LP Ulkus DM
LP Ulkus DM
Disusunoleh :
Sutrisno
NIM :2020800018
Dafianto, 2016). Ulkus ini juga disebut ulkus neuropati diabetik yang
sulit untuk sembuh dan luka ini mungkin sulit diobati (Rosdahi, 2015).
Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016), luka diabetik adalah luka atau
a. Neuropati
c. Immunopati
Sistem kekebalan atau imunitas pada pasien DM
mengalami gangguan (compromise) sehingga memudahkan
terjadinya infeksi pada luka. Selain menurunkan fungsi dari
sel-sel polimorfonuklear, gula darah yang tinggi adalah
medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri
yang dominan pada infeksi kaki adalah aerobik gram positif
kokus seperti S. aureus dan β-hemolytic streptococci .Pada
telapak kaki banyak terdapat jaringan lunak yang rentan
terhadap infeksi dan penyebaran yang mudah dan cepat
kedalam tulang, dan mengakibatkan osteitis. Ulkus ringan
pada kaki dapat dengan mudah berubah menjadi
osteitis/osteomyelitis dan gangrene apabila tidak ditangani
dengan benar (Singh et al.,2013)
C. Manifestasi Klinik( tanda dan gejala )
Tanda dan gejala ulkus diabetik (Arisanti dalam Yunus, 2010), yaitu:
1. Sering kesemutan
2. Nyeri kaki saat istirahat
3. Sensasi rasa berkurang
4. Kerusakan jaringan (nekrosis)
5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea
6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
7. Kulit kering.
D. Patofisiologi
Ulkus kaki diabetik terbentuk dari berbagai mekanisme
patofisiologi dan neuropati diabetika merupakan salah satu faktor yang
paling berperan. Menurunnya input sensorik pada ekstremitas bawah
menyebabkan kaki mudah mengalami perlukaan dan cenderung berulang.
Selain neuropati, komplikasi diabetes yang lain adalah vaskulopati baik
pada mikrovasular maupun makrovasular. Hal ini menyebabkan aliran
darah ke ekstremitas bawah berkurang dan terhambatnya tekanan oksigen
gradien di jaringan. Keadaan hipoksia dan trauma berulang ini
menyebabkan ulkus berkembang menjadi luka kronis (Heyneman et al.,
2016)
Diabetus Melitus
Trauma
Diabetus Foot
Mikroba masuk
Luka dikaki
Kerusakan
Metabiisme Inflamasi inegrias kulit
meningkat
F. Penatalaksanaan
Standar perawatan ulkus kaki diabetik meliputi kontrol
glikemia, perfusi yang adekuat, debridemen luka, off-loading,
kontrol infeksi, antibiotika yang tepat, dan penanganan komorbid
yang menyertai. Pengobatan ulkus kaki diabetik dengan standar
perawatan saja seringkali memberi hasil yang tidak maksimal
sehingga dikombinasi juga dengan terapi adjuvant. Beberapa terapi
adjuvan yang digunakan antara lain: penggunaan granulocyte
colony stimulating factors (GCSF), pemberian faktor pertumbuhan
(growth factor therapy) dan bioengineered tissue, serta terapi
oksigen hiperbarik (Schaper et al., 2007 )
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium standar yang diperiksa adalah kadar
glukosa darah, glycosylated hemoglobin (HbA1c), serta fungsi
hati dan ginjal sebagai monitoring status metabolik penderita.
Bila terdapat infeksi maka pemeriksaan kultur mikrobiologi
dapat dilakukan untuk menentukan agen kuman penyebab
(Singh et al., 2013).
H. Pengkajian focus
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Lamanya onset diabetes melitus, adanya keluhan polifagi, polidipsi, dan
poliuria, keluhan neuropati dan penyakit vascular perifer, serta penurunan berat
badan, lemah, anoreksia, mual, muntah, nafas pasienmungkin berbau
aseton , penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala.
2) Kesehatan masa lalu
Adanya riwayat penyakit DM, riwayat ulkus maupun amputasi sebelumnya
atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita
3) Kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya ulkus, penyebab terjadinya luka ulkus serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
5) Pemeriksaan Fisik
a). Aktifitas/istirahat
dengan aktifitas
b). Sirkulasi
pada ekstremitas
d). Eliminasi
e). Makan/cairan
hari/minggu, haus
menurun (koma)
g). Nyeri/kenyamanan
hati
h). Pernapasan
frekuensi pernapasan
i). Keamanan
j). Seksualitas
metabolik)
e. Alkalosis respiratorik
terhadap stress/infeksi.
i. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I),
insufisiensi insulin.
meningkat.
I. Diagnosa keperawatan
1. Resiko Infeksi
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
3. Resiko defisit nutrisi
J. Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
Aboyans, V., Ho, E., Denenber, J.O., Ho, L.A., Natarajan, L., Criqui, M.H., 2008. The
Association Between Elevared Ankle Sitolic Pressure and Peripheral Occlusive Arterial
Disease in Diabetic and Non Diabetic Subjects. J Vasc Surg. 53: 984-991
http://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/ReferencesP apers.aspx?
ReferenceID=1978761
Dafianto, R. (2016). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap resiko ulkus kaki diabetik pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Schaeper, C., Sadosky, A., Mann, R., et al. (2014). Pain severity and the economic burden of
neuropathic pain in the United States: BEAT Neuropatic Pain Observational Study.
Singh S, Pai DR, Yuhhui C (2013). Diabetic foot ulcer-diagnosis and management. Clinical