DISUSUN OLEH:
RATU NURLAELA
20317118
1 Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada
saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah.Infeksi akut ini menyerang salah
satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI, 2012). Menurut WHO, ISPA adalah
penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor lingkungan, dan faktor pejamu (Ching et al., Bulletin WHO 2007).
ISPA merupakan gangguan pernapasan yang sering menyerang bayi dan anak-
anak.Saat terserang ISPA, anak cenderung menjadi lesu, rewel, dan kurang mau
makan. Agar tidak bingung dalam menangani Si Kecil saat ia terkena ISPA, Anda perlu
mengetahui dulu hal-hal seputar ISPA pada anak dan cara mengobatinya.
ISPA adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi pada saluran pernapasan bagian
atas.Saluran ini meliputi hidung, rongga hidung dan sinus, tenggorokan (faring), dan
kotak pita suara (laring).
ISPA bisa muncul secara tiba-tiba dan dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak-
anak dan lansia. Sedangkan pada orang dewasa, ISPA lebih sering terjadi pada orang
yang merokok atau terpapar asap rokok dan polusi.
ISPA pada dapat menggambarkan beberapa penyakit infeksi pada saluran
pernapasan anak, seperti flu, radang tenggorokan (faringitis), sinusitis, epiglotitis, atau
radang pita suara.
2 Klasifikasi
ISPA dibagi menjadi infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran
pernafasan bagian bawah.Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis
akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis.Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut
bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan
oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis
akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia (Morris, 2009; Dahlan,2009).
Menurut Daniel YT Goh.et al. ISPA dibagi atas beberapa klasifikasi menurut gejala
klinisnya, yaitu: Rinitis infeksi akut, Faringitis dan tonsilitis, Otitis media, Sinusitis akut,
Laryngotracheo-bronchitis, Epiglotitis, Bronkitis akut, Bronkiolitis akut, Pneumonia.
Menurut Depkes RI tahun 2012, klasifikasi ISPA dapat dibedakan berdasarkan
berat ringannya gejala yang ditimbulkan, yaitu tanda dan gejala ringan (bukan
pneumonia), sedang (pneumonia sedang/pneumonia), dan berat (pneumonia
berat).Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
a. Ringan (bukanpneumonia)
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), batuk tanpa
pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair,
tenggorokan merah, dan telinga berair. Tanda emergency untuk golongan umur 2
bulan-5 tahun yaitu : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi
buruk.
3 Etiologi ISPA
Penyebab utama ISPA adalah infeksi virus, seperti rhinovirus, adenovirus,
virus coxsackie, parainfluenza, dan RSV (respitatory syncytial virus).Namun pada kasus
tertentu, ISPA pada anak juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri.
Virus dan bakteri penyebab ISPA dapat menyebar dan menular dengan beberapa
cara, misalnya saat anak menghirup percikan bersin dari seseorang yang terinfeksi ISPA.
Penyebaran juga dapat terjadi saat anak memegang benda yang telah terkontaminasi virus
atau kuman penyebab ISPA dan secara tidak sadar menyentuh hidung atau mulutnya
sendiri.
Saat mengalami ISPA, anak-anak dapat mengalami gejala atau keluhan berupa:
1. Hidung tersumbat atau pilek
2. Bersin
3. Batuk-batuk
4. Sakit tenggorokan hingga suara serak
5. Mata terasa sakit, berair, serta kemerahan
6. Sakit kepala
7. Nyeri otot
8. Demam
9. Sakit ketika menelan
4 Manifestasi Klinis
a. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret
yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan
susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
451).
b. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai
tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
c. Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama
periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
d. Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum
dan bhkan tidak mau minum.
e. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
f. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
g. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
h. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
i. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
j. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Secara ringkas gejala klinis ISPA berdasarkan klasifikasinya disajikan dalam tabel berikut
ini.
Tabel 2.1
Gejala Klinis ISPA Berdasarkan Klasifikasinya
Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)
6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Biakan virus
2. Serologis
3. Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan
sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini
adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita
amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya
bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri
pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.
7 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien)
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (NANDA International, 2012).
Berdasarkan NANDA International (2012), diagnosa keperawatan terbagi atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon manusia
terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu, kelompok, atau
komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang motivasi dan keinginan
individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk meningkatkan kesehjateraan dan
mewujudkan potensi kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat dari paparan terhadap
faktor-faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau kehilangan.
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok khusus diagnosa
keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat dihadapi secara bersama-sama dan melalui
intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang sudah dikelompokkan
dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa
keperawatan Gordon menguraikan komponen yang harus ada sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi dan
memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan
suatu diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001).
MenurutNurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi (2015)masalah keperawatan yang lazim
timbul pada pasien ispa:
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon pada
dinding bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status kesehatan.
9. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan secara
tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan keperawatan
yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan
keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan.Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. (Wong,D,L,
2004 ).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar, diraba,
dirasakan, dicium.Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan
“SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang prilaku klien,
dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi, periksa, ukur,
catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah, pertahankn,
latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan, sarankan,
informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk, instrusikan,
laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.
Barbara Engram., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1, Penerbit EGC, Jakarta.
Dongoes, E. Marlyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perawatan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budhi
Subekti . Jakarta: EGC
Nurarif, Huda Amin dan Kusuma Hardhi.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC.Jogjakarta : Mediaction
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. N
2. Tempat tgl lahir/usia : 1 Juni 2020
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum Sekolah
6. Alamat : Pandeglang
7. Tgl sakit : 12 Januari 2021
8. Tgl pengkajian : 13 Januari 2021
9. Diagnosa medik : ISPA
10. Rencana terapi : Uap Air Panas, Kompres Air hangatdan Fisio
Terapi Dada
2. Ibu
a. Nama : Ny. K
b. Usia : 39 th
c. Pendidikan : SLTP
d. Pekerjaan/Sumberpenghasilan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Pandeglang
C. Identitas Saudara Kandung
NO NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
1. An. T 6 th Kakak
2. An. B 7 bln 12 hr Kakak
1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 9 kali
b. Keluhan selama hamil : Demam dan muntah
c. Riwayat : Terapi obat Vitamin
d. Kenaikan BB selama hamil : 15 Kg
e. Imunisasi TT : 0 kali
f. Golongan darah ibu/ayah :O/-
2. Natal
a. Tempat melahirkan : RSUD Pandeglang
b. Lama dan jenis persalinan : spontan A.
forceps
operasi
lain-lain C.
c. Penolong persalinan : dokter E.bidan D.dukun B.
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips obat perangsang
G. F.
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum I.infeksi nifas H.
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 3.5gram, PB 50 cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning K.kebiruan J.
kemerahan L. problem menyusui M.
BB tidak stabil N.
(Untuk semua Usia)
¤ Penyakit yang pernah dialami : Batuk demam
Q. P.diare O.
Kejang lain-lain
¤ Kecelakaan yang dialami : jatuh tenggelam lalu lintas
¤ keracunan : makanan obat–obatan
zat/subtansi kimia textil
¤ Komsumsi obat-obatan bebas :
¤ Perkembangan anak dibanding : lambat sama Cepat
saudara-saudaranya :
KESIMPULAN :
An. N adalah anak kembar dari pasangan Tn. E dan Ny. K. Ia lahir di RSUD Pandeglang secara
operasi Caesar dengan dibantu oleh dokter. An. N lahir dengan berat badan 3.5 kg dan panjang
badan 50 cm, ia lahir 5 menit setelah An. B, pada saat lahir An. N sehat tanpa keluhan apapun.
KESIMPULAN :
Keluarga Tn. E tidak memiliki riwayat kesehatan apapun.
¤ Genogram
KETERANGAN:
: Laki-laki
KESIMPULAN :
An. D baru melaksanakan 4 kali imunisasi, yaitu imunisasi BCG, DPT 1 dan Polio 1, 2.Namun
seharusnya dengan usia 8 bulan An. D sudah divaksin sampai DPT 4 dan polio 4, karena kondisi
corona ini, segingga fasilitas posyandu yang biasanya melakukan imunisasi terpaksa
diberhentikan dan itu berdampak pada status imunisasi An. D. Tapi jika kondisi sudah mulai
membaik dan posyandu sudah mulai dilaksanakan kembali, An. D akan kembali melanjutkan
vaksinasi.
KESIMPULAN:
Semua anak Ny. K tidak pernah di rawat RS
KESIMPULAN :
Semua anak Ny. K tidak pernah di rawat RS
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. Selera makan Baik Berkurang
2. Menu makan
3. Frekuensi makan Banyak Sedikit
4. Makanan pantangan
5. Pembatasan pola makan
6. Cara makan Disupin dan makan sendiri Disuapin
7. Ritual saat makan
KESIMPULAN :
An. D sebelum sakit selera makan dan minum susu nya baik, namun ketika sakit mengalami
penurunan. Kalo makan biscuit atau cemilian biasanya An.N mau makan sendiri tapi ketika
sakit An. N tidak mau kecuali disuapin Ny. K.
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman ASI, Susu Formula, Air ASI, Susu Formula, Air
Putih Putih
2. Frekuensi minum Sering Sering dengan dipaksa
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan Diminumkan Diminumkan
KESIMPULAN :
An. D sebelum sakit masih sering dan mau minum ASI, susu formula dan air putih, namun
ketika sakit An. N kadang menolak minum susu, namun Ny. K selalu meminumkannya
sambil digendong.
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat pembuangan
2. Frekwensi
3. Warna dan Bau
4. Volume
5. Kesulitan
KESIMPPULAN :
An. D tidak ada masalah yang mempengaruhi eleminasi (BAB & BAK), semuanya seperti
biasa
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang 3 kali tidur dengan durasi 30 Sering tidur namun durasi
mnt-1 jam hanya 10 mnt-15 menit
- Malam 3 kali bangun, setelah Sering terbangun dan
disusui tidur kembali menangis dan sulit
ditidurkan kembali
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Ada
KESIMPULAN :
An. D mengalami gangguan pada saat tidur dan selalu bangun dan lebih rewel dari biasanya
E. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Disiram Dilap dengan air hangat,
direndah dengan air hangat
- Frekuensi 2x Dilap 1 x direndam 1 x
- Alat mandi Ember dan sabun Ember, sabun, dan handung
kecil
2. Cuci rambut
- Frekuensi 2x 1x
- Cara Disiram menggunakan Disiram perlahan
gayung kecil menggunakan tangan
3. Gunting kuku Ketika terlihat panjang Ketika terlihat panjang
- Frekuensi dipotong dipotong
- Cara
4. Gosok gigi Tidak ada Tidak ada
- Frekuensi
- Cara
KESIMPULAN :
An. D mandi seperti biasa sebelum sakit, namun pada saat sakit Ny. K biasanya hanya
mengelap An.D dengan air hangat tanpa dimandikan, tetapi setelah diberi penjelasan
mengenai manfaat mandi/direndam diair hangat dapat membantu menurunkan demam, Ny. K
baru mulai memandikan An. D.
F. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Tidur, Minum Susu, bermain Tidur, Minum Susu,
KESIMPULAN :
An. N selama sakit hanya ingin digendong dan tidak mau bermain seperti biasa.
B. Tanda-tanda vital
=Suhu : 37.1 derajat celcius
=Nadi :121 x/menit
= Respirasi :48 x/menit
KESIMPULAN :
An. D demam
C. Antropometri
= Tinggi Badan :71 cm
= Berat Badan :8 kg
= Lingkar lengan atas :15 cm
= Lingkar kepala : 45 cm
= Lingkar dada :46 cm
= Lingkar perut :45 cm
= Skin fold : Putih
KESIMPULAN:
An. N mengalami kenaikan berat badan sejak lahir hingga sekarang kurang lebih 5 kg
D. Sistem pernapasan
= Hidung : simetris , pernapasan cuping hidung secret polip
epistaksis
= Leher : pembesaran kelenjar tumor
= Dada
¤ Bentuk dada normal , barrel , pigeon chest
¤ Perbandingan ukuran AP dengan transversal………………
¤ Gerakan dada : simetris , terdapat retraksi , otot Bantu pernapasan
¤ Suara napas : VF , Ronchi √ , Wheezing , Stridor , Rales
= Apakah ada Clubbing finger
KESIMPULAN :
Ada secret pada hidung An. D
F. Sistem Pencernaan
= Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab , kering √ , pecah-pecah
labio skizis
= Mulut : Stomatitis , palato skizis Jml gigi
= Kemampuan menelan : baik /sulit
=Gaster : kembung , nyeri gerakan peristaltic
= Abdomen :
= Hati : teraba lien ginjal faeces
=Anus : lecet , haemoroid
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada bagian pencernaan, hanya bibir terlihat kering
i.Sistem indra
1. Mata
√ √ √
- Kelopak mata , bulu mata , alis
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang
2. Hidung
- Penciuman √ , perih dihidung , trauma , mimisan
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga √ , kanal auditoris : bersih √ , serumen
J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna hitam, Mudah dicabut tidak
= Kulit : Warna putih, temperatur hangat , kelembaban baik, bulu kulit sedikit, erupsi
tidak, tai lalat tidak ada , ruam sedikit
= Kuku : Warna putih , permukaan kuku baik, mudah patah tidak, kebersihan baik
K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid :Tidak teraba
= Ekskresi urine berlebihan Tidak , poldipsi Tidak , poliphagi Tidak
= Suhu tubuh yang tidak seimbang Tidak , keringat berlebihan Tidak
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut Tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system endokrin An. N
L. Sistem Perkemihan
= Oedema palpebral Tidak , moon face Tidak , oedema anasarka Tidak
= Keadaan kandung kemih
= Nocturia Tidak , dysuria Tidak , kencing batu Tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system perkemihan An. N
M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : Putting , aerola mammae , besar
- Labia mayora & minora bersih , secret Tidak , bau Tidak
KESIMPULAN :
Tidak ada masalah pada system reproduksi An. N
N. Sistem Imun
= Alergi (cuca Ada , debu Tidak , bulu binatang Tidak , zat kimia Tidak)
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu Ada , urticaria, lain-lain
KESIMPULAN :
Ny. K mengatakan An.N mudah berlendir diarea ingus jika suhu terlalu dingin
KESIMPULAN :
An. N sekarang berusia 7 bulan 12 hari, diusinya ini An. N sudah mengangkat kepala ketika
tengkurap, tengkurang, terlentang, berguling, menoleh kesuara, tersenyum, berdiri berpegangan
dan mengambil dengan tangan kanan dan kiri.
a. Tidak √ 0
b. Ya 2
Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
Diaree z 5 kali / hari dan atau muntah > 3kali/hari dalam seminggu terakhir
3
Asupan makanan berkurangselama1 mingguterakhir
a Tidak 0
b Ya√ 1
Apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak ada penambahanberat badan ( bayi <1tahun)
4 selamaeberapa minggu/bulan
a Tidak √ 0
b Ya 1
Total skor 1
Hasil total Skor
0 :berisiko rendah, ulangi skrining setiap7 hari
1-3 : berisiko menengah, dirujuk ke tim Terapi Gizi, Monitor asupan makanansetiap 3 hari
4-5 : berisiko tinggi, dirujuk ke tim terapi Gizi ,Monitor asupan makanan setiap hari
Sudah dilaporkan ke Tim Terapi Gizi : Tidak √ Ya, tanggal & jam
KESIMPULAN:
Beresiko Menengah
MASALAH/ DIAGNOSA
DATA (DS & DO)
KEPRAWATAN
DS: Hipertermi berhubungan dengan
Ny. K mengatakan An. N demam sejak 1 hari masalah infeksi
yang lalu
DO:
Keadaan Umum : An. N rewel dan kulit teraba
panas
TTV:
- Suhu : 37.1 derajat celcius
- Nadi : 121 x/menit
- Respirasi : 48 x/menit
TTV:
- Suhu : 37.1 derajat celcius
- Nadi : 121 x/menit
- Respirasi : 48 x/meni
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan
keperawatan
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital
berhubungan keperawatan selama 5x24 jam 2. Pertahankan
dengan masalah suhu tubuh kembali normal lingkungan yang
infeksi nyaman
Kriteria hasil : 3. Tingkatkan masukan
Tanda-tanda vital (TTV)
cairan dengan
dalam batas normal
pemberian ASI/ susu
formula
4. Kompres air hanga
5. Mandikan dengan air
hangat
Hari Ke-2
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Jumat, 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S : Ny. K mengatakan Ratu
15 Januari 2. Mempertahankan lingkungan An. N sudah tidak
2021 yang nyaman demam jika siang, tapi
3. Meningkatkan masukan cairan jika malam masih demam
dengan pemberian ASI/ susu dan rewel
formula O : Suhu 37 derajat
4. mengompres dengan air hanga celcius, kuliat teraba
5. Mandikan dengan air hangat hangat
A :Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu
tubuh
- Berikan kompres
hangat
- Mandikan dengan
air hangat
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor keluhan
sering terjaga
- Mandikan dengan
air hangat
- Memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi
Hari Ke-3
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Sabtu, 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S : Ny. K mengatakan Ratu
16 Januari 2. Mempertahankan lingkungan An. N sudah tidak
2021 yang nyaman demam
3. Meningkatkan masukan cairan O : Suhu 36,7 derajat
dengan pemberian ASI/ susu celcius, kuliat teraba
formula dingin
4. mengompres dengan air hanga
5. Mandikan dengan air hangat A :Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Hari Ke-4
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Minggu, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
17 Januari nyaman An. N sudah tidak sering
2021 2. Menciptakan dan pertahankan terbangun dimalam hari,
jalan nafas yang bebas walaupun bangun hanya
3. Memonitor keluhan sering terjaga untuk minum susu
4. memberikan terapi inhalasi uap
air panas dan minyak kayu putih O : An. N mulai tenang,
dimalam hari walau masih da secret di
5. Menganjurkan berjemur dibawah hidung
sinar matahari pagi
A :Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi
Hari ke-5
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Senin, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
18 Januari nyaman An. N terbangun hanya
2021 2. Menciptakan dan pertahankan untuk minum susu
jalan nafas yang bebas
3. Memonitor keluhan sering terjaga O : An. N tenang dan
4. Memberikan terapi inhalasi uap jalan nafas efektif walau
air panas dan minyak kayu putih masih ada secret
dihidung ketika
dimalam hari menangis
P : Lanjutkan intervensi
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih dimalam
hari
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor bersihan
jalan nafas
- Monitor
pemberian cairan
- Memberikan
fisioterapi
inhalasi uap air
panas
- Berjemur
dibawah sinar
matahari
Hari Ke-6
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Senin, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
18 Januari nyaman An. N terbangun hanya
2021 5. Menciptakan dan pertahankan untuk minum susu
jalan nafas yang bebas
6. Memonitor keluhan sering terjaga O : An. N tenang dan
7. Memberikan terapi inhalasi uap jalan nafas efektif walau
air panas dan minyak kayu putih masih ada secret
dimalam hari dihidung ketika
menangis
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Mandikan dengan
air hangat
- memberikan
terapi inhalasi
uap air panas dan
minyak kayu
putih
- Berjemur
dibawah sinar
matahari pagi
Hari Ke-7
Tanggal / No.D
Implementasi Evaluasi Paraf
hari/ waktu x
Selasa, 2 1. Mertahankan lingkungan yang S : Ny. K mengatakan Ratu
19 Januari nyaman An. N terbangun hanya
2021 2. Menciptakan dan pertahankan untuk minum susu
jalan nafas yang bebas
3. Memberikan terapi inhalasi uap O : An. N tenang dan
air panas dan minyak kayu putih jalan nafas efektif
dipagi hari dan sore hari
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 1. Mengkaji bersihan jalan napas S : Ny. K mengatakan Ratu
2. Memberikan posisi yang nyaman An. N sudah tidak batuk
3. Menganjurkan keluarga untuk dan tidak ada sekret
memberikan ASI dan susu
formula sesering mungkin O : An.N tampak tenang
4. Menganjurkan keluarga untuk dan ceria
memberikan air minum yang
hangat A :Masalah teratasi
5. Memberikan fisioterapi inhalasi
uap air panas P : Hentikan intervensi
6. Menganjurkan berjemur dibawah
sinar matahari setiap pagi
EFEKTIFITAS TERAPI UAP AIR DAN MINYAK KAYU PUTIH TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA BALITA PADA PENDERITA
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI PUSKESMAS LEYANGAN
ARTIKEL
Oleh
ARTIKEL
Disusun oleh
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Pembimbing Utama
2
EFEKTIFITAS TERAPI UAP AIR DAN MINYAK KAYU PUTIH TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA BALITA PADA PENDERITA
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI PUSKESMAS LEYANGAN
ABSTRAK
Latar Belakang : Di Indonesia kasus ISPA menempati urutan kedua pasien rawat
jalan terbanyak. Penemuan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Leyangan yakni
sebanyak 268 kasus pada tahun 2018. ISPA secara khas timbul dengan hidung tersumbat dan
terus mengeluarkan sekret di hidung. Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat
dapat dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup. Tujuan penelitian mengetahui
perbandingan efektifitas antara terapi uap air dengan terapi uap air yang ditambahkan
minyak kayu putih terhadap bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA di
Puskesmas Leyangan.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu atau
quasy experiment dengan rancangan Non equivalent pretest-posttest two group design.
Populasi berdasarkan data penderita ISPA yang berada Puskesmas Leyangan Kabupaten
Semarang pada bulan Desember 2019 sebanyak 50 anak. Teknik sampling penelitian adalah
Accidental sampling dengan jumlah responden 50 anak. Instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi bersihan jalan napas dan SOP inhalasi. Analisis data menggunakan uji man
whitney.
Hasil : Tidak ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan
terapi inhalasi uap air (p=0,083). Ada perbedaan yang signifikan bersihan jalan napas
sebelum dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap air dengan minyak kayu putih (p=0,002).
Terapi uap air yang ditambahkan minyak kayu putih lebih efektif terhadap bersihan jalan
napas pada anak usia balita dengan ISPA daripada terapi uap air di Puskesmas Leyangan
(p=0,035).
Saran : Orang tua responden dapat memberikan terapi inhalasi uap air dengan
minyak kayu putih untuk bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA.
Kata kunci : Bersihan Jalan Nafas, Terapi Inhalasi Uap Air, Minyak Kayuputih
Kepustakaan : 27 pustaka (2009 – 2015)
3
ABSTRACT
Background: In Indonesia, ISPA cases ranks second most outpatients. The discovery
of cases of pneumonia in infants at Leyangan Health Center were as many as 268 cases in
2018. ARI typically arises with nasal congestion and continues to secrete secretions in the
nose. One effort to overcome nasal congestion can be done by administering the drug inhaled.
The purpose of this research is to know the effectiveness comparison between steam therapy
and steam therapy added by eucalyptus oil to clean the airway in children under five years old
with ISPA in Leyangan Health Center.
Method: The research design used was quasy experiment research with a Non
equivalent pretest-posttest two group design. Population based on data of ISPA sufferers in
Leyangan Health Center Semarang District in December 2019 were 50 children. Research
Accidental technique is total sampling with 50 respondents. The research instrument uses the
observation sheet of the airway cleansing and inhalation SOP. Data analysis using the
Whitney man test.
Results: There was no difference in airway clearance before and after water
inhalation therapy (p =0,083). There is a significant difference cleaning the airway before and
after the inhalation therapy of water vapor with eucalyptus oil (p = 0.002). Steam therapy
added with eucalyptus oil is more effective against airway clearance in preschool children
with ARI than steam therapy at Leyangan Health Center (p = 0.035).
Suggestion: Respondents' parents can provide inhalation therapy of water vapor with
eucalyptus oil to clear the airway in preschool children with ISPA.
Keywords: Airway clearance, Steam Inhalation Therapy, Kayuputih Oil
Literature: 27 librISPAes (2009 - 2015)
4
agar tidak menjadi berat yang bisa sel globet. Silia yang terdapat pada
menyebabkan gagal napas atau bahkan permukaannya epitel mempunyai fungsi
kematian. Gejala yang ringan biasanya yang penting. Gerakan silia yang teratur,
diawali dengan demam, batuk, hidung palut lendir di dalam kavum nasi akan
tersumbat dan sakit tenggorokan. didorong ke arah nasofaring. Demikian
Penemuan dan penanganan penderita mukosa mempunyai daya untuk
pneumonia pada balita di Jawa Tengah membersihkan dirinya sendiri dan juga
tahun 2018 sebesar (50,5%), menurun untuk mengeluarkan benda asing yang
dibandingkan capaian tahun 2017 yaitu masuk ke dalam rongga hidung.
(54,3%). Penemuan kasus pneumonia pada Penumpukan sekret merupakan suatu
balita di Kabupaten Semarang untuk setiap hasil produksi dari bronkus yang keluar
puskesmas beragam, ada yang tinggi dan bersama dengan batuk atau bersihan
ada yang rendah dan untuk data penemuan tenggorokan. Penumpukan sekret
penyakit pneumonia pada balita yang di menunjukkan adanya benda-benda asing
Puskesmas Leyangan yakni sebanyak 268 yang terdapat pada saluran pernapasan
kasus pada tahun 2018, pada tahun 2017 sehingga dapat mengganggu keluar dan
ditemukan sebanyak 274 kasus dan pada masuknya aliran udara. Sekret atau sputum
tahun 2016 ditemukan sebanyak 186 kasus adalah lendir yang dihasilkan karena adanya
pada balita. rangsangan pada membrane mukosa secara
Infeksi saluran pernapasan atas fisik, kimiawi maupun karena infeksi hal ini
secara klinis sering ditemukan sebagai menyebabkan proses pembersihan tidak
influensa. Kondisi ini ditandai oleh berjalan secara adekuat, sehingga mukus
inflamasi akut yang menyerang hidung, banyak tertimbun (Djojodibroto, 2012).
sinus paranasal, tenggorokan atau laring. Ketika seseorang mengalami suatu ancaman
Infeksi saluran pernapasan atas mempunyai yang nyata atau potensial pada status
kecenderungan meluas hingga trakhea dan pernapasan sehubungan dengan
bronkhi, kondisi dapat diperburuk oleh ketidakmampuan untuk batuk secara efektif
pneumonia. Infeksi saluran pernapasan atas maka dikatakan bersihan jalan nafas tidak
secara khas timbul dengan hidung tersumbat efektif (Juall & Carpenito 2014).
dan terus mengeluarkan sekret dari hidung. Bersihan jalan napas menunjukkan
Sakit tenggorok dan rasa tidak nyaman saat saluran pernapasan yang bebas dari sekresi
menelan, bersin, dan batuk nyaring dan maupun obstruksi dan bersihan jalan napas
kering adalah gejala yang umum. tidak efektif adalah terdapatnya benda asing
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa seperti sekret pada saluran pernapasan
yang secara histologik dan fungsional dibagi sehingga menghambat saluran pernapasan.
atas mukosa pernapasan (mukosa Bersihan jalan napas tidak efektif
respiratori) dan mukosa penghidung merupakan suatu keadaan dimana seorang
(mukosa olfaktorius). Mukosa pernapasan individu mengalami suatu ancaman yang
terdapat pada sebagian besar rongga hidung nyata atau potensial pada status pernapasan
dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak sehubungan dengan ketidakmampuan untuk
berlapis semu yang mempunyai silia dan batuk secara efektif (Juall & Carpenito
diantaranya terdapat sel-sel goblet. Pada 2014).
bagian yang lebih terkena aliran udara Salah satu upaya untuk mengatasi
mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
terjadi metaplasia, menjadi sel epitel pemberian obat secara dihirup, obat dapat
mukosa. Dalam keadaan normal mukosa dihirup untuk menghasilkan efek lokal atau
berwarna merah muda dan selalu basah sistemik melalui saluran pernapasan dengan
karena diliputi oleh palut lendir (mucous menghirup menggunakan uap, nebulizer,
blanket) pada permukaannya. Palut lendir atau aerosol semprot (Gabrielle, 2013).
ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel- Terapi inhalasi uap adalah pengobatan
2
efektif untuk mengatasi hidung tersumbat, terapi inhalasi uap panas dengan minyak
metode alami yang baik dengan uap dan kayu putih terhadap bersihan jalan nafas.
panas. (Ashley, 2013). Hasilnya menunjukkan mengenai adanya
Inhalasi uap (nebulizer) adalah perbedaan Bersihan Jalan Nafas sebelum
menghirup uap dengan atau tanpa obat dan sesudah melakukan terapi inhalasi uap
melalui saluran pernapasan bagian atas, panas dengan menggunakan minyak kayu
dalam hal ini merupakan tindakan untuk putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa
membuat pernapasan lebih lega, sekret lebih intervensi berupa terapi inhalasi uap panas
encer dan mudah dikeluarkan, selaput lendir dengan menggunakan minyak kayu putih
pada saluran napas menjadi tetap lembab berpengaruh terhadap Bersihan Jalan Nafas
(Mubarak, Indarawati dan Susanto, 2015) pada pasien ISPA, yaitu terjadinya Bersihan
Minyak kayu putih diproduksi dari Jalan Nafas yang signifikan sesudah
daun tumbuhan Melaleuca leucadendra melakukan terapi inhalasi uap panas dengan
dengan kandungan terbesarnya adalah menggunakan minyak kayu putih.
eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa METODE PENELITIAN
cineole memberikan efek mukolitik Desain penelitian yang digunakan
(mengencerkan dahak), bronchodilating adalah penelitian eksperimen semu atau
(melegakan pernafasan), anti inflamasi dan quasy experiment dengan rancangan Non
menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus paru equivalent pretest-posttest two group
obstruktif kronis dengan baik seperti pada design. Peneliti dalam penelitian ini
kasus pasien dengan asma dan menentukan populasi berdasarkan data
rhinosinusitis. Selain itu efek penggunaan penderita ISPA yang berada Puskesmas
eucalyptus untuk terapi bronkhitis akut Leyangan Kabupaten Semarang pada
terukur dengan baik setelah penggunaan bulan Desember 2019 sebanyak 50 anak.
terapi selama empat hari. Nadjib dkk (2014) Teknik sampling accidental sampling
dalam penelitiannya menyebutkan terdapat Sampel penelitian sebanyak 16 responden
bukti yang menunjukkan bahwa uap minyak untuk setiap kelompok, sehingga jumlah
esensial dari Eucalyptus globulus efektif sampel dalam penelitian ini adalah 32
sebagai antibakteri dan layak orang. Teknik pengumpulan data dalam
dipertimbangkan penggunaannya dalam penelitian ini menggunakan lembar
pengobatan atau pencegahan pasien dengan observasi. Uji normalitas pada penelitian
infeksi saluran pernapasan di rumah sakit. ini menggunakan uji dari shapiro wilk . Uji
Menurut Dornish dkk dalam Zulnely, homogenitas ini varians menggunakan uji
Gusmailina dan Kusmiati (2015) levene. Uji wilcoxon dan man whitney.
menyebutkan bahwa minyak atsiri
eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat HASIL PENELITIAN
herbal diantaranya untuk mengurangi sesak A. Analisis Univariat
nafas karena flu atau asma dengan cara 1. Gambaran bersihan jalan napas
mengoleskan pada dada, mengobati sinus sebelum diberikan terapi uap air
dengan cara menghirup uap air hangat yang dengan pada anak usia balita dengan
telah diteteskan minyak eucalyptus serta ISPA di Puskesmas Leyangan.
melegakan hidung tersumbat dengan cara Tabel 4.1 Distribusi frekuensi bersihan
menghirup aroma minyak eucalyptus. jalan napas sebelum diberikan terapi uap
Penelitian yang dilakukan Irianto air pada anak usia balita dengan ISPA di
(2014) tentang terapi inhalasi uap panas Puskesmas Leyangan.
dengan minyak kayu putih terhadap Bersihan Jalan
F %
bersihan jalan nafas pada anak dengan ISPA Nafas
Tidak Efektif 16 100,0
di wilayah Puskesmas Kota Bambu Selatan,
Jumlah 16 100,0
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
3
Tabel 4.1 menunjukkan bersihan jalan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi bersihan
napas sebelum diberikan terapi uap air jalan napas sesudah diberikan terapi uap
pada anak usia balita dengan ISPA di air dengan minyak kayu putih pada anak
Puskesmas Leyangan Kabupaten usia balita dengan ISPA di Puskesmas
Semarang tidak efektif sebanyak 16 Leyangan.
responden (100,0%). Bersihan Jalan Nafas F %
2. Gambaran bersihan jalan napas Tidak Efektif 6 37,5
Efektif 10 62,5
sebelum diberikan terapi uap air
Jumlah 16 100,0
dengan minyak kayu putih pada anak
usia balita dengan ISPA di Puskesmas
Tabel 4.4 menunjukkan bersihan jalan
Leyangan.
napas sesudah diberikan terapi uap air
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi bersihan
dengan minyak kayu putih selama 10
jalan napas sebelum diberikan terapi uap
menit pada anak usia balita dengan ISPA
air dengan minyak kayu putih pada anak
di Puskesmas Leyangan Kabupaten
usia balita dengan ISPA di Puskesmas
Semarang sebagian besar efektif sebanyak
Leyangan.
Bersihan Jalan Nafas F %
10 responden (62,5%) dan tidak efektif
Tidak Efektif 16 100,0 sebanyak 6 responden (37,5%).
Jumlah 16 100,0 B. Analisis Bivariat
1. Perbedaan bersihan jalan napas
Tabel 4.2 menunjukkan bersihan jalan sebelum dan sesudah diberikan terapi
napas sebelum diberikan terapi uap air inhalasi uap air pada anak usia balita
dengan minyak kayu putih pada anak usia dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
balita dengan ISPA di Puskesmas Kabupaten Semarang
Leyangan Kabupaten Semarang tidak Tabel 4.5 Perbedaan bersihan jalan
efektif sebanyak 16 responden (100,0%). napas sebelum dan sesudah diberikan
3. Gambaran bersihan jalan napas terapi uap air pada balita dengan ISPA di
sesudah diberikan terapi uap air Puskesmas Leyangan Kabupaten
dengan pada anak usia balita dengan Semarang.
ISPA di Puskesmas Leyangan. Sebelum Sesudah p-
Kategori f % f % value
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi bersihan
jalan napas sesudah diberikan terapi uap Tidak 16 100,0 13 81,3 0,083
air pada anak usia balita dengan ISPA di Efektif
Puskesmas Leyangan. Efektif 0 100,0 3 18,8
Bersihan Jalan Nafas F %
Tidak Efektif 13 81,3 Tabel 4.5 menunjukkan bersihan jalan
Efektif 3 18,8 napas sebelum dan sesudah diberikan
Jumlah 16 100,0 terapi uap air selama 10 menit pada balita
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
Tabel 4.3 menunjukkan bersihan jalan Kabupaten Semarang dari 16 responden
napas sesudah diberikan terapi uap air (100,0%) tidak efektif setelah diberikan
selama 10 menit pada anak usia balita terapi uap air menjadi efektif sebanyak 3
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan responden (18,8%). Hasil uji wilcoxon
Kabupaten Semarang sebagian besar tidak didapatkan nilai p=0.083 > (0,05) yang
efektif sebanyak 13 responden (81,3%) artinya tidak ada perbedaan bersihan jalan
dan efektif sebanyak 3 responden (18,8%). napas sebelum dan sesudah diberikan
4. Gambaran bersihan jalan napas terapi inhalasi uap air pada balita dengan
sesudah diberikan terapi uap air ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten
dengan minyak kayu putih pada Semarang.
balita dengan ISPA di Puskesmas 2. Perbedaan bersihan jalan napas
Leyangan. sebelum dan sesudah diberikan terapi
4
inhalasi uap air dengan minyak kayu Selisih 0,44 0,10
putih pada anak usia balita dengan
ISPA di Puskesmas Leyangan Tabel 4.7 bersihan jalan napas pada
Kabupaten Semarang anak usia balita dengan ISPA di
Tabel 4.6 Perbedaan bersihan jalan Puskesmas Leyangan Kabupaten
napas sebelum dan sesudah diberikan Semarang antara terapi uap air dengan
terapi inhalasi uap air dengan minyak kayu terapi uap air yang ditambahkan minyak
putih pada anak usia balita dengan ISPA kayu putih selama 10 menit diperoleh
di Puskesmas Leyangan Kabupaten selisih nilai mean 2,72 dan standar deviasi
Semarang. 0,10. Hasil uji man whitney didapatkan
Sebelum Sesudah p- nilai p=0,035 < (0,05) sehingga dapat
Kategori value dikatakan terapi uap air yang ditambahkan
f % f %
Tidak 16 100,0 6 37,5 0,002
minyak kayu putih lebih efektif terhadap
Efektif bersihan jalan napas pada anak usia balita
Efektif 0 100,0 10 62,5 dengan ISPA daripada terapi uap air di
Tabel 4.6 menunjukkan bersihan jalan Puskesmas Leyangan.
napas sebelum dan sesudah diberikan .
terapi uap air dengan minyak kayu putih PEMBAHASAN
selama 10 menit pada anak usia balita A. Gambaran bersihan jalan napas
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan sebelum diberikan terapi uap air pada
Kabupaten Semarang pada kelompok anak usia Balita dengan ISPA di
intervensi dari 16 responden (100,0%) Puskesmas Leyangan.
tidak efektif setelah diberikan inhalasi uap Hasil penelitian menunjukkan bersihan
air dengan minyak kayu putih menjadi jalan napas sebelum diberikan terapi uap
efektif sebanyak 10 responden (62,5%). air pada anak usia balita dengan ISPA di
Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai Puskesmas Leyangan Kabupaten
p=0.002 < (0,05) yang ada perbedaan Semarang tidak efektif sebanyak 16
bersihan jalan napas sebelum dan sesudah responden (100,0%). ISPA adalah
diberikan terapi inhalasi uap air dengan penyakit saluran pernapasan akut dengan
minyak kayu putih pada balita dengan perhatian khusus pada radang paru
ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten (pneumonia), dan bukan penyakit telinga
Semarang. dan tenggorokan (Widoyono, 2011).
3. Perbandingan efektifitas antara terapi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
uap air dengan terapi uap air yang adalah penyakit saluran pernapasan atas
ditambahkan minyak kayu putih atau bawah, biasanya menular, yang dapat
terhadap bersihan jalan napas pada menimbulkan berbagai spektrum penyakit
anak usia balita dengan ISPA di yang berkisar dari penyakit tanpa gejala
Puskesmas Leyangan. atau infeksi ringan sampai penyakit yang
Tabel 4.7 Perbandingan efektifitas antara parah dan mematikan, tergantung pada
terapi uap air dengan terapi uap air yang patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
ditambahkan minyak kayu putih terhadap dan faktor pejamu. (WHO, 2010).
bersihan jalan napas pada anak usia balita Seorang anak dinyatakan menderita
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan ISPA ringan jika ditemukan gejala batuk,
Kelompok Mean SD Min- p- CIserak, yaitu anak bersuara parau pada
Max value waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
Uap Air 1,62 0,50 1-2 0,035 1,35-
waktu berbicara atau menangis), pilek
dengan 1,89
minyak kayu
yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari
putih 1,18 0,40 1-2 hidung, panas atau demam, suhu badan
Uap Air lebih dari 37`C atau jika dahi anak diraba
0,97-
1,40
dengan punggung tangan terasa panas. Jika
5
anak menderita ISPA ringan maka Bersihan jalan nafas adalah
perawatan cukup dilakukan di rumah tidak ketidakmampuan untuk membersihkan
perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di sekresi/obstruksi dan saluran napas untuk
rumah dapat diberi obat penurun panas mempertahankan bersihan jalan napas.
yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik Kebersihan jalan napas yang terhindar dari
tetapi jika dalam dua hari gejala belum sekret yang dinilai dari kemudahan
hilang, anak harus segera di bawa ke bernafas, frekuensi dan irama pernapasan,
dokter atau Puskesmas terdekat. pergerakan sputum keluar dari jalan napas,
Penanganan ISPA menggunakan uap pergerakan sumbatan keluar dari jalan
air memiliki sejumlah efek terapeutik yaitu napas (Nanda, 2018-2020).
mengencerkan lendir di saluran hidung dan C. Gambaran bersihan jalan napas
sinus serta di bawah saluran pernafasan. sesudah diberikan terapi uap air
Penguapan ini juga berguna sebagia dengan pada anak usia Balita dengan
ekspektoran alami dan penekan batuk. ISPA di Puskesmas Leyangan.
Cara kerja inhalasi adalah uap air masuk Hasil penelitian menunjukkan bersihan
ke dalam tubuh dengan mudah akan jalan napas sesudah diberikan terapi uap
melewati paru-paru dan dialirkan ke air selama 10 menit pada anak usia balita
pembuluh darah melalui alveoli. Efek dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
terapi uap dapat meningkatkan konsumsi Kabupaten Semarang sebagian besar tidak
oksigen, denyut nadi meningkat dan dapat efektif sebanyak 13 responden (81,3%%)
terjadi pengeluaran cairan yang tidak dan efektif sebanyak 3 responden (18,8%).
diperlukan tubuh seperti mengencerkan Terapi inhalasi adalah pemberian obat
lendir yang menyumbat saluran secara langsung ke dalam saluran napas
pernafasan. melalui penghisapan (Potter & Perry,
B. Gambaran bersihan jalan napas 2010). Inhalasi sederhana berarti
sebelum diberikan terapi uap air memberikan obat dengan cara dihirup
dengan minyak kayu putih pada anak dalam bentuk uap ke dalam saluran
usia Balita dengan ISPA di Puskesmas pernapasan yang dilakukan dengan bahan
Leyangan. dan cara yang sederhana serta dapat
Hasil penelitian menunjukkan bersihan dilakukan dalam lingkungan masyarakat.
jalan napas sebelum diberikan terapi uap Steam Inhalation (Inhalasi Uap) adalah
air dengan minyak kayu putih pada anak menghirup uap hangat dari air mendidih
usia balita dengan ISPA di Puskesmas (Akhavani, 2011). Penguapan tersebut
Leyangan Kabupaten Semarang tidak menggunakan air panas dengan suhu 42`C-
efektif sebanyak 16 responden (100,0%). 44`C (Hendley, Abbott, Beasley &
Infeksi saluran pernapasan atas secara Gwaltney, 2010).
klinis sering ditemukan sebagai influensa. Uap dari air panas tersebut dapat
Kondisi ini ditandai oleh inflamasi akut bermanfaat sebagai terapi. Selain itu juga
yang menyerang hidung, sinus paranasal, uap air panas juga dapat membantu tubuh
tenggorokan atau laring. Infeksi saluran menghilangkan produk metabolisme yang
pernapasan atas mempunyai tidak bermanfaat bagi tubuh. Uap air panas
kecenderungan meluas hingga trakhea dan dapat membuka pori-pori, merangsang
bronkhi, kondisi dapat diperburuk oleh keluarnya keringat, membuat pembuluh
pneumonia. Infeksi saluran pernapasan darah melebar dan mengendurkan otot-otot
atas secara khas timbul dengan hidung (Horay, Harp, & Soetrisno, 2009). Adapun
tersumbat dan terus mengeluarkan sekret efek terapi uap menurut (Crinion, 2010)
dari hidung. Sakit tenggorok dan rasa tidak adalah dapat meningkatkan konsumsi
nyaman saat menelan, bersin, dan batuk oksigen, denyut jantung meningkat dan
nyaring dan kering adalah gejala yang dapat terjadi pengeluaran cairan yang tidak
umum. diperlukan tubuh seperti mengencerkan
6
lendir yang menyumbat saluran Salah satu upaya untuk mengatasi
pernapasan. hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
Hasil penelitian berbeda dengan pemberian obat secara dihirup, obat dapat
penelitian terdahulu oleh Sutiyo (2017) dihirup untuk menghasilkan efek lokal
tentang penerapan terapi inhalasi untuk atau sistemik melalui saluran pernapasan
mengurangi sesak napas pada anak dengan dengan menghirup menggunakan uap,
bronkhopneumonia di ruang melati RSUD nebulizer, atau aerosol semprot (Gabrielle,
dr. Soedirman Kebumen yang menyatakan 2013). Terapi inhalasi uap adalah
setelah dilakukan penerapan terapi pengobatan efektif untuk mengatasi
inhalasi, terjadi penurunan RR dari 68 hidung tersumbat, metode alami yang baik
x/menit, suara nafas ronkhi, dan tidak ada dengan uap dan panas. (Ashley, 2013).
tarikan dinding dada kedalam. Minyak kayu putih diproduksi dari
Kesimpulan: Penerapan terapi inhalasi daun tumbuhan Melaleuca leucadendra
efektif untuk mengurangi sesak napas pada dengan kandungan terbesarnya adalah
anak. eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
D. Gambaran bersihan jalan napas tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa
sesudah diberikan terapi uap air cineole memberikan efek mukolitik
dengan minyak kayu putih pada anak (mengencerkan dahak), bronchodilating
usia Balita dengan ISPA di Puskesmas (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan
Leyangan. menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus
Hasil penelitian menunjukkan bersihan paru obstruktif kronis dengan baik seperti
jalan napas sesudah diberikan terapi uap pada kasus pasien dengan asma dan
air dengan minyak kayu putih selama 10 rhinosinusitis. Selain itu efek penggunaan
menit pada anak usia balita dengan ISPA eucalyptus untuk terapi bronkhitis akut
di Puskesmas Leyangan Kabupaten terukur dengan baik setelah penggunaan
Semarang sebagian besar efektif sebanyak terapi selama empat hari.
10 responden (62,5%) dan tidak efektif Hasil penelitian didukung penelitian
sebanyak 6 responden (37,5%). Menurut yang dilakukan Agustina (2017) tentang
Ariani (2009), tujuan tindakan terapi pemanfaatan minyak kayu putih
inhalasi antara lain membuat pernapasan (melaleuca leucadendra linn) sebagai
menjadi lega, mencegah peradangan di alternatif pencegahan ispa: studi etnografi
rongga samping hidung dan telinga, di pulau buru menyatakan hasil alam Pulau
relaksasi saluran pernapasan dengan Buru dari olahan daun Melaleuca
meredakan spasme bronkus, memudahkan leucadendra Linn berupa minyak kayu
pengeluaran dahak yang berada pada putih berpotensi untuk digunakan sebagai
saluran napas atas, meningkatkan fungsi alternatif pencegahan ISPA di Pulau Buru
pernapasan dan paru-paru dengan metode inhalasi. Kandungan utama
Bersihan jalan napas menunjukkan dari tanaman tersebut memiliki khasiat
saluran pernapasan yang bebas dari sekresi sebagai pengencer dahak, melegakan
maupun obstruksi dan bersihan jalan napas saluran pernafasan, anti inflamasi dan
tidak efektif adalah terdapatnya benda penekan batuk.
asing seperti sekret pada saluran E. Perbedaan bersihan jalan napas
pernapasan sehingga menghambat saluran sebelum dan sesudah diberikan terapi
pernapasan. Bersihan jalan napas tidak inhalasi uap air pada anak usia Balita
efektif merupakan suatu keadaan dimana dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
seorang individu mengalami suatu Kabupaten Semarang
ancaman yang nyata atau potensial pada Hasil penelitian menunjukkan bersihan
status pernapasan sehubungan dengan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan
ketidakmampuan untuk batuk secara terapi uap air selama 10 menit pada balita
efektif (Juall & Carpenito 2014). dengan ISPA di Puskesmas Leyangan
7
Kabupaten Semarang dari 16 responden air dengan minyak kayu putih menjadi
(100,0%) tidak efektif setelah diberikan efektif sebanyak 10 responden (62,5%).
terapi uap air menjadi efektif sebanyak 3 Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai
responden (18,8%). Hasil uji wilcoxon p=0.002 < (0,05) yang ada perbedaan
didapatkan nilai p=0.083 > (0,05) yang bersihan jalan napas sebelum dan sesudah
artinya tidak ada perbedaan bersihan jalan diberikan terapi inhalasi uap air dengan
napas sebelum dan sesudah diberikan minyak kayu putih pada Balita dengan
terapi inhalasi uap air pada balita dengan ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten
ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten Semarang.
Semarang. Minyak kayu putih diproduksi dari
Hasil penelitian didukung dengan daun tumbuhan Melaleuca leucadendra
penelitian terdahulu yang dilakukan dengan kandungan terbesarnya adalah
Nuraeni (2012) tentang pengaruh steam eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
inhalation terhadap usaha bernafas pada tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa
balita dengan pneumonia di Puskesmas cineole memberikan efek mukolitik
Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat (mengencerkan dahak), bronchodilating
dimana hasilnya menunjukkan adanya (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan
perbedaan dan penurunan rerata frekuensi menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus
nafas setelah dilakukan steam inhalation paru obstruktif kronis dengan baik seperti
tetapi tidak bermakna (p=>0,05) yang pada kasus pasien dengan asma dan
disebabkan karena pelaksanaan steam rhinosinusitis. Uap minyak esensial dari
inhalation hanya dilakukan satu kali Eucalyptus globulus efektif sebagai
sedangkan dalam referensi harus dilakukan antibakteri dan layak dipertimbangkan
sebanyak 4 kali sehari. penggunaannya dalam pengobatan atau
Menurut Ariani (2009), hal-hal yang pencegahan pasien dengan infeksi saluran
perlu diperhatikan dalam terapi inhalasi pernapasan (Nadjib, 2014).
uap air, antara lain respon klien setelah Menurut (Kusmiati, 2015)
dilakukan terapi inhalasi, terapi inhalasi menyebutkan bahwa minyak atsiri
tidak hanya dapat sebagai terapi untuk eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai
kenyamanan jalan napas tetapi juga dapat obat herbal diantaranya untuk mengurangi
mencegah pertumbuhan bakteri, apabila sesak nafas karena flu atau asma dengan
panas pengobatan uap menjadi terlalu cara mengoleskan pada dada, mengobati
intens, angkat handuk cukup lama untuk sinus dengan cara menghirup uap air
memungkinkan aliran udara dingin masuk. hangat yang telah diteteskan minyak
Lanjutkan pengobatan uap segera setelah eucalyptus serta melegakan hidung
dapat melakukannya dengan nyaman. tersumbat dengan cara menghirup aroma
F. Perbedaan bersihan jalan napas minyak eucalyptus. Kandungan utama dari
sebelum dan sesudah diberikan terapi tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai
inhalasi uap air dengan minyak kayu pengencer dahak, melegakan saluran
putih pada anak usia Balita dengan pernapasan, anti inflamasi dan penekan
ISPA di Puskesmas Leyangan batuk.
Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bersihan
Hasil penelitian menunjukkan bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan
jalan napas sebelum dan sesudah diberikan ISPA di Puskesmas Leyangan Kabupaten
terapi uap air dengan minyak kayu putih Semarang antara terapi uap air dengan
selama 10 menit pada anak usia balita terapi uap air yang ditambahkan minyak
dengan ISPA di Puskesmas Leyangan kayu putih selama 10 menit diperoleh
Kabupaten Semarang pada kelompok selisih nilai mean 2,72 dan standar deviasi
intervensi dari 16 responden (100,0%) 0,10. Hasil uji man whitney didapatkan
tidak efektif setelah diberikan inhalasi uap nilai p=0,035 < (0,05) sehingga dapat
8
dikatakan terapi uap air yang ditambahkan rumah responden atau pada puskesmas
minyak kayu putih lebih efektif terhadap Leyangan sehingga dimungkinkan ada
bersihan jalan napas pada anak usia balita panas yang terbuang di saat perjalanan.
dengan ISPA daripada terapi uap air di Guna mengantisipasi hal tersebut peneliti
Puskesmas Leyangan. membawa air mendidih tersebut dalam
Penelitian yang dilakukan Irianto tremos untuk air panas. Peneliti juga tidak
(2014) tentang terapi inhalasi uap panas menyamakan jarak antara air dengan
dengan minyak kayu putih terhadap wajah anak dimana hal tersebut juga
bersihan jalan nafas pada anak dengan mempengaruhi optimalisasi dalam
ISPA di wilayah Puskesmas Kota Bambu penyerapan uap air. Guna mengatasi hal
Selatan, bertujuan untuk mengidentifikasi tersebut peneliti memberikan handuk
pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan diatas kepala dari anak sehingga
minyak kayu putih terhadap bersihan jalan diharapkan penyerapan uap air menjadi
nafas. Hasilnya menunjukkan mengenai optimal.
adanya perbedaan Bersihan Jalan Nafas Peneliti dalam pemilihan responden
sebelum dan sesudah melakukan terapi juga ada perbedaan antara intervensi 1 dan
inhalasi uap panas dengan menggunakan intervensi 2 dengan cara jika responden
minyak kayu putih, sehingga dapat mempunyai riwayat ISPA ringan peneliti
disimpulkan bahwa intervensi berupa memberikan intervensi berupa terapi uap
terapi inhalasi uap panas dengan air saja dan jika responden mempunyai
menggunakan minyak kayu putih riwayat ISPA sedang peneliti memberikan
berpengaruh terhadap Bersihan Jalan intervensi terapi uap air yang ditambahkan
Nafas pada pasien ISPA, yaitu terjadinya dengan minyak kayu putih.
Bersihan Jalan Nafas yang signifikan
sesudah melakukan terapi inhalasi uap SIMPULAN DAN SARAN
panas dengan menggunakan minyak kayu A. Simpulan
putih. 1. Bersihan jalan napas sebelum
Teridentifikasi bersihan jalan nafas diberikan terapi uap air pada anak
sesudah di lakukan terapi inhalasi uap usia Balita dengan ISPA di
panas dengan menggunakan minyak kayu Puskesmas Leyangan Kabupaten
putih pada pasien ispa terhadap frekuensi Semarang tidak efektif sebanyak
nafas yaitu rata rata penunrunan 19x/mnt, 16 responden (100,0%).
penurunan suara nafas vestikular, tidak 2. Bersihan jalan napas sebelum
adanya penumpukan secret dan tidak diberikan terapi uap air dengan
terlihat pengunaan otot bantu nafas. minyak kayu putih pada anak usia
Semakin sering dilakukan terapi inhalasi balita dengan ISPA di Puskesmas
uap panas dengan menggunakan minyak Leyangan Kabupaten Semarang
kayu putih maka akan menurun kan tidak efektif sebanyak 16
bersihan jalan nafas pada pasien infeksi responden (100,0%).
saluran pernafasan akut. Di tandai dengan 3. Bersihan jalan napas sesudah
batuk menghilang , tidak menggunakan diberikan terapi uap air pada anak
otot bantu dan suara nafas menjadi normal. usia balita dengan ISPA di
Keterbatasan Penelitian Puskesmas Leyangan Kabupaten
Hasil penelitian ini tidak lepas dari Semarang sebagian besar tidak
adanya keterbatasan dalam pelaksanaan efektif sebanyak 13 responden
penelitian. Beberapa keterbatasan yang (81,3%%) dan efektif sebanyak 3
dialami peneliti diantaranya peneliti responden (18,8%).
kesulitan untuk menjaga suhu air yang 4. Bersihan jalan napas sesudah
digunakan untuk penelitian dimana karena diberikan terapi uap air dengan
proses merebus air yang tidak berada di minyak kayu putih pada anak usia
9
balita dengan ISPA di Puskesmas
Leyangan Kabupaten Semarang DAFTAR PUSTAKA
sebagian besar efektif sebanyak 10
responden (62,5%) dan tidak Derlet. R.W. Chief. M.D. 2009. Influenza.
efektif sebanyak 6 responden Diunduh pada tanggal 26 januari
(37,5%). 2014 di
5. Tidak ada perbedaan bersihan jalan www.emedicine.medscape.com.
napas sebelum dan sesudah
diberikan terapi inhalasi uap air Firdaus. A. 02 Desember 2010. Diagnosis
pada anak usia balita dengan ISPA dan Penatalaksanaan Kegagalan
di Puskesmas Leyangan Kabupaten Napas pada Neonatus. Bagian
Semarang. Ilmu Kesehatan Anak FK
6. Ada perbedaan bersihan jalan UNPAD/RS Hasan Sadikin.
napas sebelum dan sesudah Bandung.
diberikan terapi inhalasi uap air
dengan minyak kayu putih pada Ditjen PP&PL. 2012. Modul Tatalaksana
anak usia balita dengan ISPA di Standar Pneumonia. Jakarta.
Puskesmas Leyangan Kabupaten
Semarang. Ditjen PP&PL. 2012. Pedoman
7. Terapi uap air yang ditambahkan Pengendalian Infeksi Saluran
minyak kayu putih lebih efektif Pernapasan Akut. Jakarta.
terhadap bersihan jalan napas pada
Kemenkes RI. 2015. Pedoman
anak usia balita dengan ISPA
Pengendalian Infeksi Saluran
daripada terapi uap air di
Pernapasan Akut. Jakarta :
Puskesmas Leyangan.
Kemenkes RI
B. Saran
1. Bagi Responden Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan
Orang tua responden dapat Indonesia Tahun 2018. Jakarta :
memberikan terapi inhalasi uap air Kemenkes RI
dengan minyak kayu putih untuk
bersihan jalan napas pada anak usia Rasmaliah. 2009. Infeksi Pernapasan Akut
balita dengan ISPA. (ISPA) dan penanggulangannya.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan dapat Universitas Sumatera Utara.
memilih terapi alternatif untuk Sumatera Utara.
membantu anak yang menderita
ISPA dengan memberikan inhalasi Tamba, 2009. Factor Resiko Infeksi
uap air dengan minyak kayu putih Respiratorik Akut Bawah di RSUP
untuk membersihkan jalan napas Dr Kariadi. Semarang. Tesis.
pada anak usia balita dengan ISPA
sehingga anak menjadi nyaman Badan Litbangkes. (2018). Laporan Hasil
pernafasannya. Riset Kesehatan Dasar
3. Bagi Peneliti Lain (RISKESDAS) Nasional 2018.
Peneliti lain dapat Depkes RI. Jakarta.
menggunakan penelitian ini
sebagai referensi penelitian sejenis Barry PW. 2008. In vitro comparison of
atau dapat meneliti terapi lain the amount ofsalbutamol available
dalam membersihkan jalan napas for inhalationfrom different
pada anak usia balita dengan ISPA. formulations used with different
10
spacer devices.Eur Respir J; Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan
10:1345-8 Anak dalam Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media
Dinar Ariasti l, Sri Aminingsih2,
Endrawati3. 2014. Pengaruh Mubarak, Indrawati dan Susanto. 2015.
Pemberian Fisoterapi Dada Buku 1 Ajar Ilmu Keperawatan
Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
Pada Pasien Ispa Di Desa Pucung
Eromoko Wonogiri. “KOSALA” Muttaqin. 2009. Buku Ajar Asuhan
JIK. Vol.2 No.2 Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta :
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Salemba Medika.
Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. NANDA. 2017. Panduan Diagnosa
Jakarta: Salemba Medika Keperawatan. Jakarta: Prima
Medika
Nasution K, M. Azharry Rully Sjahrullah
KEB, Wibisana KA, Yassien MR, Potter & Perry. 2010. Volume 1 Buku Ajar
Ishak LM, Pratiwi L, et al. Infeksi fundamental keperawatan konsep.
saluran napas akut pada balita di Proses, dan praktik edisi 4. Jakarta:
daerah urban Jakarta. Sari EGC
Pediatri. 2009;11(4):223-8.
Prabu. 2009. Faktor Resiko Terjadinya
Song MR, Kim EK. Effects of eucalyptus ISPA.
aroma therapy on the allergic http://www.kesling.depkes.go.id/da
rhinitis of university students. ta Diakses tanggal 12 Agustus
Journal of Korean Biological 2019.
Nursing Science. 2014;16(4):300-
8. Sari. 2017. Hubungan Umur dan Jenis
Kelamin terhadap Kejadian Infeksi
Mason, R.J. et al. 2010, Murray and Saluran Pernapasan Akut pada
Nadels: Textbook of Respiratory Balita. An-Nadaa, Juni 2017, hal.
Medicine. 4th ed. Philadelphia: 26-30
Elsevier Saunders.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Fisiologi.
Simon dan Schuster. 2013. Fundamental Jakarta: EGC
of Anatomy dan Physiology. 4th ed.
New jersey: Prentice Hall Inc. Proverawati, Atikah, Eni Rahmawati.
2012. Perilaku Hidup Bersih dan
Marini. 2011. Efektivitas Fisioterapi Dada Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha
(Clapping) untuk Mengatasi Medika.
Masalah Bersihan Jalan Nafas
pada Anak dengan Rakhman. 2014. Buku Panduan Praktek
Bronkopneumonia di Ruang Anak Laboratorium (Ketrampilan Dasar
RSUD Dr. Moh. Soewandi Dalam Keperawatan 2).
Surabaya. Diakses dari Yogyakarta : De Publisher.
http://www.e-
jurnal.com/206/11/efektivitas- Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan
fisioterapi-dada-clapping.html Keperawatan pada Anak.
tanggal 5 Mei 2019 Yogyakarta: Graha Ilmu.
11
WHO. 2010. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan
Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Interim
WHO. Alih Bahasa: Trust
Indonesia. Jakarta.
12
PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HAGAT DA
KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PEURUA SUHU TUBUH
PADA AAK DEGA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARAG
Karina Indah Permatasari *)
Sri Hartini **), Muslim Argo Bayu ***)
ABSTRAK
Demam merupakan keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal
(≥37°C). Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan
pelepasan panas dari tubuh. Demam bukan suatu penyakit, tetapi tanda yang menyertai
penyakit yang berbeda-beda. Kompres merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan hangat atau biasa yang bermanfaat untuk menurunkan suhu tubuh pada
anak yang mengalami demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas
kompres air hangat atau kompres air biasa terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan
demam. Metode penelitian ini menggunakan One group pra-post test design. Banyaknya
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34 responden dengan 17 responden untuk
setiap perlakuan. Berdasarkan analisis dari 17 responden yang diberikan kompres air hangat,
rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 1,2°C. Sedangkan 17 responden yang diberikan
kompres air biasa mengalami rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 0,86°C. Hasil uji Mann-
Whitney Test pada perbedaan efektivitas kompres air hangat dan kompres air biasa
menunjukkan nilai p=0,034 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
efektifitas kompres air hangat dan kompres air biasa terhadap penurunan pada anak dengan
demam di RSUD Tugurejo Semarang.
ABSTRACT
Fever is a condition when the body temperature increases exceeds the normal body
temperature (≥37˚C). The body temperature is a balance between heat production by body
and heat release of the body. Fever is not a disease, but the sign that accompany different
disease. Compress is a method of body temperature maintenance by using warm or normal
liquids that useful for decreasing body temperature in children who are fever. This research
aims to know the effectiveness differences of warm water compress or normal water compress
to decrease body temperature in children with fever. The method of this research is use One
group pre post test design. The number of samples that used in this research were 34
respondents with 17 respondents to each treatment. Based on the analysis of the 17
respondents who given warm water compress, the average of decreases body temperature is
about 1.2˚C. Whereas the average of 17 respondents who are given normal water compress,
body temperature decrease 0.86˚C. The result of Mann Whitney Test in the effectiveness
differences of warm water compress or normal water compress shows that p-value=0,034
(p<0,05), it can be concluded that there were effectiveness differences of warm water
compress and normal water compress to decrease body temperature in children with fever in
RSUD Tugurejo Semarang.
Umur n % Tabel 4
1 12 36,3 Distribusi frekuensi penurunan suhu
1,5 1 2,9 tubuh sesudah kompres air hangat
2 7 20,6
2,5 1 2,9 Post test
3 3 8,8 Penurunan suhu n %
4 3 8,8 <1 2 11,8
5 7 20,6 ≥1 14 82,4
≥2 1 5,9
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian
besar usia responden adalah 1 tahun Didapatkan dari jumlah sampel
sebanyak 36,3%. sebanyak 17 responden yang diberikan
kompres air hangat, responden yang
Berdasarkan pendapat Wong (2008), mengalami penurunan suhu ≥1°C
3-4% anak yang mengalami demam sebanyak 82,4%.
adalah usia 3 bulan sampai 5 tahun.
Hasil penelitian ini didukung oleh
3. Karakteristik berdasarkan diagnosa penelitian yang dilakukan Fatmawati
responden Mohamad (2012) tentang efektivitas
kompres hangat dalam menurunkan
Tabel 3 demam pada pasien thypoid
Distribusi frekuensi berdasarkan abdominalis di RSUD Prof. Dr. H.
diagnosa responden Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Penelitian tersebut mendapatkan hasil
Diagnosa n % p<0,05 yang menunjukkan tindakan
DADS 2 5,9 kompres hangat efektif dalam
DHF 1 2,9 menurunkan demam pada pasien
Obs.Febris 31 91,2 thypoid abdominalis dengan
penurunan mencapai 1°C.
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian
besar responden mengalami demam
karena observasi febris sebanyak
91,2%.
5. Karakteristik responden berdasarkan
penurunan suhu tubuh pada anak Dari hasil analisis dengan
demam sesudah diberikan kompres air menggunakan Mann-Whitney
biasa didapatkan hasil p-value (0,034) <
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 5 ada perbedaan efektivitas kompres air
Distribusi frekuensi penurunan suhu hangat dan kompres air biasa terhadap
tubuh pada anak demam sesudah penurunan suhu tubuh pada anak
kompres air biasa dengan demam.
DAFTAR PUSTAKA
Axelrod P. (2000). External cooling in the
management of fever. Clinical
Infectious Diseases. Suppl 5:224-9
Artikel info
Abstract
Artikel history: Children who suffer from disorders of the respiratory system
Received: 04-11-2020 experience excess production in their lungs. Usually the phlegm
Revised : 09-11-2020 builds up until it becomes thick and becomes difficult to pass. One of
Accepted: 09-11-2020 the effective nursing measures to expel phlegm in children who
experience an ineffective airway is chest physiotherapy. The purpose
of this literature review was to see the effect of the application of
chest physiotherapy to expel phlegm in children who experience an
effective airway. The process of searching and selecting articles in
this literature review used quantitative evidence in the electronic
database of Pubmed, and Google Scholar by reviewing 4 articles that
had the full text of the abstracts, methods, and research results most
in accordance with the objectives of the literature. The conclusion
after giving physiotherapy is proven to be effective for expelling
phlegm in children who experience ineffective airways.
Abstrak
Anak yang menderita gangguan pada sistem pernapasan seringkali
mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya. Dahak
biasanya akan menumpuk hingga kental dan menjadi sulit untuk
dikeluarkan. Salah satu tindakan keperawatan yang efektif dapat
mengeluarkan dahak pada anak yang mengalami jalan napas tidak
efektif adalah fisioterapi dada. Tujuan literature review ini adalah
untuk mengetahui pengaruh dari penerapan fisioterapi dada untuk
mengeluarkan dahak pada anak yang mengalami jalan napas tidak
efektif. Proses pencarian dan seleksi artikel dalam literature review ini
menggunakan bukti kuantitatif dalam database elektronik Pubmed,
dan Google Scholar dengan melakukan review terhadap 4 artikel yang
memiliki full text dari abstrak, tujuan, metode, dan hasil penelitian
paling sesuai dengan tujuan literature. Kesimpulan setelah di berikan
fisioterapi dada terbukti efektif untuk mengeluarkan dahak pada anak
yang mengalami jalan napas tidak efektif.
Keywords: Korespondensi:
Jalan Napas Tidak Putri Cahya Mutiara Mas Hanafi, email:
Efektif, Fisioterapi Dada, mutiarahanafi1999@gmail.com
Anak
44
Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020
PENDAHULUAN
METODE
45
Hanafi & Arniyanti Vol. 1, No. 1, November 2020
HASIL
46
Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020
47
Hanafi & Arniyanti Vol. 1, No. 1, November 2020
Postural drainage
Berdasarkan hasil ulasan literature review (Sanghati dan Nurhani, 2020)
selain clapping dada, postural drainage juga berpengaruh untuk pengeluaran
sputum pada pasien di Ruang Mawar RSUD R. Koesma Tuban pada posisi tubuh
semifowler untuk mengeluarkan sputum dengan cara meletakkan kedua jari
dibawah procexus xipoideus dan mendorong dengan jari saat untuk pengeluaran
udara, lalu pasien disuruh menahan 3-5 detik kemudian hembuskan perlahan-
lahan melalui mulut. Adanya postural drainage dapat membantu mengeluarkan
sputum pada pasien yang mengalami jalan napas tidak efektif. Hal ini dikuatkan
oleh penelitian dari (Sari, 2016) postural drainage adalah satu teknik pengaturan
posisi tubuh semifowler untuk mengeluarkan sputum dengan cara letakkan kedua
jari di bawah procexus xipoideus dan dorong dengan jari saat mendorong udara,
48
Jurnal Keperawatan Profesional (KEPO) Vol. 1, No. 1, November 2020
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
49
Hanafi & Arniyanti Vol. 1, No. 1, November 2020
50