Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGALIHAN KEWENANGAN

PENDIDIKAN MENENGAH DARI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KE


PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
(STUDI DI KOTA SURABAYA)
Aric Saputro
S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
arissha_putra@yahoo.com

Tjitjik Rahaju, S.Sos., M.Si.


S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
tjitjikrahaju@unesa.ac.id

Abstrak

Pasca diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014 Pemerintah Kota Surabaya menyerahkan kewenangan
pengelolaan SMA/SMK ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pengelolaan SMA/SMK di Kota Surabaya
secara teknis dikelola oleh Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya setelah adanya pengalihan
kewenangan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan
implementasi kebijakan pengalihan kewenangan pendidikan menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota
ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dilaksanakan di Kota Surabaya. Fokus dari penelitian ini adalah
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan melalui model implementasi
Donald D Van Meter dan Carl E. Van Horn di antaranya: ukuran dan tujuan kebijakan; sumber daya;
karakteristik agen pelaksana; komunikasi; disposisi; dan lingkungan ekonomi, sosial, politik. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya serta
beberapa sekolah SMA/SMK di Kota Surabaya. Analisis data yang dilakukan yakni dengan pengumpulan
data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa implementasi
pengelolaan SMA/SMK oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Kota Surabaya berjalan cukup baik
meskipun masih ditemukan beberapa kendala yang dihadapi.
Kata Kunci: Implementasi, Pengalihan, Pendidikan Menengah

Abstrack

After the enactment of Law number 23, 2014, The Government of Surabaya City devolved the authority
of The Senior High School/ Vocational High School management to the Province Government of East
Java. The management of The Senior High School/ Vocational High School in Surabaya is technically
managed by the Branch of Surabaya region education department after the transfer of authority. This
study aims to analyze and describe the implementation of the policy of transferring the authority of
secondary education from Regional / City Government to Provincial Government of East Java conducted
in Surabaya. The focus of this research is on the factors that influence the implementation of policies
through the implementation model of Donal D Van Meter and Carl E. Van Horn some of them are : the
measurement and policy objectives; resource; characteristics of the implementing agency;
communication; disposition; and the economic, social, and political environment. The type of research
that used is descriptive with qualitative approach. This research was conducted in East Java Province
Education Department and the Branch of Surabaya region education department, also several Senior High
School/ Vocational High School schools in Surabaya. Data analysis is done by data collection, data
reduction, and conclusion. The result of this research shows that the implementation of The Senior High
School/ Vocational High School management by East Java Provincial Government in Surabaya runs quite
well although still found some obstacles encountered.
Keywords: Implementation, Transfer, Secondary Education
PENDAHULUAN penyelenggara urusan pemerintahan bidang
Pasca ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 pendidikan di Provinsi Jawa Timur.
Tahun 2014 sebagai undang-undang Adanya pelimpahan kewenangan
pemerintahan daerah (UU Pemda) yang baru, pendidikan menengah dari pemerintah
pemerintah merumuskan regulasi baru terkait kabupaten/kota kepada pemerintah provinsi ini
perubahan pembagian urusan pemerintahan sebenarnya memunculkan berbagai tantangan
konkuren antara pemerintah pusat dan bagi pemerintah provinsi di seluruh Indonesia
pemerintah daerah. Pembagian urusan tersebut termasuk bagi Pemerintah Provinsi Jawa
salah satunya dalam bidang pendidikan. Bahwa Timur. Dalam hal ini tantangan yang harus
mulai tahun 2016 kewenangan pendidikan dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur
menengah di seluruh Indonesia dialihkan dari di antaranya adalah jumlah sekolah SMA/SMK
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah yang dikelola dan rentang kendali Dinas
provinsi. Penetapan kebijakan ini merupakan Pendidikan Provinsi Jawa Timur yang tersebar
perwujudan dari tujuan desentralisasi di 38 kabupaten/kota cukup banyak. Selain itu
pendidikan yakni untuk menyeragamkan tantangan dalam pengelolaan yang terkait aset
pengelolaan pendidikan, khususnya jenjang P3D di 38 kabupaten/kota yang juga harus
SMA/SMK antar kabupaten/kota di wilayah dimonitor atau dikendalikan oleh Dinas
provinsi (Sendhikasari, 2016). Perubahan Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Sumber :
kewenangan pendidikan menengah tersebut Materi Sekeretaris Dinas Pendidikan Provinsi
telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 pada Jawa Timur). Maka untuk kelancaran dalam
pasal 11, pasal 12 ayat 1 huruf a, pasal 15 ayat 1 mengelola SMA/SMK yang tersebar di 38
dan lampiran rumawi I, huruf A. Perubahan kabupaten/kota, Pemerintah Provinsi Jawa
tersebut merupakan perubahan dari UU Pemda Timur membentuk Cabang Dinas Pendidikan di
sebelumnya yakni UU No. 32 Tahun 2004. beberapa wilayah.
Perubahan kewenangan pendidikan menengah Pelaksanaan pengambilan alih kelola
tersebut bisa dilihat pada bagan berikut : pendidikan menengah yang dilakukan oleh
Gambar Pemerintah Provinsi Jawa Timur salah satunya
Perubahan urusan pemerintahan dalam dilakukan di Kota Surabaya. Pemerintah Kota
manajemen pendidikan menengah Surabaya menjadi salah satu pemerintah kota
yang harus menyerahkan pengelolaan
pendidikan menengah jenjang SMA/SMK
kepada pemerintah provinsi di antara 38
kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur pasca
pengalihan kewenangan pendidikan menengah
tersebut. Padahal sebelum dialihkan kepada
pemerintah provinsi dapat diketahui bahwa
kualitas pengelolaan pendidikan di Kota
Surabaya terutama pendidikan menengah sudah
sangat baik dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur
(Damayanti, 2017:3). Hal ini bisa dilihat dalam
Sumber : http://www.slideshare.net/btkip beberapa indikasi, di antaranya: Pemerintah
kalteng/undang-undang-23-tahun- Kota telah menggratiskan biaya pendidikan
2014-terhadap-kebijakan-anggaran- sampai jenjang pendidikan menengah; adanya
pendidikan-2016-plk peningkatan kualitas pendidikan siswa melalui
berbagai program; peningkatan kualitas guru
Kebijakan pengalihan manajemen juga melalui berbagai program; peningkatan
pendidikan menengah ini diberlakukan secara pelayanan pendidikan melalui berbagai akses
nasional. Semua pemerintah daerah baik pelayanan berbasis elektronik yang efektif
provinsi maupun kabupaten/kota harus efisien serta berbagai program lainnya (Paparan
menjalankan kebijakan tersebut. Salah satu Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2017).
daerah yang juga mengimplementasikan Namun demikian penyerahan kewenangan
kebijakan ini adalah Provinsi Jawa Timur. pendidikan menengah di Kota Surabaya kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara khusus pemerintah provinsi ini harus tetap dijalankan,
mengimplementasikan kebijakan pengalihan untuk menjalankan peraturan UU No. 23 Tahun
manajemen pendidikan menengah atas amanat 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
UU No. 23 Tahun 2014 tersebut melalui Dinas bersifat nasional tersebut. Pelaksanaan
Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebagai pengelolaan pendidikan menengah di Kota
Surabaya pasca dialihkan tersebut pada SMAN 1 Surabaya, SMAN 5 Surabaya, SMAN
akhirnya ditangani oleh Cabang Dinas 20 Surabaya, SMKN 5 Surabaya, SMKN 3
Pendidikan yang dibentuk oleh pemerintah Surabaya. Penjelaan mengenai implementasi
provinsi. kebijakan pengalihan kewenangan pendidikan
Dalam perkembangannya, pengelolaan menengah dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke
pendidikan menengah di Kota Surabaya yang Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dilaksanakan di Kota Surabaya ini
ini ternyata ditengarai menimbulkan beberapa menggunakan model teori implementasi dari
masalah menurut beberapa kalangan. Van Meter dan Van Horn, yang dilihat dari
Permasalahan yang terjadi dapat dirasakan beberapa faktor implementasi yakni :
mengingat terdapat kondisi yang berbeda antara 1. Ukuran dan tujuan kebijakan
saat sekarang dikelola oleh pemerintah provinsi 2. Sumber daya
dengan kondisi yang dulu ketika dikelola oleh 3. Karakteristik agen pelaksana,
pemerintah kota. Pasca adanya pengalihan 4. Sikap/kecenderngan (dispotition) para
kewenangan tersebut, Pemerintah Provinsi pelaksana.
Jawa Timur mengelola seluruh SDM, aset, 5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas
anggaran maupun administrasi SMA/SMK di pelaksana,
Kota Surabaya. Adapun masalah yang terjadi 6. Lingkungan sosial, politik dan ekonomi
tersebut dapat diketahui merupakan beberapa
permasalahan pada aspek P3D pada proses Teknik pengumpulan data yang
implementasi pengelolaan SMA/SMK. Dalam digunakan dalam penelitian ini dengan
wawancara awal yang telah dilakukan, peneliti wawancara, observasi, dan dokumentasi.
menemukan beberapa masalah pada biaya Adapun teknik analisis data yang digunakan
sekolah dan masalah tunjangan pada guru dalam penulisan ini mengacu kepada teknik
SMA/SMK di Kota Surabaya. Permasalahan analisis yang dikemukakan oleh Miles dan
tersebut sangat dipengaruhi oleh kesiapan Huberman (1992) yaitu pengumpulan data,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam reduksi data, penyajian data, dan penarikan
melakukan pengelolaan SMA/SMK khususnya kesimpulan.
di Kota Surabaya. Dalam hal ini implementasi
pengelolaan SMA/SMK di Kota Surabaya HASIL DAN PEMBAHASAN
sangat besar hubungannya dengan proses Implementasi pengelolaan pendidikan
pengelolaan yang dilakukan oleh Cabang Dinas menengah oleh pemerintah provinsi merupakan
Pendidikan Wilayah Kota Surabaya sebagai tindak lanjut kebijakan pengalihan kewenangan
lembaga perwakilan teknis Dinas Pendidikan pendidikan menengah di Kota Surabaya yang
Provinsi Jawa Timur di Kota Surabaya. direalisasikan oleh Cabang Dinas Pendidikan
Berdasarkan latar belakang di atas, Wilayah Kota Surabaya. Dalam
penulis mengangkat masalah ini ke dalam pelaksanaannya, tidak terlepas oleh adanya
sebuah judul penelitian yakni “Implementasi pertimbangan berbagai faktor-faktor yang turut
Kebijakan Pengalihan Kewenangan mempengaruhi proses implementasi kebijakan
Pendidikan Menengah dari Pemerintah ini. Sebagaimana faktor-faktor implementasi
Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi kebijakan yang disampaikan oleh Van Metter
Jawa Timur di Kota Surabaya”. Adapun dan Van Horn (1975), setidaknya terdapat enam
tujuan dari penelitian ini adalah untuk faktor yang turut mempengaruhi proses
mendeskripsikan implementasi pengalihan implementasi sebuah kebijakan. Ke enam faktor
kewenangan pendidikan menengah dari yang mempengaruhi proses implementasi
Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah kebijakan tersebut di antaranya adalah : 1)
Provinsi Jawa Timur yang dilaksanakan di Kota Ukuran (standar) dan tujuan kebijakan; 2)
Surabaya ini. Sumber daya; 3) Komunikasi dan aktivitas
pelaksana; 4) Karakteristik agen pelaksana; 5)
METODE PENELITIAN Kondisi sosial politik dan ekonomi; 6)
Kecenderungan (disposition) dari para
Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksana. Adapun hasil pemerolehan dan
penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data dari ke enam faktor tersebut adalah
pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian sebagai berikut :
deskripstif. Lokasi penelitian ini ditetapkan
secara purposive di Kota Surabaya yakni di 1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Cabang Tujuan dari kebijakan pengalihan
Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya, kewenangan pendidikan menengah dari
Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Artinya pemerintah
Provinsi Jawa Timur di dalam UU No. 23 provinsi yang menanggung seluruh pelaksanaan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pengelolaan pendidikan menengah SMA/SMK
berkaitan dengan tujuan kebijakan secara yang menjadi tanggung jawabnya di seluruh
nasional, yakni pemerataan pelayanan wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur,
pendidikan. Kebijakan ini juga bersifat termasuk salah satunya di Kota Surabaya.
redistribusi kewenangan, artinya pengambilan Karena tanggung jawab yang demikian besar
kembali kewenangan yang telah diberikan untuk tersebut, peneliti melihat bahwa anggaran
kemudian dilakukan pengaturan pemerataan. daerah yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa
Dalam konteks kebijakan pengaihan Timur masih kurang sepenuhnya untuk
kewenangan pendidikan menengah ini di mendanai pengelolaan SMA/SMK tersebut di
Provinsi Jawa Timur, redistribusi kewenangan seluruh kabupaten/kota. Sebagai pemecahannya,
dilakukan dari kewenangan pengelolaan pemerintah provinsi mencarikan alternatif
pendidikan menengah Pemerintah kekurangan tersebut dari anggaran Bantuan
Kabupaten/Kota kemudian diserahkan sekaligus Operasional Sekolah (BOS) dan melakukan
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa pengaturan biaya dari sekolah maupun siswa.
Timur. Penyerahan kewenangan pengelolaan Adapun dalam hal ketersediaan sarana
pendidikan menengah ini yang juga dilakukan prasarana yang mendukung kinerja Cabang
oleh Pemerintah Kota Surabaya kepada Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. dalam memberikan pelayanan pendidikan
Untuk operasional pelaksanaan menengah di Kota Surabaya, peneliti melihat
pengelolaan pendidikan menengah, standar tidak ada masalah berarti dalam aspek sarana
kinerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur prasarana ini. Hanya saja memang gedung yang
telah diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa digunakan dalam operasional kerja cabang dinas
Timur No. 81 Tahun 2016 tentang kedudukan, pendidikan masih pinjam, selain gedung
susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi tersebut sarana yang lain dapat dilihat masih
serta tata kerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa bisa dipenuhi oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Timur. Sedangkan standar kinerja cabang dinas Jawa Timur, sebagai penyedia utama
telah diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa infrastruktur cabang dinas. Dengan demikian
Timur No. 94 Tahun 2016 tentang peneliti menyimpulkan pada sumber daya
Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian sarana prasarana tidak mengalami permasalahan
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Cabang berarti yang dapat menghambat implementasi
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Dengan pengelolaan pendidikan menengah di Kota
demikian dapat disimpulkan bahwa memang Surabaya ini.
pengimplementasi-an kebijakan alih kelola
pendidikan menengah ini telah mempunyai 3. Komunikasi antar organisasi
tujuan dan standar implementasi secara jelas, Pada awal pengalihan kewenangan
baik secara makro maupun secara teknis pendidikan menengah ini, proses komunikasi
pelaksanaannya di konteks Kota Surabaya. telah dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Timur dengan pihak Pemerintah Kota Surabaya
2. Sumber Daya dalam proses penyerahan kewenangan
Implementasi pengelolaan pendidikan pendidikan menengah dalam aspek P3D.
menengah di Kota Surabaya didukung oleh Setelah selesai dialihkan dan dikelola oleh
sumber daya manusia, sumber daya pendanaan, pemerintah provinsi, pengelola teknis dipegang
dan sarana prasarana. Dalam aspek sumber daya oleh Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota
manusia, dapat diketahui bahwa permasalahan Surabaya. Proses komunikasi yang dilakukan
yang dihadapi oleh Cabang Dinas Pendidikan dalam pengelolaan teknis pendidikan menengah
Wilayah Kota Surabaya dalam aspek sumber ini dilakukan di internal Cabang Dinas
daya manusia ini adalah permasalahan secara Pendidikan dan dengan pihak eksternal yang
kuantitas maupun secara kualitas. terlibat dalam proses pelaksanaan kebijakan.
Adapun dalam aspek sumber daya Komunikasi dengan pihak internal dilakukan
keuangan/pendanaan, dapat diketahui bahwa antar para para pegawai organisasi pelaksana,
pada implementasi pengelolaan pendidikan antara atasan dan bawahan atau sebaliknya.
menengah di Kota Surabaya, sumber pendanaan Sedangkan komunikasi dengan pihak eksternal
dikelola langsung oleh Dinas Pendidikan dilakukan dilakukan antar lembaga eksternal
Provinsi Jawa Timur. Sumber pendanaan dalam terkait pelaksanaan kebijakan, atau juga dengan
pengelolaan pendidikan menengah ini adalah pihak-pihak kelompok sasaran kebijakan.
berasal dari Anggaran Pendapatan Daerah Berdasarkan temuan di lapangan
sebagaimana pemaparan di atas, peneliti Hal ini yang menunjukkan mekanismen
menyimpulkan bahwa aktivitas komunikasi pengawasan yang dilakukan Cabang Dinas
yang dilaksanakan oleh Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya agar proses
Pendidikan Wilayah Kota Surabaya dalam pengelolaan pendidikan menengah di Kota
proses implementasi pengelolaan pendidikan Surabaya tidak keluar dari standar kinerja dan
jenjang SMA/SMK di Kota Surabaya yaitu standar pelayanan yang telah ditetapkan
komunikasi di internal lembaga dan komunikasi sebagaimana tugas dan fungsi cabang dinas
dengan pihak eksternal lembaga. Komunikasi pendidikan.
yang dilaksanakan di internal lembaga
dilakukan bisa dalam bentuk instrksional atau 5. Lingkungan Sosial, Politik dan Ekonomi
dalam bentuk koordinasi. Sedangkan Kondisi sosial, politik dan ekonomi
komunikasi dengan pihak eksternal lembaga berhubungan dengan kondisi masyarakat kota
merupakan komunikasi yang dilakukan untuk Surabaya. Dalam proses pelaksanaannya
tujuan koordinasi. masyarakat bisa menerima kebijakan yang ada
dengan diberikannya pengertian dari pihak
4. Karaktersitik Agen Pelaksana Dinas Pendidikan Provinsi melalui Cabang
Dalam konteks implementasi kebijakan Dinas Pendidikan Wilayah Kota Surabaya.
pengalihan kewenangan pendidikan menengah Begitu juga dengan konteks sosial ekonomi
di Kota Surabaya, karakteristik pelaksana masyarakat Kota Surabaya pada konteks
mengacu pada karakteristik Cabang Dinas pelaksanaan kebijakan ini. Secara sosial
Pendidikan Wilayah Kota Surabaya sebagai ekonomi masyarakat Kota Surabaya sebenarnya
lembaga pelaksana teknis pengelolaan masih banyak yang masih berada dalam kondisi
pendidikan menengah di Kota Surabaya. ekonomi yang lemah, oleh karenanya
Karakteristik cabang dinas pendidikan sangat membutuhkan bantuan untuk kebutuhan
ditentukan bagaimana karakter para pegawai pendidikan anak-anak mereka. Namun karena
yang bekerja di dalamnya. kebijakan alih kelola pendidikan menengah ini
Dilihat dari aspek kompetensi dan tetap harus dilaksanakan, akhirnya masyarakat
ukuran pegawai di cabang dinas pendidikan bisa tetap bisa menyesuaikan kebijakan yang ada.
dikatakan masih berada dalam kondisi kurang Tentu peran pemerintah dalam hal ini, juga turut
ideal. Kondisi ini yang kemudian mencarikan pemecahan terhadap kondisi siswa
mempengaruhi tingkat pelayanan yang SMA/SMK yang masih membutuhkan bantuan
diberikan yang masih belum sepenuhnya bisa biaya sekolah. Adapun dalam permasalahan ini,
dilaksanakan dengan maksimal. Meskipun pemecahan yang dilakukan pemerintah yaitu
masalah ini telah dirasakan dampaknya oleh berupaya memberikan bantuan biaya sekolah
kelompok sasaran, dalam ini para siswa dan melalui dana BKSM, pengaturan pembebanan
guru. Namun demikian, karena cabang dinas biaya sekolah dengan sistem silang di sekolah
pendidikan memprioritaskan pelayanan kepada dan lain sebagainya. Pada prinsipnya kondisi
masyarakat, maka dalam melaksanakan sosial ekonomi masyarakat Kota Surabaya yang
pekerjaan mereka, peneliti mendapati para demikian tersebut, tidak secara siginifikan
pegawai cabang dinas mengupayakan menghambat proses implementasi alih kelola
memberikan pelayanan yang baik dengan pendidikan menengah ini di Kota Surabaya.
kondisi yang ada. Dengan demikian berdasarkan ulasan
Sedangkan apabila dilihat dari tingkat di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks sosial
pengawasan di internal lembaga cabang dinas politik dan ekonomi masyarakat Kota Surabaya
pendidikan, peneliti melihat bahwa setiap dalam pelaksanaan kebijakan alih kelola
keputusan di cabang dinas selalu ada koordinasi pendidikan menengah ini cenderung
terlebih dahulu. Hal ini bisa dilihat pada mendukung proses implementasi kebijakan.
mekanisme cabang dinas pendidikan dalam
pengambilan sebuah keputusan terkait 6. Kecenderungan (disposition) dari para
pengelolaan SMA/SMK di Kota Surabaya pelaksana/implementor
selalu melakukan koordinasi dengan Dinas Berhubungan dengan sikap para
Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebagai pegawai Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
pemegang utama pengelolaan pendidikan Kota Surabaya ini, peneliti melihat bahwa
menengah tingkat provinsi. Dengan adanya secara kecenderungan para pegawai mempunyai
mekanisme tersebut artinya setiap adanya pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap
keputusan yang bersifat strategis dalam proses kebijakan pengalihan kewenangan pendidikan
pengelolaan pendidikan SMA/SMK di Kota menengah ini. Hal ini bisa dilihat beberapa
Surabaya dapat dilakukan kontrol yang baik. indikasi yang bisa dilihat pada pola kinerja para
pegawai dalam menjalankan tugas dan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
fungsinya yang mengutamakan pelayanan Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
kepada masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Sebagai pengelola teknis pendidikan Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian
jenjang SMA/SMK di Kota Surabaya Cabang Kualitatif Dan Kuantitatif.
Dinas Pendidikan memprioritaskan pelayanan Yogyakarta: Gajah Mada Press.
kepada masyarakat. Peneliti melihat bahwa Cheema, G Shabbir dan Rondinelli, Dennis A.
prioritas pelayanan ini dilaksanakan atas 1983. Decentralization and
keputusan dari Kepala Cabang Dinas yang Development. Sage Publication, Inc.
dalam hal ini yaitu Bapak Sukaryanto. Cochran, Charles L. 1999. Public Policy.
Keputusan dari kepala cabang dinas tersebut McGraw: Hill College.
kemudian dilaksanakan oleh para pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 2017.
dengan menjalankan tugas-tugas di cabang Paparan Dinas Pendidikan Kota
dinas dengan memprioritaskan pelayanan Surabaya. Surabaya.
kepada masyarakat. Para pegawai cabang dinas Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis
cenderung patuh dan melaksanakan apa yang Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM
menjadi tugas mereka baik yang bersifat Press.
instruksi dari kepala cabang dinas atau Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2006. Kebijakan
sebagaimana tugas dan fungsi mereka. Hal ini Publik untuk Negara-Negara
menunjukkan bahwa secara kecenderungan Berkembang. Jakarta: PT Elex Media
penerimaan dan sikap para pegawai cabang Komputindo.
dinas pendidikan terhadap kebijakan yang ada Grindle, Merilee S. (ed). 1980. Politics and
cenderung mendukung proses implementasi Apolicy Implementation in the Third
pengelolaan pendidikan menengah di Kota World. New Jersey: Princetown
Surabaya. University Press.
Hasibuan, Malayu. 1996. Manajemen Dasar:
Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT
PENUTUP
Gunung Agung.
Berdasarkan data yang telah diperoleh di
Hornby, As. 1995. Oxford Advanced Learner’s
lapangan dan analisis data yang telah dilakukan
Dictionary of Current English. Oxford:
oleh peneliti, secara makro dapat disimpulkan
Oxford University Press.
bahwa proses implementasi pengelolaan
Indroharto. 1993. Usaha Memahami Undang-
pendidikan menengah jenjang SMA/SMK di
Undang tentang Peradilan Tata Usaha
Kota Surabaya oleh Cabang Dinas Pendidikan
Negara. Jakarta: Pustaka Sinar
Wilayah Kota Surabaya dapat dilaksanakan
Harapan.
dengan semestinya sebagaimana tugas dan
Islamy, Irfan M. 1991. Prinsip-prinsip
fungsinya, namun demikian dalam proses
Perumusan Kebijaksanaan Negara.
implementasi dihadapkan dengan beberapa
Jakarta: Bumi Aksara.
permasalahan seperti keterbatasan sumber daya
Jenkins, W.I. 1978. Policy Analysis. Oxford:
manusia, kurangnya kesiapan sumber daya
Martin Robertson.
manusia dan permasalahan pendanaan. Hal ini
Knoepfel, et al. 2007. Public Policy Analysis.
yang kemudian menimbulkan dampak terhadap
UK: The Policy Press.
siswa dan guru SMA/SMK di Kota Surabaya,
Marsidin, Sufyarma. 2003. Kapita Selekta
seperti pembebanan biaya sekolah dan
Manajemen Pendidikan. Bandung:
penurunan tunjangan bagi para guru.
Alfabeta.
Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metodologi
DAFTAR PUSTAKA Penelitian: Pendekatan Praktis dan
Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Rujukan Buku Mazmanian, Daniel H. dan Sabatier, Paul A.
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. 1983. Implementation and Public
Jakarta: Penerbit Pancur Siwah. Policy. New York: HarperCollins.
Ali, Lukman. 1995. Kamus Besar Bahasa Meter, Donald Van dan Horn, Carl Van. 1975.
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka The Policy Implementation Procces: A
Anderson, James E. 1970. Public Policy Conceptual Framework. London: Sage.
Making. New York: Reinhart and Miles, B. Mathew dan Huberman, Michael.
Wiston.
1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru.
Jakarta: UIP.
Moleong, Lexy J. 2015. Metode Penelitian Provinsi (Studi Kasus Persiapan Dinas
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Pendidikan Provinsi Jawa Tengah)”.
Rosdakarya. Jurnal Ilmu Pemerintahan Undip. Vol.
Nitibaskara, Tubagus Ronny Rahman. 2002. 6 (2).
Paradoksal Konflik dan Otonomi Rujukan dari Majalah
Daerah, Sketsa Bayang-Bayang Sendhikasari, Dewi. 2016. “Pengalihan
Konflik Dalam Prospek Masa Depan Kewenangan Manajemen Pendidikan
Otonomi Daerah. Jakarta. Menengah dari Kabupaten/Kota ke
Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Provinsi”. Dalam Info Singkat, April.
Universitas Lampung, Bandar Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR
Lampung: Universitas Lampung. RI.
Rosidin, Utang. 2010. Otonomi Daerah dan Alhuman, Amich. 2000. “Pembangunan
Desentralisasi. Bandung: Pustaka Pendidikan dalam Konteks
Setia. Desentralisasi”. Dalam Kompas,
Sarundajang. 2000. Arus Balik Kekuasaan September.
Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka
Rujukan Internet
Sinar Harapan.
BTKIP Kalimantan Tengah. 2015. Undang-
Subarsono AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik
Undang 23 tahun 2014 terhadap
Konsep, Teori dan Aplikasi.
kebijakan anggaran pendidikan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(Online), (http://www.slideshare.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif,
net/btkipkalteng/undang-undang-23-
Kualitatif dan R&D. Bandung:
tahun-2014-terhadap-kebijakan
Alfabeta.
anggaran-pendidikan-2016-plk, diakses
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode
11 April 2017).
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota
Remaja Rosdakarya.
Surabaya. 2017. Akreditasi
Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik.
SMA/SMK/MA/PK-LK Surabaya 2017,
Bandung: AIPI.
(Online), (http://surabayacab.
Wahab, SA. 2001. Analisis Kebijaksanaan: dari
dindik.jatimprov.go.id/2017/akreditasi-
Formulasi ke Implementasi
smasmkmapk-lk-surabaya-2017.html,
Kebijaksanaan Negara. Jakarta:
diunduh 8 Januari 2018).
Penerbit Bumi Aksara.
Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Rujukan Peraturan Perundang-undangan
Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo dan Peraturan lain
Persada. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Amandemen
Rujukan Skripsi
Kedua Tahun 2000.
Ernadi, Dedy. 2017. Pengembalian kewenangan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
pengelolaan jenjang pendidikan SMA tentang Sistem Pendidikan Nasional.
sederajat dari Dinas Pendidikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,
Kabupaten/Kota kepada Dinas tentang Pemerintahan Daerah.
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
Skripsi tidak diterbitkan. Bandar tentang Pemerintahan Daerah.
Lampung: PPs Universitas Lampung. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 81
Rujukan Jurnal Tahun 2016 tentang kedudukan,
Damayanti, Sella Nova. 2017. “Analisis susunan organisasi, uraian tugas dan
Prospektif Kebijakan Pengalihan fungsi serta tata kerja Dinas Pendidikan
Kewenangan Pendidikan Menengah Provinsi Jawa Timur.
dari Pemerintah Kota Surabaya ke Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 94
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 tentang Nomenklatur,
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan
Tentang Pemerintahan Daerah”. Jurnal Fungsi serta Tata Kerja Cabang Dinas
Kebijakan dan Manajemen Publik. Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Vol. 5 (3). Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
Rizki, Shinta Fiara. 2017. “Pengalihan tentang Perangkat Daerah.
Kewenangan Penyelenggaraan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
Pendidikan Menengah dari Pemerintah 120/253/sj tanggal 16 Januari 2015.
Kabupaten/Kota kepada Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai