Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Analisa Standar Kualitas Produk Karbon Aktif
Dari proses analisa berupa penentuan kadar air, kadar abu, zat terbang,
karbon terikat dan daya serap iodin terhadap sampel produk karbon aktif
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Analisa Kualitas Produk Karbon Aktif Kulit Kacang Tanah
Parameter Konsentrasi Aktivator NaOH
Satuan
Analisa 0,4 N 0,6 N 0,8 N 1N
Kadar Air % 2,24 2,16 1,50 0,99
Kadar Abu % 6,89 6,99 7,58 7,70
Zat Terbang % 6,33 5,92 5,81 5,41
Karbon Terikat % 84,54 84,93 85,11 85,90
Daya Serap Iodin mg/g 761,460 786,842 812,224 862,988

4.1.2 Hasil Analisa Uji Kemampuan Karbon Aktif


Analisa Uji kemampuan ini dilakukan menggunakan alat Atomic Absorbtion
Spectrophotometry (AAS) untuk mengetahui kemampuan karbon aktif dalam
melakukan proses penyerapan terhadap kandungan besi (Fe) yang terlarut dalam
air. Dari pengujian kemampuan karbon aktif yang telah dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Kemampuan Karbon Aktif Kulit Kacang Tanah
Konsentras Hasil
Perlakuan Sampel Ion Besi
i Parameter Metod Analis
Pengujian Awal Terserap
Aktivator Uji e Uji a
(N) (Waktu) (ppm) (ppm) (%)
30 Menit Fe AAS 30 0,456 98,48
0,4
60 Menit Fe AAS 30 0,198 99,34
30 Menit Fe AAS 30 0,306 98,98
0,6
60 Menit Fe AAS 30 0,071 99,76
30 Menit Fe AAS 30 0,218 99,27
0,8
60 Menit Fe AAS 30 0,035 99,88
1 30 Menit Fe AAS 30 0,035 99,88

35
36

60 Menit Fe AAS 30 0,006 99,98


4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Kadar Air
Proses analisa kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air terikat
pada karbon aktif, jumlah persen kadar air mengacu pada standar kualitas karbon
aktif sesuai SNI 06-3730-1995 yaitu maksimal 15%. Pada prosesnya sampel
karbon aktif dipanaskan menggunakan oven pada suhu 100℃ selama 1 jam.
Proses analisa ini dilakukan berdasarkan metode gravimetri yaitu dengan melihat
perbandingan selisih berat karbon aktif yang dianalisa. Hasil analisa kadar air
yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 8.
16
15
14

12
Kadar Air (%)

10 Kadar Air
8 Kadar Air
Maksimum
6 (Standar
SNI)
4
2.24 2.16
2 1.50
0.99

0
0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Aktivator (N)
Gambar 8. Grafik Pengaruh Konsentrasi Aktivator Terhadap Kadar Air Terikat

Pada Gambar 8 disajikan hasil yang diperoleh dari proses analisa terhadap
masing-masing sampel dengan variasi konsentrasi aktivator 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1
N. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar air paling rendah terdapat pada
sampel dengan konsentrasi 1 N dimana kadar airnya sebesar 0,99% dan kadar air
tertinggi terdapat pada sampel dengan konsentrasi 0,4 N yakni sebesar 2,24%.
Dari semua sampel yang telah dilakukan proses analisa diperoleh hasil memenuhi
standar berdasarkan SNI 06-3730-1995 yakni maksimal 15%. Pada Gambar 8
terlihat adanya proses penurunan kadar air seiring dengan semakin tingginya
konsentrasi aktivator. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi aktivator
menyebabkan kadar air yang terdapat pada karbon aktif menurun. Proses aktivasi
37

yang dilakukan pada karbon aktif akan memperluas permukaan pori pada karbon
aktif sehingga semakin luas permukaan yang dihasilkan akan semakin
meningkatkan proses penyerapan. Penurunan kadar air disebabkan akibat
terikatnya molekul air yang terkandung pada karbon aktif pada aktivator karena
luas permukaan pori yang membesar. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
lain yang menyatakan bahwa penurunan kadar air berkaitan hubungannya dengan
temperatur dan konsentrasi aktivator, makin tinggi konsentrasi aktivator maka
luas permukaan pori-pori yang dihasilkan juga semakin besar dan kemampuan
menyerap juga akan meningkat (Masturi dkk, 2016). Jadi, naiknya konsentrasi
aktivator menyebabkan kadar air karbon aktif menurun.

4.2.2 Analisa Kadar Abu


Kadar abu merupakan banyaknya kandungan oksida logam yang terdiri dari
mineral-mineral yang terdapat dalam suatu material bahan (Masturi dkk, 2016).
Apabila kadar abu yang terikat di dalam karbon aktif memiliki persentase yang
besar, maka akan menyebabkan daya serap yang dihasilkan akan semakin
menurun. Hasil analisa kadar abu dapat dilihat pada Gambar 9.
12.00

10.00 10

7.58 7.70
8.00
Kadar Abu (%)

6.89 6.99

6.00
Kadar Abu
4.00 Kadar Abu
Maksimum
(Standar
2.00 SNI)

0.00
0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Aktivator (N)
Gambar 9. Grafik Pengaruh Konsentrasi Aktivator Terhadap Kadar Abu

Pada Gambar 9 disajikan hasil yang diperoleh dari proses analisa terhadap
masing-masing sampel dengan variasi konsentrasi aktivator 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1
N. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar abu paling rendah terdapat pada
38

sampel dengan konsentrasi 0,4 N dimana kadar abunya sebesar 6,89% dan kadar
abu tertinggi terdapat pada sampel dengan konsentrasi 1 N yakni sebesar 7,70%.
Dari semua sampel yang telah dilakukan proses analisa diperoleh hasil memenuhi
standar berdasarkan SNI 06-3730-1995 yakni maksimal 10%. Peningkatan kadar
abu yang terjadi karena terbentuknya garam mineral pada proses karbonisasi yang
kemudian menjadi partikel halus. Hal tersebut diakibatkan karena adanya
kandungan mineral yang terkandung pada bahan baku (Fauziah N, 2009).
Peningkatan kadar abu juga dipengaruhi oleh suhu pembakaran yang tinggi pada
proses pengarangan (karbonisasi) kulit kacang tanah yakni 350℃. Pada grafik
diatas menunjukkan bahwa tingginya konsentrasi aktivator menyebabkan kadar
abu yang terikat juga meningkat.

4.2.3 Analisa Zat Terbang


Proses analisa kadar zat terbang dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat
yang menguap dari karbon aktif . kadar zat terbang dalam karbon aktif terdiri atas
gas-gas yang mudah terbakar dan menguap. Hasil analisa kadar zat terikat dapat
dilihat pada Gambar 10.
30.00

25.00 25

20.00
Zat Terbang (%)

Kadar Zat
Terbang
15.00 Zat Terbang
Maksimum
(Standar
10.00 SNI)
6.33 5.92 5.81 5.41
5.00

0.00
0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Aktivator (N)
Gambar 10. Grafik Pengaruh Konsentrasi Aktivator Terhadap Kadar Zat Terbang

Pada Gambar 10 disajikan hasil yang diperoleh dari proses analisa kadar
zat terbang terhadap masing-masing sampel karbon aktif kulit kacang tanah. Hasil
analisa menunjukkan bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada konsentrasi
39

aktivator 0,4 N yakni sebesar 6,33% dan kadar abu terendah terdapat pada
konsentrasi 1 N yakni sebesar 5,41%. Tinggi rendahnya kadar zat terbang
dipengaruhi oleh suhu dan waktu dalam proses karbonisasi, semakin lama proses
karbonisasi dan suhu yang semakin besar maka kadar zat terbang yang dihasilkan
akan semakin besar (Hendra dkk, 2014). Pada Gambar 10 terlihat adanya
penurunan kadar zat terbang pada kondisi konsentrasi aktivator yang semakin
tinggi, hal ini disebabkan karena banyak zat terbang yang terserap oleh karbon
aktif, sehingga kandungan zat yang menguap lebih sedikit.

4.2.4 Penentuan Kadar Karbon Terikat


Penentuan kadar karbon terikat dilakukan untuk mengetahui kandungan
karbon setelah proses karbonisasi dan aktivasi (Suryani 2009). Hasil penentuan
kadar karbon terikat dapat dilihat pada Gambar 11.

100.00
90.0084.54 84.93 85.11 85.90

80.00
70.00
Karbon Terikat (%)

65
60.00
50.00 Karbon
Terikat
40.00
Karbon
30.00 Terikat
Minimum
20.00 (Standar
SNI)
10.00
0.00
0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Aktivator (N)
Gambar 11. Grafik Pengaruh Konsentrasi Aktivator Terhadap Karbon Terikat

Pada Gambar 11 disajikan hasil penentuan kadar karbon terikat pada


masing-masing sampel karbon aktif. Kadar karbon terikat tertinggi terdapat pada
sampel dengan variasi konsentrasi aktivator 1 N yakni sebesar 85,90% dan kadar
terendah terdapat pada sampel dengan konsentrasi 0,4 N yakni sebesar 84,54%.
Hasil pengujian menunjukkan adanya kenaikan persentase kadar karbon terikat
pada tiap konsentrasi. Kenaikan tersebut dipengaruhi karena rendahnya persentase
40

kadar air, kadar abu dan kadar zat terbang yang dimiliki sampel karbon aktif. Hal
ini sesuai dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa kenaikan kardar karbon
terikat disebabkan oleh rendahnya persentase kadar abu, zat menguap dan kadar
air yang terkandung pada sampel karbon aktif (Verlina dkk, 2009). Nilai kadar
karbon terikat untuk semua sampel karbon aktif kulit kacang tanah telah
memenuhi standar SNI 06-3730-1995 yakni minimum 65%.

4.2.5 Analisa Daya Serap Iodin


Proses analisa daya serap iodin dilakukan untuk mengetahui kemampuan
arang aktif dalam menyerap larutan berwarna dengan ukuran molekul kurang dari
1 nm (Pari, 2009). Hasil analisa daya serap iodin dapat dlihat pada Gambar 12.
880 862.99
860
840
Daya Serap Iodin (mg/g)

820 812.22
Daya Serap Iodin
800 786.84 Daya Serap Iodin
(Standar SNI)
780
761.46
760
750
740
720
700
680
0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Aktivator (N)
Gambar 12. Pengaruh Konsentrasi Aktivator Terhadap Daya Serap Iodin

Pada Gambar 12 disajikan hasil analisa daya serap iodin pada masing-
masing sampel karbon aktif dengan variasi konsentrasi berbeda. Hasil analisa
menunjukkan bahwa semua sampel telah memenuhi standar daya serap iodin
berdasarkan SNI 06-3730-1995 yakni sebesar 750 mg/g. Daya serap tertinggi
terjadi pada sampel dengan konsentrasi 1 N yakni sebesar 862,988 mg/g dan daya
serap terendah terjadi pada sampel dengan konsentrasi 0,4 N yakni sebesar
761,8460 mg/g. Terjadinya kenaikan daya serap disebabkan karena semakin
tingginya konsentrasi aktivator dan semakin luas permukaan pori-pori yang
dimiliki karbon aktif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang mengatakan
41

bahwa semakin tinggi konsentrasi aktivator akan meningkatkan daya serap


dikarenakan kadar tar yang berkurang akibat naiknya konsentrasi bahan aktivator
(Wahyudi dkk, 2019) dan semakin luas permukaan karbon aktif maka akan daya
serapnya akan meningkat (Subadra dkk, 2005).

4.2.6 Analisa Kemampuan Daya Serap Terhadap Ion Besi (Fe)


Proses analisa uji kemampuan karbon aktif dilakukan untuk mengetahui
kemampuan karbon aktif dalam menyerap ion logam besi. Hasil analisa uji
kemampuan karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 13.
0.7

0.6
Konsentrasi Kadar Ion Besi (ppm)

0.50.46

0.4
0.31
30 Menit
0.3
60 Menit
0.22
0.2
0.2

0.1 0.07
0.04 0.04
0.01
0
0.4 0.6 0.8 1

Konsentrasi Aktivator (N)


Gambar 13. Grafik Pengaruh Waktu dan Konsentrasi Aktivator Terhadap
Kemampuan Daya Serap Karbon Aktif Terhadap Ion Besi (Fe)

Pada Gambar 12 disajikan hasil analisa uji kemampuan daya serap karbon
aktif terhadap kandungan ion logam besi (Fe). Hasil pengujian menunjukkan
adanya penurunan kadar ion logam besi terlarut setelah dilakukan kontak
perendaman dengan menggunakan karbon aktif kulit kacang tanah dengan variasi
konsentrasi berbeda dan lama waktu perendaman yang berbeda. Pada proses
perendaman selama 30 menit, penurunan kadar konsentrasi ion logam besi
tertinggi terjadi pada konsentrasi 1 N yang menyebabkan kadar ion besi turun
menjadi 0,035 ppm dan untuk penurunan terendah terdapat pada konsentrasi 0,4 N
42

yakni sebesar 0,456 ppm. Sedangkan pada kondisi perendaman selama 60 menit
menunjukkan penurunan tertinggi yang terjadi pada konsentrasi 1 N yakni 0,006
ppm dan penurunan terendah yang terjadi pada konsentrasi 0,4 yakni 0,198 ppm.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa persentase jumlah kadar ion logam besi (Fe)
yang teradsorbsi pada seluruh variasi konsentrasi dan waktu kontak perendaman
secara keseluruhan berkisar 98,48 – 99,98%. Terjadinya peningkatan persentase
adsorbsi terjadi seiring dengan naiknya konsentrasi dan lamanya waktu kontak
perendaman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi dan waktu kontak
sangat mempengaruhi kemampuan penyerapan karbon aktif. Sesuai dengan hasil
penelitian lain yang menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan daya serap
seiring dengan semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama waktu kontak
perendaman (Prabarini dkk, 2013) (Ofelman dkk, 2015). Semakin lama waktu
kontak, maka akan semakin banyak kesempatan partikel logam yang teradsorbsi
karena semakin banyak kesempatan partikel karbon aktif untuk bersinggungan
dengan logam (Gultom dkk, 2014). Hal inilah yang menyebabkan semakin
banyaknya ion logam yang terserap pada pori-pori karbon aktif. Hasil pengujian
ini menunjukkan bahwa karbon aktif kulit kacang tanah memiliki kemampuan
yang cukup baik dalam melakukan proses penyerapan terhadap ion besi (Fe).

Anda mungkin juga menyukai