Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
TRAUMA KEPALA
Oleh
KELOMPOK 74
Amalia R. Putri NIM. 15100150
Christian Bungin NIM. 15100150
Inna Adilah NIM. 15100150
Marina Tandarto NIM. 15100150
Mita Rifqiya NIM. 15100150
Noverita Febriani NIM. 1210015046
Olga Fanny NIM. 15100150
Tutor
dr. Abdul Mu’ti, M. Kes., Sp.Rad
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kelompok 74 dapat menyelesaikan tutorial klinik tentang “Trauma Kepala”.
Laporan ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Abdul Mu’ti, M. Kes, Sp.Rad
selaku tutor klinik yang telah memberikan banyak bimbingan, perbaikan dan saran sehingga
laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. kami menyadari masih terdapat banyak
ketidaksempurnaan dalam laporan ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan ini menjadi ilmu
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
Kelompok 74
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 3
2.1 Anatomi Tibia.............................................................................................. 3
2.2 Definisi dan Klasisfikasi.............................................................................. 4
2.3 Epidemiologi............................................................................................... 5
2.4 Mekanisme Cedera...................................................................................... 6
2.5 Gambaran Klinis.......................................................................................... 6
2.6 Diagnosis..................................................................................................... 7
2.7 Tatalaksana.................................................................................................. 11
2.8 Komplikasi.................................................................................................. 13
BAB III...................................................................................................................... 14
KESIMPULAN......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
LAMPIRAN.............................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan secara umum mengenai trauma kepala. Adapun tujuan secara khususnya
adalah untuk mengetahui pemeriksaan radiologi apa saja yang dapat dilakukan dan melihat
gambaran radiologi yang khas pada trauma kepala sehingga dapat mempermudah menegak
kan diagnosis serta membedakan gambaran radiologi trauma kepala dengan diagnosis
banding lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skenario
Seorang pasien laki-laki usia remaja dibawa ke UGD rumah sakit dengan kesadaran
menurun. Sebelumnya psien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan dengan kepala
terbentur aspal jalanan. Pasien disebutkan sesaat setelah kejadian masih sadar meskipun
tidak mengingat kejadian yang menimpanya, tidak dapat bangun karena sakit kepala dan
merasa pusing. Dengan bantuan warga yang memanggilkan ambulans, psien diantar ke
rumah sakit. Di saat perjalanan ke rumah sakit psien muntah2 dan mengeluhkan sesak,
kemudian mengalami kejang, delirium hingga tidak sadar. Di UGD rumah sakit dilakukan
pemeriksaan yang diperlukan.
1. Pemeriksaan yang pertama kali perlu dilakukan pada pasien dengan trauma kepala
adalah melakukan pemeriksaan kesadaran. Pemeriksaan kesadaran dapat dilakukan
baik dengan menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) maupun dengan
menggunakan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale). Penilaian GCS dinilai dengan
rentang penilaian 3-15 dengan kriteria sebagai berikut
Skor Eye Verbal Motoric
Gerakan mengikuti
6 - -
perintah
Jika pasien dinyatakan dalam keadaan tidak sadar, maka yang selanjutnya dilakukan
adalah melakukan penilaian dan penanganan airway, breathing, circulation, disability,
dan exposure/environment. Penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi darah
dilakukan bersamaan dalam waktu maksimal 10 detik dengan menggunakan look, listen,
dan feel untuk menilai apakah terdapat sumbatan jalan napas, apakah ada napas atau
terdapat usaha napas bantu, dan sirkulasi darah ke jaringan. C-spine control juga
dilakukan untuk menilai apakah pasien mengalami cedera tulang leher atau tidak dan
dilakukan pemasangan neck collar.
Sumbatan jalan napas pada pasien tidak sadar paling sering disebabkan karena lidah
yang terjatuh ke belakang. Usaha pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan manuver head-tilt,chin-lift, dan jaw thrust atau dapat menggunakan big
valve mask. Manajemen definitif untuk jalan napas adalah dengan menggunakan intubasi
endotrakeal atau jika tidak berhasil dapat dilakukan krikotiroidotomi.
Manajemen pada pernapasan jika pernapasan tidak ada atau menggunakan otot bantu
pernapasan adalah dengan menggunakan pemberian napas buatan dan terapi definitifnya
adalah ventilasi tekanan positif. Pada saat dilakukan ventilasi tekanan positif lakukan
pemeriksaan terhadap saturasi oksigen dan analisa gas darah. Sirkulasi dapat ditangani
dengan menggunakan kompresi jantung dan jika pasien mengalami ventrikel takikardi
dapat dilakukan defibrilator pada pasien. Pemasangan infus cairan dilakukan untuk
resusitasi cairan pada pasien, terutama pada pasien yang mengalami perdarahan.
Pemberian cairan dapat dilakukan dengan menggunakan cairan kristaloid dan jika
terdapat perdarahan yang masif, dpaat diberikan transfusi darah berupa packed red blood
cell.
Penilaian disability pada pasien trauma dilakukan untuk menilai tiga hal yaitu tingkat
kesadaran, penilaian pupil, dan penilaian ekstremitas. Penilaian tingkat kesadaran
menggunakan AVPU atau GCS, penilaian pupil melihat apakah pupil isokor maupun
anisokor untuk menilai apakah terdapat herniasi otak dan penilaian ekstremitas dilakukan
untuk menilai cedera tulang servikal. Penilaian exposure dilakukan untuk menilai head-
to-toe secara singkat dan juga dekontaminasi dari kotoran ataupun baju pasien serta
penanganan untuk mencegah hipotermia.
Secondary survey dilakukan pada saat pasien dalam keadaan stabil. Anamnesis yang
diperlukan yaitu mengenai riwayat alergi, riwayat penggunaan obat, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat makan sebelum kejadian, dan bagaimana kejadian berlangsung.
Pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki secara lengkap juga diperlukan untuk menilai
cedera ataupun hal lain di tempat lain.
2. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus tersebut adalah pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urin, pemeriksaan cairan serebrospinal,
analisa gas darah, pemeriksaan gula darah dan metabolit lainnya, dan pemeriksaan
elektrolit untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan faktor penyebab lain dari
penurunan kesadaran. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada pasien tersebut
adalah pemeriksaan foto polos kepala untuk mencari tahu apakah terdapat fraktur kepala,
pemeriksaan CT scan yang merupakan pemeriksaan radiologi gold standard untuk pasien
dengan cedera kepala karena dapat mendeteksi lokasi perdarahan jika terdapat perdarahan
selain fraktur kepala. Pemeriksaan MRI jarang dilakukan namun pada pasien cedera
kepala yang mengalmi perdarahan, pemeriksaan MRI berguna untuk menilai umur dari
perdarahan.
3. Indikasi dari CT-scan adalah sebagai berikut.
a. Skor GCS < 15 setelah 2 jam dilakukan pemeriksaan awal
b. Skor GCS < 13 pada saat pemeriksaan awal
c. Cedera kepala ringan dengan fraktur tengkorak terbuka
d. Dicurigai adanya tanda-tanda fraktur basis kranii
e. Terdapat muntah lebih dari 3 kali setelah kejadian
f. Terdapat kejang atau riwayat kejang
g. Terdapat penurunan fokal neurologis
h. Pasien dengan usia > 65 tahun
i. Tidak sadar > 5 menit
j. Amnesia > 30 menit
k. Mekanisme kecelakaan yang berbahaya (tabrakan besar, jatuh dari ketinggian)
4. Hasil MSCT dari cedera kepala dapat memberikan gambaran yang akut maupun kronik
dengan melihat densitas dari perdarahannya. Pada perdarahan akut akan memberikan
gambaran hiperdens dan kronik akan memberikan gambaran hipodens. Kontusio serebri
seringkali tidak memberikan gambaran yang khas dikarenakan yang mengalami
perdarahan hanya pada kapiler darah namun, jika terdapat robekan antara lapisan
duramater dan piamater akan memberikan gambaran brain pulp yang berupa perdarahan
kecil di tepi girus otak.
Intracerebral hemorrhage (ICH) akan memberikan gambaran gumpalan
perdarahan yang berbentuk seperti pulau di jaringan otak dan sering terjadi dikarenakan
stroke dan seringkali terjadi intraventricular hemorrhage (IVH). IVH memberikan
gambaran darah yang berada di ventrikel otak baik di ventrikel ketiga, ventrikel keempat,
maupun ventrikel lateral. Subdural hemorrhage akan memberikan gambaran perdarahan
yang berbentuk seperti bulan sabit (crescent shape) disebabkan karena perdarahan ini
berasal dari bridging vein dan ruang subdural merupakan ruangan yang sempit dan
berbatasan dengan lapisan duramater dan subaraknoid. Subarachnoid hemorrhage akan
memberikan gambaran darah memasuki sulkus-sulkus otak dikarenakan ruang
subaraknoid merupakan ruang yang paling dekat dengan otak. Epidural hemorrhage akan
memberikan gambaran bikonveks yang berasal dari arteri meningen media. Gambaran
tersebut dihasilkan karena perdarahan ini terjadi di antara tulang tengkorak dan lapisan
subdural. Darah tersebut tidak dapat terdorong keluar karena terdapat tulang tengkorak,
oleh karena itu darah tersebut akan menekan ke jaringan di bawahnya yang lebih lunak
sehingga akan menghasilkan gambaran bikonveks dari darah yang cembung dan tulan
tengkorak yang juga cembung.
Step 4 Strukturisasi Konsep
Step 7 Sintesis
1. Triase
Triase atau penapisan bertugas memeriksa tanda vital dan memberi label sesuai kegawatan.
Semua pasien cedera kepala segera dikonsultasikan pada dokter jaga bedah saraf.
A. General Precaution
- Informed consent
- Perlindungan diri, terdiri dari mencuci tangan dengan antiseptic, pemakaian
sarung tangan, pemakaian masker dan goggles, gowns, linen, dll
- persiapan alat dan sarana pelayanan
C. Survey sekunder
1. Anamnesis
o Identitas pasien: nama, umur, alamat, jenis kelamin, suku, pekerjaan,
agama
o keluhan utama
o mekanisme trauma
o waktu dan perjalanan trauma
o pernah pingsan atau sadar setelah trauma
o amnesia retrograde atau antegrade
o keluhan: nyeri kepala seberapa berat, penurunan kesadaran, kejang,
vertigo
o riwayat mabuk, alcohol, narkotika, pasca operasi kepala
o penyakit penyerta: epilepsy, jantung, asma, riwayat operasi kepala,
hipertensi dan diabetes mellitus, serta gangguan faal pembekuan darah
3. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan status neurologis terdiri dari:
tingkat kesadaran: berdasarkan status Glasgow Coma Scale (GCS). Cedera kepala
berdasarkan GCS, yang dinilai setelah stabilisasi ABC diklasifikasikan:
o GCS 12-14: cedera kepala ringan
o GCS 9-11: cedera kepala sedang
o GCS 3-8: cedera kepala berat
saraf cranial, terutama:
o saraf II-III, yaitu pemeriksaan pupil: besar dan bentuk, reflex cahaya,
reflex konsensuil bandingkan kanan-kiri
o tanda-tanda lesi saraf VII perifer
funduskopi dicari tanda-tanda edema pupil, perdarahan pre retina, retinal
detachment
motoris dan sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda-tanda
laserasi
autonomis: bulbocavernous reflex, cremaster reflex, spingter reflex, reflex tendon, reflex
patologis dan tonis spingter ani
4. Observasi
Menggunakan lembar observasi umum (tanda vital: tensi, nadi, pernapasan, dan suhu) dan
lembar observasi neurologis khusus bedah saraf.
2. CT scan kranial
Dengan CT scan isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma
kepala, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun
ukurannya. Menurut Canadian CT Head Rule (CATCH) indikasi pemeriksaan CT scan
pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:
Indikasi pemeriksaan CT-Scan pada kasus trauma kapitis adalah seperti berikut:
Trauma kapitis sedang dan berat
Trauma kapitis ringan yang disertai fraktur tengkorak
Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii
Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran
Sakit kepala yang berat
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak
Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral