Anda di halaman 1dari 12

Trigger case KDKK

Ibu Nabila berusaha 25 th, dengan pemeriksaan TD: 100/60 mmhg, suhu 39°C. Dirawat
dirumah sakit karena mengalami pembengkakan pada tenggorokannya yang mengakibatkan
tidak bisa makan dan minum melalui oral. Berdasarkan kasus diatas, tindakan apa yang
dilakukan untuk pasien tersebut?
LAPORAN PANJANG
PEMASANGAN NGT
DI RUMAH SAKIT GIRI SEHAT MAGETAN

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik KDKK

Disusun oleh :
Sintiya Amiliyana B19022

PROGRAM STUDI D 3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2020
LAPORAN PANJANG
KASUS 2 PEMASANGAN NGT
DI RUMAH SAKIT GIRI SEHAT MAGETAN

Hari/Tanggal : Selasa, 30 Juni 2020


Bangsal/Ruang : Melati/05
A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. Nabila
2. Umur : 25 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Bangsa : Indonesia
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Alamat : Jurug Poncol Magetan
9. No.Register : 000325946549

B. Diagnosa Medis
Pembengkakan tenggorokan

C. Pengertian
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses
memberikan melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.
D. Tujuan
1. Untuk memberikan makanan dan minuman pada pasien yang tidak dapat makan,
menelan, atau pasien yang tidak sadar
2. Untuk memenuhi nutrisi pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem
pencernaan
E. Indikasi
1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,
misalnya klien dengan gangguan jiwa.
3. Klien yang muntah terus-menerus
4. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature
6. Perdarahan GI (Gastrointestinal)
7. Trauma multiple, pada dada dan abdomen
8. Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
9. Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
10. Obstruksi saluran cerna

F. Persiapan Alat dan Bahan


1. NGT no 14 atau 16 (sesuai kebutuhan)
2. Kom kecil
3. Jelly/pelumas
4. Sudip lidah (tongue spatel)
5. Sarung tangan
6. Spuit ukuran 50-100 cc
7. Plester
8. Stetoskop
9. Handuk
10. Kapas alkohol
11. Air hangat
12. Bengkok
13. Larutan clorin 0,5 %
14. Pinset
15. Cottonbud 4 buah
16. Korentang

G. Prosedur
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan atau keluarga
2. Jaga privaci
3. Dekatkan alat
4. Cuci tangan 6 langkah
5. Atur posisi klien: high fowler, meningkatkan kemampuan klien untuk menelan
6. Pasang handuk pada dada pasien
7. Siapkan plester
8. Gunakan sarung tangan
9. Bersihkan lubang hidung dengan menggunakan cottonbud
10. Anjurkan klien untuk rileks bernafas normal dengan menutup satu lubang hidung
yang aliran udaranya tidak lancar
11. Ukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara ukur ujung selang dari daun
telinga bawah kepuncak lubang hidung kemudian diteruskan ke prosesus xipoideus
(ulu hati) di sternum (± 50 cm)
12. Beri pelumas pada selang sepanjang 10-20 cm
13. Beritahu klien bahwa selang akan segera dimasukkan
14. Masukkan selang perlahan-lahan sambil menganjurkan klien untuk menelan. Jangan
paksakan selang masuk, bila ada hambatan klien tersedak maka hentikan mendorong
selang, periksa posisi selang di belakang tenggorok dengan menggunakan spatel lidah
15. Periksa letak selang dengan mengisi udara dalam spuit, memasang pada ujung NGT,
meletakkan bagian diafragma stetoskop pada perut di kuadran kiri atas klien (gaster),
kemudian dorong udara dalam spuit dengarkan auskultasi abdomen dengan stetoskop
16. Aspirasi pelan-pelan untuk mengetahui isi lambung, masukkan ujung bagian luar
selang NGT kedalam mangkok berisi air, jika ada gelembung udara berarti masuk
kedalam paru-paru, bila tidak ada berarti masuk lambung
17. Bersihkan hidung dengan kapas alkohol, biarkan sampai kering lalu fiksasi selang
dengan plester, hindari penekanan berlebih pada hidung, cara fiksasi: potong 10 cm
plester, belah dua dan salah satu ujungnya sepanjang 5 cm, pasang ujung yang lainnya
pada batang hidung klien, lingkarkan pada selang yang keluar dari hidung, tempelkan
sebagian selang ditengah pipi kemuadian fiksasi
18. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
19. Rapikan alat-alat
20. Kembalikan posisi klien
21. Cuci sarung tangan dalam larutan clorin 0.5 %, lepas dalam larutan clorin dalam
keadaan terbalik
22. Cuci tangan 6 langkah

H. Evaluasi
Setelah dilakukan pemasangan NGT, pasien sudah merasa nyaman dan tidak merasa
kesakitan
Daftar Pustaka

Nasogastric Feeding Tube Placement and Management Resource Manual. Salford Royal
NHS Foundation. August 2011.

Aya, Makoto. Nutrisi Substansi Organik yang Dibutuhkan dari Sistem Tubuh. Diakses pada 3
Nov 2016

Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2014. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika

Pembimbing Institusi Mahasiswa

(……………………………..) (Sintiya
Amiliyana)
Trigger case KDKK
Ny. P P1A0 dengan 1 hari post partum tidak ada luka jahitan pada perineumnya dan belum
bisa merawat dengan sendirinya, Berdasarkan kasus diatas, tindakan apa yang dilakukan
untuk pasien tersebut?
LAPORAN PANJANG
VULVA HYGIENE
DI RUMAH SAKIT GIRI SEHAT MAGETAN

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik KDKK

Disusun oleh :
Sintiya Amiliyana B19022

PROGRAM STUDI D 3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2020
LAPORAN PANJANG
KASUS 1 VULVA HYGIENE
DI RUMAH SAKIT GIRI SEHAT MAGETAN

Hari/Tanggal : Senin, 29 Juni 2020


Bangsal/Ruang : Mawar/03
A. Identitas Pasien
1. 1. Nama : Ny. P
2. Umur : 27 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Bangsa : Indonesia
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Alamat : Jurug Poncol Magetan
9. No.Register : 000134568892

B. Diagnosa Medis
Post partum 1 hari tidak ada luka jahitan pada perineumnya dan memerlukan perawatan
daerah vulva.

C. Pengertian Vulva Hygiene


Hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti sehat.Vulva adalah organ ekternal
genetinal wanita yang terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, dan
vestibulum (introitus vagina, urethra, ductus bartolini, ductus scene kiri dan kanan).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, section caesarea) harus
dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari
dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya
masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta
perawatan protektif. Vulva hygieneuga merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
dalam prosedur asuhan kebidanan seperti, pemeriksaan dalam pada masa inpartu,
pengambilan secret vagina dan lain lain.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah perineum
dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang disediakan khusus
untuk keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah
pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot.

D. Tujuan Vulva Hygiene


1. Menjaga kebersihan perineum dan vulva.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada vulva, perineum, maupun uterus.
3. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
4. Memberikan rasa nyaman pada pasien.

E. Indikasi
1. Pasien post partum
2. Pasien post partum dengan episiotomy
3. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2 kali/sesudah BAB bila perlu

F. Persiapan Alat dan Bahan


1. Botol cebok/baskom mandi berisi air hangat
2. Kom berisi air hangat bersih dan kapas sublimat
3. Selimut mandi
4. Waslap 2 buah
5. Perlak pengalas
6. Pispot
7. Handscoon bersih dalam tempatnya
8. Bengkok

G. Prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
2. Atur tempat tidur klien untuk posisi kerja agar nyaman
3. Cuci tangan 6 langkah
4. Ganti selimut klien dengan handuk
5. Mengatur posisi klien dorsal recumbent dan lepaskan pakaian bawah klien
6. Pasang perlak pengalas dan pispot dibawah bokong klien
7. Gunakan handscoon pada tangan kiri
8. Buka labia mayora kanan dan kiri dengan tangan yang menggunakan handscoon
9. Siram dengan air hangat dari vulva ke perineum
10. Angkat pispot dari bawah bokong klien
11. Dekatkan kom berisi kapas air hangat dan bengkok diantara kedua kaki klien
12. Gunakan handscoon pada tangan dominan
13. Ambil kapas dengan tangan dominan secukupnya untuk mengusap genital (minimal
10 buah)
14. Buka labia mayora
15. Bersihkan daerah genital dengan mengusapkan kapas dari arah ke atas dan kearah
bawah (perineum), lakukan bagian terluar dulu yaitu labia mayora kanan dan kiri,
dilanjut labia minora dan terakhir usap bagian tengan genital. Gunakan ibu jari dan
telunjuk untuk mengusap. Ulangi sekali lagi mulai dari labia mayora.
16. Kalau perlu basuh dengan air hangat lagi kemudian keringkan dengan handuk atau
tisu kamar mandi
17. Sisihkan kom dan bengkok
18. Keringkan dengan handuk atau tisu kamar mandi
19. Lepaskan handscoon
20. Bantu klien mengenakan pakaian bawah dan ambil perlak pengalas
21. Ganti selimut mandi dengan selimut tidur
22. Rapikan dan atur posisi klien dengan nyaman
23. Tanyakan apakah klien sudah nyaman dan bersih
24. Bersihkan alat-alat dan cuci tangan

H. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan vulva hygiene, pasien sudah merasa nyaman dan bersih

Daftar Pustaka

Fitri, E. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyembuhan Luka


Perineum Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin. Banda Aceh:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah

Dewi, V. Nanny Lia dan Sunarsih, T. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Ambarwati, E. Retna dan Wulandari, D. 2013. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika

Herawati.2014. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka Perineum


pada Ibu Nifas Hari Keenam di Bidan Praktik Swasta Mojokerto Kedawung Sragen.
Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing Institusi Mahasiswa

(……………………………..) (Sintiya
Amiliyana)

Anda mungkin juga menyukai