Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Menurut Ongkosongo (1989), pengetahuan mengenai pasang surut secara umum
dapat memberikan informasi yang beraneka macam, baik untuk kepentingan ilmiah,
maupun untuk pemanfaatan praktis secara luas. Pengetahuan mengenai tipe pasang
surut yang ada di Indonesia dapat memberikan gambaran umum tentang berapa kali
pasang atau surut, satu atau dua kali dalam sehari. Hal ini dapat memberikan
gambaran umum yang diperlukan pada suatu lokasi untuk merencanakan aktifitasnya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
komperatif terhadap time series data oseanografi, yaitu data pasang surut mulai bulan
Januari sampai bulan Desember pada tahun 2013. Data pasang surut tersebut
merupakan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Semarang. Interval waktu pengamatan yaitu 1 (satu) jam
selama 24 jam. Metode yang digunakan dalam pengolahan data pasang surut, yaitu
metode Admiralty. Metode Admiralty merupakan metode yang dikembangkan oleh
A. T. Doodson untuk menganalisis data pasang surut jangka pendek (15 dan 29
hari/piantan).

I.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pasang surut


dengan metode Admiralty.
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonic serta mengetahui tipe
pasang surut di suatu perairan.
3. Mahasiswa dapat menggunakan metode admiralty dan menentukan tipe suatu
perairan melalui perhitungan bilangan Formzahl.
4. Mahasiswa dapat mengetahui nilai dari elevasi muka air rencana pada suatu
perairan.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama
karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan dan matahari terhadap
massa air laut di bumi.(Triatmodjo, 1999). Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang)
dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu
yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama
berikutnya. Periode pasang surut tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada
mana muka air naik disebut pasang, sedangkan pada saat air turun disebut surut.
Pasang surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan
seluruh massa air dan energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai,
terutama di teluk-teluk atau di selat-selat yang sempit, gerakan naik turun atau variasi
muka air menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang menyangkut
massa air dalam jumlah sangat besar dan arahnya kurang lebih bolak-balik
(Triatmodjo, 1999).

II.2 Gaya Pembangkit Pasang Surut


Bulan dan matahari memberikan gaya gravitasi terhadap bumi yang besarnya
tergantung pada besar massa benda yang saling tarik-menarik tersebut. Massa bulan
jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih
dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh
gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2
kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari (Triatmodjo, 1999). Pasang surut laut
merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa
tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari

2
dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari
dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan
bidang orbital bulan dan matahari (Triatmodjo, 1999).
Menurut Pariwono (1981) dalam Suyarso, 1989 menyatakan bahwa pasangan
matahari dan bumi akan menghasilkan fenomena pasang surut yang mirip dengan
fenomena yang diakibatkan oleh pasangan bumi bulan. Perbedaan yang utama adalah
Gaya Penggerak Pasut (GPP) yang disebabkan oleh matahari hanya sebesar separuh
kekuatan yang disebabkan oleh bulan. Hal ini disebabkan oleh jarak bumi dengan
bulan yang jauh lebih dekat daripada jarak matahari dengan bumi walaupun massa
matahari lebih besar daripada bulan.Komponen harmonik pasang surut ini dibedakan
menjadi tiga yaitu komponen tengah harian, komponen harian dan komponen periode
panjang.

II.3 Tipe Pasang Surut


Menurut Nontji (1987) terdapat empat jenis tipe pasang surut yang didasarkan
pada periode dan keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian
(semi diurnal), campuran condong ke harian ganda (mixed tides) dan campuran
condong ke harian tunggal (prevailing diurnal). Dalam sebulan, variasi harian dari
rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang
surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan
satu kali surut.  Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), merupakan pasut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari. Ini terdapat di
Selat Karimata.

3
Pola gerak pasut harian tunggal (diurnal tide) (Malik, 2007)

2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), merupakan pasut yang
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama
dalam satu hari. Ini terjadi di Selat Malaka dan Laut Andaman.

Pola gerak pasut harian ganda (semi diurnal tide) (Malik, 2007)
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevalling
Diurnal), merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan
satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut
yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu. Ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal (Malik, 2007)
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing
Semi Diurnal), merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali

4
surut dengan memiliki tinggi dan waktu berbeda. Ini terjadi di Pantai
Selatan Jawa dan Bagian Timur Indonesia.

Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda (Malik, 2007)

II.4 Elevasi Muka Air Rencana


Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter sangat penting di dalam
perencanaan bangunan pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari beberapa
parameter yaitu pasang surut, wave setup, wind setup, dan kenaikan muka air karena
perubahan suhu global. Tsunami tidak diperhitungkan mengingat kejadiannya sangat
jarang. Apabila tsunami diperhitungkan, akan menyebabkan bangunan menjadi sangat
besar, sementara terjadinya belum tentu seratus atau dua ratus tahun sekali. Di
Indonesia sangat jarang terjadi badai, sehingga sering pengaruh wind setup tidak
diperhitungkan dalam menentukan muka air laut rencana (Triatmodjo, 2012).

Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat
air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada
saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari
muka air tinggi selama periode 19 tahun.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari
muka air rendah selama periode 19 tahun.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara
muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan
sebagai referansi untuk elevasi di daratan.

5
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air
tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari,
seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.

II.5 Formzhal
Bilangan Formzahl yakni pembagian antara amplitudo konstanta pasang surut harian
utama dengan amplitudo konstanta pasang surut ganda utama. Hasil perhitungan bilangan
Formzahl ini akan diketahui tipe pasang surut pada suatu perairan. Perhitungan tipe
pasang surut menggunakan persamaan Formzahl (Anugrah, 2009) sebagai berikut:

A ( K 1 ) + A (O1 )
F= A ( M ) + A (S )
2 2

Keterangan:
F   = Bilangan Formhazl.
O1 = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan.
K1 = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya.
M2 = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan.
S2 = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya.

Dengan demikian kalsifikasi pasang surut adalah:


1. Pasang surut harian ganda jika F ≤ 0.25
2. Pasang surut campuran (ganda dominan) jika 0.25 < F ≤ 1.5
3. Pasang surut campuran (tunggal dominan) jika 1.5 < F ≤ 3
4. Pasang surut harian tunggal jika F > 3

II.6 Metode Admiralty


Metode admiralty merupakan metode yang digunakan menghitung konstanta
pasang surut harmonik dari pengamatan ketinggian air laut tiap jam selama 29 piantan
(29 hari). Metode ini digunakan untuk menentukan Muka Air Laut Rerata (MLR)
harian, bulanan, tahunan atau lainya (Suyarso, 1989). Metode admiralty adalah
6
metode perhitungan pasang surut yang digunakan untuk menghitung dua konstanta
harmonic yaitu amplitudo dan keterlambatan phasa. Proses perhitungan metode
Admiralty dihitung dengan bantuan tabel, dimana untuk waktu pengamatan yang
tidak ditabelkan harus dilakukan pendekatan dan interpolasi dengan bantuan tabel.
Proses perhitungan analisa harmonik metode Admiralty dilakukan pengembangan
perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Excel, yang akan
menghasilkan harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan pada
metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel
untuk waktu kapanpun. Perhitungan dengan cara admiralty diperoleh konstanta
harmonik yang akan dilanjutkan dengan analisa data dengan menggunakan bilangan
Formzahl yakni pembagian antara amplitudo konstanta pasang surut harian utama
dengan amplitudo konstanta pasang surut ganda utama. Hasil perhitungan bilangan
Formzahl ini akan diketahui tipe pasang surut pada suatu perairan.

III. MATERI DAN METODE


III.1 Materi
Hari/Tanggal : Senin, 14 April 2013
Waktu : 16.20 – selesai
Tempat : Ruang E302 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP,
Semarang
III.2 Metode
a. Skema 1

7
Sebelum dilakukan pengolahan data pasut dilakukan terlebih dahulu
smoothing pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal ini
dilakukan untuk menghilangkan noise, kemudian data tersebut dimasukkan ke
dalam kolom-kolom di skema 1, ke kanan menunjukkan waktu pengamatan
dari pukul 00:00 sampai 23:00 dan ke bawah adalah tanggal 1 Mei s/d 31 Mei
2013.
JAM PENGAMATAN
TGL. Rata-Rata MAX MIN
00.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00
1-Aug-13 30 40 50 60 70 80 80 80 80 70 60 60 60 60 60 60 70 70 70 60 50 40 40 30 60 80 30
2-Aug-13 40 40 50 60 70 80 90 90 80 80 70 60 50 50 50 60 60 60 60 60 50 50 40 40 60 90 40
3-Aug-13 40 40 50 60 70 80 90 90 90 80 70 60 60 50 50 50 50 60 60 50 50 50 40 40 60 90 40
4-Aug-13 40 40 50 60 70 80 90 90 90 90 80 70 60 50 50 50 50 50 50 50 50 40 40 40 60 90 40
5-Aug-13 40 40 50 60 70 80 90 90 90 90 80 70 60 60 50 50 50 50 50 50 50 40 40 40 60 90 40
6-Aug-13 30 40 50 60 70 80 90 90 90 90 80 80 70 60 60 50 50 50 50 50 40 40 40 30 60 90 30
7-Aug-13 30 40 40 50 70 80 90 90 90 90 90 80 70 60 60 50 50 50 50 50 40 40 40 30 60 90 30
8-Aug-13 30 40 40 50 60 70 80 90 90 90 90 80 70 70 60 60 50 50 50 50 50 40 40 30 60 90 30
9-Aug-13 40 40 40 50 60 70 80 90 90 90 90 80 80 70 60 60 60 50 50 50 50 40 40 40 61 90 40
10-Aug-13 40 40 40 50 50 60 70 80 90 90 90 80 80 70 70 60 60 50 50 50 50 50 40 40 60 90 40
11-Aug-13 50 40 40 50 50 60 70 70 80 80 80 80 80 70 70 60 60 50 50 50 50 50 40 40 59 80 40
12-Aug-13 50 50 50 50 60 60 60 70 70 80 80 80 80 70 70 70 60 60 50 50 40 40 40 50 60 80 40
13-Aug-13 50 50 60 60 80 60 60 70 70 70 70 70 70 70 70 70 60 60 50 50 40 40 40 40 60 80 40
14-Aug-13 50 60 60 70 70 70 70 70 60 80 60 60 70 70 70 70 70 60 60 50 40 40 40 40 61 80 40
15-Aug-13 40 60 70 70 80 80 80 70 60 80 60 50 60 60 70 70 70 70 60 50 40 40 30 40 61 80 30
16-Aug-13 40 50 60 80 90 90 90 80 70 80 50 50 50 50 60 60 70 70 60 50 50 40 30 30 60 90 30
17-Aug-13 30 50 60 80 90 90 90 90 80 70 50 50 40 50 50 60 60 70 70 60 50 40 30 30 60 90 30
18-Aug-13 30 40 50 70 90 100 100 100 90 80 60 50 40 40 40 50 60 60 60 60 50 40 40 30 60 100 30
19-Aug-13 30 40 40 70 80 100 100 100 100 90 70 60 40 40 40 40 50 60 60 60 60 50 40 30 60 100 30
20-Aug-13 30 30 40 60 70 90 100 110 100 90 80 70 50 40 40 40 40 50 60 60 60 50 40 40 60 110 30
21-Aug-13 40 30 40 50 70 80 90 100 100 100 90 70 60 50 40 40 40 50 50 50 60 50 50 40 60 100 30
22-Aug-13 40 40 40 50 60 70 80 90 100 100 90 80 70 60 50 40 40 40 50 50 50 50 50 50 60 100 40
23-Aug-13 50 40 40 50 60 60 70 80 90 90 90 80 80 70 60 50 50 40 40 40 50 50 50 50 60 90 40
24-Aug-13 50 50 50 50 60 60 70 70 80 80 80 80 80 70 70 60 50 50 50 40 40 40 50 50 60 80 40
25-Aug-13 50 50 60 60 60 60 70 70 70 70 70 80 80 70 70 70 60 50 50 40 40 40 40 50 60 80 40
26-Aug-13 50 60 60 60 70 70 70 70 60 60 70 70 70 70 70 70 70 60 50 50 40 40 40 40 60 70 40
27-Aug-13 50 60 60 70 70 70 70 70 60 60 60 60 60 60 70 70 70 70 60 50 50 40 40 40 60 70 40
28-Aug-13 50 60 60 70 80 80 80 70 60 60 50 50 50 60 60 70 70 70 60 60 50 40 40 40 60 80 40
29-Aug-13 50 50 60 70 80 80 80 80 70 60 50 50 50 50 50 60 60 70 60 60 50 50 40 40 59 80 40
30-Aug-13 50 50 60 70 80 90 90 80 70 60 50 40 40 40 50 50 60 60 60 60 50 50 40 40 58 90 40
31-Aug-13 50 50 60 70 80 90 90 90 80 70 60 50 40 40 40 50 50 60 60 60 50 50 40 40 59 90 40
Jumlah 1290 1410 1580 1890 2190 2370 2530 2580 2500 2470 2220 2050 1920 1800 1780 1770 1770 1770 1710 1620 1490 1360 1250 1210 1855.416667 2710 1130
Rata-Rata 42 45 51 61 71 76 82 83 81 80 72 66 62 58 57 57 57 57 55 52 48 44 40 39 59.85215054 87.419355 36.4516129

b. Skema 2
Isi tiap kolom-kolom pada skema 2 dengan bantuan tabel 2 yaitu dengan
mengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali pada tabel 2 untuk setiap
hari pengamatan. Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1
kecuali untuk X4 ada bilangan 0 yang dimasukkan dalam perkalian, maka
lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan
dengan 1 dan diisikan pada kolom yang bertanda (+) di bawah kolom X1, Y1,
X2, Y2, X4, dan Y4. Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan ke
kolom di bawah tanda (-).
Tabel 2. Konstanta Pengali untuk menyusun Skema 2
WAKTU (JAM)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
X1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
Y1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
X2 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
Y2 1 1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
X4 1 0 -1 -1 0 1 1 0 -1 -1 0 1 1 0 -1 -1 0 1 1 0 -1 -1 0 1
Y4 1 1 1 -1 -1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 1 1 1 -1 -1 -1

8
Tabel 3. Penyusunan Hasil Perhitungan dari Skema 2
X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4
+ - + - + - + - + - + -
810 619 670 760 600 830 710 720 480 470 720 710
800 639 630 810 620 820 670 770 480 480 710 730
800 631 610 820 630 800 660 770 490 480 720 710
820 611 580 850 650 780 650 780 480 480 710 720
830 611 590 850 660 780 660 780 480 480 720 720
860 581 590 850 670 770 670 770 480 480 720 720
870 560 590 840 670 760 650 780 480 460 710 720
880 550 620 810 680 750 650 780 460 480 720 710
900 570 650 820 710 760 680 790 490 480 740 730
890 560 670 780 730 720 670 780 470 500 730 720
850 570 670 750 720 700 680 740 480 480 720 700
850 590 680 760 740 700 730 710 490 470 710 730
810 620 660 770 700 730 760 670 460 480 710 720
810 650 680 780 700 760 790 670 480 490 730 730
800 660 660 800 660 800 800 660 480 500 720 740
780 670 620 830 590 860 770 680 480 500 710 740
760 680 610 830 550 890 730 710 470 490 720 720
770 660 570 860 540 890 670 760 470 470 700 730
790 660 570 880 570 880 630 820 480 490 710 740
810 630 570 870 600 840 580 860 490 480 720 720
830 610 580 860 660 780 590 850 480 480 710 730
840 600 600 840 720 720 600 840 480 480 720 720
850 580 630 800 750 680 650 780 470 480 710 720
840 590 650 780 750 680 700 730 490 470 720 710
830 600 660 770 730 700 740 690 490 480 720 710
810 630 670 770 700 740 780 660 480 460 720 720
780 660 680 760 660 780 780 660 480 480 720 720
750 690 670 770 620 820 780 660 480 470 720 720
730 690 640 780 600 820 730 690 480 470 710 710
690 700 600 790 570 820 700 690 470 460 700 690
720 700 580 840 590 830 680 740 480 470 710 710

Tabel 4. Penyusunan Hasil Perhitungan dari Skema 2


Xo X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4
TGL.
2000 2000 2000 2000 2000 2000
1-Aug-13 1429 2191 1910 1770 1990 2010 2010
2-Aug-13 1439 2161 1820 1800 1900 2000 1980
3-Aug-13 1431 2169 1790 1830 1890 2010 2010
4-Aug-13 1431 2209 1730 1870 1870 2000 1990
5-Aug-13 1441 2219 1740 1880 1880 2000 2000
6-Aug-13 1441 2279 1740 1900 1900 2000 2000
7-Aug-13 1430 2310 1750 1910 1870 2020 1990
8-Aug-13 1430 2330 1810 1930 1870 1980 2010
9-Aug-13 1470 2330 1830 1950 1890 2010 2010
10-Aug-13 1450 2330 1890 2010 1890 1970 2010
11-Aug-13 1420 2280 1920 2020 1940 2000 2020
12-Aug-13 1440 2260 1920 2040 2020 2020 1980
13-Aug-13 1430 2190 1890 1970 2090 1980 1990
14-Aug-13 1460 2160 1900 1940 2120 1990 2000
15-Aug-13 1460 2140 1860 1860 2140 1980 1980
16-Aug-13 1450 2110 1790 1730 2090 1980 1970
17-Aug-13 1440 2080 1780 1660 2020 1980 2000
18-Aug-13 1430 2110 1710 1650 1910 2000 1970
19-Aug-13 1450 2130 1690 1690 1810 1990 1970
20-Aug-13 1440 2180 1700 1760 1720 2010 2000
21-Aug-13 1440 2220 1720 1880 1740 2000 1980
22-Aug-13 1440 2240 1760 2000 1760 2000 2000
23-Aug-13 1430 2270 1830 2070 1870 1990 1990
24-Aug-13 1430 2250 1870 2070 1970 2020 2010
25-Aug-13 1430 2230 1890 2030 2050 2010 2010
26-Aug-13 1440 2180 1900 1960 2120 2020 2000
27-Aug-13 1440 2120 1920 1880 2120 2000 2000
28-Aug-13 1440 2060 1900 1800 2120 2010 2000
29-Aug-13 1420 2040 1860 1780 2040 2010 2000
30-Aug-13 1390 1990 1810 1750 2010 2010 2010
31-Aug-13 1420 2020 1740 1760 1940 2010 2000

c. Skema 3
Untuk mengisi kolom-kolom pada skema 3, setiap kolom pada kolom-
kolom skema 3 merupakan penjumlahan dari perhitungan pada kolom-kolom
pada skema 2.
1. Untuk Xo (+) merupakan penjumlahan antara X1 (+) dengan X1 (-)
tanpa melihat tanda (+) dan (-) mulai tanggal 1 s/d 29 Mei 2013.
2. Untuk X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4 merupakan penjumlahan tanda (+)
dan (-), untuk mengatasi hasilnya tidak ada negative maka

9
ditambahkan dengan 2000. Hal ini dilakukan juga untuk kolom X1,
Y1, X2, Y2, X4, dan Y4.

d. Skema 4
Mengisi seluruh kolom-kolom pada skema 4, diisi dengan data setelah
penyelesaian skema 3 dibantu dengan daftar 2 konstanta pengali skema 4. Arti
indeks pada skema 4:
Indeks 00 untuk X berarti Xoo, Xo pada skema 3 dan indeks 0 pada daftar 2
Indeks 00 untuk Y berarti Yoo, Yo pada skema 3 dan indeks 0 pada daftar 2
DAFTAR 2 KONSTANTA PANGLI SKEMA IV
0 2 b 3 c 4 d
-29 -1 0 -1 0 -1 0
1 1 0 -1 1 1 0
1 1 -1 -1 1 1 -1
1 1 -1 1 1 -1 -1
1 1 -1 1 1 -1 -1
1 -1 -1 1 1 -1 1
1 -1 -1 1 -1 1 1
1 -1 -1 1 -1 1 1
1 -1 0 -1 -1 1 0
1 -1 1 -1 -1 1 -1
1 -1 1 -1 -1 -1 -1
1 -1 1 -1 1 -1 -1
1 1 1 -1 1 -1 1
1 1 1 1 1 -1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0
1 1 -1 1 -1 1 -1
1 1 -1 1 -1 -1 -1
1 1 -1 -1 -1 -1 -1
1 -1 -1 -1 -1 -1 1
1 -1 -1 -1 1 -1 1
1 -1 -1 -1 1 1 1
1 -1 0 -1 1 1 0
1 -1 1 1 1 1 -1
1 -1 1 1 1 1 -1
1 -1 1 1 -1 -1 -1
1 1 1 1 -1 -1 1
1 1 1 1 -1 -1 1
1 1 1 -1 -1 1 1
1 1 0 -1 -1 1 0
0 2 b 3 c 4 d

10
e. Skema 5
Pada penyusunan skema 5 ini diperlukan konfirmasi dari Tabel 30 (untuk
29 piantan) dan Tabel 31 (15 piantan). Perhitungannya diperlukan data dari
skema 4 pada Tabel 29 yaitu hasil perhitungan harga X dan Y indeks ke-2 dari
skema 4. Pada Tabel ini terdiri dari 10 kolom. Penyusunan tabel V sudah
memperhatikan sembilan unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2,
N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4). Pada penyusunan skema ini pertama kita sudah
memperoleh nilai So, M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4 dari skema
sebelumnya kemudian dikali dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya.
Lalu masing-masing kolom dijumlahkan ke bawah. Untuk perhitungan pada
tabel V yaitu mencari nilai X00, X10, selisih X12 dan Y1b, selisih X13 dan Y1c,
X20, selisih X22 dan Y2b, selisih X23 dan Y2c, selisih X42 dan Y4b dan selisih X44
dan Y4d.
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
X00 = 41722 41722
X10 = 5778 5778.00 -462.24
X12-Y1b = -3118 -218.26 62.36 -3118.00 -62.36
X13-Y1c = 14
V X20 = -3360 100.80 -3360.00 100.80
X22-Y2b = -3160 -3160.00 -47.40 -120.08 -6.32 183.28 110.60
X23-Y2c = 1420 1420.00
X42-Y4b = -170 -170.00
X44-Y4d = 70 70.00 5.60

f. Skema 6
Pada penyusunan skema 6 caranya sama dengan skema 5. Tetapi yang
dicari adalah nilai Y10, jumlah Y12 dan X1b, jumlah Y13 dan X1c, Y20, jumlah Y22
dan X2b, jumlah Y23 dan X2c, jumlah Y42 dan X4b, dan jumlah Y44 dan X4d.
Disini terdapat hubungan antara konstanta pasut yang diperoleh dengan W, f,
V, u, λ dan g.
Y10 = -5180 -5180.00 414.40
Y12+X1b = 1023 -20.46 1023.00 30.69
Y13+X1c = 300
Y20 = -1400 42.00 -1400.00 42.00
VI
Y22+X2b = 4460 4460.00 66.90 142.72 -258.68 -156.10
Y23+X2c = 2420 -145.20 2420.00
Y42+X4b = -90 -2.70 -0.90 -90.00
Y44+X4d = 50

11
g. Skema 7 dan 8
Menentukan besarnya P.R cos r, P.R sin r, menentukan besaran p, besaran
f, menentukan harga V’, V’’, V’’’ dan V untuk tiap unsur utama pembangkit
pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4), menentukan harga
u dan harga p serta harga r. Akhirnya dari perhitungan ini akan menentukan
harga w dan (1+W), besaran g, kelipatan dari 3600 serta amplitudo (A) dan
beda fase (g0).
V: PR COS R 39196 41722 -3277 -3407 1401 5834 -3397 70 -116
VI: PR SIN R 1583 0 4354 -1333 2605 -5200 1179 -1 -215
PR 39228 41722 5450 3659 2957 7815 3596 70 245
DAFTAR 3A : P 559.00 448.00 566.00 439.00 565.00 507.00 535.00
DAFTAR 5 : F 1.028 1.000 1.028 0.919 0.867 2.056 1.028
VIII: 1+W 1.00 1.09457 1.1032 0.82723 1.00 1.00 1.09457
V' 93.57 10.04 283.53
V'' 231.10 209.0 22.20
VII V''' 354.30 14.80 339.50
V= V'+V''+V''' 678.97 158.30 233.84 645.23
DAFTAR 9 : U 1.38 0.00 1.38 6.40 -8.36 2.76 1.38
VIII: w 0 -7.7 -9.88 -23.669 0 0 -8
DAFTAR 3A: p 696.00 333.00 345.00 327.00 173.00 160.00 307.00 318.00
DAFTAR 4: r 0.00 -0.93 0.37 1.08 -0.73 -0.33 -0.01 1.08
g 696.00 1012.42 337.66 477.88 388.84 796.54 309.75 312.75
nx360 360.00 1080.00 360.00 360.00 720.00
PR: ((P x F x (1 + W)) = A 59.95 9.48 7.46 4.61 23.42 7.34 0.07 0.41

So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2
A cm 59.945 9.484 7.462 4.608 23.418 7.340 0.067 0.407 2
VIII
g? 336.00 -67.58 337.66 117.88 28.84 76.54 309.75 312.75 338

12
IV. HASIL & PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel 1. Skema VII hasil perhitungan dengan Metode Admiralty

F 1.82
LLWL 10
MSL 60
Tabel 2. HHWL 110 Nilai MSl, HHWL,
LLWL dan Formzahl pada
bulan Agustus 2013

Agustus 2013
120

100

80

60

40

20

0
7/30/2013 0:00 8/4/2013 0:00 8/9/2013 0:00 8/14/2013 0:00 8/19/2013 0:00 8/24/2013 0:00 8/29/2013 0:00 9/3/2013 0:00

Tipe pasut di Perairan Tanjung Mas Semarang, Jawa Tengah adalah Pasang
Surut Campuran Condong ke Harian Tunggal.
Grafik 1. Grafik Tipe pasang surut bulanan di Perairan Tanjung Mas Semarang, Jawa Tengah
(Agustus,2013)
IV.2 Pembahasan
Dari hasil pengolahan data pasang surut dengan menggunakan metode
admiralty pada bulan Agustus tahun 2013, diperoleh hasil akhir berupa nilai
amplitudo dan nilai sudut fase untuk S0, dan nilai dari 9 komponen utama
pembangkit pasang surut yaitu M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4. dan MS4.

13
Untuk komponen pasang surut yang paling dominan adalah K1 karena
memiliki amplitudo gelombang yang paling tinggi. K1 memiliki nilai A
23,418 cm dan besar sudut (g0) sebesar 28,84. K1 merupakan komponen pasut
tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya.

Berdasarkan perhitungan Formzahl untuk bulan Agustus 2013


diketahui bahwa tipe pasutnya yaitu pasang surut campuran condong harian
tunggal dengan nilai formzahl 1,82 . Pasang surut campuran condong harian
tunggal merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang
sangat berbeda dalam tinggi dan waktu.
Dari grafik dapat kita lihat bahwa pada tanggal 14 di bulan ini tepat
dari jam 20.00 sampai tanggal 15 jam 0.00 mengalami ketinggian pasut yang
sama yaitu 40 cm. Ini mungkin terjadi karena adanya kesalahan manusia
(human error) pada saat memindahkan data.

14
V. KESIMPULAN & SARAN
V.1Kesimpulan
1. Metode admiralty adalah metode perhitungan pasang surut yang digunakan
untuk menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan
keterlambatan phasa. Perhitungan dengan cara admiralty diperoleh
konstanta harmonik yang akan dilanjutkan dengan analisa data dengan
menggunakan bilangan Formzahl.
2. Hasil perhitungan bilangan Formzahl dapat mengetahui tipe pasang surut
pada suatu perairan.
3. Dengan menggunakan bilangan Formzahl tipe pasut di Perairan Tanjung
Mas Semarang, Jawa Tengah adalah Pasang Surut Campuran Condong ke
Harian Tunggal.
4. Dari pengolahan data yang dilakukan didapatkan komponen-komponen
pasang surut yaitu M2=9.484 , S2=7.462, N2=4.608, K1=23.418,
O1=7.34, M4= 0.067, MS4= 0.407, K2=2.
V.2Saran
Sebaiknya pada saat praktikum pengolahan data asisten sudah
mempersiapkan rumus-rumusnya terlebih dahulu di Ms. Word sehingga
menghemat waktu dalam pengolahan datanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, D.M., Mahfud, E., Aries, D.S., Zainul, H., Wahyu, A.N. 2009.
Perbandingan Fluktuasi Muka Air Rerata (MLR) di Perairan Pantai Utara Jawa
Timur dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur. Jurnal Kelautan, vol 2, no 1.

15
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North-Holland
Publishing Company. Amsterdam

Malik, abdul. 2008. Pasang Surut.www.Google. Slide Share. Net. diakses pada
tanggal 18 April 2013 pukul 19.06 WIB

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.Hal 93-98

Ongkosongo, O.S.R dan Suyarso. 1989.Pasang-Surut. LIPI, Jakarta.

Pariwono, J. 1987. Gaya Penggerak Pasang Surut. dalam Suyarso, O. 1989. Pasang
Surut. LIPI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Jakart, Hal 13-23

Suyarso, O.1989. Pasang Surut. LIPI. Pusat Penelitian dan Pengembangan


Oseanologi. Jakarta 255 halaman.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.Hal 99-101

Triatmodjo, Bambang. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report
Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.

16

Anda mungkin juga menyukai