Anda di halaman 1dari 21

Referat

KEPRIBADIAN CEMAS MENGHINDAR

Oleh:

Natalia Magdalena Pantow

18014101069

Pembimbing:

dr. Frida M. Agu, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul Kepribadian Cemas Menghindar telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada
2020

Oleh:

Natalia Magdalena Pantow

18014101069

Pembimbing:

dr. Frida M. Agu, SpKJ

2
3
DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………. 1
Lembar Pengesahan………………………………………………………. 2
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN…………….………………………………….. 6
A. Definisi …………………………………………………………… 6
B. Faktor-faktor Penyebab…………………………..………………. 7
C. Gambaran Klinis………………………………………………….. 9
D. Kriteria Diagnostik……………………………………………….. 10
E. Diagnostik Banding……………………………………………… 12
F. Gangguan Kepribadian Cemas Menghindar………………………. 13
G. Tatalaksana……………………………………………………….. 14
H. Komorbid…………………………………………………………… 16
BAB III. KESIMPULAN………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 18

4
BAB I

PENDAHULUAN

Kepribadian adalah watak – temperamen spesifik, reaktivitas emotional, kewajaran, hubungan


interpersonal yang dibangun, kebutuhan, harapan, kekikiran, kedermawanan, arogansi,
kemerdekaan yang terbentuk sejak masa anak, remaja sampai dewasa dini, dan dipertahankan
sepanjang kehidupan. Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel
dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif. Orang
dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-benar kaku terhadap situasi pribadi,
hubungan dengan orang lain atau pun lingkungan sekitarnya. Kekakuan tersebut menghalangi
mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal, sehingga akhirnya pola tersebut
bersifat self defeating. Kepribadian cemas menghindar sendiri diartikan sebagai watak pola
pervasif dari hambatan sosial, perasaan tidak adekuat, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi
negatif. Gangguan Kepribadian cemas menghindar, sebagaimana dikonsep dalam Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi kelima (DSM-5), ditandai dengan
penghindaran yang luas dari interaksi sosial yang didorong oleh ketakutan akan penolakan dan
perasaan ketidakmampuan pribadi. 1,2

Gangguan kepribadian cemas menghindar adalah salah satu gangguan kepribadian yang paling
sering. Prevalensi gangguan kepribadian berkisar dari keseluruhan gangguan psikiatri berkisar
antara 10-23%, dimana kepribadian cemas menghindar sekitar 0,5-1%. Prevalensi individu
dengan avoidant personality disorder pada tahun 1994 sekitar 1,5% pada populasi umum dan
15,2% pada pasien-pasien psikiatri. Pada tahun 2001-2002 terdapat 2,4% individu yang
mengalami avoidant personality disorder.3

Individu yang menderita gangguan kepribadian cemas menghindar sering didiagnosis dengan
komorbiditas depresi atau kecemasan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa sebanyak
35.2% individu dengan gangguan kepribadia cemas menghindar juga didiagnosis dengan
gangguan depresi mayor. Sehubungan dengan gangguan kecemasan, khususnya, fobia sosial,
melaporkan kisaran komorbiditas secara luas antara 25%-100%. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa gangguan kepribadian cemas menghingdar dapat mewakili bentuk fobia sosial yang lebih

5
parah berkaitan dengan gejala fobia sosial. Bukti lebih lanjut menunjukkan kecemasan depresi
saat ini dapat memengaruhi pengingatan kembali akan pengalaman masa kecil.4

Gangguan kepribadian cemas menghindar bisa disebabkan oleh banyak faktor, akibat kombinasi
dari faktor biologis (sifat yang diturunkan), sosial (cara individu berinteraksi di masa
perkembangan) dan psikologis (emosi, kepribadian dan temperamen) yang terbentuk dalam suatu
lingkungan. Secara teori kognitif, orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung memiliki
keyakinan yang tidak sehat tentang keberhargaan dirinya sendiri Individu dengan gangguan
kepribadian menghindar menunjukkan sensitifitas yang besar pada penolakan dan mengarah pada
kehidupan yang suka menyendiri. Meskipun pemalu, mereka tidak anti sosial dan menunjukkan
keinginan yang besar untuk sebuah hubungan, tetapi mereka membutuhkan kepastian yang kuat
pada penerimaan tanpa kritik. Individu seperti ini umumnya dikenal memiliki sifat rendah diri.
Dalam ICD-10 pasien diklasifikasikan menderita gangguan kepribadian cemas (
anxious personality  disorder ).3

Tatalaksananya dapat dilakukan dengan terapi kognitif dan perilaku (Cognitive Behavior
Therapy/CBT), membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan
dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Tujuan dari terapi ini untuk
menumbuhkan kemampuan adaptasi terhadap kondisinya dan meringankan gejala yang dialami.
Terapi kognitif dan perilaku telah terbukti bermanfaat bagi orang-orang dengan gangguan
kepribadian menghindar . Orang yang menerima terapi ini menunjukkan peningkatan frekuensi
dan berbagai kontak sosial, penurunan perilaku menghindar, dan meningkatkan kenyamanan dan
kepuasan di dalam kegiatan sosial. Terapi kelompok dapat membantu individu mengerti efek
kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Namun
psikoterapi ini juga perlu disertai dengan pengobatan jika terdapat kondisi penyerta yang dapat
membuat gejala bertambah serius seperti depresi dan gangguan kecemasan. Manfaat penanganan
dalam jangka panjang dari avoidant personality disorder adalah meningkatkan kemampuan
pengidap untuk berinteraksi dengan orang lain, serta mencegah timbulnya gangguan kejiwaan
sekunder dan isolasi total akibat perkembangan gangguan kepribadian ini.3

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisikeempat, teks revisi (DSM-
IV-TR), gangguan kepribadian menghindar dicirikan oleh pola luas hambatan sosial, perasaan
tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif. Individu yang memenuhi kriteria
untuk gangguan kepribadian ini sering digambarkan sebagai orang yang sangat pemalu,
terhambat dalam situasi baru, dan takut pada hinaan dan penolakan sosial. Gangguan
kepribadian menghindar adalah suatu kondisi psikiatri yang dicirikan dengan rasa malu yang
ekstrim seumur hidup, selalu merasa tidak adekuat, dan menolak kritik. Pasien pada gejala ini
masih mentoleransi hubungan interpersonal, tetapi takut untuk dipermalukan, ditolak, dan selalu
menghindari orang lain.2

 Dalam pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke-III(PPDGJ-III), gangguan


kepribadian cemas (mengindar) masuk dalam kriteria diagnosis gangguan kepribadian khas
(F60). Gangguan kepribadian khas tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak
berat atau dengan gangguan jiwa lain. Gejala-gejala yang termasuk dalam gangguan ini sudah timbul
pada masa kanak atau remaja dan berlanjuts ampai usia dewasa. Jalan pikirannya masih masuk akal
atau realistik (bukan nonrealistik seperti pada psikosis) hanya sudah diluar proporsi darikeadaan
dan lingkungan dimana ia berada.5

Kebutuhan untuk membangun relasi yang bertentangan dengan ketakutannya terhadap kontak
sosial ini menandakan bahwa individu dengan avoidant personality disorder mengalami konflik
dalam dirinya. Pada satu sisi individu tersebut memiliki kebutuhan afeksi, namun di sisi lain ia
memiliki kecemasan terhadap penolakan dan kritikan dari orang lain, yang akhirnya
membuatnya memilih menghindari situasi-situasi sosial. Padahal semakin individu tersebut
membatasi dirinya dalam membangun relasi, maka kebutuhan,afeksinya semakin tidak terpenuhi.
Kondisi ini menimbulkan tekanan tersendiri bagi mereka, sehingga seringkali mereka merasa
sedih, kesepian, seolah tidak memiliki dukungan dari orang sekitar, dan tidak bisa berbagi keluh
kesah dengan orang lain.46

7
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB7
Penyebab pasti gangguan kepribadian menghindar tidak diketahui.Gangguan tersebut mungkin
terkait dengan ciri-ciri temperamen dankepribadian yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Secarakhusus, berbagai gangguan kecemasan di masa kecil dan remaja
telahdikaitkan dengan temperamen ditandai oleh inhibisi perilaku, termasuk gambaran yang
pemalu, takut, dan ditarik dalam situasi baru

Faktor genetik
Faktor genetik telah dihipotesiskan menyebabkan gangguan kepribadianmenghindar dan fobia
sosial. Pada sebuah penelitian terhadap anak kembar dewasa muda asal Norwegia, ditemukan
efek genetik 35% untuk gangguankepribadian menghindar. Sebagian besar (83%) dari gen ini
juga terkaitdengan gangguan kepribadian lainnya

Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga memainkan peran dalam gangguan kepribadian menghindar. Perilaku
orang tua, seperti kasih sayang atau pemeliharaan orang tua yang rendah, dikaitkan dengan
peningkatan risiko gangguankepribadian menghindar ketika anak-anak mencapai dewasa
Banyak orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian ini sebelumnya memiliki
pengalaman penolakan dan kritikan yang keras dariorang tua. Kebutuhan terhadap sebuah ikatan
karena penolakan dari orangtua membuat orang dengan gangguan kepribadian ini sangat
menginginkan sebuah hubungan, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu pertahanan atau
proteksi diri terhadap pengulangan penolakan dan kritik seperti dari orang tuanya. Ejekan atau
penolakan oleh lingkungan dapat memperkuat pola individu tersebut terhadap penarikan sosial
dan memberikan dampak ketakutan pada kontak sosial. Sejauh ini, beberapa studi telah berfokus
secara khusus pada AvPD dan pengalaman masa kecil. Dalam sebuah studi klinis besar Rettew
dkk menemukan bahwa pasien dengan gangguan kepribadian cemas menghindar melaporkan
lebih banyak pelecehan fisik dan emosional selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan
pasien dengan depresi berat, tetapi hasil ini dipengaruhi oleh diagnosis komorbiditas. Dalam
sampel rawat jalan besar di Shanghai, pengalaman yang dilaporkan sendiri tentang pengabaian
emosional masa kanak-kanak dikaitkan dengan gangguan kepribadian kluster C.7

8
Ciri kepribadian menghindar biasanya muncul pada masa kecil dengan tanda-tanda rasa malu
yang berlebihan dan ketakutan ketika anak menghadapi orang-orang dan situasi yang baru.
Karakteristik ini juga sesuai dengan tahapan perkembangan emosi bagi anak-anak dan tidak
berarti bahwa pola gangguan kepribadian menghindar akan terus berlanjut hingga dewasa.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepribadian avoidant mungkin memiliki asal-
usul/bawaan pada bayi yaitu "terhambat" temperamen dan rasa malu yang menghambat dalam
situasi baru dan ambigu. Selain itu, sekarang ada bukti bahwa rasa takut negatif dievaluasi adalah
yang menonjol dalam gangguan kepribadian avoidant. Ketertutupan dan neurotisisme keduanya
tinggi. secara genetik dan biologis ini menghambat temperamen yang mengarah ke gangguan
kepribadian avoidant pada beberapa anak yang mengalami emosional pelecehan, penolakan, atau
penghinaan dari orang tua yang tidak terutama kasih sayang. Seperti pelecehan dan penolakan
akan sangat mungkin menyebabkan cemas dan takut pada pola dalam temperamental
menghambat anak.5

Orang dengan gangguan kepribadian avoidant begitu takut pada penolakan dan kritik. Mereka
umumnya tidak mau untuk memasuki hubungan tanpa jaminan penerimaan. Akibatnya, mereka
mungkin memiliki hubungan dengan keluarga mereka saja. Mereka juga cenderung menghindari
kelompok pekerjaan atau kegiatan rekreasi karena takut ditolak. Mereka lebih suka makan siang
sendirian di meja mereka. Mereka menghindari piknik perusahaan dan pihak lain, kecuali mereka
yakin diterima. Gangguan kepribadian avoidant, tampaknya sama-sama sering terjadi pada pria
dan wanita. Orang dengan kepribadian avoidant sering menjaga untuk diri mereka sendiri karena
takut ditolak. Diyakini mempengaruhi antara 0,5% dan 1,0% dari populasi umum.5

Tidak seperti orang-orang dengan skizofrenia, gangguan kepribadian avoidant memiliki minat,
dan perasaan kehangatan terhadap orang lain. Namun, takut ditolak sehingga mencegah mereka
dari berjuang untuk memenuhi kebutuhan mereka yaitu kasih sayang dan penerimaan. Dalam
situasi sosial, mereka cenderung untuk memeluk dinding dan menghindari berbicara dengan
orang lain. Mereka takut masyarakat membuatnya malu, pikiran bahwa orang lain mungkin
melihatnya menangis, atau bertindak gugup. Mereka cenderung menempel pada rutinitas mereka
dan membesar-besarkan risiko atau usaha dalam mencoba hal-hal baru. Mereka mungkin

9
menolak untuk menghadiri pesta yang merupakan jam perjalanan dengan dalih perjalanan pulang
terlambat akan terlalu berat.5

C. GAMBARAN KLINIS
Hipersensitivitas terhadap penolakan oleh orang lain adalah gejala klinis utama dari gangguan
kepribadian menghindar, dan sifat kepribadianutama pasien adalah pemalu. Individu dengan
gangguan ini menginginkankehangatan dan keamanan hubungan dengan orang lain, tetapi
merekamembenarkan keinginan mereka untuk menghindari hubungan karenatakut akan
penolakan. Ketika berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian,
menunjukkan kurangnya kepercayaan diri,dan berbicara dengan merendahkan diri. Karena
mereka waspada terhadap penolakan, mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk
melakukan permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar orang lain
sebagai sesuatu yang merendahkan atau mengejek.Penolakan suatu permohonan menyebakan
mereka menarik diri dari orang lain dan merasa terluka.8,9

Aktivitas atau pekerjaan yang mereka pilih adalah aktivitas atau pekerjaan yang terhindar dari
interaksi sosial, seperti menjadi polisi hutan.Individu-individu ini umumnya tidak mau memasuki
hubungan kecualimereka diberi jaminan kuat akan penerimaan tanpa kritik. Akibatnya,mereka
sering tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan. Pada gangguan kepribadian cemas
(menghindar), kandungan kognisi menjalin hubungan timbal balik patologis dengan struktur
kognisi (misalnya perangkat penyusunan informasi), dimana hubungan ini yang
bertanggungjawab atas terjadinya gangguan. Sifat terlalu curiga adalah pusat dari seluruh
gangguan. Individu dengan gangguan ini secara konstanmemeriksa lingkungan mencari potensi
ancaman. Mereka sensitif terhadapsegala perasaan dan niatan orang lain terhadap mereka. Yang
dihasilkanadalah sistem proses informasi yang dikuasai oleh terlalu banyak stimulusyang
menghambat mereka memahami sesuatu yang biasa atau keadaansekitar. Akibatnya, penilaian
terhadap potensi bahaya menjadi sangat tinggi, bahkan kejadian yang sebenarnya tidak
mengandung bahaya-pun ditandaisebagai ancaman. Karena terlalu banyak potensi ancaman yang
masuk maka tidak ada satu informasi-pun yang diolah secara mendalam.6,10

10
Hipotesis yang menyatakan bahwa setiap sumber stimulasi itu berbahaya berlanjut sebagai
akibat dari ketidakpastian, membiarkan sebuahancaman tanpa diperiksa akan sangat berisiko.
Hasilnya, kecemasan meningkat, kepekaan terhadap tanda-tanda bahaya juga
meningkat.Akibatnya, seluruh proses kognitif menjadi sangat terbebani karena menganggap
segala sesuatu sebagai ancaman. Oleh sebab itu individudengan gangguan ini harus menarik diri
demi mendapatkan rasa.6
.

Presentasi Gangguan Kepribadian menghindar pada Orang Dewasa12

 Penghambatan Sosial

 Perasaan tidak mampu

 Hipersensitif terhadap evaluasi negative

 Gangguan aktivitas sekolah atau pekerjaan

 Pendiam atau pemalu

 Keengganan untuk terlibat dalam kegiatan baru

 Individu tampak ditarik

 Hindari hubungan dekat

 Terlibat dengan individu hanya jika yakin dia akan disukai

 Preokupasi akan dikritik

D. KRITERIA DIAGNOSTIK

11
Kriteria Gangguan Kepribadian Menghindar dalam DSM IV TR . Terdapat minimal empat dari
cirri berikut ini :

1.Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan.

2.Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan disukai.

3.Membatasi diri dalam hubngan intin karena takut dipermalukan atau diperolok.

4.Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak.

5.Merasa tidak adekuat.

6.Merasa rendah diri.

7.Kengganan ekstrim untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.

Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III:5

Gangguan kepribadian cemas menghindar dengan ciri-ciri:

a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif.

b. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendahdari orang lain.

c. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakandalam situasi sosial.

d. Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakinakan disukai.

e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik.

f. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal
karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

Pedoman diagnostic:11

12
a. Rasa tegang atau takut yang menetap dan pervasive

b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain

c. kualit berlebih terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social

d. Enggan untuk terlibat dengan orang lain, kecuali merasa yakin akan disukai

e. Membatasi gaya hidup dengan alasan keamanan fisik

f. Menghindari aktivitas social atau pekerjaan yang melibatkan kontak interpersonal sebab
takut dikritik, tidak didukung atau ditolak

E. DIAGNOSTIK BANDING12

Gangguan kepribadian cemas menghindar

 Individu menarik diri dari hubungan

 Takut akan kontak sosial, keintiman, dan komitmen

 Takut akan kritik, penolakan, dll.

 Ditandai dengan hubungan disfungsional

 Mempengaruhi kesejahteraan individu dan kebahagiaan mengganggu orang lain

Fobia sosial

 Individu menarik diri dari kegiatan interpersonal

13
 Gejala melambangkan ketakutan yang terkait dengan hubungan interpersonal (mis.,
makan di depan umum, memerah muka, menggunakan toilet umum, dan berbicara di
depan umum, dll.).

 Individu tidak perlu jenis penerimaan yang tidak kritis sama seperti orang dengan
gangguan kepribadian cemas menghindar

 Tidak sensitif terhadap kritik yang dirasakan

 Biasanya individu menderita kesulitan sementara yang lain dapat menghindarinya

Tabel 1. Perbedaan gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen.6

F. GANGGUAN KEPRIBADIAN CEMAS MENGHINDAR13

Individu yang mengalami gangguan kepribadian ini memiliki perasaan cemas akibat kritik yang
dikeluarkan oleh orang lain sehingga mereka akan bersikap menghindari interaksi dengan orang
lain yang memunculkan adanya kemungkinan dikritik oleh orang lain. Selain itu , mereka juga
sangat takut pada penolakan atau ketidaksutujuan dari orang lain sehingga mereka enggan untuk
menjalin hubungan, kecuali jika mereka merasa yakin bahwa mereka akan disukai. Mereka
bahkan dapat menghindari pekerjaan yang mengharuskan mereka banyak melakukan kontak

14
interpersonal. Aktivitas atau pekerjaan yang mereka pilih adalah aktivitas atau pekerjaan yang
terhindar dari interaksi sosial. Mereka yakin diri mereka tidak kompeten dan lebih rendah
daripada orang lain. Mereka enggan untuk mengambil resiko atau mencoba berbagai aktivitas
baru.

Sindrom yang muncul meliputi ketakutan untuk tampak bodoh, dengan adanya keinginan yang
kuat untuk penerimaan dan afeksi. Individu yang mengalami gangguan ini sangat ingin
memasuki hubungan sosial atau aktivitas baru, tetapi mereka tidak menginginkan adanya resiko
kecil yang ditimbulkan, kecuali mereka dijamin dari kekuatan penerimaan kritik. Mereka
pemalu. Mereka akan mengintepretasi peristiwa tidak penting sebagai sesuatu yang tidak masuk
akal. Individu yang menderita karena gangguan ini akan mengalami stres dari ketidakmampuan
untuk menjaga interaksi dengan orang lain, sebagai tambahan dari rendahnya harga diri, yang
berujung kepada sensitivitas terhadap kritik dan keterasingan-sebagai sebuah siklus.

Studi menunjukkan bahwa dari 1 sampai 7 persen orang dapat didiagnosis dengan gangguan
kepribadian avoidant. Tidak ada perbedaan yang kuat gender dalamprevalensinya. Orang dengan
gangguan ini rentan terhadap gangguan dysthymic kronis dan depresi mayor serta kecemasan
berat dan dengan komorbid gangguan kepribadian dependen.. Kepribadian menghindar
(avoidant) juga berkomorbid dengan dengan diagnosis Aksis I yaitu depresi dan fobia social
menyeluruh.13

G. TATALAKSANA

Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

Terapi yang mendorong pasien untuk mengidentifikasi ketakutan penolakan dan kritik yang
mendasari gangguan kepribadian cemas menghindar dan kemudian memodifikasi proses
berpikir yang terdistorsi ini, telah terbukti sangat membantu dalam pengobatan gangguan
kepribadian ini. Restrukturisasi kognitif, misalnya, melibatkan pemeriksaan pikiran pasien

15
tentang situasi yang ditakuti dan menantang mereka. Teknik ini didasarkan pada teori bahwa
kecemasan sosial muncul dari kesalahpahaman tentang bahaya yang ditimbulkan oleh situasi
sosial dan kesalahan lainnya dan pikiran negatif. Proses restrukturisasi kognitif termasuk
mengidentifikasi keyakinan negatif ini, mengevaluasi keyakinan mereka akurasi, dan mengenali
kemungkinan alternatif untuk membantu mengatasi karakteristik kecemasan yang luar biasa dari
pasien dengan gangguan kepribadian cemas menghindar.14

Strategi behavioral therapy dalam terapi gangguan kepribadian cemas menghindar dibagi
menjadi dua: paparan bertahap dan pelatihan keterampilan. Terapi paparan ini mengacu pada
gagasan bahwa paparan bertahap terhadap situasi yang memicu ketakutan (interaksi social) akan
membantu penderita mengatasi ketakutan dan menghasilkan perubahan perilaku. Terapi paparan
melibatkan teknik relaksasi dan menerapkannya secara bertahap pada situasi social beresiko
tinggi baik didalam maupun diluar terapi. Terapi ini paling efektif ketika pasien sepenuhnya
terlibat dalam situasi yang mengancam dan terbuka untuk menjadi sepenuhnya tenggelam dalam
pengalaman meskipun ada emosi negatif yang akan muncul. Untuk orang dengan gangguan
kepribadian cemas menghindar, ini sulit karena bertentangan dengan penghindaran naluriah
untuk terlibat dalam ketakutan situasi sosial. Tanggapan dari penderita tidak selalu merupakan
penghindaran yang jelas, dan seorang pasien dapat secara diam-diam atau tanpa disadari
memanfaatkan proses strategi kognitif maladaptif untuk mengurangi kecemasan mereka seperti
tidak sepenuhnya memperhatikan rangsangan dimaksudkan untuk memicu emosi negatif. Jadi,
dalam kasus ini di mana kecemasan sosial menjadi terikat dengan definisi diri dan harga diri,
terapi pemaparan mungkin terbukti tidak efektif.415

Pelatihan keterampilan sosial dimaksudkan untuk secara langsung mengatasi setiap defisit
interpersonal yang mungkin ditunjukkan oleh penderita. Strategi ini didasarkan pada asumsi
bahwa orang dengan gangguan kepribadian tersebut menunjukkan miskin keterampilan sosial,
dan itu mengajarkan mereka keterampilan sosial yang positif untuk meningkatkan reaksi positif
dari orang lain dan dengan demikian mengurangi kecemasan. Banyak dari pekerjaan ini telah
difokuskan lebih khusus pada rasa malu dan defisit sosial terkait, dan peneliti klinis yang telah
menargetkan aspek gejala menunjukkan hasil yang baik berlaku untuk perawatan. Misalnya,
keterampilan dasar melatih perilaku sosial seperti ketegasan, kontak mata, pengungkapan diri,
isyarat sosial nonverbal, dan keterampilan mendengarkan cenderung mengundang tanggapan

16
positif, hangat, dan tidak kritis dari orang lain. Dengan demikian membantu penderita
membangun kepercayaan diri. Baik pelatihan keterampilan sosial dan terapi paparan dapat
dilakukan dalam pengaturan grup atau individual, terdapat keuntungan yang jelas bagi pasien
yang dapat mentolerir pengobatan kelompok karena hasilnya mungkin lebih efektif
menggeneralisasi ke area lain dari kehidupan pasien. Seperti halnya perawatan terapeutik,
pendekatan yang disesuaikan dengan pribadi kebutuhan pasien diinginkan, meskipun banyak
penelitian diperlukan cara mengidentifikasi kebutuhan secara efektif dan mencocokkannya
kebutuhan dengan intervensi yang berbeda.4

Farmakoterapi

Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola ansietas dan depresi jika terkait dengan
gangguan ini. Sejumlah pasien terbantu oleh antagonis reseptor ß-adrenergik, seperti atenolol
(Tenormin), untuk mengelola hiperaktivitas sistem saraf autonomy, yang cenderung tinggi pada
pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika mereka mendekati situasi
yang ditakuti. Agen Serotonergik dapat mengurangi sensitivitas terhadap penolakan. Secara
teoritis obat dopaminergik dapat menyebabkan lebih banyak perilaku mencari kesenangan baru
pada pasien ini, meskipun demikian penting bahwa pasien ini secara psikologi siap untuk setiap
pengalaman yang terjadi sebagai akibatnya.

17
H. KOMORBID

Gangguan kepribadian cemas menghindar sering muncul dengan depresi dan penyalahgunaan
zat, dan kemungkinan dikaitkan dengan peningkatan ide dan usaha bunuh. Hal ini menjelaskan,
mengapa gangguan kepribadian cemas menghindar mungkin merupakan prediktor signifikan dari
depresi kronis Menariknya, dalam hubungan dengan perfeksionisme disfungsional, gangguan
kepribadian ini telah dilaporkan meningkatkan risiko depresi postpartum depresi, kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan kecemasan antepartum dan depresi, sama halnya gangguan
kepribadian cemas menghindar dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sering ditemukan
dalam hubungan dengan anoreksia nervosa dan gangguan makan tipe binge eating.1

Gangguan kepribadian cemas menghindari memiliki tingkat komorbiditas sangat tinggi untuk
fobia sosial. Lampe dkk melaporkan bahwa 26% pasien dengan fobia sosial juga memiliki
gangguan kepribadian cemas menghindar, dan 37,3% pasien dengan gangguan kepribadian
cemas menghindar juga memiliki fobia sosial. Adanya kedua gangguan ini dikaitkan dengan
tingkat penderitaan yang lebih tinggi , juga ketika mengendalikan depresi dan penyalahgunaan
zat, yang akan menyarankan adanya dua penyakit yang berbeda dari tumpang tindih dalam
diagnosis.16 Dalam studi NESARC 39,5% dari pasien dengan gangguan kepribadian cemas
menghindar juga memiliki fobia sosial, tingkat komorbiditasnya sama tinggi 32,5% dalam studi
wanita kembar dan tingkat komorbiditas diperkirakan lebih tinggi pada sampel rawat jalan besar
di Norwegia, di mana 48% pasien dengan gangguan kepribadian cemas menghindar juga
memiliki fobia sosial. Laporan lain menunjukkan tingkat komorbiditas yang lebih rendah antara
kedua gangguan kepribadian tersebut. Tingkat komorbiditas yang tinggi antara gangguan
kepribadian cemas menghindar dan gangguan depresi juga telah dilaporkan, dan sepertiga dari
pasien dengan gangguan kecemasan diperkirakan memiliki gangguan kepribadian cemas
menghindar menurut beberapa laporan. Stuart dan rekannya menemukan bahwa sifat-sifat
gangguan kepribadian cemas menghindar adalah umum di antara ketiga kelompok gangguan
kepribadian menurut DMS-IIIR, dan Zimmerman dkk melaporkan prevalensi gangguan
kepribadian cemas menghindar dalam sampel mereka setinggi 14,7%.2,17

18
BAB III

KESIMPULAN

Kepribadian cemas menghindar sendiri diartikan sebagai watak pola pervasif dari hambatan
sosial, perasaan tidak adekuat, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif. Gangguan
Kepribadian cemas menghindar, sebagaimana dikonsep dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, edisi kelima (DSM-5), ditandai dengan penghindaran yang luas
dari interaksi sosial yang didorong oleh ketakutan akan penolakan dan perasaan
ketidakmampuan pribadi. Gangguan kepribadian cemas menghindar bisa disebabkan oleh
banyak faktor, akibat kombinasi dari faktor biologis (sifat yang diturunkan), sosial (cara individu
berinteraksi di masa perkembangan) dan psikologis (emosi, kepribadian dan temperamen) yang
terbentuk dalam suatu lingkungan. Tatalaksananya dapat dilakukan dengan terapi kognitif dan
perilaku (Cognitive Behavior Therapy/CBT), membantu individu mengenal sikap dan perilaku
yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif

19
DAFTAR PUSTAKA

20
1
Kaplan& Sadock’s Synopsis of Psyciatric 11th edition. New York: 2015
2
Ekselius L. Personality disorder: a disease in disguise. Ups J Med Sci.2018: 123(4);h.194-204
3
Drago A, Marogna C,Søgaard HJ. A Review of Characteristics and Treatments of the Avoidant
Personality Disorder. Could the DBT be an Option? Int J Psychol Psychoanal.2016;2-13

4
Hageman Tk, Francis AJP, Field AM, Carr SN. Links between Childhood Experiences and Avoidant
Personality Disorder Symptomatology. Int J of Psychol and Psychol Therapy. 2015: 15(1); h. 101-116
5
Maslim R. Buku saku Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM 5
6
Volkan K. Personality Disorders: A Review of the Current State of Knowledge. Webmed Central
Review articles. 2016:h. 1-16
7
Eikenaes I, Egeland J, Hummelen B, Wilberg T. Avoidant Personality Disorder versus Social Phobia:
The Significance of Childhood Neglect. J PONE. 2015:h. 1-14

8
Sorensen KD, Wilberg T, Berthelsen E, Rabu M. Lived Experience of Treatment for Avoidant
Personality Disorder: Searching for Courage to Be. J Front. Psychol. 2019:h.1-13

9
Sadock BJ, Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed-9.EGC.h.329-330
10
Marquesa L , Portera E, Keshaviaha A, Pollackc MH , Ameringend MV, Steine MB dkk. Avoidant
Personality Disorder in Individuals with Generalized Social Anxiety Disorder: What Does It Add?. J
Anxiety Disord. 2012: 26(6); h. 665–672
11
Mangindaan L. Gangguan kepribadian dalam Buku Ajar Psikiatri. FKUI: Jakarta.h.329-333
12
Dehrkoop K. An Overview of Avoidant Personality Disorder. Minnesota State University, Mankato.
2012: h. 1-6
13
Guina J. The Talking Cure of Avoidant Personality Disorder: Remission through Earned-Secure
Attachment. American J OF Psychotherapy.2016: 70(3);h.22-250
14
Sanislow CA, Bartolini EE, Zoloth EC. Avodant Personality Disorder. Elsevier Inc. 2012: h.257-266
15
Leichsenring a F, Leibing E. Cognitive−behavioural therapy for avoidant personality disorder. The
Britisih J Of psychiatry. 2011:h.80-81
16
Lampe L, Sunderland M. Social Phobia and Avoidant Personality Diorder: Similar but Different?. J
of Personality Disorders. 2015: 29(1); 115-130
17
Snir A, Kalida EB, Berenson KR, Downey G, Rafaeli E. Affective Instability as a Clinical Feature of
Avoidant Personality Disorder. American Psychological Association.2016: h.1-7

Anda mungkin juga menyukai