Regenerasi Tanaman Kakao Theobroma Cacao L. Melalui Embriogenesis Somatik
Regenerasi Tanaman Kakao Theobroma Cacao L. Melalui Embriogenesis Somatik
ABSTRAK
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi cukup
baik dan peluang pasarnya masih cukup besar. Produktivitas kakao saat ini mengalami penurunan karena tanaman kakao
yang ada saat ini umurnya sudah tua dan tidak poduktif, serta serangan hama dan penyakit. Bahan tanam kakao dapat
diperoleh melalui perbanyakan generatif (benih) dan vegetatif (okulasi, sambungan, microcutting dan embriogenesis
somatik). Perbanyakan melalui embrio somatik lebih menguntungkan daripada pembentukan tunas adventif karena
mempunyai struktur yang bipolar yaitu mempunyai calon meristem akar dan meristem tunas. Tanaman kakao yang dihasilkan
melalui embriogenesis somatik mempunyai performa yang tidak berbeda jauh dari tanaman yang dihasilkan melalui
perbanyakan secara konvensional. Dengan metode embriogenesis somatik mempunyai peluang yang cukup besar untuk
memproduksi benih unggul kakao dalam skala besar yang tidak tergantung dengan musim dan tidak membutuhkan areal yang
luas.
Kata kunci: kakao (Theobroma cacao L.), bipolar, embrio somatik, in vitro, staminodia.
ABSTRACT
Cocoa (Theobroma cacao L.) is one of estate crops which has high economic value in the market. Current cocoa
productivity is declining due to old and unproductive plants, as well as pests and diseases attacks. Planting materials can be
obtained through generative propagation (seeds) and vegetative propagation (budding, grafting, microcutting and somatic
embryogenesis). Somatic embryogenesis is more favorable than adventitious buds multiplication because the plantlet has
bipolar structure, consisting of root meristem and shoot meristem. Cocoa that produced through somatic embryogenesis-
propagated plant has performance that is not significantly different from conventionally propagated plants. Somatic
embryogenesis has a promising opportunities as an alternative method in producing cocoa seeds in large scale, independent
of seasonal change and requires less space, .
Key words: cocoa (Theobroma cacao L.), bipolar, embryo somatic, staminode, and in vitro
76 SIRINOV, Vol. 3,
3 No. 2, Agustuss 2015 (Hal : 755– 82 )
Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacaao. L) Melalui Em
mbriogenesis Somaatik ( Sulistiyorinni & Tresniawati))
Gambbar 2. Embrriogenesis soomatik dan rregenerasi taanaman kakaao dari kultuur eksplan staminodia. a..
stam
minodia umurr 14 hari seteelah dikulturrkan, c, d. vaariasi tahapaan perkemban ngan embrioo
somaatik (bentuk
k glubolar daan hati), e. embrio som matik sekundder yang dih hasilkan darii
embrrio primer, f. bentuk ttorpedo emb brio somatik k. g. embriio somatik yang sudahh
memmbentuk kotilledon dan terrlambat mem mbentuk kotilledon. h, plananlet yang dih
hasilkan darii
embrriogenesis so
omatik. j. plaanlet yang su
udah diaklimaatisasi.
Sumbber Li, et al (19998).
SIRINO
OV, Vol. 3, No. 2,
2 Agustus 2015 (Hal : 75–82 ) 777
Regenerasi Tanaaman Kakao (Theeobroma cacao. L)
L Melalui Embrioogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)
TAHA
APAN EM
MBRIOGEN
NESIS Inisiasi kallus
SOMATIKK KAKAO
O Hasil penelitian Li, et al., (1998) (
melapporkan baahwa inisiiasi stamiinodia
Steriilisasi eksplaan dilakuukan pada mediam PCG G (primary callus
Sterillisasi eksplaan merupak kan tahapann growtth). Media teersebut terdirri dari mediaa dasar
paling awaal untuk menentukan keberhasilan
k n DKW W (Driver and a Kuniyuuki walnut) yang
embriogeneesis kakao. Kondisi
K tanaaman kakaoo ditam
mbah dengan n glutamin 250 mg/l, myo-
yang berlenndir dan kanddungan fenoll yang tinggii inositol 2 mg/l, th hiamin H-Cll 1 mg/l, niccotinic
membutuhkkan metode sterilisasi
s yanng tepat agarr acid 2 mg/l, glu ukosa 20 gg/l, 2,4-D 9 µM,
dapat menggatasi kendalla tersebut. Penggunaann Thidiaazuron 22,7 7 µM. Perseentase stamiinodia
eksplan yanng bersifat maristematik k umumnyaa yang mampu
m mem mbentuk kaluus dari 19 gen notipe
memiliki tinngkat keberhhasilannya lebbih tinggi. berkissar antara 1-100%.
1 Gennotipe Scav vina 6
Ekspllan petal, staminodia dan antherr dari grup forasteero menghaasilkan perseentase
diambil darri bunga yanng masih kun ncup ukurann kalus paling tingg gi. Perbedaanan range (ren ntang)
3-6 mm. Kuuncup bungaa diambil pad da pagi hari,, yang cukup jauh ini diduga karena pen ngaruh
selanjutnya dilakukann sterilisasi dengann dari genotipe
g yangg digunakan..
menggunakkan bahan sterilan antara lainn Komposisi media PCG G digunakan n oleh
alkohol 770%, larutaan sodium hipokloritt beberapa peneliti sebagai rujuukan untuk media
konsentrasi 2,5% - 5%, dan tween-2 20. Tahapann inisiassi pada embriogenesis soomatik kakaao. Da
berikutnya adalah mem misahkan baagian-bagiann Silva et al., (2008) menggunnakan mediaa PCG
bunga denggan cara membelah
m baagian bungaa untukk inisiasi kalus,
k dari hasil peneelitian
kemudian dipisahkann bagian staminodia,, melapporkan geno otipe TSH 5565 menghaasilkan
mahkota buunga (petal) dan
d kepala putik (antera)) persenntase kalus embriogennik lebih tinggi
(Gambar 4). dibandingkan gen notipe TSH 1188. Trao ore &
Guiltiinan (2006) melaporkan
m dengan kom mposisi
mediaa PCG yan ng dimodifikkasi dari su umber
karbon yang beerbeda, mennunjukkan bahwa b
pengggunaan sum mber karbonn dari glu ukosa,
frukto
osa dan maltosa
m mennghasilkan kalus
embriiogenik pad da enam kllon kakao, tetapi
pengggunaan maaltosa dan sorbitol tidak
mengh hasilkan kaluus.
Winarsih et e al., (2003)) dan Avivi et al.,
(20100) merujuk pada p hasil ppenelitian Lopez-
L
Baez et al., (199 93) menggunnakan media MS
(Mura ashige dan Skoog) sebaagai media dasar
untukk inisiasi kalu us dengan ppenambahan 2.4-D
Gambar 4. Pemisahan staminodia
s dan
d mahkotaa
2 mg//l, adenine 0,1 – 0,25 mgg/l, sukrosa 30 3 g/l.
bbunga dari kuncup
k bungaa
(Sumber: Tressniawati, 2014)
Persenntase kalus yang
y terbentutuk berkisar antara
20-1000%. Namu un, dari kkedua peneelitian
Ekspllan yang sudah disterilisasii terseb
but terdapatt perbedaann respon dalam
kemudian diregenerasiikan melalu ui beberapaa pembentukan kalus dari baggian organ bunga. b
tahapan yaitu: inisiasi, induksi,
i multtiplikasi dann Hasil penelitian Winarsih et al., (2003) (
pendewasaaan (Li et al, 1998; Maxim mova, 2002;; menun njukkan bag gian staminnodia memp punyai
Winarsih ett al., 2003; Guiltinan
G a 2001; Daa
et al., responns yang lebiih baik darippada kepala putik
Silva et al.,22008, Avivi et al., (2010). dan mahkota
m bung ga. Hal ini ddisebabkan karena
k
jaring
gan tersebut memproduks
m si fenol dan lendir
yang relatif sedikit. Traore & Gulitinan (2006)(
juga melaporkan bahwa ekksplan stamiinodia
78 SIRINOV, Vol. 3,
3 No. 2, Agustuss 2015 (Hal : 755– 82 )
Regenerasi Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L) Melalui Embriogenesis Somatik ( Sulistiyorini & Tresniawati)
lebih tinggi responnya dalam membentuk kalus yang berbeda), faktor genotipe dan metode
daripada eksplan petal. Berbeda dengan hasil yang digunakan. Purnamaningsih (2002)
penelitian Avivi et al., (2010) yang melaporkan menyebutkan sumber nitrogen dan zat pengatur
persentase kalus lebih banyak terbentuk pada tumbuh berperan dalam pembentukan
bagian mahkota bunga (petal) dibandingkan embriogenesis somatik. Nitrogen merupakan
bagian staminodia dan kepala putik. Jenis komponen utama untuk memacu morfogenesis,
eksplan yang digunakan diduga berpengaruh inisiasi dan perkembangan embrio somatik.
terhadap keberhasilan pembentukan embrio Inisiasi dan pendewasaan embrio somatik
somatik kakao. membutuhkan keseimbangan yang tepat antara
NH4+ dan NO3-. Konsentrasi NO3- yang terlalu
Induksi embrio somatik tinggi akan menyebabkan pH media meningkat
Kalus yang sudah terbentuk selanjutnya sehingga menghambat pembentukan kalus.
disubkultur ke media induksi untuk memacu
pembentukan embrioid. Induksi kalus Regenerasi embrio somatik
embriogenik disebut juga induksi kalus Media untuk regenerasi embrio somatik
sekunder (Secondary Callus Growth). oleh Li et al., (1998) disebut dengan media
Komposisi media untuk induksi kalus sekunder Embryo Development (ED). Komposisi dari
(SCG) terdiri dari media dasar WPM (Woody media tersebut menggunakan media dasar
Plant Medium) ditambah dengan larutan DKW ditambah dengan myo-inositol 100 mg/l,
vitamin Gamborg’s, glukosa 20 g/l, 2,4-D 9 2 mg/l Thiamin-HCl, Nicotinic Acid 1 mg/l,
µM, kinetin 1,4 µM, air kelapa 50ml/l dan Glycin 2 mg/l, sukrosa 30 g/l, glukosa 1 g/l dan
phytagel 2,2 g/l . Kalus embriogenik yang phytagel 2 g/l. Persentase kalus embriogenik
terbentuk pada lima genotipe kakao pada media yang mampu membentuk embrio somatik
SCG berkisar antara 0- 45% (Li et al.,1998). berkisar antara 1-46%.
Maximova et al., (2002) melakukan Traore & Guiltinan (2006) menggunakan
modifikasi media SCG dengan penambahan media ED dikombinasikan dengan beberapa
2.4-D 2.4 µM dan BA 1.4 µM (SCG 2). Media sumber karbon untuk regenerasi embrio
tersebut menghasilkan persentase kalus somatik. Sumber karbon yang digunakan
embriogenik berkisar antara 17-71% pada 8 memberikan pengaruh yang berbeda. Sama
genotype kakao (GF 23, GU 143, IFC 5, IFC halnya pada saat inisiasi kalus, penggunaan
705, KER 1, NA 32, NA 79). Hasil penelitian fruktosa, glukosa dan sukrosa mendukung
Da Silva et al., (2008) dengan menggunakan pembentukan embrio somatik dibandingkan
media SCG 2 melaporkan bahwa genotipe TSH dengan penggunaan maltose dan sorbitol.
565 menghasilkan kalus embriogenik lebih Penggunaan sukrosa sebagai sumber karbon
banyak (42%) dibandingkan TSH 1188 (4,3%). menghasilkan persentase embrio somatik paling
Kalus embriogenik dapat juga diinduksi pada tinggi yaitu 99% dan hanya sukrosa saja yang
media MS tanpa zat pengatur tumbuh. Dari 7 dapat mendukung pembentukan embrio somatik
klon yang diuji, klon Sca 6 menghasilkan kalus pada semua genotipe yang digunakan. Da Silva
embriogenik paling tinggi (52,2%) sedangkan et al., (2008) juga melaporkan sumber karbon
persentase pembentukan embrio somatik paling yang digunakan berpengaruh terhadap
rendah terdapat pada klon ICCRI 02 (Avivi, et pembentukan embrio somatik, penggunaan
al., (2010). Kalus embriogenik dicirikan dengan sukrosa sebagai sumber karbon menghasilkan
struktur kalus yang friabel, berwarna kuning jumlah embrio paling tinggi. Niemenak et al.,
krem hingga kecoklatan, halus, berbentuk nodul (2008) dengan metode TIS (Temporary
dan mengkilat (Winarsih et al., 2003). Immersion System) (Gambar 5) pada tahap
Perbedaan respon pembentukan embrio induksi embrio somatik mampu menghasilkan
somatik dari beberapa penelitian tersebut embrio somatik dalam jumlah banyak yaitu
diduga karena pengaruh zat pengatur yang mencapai 74,7% dari kalus yang mempunyai
digunakan (konsentrasi 2.4-D dan sitokinin bobot segar 34g. Embrio yang dihasilkan juga