5. Seluruh dokter hewan dan staff, serta keluarga besar Klinik InI Veterinary
Service Surabaya atas segala bantuan, bimbingan, dan pembelajaran yang
telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik
yang membangun. Akhirnya, semoga laporan ini dapat menambah wawasan dan
memberi manfaat.
Hormat saya,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I TINJAUAN KASUS ........................................................................... 1
1.1 Signalemen ............................................................................. 1
1.2 Anamnesa ............................................................................... 1
1.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................... 3
1.4 Pemeriksaan Penunjang X-Ray .............................................. 4
1.5 Interpretasi Pemeriksaan X-Ray ............................................. 4
1.6 Diagnosa Banding................................................................... 5
1.7 Diagnosa ................................................................................. 5
1.8 Prognosa ................................................................................. 5
1.9 Rekam Medis ......................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 9
2.1 Contusio cerebri (Trauma Otak) ............................................. 9
2.2 Analisa Diagnosa..................................................................... 9
2.3 Analisa Terapi ......................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 14
3.2 Saran ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Anjing Sydney ........................................................................... 1
Gambar 1.2. Hasil Pemeriksaan X-Ray Anjing Sydney................................. 4
Gambar 2.2.1. Hasil Pemeriksaan X-Ray Anjing Sydney.............................. 10
Gambar 2.2.2. Gambaran Radiografi Normal Caput pada Anjing Yorkshire ........ 11

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Rekam Medis Anjing Sydney ........................................................ 5

vi
BAB I

TINJAUAN KASUS

1.1 SIGNALEMEN
Berikut ini merupakan signalemen dari anjing Sydney yang dibawa ke klinik
InI Veterinary Service pada hari Kamis, 28 November 2019:
Nama : Sydney
Usia : 8 Bulan
Jenis kelamin : Betina
Berat badan : 1,6 kg
Ras/Breed : Yorkshire Terrier
Warna rambut : Tri Colour
Pemilik : Erni
Alamat : Rungkut Permai X Blok G-1

Gambar 1.1 Anjing Sydney (Dokumentasi Pribadi)


1.2 ANAMNESA
Pada bulan 15 Juli 2019, anjing Sydney memiliki riwayat diagnosa pada
bagian fontanelle terbuka di daerah cranium. Pada tanggal 15 Agustus 2019,
anjing Sydney datang ke klinik untuk melakukan vaksin. Pada tanggal 28
November 2019, ketika sampai di klinik tubuh anjing menjadi kaku. Tiba-tiba
terjadi kejang sampai mengalami hipersalivasi dan anjing tanpa sadar mengalamin

1
urinasi serta tidak adanya reflek gerak kaki depan, kemudian disarankan untuk
melakukan x-ray karena ada riwayat pada bagian fontanelle terbuka di daerah
cranium. Pada tanggal 29 November 2019, anjing Sydney datang ke klinik dengan
membawa hasil x-ray kondisi anjing Sydney tidak mengalamin muntah dan reflek
menelan masih ada. Pada tanggal 2 Desember 2019, kondisi anjing Sydney sudah
mulai bisa menelan makan yang diberikan oleh pemilik. Pada tanggal 5 Desember
2019, kaki pada bagian kiri masih lumpuh dan menyeret ketika digunakan untuk
berjalan. Pada tanggal 9 Desember 2019 anjing Sydney, melakukan akupuntur dan
kondisi anjing Sydney mulai membaik. Pada tanggal 17 Desember 2019 kondisi
jalannya agak membaik tetapi masih sering terkejut. Pada tanggal 20 dan 23
Desember 2019 dilakukan akupuntur dan kondisinya semakin membaik. Pada
tanggal 27 Desember 2019 anjing sudah bisa berjalan namun kaki depan masih
belum cukup stabil dan kuat.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umun
Keadaan : Baik
Habitus/Tingkah laku : Tidak aktif
Pertumbuhan badan : Tidak Baik
Sikap berdiri : Tidak Mampu Berdiri
Ekspresi wajah : Lesu
Adaptasi lingkungan : Tidak merespon dengan baik
2. Kulit dan Rambut
Aspek rambut : Bersih
Kerontokan : Tidak ada kerontokan
Kebotakan : Tidak ada
Turgor kulit : >3 detik
Permukaan kulit : Pigmentasi Normal
Bau kulit : Bau khas kulit
3. Kepala
Ekspresi wajah : Lesu

2
Pertulangan : Asimetris
Posisi kepala : Mengalami Pembesaran
Reflek panggilan : Tidak merespon ketika dipanggil
4. Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : Normal tidak ada perbesaran organ
Bentuk rongga abdomen : Simetris
Auskultasi
Suara peristaltik usus : Tidak terdengar
Anus
Daerah sekitar anus : Bersih
Reflect spincter ani : Terdapat reflek mengerut
Kebersihan perianal : Bersih tidak ada discharge
5. Sistem Urogenital
Ginjal : Tidak teraba
Vesica urinaria : Tidak teraba
Alat kelamin : Betina
Vagina : Bersih
6. Sistem Syaraf
Tengkorak : Sedikit Merespon
Columma vertebralis : Ada reaksi kesakitan saat di palpasi
Reflek : Sedikit Merespon
Gangguan Keasadaran : Tidak Sadar dan Kejang
7. Alat Gerak
Inspeksi
Cara berjalan : Lamelles
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Ada
Tremor : Tremor

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan hasil bahwa anjing


Sydney memiliki berat badan 1,6 kg dan temperatur tubuh 38,4˚C. Berat badan

3
hewan tergolong underweight, dimana saat dilakukan palpasi daerah punggung
ada penonjolan vertebrae yang mengindentifikasikan bahwa body scoring anjing
Sydney tergolong rendah. Anjing Sydney mengalami dehidrasi ketika dibawa ke
klinik. Saat dilakukan pemeriksaan bagian cranium ubun-ubun tampak lunak dan
anjing Sydney mengalami kejang-kejang.

1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada anjing Sydney perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan x-ray, karena dapat menjadi penegak
hasil diagnosis suatu penyakit. X-ray dilakukan untuk melihat adanya
abnormalitas tulang, memantau perkembangannya, dan menentukan jenis
pengobatan yang akan diberikan.
Pemeriksaan x-ray dilakukan pada kepala, thorax, vertebrae, abdomen, dan
ekstremitas dengan dua posisi yaitu posisi ventrodorsal dan lateral.

A B

Gambar 1.2 Hasil Pemeriksaan X-ray Anjing Sydney. (A) Posisi Lateral (B) Posisi
Ventrodorsal
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Klinik InI Veterinary Service, 2019

1.4 INTERPRETASI PEMERIKSAAN X-RAY


Hasil pemeriksaan x-ray dengan posisi lateral didapatkan hasil adanya tulang
cranium pada daerah parietal yang tidak menutup sempurna (Fontanelle) dexter
atau sinister. Pada posisi ventrodorsal terlihat jaringan tissue pada area sinister

4
mengalami swelling (terjadi pembesaran atau oedema pada sekitar jaringan
didaerah sinister).
1.5 DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari hasil pemeriksaan fisik maupun penunjang yaitu
Hydrocephalus dan Trauma pada area cranium sinister (Contusio cerebri).
1.6 DIAGNOSA
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang serta
diagnosa banding yang ada, dapat di diagnosa bahwa anjing Sydney
mengalami Trauma pada area cranium sinister (Contusio cerebri).
1.7 PROGNOSA
Prognosa kesembuhan dari anjing Sydney yaitu Dubius. Berdasarkan hasil
follow up kepada pemilik, kondisi sudah mulai membaik namun reflek kaki depan
untuk berjalan masih belum stabil.
1.8 REKAM MEDIS
Rekam medis anjing Sydney saat dibawa ke klinik InI Veterinary Service pada
tanggal 28 November 2019 yaitu:
Tabel 1.1. Rekam Medis Anjing Sydney
Hari/Tanggal Keadaan Umum Pengobatan

Senin, 15 Juli 2019 BB: 1,18 kg T: 38,5 OC T/ Eurican 6


Kaki kanan belakang R/ Combantrin Syr fls No.I
jalan agak aneh, ubun- s.1.d.d. 0,2 ml
ubun terbuka. R/ Vicalcin Syr fls No.I
s.1.d.d.1 ml
Kamis, 15 Agustus BB: 1,2 kg T: 38,1 OC T/ Eurican 7
2019 Mau vaksin, nafsu
makan OK, kondisi ok,
tulang ubun-ubun masih
terbuka
Kamis, 28 November BB: 1,6 kg T: 38,4 OC T/ Valisanbe 0,3 ml
2019 ± 1 jam lalu pemilik T/ Infus 60 ml
melihat anjing kejang- T/ Biodin 0,5 ml
kejang, kaku,

5
hipersalivasi, kejang
sampai kencing-
kencing, baru pertama
terlihat kejang, telinga
kiri bergerak sendiri,
reflek menelan ada,
reflek kaki depan
belakang negatif.
Jumat, 29 November BB: 1,6 kg T: 39 OC T/ Akupuntur
2019 Membawa hasil x-ray, T/ Biodin 0,5 ml
kemarin malam tidak T/ Infus 60 ml
kejang, hanya makan R/ Metylprednisolon 0,2 mg
nutriplus + air gula, ada Heptasan 0,8 mg
reflek menelan, tidak Corobion 1/15
ada muntah Glukosa qs
m.f.l pulv dtd No. XV
s.2.d.d.1

Kamis, 02 Desember BB: 1,4 kg T: 38,8 OC T/ Akupuntur


2019 Telinga tidak bisa T/ Biodin 0,5 ml
bergerak bebas, agak R/ Stesolid Rectal No. I
kaku, bias menelan, 5 mg/kg
makan ok, tidak ada
diare
Minggu, 05 Desember BB: 1,7 kg T: 37,8 OC T/ Akupuntur
2019 Kaki masih lumpuh, T/ Biodin 0,5 ml
tidak terlihat kejang R/ Metylprednisolon 0,2 mg
lagi, kaki kiri masih Heptasan 0,8 mg
menyeret dan berputar Corobion 1/15
ke kanan Synoquin S 1/15
Glukosa qs
m.f.l pulv dtd No. XV

6
s.2.d.d.1

Kamis, 09 Desember BB: 1,8 kg T: 38,5 OC T/ Akupuntur


2019 T/ Biodin 0,5 ml
R/ Metylprednisolon 0,2 mg
Heptasan 0,8 mg
Corobion 1/15
Synoquin S 1/15
Glukosa qs
m.f.l pulv dtd No. XV
s.2.d.d.1
Kamis, 12 Desember BB: 1,8 kg T: 37,4 OC T/ Akupuntur
2019 Mau akupunutur,
kondisi membaik, obat
minum masih ada
Selasa, 17 Desember BB: 1,8 kg T: 38 OC T/ Akupuntur
2019 jalan agak cepat masih
sering kaget-kaget
Jumat, 20 Desember BB: 1,9 kg T: 38,3 OC T/ Akupuntur
2019 Jalan Ok, cepat R/ Metylprednisolon 0,2 mg
Heptasan 0,8 mg
Corobion 1/15
Synoquin S 1/15
Glukosa qs
m.f.l pulv dtd No. XV
s.2.d.d.1
Senin, 23 Desember BB: 1,78 kg T: 37,8 OC T/ Akupuntur
2019 Keadaan mulai
membaik
Jumat, 27 Desember BB: 1,8 kg T: 38,2 OC T/ Akupuntur
2019 Ketika berjalan kaki T/ Biodin 0,5 ml
depan masih belum R/ Metylprednisolon 0,2 mg
stabil Heptasan 1,3 mg

7
Corobion 1/15
Synoquin S 1/15
Glukosa qs
m.f.l pulv dtd No. XV
s.2.d.d.1

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Contusio cerebri (Trauma Otak)


Trauma otak terbagi menjadi dua yaitu trauma otak primer dan trauma
otak sekunder. Trauma otak primer terjadi ketika awal cedera, sedangkan trauma
otak sekunder terjadi apabila trauma primer mengalami pendarahan atau
pembengkakan. Perawatan suportif yang optimaldapat mencegah pendarahan atau
pembengkakan. Adapun gejala yang terlihat yaitu penurunan kesadaran
(pendarahan intracranial, ischemia, dan oedem cerebral), kejang, fraktur
tengkorak, dan kelainan sistem syaraf. Penyebab terjadinya trauma otak adalah
benturan kepala, hiperglikemia, hipoksia, hipertermia, hipotermia, defisiensi
vitaiin B, dan hipertensi (Larry et all, 2007).
Trauma kepala pada anjing dan kucing paling sering hasil kecelakaan
kendaraan bermotor. Luka memar menyebabkan gangguan struktural pada sel dan
saluran. Fraktur calvaria dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah otak atau
meninges yang mengarah ke pembentukan hematoma. Seringkali perdarahan
intracranial dan edema merupakan bagian kerusakan utama. Secara anatomis,
perdarahan dapat terjadi pada epidural, subdural, lokasi subarachnoid, atau
intraaksial (parenkim). Lokasi yang paling umum untuk perdarahan intrakranial
adalah subarachnoid dan intraaxial. Tiga jenis edema otak dapat terjadi yaitu,
sitotoksik, vasogenik, atau interstitial. Edema sitotoksik terjadi akibat akumulasi
cairan pada neuron dan astrosit sekunder akibat hipoksia seluler yang
mengganggu fungsi membran sel. Edema vasogenik dari kerusakan blood-brain
barrier (BBB), dan cairan yang terakumulasi adalah ekstraseluler. Jenis ketiga
edema interstitial, terjadi pada hidrosefalus ( Lorenz et all, 2011).
2.2 Analisis Diagnosa
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa x-ray
pada anjing Sydney diagnosa penyakit adalah Contusio cerebri (Trauma Otak).
Menurut Downing (2015) Anjing mungkin mengalami kejang, yang merupakan
bukti adanya trauma di kepala atau bagian lain dari tubuh, pendarahan ke mata,
atau pendarahan dari hidung atau telinga. Seekor anjing dengan trauma otak
mungkin mengalami kesulitan mengatur suhu tubuhnya sehingga menyebabkan

9
demam atau suhu tubuh yang terlalu rendah. Jantung mungkin berdetak sangat
lambat dan terdapat reflek terhadap cahaya. Fungsi keseluruhan sistem saraf dapat
berubah seiring waktu. Pada pemeriksaan fisik Anjing Sydney mengalami kejang-
kejang secara mendadak dan hilangnya koordinasi syaraf motorik dimana ini
merupakan salah satu gejala klinis Contusio cerebri (Trauma Otak). Pada hasil
pemeriksaan penunjang x-ray (A) menunjukkan adanya fontanelle atau ubun ubun
yang terbuka dan warnanya agak radiolucent. Pada bagian tersebut lebih rentan
terhadap trauma karena ubun-ubun tidak menutup sempurna.. Pada gambaran (B)
tersebut daerah bagian caput terlihat intermediate (keputih-putihan). Pada cavum
cranii terlihat mengalami oedem sehingga jaringan disekitar terlihat membesar
akibat oedema cerebral. Akibat dari benturan dan pembengkakan tersebut syaraf
disekitar kepala mengalami penekanan sehingga syaraf mengalami inkoordinasi
yang mengakibatkan anjing kejang dan paralisis dibagian tertentu.

A B

Gambar 2.2.1 Hasil Pemeriksaan X-ray Anjing Sydney. (A) Posisi Lateral (B) Posisi
Ventrodorsal
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Klinik InI Veterinary Service, 2019

10
Gambar 2.2.2 Gambaran Radiografi Normal Caput pada Anjing Yorkshire
Sumber : Coulson dan Lewis, 2002
2.3 Analisis Terapi
Menurut Difazio and Fletcher (2013) pemilihan terapi untuk trauma otak
adalah pemberian oksigen, pemberian cairan terapi kristaloid seperti isotonik
(Nacl 0,9%) dengan pemberian 20–30 mL/kg anjing, pemberian kortikosteroid
untuk mengurangi edema otak, dan pemberian antikonvulsan seperti diazepam
dengan dosis 0.5 mg/kg secara intravena dan rectal. Menurut Larry et all (2007)
pengobatan yang dilakukan yaitu pemberian steroid seperti prednisolone atau
metylprednisolon, merupakan analgesik dan pemberian antikonvulsan seperti
diazepam. Pemberian cairan kristaloid juga disarankan untuk penderita trauma
otak contohnya seperti isotonik karena kandungan elektrolit mirip dengan
kandungan cairan plasma darah dan posisikan hewan berbaring di tulang dada
(sternum), jangan sampai menghalangi aliran darah di vena jugularis. Menurut
Downing (2015) Setiap anjing dengan trauma otak harus menerima nutrisi yang
cukup untuk mendukung penyembuhan. Pembedahan mungkin diperlukan jika
ada fraktur tengkorak, benda asing yang menembus tengkorak, atau penumpukan
cairan atau darah di dalam tengkorak. Jika kadar gula darah anjing terlalu rendah,
dapat diberikan glukosa secara intravena. Sebagai alternatif, jika kadar gula darah
anjing terlalu tinggi, insulin secara intravena dapat dilakukan.
Pengobatan suportif yang diberikan pada anjing Sydney di klinik hewan
Ini Veterinary Service yaitu adalah terapi akupuntur. Akupuntur dikenal sebagai
salah satu sistem pengobatan Cina yang menggunakan metode penusukan jarum
pada titik-titik tertentu untuk menyembuhkan penyakit atau mencapai kondisi

11
tertentu. Pada anjing Sydney pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi oedema
di kepala dan memperbaiki sistem syaraf pusat. Bagian titik akupuntur yang
digunakan adalah jarum ditusukkan pada titik sekitar kepala yaitu dibelakang
telinga, leher hingga punggung dan didiamkan sekitar 10-15 menit. Sedangkan
untuk pemberian obat minum yang diresepkan adalah racikan obat
metylprednisolon, heptasan®, corobion®, dan synoquin S®.
Menurut Ramsey (2017) Metylprednisolon merupakan agen Anti-
inflamatory steroid yang digunakan untuk shock dan acut spinal cord. Anti
inflamasinya lebih efektif daripada prednisolone. Untuk dosis anjing diberikan
0,2-0,5 mg/kg per oral setiap 12 jam. Anjing Sydney diberikan metylprednisolon
sebagai analgesik dan antiinflamsi untuk mengurangi pembengkakan dikepala.
Heptasan® memiliki kandungan cyproheptadine HCI merupakan antagonis
histamin dan serotonin pada reseptor serta memiliki efek samping untuk
merangsang nafsu makan. Pada anjing diberikan dosis 0,3-2 mg/kg peroral setiap
12 jam (Wientarsih, 2017). Kondisi ketika anjing Sydney datang mengalami
anoreksia sehingga diberikan heptasan sebagai peningkat nafsu makan.
Corobion® mengandung Thiamine nitrate (B1), Pyridoxyn HCI (B6), dan
Cyanocobalamine (B12). Adapun penggunaan Corobion® dengan indikasi
penyakit neuritis perifer, neuralgia, parestesia, kelemahan otot, hiperemesis,
gangguan syaraf. Diharapkan dalam penggunaan Corobion® dapat memiliki
aktivitas biologis yang tinggi. Corobion® diperlukan untuk hematopoiesis normal
(pematangan eritrosit). Memiliki efek menguntungkan pada fungsi hati dan sistem
saraf dan mengaktifkan pembekuan darah. Pada anjing Sydney diberikan
Corobion® untuk memperbaiki gangguan syaraf yang diderita. Synoquin S®
merupakan suplemen hewan yang mengandung chondroitin sulfat yang
merupakan nutrisi bagi kartilago, glucosamine hydrochloride, dexahan yang kaya
akan omega 3, zinc yang berguna pada metabolisme kartilago dan tulang serta
vitamin c. Untuk dosis Synoquin S® 1 tablet per hari untuk anjing yang memiliki
berat kurang dari 10 kg. Pada kasus anjing Sydney dengan adanya kelainan ubun-
ubun terbuka maka perlu asupan vitamin untuk menjaga kekompakkan tulang
terutama daerah cranium. Biodin® mengandung ATP dan vitamin B12 dimana
Menjaga stamina anjing dan kelemahan diakibatkan oleh kekurangan makanan,

12
infeksi atau keturunan. Biodin® diberikan secara injeksi subcutan. Dosis untuk
anjing 2-5 ml per hari. Kondisi anjing Sydney ketika dibawa ke klinik lemas
sehingga diberikan biodin sebagai penambah stamina atau energi ketika sakit.
Valisanbe® merupakan obat antikonvulsan yang berisikan
benzodiazepam. Valisanbe® digunakan untuk terapi jangka pendek dengan
sediannya berbentuk injeksi berisikan diazepam 5 mg/ ml injeksi. Pada anjing
Sydney diberikan Valisanbe® untuk menghentikan kejang yang datang secara
tiba-tiba dan hanya diberikan sekali saja. Stesolid® merupakan obat
antikonvulsan yang berisikan benzodiazepam yang memiliki fungsi relaksan otot
anxiolytic, penenang, kerangka, dan efek antikonvulsan terlihat. Dosis yang
digunakan adalah 5 mg/kg. Sediaannya berbentuk tube secara suppositoria
diazepam 5 mg / 2.5 ml (Plumb, 2008).

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang, dapat disimpulkan bahwa anjing Sydney mengalami Contusio cerebri
(Trauma Otak). Tindakan penanganan yang dilakukan pada anjing Sydney melalui
pemberian obat injeksi berupa biodin dan diazepam. Pemberian obat minum
berupa metylprednisolon, heptasan, corobion dan synoquin s serta terapi
akupuntur sebagai terapi suportif. Prognosa yang dapat disimpulkan yaitu dubius.
3.2 Saran
Perlu meminimalisir gerak dari Sydney agar tidak terjadi benturan pada
daerah kepala. Selain itu, perlu dilakukan monitoring setiap minggunya terhadap
anjing Sydney sebagai upaya mencegah terjadinya infeksi penyakit lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, A and Lewis, N. 2002. An Atlas of Interpretative Radiographic Anatomy
of The Dog and Cat. Blackwell Science.
Dennis, R. Kirberger, R.M. Barr, F. Wrigley, R.H. 2010. Handbook of Small
Animal Radiology and Ultrasound Techniques and Differential Diagnoses
Second Edition. Elsevier.
DiFazio, J. Fletcher, D.J. 2013. Updates In The Management Of The Small Animal
Patient With Neurologic Trauma. Veterinary Clinics of North America:
Small Animal Practice 43, 915–940
Downing R. 2015. Brain Injury in Dogs. Emergency Situations, Medical
Conditions, Pet Services. LifeLearn Inc. https://vcahospitals.com/know-
your-pet/brain-injury-in-dogs
Larry, P. Tilley, Francis, W.K. S mith, Jr. 2007. Blackwell's Five-Minute
Veterinary Consult Canine And Feline 4th Edition. Blackwell Publishing
Lorenz, M.D., Coates, J.R. and Kent M. 2011. Handbook Of Veterinary
Neurology 5th Edition. Elsevier Saunders. St. Louis, Missouri.
Plumb, D.C. 2008. Veterinary Drug Handbook 6th Edition. PharmaVet Inc.
Stockholm, Wisconsin.
Ramsey, Ian. 2011. BSAVA Small Animal Formulatory Edition. Glasglow :
BSAVA.
Wientarsih I., Prasetyo B.F., Madyastuti R., Sutardi L.N., Akbari R. A. 2018.
Obat-obatan untuk Hewan Kecil. IPB Press. Bogor

15

Anda mungkin juga menyukai