Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zahid Murteza Pasha

NIM : 1913016092

Kelas : A 2019

Mata Kuliah : Praktikum Farmakologi Sains I

LEMBAR EVALUASI PRAKTIKUM

PERCOBAAN PENGARUH PEMBERIAN OBAT SISTEM SARAF OTONOM


PADA MATA DAN LUDAH KELINCI

Pada percobaan ini, dilakukan pengujian menggunakan obat sistem saraf


otonom yang menggunakan obat tetes mata pilokarpin 1% dan atropin 1% sebagai
subjek penelitian dan hewan uji berupa kelinci. Peneilitan ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat mekanisme kerja serta efek atau farmakodinemik yang diberikan oleh
kedua obat tersebut yang dapat terlihat pada diameter pupil dari mata kelinci sekaligus
agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mempraktekan cara pengujian obat
yang bekerja pada sistem saraf otonom.

Hal yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan alat
dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang dapat
menahan hewan atau restrainer, pipet tetes yang digunakan untuk meneteskan
pembersih mata, senter yang digunakan untuk menginduksikan cahaya ke hewan uji,
penggaris milimeter yang digunakan untuk mengukur diameter dari pupil hewan uji,
obat tetes mata atropin dengan konsentrasi 1% dan pilokarpin dengan konsentrasi 1%
sebagai obat yang ingin diujikan dan aquades atau NaCl fisiologis yang digunakan
untuk membersihkan mata hewan uji setelah ditetesi obat.
Setelah itu, hewan uji berupa kelinci dimasukkan kedalam wadah penahan
hewan agar mengurangi terjadinya resiko kesalahan pada hewan uji dan ditaruh
sehingga mata kelinci tidak langsung terpapar sinar dari luar. Kemudian hewan uji
dilakukan beberapa pengecekan seperti pengukuran diameter pupil sebelum diberi
perlakuan, kemudian mata hewan uji disinari menggunakan cahaya yang berasal dari
senter yang diarahkan sedikit menyamping dari mata hewan uji pengecekkan refleks
kornea pada mata hewan uji yang dilakukan dengan cara menyentuhkan kapas yang
sudah dipelintir secara perlahan pada kornea mata atau bagian terluar dari mata dan
tidak boleh menyentuhkan pelintiran kapas ke bulu mata hewan uji. Serta dilakukan
pengecekkan pada keadaan pembuluh darah konjungtiva. Pembuluh darah konjungtiva
adalah pembuluh darah tipis yang berada didaerah mata.

Percobaan penggunaan obat sistem saraf otonom yang pertama dilakukan


adalah penggunaan obat tetes mata pilokarpin dengan konsentrasi 1%. Obat tetes
pilokarpin 1% diteteskan ke mata hewan uji sebanyak 2 tetes hingga 3 tetes. Kemudian
diamati perubahan yang terjadi pada diameter pupil hewan uji pada menit pertama,
menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-20. Jika tidak terjadi miosis, mata hewan uji
kemudian ditetesi kembali dengan pilokarpin 1% hingga miosis terjadi pada mata
hewan uji. Miosis itu sendiri adalah istilah yang digunakan untuk kondisi dimana
terjadinya konstriksi atau penyempitan pada pupil. Pupil mata dapat dikatakan
mengalami miosis jika ukuran diameter pupil mata sudah mencapai 2 milimeter.
Kemudian dilakukan pengecekkan efek samping yang didapati setelah hewan uji
diberikan perlakuan menggunakan pilokarpin 1% yaitu seperti terjadinya salivasi atau
keluarnya air liur dari mulut hewan uji dan defekasi atau hewan uji melakukan buang
air besar. Kemudian dicatat waktu disaat hewan uji mengalami reaksi-reaksi tersebut.

Kemudian dilakukan pengujian obat sistem saraf otonom kedua menggunakan


atropin 1%. Atropin 1% dalam bentuk obat tetes diteteskan ke mata hewan uji yang
lain. Kemudian setelah diteteskan diperhatikan dan diamati pada menit pertama, menit
ke-5, menit ke-10 dan menit ke-20. Jika tidak terjadi perubahan apapun, teteskan
kembali atropin 1% pada mata hewan uji sampai terjadi midriasis. Midriasis adalah
terjadinya pembesaran atau pelebaran yang terjadi pada pupil mata. Serta dilakukan
pengecekkan kembali terhadap keadaan refleks cahaya pada mata, refleks kornea dan
keadaan pembuluh konjungtiva dan diperhatikan juga apakah terjadi salivasi atau
keluarnya air liur.

Setelah dilakukan pengujian, kedua hewan uji yang sudah ditetesi obat
dibersihkan matanya dengan menggunakan aquades atau NaCL fisiologis dengan pipet
tetes. NaCL fisiologis dapat digunakan untuk membersihkan mata karena kandungan
elektrolitnya yang sama dengan elektrolit pada tubuh kita.

Pengujian tersebut dilakukan kepada pupil mata hewan uji. Pupil pada mata
berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Pada keadaan
gelap, mata akan membutuhkan cahaya dalam jumlah yang banyak sehingga pupil akan
melebar dan cahaya yang diterima akan lebih banyak. Sebaliknya, dalam keadaan yang
terang, mata hanya akan menerima cahaya dalam jumlah yang sedikit sehingga pupil
pada mata akan mengecil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata.
Hal tersebut juga dapat dipengaruhi akibat pemberian obat otonom seperti atropin dan
pilokarpin karena obat tersebut akan mempengaruhi saraf eferen yang berhubungan
dengan organ mata.

Anda mungkin juga menyukai