Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE ANAK DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


ISPA PADA BAYI

DISUSUN OLEH:
RATU NURLAELA
20317118

PROGRAM PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI (STIKES)
YATSI TANGERANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) PADA BAYI

1 Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada
saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah.Infeksi akut ini menyerang salah
satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI, 2012). Menurut WHO, ISPA adalah
penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor lingkungan, dan faktor pejamu (Ching et al., Bulletin WHO 2007).
ISPA merupakan gangguan pernapasan yang sering menyerang bayi dan anak-
anak.Saat terserang ISPA, anak cenderung menjadi lesu, rewel, dan kurang mau
makan. Agar tidak bingung dalam menangani Si Kecil saat ia terkena ISPA, Anda perlu
mengetahui dulu hal-hal seputar ISPA pada anak dan cara mengobatinya.
ISPA adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi pada saluran pernapasan bagian
atas.Saluran ini meliputi hidung, rongga hidung dan sinus, tenggorokan (faring), dan
kotak pita suara (laring).
ISPA bisa muncul secara tiba-tiba dan dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak-
anak dan lansia. Sedangkan pada orang dewasa, ISPA lebih sering terjadi pada orang
yang merokok atau terpapar asap rokok dan polusi.
ISPA pada dapat menggambarkan beberapa penyakit infeksi pada saluran
pernapasan anak, seperti flu, radang tenggorokan (faringitis), sinusitis, epiglotitis, atau
radang pita suara.

2 Klasifikasi
ISPA dibagi menjadi infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran
pernafasan bagian bawah.Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis
akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis.Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut
bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan
oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis
akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia (Morris, 2009; Dahlan,2009).
Menurut Daniel YT Goh.et al. ISPA dibagi atas beberapa klasifikasi menurut gejala
klinisnya, yaitu: Rinitis infeksi akut, Faringitis dan tonsilitis, Otitis media, Sinusitis akut,
Laryngotracheo-bronchitis, Epiglotitis, Bronkitis akut, Bronkiolitis akut, Pneumonia.
Menurut Depkes RI tahun 2012, klasifikasi ISPA dapat dibedakan berdasarkan
berat ringannya gejala yang ditimbulkan, yaitu tanda dan gejala ringan (bukan
pneumonia), sedang (pneumonia sedang/pneumonia), dan berat (pneumonia
berat).Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.

a. Ringan (bukanpneumonia)
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), batuk tanpa
pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair,
tenggorokan merah, dan telinga berair. Tanda emergency untuk golongan umur 2
bulan-5 tahun yaitu : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi
buruk.

b. Sedang (pneumonia sedang/pneumonia)


Tidak ada TDDK, batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari
telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran
kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentisservikal).

c. Berat (pneumonia berat)


Terdapat TDDK pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis atau meronta), batuk dengan nafas berat, cepat dan
stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis
dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam

3 Etiologi ISPA
Penyebab utama ISPA adalah infeksi virus, seperti rhinovirus, adenovirus,
virus coxsackie, parainfluenza, dan RSV (respitatory syncytial virus).Namun pada kasus
tertentu, ISPA pada anak juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri.
Virus dan bakteri penyebab ISPA dapat menyebar dan menular dengan beberapa
cara, misalnya saat anak menghirup percikan bersin dari seseorang yang terinfeksi ISPA.
Penyebaran juga dapat terjadi saat anak memegang benda yang telah terkontaminasi virus
atau kuman penyebab ISPA dan secara tidak sadar menyentuh hidung atau mulutnya
sendiri.
Saat mengalami ISPA, anak-anak dapat mengalami gejala atau keluhan berupa:
1. Hidung tersumbat atau pilek
2. Bersin
3. Batuk-batuk
4. Sakit tenggorokan hingga suara serak
5. Mata terasa sakit, berair, serta kemerahan
6. Sakit kepala
7. Nyeri otot
8. Demam
9. Sakit ketika menelan

4 Manifestasi Klinis
a. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret
yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan
susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
451).
b. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai
tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
c. Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama
periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
d. Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum
dan bhkan tidak mau minum.
e. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
f. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
g. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
h. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
i. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
j. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Secara ringkas gejala klinis ISPA berdasarkan klasifikasinya disajikan dalam tabel berikut
ini.
Tabel 2.1
Gejala Klinis ISPA Berdasarkan Klasifikasinya

KLASIFIKASI GEJALA KLINIS

Rinitis infeksi akut  hidung tersumbat, bersin,rhinorea


 demam, malaise (tidak enak badan), nyeri otot pada
infeksi yangberat
 kadang-kadang batuk mungkin timbul yang
mengindikasikan adanyan inflamasi pada laring, trakea,
danbronkus
Faringitis dan  prevalensi tersiring terjadi pada usia empat sampai
tonsillitis sepuluhtahun
 sakittenggorokan
 batuk
 demam, malaise, hidungtersumbat
 kemerahan pada faring, bengkak ataukemerahan
pada tonsil dan mengeluarkanexudat
 cervicallymphadenopathy
Otitis media  sakittelinga
 demam
 membran timpani yang bengkak dankemerahan
 adanya cairan di telinga bagiantengah,
 telinga gatal dan keluar discharge
Sinusitis akut  purulent nasaldischarge
 nyeri pada wajah dantenderness
 bengkakperiorbital
 sakit kepala atau sakitgigi
 demam
Laryngotracheo-  adanya gejala infeksi saluran pernafasanatas
bronchitis  stridor
 suaraparau/serak
 batukkeras
 mungkin ada distress pernafasan tapi biasanya tidak
terlaluparah
Epiglotitis  sering terjadi pada usia tiga sampai empattahun
 demam, tidak enak badan,lesu
 menolak makan danminum
 keluar saliva terusmenerus
 mungkin ada stridorinspirasi
 batuk biasanya bukan gejala yangmenonjol
Bronkitis akut  Batukberdahak
 ronchi
 demam
 takipnea/nafascepat
Bronkiolitis akut  menyerang anak <24 bulan, terutama umur satu
samapi enambulan
 biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran
pernafasanatas
 demam
 batuk
 distresspernafasan
 wheezing
 sulitmakan
Pneumonia  demam
 batuk
 takipnea/nafascepat
 adanya konsolidasi pada x-ray parenkimparu
Sumber : (Daniel YT Goh. et al., 1999, hal. 2).
5 Gejala Klinis Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Temuan klinis yang mungkin didapatkan pada gejala ISPA ringan adalah eritema
dan edema pada mukosa hidung, mukopurulen pada hidung, dan temperatur tubuh
meningkat.
Temuan klinis yang sering pada ISPA yang disebabkan oleh virus antara lain:
eritema faring, exudat faring dan tonsil, adanya vesikel atau ulkus yang dangkal pada
palatum, konjungtivitis, hipertropi tonsil, batuk, diare,demam.
Temuan klinis yang sering pada ISPA yang disebabkan oleh bakteri antara lain:
eritema, bengkak, dan munculnya exudat pada faring dan tonsil, temperatus 38,3 oC atau
lebih tinggi, tidak adanya konjungtivitis, batuk, dan rhinorea yang mana merupakan tanda
infeksivirus.
Adapun pemeriksaan penunjang untuk ISPA diantaranya :
1. Pemeriksaan darah di laboratorium.
2. Pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di laboratorium.
3. Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru-paru
Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA);

Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)

Respon pada Peradangan pada saluran pernapasan Inflamasi saluran


dinding bronkus (faring/laring dan tonsil) bronkus

Bronkus Kuman melepaskan Peningkatan


menyempit endotoksin produksi sekret

Bronkospasme Merangsang tubuh mengeluarkan zat Obstruksi jalan


pirogen oleh leukosit nafas
Ketidakefektifan pola nafas
Suhu tubuh Ketidakefektifan
Perkemgan penyakit meningkat bersihan jalan nafas

Perubahan status kesehatan Hipertermi Kesulitan/sakit mengunyah dan


menelan

Koping inefektif Merangsang pengeluaran zat


Malas makan/
mediator, bradisinin, serotinin,
anoreksia
histamin, prostaglandin
Ansietas
Ketidakseimbangan
Nyeri dipersepsikan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri akut

6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Biakan virus
2. Serologis
3. Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan
sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini
adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita
amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya
bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri
pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

7 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien)
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :


a. Inspeksi
1) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
2) Tonsil tampak kemerahan dan edema
3) Tampak batuk tidak produktif
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
5) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung.
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
4) Perkusi : Suara paru normal (resonance)
5) Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :


a. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Immunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2. Meningkatkan makanan bergizi
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
c. Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,
bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (NANDA International, 2012).
Berdasarkan NANDA International (2012), diagnosa keperawatan terbagi atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon manusia
terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu, kelompok, atau
komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang motivasi dan keinginan
individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk meningkatkan kesehjateraan dan
mewujudkan potensi kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat dari paparan terhadap
faktor-faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau kehilangan.
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok khusus diagnosa
keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat dihadapi secara bersama-sama dan melalui
intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang sudah dikelompokkan
dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa
keperawatan Gordon menguraikan komponen yang harus ada sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi dan
memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan
suatu diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001).
MenurutNurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi (2015)masalah keperawatan yang lazim
timbul pada pasien ispa:
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon pada
dinding bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status kesehatan.

9. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan secara
tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan keperawatan
yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan
keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan.Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. (Wong,D,L,
2004 ).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar, diraba,
dirasakan, dicium.Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan
“SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang prilaku klien,
dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi, periksa, ukur,
catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah, pertahankn,
latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan, sarankan,
informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk, instrusikan,
laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.

10. Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2001).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi keperawatan
dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam
kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang
mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien terhadap
intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap penguasaan teknis
keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual untuk menerapkan
teori-teori keperawatan kedalam praktek.

11. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2001).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan
perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien
segera stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan
klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan
perkembangan kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat untuk
mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan kartu/format
bagan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai dengan rencana tujuan
yang telah ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang / berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1, Penerbit EGC, Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta

Dongoes, E. Marlyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perawatan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hadi Nur. 2013. Penyakit Ispa. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl- nurhadig2a-


6164-2-babii.pdf

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budhi
Subekti . Jakarta: EGC

Nurarif, Huda Amin dan Kusuma Hardhi.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC.Jogjakarta : Mediaction

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Nuzulul,2013. Asuhan Keperawatan Ispa .http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail- 35511-


Kep%20Respirasi-Askep%20ISPA.html
Nama Mahasiswa : RATU NURLAELA

FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK

I. BIODATA

A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. N
2. Tempat tgl lahir/usia : 1 Juni 2020
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum Sekolah
6. Alamat : Pandeglang
7. Tgl sakit : 12 Januari 2021
8. Tgl pengkajian : 13 Januari 2021
9. Diagnosa medik : ISPA
10. Rencana terapi : Uap Air Panas, Kompres Air hangatdan Fisio
Terapi Dada

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. Nama : Tn. E
b. Usia : 45 th
c. Pendidikan : SLTA
d. Pekerjaan/sumberpenghasilan : Pramubakti
e. Agama : Islam
f. Alamat : Pandeglang

2. Ibu
a. Nama : Ny. K
b. Usia : 39 th
c. Pendidikan : SLTP
d. Pekerjaan/Sumberpenghasilan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Pandeglang
C. Identitas Saudara Kandung
NO NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
1. An. T 6 th Kakak
2. An. B 7 bln 12 hr Kakak

II. KELUHAN UTAMA

Demam, Pilek, dan Batuk

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :


An. N mulai demam dan bersin-bersin sejak 1 hari yang lalu.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun):

1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 9 kali
b. Keluhan selama hamil : Demam dan muntah
c. Riwayat : Terapi obat Vitamin
d. Kenaikan BB selama hamil : 15 Kg
e. Imunisasi TT : 0 kali
f. Golongan darah ibu/ayah :O/-

2. Natal
a. Tempat melahirkan : RSUD Pandeglang
b. Lama dan jenis persalinan : spontan A.
forceps 
operasi
lain-lain C.
c. Penolong persalinan : dokter E.bidan D.dukun B.
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips obat perangsang
G. F.
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum I.infeksi nifas H.

3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 3.5gram, PB 50 cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning K.kebiruan J.
kemerahan L. problem menyusui M.
BB tidak stabil N.
(Untuk semua Usia)
¤ Penyakit yang pernah dialami : Batuk demam
Q. P.diare O.
Kejang lain-lain
¤ Kecelakaan yang dialami : jatuh tenggelam lalu lintas
¤ keracunan : makanan obat–obatan
zat/subtansi kimia textil
¤ Komsumsi obat-obatan bebas :
¤ Perkembangan anak dibanding : lambat sama Cepat
saudara-saudaranya :

KESIMPULAN :
An. N adalah anak kembar dari pasangan Tn. E dan Ny. K. Ia lahir di RSUD Pandeglang secara
operasi Caesar dengan dibantu oleh dokter. An. N lahir dengan berat badan 3.5 kg dan panjang
badan 50 cm, ia lahir 5 menit setelah An. B, pada saat lahir An. N sehat tanpa keluhan apapun.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


¤ Penyakit anggota keluarga :
alergiasma TBC hipertensi penyakit jantung
stroke anemia hemofilia artritis migrain
DM kanker jiwa

KESIMPULAN :
Keluarga Tn. E tidak memiliki riwayat kesehatan apapun.

¤ Genogram

KETERANGAN:

: Laki-laki

: Perempuan : Pasien/ Klien


KESIMPULAN :
Tn. E adalah anak pertama dari 5 bersaudara, sedang Ny. K adalah anak ke 3 dari 6
bersaudara.Mereka menikah kurang lebih 9 tahun, dan sekarang memiliki 3 anak perempuan.
Anak pertama mereka bernama An. T berusia 7 tahun duduk dibangku sekolah, dan 2 anak
kembar bernama An. B dan An. D berusia 8 bulan. Dan An. D adalah anak yang saat ini sedang
mengalamami masalah kesehatan yaitu ISPA.

IV. RIWAYAT IMUNISASI


REAKSI SETELAH
NO JENIS IMMUNISASI WAKTU PEMBERIAN
PEMBERIAN
BCG 1 Bulan Bengkak diarea tangan sebelah
1.
kanan
2. DPT (I,II,III) 2 Bulan Demam
3. Polio (I,II,III,IV) 2 Bulan
4. Campak
5. Hepatitis

KESIMPULAN :
An. D baru melaksanakan 4 kali imunisasi, yaitu imunisasi BCG, DPT 1 dan Polio 1, 2.Namun
seharusnya dengan usia 8 bulan An. D sudah divaksin sampai DPT 4 dan polio 4, karena kondisi
corona ini, segingga fasilitas posyandu yang biasanya melakukan imunisasi terpaksa
diberhentikan dan itu berdampak pada status imunisasi An. D. Tapi jika kondisi sudah mulai
membaik dan posyandu sudah mulai dilaksanakan kembali, An. D akan kembali melanjutkan
vaksinasi.

V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 8,5 kg
2. Tinggi badan : 60 cm
3. Waktu tumbuh : Belum tumbuh gigi
KESIMPULAN :
An. N mengalami peningkatan berat badan yang cukup pesat diusianya.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : Belum
3. Merangkak : 7 bulan
4. Berdiri : Belum
5. berjalan : Belum
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 4 bulan
7. bicara pertama kali : Belum
8. Berpakaian tanpa bantuan : Belum
KESIMPULAN :
An. D dengan usia 8 bulan sudah bisa tengkuram dan berguling.

VI. RIWAYAT NUTRISI


A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : 3 hari setelah lahir
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis terjadwal
3. Lama pemberian : 8 bulan
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Ibu merasa kerepotan ketika member ASI 2 anak sekaligus
2. Jumlah pemberian : 200 ml
3. Cara pemberian : dengan dot , sendok
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
USIA JENIS NUTRISI LAMA PEMBERIAN
1. 0 – 6 Bulan ASI dan susu formula
2. 6 – Saat ini ASI, susu formul, dan makanan lunak

VII. Riwayat Psikososial


¤ Apakah anak tinggal di : apartemen rumah sendiri
kontrak
¤ Lingkungan berada di : kota setengah kota desa
¤ Apakah rumah dekat : sekolah ada tempat bermain
¤ punya kamar tidur sendiri : ya
¤ Apakah ada tangga yang bisa berbahaya : ya tidak
¤ Apakah anak punya ruang bermain : ya tidak

¤ Hubungan antar anggota keluarga : harmonis berjauhan

¤ Pengasuh anak : orang tua baby sister


pembantu nenek/kakek
KESIMPULAN :
An. D sejak lahir sudah diberi ASI dan di beri susu formula, karena Ny. K merasa kerepotan
ketika menyusui 2 anak kembar sekaligus.An. D sekarang tinggal bersama orang tuanya di
sebuah desa, dimana dilingkungan rumah dekat dengan sekolah dan area bermain.

VIII. RIWAYAT SPIRITUAL


¤ Support sistem dalam keluarga : Baik
¤ Kegiatan keagamaan :Ny. K mengikuti kegiatan keagamaan dilingkungan tempat
tinggal. Ny. K berharap semoga dijauhkan dari segala
penyakit.

IX. REAKSI HOSPITALISASI


A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya tidak
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas t Takut biasa
khawatir
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya , kadang-kadang , tidak
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah Ibu Kakak
Lain-lain

KESIMPULAN:
Semua anak Ny. K tidak pernah di rawat RS

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?....................................................
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ?...........................................................................
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ?......................................................................
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : bosan Takut Senang ,
Lain-lain

KESIMPULAN :
Semua anak Ny. K tidak pernah di rawat RS
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. Selera makan Baik Berkurang
2. Menu makan
3. Frekuensi makan Banyak Sedikit
4. Makanan pantangan
5. Pembatasan pola makan
6. Cara makan Disupin dan makan sendiri Disuapin
7. Ritual saat makan

KESIMPULAN :
An. D sebelum sakit selera makan dan minum susu nya baik, namun ketika sakit mengalami
penurunan. Kalo makan biscuit atau cemilian biasanya An.N mau makan sendiri tapi ketika
sakit An. N tidak mau kecuali disuapin Ny. K.

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman ASI, Susu Formula, Air ASI, Susu Formula, Air
Putih Putih
2. Frekuensi minum Sering Sering dengan dipaksa
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan Diminumkan Diminumkan

KESIMPULAN :
An. D sebelum sakit masih sering dan mau minum ASI, susu formula dan air putih, namun
ketika sakit An. N kadang menolak minum susu, namun Ny. K selalu meminumkannya
sambil digendong.

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat pembuangan
2. Frekwensi
3. Warna dan Bau
4. Volume
5. Kesulitan
KESIMPPULAN :
An. D tidak ada masalah yang mempengaruhi eleminasi (BAB & BAK), semuanya seperti
biasa
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang 3 kali tidur dengan durasi 30 Sering tidur namun durasi
mnt-1 jam hanya 10 mnt-15 menit
- Malam 3 kali bangun, setelah Sering terbangun dan
disusui tidur kembali menangis dan sulit
ditidurkan kembali

2. Pola tidur Teratur Berantakan

3. Kebiasaan sebelum Minum susu Menangis

tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Ada

KESIMPULAN :
An. D mengalami gangguan pada saat tidur dan selalu bangun dan lebih rewel dari biasanya

E. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Disiram Dilap dengan air hangat,
direndah dengan air hangat
- Frekuensi 2x Dilap 1 x direndam 1 x
- Alat mandi Ember dan sabun Ember, sabun, dan handung
kecil
2. Cuci rambut
- Frekuensi 2x 1x
- Cara Disiram menggunakan Disiram perlahan
gayung kecil menggunakan tangan
3. Gunting kuku Ketika terlihat panjang Ketika terlihat panjang
- Frekuensi dipotong dipotong
- Cara
4. Gosok gigi Tidak ada Tidak ada
- Frekuensi
- Cara

KESIMPULAN :
An. D mandi seperti biasa sebelum sakit, namun pada saat sakit Ny. K biasanya hanya
mengelap An.D dengan air hangat tanpa dimandikan, tetapi setelah diberi penjelasan
mengenai manfaat mandi/direndam diair hangat dapat membantu menurunkan demam, Ny. K
baru mulai memandikan An. D.

F. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Tidur, Minum Susu, bermain Tidur, Minum Susu,

2. Pengaturan jadwal harian Tidak Ada Tidak Ada


3. Penggunaan alat Bantu Tidak Ada Tidak Ada
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh Tidak Ada Tidak Ada

KESIMPULAN :
An. N selama sakit hanya ingin digendong dan tidak mau bermain seperti biasa.

XI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum klien
Baik , Lemah √ , Sakit berat

B. Tanda-tanda vital
=Suhu : 37.1 derajat celcius
=Nadi :121 x/menit
= Respirasi :48 x/menit
KESIMPULAN :
An. D demam

C. Antropometri
= Tinggi Badan :71 cm
= Berat Badan :8 kg
= Lingkar lengan atas :15 cm
= Lingkar kepala : 45 cm
= Lingkar dada :46 cm
= Lingkar perut :45 cm
= Skin fold : Putih
KESIMPULAN:
An. N mengalami kenaikan berat badan sejak lahir hingga sekarang kurang lebih 5 kg

D. Sistem pernapasan
= Hidung : simetris , pernapasan cuping hidung secret  polip
epistaksis
= Leher : pembesaran kelenjar tumor
= Dada
¤ Bentuk dada normal , barrel , pigeon chest
¤ Perbandingan ukuran AP dengan transversal………………
¤ Gerakan dada : simetris  , terdapat retraksi , otot Bantu pernapasan
¤ Suara napas : VF , Ronchi √ , Wheezing , Stridor , Rales
= Apakah ada Clubbing finger
KESIMPULAN :
Ada secret pada hidung An. D

F. Sistem Pencernaan
= Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab , kering √ , pecah-pecah
labio skizis
= Mulut : Stomatitis , palato skizis Jml gigi
= Kemampuan menelan : baik /sulit
=Gaster : kembung , nyeri gerakan peristaltic
= Abdomen :
= Hati : teraba lien ginjal faeces
=Anus : lecet , haemoroid
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada bagian pencernaan, hanya bibir terlihat kering
i.Sistem indra
1. Mata
√ √ √
- Kelopak mata , bulu mata , alis
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang
2. Hidung
- Penciuman √ , perih dihidung , trauma , mimisan
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga √ , kanal auditoris : bersih √ , serumen

- Fungsi pendengaran : Baik


KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system indra An. N

J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna hitam, Mudah dicabut tidak
= Kulit : Warna putih, temperatur hangat , kelembaban baik, bulu kulit sedikit, erupsi
tidak, tai lalat tidak ada , ruam sedikit
= Kuku : Warna putih , permukaan kuku baik, mudah patah tidak, kebersihan baik

K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid :Tidak teraba
= Ekskresi urine berlebihan Tidak , poldipsi Tidak , poliphagi Tidak
= Suhu tubuh yang tidak seimbang Tidak , keringat berlebihan Tidak
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut Tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system endokrin An. N

L. Sistem Perkemihan
= Oedema palpebral Tidak , moon face Tidak , oedema anasarka Tidak
= Keadaan kandung kemih
= Nocturia Tidak , dysuria Tidak , kencing batu Tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system perkemihan An. N

M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : Putting , aerola mammae , besar
- Labia mayora & minora bersih , secret Tidak , bau Tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system reproduksi An. N

N. Sistem Imun
= Alergi (cuca Ada , debu Tidak , bulu binatang Tidak , zat kimia Tidak)
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu Ada , urticaria, lain-lain
KESIMPULAN :
Ny. K mengatakan An.N mudah berlendir diarea ingus jika suhu terlalu dingin

XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

UMUR GERAKAN KASAR GERAKAN HALUS KOMUNITAS SOSIAL &


BERBICARA KEMANDIRIAN
1 bulan Tangan & kaki bergerak Kepala menoleh ke samping Bereaksi terhadap Menatap wajah ibu /
aktif kiri & kanan bunyi pengasuh
2 bulan Mengankat kepala Bersuara Tersenyum sopan
ketika terkurap Ooo .Ooo /
ooo…ooo
3 bulan Kepala tegak ketika Memegang mainan Tertawa/berteriak Memandang
didudukan tanganya
4 bulan Tengkurap-terlentang
sendiri
5 bulan Meraih, menggapai Menoleh ke suara Meraih mainan
6 bulan Duduk tanpa Masukan benda
berpegangan kemulut
7 bulan Mengambil dengan tangan Bersuara ma..ma
kanan & kiri da..da
8 bulan Berdiri berpegangan Bersuara ma..ma
da..da
9 bulan menjepit Memanggil mama Melambaikan tangan
papa
10 bulan Memukul mainan dengan Bertepuk tangan
kedua tangan
11 bulan Memanggil mama Menunjuk dan
papa meminta
12 bulan Berdiri tanpa Memasukan mainan ke Bermain dengan
berpegangan cangkir orang lain
15 bulan Berjalan Mencoret-coret Berbicara 2 kata Minum dari gelas
1,5 tahun Lari, naik tangga Menumpuk 2 kubus Berbicara beberapa Memakai sendok dan
kata menyuapi boneka
2 tahun Menendang bola Menumpuk 4 kubus Menunjuk 1 Menyikat
gambar gigi,melepas dan
memakai pakaian
2,5 tahun Melompat Menunjuk bagian 6 Mencuci dan
tubuh mengerikan tangan
3 tahun Menumpuk 8 kubus Menyebut 4 Menyebut nama
gamabar teman
3,5 tahun Berdiri satu kaki 3 detik Menggoyangkan ibu Memakai baju kaos
jari
4 tahun Menggambar lingkaran Memakai baju tanpa
dibantu
4,5 tahun Menggambar manusia Bermain
(kepala,badan,kaki,tangan) kartu,menyikat gigi
tanpa dibantu
5 tahun Berdiri satu kaki 5 detik Menghitung kubus Mengambil makanan
sendiri

KESIMPULAN :
An. N sekarang berusia 7 bulan 12 hari, diusinya ini An. N sudah mengangkat kepala ketika
tengkurap, tengkurang, terlentang, berguling, menoleh kesuara, tersenyum, berdiri berpegangan
dan mengambil dengan tangan kanan dan kiri.

XII. SKRINING GIZI ANAK (Berdasarkan metode strong kids )


( lingkari skor sesuai denganjawaban , total skor adalah jumlah skoryang dilingkari )
NO Parameter Skor
1 Apakah pasien tampak kurus ?
a Tidak √ 0
b Ya 1
Apakah terdapat penyakit atau keadaan berikut yang mengakibatkan pasien beresikomengalami
malnutrisi ?
 Diare kronik (lebih dari 2 minggu)  Kelainan anatomi daerah mulut yang
 Penyakit jantung bawaan menyebabkan kesulitan makan (missal :
 Infeksi Human Immunodeficiency bibirsumbing )
Virus (HIV)  Trauma
 Kanker  Kelainan metabolic bawaan
 Penyakit hati kronik  Retardasi mental
 Penyakit ginjal kronik  Keterlambatan perkembangan
2
 TB Paru  Rencana / paska operasi mayor (missal :
 Luka bakar l uas laparotomi, Torakotomi)
 Lain – lain (berdasarkan pertimbangan  Terpasang Stoma
dokter )

a. Tidak √ 0
b. Ya 2
Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
 Diaree z 5 kali / hari dan atau muntah > 3kali/hari dalam seminggu terakhir
3
 Asupan makanan berkurangselama1 mingguterakhir
a Tidak 0
b Ya√ 1
Apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak ada penambahanberat badan ( bayi <1tahun)
4 selamaeberapa minggu/bulan
a Tidak √ 0
b Ya 1

Total skor 1
Hasil total Skor
0 :berisiko rendah, ulangi skrining setiap7 hari
1-3 : berisiko menengah, dirujuk ke tim Terapi Gizi, Monitor asupan makanansetiap 3 hari
4-5 : berisiko tinggi, dirujuk ke tim terapi Gizi ,Monitor asupan makanan setiap hari

Sudah dilaporkan ke Tim Terapi Gizi : Tidak √ Ya, tanggal & jam

KESIMPULAN:
Beresiko Menengah

XIII. TEST DIAGNOSTIK


= Laboratorium Tidak ada
= Foto Rotgen Tidak ada
= CT Scan Tidak ada
= MRI, USG, EEG, ECG dll Tidak ada

IV. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


1. Terapi kompres air hangat;
2. Terapi mandi air hangat;
3. Terapi uap air panas dan minyak kaya putih;
4. Terapi dijemur dibawah sinar matahari;
5. Fisioterapi dada
ANALISA DATA
Inisial klien :An. D
Ruangan : Keluarga
Umur :7 Bulan 12 hari

MASALAH/ DIAGNOSA
DATA (DS & DO)
KEPRAWATAN
DS: Hipertermi berhubungan dengan
Ny. K mengatakan An. N demam sejak 1 hari masalah infeksi
yang lalu
DO:
Keadaan Umum : An. N rewel dan kulit teraba
panas
TTV:
- Suhu : 37.1 derajat celcius
- Nadi : 121 x/menit
- Respirasi : 48 x/menit

Pola nafas tidak efektif berhubungan


DS:
dengan proses inflamasi pada saluran
Ny. K mengatakan An. N sering bersin-bersin
pernapasan
DO:
Keadaan Umum : An. N gelisah dan meronta
ronta
TTV:
- Suhu : 37.1 derajat celcius
- Nadi : 121 x/menit
- Respirasi : 48 x/menit

DS: Bersihan jalan nafas tidak efektif


Ny. K mengatakan An. N batuk ketika menangis berhubungan dengan obstruksi mekanik
sampai suara serak dari jalan nafas oleh sekret, proses
DO: inflamasi, peningkatan produksi sekret
Keadaan Umum : An. N menangis sambil batuk

TTV:
- Suhu : 37.1 derajat celcius
- Nadi : 121 x/menit
- Respirasi : 48 x/meni

PRIORITAS MASALAH/DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan masalah infeksi


2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernapasan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien : An.N


Diagnose Medis : ISPA
Ruangan : Keluarga
Tanggal : 14 Januari 2021

Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan
keperawatan
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital
berhubungan keperawatan selama 5x24 jam 2. Pertahankan
dengan masalah suhu tubuh kembali normal lingkungan yang
infeksi nyaman
Kriteria hasil : 3. Tingkatkan masukan
Tanda-tanda vital (TTV)
cairan dengan
dalam batas normal
pemberian ASI/ susu
formula
4. Kompres air hanga
5. Mandikan dengan air
hangat

Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital


efektif keperawatan selama 5x24 jam 2. Pertahankan
berhubungan jalan nafas menjadi efektif lingkungan yang
dengan proses nyaman
inflamasi pada Kriteria hasil : 3. Ciptakan dan
1. Pola napas efektif.
saluran pernapasan pertahankan jalan
2. Menunjukkan perilaku
untuk memperbaiki/ nafas yang bebas
mempertahankan bersihan
4. Berikan uap air panas
jalan nafas
3. Bunyi napas normal dan minyak kayu
kembali.
putih dimalam hari
5. Berjemur dibawah
sinar matahari
6. Mandikan dengan air
hangat

Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bersihan jalan


nafas tidak efektif keperawatan selama 5x24 jam napas
berhubungan jalan nafas menjadi efektif 2. Berikan posisi yang
dengan obstruksi nyaman
mekanik dari jalan Kriteria hasil : 3. Anjurkan keluarga
1. Mempertahankan jalan
nafas oleh sekret, untuk memberikan
nafas paten dengan bunyi
proses inflamasi, nafas bersih. ASI dan susu formula
2. Mengeluarkan secret
peningkatan sesering mungkin
3. Batuk berkurang
produksi sekret 4. Berikan air minum
yang hangat
5. Lakukan fisioterapi
dada
6. Berikan uap air panas
dan minyak kayu
putih
7. Mandikan dengan air
hangat
8. Berjemur dibawah
sinar matahari
CATATAN KEPERAWATAN
Inisial Klien : An. N
Ruangan : Keluarga
Hari ke-1
Tanggal /
hari/ No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
waktu
Kamis, 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S : Ny. K mengatakan An. Ratu
14 Januari 2. Mempertahankan lingkungan N masih demam dan rewel
2021 yang nyaman
3. Meningkatkan masukan cairan O : Suhu 37,5 derajat
dengan pemberian ASI/ susu celcius, kuliat teraba
formula hangat
4. mengompres dengan air hanga A :Masalah belum teratasi
5. Mandikan dengan air hangat
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu
tubuh
- Berikan kompres
hangat
- Mandikan dengan
air hangat

2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan An. Ratu


nyaman N masih sering terbangun
2. Menciptakan dan pertahankan dimalam hari karena
jalan nafas yang bebas demam dan nafas
3. Memonitor keluhan sering tersumbat
terjaga
4. memberikan terapi inhalasi uap O : An. N gelisah dan
air panas dan minyak kayu putih rewel
dimalam hari
5. Menganjurkan berjemur dibawah A :Masalah belum teratasi
sinar matahari pagi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor keluhan
sering terjaga
- Mandikan dengan
air hangat
- Berikan terapi
inhalasi dengan
uap air panas
- Berjemur dibawah
sinar matahari pagi

3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan An. Ratu


2. Memberikan posisi yang nyaman N masih rewel
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ASI dan susu O : An.N masih suka
formula sesering mungkin batuk dan suara serak
4. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan air minum yang A :Masalah belum teratasi
hangat
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan

Hari Ke-2
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Jumat, 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S : Ny. K mengatakan Ratu
15 Januari 2. Mempertahankan lingkungan An. N sudah tidak
2021 yang nyaman demam jika siang, tapi
3. Meningkatkan masukan cairan jika malam masih demam
dengan pemberian ASI/ susu dan rewel
formula O : Suhu 37 derajat
4. mengompres dengan air hanga celcius, kuliat teraba
5. Mandikan dengan air hangat hangat
A :Masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu
tubuh
- Berikan kompres
hangat
- Mandikan dengan
air hangat

2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu


nyaman An. N masih sering
2. Menciptakan dan pertahankan terbangun dimalam hari
jalan nafas yang bebas karena demam dan nafas
3. Memonitor keluhan sering tersumbat
terjaga
4. memberikan terapi inhalasi uap O : An. N gelisah dan
air panas dan minyak kayu putih rewel
dimalam hari
5. Menganjurkan berjemur dibawah A :Masalah belum
sinar matahari pagi teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor keluhan
sering terjaga
- Mandikan dengan
air hangat
- Memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi

3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu


2. Memberikan posisi yang nyaman An. N masih rewel
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ASI dan susu O : An.N masih suka
formula sesering mungkin batuk dan suara serak
4. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan air minum yang A :Masalah belum
hangat teratasi
5. Memberikan fisioterapi dada
6. Menganjurkan berjemur dibawah P : Lanjutkan intervensi
sinar matahari pagi - Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan
- Memberikan
fisioterapi dada
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi

Hari Ke-3
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Sabtu, 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S : Ny. K mengatakan Ratu
16 Januari 2. Mempertahankan lingkungan An. N sudah tidak
2021 yang nyaman demam
3. Meningkatkan masukan cairan O : Suhu 36,7 derajat
dengan pemberian ASI/ susu celcius, kuliat teraba
formula dingin
4. mengompres dengan air hanga
5. Mandikan dengan air hangat A :Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

2 1. Mertahankan lingkungan S : Ny. K mengatakan Ratu


yang nyaman An. N masih sering
2. Menciptakan dan terbangun dimalam hari
pertahankan jalan nafas yang
bebas O : An. N gelisah dan
3. Memonitor keluhan sering rewel
terjaga
4. memberikan terapi inhalasi A :Masalah belum
uap air panas dan minyak teratasi
kayu putih dimalam hari
5. Menganjurkan berjemur P : Lanjutkan intervensi
dibawah sinar matahari pagi - Monitor keluhan
sering terjaga
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi

3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu


2. Memberikan posisi yang nyaman An. N masih rewel dan
3. Menganjurkan keluarga untuk sering batuk
memberikan ASI dan susu
formula sesering mungkin O : An.N masih suka
4. Menganjurkan keluarga untuk batuk dan suara serak
memberikan air minum yang
hangat A :Masalah belum
5. Memberikan fisioterapi dada teratasi
6. Menganjurkan berjemur dibawah
sinar matahari setiap pagi P : Lanjutkan intervensi
- Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan
- Menganjurkan
berjemur dibawah
sinar matahari
setiap pagi
- Memberikan
fisioterapi dada

Hari Ke-4
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Minggu, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
17 Januari nyaman An. N sudah tidak sering
2021 2. Menciptakan dan pertahankan terbangun dimalam hari,
jalan nafas yang bebas walaupun bangun hanya
3. Memonitor keluhan sering terjaga untuk minum susu
4. memberikan terapi inhalasi uap
air panas dan minyak kayu putih O : An. N mulai tenang,
dimalam hari walau masih da secret di
5. Menganjurkan berjemur dibawah hidung
sinar matahari pagi
A :Masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi

3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu


2. Memberikan posisi yang nyaman An. N sudah tidak rewel
3. Menganjurkan keluarga untuk dan batuk pun hanya
memberikan ASI dan susu ketika sedang nangis
formula sesering mungkin
4. Menganjurkan keluarga untuk O : An.N masih suka
memberikan air minum yang batuk dan suara serak
hangat
5. Memberikan fisioterapi dada A :Masalah belum
6. Menganjurkan berjemur dibawah teratasi
sinar matahari setiap pagi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan
- Memberikan
fisioterapi dada
- Berjemur
dibawah sinar
matahari

Hari ke-5
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Senin, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
18 Januari nyaman An. N terbangun hanya
2021 2. Menciptakan dan pertahankan untuk minum susu
jalan nafas yang bebas
3. Memonitor keluhan sering terjaga O : An. N tenang dan
4. Memberikan terapi inhalasi uap jalan nafas efektif walau
air panas dan minyak kayu putih masih ada secret
dihidung ketika
dimalam hari menangis

A:Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari

Berjemur dibawah sinar


matahari pagi
3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu
2. Memberikan posisi yang nyaman An. N sudah tidak rewel
3. Menganjurkan keluarga untuk dan batuk pun sudah
memberikan ASI dan susu jarang, tapi sekret masih
formula sesering mungkin keluar dari hidung ketika
4. Menganjurkan keluarga untuk An. N menangis
memberikan air minum yang O : An.N masih
hangat mengeluarkan sekret dari
5. Memberikan fisioterapi dada hidung
6. Menganjurkan berjemur dibawah
sinar matahari setiap pagi A :Masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan
- Memberikan
fisioterapi
inhalasi uap air
panas
- Berjemur
dibawah sinar
matahari

Hari Ke-6

Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Senin, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
18 Januari nyaman An. N terbangun hanya
2021 5. Menciptakan dan pertahankan untuk minum susu
jalan nafas yang bebas
6. Memonitor keluhan sering terjaga O : An. N tenang dan
7. Memberikan terapi inhalasi uap jalan nafas efektif walau
air panas dan minyak kayu putih masih ada secret
dimalam hari dihidung ketika
menangis

A : Masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi

3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu


2. Memberikan posisi yang nyaman An. N masih sering
3. Menganjurkan keluarga untuk mengeluarkan secret dari
memberikan ASI dan susu hidung ketika menangis
formula sesering mungkin
4. Menganjurkan keluarga untuk O : An.N masih
memberikan air minum yang mengeluarkan sekret dari
hangat hidung
5. Memberikan fisioterapi inhalasi
uap air panas A :Masalah belum
6. Menganjurkan berjemur dibawah teratasi
sinar matahari setiap pagi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan
- Memberikan
fisioterapi
inhalasi uap air
panas
- Berjemur
dibawah sinar
matahari

Hari Ke-7

Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Selasa, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
19 Januari nyaman An. N terbangun hanya
2021 2. Menciptakan dan pertahankan untuk minum susu
jalan nafas yang bebas
3. Memberikan terapi inhalasi uap O : An. N tenang dan
air panas dan minyak kayu putih jalan nafas efektif
dipagi hari dan sore hari
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu
2. Memberikan posisi yang nyaman An. N sudah tidak batuk
3. Menganjurkan keluarga untuk dan tidak ada sekret
memberikan ASI dan susu
formula sesering mungkin O : An.N tampak tenang
4. Menganjurkan keluarga untuk dan ceria
memberikan air minum yang
hangat A :Masalah teratasi
5. Memberikan fisioterapi inhalasi
uap air panas P : Hentikan intervensi
6. Menganjurkan berjemur dibawah
sinar matahari setiap pagi
EFEKTIFITAS TERAPI UAP AIR DAN MINYAK KAYU PUTIH TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA BALITA PADA PENDERITA
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI PUSKESMAS LEYANGAN

ARTIKEL

Oleh

WAHYU FARHATUN NI’MAH


(010116A085)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ARTIKEL

EFEKTIFITAS TERAPI UAP AIR DAN MINYAK KAYU PUTIH TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA BALITA PADA PENDERITA
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI PUSKESMAS LEYANGAN

Disusun oleh

WAHYU FARHATUN NI’MAH


NIM : 010116A085

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama Skripsi Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Ngudi Waluyo.

Ungaran, Februari 2020

Pembimbing Utama

Ns. Sukarno, S.Kep., M.Kep.


NIDN. 0624128204

2
EFEKTIFITAS TERAPI UAP AIR DAN MINYAK KAYU PUTIH TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA BALITA PADA PENDERITA
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI PUSKESMAS LEYANGAN

Wahyu Farhatun Ni’Mah1 Priyanto2 Sukarno2


Program S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
Email :

ABSTRAK

Latar Belakang : Di Indonesia kasus ISPA menempati urutan kedua pasien rawat
jalan terbanyak. Penemuan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Leyangan yakni
sebanyak 268 kasus pada tahun 2018. ISPA secara khas timbul dengan hidung tersumbat dan
terus mengeluarkan sekret di hidung. Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat
dapat dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup. Tujuan penelitian mengetahui
perbandingan efektifitas antara terapi uap air dengan terapi uap air yang ditambahkan
minyak kayu putih terhadap bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA di
Puskesmas Leyangan.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu atau
quasy experiment dengan rancangan Non equivalent pretest-posttest two group design.
Populasi berdasarkan data penderita ISPA yang berada Puskesmas Leyangan Kabupaten
Semarang pada bulan Desember 2019 sebanyak 50 anak. Teknik sampling penelitian adalah
Accidental sampling dengan jumlah responden 50 anak. Instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi bersihan jalan napas dan SOP inhalasi. Analisis data menggunakan uji man
whitney.
Hasil : Tidak ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan
terapi inhalasi uap air (p=0,083). Ada perbedaan yang signifikan bersihan jalan napas
sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air dengan minyak kayu putih (p=0,002).
Terapi uap air yang ditambahkan minyak kayu putih lebih efektif terhadap bersihan jalan
napas pada anak usia balita dengan ISPA daripada terapi uap air di Puskesmas Leyangan
(p=0,035).
Saran : Orang tua responden dapat memberikan terapi inhalasi uap air dengan
minyak kayu putih untuk bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA.
Kata kunci : Bersihan Jalan Nafas, Terapi Inhalasi Uap Air, Minyak Kayuputih
Kepustakaan : 27 pustaka (2009 – 2015)

3
ABSTRACT

Background: In Indonesia, ISPA cases ranks second most outpatients. The discovery
of cases of pneumonia in infants at Leyangan Health Center were as many as 268 cases in
2018. ARI typically arises with nasal congestion and continues to secrete secretions in the
nose. One effort to overcome nasal congestion can be done by administering the drug inhaled.
The purpose of this research is to know the effectiveness comparison between steam therapy
and steam therapy added by eucalyptus oil to clean the airway in children under five years old
with ISPA in Leyangan Health Center.
Method: The research design used was quasy experiment research with a Non
equivalent pretest-posttest two group design. Population based on data of ISPA sufferers in
Leyangan Health Center Semarang District in December 2019 were 50 children. Research
Accidental technique is total sampling with 50 respondents. The research instrument uses the
observation sheet of the airway cleansing and inhalation SOP. Data analysis using the
Whitney man test.
Results: There was no difference in airway clearance before and after water
inhalation therapy (p =0,083). There is a significant difference cleaning the airway before and
after the inhalation therapy of water vapor with eucalyptus oil (p = 0.002). Steam therapy
added with eucalyptus oil is more effective against airway clearance in preschool children
with ARI than steam therapy at Leyangan Health Center (p = 0.035).
Suggestion: Respondents' parents can provide inhalation therapy of water vapor with
eucalyptus oil to clear the airway in preschool children with ISPA.
Keywords: Airway clearance, Steam Inhalation Therapy, Kayuputih Oil
Literature: 27 librISPAes (2009 - 2015)

PENDAHULUAN Pemerintah telah merencanakan untuk


Latar Belakang menurunkannya hingga 3 per 1000 balita
Penyakit pernapasan diklasifikasikan pada tahun 2018. Akan tetapi,
berdasarkan etiologi, letak anatomis, sifat keberhasilannya bergantung pada
kronik penyakit, dan perubahan struktur banyaknya faktor resiko, terutama yang
serta fungsi. Tidak satu pun klasifikasi ini berhubungan dengan strategi baku
yang memuaskan. Pada kasus-kasus tertentu penatalaksanaan kasus, imunisasi, dan
penyebab etiologinya tidak diketahui, modifikasi faktor resiko.
sedangkan penyebab yang sama pada kasus- Infeksi saluran pernapasan akut
kasus lain dapat menyerang lokasi anatomi (ISPA) merupakan salah satu penyebab
yang berbeda dan menimbulkan akibat kematian tersering pada anak di negara
patofisiologis yang berbeda pula. Pada sedang berkembang. Infeksi saluran
beberapa gangguan pernapasan, kelainan pernapasan akut ini menyebabkan empat
ventilasi dapat menimbulkan bentuk dari 15 juta perkiraan kematian pada anak
campuran (misalnya, emfisema kronik yang berusia di bawah 5 tahun pada setiap
disertai pneumonia), sedangkan pada tahunnya. (Widjaja, 2009)
gangguan lain yang juga memengaruhi Umumnya penyakit infeksi saluran
pernapasan, fungsi ventilasi mungkin pernapasan akut biasanya ditandai dengan
normal (misalnya anemia atau pirau dari keluhan dan gejala yang ringan, namun
kanan ke kiri). seiring berjalannya waktu, keluhan dan
Di Indonesia kasus ISPA menempati gejala yang ringan tersebut bisa menjadi
urutan kedua dalam jumlah pasien rawat berat kalau tidak segera diatasi. Oleh sebab
jalan terbanyak. Hal ini menunjukkan angka itu, jika anak/bayi sudah menunjukkan
kesakitan akibat ISPA masih tinggi. gejala sakit ISPA, maka harus segera diobati

4
agar tidak menjadi berat yang bisa sel globet. Silia yang terdapat pada
menyebabkan gagal napas atau bahkan permukaannya epitel mempunyai fungsi
kematian. Gejala yang ringan biasanya yang penting. Gerakan silia yang teratur,
diawali dengan demam, batuk, hidung palut lendir di dalam kavum nasi akan
tersumbat dan sakit tenggorokan. didorong ke arah nasofaring. Demikian
Penemuan dan penanganan penderita mukosa mempunyai daya untuk
pneumonia pada balita di Jawa Tengah membersihkan dirinya sendiri dan juga
tahun 2018 sebesar (50,5%), menurun untuk mengeluarkan benda asing yang
dibandingkan capaian tahun 2017 yaitu masuk ke dalam rongga hidung.
(54,3%). Penemuan kasus pneumonia pada Penumpukan sekret merupakan suatu
balita di Kabupaten Semarang untuk setiap hasil produksi dari bronkus yang keluar
puskesmas beragam, ada yang tinggi dan bersama dengan batuk atau bersihan
ada yang rendah dan untuk data penemuan tenggorokan. Penumpukan sekret
penyakit pneumonia pada balita yang di menunjukkan adanya benda-benda asing
Puskesmas Leyangan yakni sebanyak 268 yang terdapat pada saluran pernapasan
kasus pada tahun 2018, pada tahun 2017 sehingga dapat mengganggu keluar dan
ditemukan sebanyak 274 kasus dan pada masuknya aliran udara. Sekret atau sputum
tahun 2016 ditemukan sebanyak 186 kasus adalah lendir yang dihasilkan karena adanya
pada balita. rangsangan pada membrane mukosa secara
Infeksi saluran pernapasan atas fisik, kimiawi maupun karena infeksi hal ini
secara klinis sering ditemukan sebagai menyebabkan proses pembersihan tidak
influensa. Kondisi ini ditandai oleh berjalan secara adekuat, sehingga mukus
inflamasi akut yang menyerang hidung, banyak tertimbun (Djojodibroto, 2012).
sinus paranasal, tenggorokan atau laring. Ketika seseorang mengalami suatu ancaman
Infeksi saluran pernapasan atas mempunyai yang nyata atau potensial pada status
kecenderungan meluas hingga trakhea dan pernapasan sehubungan dengan
bronkhi, kondisi dapat diperburuk oleh ketidakmampuan untuk batuk secara efektif
pneumonia. Infeksi saluran pernapasan atas maka dikatakan bersihan jalan nafas tidak
secara khas timbul dengan hidung tersumbat efektif (Juall & Carpenito 2014).
dan terus mengeluarkan sekret dari hidung. Bersihan jalan napas menunjukkan
Sakit tenggorok dan rasa tidak nyaman saat saluran pernapasan yang bebas dari sekresi
menelan, bersin, dan batuk nyaring dan maupun obstruksi dan bersihan jalan napas
kering adalah gejala yang umum. tidak efektif adalah terdapatnya benda asing
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa seperti sekret pada saluran pernapasan
yang secara histologik dan fungsional dibagi sehingga menghambat saluran pernapasan.
atas mukosa pernapasan (mukosa Bersihan jalan napas tidak efektif
respiratori) dan mukosa penghidung merupakan suatu keadaan dimana seorang
(mukosa olfaktorius). Mukosa pernapasan individu mengalami suatu ancaman yang
terdapat pada sebagian besar rongga hidung nyata atau potensial pada status pernapasan
dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak sehubungan dengan ketidakmampuan untuk
berlapis semu yang mempunyai silia dan batuk secara efektif (Juall & Carpenito
diantaranya terdapat sel-sel goblet. Pada 2014).
bagian yang lebih terkena aliran udara Salah satu upaya untuk mengatasi
mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
terjadi metaplasia, menjadi sel epitel pemberian obat secara dihirup, obat dapat
mukosa. Dalam keadaan normal mukosa dihirup untuk menghasilkan efek lokal atau
berwarna merah muda dan selalu basah sistemik melalui saluran pernapasan dengan
karena diliputi oleh palut lendir (mucous menghirup menggunakan uap, nebulizer,
blanket) pada permukaannya. Palut lendir atau aerosol semprot (Gabrielle, 2013).
ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel- Terapi inhalasi uap adalah pengobatan

2
efektif untuk mengatasi hidung tersumbat, terapi inhalasi uap panas dengan minyak
metode alami yang baik dengan uap dan kayu putih terhadap bersihan jalan nafas.
panas. (Ashley, 2013). Hasilnya menunjukkan mengenai adanya
Inhalasi uap (nebulizer) adalah perbedaan Bersihan Jalan Nafas sebelum
menghirup uap dengan atau tanpa obat dan sesudah melakukan terapi inhalasi uap
melalui saluran pernapasan bagian atas, panas dengan menggunakan minyak kayu
dalam hal ini merupakan tindakan untuk putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa
membuat pernapasan lebih lega, sekret lebih intervensi berupa terapi inhalasi uap panas
encer dan mudah dikeluarkan, selaput lendir dengan menggunakan minyak kayu putih
pada saluran napas menjadi tetap lembab berpengaruh terhadap Bersihan Jalan Nafas
(Mubarak, Indarawati dan Susanto, 2015) pada pasien ISPA, yaitu terjadinya Bersihan
Minyak kayu putih diproduksi dari Jalan Nafas yang signifikan sesudah
daun tumbuhan Melaleuca leucadendra melakukan terapi inhalasi uap panas dengan
dengan kandungan terbesarnya adalah menggunakan minyak kayu putih.
eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa METODE PENELITIAN
cineole memberikan efek mukolitik Desain penelitian yang digunakan
(mengencerkan dahak), bronchodilating adalah penelitian eksperimen semu atau
(melegakan pernafasan), anti inflamasi dan quasy experiment dengan rancangan Non
menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus paru equivalent pretest-posttest two group
obstruktif kronis dengan baik seperti pada design. Peneliti dalam penelitian ini
kasus pasien dengan asma dan menentukan populasi berdasarkan data
rhinosinusitis. Selain itu efek penggunaan penderita ISPA yang berada Puskesmas
eucalyptus untuk terapi bronkhitis akut Leyangan Kabupaten Semarang pada
terukur dengan baik setelah penggunaan bulan Desember 2019 sebanyak 50 anak.
terapi selama empat hari. Nadjib dkk (2014) Teknik sampling accidental sampling
dalam penelitiannya menyebutkan terdapat Sampel penelitian sebanyak 16 responden
bukti yang menunjukkan bahwa uap minyak untuk setiap kelompok, sehingga jumlah
esensial dari Eucalyptus globulus efektif sampel dalam penelitian ini adalah 32
sebagai antibakteri dan layak orang. Teknik pengumpulan data dalam
dipertimbangkan penggunaannya dalam penelitian ini menggunakan lembar
pengobatan atau pencegahan pasien dengan observasi. Uji normalitas pada penelitian
infeksi saluran pernapasan di rumah sakit. ini menggunakan uji dari shapiro wilk . Uji
Menurut Dornish dkk dalam Zulnely, homogenitas ini varians menggunakan uji
Gusmailina dan Kusmiati (2015) levene. Uji wilcoxon dan man whitney.
menyebutkan bahwa minyak atsiri
eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat HASIL PENELITIAN
herbal diantaranya untuk mengurangi sesak A. Analisis Univariat
nafas karena flu atau asma dengan cara 1. Gambaran bersihan jalan napas
mengoleskan pada dada, mengobati sinus sebelum diberikan terapi uap air
dengan cara menghirup uap air hangat yang dengan pada anak usia balita dengan
telah diteteskan minyak eucalyptus serta ISPA di Puskesmas Leyangan.
melegakan hidung tersumbat dengan cara Tabel 4.1 Distribusi frekuensi bersihan
menghirup aroma minyak eucalyptus. jalan napas sebelum diberikan terapi uap
Penelitian yang dilakukan Irianto air pada anak usia balita dengan ISPA di
(2014) tentang terapi inhalasi uap panas Puskesmas Leyangan.
dengan minyak kayu putih terhadap Bersihan Jalan
F %
bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA Nafas
Tidak Efektif 16 100,0
di wilayah Puskesmas Kota Bambu Selatan,
Jumlah 16 100,0
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh

3
Tabel 4.1 menunjukkan bersihan jalan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi bersihan
napas sebelum diberikan terapi uap air jalan napas sesudah diberikan terapi uap
pada anak usia balita dengan ISPA di air dengan minyak kayu putih pada anak
Puskesmas Leyangan Kabupaten usia balita dengan ISPA di Puskesmas
Semarang tidak efektif sebanyak 16 Leyangan.
responden (100,0%). Bersihan Jalan Nafas F %
2. Gambaran bersihan jalan napas Tidak Efektif 6 37,5
Efektif 10 62,5
sebelum diberikan terapi uap air
Jumlah 16 100,0
dengan minyak kayu putih pada anak
usia balita dengan ISPA di Puskesmas
Tabel 4.4 menunjukkan bersihan jalan
Leyangan.
napas sesudah diberikan terapi uap air
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi bersihan
dengan minyak kayu putih selama 10
jalan napas sebelum diberikan terapi uap
menit pada anak usia balita dengan ISPA
air dengan minyak kayu putih pada anak
di Puskesmas Leyangan Kabupaten
usia balita dengan ISPA di Puskesmas
Semarang sebagian besar efektif sebanyak
Leyangan.
Bersihan Jalan Nafas F %
10 responden (62,5%) dan tidak efektif
Tidak Efektif 16 100,0 sebanyak 6 responden (37,5%).
Jumlah 16 100,0 B. Analisis Bivariat
1. Perbedaan bersihan jalan napas
Tabel 4.2 menunjukkan bersihan jalan sebelum dan sesudah diberikan terapi
napas sebelum diberikan terapi uap air inhalasi uap air pada anak usia balita
dengan minyak kayu putih pada anak usia dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
balita dengan ISPA di Puskesmas Kabupaten Semarang
Leyangan Kabupaten Semarang tidak Tabel 4.5 Perbedaan bersihan jalan
efektif sebanyak 16 responden (100,0%). napas sebelum dan sesudah diberikan
3. Gambaran bersihan jalan napas terapi uap air pada balita dengan ISPA di
sesudah diberikan terapi uap air Puskesmas Leyangan Kabupaten
dengan pada anak usia balita dengan Semarang.
ISPA di Puskesmas Leyangan. Sebelum Sesudah p-
Kategori f % f % value
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi bersihan
jalan napas sesudah diberikan terapi uap Tidak 16 100,0 13 81,3 0,083
air pada anak usia balita dengan ISPA di Efektif
Puskesmas Leyangan. Efektif 0 100,0 3 18,8
Bersihan Jalan Nafas F %
Tidak Efektif 13 81,3 Tabel 4.5 menunjukkan bersihan jalan
Efektif 3 18,8 napas sebelum dan sesudah diberikan
Jumlah 16 100,0 terapi uap air selama 10 menit pada balita
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
Tabel 4.3 menunjukkan bersihan jalan Kabupaten Semarang dari 16 responden
napas sesudah diberikan terapi uap air (100,0%) tidak efektif setelah diberikan
selama 10 menit pada anak usia balita terapi uap air menjadi efektif sebanyak 3
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan responden (18,8%). Hasil uji wilcoxon
Kabupaten Semarang sebagian besar tidak didapatkan nilai p=0.083 > (0,05) yang
efektif sebanyak 13 responden (81,3%) artinya tidak ada perbedaan bersihan jalan
dan efektif sebanyak 3 responden (18,8%). napas sebelum dan sesudah diberikan
4. Gambaran bersihan jalan napas terapi inhalasi uap air pada balita dengan
sesudah diberikan terapi uap air ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten
dengan minyak kayu putih pada Semarang.
balita dengan ISPA di Puskesmas 2. Perbedaan bersihan jalan napas
Leyangan. sebelum dan sesudah diberikan terapi

4
inhalasi uap air dengan minyak kayu Selisih 0,44 0,10
putih pada anak usia balita dengan
ISPA di Puskesmas Leyangan Tabel 4.7 bersihan jalan napas pada
Kabupaten Semarang anak usia balita dengan ISPA di
Tabel 4.6 Perbedaan bersihan jalan Puskesmas Leyangan Kabupaten
napas sebelum dan sesudah diberikan Semarang antara terapi uap air dengan
terapi inhalasi uap air dengan minyak kayu terapi uap air yang ditambahkan minyak
putih pada anak usia balita dengan ISPA kayu putih selama 10 menit diperoleh
di Puskesmas Leyangan Kabupaten selisih nilai mean 2,72 dan standar deviasi
Semarang. 0,10. Hasil uji man whitney didapatkan
Sebelum Sesudah p- nilai p=0,035 < (0,05) sehingga dapat
Kategori value dikatakan terapi uap air yang ditambahkan
f % f %
Tidak 16 100,0 6 37,5 0,002
minyak kayu putih lebih efektif terhadap
Efektif bersihan jalan napas pada anak usia balita
Efektif 0 100,0 10 62,5 dengan ISPA daripada terapi uap air di
Tabel 4.6 menunjukkan bersihan jalan Puskesmas Leyangan.
napas sebelum dan sesudah diberikan .
terapi uap air dengan minyak kayu putih PEMBAHASAN
selama 10 menit pada anak usia balita A. Gambaran bersihan jalan napas
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan sebelum diberikan terapi uap air pada
Kabupaten Semarang pada kelompok anak usia Balita dengan ISPA di
intervensi dari 16 responden (100,0%) Puskesmas Leyangan.
tidak efektif setelah diberikan inhalasi uap Hasil penelitian menunjukkan bersihan
air dengan minyak kayu putih menjadi jalan napas sebelum diberikan terapi uap
efektif sebanyak 10 responden (62,5%). air pada anak usia balita dengan ISPA di
Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai Puskesmas Leyangan Kabupaten
p=0.002 < (0,05) yang ada perbedaan Semarang tidak efektif sebanyak 16
bersihan jalan napas sebelum dan sesudah responden (100,0%). ISPA adalah
diberikan terapi inhalasi uap air dengan penyakit saluran pernapasan akut dengan
minyak kayu putih pada balita dengan perhatian khusus pada radang paru
ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten (pneumonia), dan bukan penyakit telinga
Semarang. dan tenggorokan (Widoyono, 2011).
3. Perbandingan efektifitas antara terapi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
uap air dengan terapi uap air yang adalah penyakit saluran pernapasan atas
ditambahkan minyak kayu putih atau bawah, biasanya menular, yang dapat
terhadap bersihan jalan napas pada menimbulkan berbagai spektrum penyakit
anak usia balita dengan ISPA di yang berkisar dari penyakit tanpa gejala
Puskesmas Leyangan. atau infeksi ringan sampai penyakit yang
Tabel 4.7 Perbandingan efektifitas antara parah dan mematikan, tergantung pada
terapi uap air dengan terapi uap air yang patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
ditambahkan minyak kayu putih terhadap dan faktor pejamu. (WHO, 2010).
bersihan jalan napas pada anak usia balita Seorang anak dinyatakan menderita
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan ISPA ringan jika ditemukan gejala batuk,
Kelompok Mean SD Min- p- CIserak, yaitu anak bersuara parau pada
Max value waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
Uap Air 1,62 0,50 1-2 0,035 1,35-
waktu berbicara atau menangis), pilek
dengan 1,89
minyak kayu
yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari
putih 1,18 0,40 1-2 hidung, panas atau demam, suhu badan
Uap Air lebih dari 37`C atau jika dahi anak diraba
0,97-
1,40
dengan punggung tangan terasa panas. Jika

5
anak menderita ISPA ringan maka Bersihan jalan nafas adalah
perawatan cukup dilakukan di rumah tidak ketidakmampuan untuk membersihkan
perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di sekresi/obstruksi dan saluran napas untuk
rumah dapat diberi obat penurun panas mempertahankan bersihan jalan napas.
yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik Kebersihan jalan napas yang terhindar dari
tetapi jika dalam dua hari gejala belum sekret yang dinilai dari kemudahan
hilang, anak harus segera di bawa ke bernafas, frekuensi dan irama pernapasan,
dokter atau Puskesmas terdekat. pergerakan sputum keluar dari jalan napas,
Penanganan ISPA menggunakan uap pergerakan sumbatan keluar dari jalan
air memiliki sejumlah efek terapeutik yaitu napas (Nanda, 2018-2020).
mengencerkan lendir di saluran hidung dan C. Gambaran bersihan jalan napas
sinus serta di bawah saluran pernafasan. sesudah diberikan terapi uap air
Penguapan ini juga berguna sebagia dengan pada anak usia Balita dengan
ekspektoran alami dan penekan batuk. ISPA di Puskesmas Leyangan.
Cara kerja inhalasi adalah uap air masuk Hasil penelitian menunjukkan bersihan
ke dalam tubuh dengan mudah akan jalan napas sesudah diberikan terapi uap
melewati paru-paru dan dialirkan ke air selama 10 menit pada anak usia balita
pembuluh darah melalui alveoli. Efek dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
terapi uap dapat meningkatkan konsumsi Kabupaten Semarang sebagian besar tidak
oksigen, denyut nadi meningkat dan dapat efektif sebanyak 13 responden (81,3%%)
terjadi pengeluaran cairan yang tidak dan efektif sebanyak 3 responden (18,8%).
diperlukan tubuh seperti mengencerkan Terapi inhalasi adalah pemberian obat
lendir yang menyumbat saluran secara langsung ke dalam saluran napas
pernafasan. melalui penghisapan (Potter & Perry,
B. Gambaran bersihan jalan napas 2010). Inhalasi sederhana berarti
sebelum diberikan terapi uap air memberikan obat dengan cara dihirup
dengan minyak kayu putih pada anak dalam bentuk uap ke dalam saluran
usia Balita dengan ISPA di Puskesmas pernapasan yang dilakukan dengan bahan
Leyangan. dan cara yang sederhana serta dapat
Hasil penelitian menunjukkan bersihan dilakukan dalam lingkungan masyarakat.
jalan napas sebelum diberikan terapi uap Steam Inhalation (Inhalasi Uap) adalah
air dengan minyak kayu putih pada anak menghirup uap hangat dari air mendidih
usia balita dengan ISPA di Puskesmas (Akhavani, 2011). Penguapan tersebut
Leyangan Kabupaten Semarang tidak menggunakan air panas dengan suhu 42`C-
efektif sebanyak 16 responden (100,0%). 44`C (Hendley, Abbott, Beasley &
Infeksi saluran pernapasan atas secara Gwaltney, 2010).
klinis sering ditemukan sebagai influensa. Uap dari air panas tersebut dapat
Kondisi ini ditandai oleh inflamasi akut bermanfaat sebagai terapi. Selain itu juga
yang menyerang hidung, sinus paranasal, uap air panas juga dapat membantu tubuh
tenggorokan atau laring. Infeksi saluran menghilangkan produk metabolisme yang
pernapasan atas mempunyai tidak bermanfaat bagi tubuh. Uap air panas
kecenderungan meluas hingga trakhea dan dapat membuka pori-pori, merangsang
bronkhi, kondisi dapat diperburuk oleh keluarnya keringat, membuat pembuluh
pneumonia. Infeksi saluran pernapasan darah melebar dan mengendurkan otot-otot
atas secara khas timbul dengan hidung (Horay, Harp, & Soetrisno, 2009). Adapun
tersumbat dan terus mengeluarkan sekret efek terapi uap menurut (Crinion, 2010)
dari hidung. Sakit tenggorok dan rasa tidak adalah dapat meningkatkan konsumsi
nyaman saat menelan, bersin, dan batuk oksigen, denyut jantung meningkat dan
nyaring dan kering adalah gejala yang dapat terjadi pengeluaran cairan yang tidak
umum. diperlukan tubuh seperti mengencerkan

6
lendir yang menyumbat saluran Salah satu upaya untuk mengatasi
pernapasan. hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
Hasil penelitian berbeda dengan pemberian obat secara dihirup, obat dapat
penelitian terdahulu oleh Sutiyo (2017) dihirup untuk menghasilkan efek lokal
tentang penerapan terapi inhalasi untuk atau sistemik melalui saluran pernapasan
mengurangi sesak napas pada anak dengan dengan menghirup menggunakan uap,
bronkhopneumonia di ruang melati RSUD nebulizer, atau aerosol semprot (Gabrielle,
dr. Soedirman Kebumen yang menyatakan 2013). Terapi inhalasi uap adalah
setelah dilakukan penerapan terapi pengobatan efektif untuk mengatasi
inhalasi, terjadi penurunan RR dari 68 hidung tersumbat, metode alami yang baik
x/menit, suara nafas ronkhi, dan tidak ada dengan uap dan panas. (Ashley, 2013).
tarikan dinding dada kedalam. Minyak kayu putih diproduksi dari
Kesimpulan: Penerapan terapi inhalasi daun tumbuhan Melaleuca leucadendra
efektif untuk mengurangi sesak napas pada dengan kandungan terbesarnya adalah
anak. eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
D. Gambaran bersihan jalan napas tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa
sesudah diberikan terapi uap air cineole memberikan efek mukolitik
dengan minyak kayu putih pada anak (mengencerkan dahak), bronchodilating
usia Balita dengan ISPA di Puskesmas (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan
Leyangan. menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus
Hasil penelitian menunjukkan bersihan paru obstruktif kronis dengan baik seperti
jalan napas sesudah diberikan terapi uap pada kasus pasien dengan asma dan
air dengan minyak kayu putih selama 10 rhinosinusitis. Selain itu efek penggunaan
menit pada anak usia balita dengan ISPA eucalyptus untuk terapi bronkhitis akut
di Puskesmas Leyangan Kabupaten terukur dengan baik setelah penggunaan
Semarang sebagian besar efektif sebanyak terapi selama empat hari.
10 responden (62,5%) dan tidak efektif Hasil penelitian didukung penelitian
sebanyak 6 responden (37,5%). Menurut yang dilakukan Agustina (2017) tentang
Ariani (2009), tujuan tindakan terapi pemanfaatan minyak kayu putih
inhalasi antara lain membuat pernapasan (melaleuca leucadendra linn) sebagai
menjadi lega, mencegah peradangan di alternatif pencegahan ispa: studi etnografi
rongga samping hidung dan telinga, di pulau buru menyatakan hasil alam Pulau
relaksasi saluran pernapasan dengan Buru dari olahan daun Melaleuca
meredakan spasme bronkus, memudahkan leucadendra Linn berupa minyak kayu
pengeluaran dahak yang berada pada putih berpotensi untuk digunakan sebagai
saluran napas atas, meningkatkan fungsi alternatif pencegahan ISPA di Pulau Buru
pernapasan dan paru-paru dengan metode inhalasi. Kandungan utama
Bersihan jalan napas menunjukkan dari tanaman tersebut memiliki khasiat
saluran pernapasan yang bebas dari sekresi sebagai pengencer dahak, melegakan
maupun obstruksi dan bersihan jalan napas saluran pernafasan, anti inflamasi dan
tidak efektif adalah terdapatnya benda penekan batuk.
asing seperti sekret pada saluran E. Perbedaan bersihan jalan napas
pernapasan sehingga menghambat saluran sebelum dan sesudah diberikan terapi
pernapasan. Bersihan jalan napas tidak inhalasi uap air pada anak usia Balita
efektif merupakan suatu keadaan dimana dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
seorang individu mengalami suatu Kabupaten Semarang
ancaman yang nyata atau potensial pada Hasil penelitian menunjukkan bersihan
status pernapasan sehubungan dengan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan
ketidakmampuan untuk batuk secara terapi uap air selama 10 menit pada balita
efektif (Juall & Carpenito 2014). dengan ISPA di Puskesmas Leyangan

7
Kabupaten Semarang dari 16 responden air dengan minyak kayu putih menjadi
(100,0%) tidak efektif setelah diberikan efektif sebanyak 10 responden (62,5%).
terapi uap air menjadi efektif sebanyak 3 Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai
responden (18,8%). Hasil uji wilcoxon p=0.002 < (0,05) yang ada perbedaan
didapatkan nilai p=0.083 > (0,05) yang bersihan jalan napas sebelum dan sesudah
artinya tidak ada perbedaan bersihan jalan diberikan terapi inhalasi uap air dengan
napas sebelum dan sesudah diberikan minyak kayu putih pada Balita dengan
terapi inhalasi uap air pada balita dengan ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten
ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten Semarang.
Semarang. Minyak kayu putih diproduksi dari
Hasil penelitian didukung dengan daun tumbuhan Melaleuca leucadendra
penelitian terdahulu yang dilakukan dengan kandungan terbesarnya adalah
Nuraeni (2012) tentang pengaruh steam eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
inhalation terhadap usaha bernafas pada tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa
balita dengan pneumonia di Puskesmas cineole memberikan efek mukolitik
Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat (mengencerkan dahak), bronchodilating
dimana hasilnya menunjukkan adanya (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan
perbedaan dan penurunan rerata frekuensi menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus
nafas setelah dilakukan steam inhalation paru obstruktif kronis dengan baik seperti
tetapi tidak bermakna (p=>0,05) yang pada kasus pasien dengan asma dan
disebabkan karena pelaksanaan steam rhinosinusitis. Uap minyak esensial dari
inhalation hanya dilakukan satu kali Eucalyptus globulus efektif sebagai
sedangkan dalam referensi harus dilakukan antibakteri dan layak dipertimbangkan
sebanyak 4 kali sehari. penggunaannya dalam pengobatan atau
Menurut Ariani (2009), hal-hal yang pencegahan pasien dengan infeksi saluran
perlu diperhatikan dalam terapi inhalasi pernapasan (Nadjib, 2014).
uap air, antara lain respon klien setelah Menurut (Kusmiati, 2015)
dilakukan terapi inhalasi, terapi inhalasi menyebutkan bahwa minyak atsiri
tidak hanya dapat sebagai terapi untuk eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai
kenyamanan jalan napas tetapi juga dapat obat herbal diantaranya untuk mengurangi
mencegah pertumbuhan bakteri, apabila sesak nafas karena flu atau asma dengan
panas pengobatan uap menjadi terlalu cara mengoleskan pada dada, mengobati
intens, angkat handuk cukup lama untuk sinus dengan cara menghirup uap air
memungkinkan aliran udara dingin masuk. hangat yang telah diteteskan minyak
Lanjutkan pengobatan uap segera setelah eucalyptus serta melegakan hidung
dapat melakukannya dengan nyaman. tersumbat dengan cara menghirup aroma
F. Perbedaan bersihan jalan napas minyak eucalyptus. Kandungan utama dari
sebelum dan sesudah diberikan terapi tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai
inhalasi uap air dengan minyak kayu pengencer dahak, melegakan saluran
putih pada anak usia Balita dengan pernapasan, anti inflamasi dan penekan
ISPA di Puskesmas Leyangan batuk.
Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bersihan
Hasil penelitian menunjukkan bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan
jalan napas sebelum dan sesudah diberikan ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten
terapi uap air dengan minyak kayu putih Semarang antara terapi uap air dengan
selama 10 menit pada anak usia balita terapi uap air yang ditambahkan minyak
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan kayu putih selama 10 menit diperoleh
Kabupaten Semarang pada kelompok selisih nilai mean 2,72 dan standar deviasi
intervensi dari 16 responden (100,0%) 0,10. Hasil uji man whitney didapatkan
tidak efektif setelah diberikan inhalasi uap nilai p=0,035 < (0,05) sehingga dapat

8
dikatakan terapi uap air yang ditambahkan rumah responden atau pada puskesmas
minyak kayu putih lebih efektif terhadap Leyangan sehingga dimungkinkan ada
bersihan jalan napas pada anak usia balita panas yang terbuang di saat perjalanan.
dengan ISPA daripada terapi uap air di Guna mengantisipasi hal tersebut peneliti
Puskesmas Leyangan. membawa air mendidih tersebut dalam
Penelitian yang dilakukan Irianto tremos untuk air panas. Peneliti juga tidak
(2014) tentang terapi inhalasi uap panas menyamakan jarak antara air dengan
dengan minyak kayu putih terhadap wajah anak dimana hal tersebut juga
bersihan jalan nafas pada anak dengan mempengaruhi optimalisasi dalam
ISPA di wilayah Puskesmas Kota Bambu penyerapan uap air. Guna mengatasi hal
Selatan, bertujuan untuk mengidentifikasi tersebut peneliti memberikan handuk
pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan diatas kepala dari anak sehingga
minyak kayu putih terhadap bersihan jalan diharapkan penyerapan uap air menjadi
nafas. Hasilnya menunjukkan mengenai optimal.
adanya perbedaan Bersihan Jalan Nafas Peneliti dalam pemilihan responden
sebelum dan sesudah melakukan terapi juga ada perbedaan antara intervensi 1 dan
inhalasi uap panas dengan menggunakan intervensi 2 dengan cara jika responden
minyak kayu putih, sehingga dapat mempunyai riwayat ISPA ringan peneliti
disimpulkan bahwa intervensi berupa memberikan intervensi berupa terapi uap
terapi inhalasi uap panas dengan air saja dan jika responden mempunyai
menggunakan minyak kayu putih riwayat ISPA sedang peneliti memberikan
berpengaruh terhadap Bersihan Jalan intervensi terapi uap air yang ditambahkan
Nafas pada pasien ISPA, yaitu terjadinya dengan minyak kayu putih.
Bersihan Jalan Nafas yang signifikan
sesudah melakukan terapi inhalasi uap SIMPULAN DAN SARAN
panas dengan menggunakan minyak kayu A. Simpulan
putih. 1. Bersihan jalan napas sebelum
Teridentifikasi bersihan jalan nafas diberikan terapi uap air pada anak
sesudah di lakukan terapi inhalasi uap usia Balita dengan ISPA di
panas dengan menggunakan minyak kayu Puskesmas Leyangan Kabupaten
putih pada pasien ispa terhadap frekuensi Semarang tidak efektif sebanyak
nafas yaitu rata rata penunrunan 19x/mnt, 16 responden (100,0%).
penurunan suara nafas vestikular, tidak 2. Bersihan jalan napas sebelum
adanya penumpukan secret dan tidak diberikan terapi uap air dengan
terlihat pengunaan otot bantu nafas. minyak kayu putih pada anak usia
Semakin sering dilakukan terapi inhalasi balita dengan ISPA di Puskesmas
uap panas dengan menggunakan minyak Leyangan Kabupaten Semarang
kayu putih maka akan menurun kan tidak efektif sebanyak 16
bersihan jalan nafas pada pasien infeksi responden (100,0%).
saluran pernafasan akut. Di tandai dengan 3. Bersihan jalan napas sesudah
batuk menghilang , tidak menggunakan diberikan terapi uap air pada anak
otot bantu dan suara nafas menjadi normal. usia balita dengan ISPA di
Keterbatasan Penelitian Puskesmas Leyangan Kabupaten
Hasil penelitian ini tidak lepas dari Semarang sebagian besar tidak
adanya keterbatasan dalam pelaksanaan efektif sebanyak 13 responden
penelitian. Beberapa keterbatasan yang (81,3%%) dan efektif sebanyak 3
dialami peneliti diantaranya peneliti responden (18,8%).
kesulitan untuk menjaga suhu air yang 4. Bersihan jalan napas sesudah
digunakan untuk penelitian dimana karena diberikan terapi uap air dengan
proses merebus air yang tidak berada di minyak kayu putih pada anak usia

9
balita dengan ISPA di Puskesmas
Leyangan Kabupaten Semarang DAFTAR PUSTAKA
sebagian besar efektif sebanyak 10
responden (62,5%) dan tidak Derlet. R.W. Chief. M.D. 2009. Influenza.
efektif sebanyak 6 responden Diunduh pada tanggal 26 januari
(37,5%). 2014 di
5. Tidak ada perbedaan bersihan jalan www.emedicine.medscape.com.
napas sebelum dan sesudah
diberikan terapi inhalasi uap air Firdaus. A. 02 Desember 2010. Diagnosis
pada anak usia balita dengan ISPA dan Penatalaksanaan Kegagalan
di Puskesmas Leyangan Kabupaten Napas pada Neonatus. Bagian
Semarang. Ilmu Kesehatan Anak FK
6. Ada perbedaan bersihan jalan UNPAD/RS Hasan Sadikin.
napas sebelum dan sesudah Bandung.
diberikan terapi inhalasi uap air
dengan minyak kayu putih pada Ditjen PP&PL. 2012. Modul Tatalaksana
anak usia balita dengan ISPA di Standar Pneumonia. Jakarta.
Puskesmas Leyangan Kabupaten
Semarang. Ditjen PP&PL. 2012. Pedoman
7. Terapi uap air yang ditambahkan Pengendalian Infeksi Saluran
minyak kayu putih lebih efektif Pernapasan Akut. Jakarta.
terhadap bersihan jalan napas pada
Kemenkes RI. 2015. Pedoman
anak usia balita dengan ISPA
Pengendalian Infeksi Saluran
daripada terapi uap air di
Pernapasan Akut. Jakarta :
Puskesmas Leyangan.
Kemenkes RI
B. Saran
1. Bagi Responden Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan
Orang tua responden dapat Indonesia Tahun 2018. Jakarta :
memberikan terapi inhalasi uap air Kemenkes RI
dengan minyak kayu putih untuk
bersihan jalan napas pada anak usia Rasmaliah. 2009. Infeksi Pernapasan Akut
balita dengan ISPA. (ISPA) dan penanggulangannya.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan dapat Universitas Sumatera Utara.
memilih terapi alternatif untuk Sumatera Utara.
membantu anak yang menderita
ISPA dengan memberikan inhalasi Tamba, 2009. Factor Resiko Infeksi
uap air dengan minyak kayu putih Respiratorik Akut Bawah di RSUP
untuk membersihkan jalan napas Dr Kariadi. Semarang. Tesis.
pada anak usia balita dengan ISPA
sehingga anak menjadi nyaman Badan Litbangkes. (2018). Laporan Hasil
pernafasannya. Riset Kesehatan Dasar
3. Bagi Peneliti Lain (RISKESDAS) Nasional 2018.
Peneliti lain dapat Depkes RI. Jakarta.
menggunakan penelitian ini
sebagai referensi penelitian sejenis Barry PW. 2008. In vitro comparison of
atau dapat meneliti terapi lain the amount ofsalbutamol available
dalam membersihkan jalan napas for inhalationfrom different
pada anak usia balita dengan ISPA. formulations used with different

10
spacer devices.Eur Respir J; Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan
10:1345-8 Anak dalam Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media
Dinar Ariasti l, Sri Aminingsih2,
Endrawati3. 2014. Pengaruh Mubarak, Indrawati dan Susanto. 2015.
Pemberian Fisoterapi Dada Buku 1 Ajar Ilmu Keperawatan
Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
Pada Pasien Ispa Di Desa Pucung
Eromoko Wonogiri. “KOSALA” Muttaqin. 2009. Buku Ajar Asuhan
JIK. Vol.2 No.2 Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta :
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Salemba Medika.
Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. NANDA. 2017. Panduan Diagnosa
Jakarta: Salemba Medika Keperawatan. Jakarta: Prima
Medika
Nasution K, M. Azharry Rully Sjahrullah
KEB, Wibisana KA, Yassien MR, Potter & Perry. 2010. Volume 1 Buku Ajar
Ishak LM, Pratiwi L, et al. Infeksi fundamental keperawatan konsep.
saluran napas akut pada balita di Proses, dan praktik edisi 4. Jakarta:
daerah urban Jakarta. Sari EGC
Pediatri. 2009;11(4):223-8.
Prabu. 2009. Faktor Resiko Terjadinya
Song MR, Kim EK. Effects of eucalyptus ISPA.
aroma therapy on the allergic http://www.kesling.depkes.go.id/da
rhinitis of university students. ta Diakses tanggal 12 Agustus
Journal of Korean Biological 2019.
Nursing Science. 2014;16(4):300-
8. Sari. 2017. Hubungan Umur dan Jenis
Kelamin terhadap Kejadian Infeksi
Mason, R.J. et al. 2010, Murray and Saluran Pernapasan Akut pada
Nadels: Textbook of Respiratory Balita. An-Nadaa, Juni 2017, hal.
Medicine. 4th ed. Philadelphia: 26-30
Elsevier Saunders.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Fisiologi.
Simon dan Schuster. 2013. Fundamental Jakarta: EGC
of Anatomy dan Physiology. 4th ed.
New jersey: Prentice Hall Inc. Proverawati, Atikah, Eni Rahmawati.
2012. Perilaku Hidup Bersih dan
Marini. 2011. Efektivitas Fisioterapi Dada Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha
(Clapping) untuk Mengatasi Medika.
Masalah Bersihan Jalan Nafas
pada Anak dengan Rakhman. 2014. Buku Panduan Praktek
Bronkopneumonia di Ruang Anak Laboratorium (Ketrampilan Dasar
RSUD Dr. Moh. Soewandi Dalam Keperawatan 2).
Surabaya. Diakses dari Yogyakarta : De Publisher.
http://www.e-
jurnal.com/206/11/efektivitas- Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan
fisioterapi-dada-clapping.html Keperawatan pada Anak.
tanggal 5 Mei 2019 Yogyakarta: Graha Ilmu.

11
WHO. 2010. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan
Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Interim
WHO. Alih Bahasa: Trust
Indonesia. Jakarta.

Wong, D. L. 2013. Pedoman Klinis


Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC

Rosina. 2012. Pengaruh Latihan Otot


Pernafasan Terhadap Ekspansi
Dada dan Paru Pada Pasien
PPOK di R.S.H. Adam Malik
Medan. Tesis. Jakarta : Universitas
Indonesia. Program Pasca Sarjana
Ilmu Keperawatan

Tanto. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.


Jakarta: EGC.

12
PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HAGAT DA
KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PEURUA SUHU TUBUH
PADA AAK DEGA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARAG
Karina Indah Permatasari *)
Sri Hartini **), Muslim Argo Bayu ***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,


**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
***) Dokter Umum Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.

ABSTRAK
Demam merupakan keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal
(≥37°C). Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan
pelepasan panas dari tubuh. Demam bukan suatu penyakit, tetapi tanda yang menyertai
penyakit yang berbeda-beda. Kompres merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan hangat atau biasa yang bermanfaat untuk menurunkan suhu tubuh pada
anak yang mengalami demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas
kompres air hangat atau kompres air biasa terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan
demam. Metode penelitian ini menggunakan One group pra-post test design. Banyaknya
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34 responden dengan 17 responden untuk
setiap perlakuan. Berdasarkan analisis dari 17 responden yang diberikan kompres air hangat,
rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 1,2°C. Sedangkan 17 responden yang diberikan
kompres air biasa mengalami rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 0,86°C. Hasil uji Mann-
Whitney Test pada perbedaan efektivitas kompres air hangat dan kompres air biasa
menunjukkan nilai p=0,034 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
efektifitas kompres air hangat dan kompres air biasa terhadap penurunan pada anak dengan
demam di RSUD Tugurejo Semarang.

Kata Kunci : Demam, Kompres Air Hangat, Kompres Air biasa

ABSTRACT

Fever is a condition when the body temperature increases exceeds the normal body
temperature (≥37˚C). The body temperature is a balance between heat production by body
and heat release of the body. Fever is not a disease, but the sign that accompany different
disease. Compress is a method of body temperature maintenance by using warm or normal
liquids that useful for decreasing body temperature in children who are fever. This research
aims to know the effectiveness differences of warm water compress or normal water compress
to decrease body temperature in children with fever. The method of this research is use One
group pre post test design. The number of samples that used in this research were 34
respondents with 17 respondents to each treatment. Based on the analysis of the 17
respondents who given warm water compress, the average of decreases body temperature is
about 1.2˚C. Whereas the average of 17 respondents who are given normal water compress,
body temperature decrease 0.86˚C. The result of Mann Whitney Test in the effectiveness
differences of warm water compress or normal water compress shows that p-value=0,034
(p<0,05), it can be concluded that there were effectiveness differences of warm water
compress and normal water compress to decrease body temperature in children with fever in
RSUD Tugurejo Semarang.

Keywords : Fever, Warm Water Compress, >ormal Water Compress


PEDAHULUA
Demam sering menyerang pada anak. digunakan adalah One group pra-post test
Demam bukanlah penyakit, tetapi tanda design.
dari suatu penyakit. Ibu sangat cemas saat
anaknya mengalami demam. Kompres Tujuannya adalah untuk mengetahui
adalah tindakan utama yg dilakukan perbedaan efektivitas kompres air hangat
seorang ibu untuk menurunkan demam dan kompres air biasa terhadap penurunan
anak. Tidak sedikit ibu yang bingung suhu tubuh pada anak dengan demam.
kompres air apa yg efektif menurunkan Sampel dalam penelitian ini adalah anak
demam. yang berusia 1-5 tahun yang mengalami
demam. Pengambilan sampel
Demam adalah kenaikan suhu tubuh menggunakan teknik purposive sampling.
melewati batas normal yang dapat Penelitian ini dilakukan di ruang anak,
disebabkan oleh berbagai hal, seperti pengambilan data dimulai bulan Maret-
infeksi, peradangan, atau gangguan April 2013.
metabolik (Sofwan, 2010).
Alat pengumpul data yang digunakan
Sekitar dua pertiga anak di Amerika yaitu instrumen berupa lembar observasi
Serikat yang mendapat bantuan penyedia yang berisi kode responden, usia, jenis
perawatan kesehatan karena kondisi febris kelamin, diagnosa, suhu sebelum
akut. Sebagian besar kondisi febris pada dilakukan kompres, dan suhu sesudah
bayi dan anak disebabkan oleh virus, dan dilakukan kompres.
anak sembuh tanpa terapi spesifik.
Tantangan bagi klinisi yaitu melakukan Kompres pada penelitian ini
penatalaksanaan yang adekuat, tanpa menggunakan air hangat (34-37°C) dan
melakukan pengobatan berlebihan air biasa (18-28°C), dilakukan di lokasi
terhadap mayoritas anak dengan infeksi dahi dan axilla selama 20 menit dan
bakteri (Rudolph, et al., 2006). kompres diberikan pada 2 jam sebelum
pemberian antipiretik (parasetamol).
Kejadian demam pada anak di RSUD
Tugurejo Semarang pada tahun 2012 Analisa yang digunakan dalam penelitian
mecapai 971 pasien anak (RSUD ini adalah analisa univariat untuk
Tugurejo Semarang, 2012). mengetahui distribusi frekuensi variabel
yang diteliti yaitu perbedaan efektivitas
Kompres merupakan metode kompres air hangat dan kompres air biasa
pemeliharaan suhu tubuh dengan terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
menggunakan cairan atau alat yang dapat dengan demam. Analisa bivariat
menimbulkan hangat atau dingin pada menggunakan Mann-Whitney untuk
bagian tubuh yang memerlukan (Asmadi, mengetahui perbedaan efektivitas dua
2008). variabel bebas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk HASIL PEELITIA DA


mengetahui perbedaan efektivitas PEMBAHASA
kompres air hangat dan kompres air biasa 1. Karakteristik berdasarkan jenis
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak kelamin responden
dengan demam. Tabel 1
Distribusi frekuensi berdasarkan
METODE PEELITIA jenis kelamin responden
Jenis penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah rancangan penelitian Jenis kelamin n %
Eksperimen dengan desain penelitian yang Laki-laki 18 52,9
Perempuan 16 47,1
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian Febris adalah keadaan dimana
besar responden yang mengalami individu mengalami atau beresiko
demam adalah anak berjenis kelamin mengalami peningkatan suhu tubuh
laki-laki sebanyak 52,9%. secara terus menerus diatas 37,8°C
karena faktor eksternal. Febris
Berdasarkan pendapat Wong (2008), merupakan peningkatan suhu tubuh
laki-laki merupakan kelompok yang disebabkan karena bakteri.
beresiko mengalami masalah angka Observasi Febris merupakan demam
kesakitan, karena anak laki-laki lebih yang belum terdiagnosa dan
aktif bermain dan beraktifitas. mengevaluasi gejala demam untuk
mendiagnosa suatu penyakit
2. Karakteristik berdasarkan umur (Carpenito, 2009).
responden
4. Karakteristik responden berdasarkan
Tabel 2 penurunan suhu tubuh pada anak
Distribusi frekuensi berdasarkan demam sesudah diberikan kompres air
umur responden air hangat

Umur n % Tabel 4
1 12 36,3 Distribusi frekuensi penurunan suhu
1,5 1 2,9 tubuh sesudah kompres air hangat
2 7 20,6
2,5 1 2,9 Post test
3 3 8,8 Penurunan suhu n %
4 3 8,8 <1 2 11,8
5 7 20,6 ≥1 14 82,4
≥2 1 5,9
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian
besar usia responden adalah 1 tahun Didapatkan dari jumlah sampel
sebanyak 36,3%. sebanyak 17 responden yang diberikan
kompres air hangat, responden yang
Berdasarkan pendapat Wong (2008), mengalami penurunan suhu ≥1°C
3-4% anak yang mengalami demam sebanyak 82,4%.
adalah usia 3 bulan sampai 5 tahun.
Hasil penelitian ini didukung oleh
3. Karakteristik berdasarkan diagnosa penelitian yang dilakukan Fatmawati
responden Mohamad (2012) tentang efektivitas
kompres hangat dalam menurunkan
Tabel 3 demam pada pasien thypoid
Distribusi frekuensi berdasarkan abdominalis di RSUD Prof. Dr. H.
diagnosa responden Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Penelitian tersebut mendapatkan hasil
Diagnosa n % p<0,05 yang menunjukkan tindakan
DADS 2 5,9 kompres hangat efektif dalam
DHF 1 2,9 menurunkan demam pada pasien
Obs.Febris 31 91,2 thypoid abdominalis dengan
penurunan mencapai 1°C.
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian
besar responden mengalami demam
karena observasi febris sebanyak
91,2%.
5. Karakteristik responden berdasarkan
penurunan suhu tubuh pada anak Dari hasil analisis dengan
demam sesudah diberikan kompres air menggunakan Mann-Whitney
biasa didapatkan hasil p-value (0,034) <
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 5 ada perbedaan efektivitas kompres air
Distribusi frekuensi penurunan suhu hangat dan kompres air biasa terhadap
tubuh pada anak demam sesudah penurunan suhu tubuh pada anak
kompres air biasa dengan demam.

Post test Dari nilai mean dapat disimpulkan


Penurunan suhu n % bahwa kompres air hangat lebih
<1 14 82,4 efektif lebih efektif menurunkan suhu
≥1 3 17,6 tubuh pada anak demam dibandingkan
dengan kompres air biasa, dibuktikan
Didapatkan dari jumlah sampel 17 dengan nilai mean 25,09 > nilai mean
responden yang diberikan kompres air kompres air biasa 9,91.
biasa, responden yang mengalami
penurunan suhu ≥1°C sebanyak Dijelaskan oleh Sodikin (2012) bahwa
17,6%. penggunaan air hangat dalam kompres
dapat mencegah pasien untuk
Hasil penelitian ini didukung oleh menggigil sehingga pasien tidak
penelitian yang dilakukan oleh mengalami peningkatan suhu tubuh
Axelrod (2000), dalam penelitian akibat menggigilnya otot. Hangat dari
tersebut dilakukan tindakan air kompres tersebut merangsang
pendinginan secara tradisional dengan vasodilatasi sehingga mempercepat
memakaikan pakaian minimal, proses evaporasi dan konduksi yang
memajan kulit dengan udara, pada akhirnya dapat menurunkan suhu
menurunkan suhu kamar, tubuh. Sedangkan untuk kompres air
meningkatkan sirkulasi udara, dan biasa, bahwa air dingin dalam
pemberian kompres dingin dan kompres dapat menimbulkan efek
lembab pada kulit (di dahi). Hasil menggigil pada pasien. Dingin dari air
penelitian tersebut menunjukkan hasil kompres tersebut menghambat
bahwa terjadi rata-rata penurunan rangsangan vasodilatasi sehingga
sangat sedikit yaitu 0,5°C. memperlambat proses evaporasi dan
konduksi yang pada akhirnya
6. Perbedaan efektivitas kompres air memperlambat menurunkan suhu
hangat dan kompres air biasa terhadap tubuh.
penurunan suhu tubuh pada anak
dengan demam di RSUD Tugurejo Hal ini didukung oleh penelitian yang
Semarang dilakukan Sri Purwanti dan Winarsih
Nur Ambarwati (2008) tentang
Tabel 6 pengaruh kompres hangat terhadap
Distribusi perbedaan efektivitas penurunan suhu tubuh pada pasien
kompres air hangat dan kompres air anak hipertermia di ruang rawat inap
biasa terhadap penurunan suhu tubuh RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
pada anak dengan demam di Penelitian tersebut mendapatkan hasil
RSUD Tugurejo Semarang p<0,05 yang menunjukkan bahwa
Maret – April 2013 terdapat pengaruh dari kompres air
Kompres n Mean rank hangat yang dilakukan selama 10
Air hangat 17 25,09 menit terhadap penurunan suhu tubuh
Air biasa 17 9,91
pada pasien anak hipertermi dengan RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
penurunan mulai dari 1°C. Kota Gorontalo

KESIMPULA Purwanti, Sri., dan Winarsih, N.A. (2008).


1. Penurunan suhu menggunakan Pengaruh kompres hangat terhadap
kompres air hangat (34-37°C ) selama perubahan suhu tubuh pada pasien
20 menit di dahi dan axilla anak hipertermia di ruang rawat
mengalami rata-rata penurunan suhu inap rsud dr.moewardi surakarta
tubuh sebesar 1,2°C
2. Penurunan suhu menggunakan Rudolph, Abraham.M., Julien I.E
kompres air hangat (34-37°C ) selama Hoffman., & Collin D.Rudolph.
20 menit di dahi dan axilla (2006). Buku ajar pediatri rudolph
mengalami rata-rata penurunan suhu volume 1 alih bahasa A.Samik
tubuh sebesar 0,86°C. Wahab. Jakarta: EGC
3. Kompres air hangat lebih efektif
menurunkan suhu tubuh pada anak Sodikin, M.Kes. (2012). Prinsip
demam dibuktikan dengan nilai mean perawatan demam pada anak.
25,09 > nilai mean kompres air biasa Yogyakarta: Pustaka Pelajar
9,91.
Sofwan, Rudianto. (2010). Cara tepat
SARA atasi demam pada anak. Jakarta: PT
1. Pelayanan kesehatan Bhuana Ilmu Populer
Kompres sebagai penatalaksanaan
keperawatan untuk menurunkan suhu Wong, Donna L. (2008). Buku ajar
tubuh pada anak demam, sehingga keperawatan pediatric. Edisi 6.
dapat meminimalkan penggunaan Jakarta: EGC
antipiretik.
2. Peneliti selanjutnya
Perlu melakukan penelitian lebih
lanjut yang bersifat prospektif,
mengingat masih adanya kekurangan
yang terdapat dalam penelitian ini,
seperti pemberian antipiretik dapat
menggunakan sampel anak yang
belum diberikan antipiretik sehingga
tidak menjadikan bias penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Axelrod P. (2000). External cooling in the
management of fever. Clinical
Infectious Diseases. Suppl 5:224-9

Carpenito, Lynda Juall. (2009) Diagnosis


keperawatan: aplikasi pada praktik
klinis. Jakarta: EGC

Mohamad, Fatmawati. (2012). Efektivitas


kompres hangat dalam menurunkan
demam pada pasien thypoid
abdominalis di ruang G1 lantai 2
Vol. 1, No. 1, November 2020, pp 44-50
https://doi.org/10.36590/kepo
Http:ojs.yapenas21maros.ac.id/index.php/kepo
kepo@yapenas21maros.ac.id
Penerbit: LPPM Akademi Keperawatan Yapenas 21 Maros
Penerapan Fisioterapi Dada untuk Mengeluarkan Dahak
pada Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif
Application Of Chest Physiotherapy To Remove Sputum In Children
Experiencing Ineffective Airway
Putri Cahya Mutiara Mas Hanafi1*, Andi Arniyanti2
1,2
Program Studi DIII Keperawatan, Akademi Keperawatan Makassar

Artikel info
Abstract
Artikel history: Children who suffer from disorders of the respiratory system
Received: 04-11-2020 experience excess production in their lungs. Usually the phlegm
Revised : 09-11-2020 builds up until it becomes thick and becomes difficult to pass. One of
Accepted: 09-11-2020 the effective nursing measures to expel phlegm in children who
experience an ineffective airway is chest physiotherapy. The purpose
of this literature review was to see the effect of the application of
chest physiotherapy to expel phlegm in children who experience an
effective airway. The process of searching and selecting articles in
this literature review used quantitative evidence in the electronic
database of Pubmed, and Google Scholar by reviewing 4 articles that
had the full text of the abstracts, methods, and research results most
in accordance with the objectives of the literature. The conclusion
after giving physiotherapy is proven to be effective for expelling
phlegm in children who experience ineffective airways.
Abstrak
Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali
mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak
biasanya akan menumpuk hingga kental dan menjadi sulit untuk
dikeluarkan. Salah satu tindakan keperawatan yang efektif dapat
mengeluarkan dahak pada anak yang mengalami jalan napas tidak
efektif adalah fisioterapi dada. Tujuan literature review ini adalah
untuk mengetahui pengaruh dari penerapan fisioterapi dada untuk
mengeluarkan dahak pada anak yang mengalami jalan napas tidak
efektif. Proses pencarian dan seleksi artikel dalam literature review ini
menggunakan bukti kuantitatif dalam database elektronik Pubmed,
dan Google Scholar dengan melakukan review terhadap 4 artikel yang
memiliki full text dari abstrak, tujuan, metode, dan hasil penelitian
paling sesuai dengan tujuan literature. Kesimpulan setelah di berikan
fisioterapi dada terbukti efektif untuk mengeluarkan dahak pada anak
yang mengalami jalan napas tidak efektif.

Keywords: Korespondensi:
Jalan Napas Tidak Putri Cahya Mutiara Mas Hanafi, email:
Efektif, Fisioterapi Dada, mutiarahanafi1999@gmail.com
Anak

This is an open access article under the CC–BY license

44
Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020

PENDAHULUAN

Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali


mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak atau sputum
biasanya akan menumpuk hingga kental dan menjadi sulit untuk dikeluarkan
Penyakit pada sistem pernapasan yang paling sering diderita oleh anak antara lain
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, asma dan tuberculosis
(Aryayuni dan Siregar, 2019). Penyakit infeksi sistem saluran pernafasan menjadi
salah satu peneyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di seluruh dunia,
memberikan tekanan yang kuat pada layanan kesehatan (Andrade et al, 2014).
Pada sebagian besar kasus saluran pernapasan yang dialami anak tergolong
ringan, namun pada sepertiga kasus lainnya harus membuat anak mendapatkan
penanganan secara khusus (Maidartati, 2014) Penyakit pada sistem pernapasan
menyebabkan terjadinya peningkatan lendir di paru-paru. Dahak akan menumpuk
hingga kental sehingga menjadi susah untuk dikeluarkan (Ningrum et al, 2019)
Hal ini akan menyebabkan respon batuk dan membuat pasien mengalami jalan
napas yang tidak efektif (Kasanah et al, 2015).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan dalam
mempertahankan kebersihan jalan nafas dari benda asing yang menyumbat di
saluran pernapasan. Terjadiya obstruksi di jalan napas karena menumpuknya
dahak atau sputum pada saluran napas yang menyebabkan ventilasi menjadi tidak
memadai. Oleh karena diperlukan penanganan yang tepat untuk mengeluarkan
dahak atau sputum yang menumpuk pada pasien, salah satunya intervensi dalam
keperawatan yang dapat digunakan adalah fisioterapi dada yang telah terbukti
efektif dapat membersihkan dahak pada saluran saluran (Tahir et al, 2019).
Fisioterapi dada adalah salah satu terapi yang digunakan dalam pengobatan
sebagian besar penyakit pernapasan pada anak-anak dengan penyakit pernapasan
kronis atau penyakit neuromuskuler (GSS et al, 2019). Pada umumnya, fisioterapi
dada dilakukan oleh terapis fisik dan terapis pernafasan, dimana
pernapasan meningkat dengan penghapusan tidak langsung dari lendir saluran
pernapasan pasien. Fisioterapi dada terdiri dari perkusi dada (clapping), postural
drainase, dan vibrasi (M Yang et al, 2013).
Fisioterapi dada pada anak-anak bertujuan untuk membantu pembersihan
sekresi trakeobronkial, sehingga menurunkan resistensi jalan napas, meningkatkan
pertukaran gas, dan membuat pernapasan lebih mudah. Fisioterapi dada juga dapat
mengevakuasi eksudat inflamasi dan sekresi trakeobronkial, menghilangkan
penghalang jalan napas, mengurangi resistensi saluran napas, meningkatkan
pertukaran gas, dan mengurangi kerja pernapasan (GSS et al, 2019).

METODE

Tinjauan literatur dilakukan melalui pencarian hasil publikasi ilmiah pada


rentang tahun 2014-2020 menggunakan database pubmed, dan google scholar.
Database pada pubmed dimasukan keyword 1 “Ineffective Airway” ditemukan
1.539 artikel, keyword 2 “Chest Physiotherapy” ditemukan 3.049 artikel, keyword
3 “Child” ditemukan 11.0960. Kemudian menggabungkan keyword 1, 2, 3
“Ineffective Airway, Chest Physiotherapy And Child” ditemukan 22 artikel.
Setelah dilakukan pencarian artikel kemudian dilakukan pembatasan jumlah
artikel LIMIT Open Access ditemukan 18 artikel dan LIMIT Publication Dates

45
Hanafi & Arniyanti Vol. 1, No. 1, November 2020

(2014-2020) ditemukan 18 artikel sedangkan pencarian melalui data base google


scholar dimasukan keyword 1 “Ineffective Airway” ditemukan 16.800 artikel,
keyword 2 “Chest Physiotherapy” ditemukan 2.440 artikel, keyword 3 “Child”
ditemukan 2.050 artikel. Kemudian menggabungkan keyword 1, 2, 3 “Ineffective
Airway, Chest Physiotherapy And Child” ditemukan 1.160 artikel. Setelah
dilakukan pencarian artikel kemudian dilakukan pembatasan jumlah artikel LIMIT
to date (2014-2020) didapatkan 921 artikel.
Berdasarkan seluruh database ditemukan 939 abstrak dan judul sesuai dengan
metode pencarian. Kemudian menghapus beberapa artikel duplikat sehingga
tersisa 102 artikel. Jumlah tersebut ditemukan 51 artikel yang dianggap
berhubungan langsung dengan penelitian dan memiliki teks lengkap untuk
ditinjau. Berdasarkan literature ini, penulis melakukan review terhadap 3 artikel
yang memiliki full text dan paling sesuai dengan tujuan literature antara lain
penelitian dari (Aryayuni dan Siregar, 2019) untuk mengetahui perbedaan
pengeluaran sputum sebelum dan sesudah diberikan fisioterapi dada, penelitian
dari (Faisal dan Najihah, 2019) setelah dilakukan terbukti perkusi dada (clapping)
dan vibrasi efektif dalam pengeluaran sputum, dan penelitian dari (Sanghati dan
Nurhani, 2020) setelah dilakukan perkusi dada (clapping) dan postural drainage
berpengaruh dalam pengeluaran sputum.

HASIL

Hasil penelitian (Aryayuni dan Siregar, 2019) bertujuan untuk mengetahui


pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak di RSUD Kota
Depok Prov, Jawa Barat Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 11
responden. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan
rancangan Quasi Eksperimental pendekatan One Group Pre-Post Design. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh fisioterapi dada terhadap
pengeluaran sputum pada anak dengan penyakit gangguan pernapasan (p = 0,000),
ada perbedaan pengeluaran sputum sebelum dan sesudah intervensi dengan
perbedaan rata-rata 0,73, dengan nilai lower -1,04107, dan upper yaitu -0,41347,
artinya pengeluaran sputum sebelum fisioterapi dada lebih kecil dibandingkan
sesudah fisioterapi dada.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Faisal dan Najihah, 2019) dengan
tujuan untuk mengeluarkan sputum pada balita yang mengalami penyakit ISPA
dengan responden yang digunakan berusia 3 – 5 tahun sebanyak 30 balita yang
terdiri dari 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok intervensi
dengan menggunakan uji statistik yaitu uji Mc Nemar. Setelah dilakukan
fisioterapi dada yaitu perkusi dada (clapping) dan vibrasi maka terjadi
peningkatan pengeluaran sputum. Balita yang tidak keluar sputumnya sebesar
(26,7%) dan sputum yang keluar sebesar (73,3%) sehingga didapatkan nilai p
value yaitu 0,002 dan terdapat pengaruh yang signifikan pada nilai p value =
0,002 (p value < 0,05). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya perbedaan
pengeluaran sputum sebelum dan setelah diberikan perkusi dada (clapping) dan
vibrasi pada balita di Puskesmas Inderalaya.
Selain itu penelitian Faisal dan Najihah (2019) yang dilakukan di tempat yang
berbeda menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa perkusi dada (clapping) dan
vibrasi efektif terhadap bersihan jalan napas yang ditandai dengan frekuensi napas
>20x/i, sputum, dan ronchi. Kemudian terjadi penilaian outcome sesudah

46
Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020

dilakukan terapi clapping dan vibration. Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui ketidakefektifan jalan napas pada pasien yang mengalami ISPA
sebelum dan sesudah diberikan terapi clapping dan vibration yang dilakukan dua
kali dalam seminggu di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar, dengan
jumlah responden yang digunakan sebanyak 16 pasien ISPA dengan
menggunakan sampel uji statistik Mc Nemar Test.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sanghati dan Nurhani,
2020) bertujuan untuk mengeluarkan sputum dengan menggunakan uji Wilcoxon
Signed Rank Test dan jumlah responden sebanyak 30 pasien PPOK dengan nilai
yang didaptkan yaitu nilai p-Value = 0,031 < 0,05 dimana 0,031 < 0,05, maka H0
ditolak sehingga pengaruh terapi perkusi dada (clapping) dan postural drainage
berpengaruh untuk pengeluaran sputum pada pasien PPOK di Ruang Mawar
RSUD R. Koesma Tuban.
.
PEMBAHASAN
Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan salah satu terapi penting dalam pengobatan pada
penyakit pernapasan untuk anak-anak yang menderita penyakit pernapasan
(Purnamiasih, 2020). Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi non
farmakologis yang digunakan dengan kombinasi untuk mobilisasi sekresi
pulmonal (Yanwar, 2016).
Tujuan utama dilakukannya fisioterapi dada adalah untuk membersihkan
obstruksi jalan nafas, mengurangi hambatan jalan nafas, meningkatkan pertukaran
gas dan mengurangi kerja pernafasan. Teknik yang berbeda digunakan pada
pasien anak-anak: 1) terapi fisik dada konvensional seperti perkusi dada
(clapping) dan getaran dalam kombinasi dengan posisi drainase postural, dada
gemetar dan batuk terarah dan 2) teknik berbasis aliran: ekspirasi pasif lambat
atau paksa dapat membantu memobilisasi sekresi ke arah trakea dan memicu
batuk yang membantu mengeluarkan sekresi (Figuils et al, 2016).
Berdasarkan hasil ulasan literature review Aryayuni dan Siregar (2019)
bahwa fisioterapi dada berpengaruh terhadap pengeluaran sputum pada anak. Hal
ini sesuai dengan penelitian dari Daya dan Sukraeny (2020) bahwa fisioterapi
dada berpengaruh terhadap kebersihan jalan napas dan dapat meningkat terhadap
pengeluaran sputum yang didapatkan pada kelompok intervensi pada pagi hari
sebanyak 63,6% subjek mengalami keluaran sputum sebanyak 4 – 6 ml, sementara
36,4% nya mengalami keluaran sputum sebanyak 2 – 3 ml. Sedangkan pada
kelompok intervensi siang hari keluaran sputum dari 11 subjek seluruhnya
sebanyak 1 < 2 ml. Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian dari Nurarif dan
Kusuma (2015) bahwa jalan napas yang tidak efektif didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau penghalang dari saluran
pernapasan untuk menjaga jalan napas.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas sehingga terjadi sumbatan pada jalan nafas
yang berupa dahak (Pawidya, 2019). Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien
dengan jalan napas tidak efektif adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi, meningkatkan kenyamanan dan kemudahan
bernapas, mengeluarkan sputum, meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas fisik, dan untuk mencegah risiko yang terkait dengan masalah
oksigenasi seperti kerusakan kulit dan jaringan (Wayne, 2019).

47
Hanafi & Arniyanti Vol. 1, No. 1, November 2020

Perkusi Dada (clapping) dan Vibrasi


Berdasarkan hasil ulasan literature review Faisal dan Najihah (2019) bahwa
setelah dilakukan fisioterapi dada yaitu perkusi dada (clapping) dan vibrasi maka
terjadi peningkatan pengeluaran sputum. Hal ini sejalan dengan penelitian
Purnamiasih (2020) bahwa prosedur fisioterapi dada yang dilakukan selama 20
menit setiap sesi dengan tindakan drainase postural, perkusi dada (clapping),
getaran, aspirasi sekresi dan eksudat bermanfaat untuk menghilangkan adanya
sesak. Hal ini dikuatkan dengan penelitian dari (M Yang et al, 2013) bahwa
fisioterapi dada merupakan salah satu penatalaksanaan dalam perawatan pasien
yang dilakukan pada orang yang menderita disfungsi lendir pada kondisi penyakit
pernapasan.
Dari hasil penelitian dari (Chania et al, 2020) setelah dilakukan teknik
perkusi dada (clapping) dan vibrasi responden mengalami peningkatan pada
pengeluaran sputum. Responden yang sputum tidak keluar sebesar (26,7%) dan
sputum yang keluar sebesar (73,3%) dan didapat nilai p value 0,002. Terdapat
pengaruh yang signifikan p value = 0,002 (p value < 0,05). Hal ini dikuatkan
dengan penelitian (Prasetyo et al, 2017) perkusi dada (clapping) secara mekanis
dapat melepaskan sputum yang menumpuk di jalan nafas, perkusi dada (clapping)
juga digunakan untuk memperlancar turbulensi udara ekshalasi untuk dapat
memudahkan secret keluar.
Perkusi dada (clapping) merupakan teknik manual yang melibatkan tepukan
di dada/punggung dada area di bawah lengan pasien untuk melonggarkan lendir
yang kental dan lengket dari sisi paru-paru. Hal ini akan menyebabkan sekresi
untuk pindah ke saluran nafas yang lebuh besar saat menarik napas dalam
sehingga pasien dapat batuk dan mengeluarkan sekres secara efektif. Teknik
perkusi dada (clapping) sangat efektif dalam perawatan bayi dan anak-anak yang
mengalami gagguan jalan nafas tidak efektif. (M Yang et al, 2013).
Menurut Suhanda dan Rusmana (2014) vibrasi adalah tindakan yang
dilakukan dengan memberikan kompresi pada dada yang dapat menggerakkan
sekret ke jalan nafas dan vibrasi hanya dapat dilakukan pada waktu pasien
menghembuskan nafas. Vibrasi adalah teknik melakukan getaran pada dada untuk
mendorong sekret dari jalan nafas agar sekret dapat keluar dengan mudah dengan
cara menginstruksikan klien untuk menarik nafas dengan lambat melalui hidung
ddan hembuskan melalui mulut dengan bibir membentuk huruf “o” setelah itu di
getarkan dengan cepat selama 5 menit (Ningrum et al, 2019).

Postural drainage
Berdasarkan hasil ulasan literature review (Sanghati dan Nurhani, 2020)
selain clapping dada, postural drainage juga berpengaruh untuk pengeluaran
sputum pada pasien di Ruang Mawar RSUD R. Koesma Tuban pada posisi tubuh
semifowler untuk mengeluarkan sputum dengan cara meletakkan kedua jari
dibawah procexus xipoideus dan mendorong dengan jari saat untuk pengeluaran
udara, lalu pasien disuruh menahan 3-5 detik kemudian hembuskan perlahan-
lahan melalui mulut. Adanya postural drainage dapat membantu mengeluarkan
sputum pada pasien yang mengalami jalan napas tidak efektif. Hal ini dikuatkan
oleh penelitian dari (Sari, 2016) postural drainage adalah satu teknik pengaturan
posisi tubuh semifowler untuk mengeluarkan sputum dengan cara letakkan kedua
jari di bawah procexus xipoideus dan dorong dengan jari saat mendorong udara,

48
Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020

lalu pasien disuruh menahan 3-5 detik kemudian hembuskan perlahan-lahan


melalui mulut. Dengan postural drainage dapat membantu mengeluarkan sputum
pada pasien yang mengalami jalan napas tidak efektif.
Postural drainage adalah salah satu teknik fisioterapi yang bertujuan unuk
mengeluarkan sputum dengan cara memeberikan posisipada klien yang
berlawanan dengan letak dari segmen paru yang terdapat sumbatan dengan waktu
yang digunakan selama 5 menit agar dapat mempermudah pengeluaran sputum
(Ningrum et al, 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan artikel yang di review pada penelitian sebelumnya fisioterapi


dada terbukti efektif karena setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada, pasien
mampu mengeluarkan dahak dan frekuensi napas dalam rentang normal. Untuk
peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah penelitian tentang
fisioterapi dada terhadap pengeluaran dahak pada anak sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Andrade LZC, Silva VM, Lopes Mv De O, Chaves Dbr, Távora Rc De O. 2014.


Ineffective airway clearance: prevalence and spectrum of its clinical
indicators. Acta Paulista De Enfermagem. 27(4): 319–325.
Aryayuni C, Siregar T. 2019. Pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran
sputum pada anak dengan penyakit gangguan pernafasaan di poli anak rsud
kota depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia. 2(2): 34–42.
Chania H, Andhini D, Jaji. 2020. Pengaruh teknik perkusi dan vibrasi terhadap
pengeluaransputum pada balita dengan ispa di Puskesmas Indralaya.
Proceeding Seminar Nasional Keperawatan. 6(1):25-30.
Daya, Sukraeny N. 2020. Fisioterapi dada dan steem inhaler aromatheraphy dalam
mempertahankan kepatenan jalan nafas pasien penyakit paru obstruktif
kronis. Ners Muda. 1(2): 100.
Faisal AM, Najihah. 2019. Clapping dan vibration meningkatkan bersihan jalan
napas pada Pasien ISPA Andi. Jurnal Penelitian Kesehatan “Suara Forikes”.
11(1): 77.
Figuils RM, Garriga GM, Rugeles GC, Perrotta C, Vilaró J. 2016. Chest
physiotherapy for acute bronchiolitis in paediatric patients between 0 and 24
months old (review). Cochrane Database Syst Rev. 2: 1–48.
GSS C, DA F, TA S, PAMS N, GAF F, KMPP M. 2019. Chest physiotherapy for
pneumonia in children (Review). Nurseslabs. 3.
Kasanah WN, Kristiyawati SP, Supriyadi. 2015. Efektifitas batuk efektif dan
fisioterapi dada pagi dan siang hari terhadap pengeluaran sputum pasien
asma bronkial di rs paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 4(2): 1–7.
M Yang, Y Yan, X Yin. 2013. Chest physiotherapy for pneumonia in adults.
Cochrane Database Syst Rev. 2: 1–52.
Maidartati. 2014. Pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada
anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas di

49
Hanafi & Arniyanti Vol. 1, No. 1, November 2020

Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. Jurnal Keperawatan BSI. 11(1): 9–


16.
Ningrum HW, Widyastuti Y, Enikmawati A. 2019. Penerapan fisioterapi dada
terhadap ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien bronkitis usia pra
sekolah. Profesi (Profesional Islam) Media Publikasi Penelitian. 1–8.
Nurarif AH, Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis NANDA NIC-NOC (jilid 2). Mediaction Jogja.
Pawidya N. 2019. Pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada tn. t
dengan asma bronkial di Rsud Ungaran.[Artikel Ilmiah].
Prasetyo YB, Ariani TA, Yatayukti RR. 2017. Efektifitas fisioterapi dada terhadap
penurunan gejala faringitis pada penambang belerang di Kawah Ijen
Banyuwangi. [Artikel Ilmiah].
Purnamiasih DPK. 2020. Pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan klinis pada
anak dengan pneumonia. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia. 5(10):
1053–1064.
Sanghati, Nurhani S. 2020. Pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sekret
pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di balai besar kesehatan paru
masyarakat makassar. Jurnal Mitrasehat. X(1): 27-38.
Sari DP. 2016. Upaya mempertahankan kebersihan jalan napas dengan fisioterapi
dada pada anak pneumonia. Electronic Theses And Dissertations
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suhanda P, Rusmana M. 2014. Efektifitas fisioterapi dada dan batuk efektif pasca
nebulasi terhadap bersihan jalan nafas pada pasien tb paru di Rsu
Tangerang.
Tahir R, amalia D, Muhsina S. 2019. Fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai
penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien TB Paru
di RSUD Kota Kendari. Health Information: Jurnal Penelitian. 11(1): 20–
26.
Wayne G. 2019. Ineffective Breathing Pattern. Nurseslabs. 3.
Yanwar N. 2016. Gambaran pengetahuan perawat tentang fisioterapi dada di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Tahun 2016. eJournal Mucis. 3345–3356.

50

Anda mungkin juga menyukai