Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “F” DENGAN

PPI ( PARTUS PREMATURUS IMMINENS )

DI RUANG IGD RSUD H M RABAIN

MUARA ENIM

TANGGAL 2 MARET 2021

DISUSUSN OLEH :
KELOMPOK I
NAMA/ NIM : DELLI ARIDASARI/ 20201003P
NAMA/ NIM : DIAN AGUSTINI/ 20201004P
NAMA/ NIM : EVA NORITA/ 20201010P
NAMA/ NIM : LISKAYANI/ 20201018P

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “F”

DENGAN PPI ( PARTUS PREMATURUS IMMINENS

DI RUANG IGD R.S.H.M. RABAIN TANGGAL 2

MARET 2021

2. Nama Kegiatan : Presentasi Hasil Kegiatan PKK di IGD RSUD Dr.H.M.

Rabain Muara Enim

3. Disusun Oleh : KELOMPOK I

NAMA/ NIM : DELLI ARIDASARI/ 20201003P


NAMA/ NIM : DIAN AGUSTINI/ 20201004P
NAMA/ NIM : EVA NORITA/ 20201010P
NAMA/ NIM : LISKAYANI/ 20201018P

4. Lokasi Kegiatan : Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.M Rabain Muara Enim

Muara Enim, Maret 2021

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan, Ketua Program Studi

Yuliati, S. ST Satra Yunola, S.ST, M. Keb

NIP :19760106200604 2 014 NIDN. 0220069002

ii
Pembimbing Institusi I Pembimbing Institusi II

Hj. Siti Aisyah, S. Psi, S. ST,M. Kes Titin Dewi Sartika Silaban, S.Tr.Keb,M.Keb

NIP :0226065101 NIDN. 0170211219189

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... ............................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 3

2.1 Definisi ......................................................................................................... 3

iii
2.2 Epidemiologi…............................................................................................... 3

2.3 Patofisiologi.................................................................................................. 3

2.4 Faktor Resiko……………………………………..………….………………………………………….. 5

2.5 Penyakit dalam kehamilan………………………………………………………………………….. 6

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................. 16

3.1Subjektif......................................................................................................... 16

3.2 Objektif......................................................................................................... 19

3.3 Analisa Data.................................................................................................. 22

3.4 Planning........................................................................................................ 22

BAB IV PENUTUP............................................................................................................. 26

4.1 Kesimpulan................................................................................................... 26

4.2 Saran............................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………… 28

Lampiran ………………………………………………………………………………………………………..……………. 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Prematuritas dan komplikasinya merupakan salah satu penyebab utama


tingginya angka kematian bayi, termasuk di Indonesia. Indonesia merupakan negara
dengan laju kelahiran prematur peringkat ke-9 di dunia pada tahun 2010. Sekitar 15 juta
bayi lahir prematur setiap tahun. Angka ini menunjukkan bahwa ada 1 dari 10 bayi yang
lahir prematur setiap tahun. ( WHO 2017)

Bayi prematur (prematuritas) didefinisikan sebagai neonatus yang lahir pada


usia gestasi kurang dari 37 minggu (neonatus kurang bulan/NKB). Prematuritas merupakan
salah satu masalah global yang masih perlu diperhatikan karena masih  tingginya angka
mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh kelahiran prematur. ( dr. Josephie
Darmawan, 2019)

Kelahiran prematur paling sering disebabkan oleh ketuban pecah dini dan
korioamnionitis, serta adanya indikasi maternal lain, seperti eklamsia/preeklamsia. (Achadi
E, 2019)

Diagnosis prematuritas dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada bayi


setelah lahir, yaitu dengan penghitungan skor Ballard. Ada dua hal yang dinilai pada skor
Ballard adalah maturitas fisik dan neuromuskularitas. Pada pemeriksaan maturitas fisik,
komponen yang dinilai adalah karakteristik kulit, lanugo, garis plantar, payudara,
mata/telinga, dan genitalia. Sedangkan pada neuromuskularitas, komponen yang dinilai
meliputi postur bayi, sudut pergelangan tangan, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign, dan
gerakan heel-to-ear. Masing-masing komponen akan menunjukkan skor tertentu dan
setelah itu skor dijumlahkan dan dicocokkan dengan usia bayi.

Hasil skor Ballard kemudian dapat dicocokkan kembali dengan usia


berdasarkan hari pertama haid terakhir ibu (HPHT) atau metode penilaian usia gestasi
prenatal lain. Diagnosis prematuritas dan penilaian usia gestasi semakin akurat jika
dilakukan dengan kombinasi beberapa metode penilaian. ( dr. Josephine Darmawan, 2019)
1
Partus prematurus imminens (PPI) merupakan adanya kontraksi uterus yang
disertai perubahan serviks sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dapat menyebabkan
kelahiran prematur. Setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 1 dari 10 bayi lahir secara
prematur. Kelahiran prematur dapat menyebabkan komplikasi yang serius termasuk
kematian. Deteksi PPI penting untuk mencegah kelahiran prematur. ( I Kadek Oka Widian,
2017)

1.2 .Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah sebagai
berikut: “Angka Kejadian Tanda Persalinan Prematurus Iminens di Ruang IGD RSUD
H.M.RABAIN Muara Enim Pada 02 Maret 2021 “ dan “Bagaimana Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Hamil Dengan Tanda Persalinan Prematur Iminens Di Ruang IGD RSUD
H.M.RABAIN Muara Enim dengan Manajemen SOAP

1.3 Tujuan
1.3.1.Tujuan umum untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus
iminens sesuai teori manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan
kebidanan menurut SOAP.
1.3.2.Tujuan Khusus Yaitu:
1. Melakukan pengkajian data Subjektif pada ibu hamil dengan partus prematurus
iminens.
2. Melakukan pengkajian data Objektif pada ibu hamil dengan tanda persalinan
prematurus iminens.
3. Menganalisa dan merumuskan diagnosa pada ibu hamil dengan partus prematurus
iminens.
4. Melaksanakan rencana tindakan serta evaluasi rencana tindakan asuhan keperawatan
pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
5. Membuat pendokumentasian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan partus
prematurus iminens

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prematuritas

2.1.1Definisi
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.1 Terdapat 3 subkategori
usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO),
yaitu:
1) Extremely preterm (< 28 minggu)
2) Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3) Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
(World Health Organization. Preterm birth. WHO. Diakses dari:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
2.1.2 Epidemiologi
Epidemiologi kejadiaan partus prematurus masih sangat tinggi, terutama dinegara
berkembang dan ekonomi menengah kebawah. Oleh karena itu, prematuritas juga
masih merupakan masalah global. Sebagian besar bayi yang lahir premature
merupakan premature late to moderate ( 32-37 minggu ). Indonesia termasuk dalam 10
besar Negara dengan jumlah bayi premature terbanyak. ( dr. Josephine Darmawan,
2019)
2.1.3 Patofisiologi

Patofisiologi bayi lahir prematur sangat multifaktorial. Reaksi inflamasi dan efek
progesteron dinilai paling berperan dalam kelahiran prematur. Bayi yang lahir
prematur sering kali mengalami berat lahir rendah atau restriksi perkembangan
(IUGR) akibat gangguan plasenta.

Reaksi Inflamasi

3
Reaksi inflamasi pada kelahiran prematur terjadi akibat proses patogenik
spesifik yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi, metaloprotease matriks, dan
prostaglandin. Inflamasi yang terjadi pada jalan lahir (birth canal inflammation)
menyebabkan kontraksi uterus dan perubahan serviks yang dapat memicu rupturnya
kantung amnion, sehingga terjadi ketuban pecah dini (KPD) dan kelahiran prematur.
(Furdon S. Prematurity.Medscape.2017)

Peran Progesteron

Progesteron dapat berfungsi sebagai antiinflamasi, antiabortus, dan


mempertahankan matriks serviks. Konsentrasi progesteron dan PIBF menurun seiring
usia gestasi mulai dari minggu ke-7 hingga ke-37 pada kehamilan normal. Pada
kehamilan prematur, progesteron ditemukan lebih rendah sehingga sintesis PIBF
melalui sel plasenta dan sel CD8+ juga menurun. Belum diketahui secara pasti
mekanisme penyebab turunnya progesteron dan PIBF pada kelahiran prematur.
(Furdon S. Prematurity.Medscape.2017)

Inkompetensi Serviks dan Disfungsi Plasenta

Inkompetensi serviks pada wanita hamil merupakan salah satu penyebab


abortus dan kelahiran prematur. Inkompetensi serviks dapat disebabkan oleh faktor
genetik, paparan diethylstilbestrol (DES), serta riwayat dilatasi dan operasi serviks.
Inkompetensi serviks juga meningkatkan risiko infeksi intrauterin yang dapat
mengaktifkan kaskade respons imun dan inflamasi.

Disfungsi plasenta menyebabkan sirkulasi maternal-fetal terganggu sehingga


tidak dapat melakukan ekskresi, sintesis hormon untuk perkembangan bayi, dan
mengalirkan nutrisi ke fetus dengan baik. Disfungsi plasenta sering kali menyebabkan
berat lahir bayi rendah. Disfungsi plasenta dapat mencetuskan infeksi dan respons
imunologis sehingga terjadi kehamilan prematur. Bayi yang lahir secara prematur
umumnya belum mengalami perkembangan organ secara sempurna sehingga sering
kali membutuhkan perawatan di NICU. (Furdon S. Prematurity.Medscape.2017)

4
2.2 Faktor Risiko
2.2.1 Usia Ibu
Persalinan prematur meningkat pada usia <20 tahun dan >35 tahun. Berdasarkan
penelitian di Purwokerto tahun 2009 angka persalinan prematur pada usia <20 tahun
sebesar 30% sedangkan pada persalinan usia reproduksi (20-35 tahun) angka kejadian
prematur sebesar 10%, hal ini menunjukan ibu usia muda
meningkatkan kejadian prematur sebesar 38,8 kali lebih besar.Kehamilan usia muda
lebih memungkinkan mengalami penyulit pada masa kehamilan dan persalinan yaitu
karena wanita muda sering memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan
atau kurangnya informasi dalam mengakses sistem
pelayanan kesehatan. Pada usia ini juga belum cukup dicapainya kematangan fisik,
mental dan fungsi organ reproduksi dari calon ibu. Golongan primigravida muda
dimasukkan dalam golongan risiko tinggi, karena angka kesakitan dan angka kematian
ibu dan bayi pada kehamilan remaja 2-4x lebih tinggi dibandingkan dengan usia
reproduksi.15 Persalinan prematur di usia >35 tahun sebesar 16,9% di
Semarang tahun 2008. Pada usia ibu yang tua telah terjadi penurunan fungsi organ
reproduksi, penurunan fungsi ini akan mempengaruhi kesehatan baik ibu maupun janin
yang dikandungnya sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya memiliki
banyak hal yang dapat mempersulit dan memperbesar risiko kehamilan. ( c.
Simantar,2015)
2.2.2 Penyakit Dalam Kehamilan
2.2.2.1 Preeklampsia/Eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20 minggu
kehamilan dan disertai dengan proteinuria, sedangkan eklampsia adalah
preeklampsia yang disertai dengan kejang dan atau koma. Preeklampsia
meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta, persalinan prematur,
Intrauterine Growth Retardation (IUGR), dan hipoksia akut. Berdasarkan
teori terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis” sehingga menyebabkan
plasenta mengalami iskemia dan terjadi disfungsi endotel. Spasme pembuluh

5
darah arteriola yang menuju organ penting dalam tubuh dapat menyebabkan
mengecilnya aliran darah yang menuju retroplasenta sehingga mengakibatkan
gangguan pertukaran CO2 , O2 dan nutrisi pada janin. Hal ini menyebabkan
terjadinya vasospasme dan hipovolemia sehingga janin menjadi hipoksia dan
malnutrisi. Hipoksia menyebabkan plasenta mengtransfer kortisol dengan
kadar yang tinggi ke dalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol yang tinggi
akan mensintesis prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang menyebabkan
timbulnya kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban,
sehingga bayi sering terlahir prematur.
2.2.2.2 Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok gangguan pada jantung
dan pembuluh darah. Penyakit jantung/kardiovaskular terjadi pada 0,5 - 3 %
kehamilan, yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu
hamil di dunia. Masa kehamilan, persalinan maupun pasca persalinan
berhubungan dengan perubahan fisiologis yang membutuhkan penyesuaian
dalam sistem kardiovaskular. Fisiologi hemodinamik mencapai puncak pada
akhir trimester kedua, pada masa ini perubahan hemodinamik dapat
menyebabkan timbulnya manifestasi klinik pada jantung yang telah sakit
sebelumnya. Perubahan hormonal yaitu aktivasi estrogen oleh sistem renin-
aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium yang akan meningkatkan
volume darah ± 40%. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah
sebesar 1200-1600 ml lebih banyak dibanding dalam keadaan tidak
hamil.Selama masa kehamilan curah jantung akan mengalami peningkatan
30-50%. Perubahan curah jantung ini disebabkan karena peningkatan preload
akibat bertambahnya volume darah, penurunan afterload akibat menurunya
resistesi vaskular sitemik, dan peningkatan denyut jantung ibu saat istirahat
10-20 kali/menit. Peningkatan curah jantung dipengaruhi juga oleh isi
sekuncup jantung yang meningkat 20-30% selama kehamilan.Pada penyakit
jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dan volume
sekuncup jantung dapat menguras cdangan kekuatan jantung. Payah jantung
akan menyebabkan stres maternal sehingga terjadi pengaktifan aksis HPA

6
yang akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, kemudian mencetuskan
terjadinya persalinan prematur.New York Heart Association (NYHA) kelas III
dan IV dengan aktivitas fisiknya sangat terbatas, tidak dianjurkan untuk
hamil. Jika kehamilan masih awal sebaiknya diterminasi, dan jika kehamilan
telah lanjut sebaiknya kehamilan diteruskan dengan persalinan pervaginam
dan kala II dipercepat serta kehamilan berikutnya
2.2.2.3 Anemia
Anemia adalah suatu kelainan darah yang terjadi ketika tubuh menghasilkan
terlalu sedikit sel darah merah (SDM), penghancuran SDM berlebihan, atau
kehilangan banyak SDM.Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami mengalami
banyak perubahan salah satunya adalah hubungan antara suplai darah dengan
respon tubuh. Seperti yang telah dijelaskan pada subbab penyakit
kardivaskular, total jumlah plasma pada wanita hamil dan jumlah SDM
meningkat dari kebutuhan awal, namun peningkatan volume plasma lebih
besar dibandingkan peningkatan massa SDM dan menyebabkan penurunan
konsentrasi hemoglobin, sehingga mempengaruhi kadar O2 yang masuk ke
dalam jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan hipoksia jaringan yang
kemudian akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, yang mencetuskan
terjadinya persalinan prematur pada ibu dengan anemia.
2.2.2.4 Hipotiroid
Penyakit tiroid adalah suatu kelainan yang menyerang glandula tiroid. Saat
awal gestasi, janin bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid ibu yang
melewati plasenta karena fungsi 16 tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-
14 minggu kehamilan. Pada kehamilan 12 minggu pertama kadar hormon
chorionic gonadotropin (HCG) akan mencapai puncaknya dan kadar tiroksin
bebas akan meningkat, sehingga menekan kadar tirotropin. Namun, kadar
hormon tiroid yang rendah pada hipotiroid kehamilan akan memacu aksis
HPA untuk memacu produksi TRH untuk memenuhi kebutuhan hormon
tiroid ibu dan janin. Pengaktifan aksis HPA ini yang dapat memacu pelepasan
kortisol kedalam darah sehingga memproduksi prostaglandin yang dapat
memacu terjadinya persalinan prematur.

7
2.2.3 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup.34 Paritas dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan yaitu >5 1) Nulipara, adalah
seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan kehamilan melewati gestasi 20
minggu.
2.2.4 Riwayat Partus Prematurus
Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda risiko paling
kuat dan paling penting. Berdasarkan data Health Technology Assessment Indonesia
tahun 2010 bahwa insiden terjadinya persalinan prematur selanjutnya setelah 1x
persalinan prematur18 meningkat hingga 14,3% dan setelah 2x persalinan prematur
meningkat hingga 28%. Wanita yang mengalami persalinan prematur memiliki risiko
untuk mengalaminya kembali pada kehamilan selanjutnya
2.2.5 Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan,
sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan <37 minggu disebut ketuban
pecah dini kehamilan prematur. Ketuban pecah dini kehamilan prematur terjadi pada
1% -3% dari seluruh kehamilan dan bertanggung jawab untuk sepertiga dari semua
kelahiran prematur. Ketuban pecah selama persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang, keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antar MMP dan Tissue Inhibitor
of Metalloproteinase (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks
ekstraseluler dan membran janin. Pecahnya selaput ketuban yang berfungsi
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan
mengeluarkan air ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia
luar dan ruangan dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin
lama periode laten maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan

8
prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi
atau janin dalam rahim.
2.2.6 Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 24
minggu hingga sebelum kelahiran bayi. Perdarahan antepartum menyebabkan
seperlima bayi lahir dengan prematur dan juga menyebabkan bayi yang dilahirkan
mengalami cerebral palsy. Penyebab paling sering dari perdarahan antepartum adalah
plasenta previa dan solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.
Terjadinya implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan karena:
1) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
2) Lapisan endometrium tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi janin
3) Vili khorialis pada chorion leave yang persisten.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan plasenta
maternal dari tempat implantasinya sebelum waktunya. Perdarahan tidak dapat
berhenti dikarenakan uterus yang sedang mengandung tidak mampu berkontraksi
untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus. Pada penjelasan subbab
prematur sebelumnya telah dijelaskan bahwa perdarahan pada plasenta dan desidua
menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan
mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu
menstimulasi kontraksi miometrium dan menginduksi persalinan prematur.
2.2.7 Gemelli
Gemelli/kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih
intrauteri. Kehamilan ganda dianggap mempunyai risiko tinggi karena dapat
menyebabkan komplikasi lebih tinggi untuk mengalami hiperemesis gravidarum,
hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hidramnion, persalinan dengan
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat. Gemelli merupakan 30% penyebab
terjadinya prematur di Indonesia pada tahun 2010

9
Fisiologi dari kehamilan ganda yaitu dua ovum yang dibuahi pada saat hampir
besamaan atau berasal dari satu ovum yang mengalami pemecahan disaat dini.
Persalinan prematur pada kehamilan ganda dapat terjadi dikarenakan terjadinya
overdistensi, maka retraksi akibat ketegangan otot uterus makin dini sehingga
dimulailah proses Braxton Hicks, kontraksi makin sering dan menjadi HIS persalinan.
2.2.8 Bakterial Vaginosis
Vagina yang sehat mengandung berbagai jenis bakteri yang penting dalam
memerangi infeksi. Bakterial Vaginosis (BV) diperkirakan terjadi pada 40% wanita
dan merupakan faktor risiko kuat penyebab prematur. BV dapat meningkatkan risiko
prematur 2 kali lipat terutama jika dijumpai pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu. Di Indonesia, angka kejadian persalinan prematur sebesar 20,5% pada 22
wanita hamil muda dengan BV dan 10,7% terjadi pada akhir kehamilan. BV
merupakan suatu kondisi tanpa dijumpai adanya peradangan. Bakteri BV
menghasilkan enzim mukolitik yang mempermudah bakteri tersebut menembus barier
lendir serviks masuk kedalam traktus genitalis bagian atas. Selain itu jumlah
mikroflora vagina normal yaitu Lactobacillus fakultatif menurun, maka akan
mempengaruhi tingkat keasaman vagina dan mempermudah pertumbuhan bakteri
anaerob. Gambaran klinis BV dapat dinilai dengan menggunakan kriteria Amsel,
yaitu terdapat tiga dari empat tanda klinis berikut:
1. pH vagina di atas 4,5
2. Sekret vagina yang homogen dan tipis
3. Terdapat bau amis dari sekret vagina bila ditambahkan kalium hidroksida
10% (tes amin)
4. Terdapat clue cell pada sediaan basah.
2.1.9 Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih/urinary tract infection (UTI) adalah tumbuh dan
berkembang biaknya mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.Pada
wanita hamil dikenal 2 keadaan infeksi saluran kemih yakni:
1. Bakteriuria asimtomatik (asymptomatic bacteriuria, covert bacteriuria) adalah
terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa menimbulkan manifestasi klinis.

10
2. ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. Lebih dari 30%
penderita bakteriuria simtomatis yang tidak diobati akan menyebabkan
berkembangnya kelahiran bayi prematur dengan berat badan lahir rendah sekitar 1,5
sampai 2 kali lipat.
Faktor risiko meningkatnya infeksi saluran kemih dapat dikarenakan oleh:
1. Perubahan morfologi kehamilan, dimana asal dari traktus genital dan traktus
urinarius adalah sama secara embriologi. Selain itu, letaknya yang sangat
berdekatan, maka adanya perubahan pada salah satu sistem akan mempengaruhi
sistem yang lain. Pada saat hamil dapat terjadi perubahan pada traktus urinarius
berupa:
a. Dilatasi pelvis renal dan ureter
Adanya dilatasi tersebut juga dimungkinkan akibat dari adanya hormon
progesteron yang meningkat disamping efek penekanan dari uterus yang
membesar karena hamil.
b. Vesika urinaria terdesak ke anterior dan superior
Pembesaran uterus dan pelebaran di daerah basal vesika urinaria akibat
kelemahan otot destrusor karena pengaruh dari progesteron mengakibatkan
1. sering terjadinya retensi urin dan memudahkan pertumbuhan bakteri.
2. Sistokel dan urethrokel
3. Kebiasaan menahan berkemih
Cara terjadinya infeksi saluran kemih umumnya bakteri yang menyebabkan
terjadinya infeksi berasal dari tubuh penderita sendiri.
Ada 3 cara terjadinya infeksi, yaitu:
1. Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke bagian
saluran kemih
2. Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke buli-
buli atau ke ginjal.
3. Migrasi mikroorganisme secara asenden dan urethra wanita yang pendek
memudahkan terjadi kontaminasi yang berasal dari vagina dan rektum.
Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak
mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga

11
meningkatkan konsentrasi asam arakidonat secara lokal dan pada gilirannya
dapat menyebabkan pelepasan PGF-2 dan PGE-2 sehingga terjadi kontraksi
miometrium uterus. Selain itu pada keadaan infeksi terdapat juga produk
sekresi dari makrofag/monosit berupa interleukin-1 dan interleukin-6, sitokin,
tumor necrosis factor, yang juga akan menghasikan sitokin dan prostaglandin.
2.3 Luaran Maternal
2.3.1 Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42
hari penghentian kehamilan, dengan penyebab yang berhubungan atau diperburuk oleh
kehamilan dan penanganannya tetapi bukan dari penyebab kecelakaan atau insidental.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
angka kematian maternal yaitu sebesar 396 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
obstetrik langsung terhadap kematian maternal sebagian besar dikarenakan perdarahan
(28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu
berupa kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya Kurang Energi Kronis (37%),
anemia (40%) dan penyakit kardiovaskuler.
2.3.2 Persalinan Tindakan
Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara
spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit.
Sehingga persalinan tersebut dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan
alat bantu.
Persalinan tindakan dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih
besar pada ibu atau anak daripada tindakannya.Hal- hal yang menyebabkan peralinan
dilakukan tindakan adalah adanya faktor penyulit pada saat persalinan yang berasal
dari faktor kekuatan HIS ibu (power), faktor bayi (passager) atau faktor jalan lahir
(passage). Pada prematuritas dengan gawat janin hanya di indikasikan untuk
melalukan seksio sesaria, dikarenakan syarat tindakan vakum dan forseps adalah bayi
aterm dimana struktur tulang telah matang.
2.3.3 Lama Rawat Inap
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap

12
pada sarana kesehatan karena penyakitnya sehingga penderita harus menginap. Lama
rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur durasi satu episode
rawat inap. Lama rawat inap dinilai dengan mengekstraksi durasi tinggal di rumah
sakit yang diukur dalam jam atau hari. Sebagian besar ahli obstetrik merawat inapkan
lebih lama pasien dengan komplikasi persalinan, diantaranya adanya ketuban pecah
dini kelahiran prematur, eklampsia, infeksi dan perdarahan.
2.4 Luaran Perinatal
2.4.1 Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis Organ pada bayi prematur belum sepenuhnya berkembang,
bayi membutuhkan perawatan khusus hingga organ pada bayi tersebut dapat
berkembang cukup dalam mendukung kehidupan bayi tanpa dukungan dari alat medis.
Pematangan organ mungkin memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-
bulan. Kortikosteroid perlu diberikan 7 hari sebelum kelahiran hingga paling lambat
24 jam sebelum bayi lahir untuk meningkatkan maturasi paru fetus. Skor apgar adalah
suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat
setelah kelahiran. Penilaian bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia
ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3).
2.4.2 Berat Bayi Lahir
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.
Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu) adalah 2500 –
4000 gram.54 Prevalensi global BBLR adalah 15,5 %, yang berarti bahwa sekitar 20,6
juta tersebut bayi yang lahir setiap tahun, 96,5 % dari mereka di negara
berkembang.Berat badan lahir rendah ( BBLR ) telah didefinisikan oleh WHO sebagai
berat saat lahir kurang dari 2500 gram.
Bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

13
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini dikarenakan janin mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilan.
2.4.3 Hipoglikemia
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah
kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). Hipoglikemi sering terjadi pada kelahiran
prematur dengan BBLR, karena cadangan glukosa yang rendah. Bayi prematur sangat
rentan mengalami hipoglikemia disebabkan karena mekanisme kontrol glukosa yang
masih immatur. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang
terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada disebabkan karena meningkatkan 30
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermia dan
gangguan pernapasan. Kondisi ini menjadi penyebab ketergantungan pemberian
glukosa dari luar, karenanya pemberian dekstrosamelalui intravena merupakan suatu
kebutuhan pada bayi prematur.Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru
lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Bila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat
bahkan sampai kematian.
2.4.4 Sepsis Neonatorum
Bayi prematur sangat rentan untuk terjadinya infeksi dan sepsis. Sepsis
neonatorum merupakan infeksi berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir
dan terjadi pada bayi berusia di bawah 90 hari. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering mengenai bayi laki-laki
Sejumlah bakteri bisa menyebabkan terjadinya sepsis neonatorum, misalnya
Eschericia coli, dan Streptococcus strain tertentu. Sepsis neonatorum onset paling dini
terjadi dalam waktu 24 jam lahir, bayi mendapatkan infeksi dari ibu sebelum atau saat
di lahirkan. Pada bayi prematur dengan BBLR yang dicurigai 31 mengalami sepsis
perlu diberikan antibiotik dengan spektrum yang luas.
2.4.5 Hiperbilirubinemia

14
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin
tidak dikendalikan. Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi
menjadi kern ikterus. Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis
atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus pada
hari ke-2 sampai hari ke-5 dapat disebabkan karena ikterus fisiologik, sepsis darah
ekstravaskular, polisitemia sferositosis kongenital, dan bayi prematur karena belum
berfungsinya hepar. Ikterus ditandai dengan berlebihnya akumulasi bilirubin dalam
darah >5 mg/dL pada bayi yang mengakibatkan jaudice, warna kuning yang jelas pada
kulit, mukosa, sklera dan urin bayi dengan hiperbilirubinemia dapat dikelola dengan
efektif dengan cara memantau kadar bilirubin dan terapi sinar/fototerapi.( Tassa
Marita Fitradayanti, 2017)

15
BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “F” DENGAN

PPI ( PARTUS PREMATURUS IMMINENS )

DI RUANG IGD RSUD H M RABAIN

MUARA ENIM

TANGGAL 2 MARET 2021 s/d 4 MARET 2021

Tanggal masuk rumah sakit : 2 Maret 2021

Tanggal pengkajian : 2 Maret 2021

No. Register : 276922

BIODATA

Nama : F Nama suami : A


Umur : 21 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
pekerjaan : IRT pekerjaan : Petani
suku bangsa : Indonesia suku bangsa : Indonesia
alamat : Ujan Mas alamat : Ujan Mas

I. DATA SUBJEKTIF

16
A. Alasan Datang/ Keluhan Utama
Ibu datang ke RS.HM. Rabain mengaku hamil 8 bulan, anak pertama tidak pernah
keguguran, mengeluh sakit perut bagian bawah menjalar kepinggang seperti ingin
melahirkan pada pukul 09.50 WIB. Keluar air- air (-), Lendir darah (-). Ibu
mengaku semalam diurut diperut, coitus 1 hari yang lalu

B. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
 a.Menarche : Umur 13 tahun
 b.Siklus Haid : 28-30 hari
 c.Lamanya : 3-5 hari
 d.Dismenorhea: ada, setiap hari pertama sampai hari kedua haid
b. Riwayat Pernikahan
 Status Perkawinan : Menikah 1 Kali dengan suami sekarang
 Umur Menikah : 20 Tahun
 Lamanya Menikah : 1 Tahun
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

NO Tahun lahir Usia Jenis Tempat Penolong Penyulit Nifas Anak: Ket
Kehamilan Peralinan Bersalin JK/PB/BB

1. INI

d. Riwayat kehamilan sekarang


1. Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah
Keguguran ( G1P0A0)

2. HPHT Tanggal : 03 - 07 - 2020

3. TP Tanggal : 10 – 04 - 2021

4. ANC Sebanyak 6x di tempat BPS.

5. Ibu mengkonsumsi tablet Fe sebanyak ± 90 butir selama hamil.

17
6. Status Imunisasi : T3

7. Keluhan Selama Hamil:

TM 1: Mual dan Muntah

TM II: Tidak ada

TM III: Sakit Perut menjalar kepinggang seperti ingin melahirkan

e. Riwayat KB
Ibu mengaku belum pernah menggunakan KB

f. Data Kesehatan
1. Ibu tidak pernah menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, hepatitis maupun
penyakit menular lainya.
2. Ibu tidak pernah ada operasi sebelumnya.

3. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan Alkohol.

4. Tidak ada riwayat alergi

5. Tidak ada riwayat Kehamilan Kembar

1. Data Kebiasaan sehari- hari

a..Kebutuhan Nutrisi Kebiasaan :

a. Menu makan nasi dan lauk pauk

b. Frekuensi makan 3 x sehari

c. Nafsu makan baikd.Kebutuhan minum ± 7–8 gelas /hari

b. Eliminasi

Kebiasaan :

1 .Frekuensi BAK 6-7 x sehari

18
2. Warna kuning jernih

3. Bau amoiak

4. Frekuensi BAB 1 kali sehari

5. Konsisten padat

c. Aktivitas dan Istirahat

1) Aktivitas:

Ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel,


mencuci piring, dan mencuci pakaian

2) Istirahat ( Tidur ):

Malam : ±7-8 jam/ hari ( Tidur dimulai pukul 21.00/ 22.00 WIB sampai pukul
05.00 WIB

Siang: ±1 jam/ hari ( Tidur dimulai pada pukul 12.30 WIB dan bangun pukul
13.30 WIB )

d. Personal Hygiene

1.Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun mandi

2.Sikat gigi 2x sehari

3.Keramas 3x sehari

4.Mengganti pakaian tiap habis mandi

2. Data Psikososial
a. Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
b. Rencana Melahirkan : RSUD
c. Rencana Merawat bayi : Sendiri
d. Pengambilan keputusandalam keluarga : Musyawarah

19
e. Persiapan persalinan : Pakian bayi, dana,
transportasi
f. Adat Istiadat yang mempengaruhi kehamilan: Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis (CM)
c. Tanda vital
Tekanan darah : 100/60
Suhu : 36 ◦c
Nadi : 100 x/m
RR : 24 x/m
d. BB Sebelum hanil : 38 kg
e. Berat Badan Sekarang : 42,7 kg
f. Tinggi Badan : 155 cm
g. Lila : 23,5 cm
h. Penambahan berat Badan : 4,7 kg

2. Pemeriksaan Fisik
A. INSPEKSI

Wajah : Simetris kiri dan kanan, wajah nampak pucat

dan Meringis saat ada kontraksi.

Rambut

Kebersihan :Bersih dan tidak berketombe


Rontok :Tidak rontok

Konjungtiva :Merah muda

Sklera :Tidak ikterus

20
Mulut dan Gigi :Bersih tidak ada stomatitis dan tidak ada

caries

Lidah : bersih
Telinga : bersih tidak ada serumen

B. LEHER

Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


Pembesaran Vena jugularis : tidak ada pembengkakan vena jugularis
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe

C. DADA

Bentuk Mamae : Simetris

Mamae :Tidak ada benjolan.

Puting susu : menonjol,bersih,hiperfigmentasi pada aerola

Kolostrum :Sudah Keluar

Pembesaran Mamae :Simetris.

D. ABDOMEN
Inspeksi : Pembesaran TFU sesuai usia kehamilan, terdapat
linea nigra dan striae livida.

Pembesaran : Normal

Palpasi : - Leopold I: TFU 21 cm, teraba Kepala ( adanya


lentingan )

- Leopold 2: Punggung kiri, Djj: 145 x/m


- Leopold 3: Teraba bokong, belum masuk
PAP

21
- Leopold IV: Belum Masuk PAP
TBJ = (21-11)x 155
= 1,550 gr

Kontraksi uterus : 1 x dalam 10 menit, lama 30 detik

Auskultasi : Djj: 145 x/m

E. GENETALIA

Inspeksi :

Tidak ada keputihan

F. ANUS

Tidak ada Hemoroid.

G. EKSTERMITAS
a. Atas Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada oedema
b. Bawah Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : tidak ada oedema dan varices

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 2 Maret 2021

-Leucocyte : 20,33 [10^3uL]

- Haemoglobin : 10,2 g/dl

-Trombosit : 386 24 [10^10uL]

- HbSAg dan HIV : Non reaktif

- Rapid test : Non Reaktif

III. ANALISA DATA

22
Diagnosa : G1P0A0 hamil ±34 minggu,JTH Presbo dengan Partus prematurus
Immines
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tekanan darah TD: 100/60 mmhg, Nadi
100x/m. Memberitahu ibu denyut jantung janin ± 145 x/m, dan ada kontraksi
rahim.
( Ibu mengerti dan memahami keadaan ibu saat ini )
2. Memperbaiki keadaan umum ibu dengan melakukan pemasangan infuse RL gtt
20 x/m atas perintah dokter obgyne
(Pemasangan infuse di tangan kiri ibu )
3. Memasang oksigen 2 L/menit
( Oksigen terpasang)
4. Melakukan pemeriksaan laboratorium ( darah lengkap )
( sample darah telah diambil dan telah diserahkan ke laboratorium)
5. Memberikan therapy sesuai intruksi dokter, melakukan skin test antibiotic
Cefriaxon tunggu 10-15 menit
( skin test telah dilakukan, tidak ada alergi inj. Cefriaxone diberikan(17.15 Wib)
6. Memberikan Inj :
- Hyoscin 1 Amp 1x1, ( Drip gtt: 20 x/m)
- Dexa 2 x 6 mg ( selama 2 hari )

Memberikan obat oral :

- Nifedipine 4x1 tab,


- Hystolan 2x1 tab
( Therapi telah diberikan)
7. Menjelaskan kepada ibu untuk bedrest total, untuk menghindari kontraksi
( Ibu tampak mengerti)
8. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan bila kontraksi berlanjut yang
dapat menyebabkan kelahiran sebelum waktunya.
( Ibu tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan)

23
9. Memberikan dukungan emosional kepada ibu untuk tetap tenang dan tidak
strees, dan selalu berdoa sehingga dapat mengurangi kontraksi.
(Ibu tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan)
10. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya persalinan sungsang,karena dapat
menghambat proses persalinan misalnya kepala bayi menyangkut didepan jalan
lahir yang dapat menyebabkan kematian. Menganjurkan ibu untuk melakukan
persalinan di rumah sakit.

( Ibu tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukan
persalinan di rumah sakit)

11. Menjelaskan pada ibu posisi yang baik saat melakukan aktifitas coitus agar
perut ibu tidak tertekan dan waktu aktifitas coitus tidak sering apalagi pada
trimester ke III ( maximal 2 x perminggu) karena bisa menyebabkan kontraksi
( Ibu tampak mengerti penjelasan yang diberikan)
12. Menunggu hasil lab, menelpon laboratorium apakah hasil labor telah keluar

( Hasil laboratorium sudah keluar:

-Leucocyte : 20,33 [10^3uL]

- Haemoglobin : 10,2 g/dl,

- HbSAg dan HIV : Non reaktif,

- Rapid test : Non Reaktif )

13. Memberikan Ibu makan minum


( makan minum telah diberikan dari staff gizi RS. HM. Rabain )
14. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri, agar aliran oksigen tidak terhambat
kebayi
( ibu mau melakukan tidur miring ke kiri)
15. Melakukan Observasi His, TTV dan input output ibu Pukul 18.30 WIB

Pukul Vital sign DJJ HIS INPUT BAK

TD RR PULS TEMP
24
16.55 120/80 20 80 36,1 145 1x20 RL gtt Belum
mmHg x/meni x/menit x/menit menit 20 x/m BAK
t lama
10
detik

19.25 110/70 24 78 36,7 140 1x30 RL gtt Belum


mmHg x/meni x/menit x/menit menit 20 x/m BAK
t 15
lama
detik

16. Memindahkan Ibu keruang RVK RS. H.M. Rabain pukul 19.30 WIB
( Ibu telah berada diruang rawat kebidanan ruang jeruk)

25
BAB IV PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui studi

kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny. ‘F’ dengan partus prematurus imenens di

RSUD H.M.Rabain Muara Enim,maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

A. KESIMPULAN

1. Melaksanakan pengkajian dan analisis data ibu Ny.’F’ dengan prematur iminens

2. Merumuskan diagnosa potensial ibu hamil dengan prematur iminens

3. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi,ibu hamil dengan prematur iminens

mengingat bahaya prematuritas

4.Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan kebidanan kepada Ny.’F’ dengan hasil semua

tindakan yang telah direncakan dapur dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa adanya

hambatan

5. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan

6. Setelah dilakukan pengobatan/perawatan ibu hamil dengan prematur iminens diperbolekan

pulang

B. SARAN

1. Bagi Ibu ( Klien )

26
a. Diharapkan untuk ibu setiap ibu hamil mengoptimalkan antenatal dan perinatal care yang

lebih baik dan teratur

b. Diharapkan ibu untuk segera datang kembali bila mengalami nyeri perut/kontraksi

kembali

2. Untuk Bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan sangat berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu dengan memberikan konseling ANC untuk mempersiapkan persalinan dan

kemungkinan komplilasi

b. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional berdasarkan

manajemen kebidanan sebagai pertanggung jawaban apabila ada gugatan.

c. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas profesional lain ( dokter,perawat,dan

sesama bidan ) agar proses berjalan dengan mudah

d. Sebagai tenaga bidan yan profesional harus dapat memberikan dukungan motivasi

e. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap semua

asuhan yang diberikan maka setiap tindakan yang dilakukan harus

didokumentasikan

27
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Preterm birth. WHO. Diakses dari: https://www.who.int/news-


room/fact-sheets/detail/preterm-birth

2. World Health Organization, Save the Children, PMNCH, March of Dimes. Born Too
Soon: the global action report of preterm birth. Howson C, Kinney M, Lawn J, editors.
WHO. Geneva: World Health Organization; 2012.

3. Division of Reproductive Health, National Center for Chronic Disease Prevention and
Health Promotion. Preterm Birth. CDC. 2019. Diakses dari:
https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pretermbirth.htm

4. Oroh S, Suparman E, Tendean H. Karakteristik Persalinan Prematur di RSUP Prof. DR.


R.D. Kandou Manado. eCl. 2015;3:707–11.

5. Glass H, Costarino A, Stayer S, Brett C, Cladis F, Davis P. Outcomes for Extremely


Premature Infants. Anesth Analg. 2015;120:1337–51.

6. Dr. Josephine Darmawan. Alomedika.com:2019

28
Lampiran

Dokumentasi Observasi TTV, His, DJJ Tanggal 2 Maret 2021 Di IGD RS. HM. Rabain

29
30

Anda mungkin juga menyukai