Anda di halaman 1dari 8

Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacao.

L) Melalui Embriogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)

REGENERASI TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI


EMBRIOGENESIS SOMATIK

REGENERATION OF COCOA (Theobroma cacao L.) THROUGH SOMATIC


EMBRYOGENESIS

Indah Sulistiyorini dan Cici Tresniawati

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jl. Raya Pakuwon – Parungkuda km. 2 Sukabumi, 43357
Telp. (0266) 6542181, Faks. (0266) 6542087
cici_tresniawati@yahoo.com

ABSTRAK

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi cukup
baik dan peluang pasarnya masih cukup besar. Produktivitas kakao saat ini mengalami penurunan karena tanaman kakao
yang ada saat ini umurnya sudah tua dan tidak poduktif, serta serangan hama dan penyakit. Bahan tanam kakao dapat
diperoleh melalui perbanyakan generatif (benih) dan vegetatif (okulasi, sambungan, microcutting dan embriogenesis
somatik). Perbanyakan melalui embrio somatik lebih menguntungkan daripada pembentukan tunas adventif karena
mempunyai struktur yang bipolar yaitu mempunyai calon meristem akar dan meristem tunas. Tanaman kakao yang dihasilkan
melalui embriogenesis somatik mempunyai performa yang tidak berbeda jauh dari tanaman yang dihasilkan melalui
perbanyakan secara konvensional. Dengan metode embriogenesis somatik mempunyai peluang yang cukup besar untuk
memproduksi benih unggul kakao dalam skala besar yang tidak tergantung dengan musim dan tidak membutuhkan areal yang
luas.

Kata kunci: kakao (Theobroma cacao L.), bipolar, embrio somatik, in vitro, staminodia.

ABSTRACT

Cocoa (Theobroma cacao L.) is one of estate crops which has high economic value in the market. Current cocoa
productivity is declining due to old and unproductive plants, as well as pests and diseases attacks. Planting materials can be
obtained through generative propagation (seeds) and vegetative propagation (budding, grafting, microcutting and somatic
embryogenesis). Somatic embryogenesis is more favorable than adventitious buds multiplication because the plantlet has
bipolar structure, consisting of root meristem and shoot meristem. Cocoa that produced through somatic embryogenesis-
propagated plant has performance that is not significantly different from conventionally propagated plants. Somatic
embryogenesis has a promising opportunities as an alternative method in producing cocoa seeds in large scale, independent
of seasonal change and requires less space, .

Key words: cocoa (Theobroma cacao L.), bipolar, embryo somatic, staminode, and in vitro

PENDAHULUAN Luas areal perkebunan kakao sampai 2013


diperkirakan mencapai 1.736.403 ha (Direktorat
Indonesia merupakan produsen kakao Jendral Perkebunan (Ditjenbun), 2014).
terbesar ke-3 di dunia dengan produksi 1,64 juta Produktivitas kakao saat ini mengalami
ton dibawah negara Pantai Gading dan Ghana penurunan karena tanaman kakao yang ada saat
(International Cocoa Organization (ICCO), ini umurnya sudah tua dan tidak produktif
2015). Volume ekspor kakao Indonesia tahun (Rubiyo & Siswanto, 2012), oleh karena itu
2013 sebesar 414.100 ton dengan nilai 1.053.5 dibutuhkan suatu metode untuk memproduksi
juta US$, volume tersebut mengalami bahan tanam berupa klon unggul dalam jumlah
penurunan dibandingkan dengan volume ekspor yang besar dan waktu yang lebih singkat. Hal
pada tahun 2009 yang berkisar 535.240 ton. ini dapat dilakukan dengan metode somatik

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 75–82 ) 75


Regenerasi Tanaaman Kakao (Theeobroma cacao. L)
L Melalui Embrioogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)
 
embriogeneesis, selain tanaman beersifat samaa embriio somatik banyak dikeembangkan untuk
dengan induuknya (true tot type) meto
ode ini dapatt mengh hasilkan bib
bit dalam jum
umlah besar, tidak
menghasilkan tanaman dengan stru uktur bipolarr terbattas dan dapatt diperoleh ddalam waktu
u yang
dan memilikki perakaran tunggang. lebih singkat. Perbanyakan
P melalui embrio
e
Perbaanyakan bennih unggul kakao
k dapatt somattik lebih menguntun ungkan darripada
dilakukan secara generaatif melalui benih
b F1 dann pembentukan tunaas adventif kkarena memp punyai
secara vegetatif melallui okulasi, sambungann strukttur yang bippolar yaitu m mempunyai calon
dan setek. P Perbanyakann kakao secaara generatiff meristtem akar dan meristem tunas. Tulisan ini
relatif lebiih mudah namun tanaman yangg bertujuan untuk mengulas
m peerbanyakan bahan
dihasilkan mempunyaai heterogenitas yangg tanmaan kakao melalui teeknologi so omatik
tinggi disebbabkan sisteem serbuk silang yangg embriiogenesis.
dimilikinya. Selain itu, benih
b kakao mempunyaii
daya simpaan pendek karena term masuk benihh PER
RBANYAK
KAN DENG
GAN EMBR
RIO
rekalsitran yang tidak dapat disim mpan dengann SOMATIK
S K
kadar air rrendah (Fanng et al., 20042 dalamm
Avivi, 2011; Maxim mova et al., a 2002).. Embrio som matik (ES) addalah suatu proses
p
Perbanyakaan klonal secara konvensional
k l perkemmbangan sel somatik m membentuk embrio
e
mempunyaii kendala dallam ketersed diaan jumlahh tanpa melalui fu usi gamet yyang berkem mbang
tunas dan cabang yang siap disetek, disambungg menjaadi tanaman baru. Tahaap perkembangan
dan diokullasi. Perbannyakan secarra vegetatiff embriio somatik menyerupaii embrio ziigotik.
lebih sulit dibandingkaan dengan perbanyakan
p n Tahappan tersebutt dimulai daari fase glo obular,
secara geeneratif, naamun tanaaman yangg fase hati,
h fase torpedo dan pllanlet (Gamb bar 1).
dihasilkan llebih seragam
m. Tahappan embriogenesis somat atik dan regeenerasi
Salahh satu upayaa yang dapaat ditempuhh tanam
man kakao dari kultur ekksplan stamiinodia
untuk menggatasi permaasalahan terssebut adalahh terdap
pat pada Gambar
G 2. Embriogenesis
melalui perrbanyakan secara
s in viitro melaluii somattik dapat terbbentuk melal
alui dua jalurr yaitu
kultur jaringan. Perbannyakan tanam man melaluii secaraa langsung g maupun tidak lan ngsung
kultur jarinngan dapat dilakukan
d melalui
m jalurr (melaalui fase kalus) (Purnaman
aningsih, 20002).
organogeneesis dan em mbrio somaatik. Teknikk

Gambar 1. Tahap perkeembangan em


mbrio somatiik menyerupaai embrio ziggotik.
Suumber: Zimmerrman, 1993

76 SIRINOV, Vol. 3,
3 No. 2, Agustuss 2015 (Hal : 755– 82 )

Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacaao. L) Melalui Em
mbriogenesis Somaatik ( Sulistiyorinni & Tresniawati))

Gambbar 2. Embrriogenesis soomatik dan rregenerasi taanaman kakaao dari kultuur eksplan staminodia. a..
stam
minodia umurr 14 hari seteelah dikulturrkan, c, d. vaariasi tahapaan perkemban ngan embrioo
somaatik (bentuk
k glubolar daan hati), e. embrio som matik sekundder yang dih hasilkan darii
embrrio primer, f. bentuk ttorpedo emb brio somatik k. g. embriio somatik yang sudahh
memmbentuk kotilledon dan terrlambat mem mbentuk kotilledon. h, plananlet yang dih
hasilkan darii
embrriogenesis so
omatik. j. plaanlet yang su
udah diaklimaatisasi.
Sumbber Li, et al (19998).

Penelitian mengenai regenerasi


r eembrio bagian tannaman kakaao yang laain. Embrioo
somaatik kakao yaang berasal dari eksplann daun somatik yaang berasall dari embbrio zigotikk
mudaa, nuselus, embrio ziigotik mudaa dan kurang beernilai kareena biji kakao
k yangg
seluruuh bagian-bbagian bungaa termasuk antera digunakan umumnya bberasal dari persilangann
sudahh banyak dillakukan (Sondalh et al.,, 1993 terbuka seehingga tida
dak diketahuui identitass
dan A Alemanno ett al., 1997 dalam
d Winararsih et genetiknya. Beberapaa penelitiaan banyakk
al., 22003; Li et al., 1998; Da Silva et al.,, 2008; memilih menggunakan
m n eksplan dari bagiann
Avivii, 2011). Teknik embrriogenesis soomatik organ bunga kakao.
juga sudah dimannfaatkan dalaam eliminas i virus
pada tanaman kakkao (Quainoo o et al., 20088).

Sumb ber Eksplan n


a b c
Eksplan yang
y sering digunakan untuk
indukksi embrioggenesis som matik pada kakao
adalaah bagian buunga kakao (mahkota bbunga, Gambar 3. Eksplan yaang digunakaan dalan ES S
stamiinodia dan kepala
k putikk) (Gambar 33) dan kakao:
k kunccup bunga kakao (a),,
embrrio zigotik. Jaringan tersebut bbanyak staminodia
s (b
(b), mahkota bunga (c).
(Sumber: Tresniiawati, 2014)
digunnakan karenna menghassilkan fenool dan
lendirr yang relatiif sedikit dib
bandingkan ddengan

SIRINO
OV, Vol. 3, No. 2,
2 Agustus 2015 (Hal : 75–82 ) 777
Regenerasi Tanaaman Kakao (Theeobroma cacao. L)
L Melalui Embrioogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)
 
TAHA
APAN EM
MBRIOGEN
NESIS  Inisiasi kallus
SOMATIKK KAKAO
O Hasil penelitian Li, et al., (1998) (
melapporkan baahwa inisiiasi stamiinodia
 Steriilisasi eksplaan dilakuukan pada mediam PCG G (primary callus
Sterillisasi eksplaan merupak kan tahapann growtth). Media teersebut terdirri dari mediaa dasar
paling awaal untuk menentukan keberhasilan
k n DKW W (Driver and a Kuniyuuki walnut) yang
embriogeneesis kakao. Kondisi
K tanaaman kakaoo ditam
mbah dengan n glutamin 250 mg/l, myo-
yang berlenndir dan kanddungan fenoll yang tinggii inositol 2 mg/l, th hiamin H-Cll 1 mg/l, niccotinic
membutuhkkan metode sterilisasi
s yanng tepat agarr acid 2 mg/l, glu ukosa 20 gg/l, 2,4-D 9 µM,
dapat menggatasi kendalla tersebut. Penggunaann Thidiaazuron 22,7 7 µM. Perseentase stamiinodia
eksplan yanng bersifat maristematik k umumnyaa yang mampu
m mem mbentuk kaluus dari 19 gen notipe
memiliki tinngkat keberhhasilannya lebbih tinggi. berkissar antara 1-100%.
1 Gennotipe Scav vina 6
Ekspllan petal, staminodia dan antherr dari grup forasteero menghaasilkan perseentase
diambil darri bunga yanng masih kun ncup ukurann kalus paling tingg gi. Perbedaanan range (ren ntang)
3-6 mm. Kuuncup bungaa diambil pad da pagi hari,, yang cukup jauh ini diduga karena pen ngaruh
selanjutnya dilakukann sterilisasi dengann dari genotipe
g yangg digunakan..
menggunakkan bahan sterilan antara lainn Komposisi media PCG G digunakan n oleh
alkohol 770%, larutaan sodium hipokloritt beberapa peneliti sebagai rujuukan untuk media
konsentrasi 2,5% - 5%, dan tween-2 20. Tahapann inisiassi pada embriogenesis soomatik kakaao. Da
berikutnya adalah mem misahkan baagian-bagiann Silva et al., (2008) menggunnakan mediaa PCG
bunga denggan cara membelah
m baagian bungaa untukk inisiasi kalus,
k dari hasil peneelitian
kemudian dipisahkann bagian staminodia,, melapporkan geno otipe TSH 5565 menghaasilkan
mahkota buunga (petal) dan
d kepala putik (antera)) persenntase kalus embriogennik lebih tinggi
(Gambar 4). dibandingkan gen notipe TSH 1188. Trao ore &
Guiltiinan (2006) melaporkan
m dengan kom mposisi
mediaa PCG yan ng dimodifikkasi dari su umber
karbon yang beerbeda, mennunjukkan bahwa b
pengggunaan sum mber karbonn dari glu ukosa,
frukto
osa dan maltosa
m mennghasilkan kalus
embriiogenik pad da enam kllon kakao, tetapi
pengggunaan maaltosa dan sorbitol tidak
mengh hasilkan kaluus.
Winarsih et e al., (2003)) dan Avivi et al.,
(20100) merujuk pada p hasil ppenelitian Lopez-
L
Baez et al., (199 93) menggunnakan media MS
(Mura ashige dan Skoog) sebaagai media dasar
untukk inisiasi kalu us dengan ppenambahan 2.4-D
Gambar 4. Pemisahan staminodia
s dan
d mahkotaa
2 mg//l, adenine 0,1 – 0,25 mgg/l, sukrosa 30 3 g/l.
bbunga dari kuncup
k bungaa
(Sumber: Tressniawati, 2014)
Persenntase kalus yang
y terbentutuk berkisar antara
20-1000%. Namu un, dari kkedua peneelitian
Ekspllan yang sudah disterilisasii terseb
but terdapatt perbedaann respon dalam
kemudian diregenerasiikan melalu ui beberapaa pembentukan kalus dari baggian organ bunga. b
tahapan yaitu: inisiasi, induksi,
i multtiplikasi dann Hasil penelitian Winarsih et al., (2003) (
pendewasaaan (Li et al, 1998; Maxim mova, 2002;; menun njukkan bag gian staminnodia memp punyai
Winarsih ett al., 2003; Guiltinan
G a 2001; Daa
et al., responns yang lebiih baik darippada kepala putik
Silva et al.,22008, Avivi et al., (2010). dan mahkota
m bung ga. Hal ini ddisebabkan karena
k
jaring
gan tersebut memproduks
m si fenol dan lendir
yang relatif sedikit. Traore & Gulitinan (2006)(
juga melaporkan bahwa ekksplan stamiinodia
78 SIRINOV, Vol. 3,
3 No. 2, Agustuss 2015 (Hal : 755– 82 )

Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L) Melalui Embriogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)

lebih tinggi responnya dalam membentuk kalus yang berbeda), faktor genotipe dan metode
daripada eksplan petal. Berbeda dengan hasil yang digunakan. Purnamaningsih (2002)
penelitian Avivi et al., (2010) yang melaporkan menyebutkan sumber nitrogen dan zat pengatur
persentase kalus lebih banyak terbentuk pada tumbuh berperan dalam pembentukan
bagian mahkota bunga (petal) dibandingkan embriogenesis somatik. Nitrogen merupakan
bagian staminodia dan kepala putik. Jenis komponen utama untuk memacu morfogenesis,
eksplan yang digunakan diduga berpengaruh inisiasi dan perkembangan embrio somatik.
terhadap keberhasilan pembentukan embrio Inisiasi dan pendewasaan embrio somatik
somatik kakao. membutuhkan keseimbangan yang tepat antara
NH4+ dan NO3-. Konsentrasi NO3- yang terlalu
 Induksi embrio somatik tinggi akan menyebabkan pH media meningkat
Kalus yang sudah terbentuk selanjutnya sehingga menghambat pembentukan kalus.
disubkultur ke media induksi untuk memacu
pembentukan embrioid. Induksi kalus  Regenerasi embrio somatik
embriogenik disebut juga induksi kalus Media untuk regenerasi embrio somatik
sekunder (Secondary Callus Growth). oleh Li et al., (1998) disebut dengan media
Komposisi media untuk induksi kalus sekunder Embryo Development (ED). Komposisi dari
(SCG) terdiri dari media dasar WPM (Woody media tersebut menggunakan media dasar
Plant Medium) ditambah dengan larutan DKW ditambah dengan myo-inositol 100 mg/l,
vitamin Gamborg’s, glukosa 20 g/l, 2,4-D 9 2 mg/l Thiamin-HCl, Nicotinic Acid 1 mg/l,
µM, kinetin 1,4 µM, air kelapa 50ml/l dan Glycin 2 mg/l, sukrosa 30 g/l, glukosa 1 g/l dan
phytagel 2,2 g/l . Kalus embriogenik yang phytagel 2 g/l. Persentase kalus embriogenik
terbentuk pada lima genotipe kakao pada media yang mampu membentuk embrio somatik
SCG berkisar antara 0- 45% (Li et al.,1998). berkisar antara 1-46%.
Maximova et al., (2002) melakukan Traore & Guiltinan (2006) menggunakan
modifikasi media SCG dengan penambahan media ED dikombinasikan dengan beberapa
2.4-D 2.4 µM dan BA 1.4 µM (SCG 2). Media sumber karbon untuk regenerasi embrio
tersebut menghasilkan persentase kalus somatik. Sumber karbon yang digunakan
embriogenik berkisar antara 17-71% pada 8 memberikan pengaruh yang berbeda. Sama
genotype kakao (GF 23, GU 143, IFC 5, IFC halnya pada saat inisiasi kalus, penggunaan
705, KER 1, NA 32, NA 79). Hasil penelitian fruktosa, glukosa dan sukrosa mendukung
Da Silva et al., (2008) dengan menggunakan pembentukan embrio somatik dibandingkan
media SCG 2 melaporkan bahwa genotipe TSH dengan penggunaan maltose dan sorbitol.
565 menghasilkan kalus embriogenik lebih Penggunaan sukrosa sebagai sumber karbon
banyak (42%) dibandingkan TSH 1188 (4,3%). menghasilkan persentase embrio somatik paling
Kalus embriogenik dapat juga diinduksi pada tinggi yaitu 99% dan hanya sukrosa saja yang
media MS tanpa zat pengatur tumbuh. Dari 7 dapat mendukung pembentukan embrio somatik
klon yang diuji, klon Sca 6 menghasilkan kalus pada semua genotipe yang digunakan. Da Silva
embriogenik paling tinggi (52,2%) sedangkan et al., (2008) juga melaporkan sumber karbon
persentase pembentukan embrio somatik paling yang digunakan berpengaruh terhadap
rendah terdapat pada klon ICCRI 02 (Avivi, et pembentukan embrio somatik, penggunaan
al., (2010). Kalus embriogenik dicirikan dengan sukrosa sebagai sumber karbon menghasilkan
struktur kalus yang friabel, berwarna kuning jumlah embrio paling tinggi. Niemenak et al.,
krem hingga kecoklatan, halus, berbentuk nodul (2008) dengan metode TIS (Temporary
dan mengkilat (Winarsih et al., 2003). Immersion System) (Gambar 5) pada tahap
Perbedaan respon pembentukan embrio induksi embrio somatik mampu menghasilkan
somatik dari beberapa penelitian tersebut embrio somatik dalam jumlah banyak yaitu
diduga karena pengaruh zat pengatur yang mencapai 74,7% dari kalus yang mempunyai
digunakan (konsentrasi 2.4-D dan sitokinin bobot segar 34g. Embrio yang dihasilkan juga

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 75–82 ) 79


Regenerasi Tanaaman Kakao (Theeobroma cacao. L)
L Melalui Embrioogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)
 
lebih seraggam dan 70% dari em mbrio yangg  Pendewasa aan dan Aklilimatisasi
dihasilkan m
mampu mem
mbentuk planllet (tanamann Embrio somatik
s yyang dihaasilkan
lengkap). selanjutnya dittumbuhkan pada media
perkecambahan dan perakaaran agar dapat
berkem mbang menjjadi planlet.. Embrio so omatik
yang dikecambahk kan adalah eembrio yang sudah
mencaapai fase ko otiledon. Tiddak semua embrio
e
yang dihasilkan mampu
m berkkembang menjadi
kecam mbah normaal, karena sebagian embrio e
menun njukkan perrkembangan yang abno ormal.
Perkembangan abnormal dicirrikan dengan n tidak
terbenntuknya tunaas, atau tunaas yang terb bentuk
tidak mampu mem mbentuk tunnas baru dan n tidak
terbenntuk akar (A Avivi et all, 2010). Hal ini
sejalaan dengan yang dikemuukakan oleh Li et
al., (1998) yang g melaporkaan bahwa embrio e
somattik yang dihasilkan tidak sem muanya
berkem mbang men njadi tanam man normal. Dari
hasil penelitian dilaporkan terdapat 2 tipe
embriio somatik yang berbeeda. Tipe embrio e
  somattik yang pertama
p pennampilan embrio
e
 
terlihaat transparan
n dan berw warna kekuniingan,
Gambar 55. Induksi embriogenesis somatikk embriio menghasillkan kotiledoon yang berwarna
kakao dengan menggunakan
m n kuninng hingga pink. Tipe terrsebut tidak dapat
metode TIS. (keterangann
memb bentuk akar dan perkeembangan embrio e
gambar?))
Sumber : Niem
menak et al.,(20008) terlihaat dorman. Tipe embrrio somatik yang
keduaa adalah emb brio tampak bberwarna keputih-
putihaan dengan embrio aaxis memp punyai
Hasill penelitian Winarsih ett al., (2003)) kotileedon kecil berwarna
b puutih. Tipe embrio
e
dan Avivii et al., (2010) menyebutkan
m n tersebbut mampu berkecambah
b h, membentuk k akar
regenerasi embrio somatik dilak kukan padaa dan peemanjangan hipokotil.
media MS tanpa zat pengatur. Selanjutnyaa Winarsih ett al., (2003)) dan Avivi et al.,
embrio yanng terbentuuk diperbany yak dengann (2010 0) menggunak kan media da
dasar MS ditaambah
melakukan subkultur ke media multiplikasi.
m dengaan glukosa 10 g/l, chaarcoal 1 g//l dan
Media multtiplikasi mennggunakan media
m dasarr phytagel 3 g/l untuk penddewasaan embrio e
MS ditambah dengan NAA N 0,01 mg/l,
m 2iP 0,3 somattik. Jumlah embrio
e somaatik yang bertunas
mg/l, arang aktif 1gg/l, glukosa 40g/l dann berkissar antara 155-46% dan jjumlah kecaambah
phytagel 3 g/l. Perrsentase ekssplan yangg abnorrmal berkissar antara 88-21%, tergaantung
membentukk embrio som matik berkisaar 24 - 86% % dari klon
k yang diigunakan. Avvivi et al., (2010)
(
dengan jummlah embrio per
p eksplan antara 1-15. melap porkan 71,4 4% dari tottal embrio yang
Klon Sca 6 menghasilkkan respon paling
p tinggii dihasiilkan (220) mampu bberkecambah h dan
dalam mem mbentuk embrrio somatik (Winarsih
( ett mengh hasilkan tun
nas dan yangg mampu beerakar
al., 2003), sedangkann Avivi et al., (2010)) rata-raata berkisarr 0-66%. K Kelompok kakao
melaporkann rata-rata jumlah embrio o pereksplann lindakk menghasiilkan perseentase kecaambah
pada 7 klonn yang digunaakan berkisaar antara 1-3,, normaal terendah h yaitu 333,8%, sedan ngkan
dengan kloon ICCRI 044 menghasillkan jumlahh kelommpok kakaao mulia belum dapat
embrio per eksplan palinng tinggi. mengh hasilkan kecambah.
Li et al., (1998) mennggunakan media
dasar DKW untuk k media penndewasaan. MediaM
80 SIRINOV, Vol. 3,
3 No. 2, Agustuss 2015 (Hal : 755– 82 )

Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L) Melalui Embriogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)

tersebut ditambahkan myo-inositol 100mg/l, PENUTUP


thiamin-HCl 2 mg/l, glycine 2 mg/l, glukosa 10
g/l, sukrosa 5 g/l, KNO3 0,2 g/l dan phytagel Keberhasilan regenerasi tanaman kakao
1,7g/l. Persentase embrio yang dapat melalui embriogenesis somatik dipengaruhi
membentuk tunas adalah 73% dan persentase oleh beberapa faktor antara lain genotipe,
membentuk akar sebesar 95%. Hasil penelitian bagian tanaman yang digunakan sebagai
Traore dan Guiltinan (2006) menyebutkan eksplan, komposisi media mulai media dasar,
embrio somatik yang dihasilkan rata-rata konsentrasi zat pengatur tumbuh, konsentrasi
membentuk tunas berkisar antara 20-66% pada vitamin dan sumber karbon. Genotipe yang
media pendewasaan yang mengandung glukosa. berbeda memberikan respons yang berbeda pula
Sedangkan pada media fruktosa, sukrosa dan dalam pembentukan embrio somatik. Media
maltose menghasilkan kotiledon yang dasar yang digunakan pada tahapan
abnormal. Sedangkan pembentukan akar embriogenesis terdiri dari media MS, DKW dan
dilaporkan tidak dipengaruhi oleh sumber WPM. Bagian bunga sebagai eksplan dan
karbon yang digunakan. Persentase akar yang responsif membentuk embrio somatik adalah
terbentuk berkisar antara 17-77%. Penelitian bagian petal dan staminodia. Zat pengatur
Masseret (2008) dalam Avivi et al., (2010) tumbuh yang digunakan adalah 2.4-D, 2iP,
mengindikasikan bahwa faktor genotipe Thidiazuron, kinetin dan BA. Sumber karbon
menentukan jumlah embrio yang dapat tumbuh yang mampu mendukung perkembangan
normal membentuk planlet. embrio somatik secara umum adalah glukosa
Tahap terakhir dari embriogenesis dan fruktosa
somatik adalah tahap aklimatisasi. Planlet dari
embrio somatik yang sudah memiliki bagian
lengkap (daun dan akar) siap untuk DAFTAR PUSTAKA
diaklimatisasi. Tahap tersebut juga berpengaruh
terhadap keberhasilan dari teknik embriogenesis
Avivi, S. 2011. Regenerasi embrio zigot kakao
somatik, karena tahapan tersebut merupakan
(Theobroma cacao L.) dengan
tahapan transisi dari tanaman kakao yang penambahan kinetin pada media B5.
berasal dari kultur untuk dipindahkan ke Jurnal Ilmu Dasar 12(2), 132-139.
lapang. Kelembaban udara harus tetap dijaga.
Avivi, S., Prawoto, A., & Oetami, F. 2010.
Planlet yang siap dikalimatisasi adalah planlet Regenerasi embryogenesis somatic pada
yang mempunyai panjang akar kurang lebih 3 beberapa klon kakao Indonesia dari
cm dan membentuk minimal 3 ruas. eksplan bunga. J. Agron. Indonesia
aklimatisasi menggunakan tanah yang sudah 38(2), 138-143.
disterilkan. Tanaman baru dapat dipindahkan ke Da Silva, T. R., Cardoso, L. C., Cerquerira,
lapang sekitar umur 2 bulan setelah F.A., De Mattos, J. C. C., Gilberto, M.
aklimatisasi. C.C. 2008. Somatic embryogenesis and
Maximova et al., (2008) melaporkan plant regeneration in elite clones of
tanaman kakao yang dihasilkan melalui theobroma cacao. Pesq. Agropec. Bras,
blasilia., 43(10),1433-1436.
embriogenesis somatik mempunyai performa
yang tidak berbeda jauh dari tanaman yang Direktorat Jenderal Perkebunan [Ditjenbun].
dihasilkan melalui perbanyakan secara 2014. Statistik Perkebunan: Kakao.
Direktorat Jenderal Perkebunan,
konvensional. Dengan metode embriogenesis
Kementerian Pertanian, Jakarta.
somatik mempunyai peluang yang cukup besar
untuk memproduksi benih unggul kakao dalam Guiltinan, M. J., Li, Z., Traore., A &
skala besar yang tidak tergantung dengan Maximova, S. N. 2001. Methods and
tissue culture media for inducing somatic
musim dan tidak membutuhkan areal yang luas. embryogenesis, agrobacterium-medicated
transformatiaon and efficient rege-
neration of cacao plants. Patent No: US

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 75–82 ) 81


Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L) Melalui Embriogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)
 
6.197.587 BI. Date of patent Mar. 6, 2008. Regeneration of somatic embryos
2001. in Theobroma cacao L. intemporary
immersion bioreactor and anlyses of free
International Cocoa Organization [ICCO].
amino acids in defferent tissues. Plant
2015. ICCO quarterly buletin of cocoa
cell reports, 27,667-676
statistics, Vol XLI no 3 , Cocoa year
2014/2015. Retrived from Purnamaningsih, R. 2002. Regenerasi tanaman
http://www.icco.org/about-us/interna- melalui embryogenesis somatik dan
tional-cocoa-agreements/cat_view/30- beberapa gen yang mengendalikannya.
related-documents/46-statistics-pro- Buletin Agrobio. 5(2), 51-58.
duction.html (tanggal akses)
Quainoo, A. K., Wetten, A. C., &
Li, Z., Traore, A., Maximova., S. N., & Allainguillaume. 2008. The effectiveness
Guiltinan., M. J. 1998. Somatic of somatic embryogenesis in eliminating
embryogenesis and plant regeneration the cocoa swollen shoot virus from
frm floral explants of Cacao (Theobroma infected cocoa trees. Journal of
cacao L.) using thidiazuron. In vitro cell. Virological Methods, 149, 91–96.
Dev. Biol. Plant., 34,293-299.
Rubiyo & Siswanto. 2012. Peningkatan
Lopez-Baez O., H. Bollon, A. B. Eskes, & V. produksi dan pengembangan kakao
Petiard. 1993. Embryogenese (Theobroma cacao L.) di Indonesia.
somatique de cacaoyer Theobroma Buletin Riset Tanaman Rempah dan
cacao L., a partier de pieces florales. Aneka Tanaman Industri 3(1),33-48.
CR Acad. Sci. 316, 579-584.
Traore, A. & Guiltinan, M. J. 2006. Effect of
Maximova, S. N., Young, A., Pishak, S., & carbon source and explants type on
Guiltinan, M. J. 2008. Field performance somatic embryogenesis of four cacao
of theobroma cacao L. plants propagated genotype. Hort science. 41(3), 756-758.
via somatic embryogenesis. In Vitro Cell.
Winarsih, S., Santoso, D., & Wardiyati, T.
Dev. Biol-Plant., 44,487-493.
2003. Embriogenesis Somatik dan
Maximova, S. N., Alemanno, L., Young, Regenerasi Tanaman Pada Kultur In
A.,Ferriera, N.,Traore, A., & Guiltinan, Vitro Organ Bunga Kakao. Pelita
M. J. 2002. Effeciency, genotypic Perkebunan, 19(1),1-16.
variability and cellular origin of primary
Zimmerman, J. L., 1993. Somatic
and secondary somatic embryogenesis of
embryogenesis: a model for hearly
Theobroma cacao L. In Vitro
development in higher plants. The Plant
Cell.Dev.Biol-PlantI:252-259.
Cell 5, 1411–1423.
Niemenak, N., Saare-Surminski, K., Rohsius,
C., Ndoumou, D. O., & Lieberei, R.

82 SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 75– 82 )

Anda mungkin juga menyukai