384-Article Text-1076-1-10-20190520
384-Article Text-1076-1-10-20190520
1, Agustus 2017
ABSTRAK
74 Murdiana dan Mulyana DHARMA PRAJA
Analisis Kebijakan
4 Yoder, Dale dalam Mangkunegara, Anwar
Luankali3 menyebutkan bahwa Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan, Remaja Rosdakarya:
analisis didefinisikan sebagai “penyerapan, Bandung, hlm. 13.
5 Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis
3 Luankali, Bernadus. 2007. Analisis Kebijakan Kebijakan Publik, Gadjah Mada University
Publik Dalam Proses Pengambilan Keputusan, Press: Yogyakarta, hlm. 43.
Amelia Press: Jakarta, hlm.114. 6 Dunn, Op.Cit, hlm. 24.
76 Murdiana dan Mulyana DHARMA PRAJA
Sementara Analisis kebijakan menurut kebijakan apa yang cocok dalam proses
Winarno7 adalah “berhubungan dengan pembuatan kebijakan. Kebijakan tersebut
penyelidikan dan deskripsi sebab akibat dibuat sesuai dengan masalah yang sedang
dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan”. dihadapi. Analisis dapat dikembangkan di
Untuk lebih memfokuskan arah analisis awal pembuatan suatu kebijakan ataupun
kebijakan maka Tangkilisan menyebutkan di akhir penerapan kebijakan. Dengan
3 (tiga) hal pokok dalam menganalisis demikian, analisis kebijakan dapat bersifat
kebijakan, yaitu: ilmiah dan relevan bagi masalah-masalah
1. Fokus utama adalah mengenai politik sosial sekarang ini.
penjelasan/anjuran kebijakan yang
pantas. Kemiskinan
2. Sebab-sebab dan konsekunsi Jordan9 mengartikan orang miskin:
dari kebijakan diselidiki dengan “the poor are people whose lack of
menggunakan metodologi ilmiah. resources damage their capacity to
3. Analisis dilakukan dalam rangka participate in a market environment”.
mengembangkan teori-teori umum Artinya, orang miskin merupakan orang-
yang dapat diandalkan kebijakan- orang yang karena kekurangan sumber
kebijakan dan pembentukannya. daya pada dirinya mengakibatkan rusaknya
Sehingga dapat diterapkan kepada kapasitas untuk berpartisipasi dalam
lembaga dan bidang kebijakan yang lingkungan pasar/dunia usaha. Sedangkan
berbeda.8 Menurut Chambers10 mengatakan bahwa
Berdasarkan pendapat di atas maka kemiskinan adalah suatu integrated concept
dapat disimpulkan bahwa analisis yang memiliki 5 (lima) dimensi, yaitu: 1)
kebijakan merupakan suatu pengetahuan kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan
yang diperoleh melalui penelitian atau (powerless), 3) kerentanan menghadapi
penyelidikan sebuah sebab akibat dari situasi darurat (state of mergency), 4)
suatu kebijakan yang mampu memberikan ketergantungan (dependence), dan 5)
jalan keluar dari berbagai macam keterasingan (isolation) baik secara
alternatif program serta kinerja kebijakan. geografis maupun sosiologis. Kedua teori
Analisis kebijakan dapat menganalisis di atas menunjukkan bahwa hidup dalam
pembentukan, substansi dan dampak dari kemiskinan bukan hanya hidup dalam
kebijakan-kebijakan tertentu. Analisis kekurangan uang dan tingkat pendapatan
kebijakan dilakukan tanpa mempunyai rendah, tetapi juga banyak hal lain,
kecenderungan untuk menyetujui atau seperti: tingkat kesehatan, pendidikan
menolak kebijakan-kebijakan. Analisis rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum,
kebijakan diperlukan untuk mengetahui kerentanan terhadap ancaman tindak
7 Winarno, Budi. 2005 Teori dan Proses Kebijakan 9 Jordan, Bill. 1996. A Theory of Poverty and
Publik. Media Pressindo (Anggota IKAPI), hlm. Social Exclusion. UK, Polity Press: Cambridge,
27. hlm. 96
8 Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen 10 Chambers, Robert,1997, Pembangunan Desa
Publik. Gramedia Widia Sarana Indonesia: Mulai Dari Belakang, LP3ES: Jakarta, hlm. 3.
Jakarta, hlm.2.
DHARMA PRAJA Murdiana dan Mulyana 77
untuk mengukur jaringan sosial dapat yaitu; pendidikan, jenis pekerjaan, gender,
mencakup lembaga-lembaga sosial akses terhadap pelayanan kesehatan dasar
memperoleh sumberdaya (SDM dan infrastruktur dan lokasi geografis.
dan finansial), menjalankan peran Seperti yang dikemukakan oleh Nazara16
atau fungsi utamanya, mengelola bahwa;
aset menjangkau sumberdaya, 1. kemiskinan selalu dikaitkan dengan
berpartisipasi dalam program anti ketidakmampuan dalam mencapai
kemiskinan.13 pendidikan tinggi, hal ini berkaitan
dengan mahalnya biaya pendidikan,
Penyebab Kemiskinan walaupun pemerintah Indonesia
Apabila dipandang dari sisi ekonomi, telah mengeluarkan kebijakan untuk
Sharp (1996) dalam Kuncoro menyatakan membebaskan uang bayaran di tingkat
penyebab kemiskinan dapat dilihat dari 3 Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
(tiga) hal, yaitu: Lanjutan Menengah Pertama (SLTP),
namun komponen biaya pendidikan
1. Secara mikro, kemiskinan muncul
lain yang harus dikeluarkan masih
karena adanya ketidaksamaan pola
cukup tinggi, seperti uang buku dan
kepemilikan sumberdaya yang
seragam sekolah. Biaya yang harus
menimbulkan distribusi pendapatan
di-keluarkan orang miskin untuk
yang timpang;
menyekolahkan anaknya juga harus
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan termasuk biaya kehilangan dari
dalam kualitas sumberdaya manusia; pendapatan (opportunity cost) jika
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan anak mereka bekerja.17
akses dalam modal.14 2. kemiskinan juga selalu dihubungkan
Sementara menurut Ginandjar, faktor- dengan jenis pekerjaan tertentu. Di
faktor yang menyebabkan timbulnya Indonesia kemiskinan selalu terkait
kemiskinan di antaranya; “rendahnya dengan sektor pekerjaan di bidang
tingkat pendidikan,rendahnya derajat pertanian untuk daerah perdesaan dan
kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, sektor informal di daerah perkotaan.
dan kondisi keterisolasian.”15. Dalam Pada tahun 2004 terdapat 68,7 persen
laporan yang dikeluarkan dari World Bank dari 36,10 juta orang miskin tinggal
diketahui ada lima faktor yang dianggap di daerah perdesaan dan 60 persen di
dapat memengaruhi terjadinya kemiskinan, antaranya memiliki kegiatan utama di
sektor pertanian18. Hal ini diperkuat
13 Suharto, S., 2010, Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat, Reflika Aditama: 16
Nazara, Suahasil. 2007. Pengentasan
Bandung, hlm.9. Kemiskinan: Pilihan Kebijakan dan program
yang Realistis. Dalam Warta Demografi tahun
14 Sharp dalam Kuncoro. 2003. Ekonomi ke 37. No. 4 Tahun 2007. Jakarta: Lembaga
Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, Demografi Universitas Indonesia, hlm. 35.
UPP AMP YKPN: Yogyakarta, hlm. 5.
15 Ginandjar, Kartasasmita. 1996. Pembangunan 17 Ibid.
Untuk Rakyat; Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan: Jakarta. CIDES, hlm. 240. 18 Sudaryanto, T. dan Rusastra, I.W. 2006.
DHARMA PRAJA Murdiana dan Mulyana 79
Gambar 4.1.
Mekanisme Simpanan Keluarga Sejahtera (Sumber: www.tnp2k.go.id)
Program Indonesia Pintar adalah salah ini tidak dijamin. KIS memberikan
satu program nasional (tercantum tambahan manfaat, layanan preventif,
dalam RPJMN 2015-2019) yang promotif dan deteksi dini yang akan
bertujuan untuk: dilaksanakan secara lebih intensif
a. Meningkatkan angka partisipasi dan terintegrasi. KIS memberikan
pendidikan dasar dan menengah. jaminan bahwa pelayanan oleh
b. Meningkatkan angka keberlanjutan fasilitas kesehatan tidak membedakan
pendidikan yang ditandai dengan peserta berdasarkan status sosial.
menurunnya angka putus sekolah Penyelenggara Program adalah
dan angka melanjutkan. BPJS Kesehatan. Perlu ditekankan
bahwa layanan kesehatan bagi pasien
c. Menurunnya kesenjangan
pemegang kartu lain yang dikeluarkan
partisipasi pendidikan antar
BPJS berlangsung seperti biasa dengan
kelompok masyarakat, terutama
manfaat yang sama dengan pemegang
antara penduduk kaya dan
Kartu Indonesia Sehat. Penggantian
penduduk miskin, antara
Kartu BPJS menjadi Kartu Indonesia
penduduk laki-laki dan penduduk
Sehat akan berlangsung bertahap.
perempuan, antara wilayah
perkotaan dan perdesaan, dan
antar daerah. Pada 2017, Pemerintah akan
d. Meningkatkan kesiapan siswa menitikberatkan pembangunan tahun
pendidikan menengah untuk depan pada upaya mengentaskan
memasuki pasar kerja atau kemiskinan dan menurunkan
melanjutkan ke jenjang pendidikan ketimpangan ekonomi. Langkah-
tinggi.24 langkah itu nantinya akan dimasukkan
dalam nota keuangan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
3. Program Indonesia Sehat Negara (RAPBN) tahun 2017.
Kartu Indonesia Sehat (KIS) Sebagaimana yang dijelaskan oleh
menjamin dan memastikan Menteri Keuangan Sri Mulyani
masyarakat kurang mampu untuk Indrawati bahwa dirinya berkomitmen
mendapat manfaat pelayanan untuk menggunakan kebijakan fiskal
kesehatan seperti yang dilaksanakan tahun depan lebih kepada perbaikan
melalui Jaminan Kesehatan Nasional ketimpangan ekonomi, termasuk
(JKN) yang diselenggarakan oleh di antaranya isu-isu social seperti
BPJS Kesehatan. Lebih dari itu, kemiskinan dan pengangguran. Isu-
secara bertahap cakupan peserta isu itu menjadi salah satu fokus
akan diperluas meliputi Penyandang dirinya setelah terpilih menjadi
Masalah Kesejahteraan Sosial Menteri Keuangan. Sebab itu Sri
dan bayi yang lahir dari Penerima Mulyani memastikan alokasi anggaran
Bantuan Iuran (PBI) yang selama untuk perbaikan ketimpangan
ekonomi, mengatasi kemiskinan dan
24 Ibid.
90 Murdiana dan Mulyana DHARMA PRAJA