Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Asuhan keperawatan Sehat Jiwa

Sepanjang Rentang Kehidupan

DISUSUN OLEH :

WIDYA AYU PRATIWI (180101039)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. RAMAITA.M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES PIALA SAKTI PARAIAMAN

2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya


maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “ASKEP SEHAT
JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa.

Dalam Penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak saya harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita. Amiin

Kayu Tanam, 14 JUNI 2020

Widya Ayu Pratiwi

i
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Askep Sehat Jiwa Pada Ibu Hamil...............................................................................................3
B. Askep Sehat Jiwa Pada Bayi.......................................................................................................6
C. Askep Sehat Jiwa Pada Toddler..................................................................................................8
D. Askep Sehat Jiwa Pada Prasekolah..........................................................................................10
E. Askep Sehat Jiwa Pada Usia Sekolah........................................................................................12
F. Askep Sehat Jiwa Pada Remaja................................................................................................15
G. Askep Sehat Jiwa Pada Dewasa...............................................................................................16
H. Askep Sehat Jiwa Pada Lansia..................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
Kesimpulan......................................................................................................................................21

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwaadalah kondisi
jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan
dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius (Kusumawati &
Hartono, 2011).

Kesehatan jiwa mencakup perkembangan individu di mulai sejak dalam


kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18 bulan),
masa toddler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), usia
sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa
tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, D.L, 2009).

Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011,yang di kutip
dari Ikrar (2012),penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar
biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya
puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Bahkan menurut
laporan pusat psikiater Amerika, dibutuhkan dana sekitar US$ 160 bilyun pertahun.
Berarti gangguan jiwa berdampak dalam semua segi kehidupan,ekonomi, politik,
sosial, budaya, keamanan, dan seterusnya.

Menurutdata dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa


di Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt).
Pada

1
laporan riset kesehatan dasar tahun2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6%
individu yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki
gangguan
emosional (Dimyati, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana askep sehat jiwa sepanjang rentang kehidupan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang askep sehat jiwa sepanjang rentang
kehidupan yang meliputi ibu hamil, bayi, toddler, prasekolah, usia sekolah, remaja,
dewasa, dan lansia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Askep Sehat Jiwa Pada Ibu Hamil

1. Pengkajian

A. Riwayat Obstetri

Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar

perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang.

Riwayat Obstetri meliputi hal-hal di bawali ini :

a) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).


b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
d) Jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi.
g) Rencana menyusui bayi

B. Riwayat Kontrasepsi
C. Riwayat Penyakit dan Operasi
D. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :

3
a) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko
tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
b) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.
c) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
d) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan pinggang).
e) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberkulosis.
f) Riwayat dan perawalan anemia.
g) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
h) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman
ringan.
i) Merokok (Jumlah batang per hari).
j) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko
terinfeksi toxoplasma.
k) Alergi dan sensitif dengan obat.
l) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit,

E. Riwayat Keluarga

Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit kronis


(menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung, infeksi seperti
tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.

F. Riwayat kesehatan pasangan


Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-obatan seperti
kokain dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk menghadapi
kehamilan dan persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh
pada ibu dan janin, terulama risiko mengalami komplikasi.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan citra tubuh


2. Ketakutan
3. Gangguan pola tidur

3. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan citra tubuh


4
Intervensi :
a) Terima persepsi diri klien dan berikan jaminan bahwa ia dapat mengatasi
krisis ini.
b) Dorong klien melakukan perawatan diri.
c) Kaji kesiapan klien, kemudian libatkan klien dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan bila memungkinkan.
d) Berikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan perasaan tentang citra
tubuhnya.

2. Ketakutan

Intervensi :
a. Berikan informasi sesuai tingkat pemahaman atau penerimaan klien.
b. Orientasikan klien ke lingkungan sekitar
c. Orientasikan keluarga pada kebutuhan khusus klien dan izinkan anggota
keluarga berpartisipasi dalam memberikan perawatan.
d. Atur anggota keluarga untuk tinggal bersama klien.

3. Gangguan Pola Tidur

Intervensi
a) Berikan kesempatan klien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin
menghalangi tidur.
b) Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur
tanpa terganggu selama beberapa jam.
c) Berikan bantuan tidur, kepada klien, seperti bantal, mandi sebelum tidur,
makanan atau minuman, dan bahan bacaan.
d) Ciptakan lingkungan tenang yang kondusif untuk tidur.
e) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang teknik relaksasi.

5
B. Askep Sehat Jiwa Pada Bayi

1. Pengkajian

Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan bayi,


ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain yang diawali dengan
kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan
psikososial berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa
percaya tidak terpenuhi maka akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya
diri dan setelah besar ia menjadi orang yang mudah curiga dan tidak menjalin
hubungan baru.
Karakteristik perilaku :
 Target
 perkembangan
 Prilaku bayi
 Perkembanngan yang normal :
 Berkembangnya
 rasa percaya
 Tidak langsung menagis saat bertemu dengan orang lain
 Menolak saat digendong oleh orang yang tak dikenalnya
 Menangis saat digendong oleh orang yang tak dikenalnya
 Menangis saat tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit, panas)
 Bereaksi senang saat ibunya datang menghampiri
 Menangis saat ditinggalkan ibunya
 Memperhatikan/memandang ayah ibunya/ orang yang mengajaknya bicara
 Mencari suara ibu/orang lain yang memasnggil
 namanya

Penyimpangan perkembangan :

 berkembangnya
 rasa tidak percaya
 Menangis menjerit-jerit saat ditinggal ibunya
 Tidak mau berpisah sama sekali dengan ibunya
 Tidak mudah berhubungan dengan orang lain
 Menangis Berkepanjangan
 Agitasi yang berlebihan

2. Diagnosa Keperawatan

1. Perkembangan yang normal : rasa percaya


2. Penyimpangan perekmbangan : rasa tidak percaya

1. Perkembangan yang normal : rasa percaya


Intervensi :
6
a. Jeleskan pengertian perkembangan psikososial, karakteristik perilaku bayi
yang normal dan menyimpang
b. Jelaskan cara memupuk rasa percaya bayi pada ibu/keluarga :
 Panggil bayi sesuai namanya
 Berespon secara konsisten terhadap kebutuhan bayi
 Susui segera saat bayi menangis
 Ganti popok/ celana bila basah atau kotor
 Lindungi dari bahaya jatuh
 Kurangi stres bayi dengan cara : rawat bayi dengan kasih sayang,
 memeluk, menggendong, mengeloni dengan tulus dan sepenuh hati.
 Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi
 Mengajak bayi bermain
 Mengajak bayi bicara saat sedang merawat bayi

c. Demonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi


d. Rencanakan tindakkan untuk memupuk rasa percaya bayi

2. Penyimpangan perkembangan : rasa tidak percaya


Intervensi :
a) Informasikan penyebab rasa tidak percaya bayi
b) Ajarkan cara menjalin hubungan saling percaya dengan bayi :
 Memenuhi kebutuhan dasar : makan, minum, kebersihan, BAB/BAK,
istirahat/tidur, bermain
 Memenuhi rasa aman dan nyaman : melindungi bayi dari rasa sakit, panas,
cedera (jatuh, tidak membiarkan sendirian,berikan kasih sayang)
 Segera membawa ke pelayanan kesehatan saat sakit

7
C. Askep Sehat Jiwa Pada Toddler

1. Pengkajian

a) Identitas
b) Nama
c) Umur
d) Jenis Kelamin
e) Agama
f) Penanggung jawab

 Nama orang tua sebagai penanggung jawab


 Pendidikan ayah/ibu
 Pendapatan keluarga yang memadai menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan segala kebutuhan anak
 Alamat

e. Keluhan Utama
f. Riwayat Penyakit Sekarang
g. Riwayat Penyakit Dahulu
h. Riwayat Pengobatan Keluarga
i. Riwayat Psikososial
j. Riwayat Keluarga
k. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

2. Diagnosa Keperawatan

1) Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


situasi yang terjadi di lingkungan
2) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan keadaan tumbang dan
lingkungan
3) Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang
anak

3. Intervensi Keperawatan

1) Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


situasi yang terjadi di lingkungan
Intervensi :
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia
b) Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam
tempat tidur anak
c) Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut

8
2) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan keadaan tumbang dan
lingkungan
Intervensi :
a) Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
b) Lindungi kaki anak dengan sandal/sepatu
c) Beri makanan yang aman untuk usia anak
d) Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan

3) Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang
anak
Intervensi :
a) Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini
sesuai umur
b) Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
c) Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak

9
D. Askep Sehat Jiwa Pada Prasekolah

1. Pengkajian

 Keluarga
1. Pengetahuan keluarga
2. Peran orang tua
 Anak
1. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a) Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun. Berat
badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg terkait denga
nutrisi anak.
b) Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
c) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi otot
besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik, berjalan
naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat.
d) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.

2. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :


a) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
b) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
c) Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang memungkinkan
penggabungan berbagai personifikasi yang berbeda.

3. Perkembangan psiko-sosial
a) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
b) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih sosial,
mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.

4. Persepsi Kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup mereka,
sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang tua untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak mengembangkan perilaku
sehat mereka, berpakaian dan makan.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ;
 Orang tua kurang pengetahuan
 Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
 Stressor yang berkaitan dengan sekolah
 Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bermain atau
 pendidikan sekunder, akibat :
10
a) Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
b) Kurang stimulasi
c) Sedikitnya orang terdekat
d) Kehilangan teman sebaya
Intervensi :
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi,
menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
c) Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju sendiri,
perawatan mulut, perawatan rambut.
d) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan berbagai
mainan.
e) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan bermain.
f) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan permintaan.
g) Beri pujian untuk perilaku yang positif.

2. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi


mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak
Intervensi :
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b) Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak.

3. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa


Intervensi :
a) Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk :
 Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi.
 Bermain peran sesuai respon.
 Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negative.

b) Ajarkan orang tua untuk :


 Menghindari ketidaksetujuan di depan anak
 Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan minta anak untuk
 mengulangi apa yang dikatakan

11
E. Askep Sehat Jiwa Pada Usia Sekolah

1. Pengkajian

1. Identitas
 Nama
 Umur
 Jenis Kelamin
 Agama
 Penanggung jawab
 Nama orang tua sebagai penanggung jawab
 Pendidikan ayah/ibu
 Pendapatan keluarga yang memadai menunjang tumbuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan segala kebutuhan anak
 Alamat

2. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu


Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau bayi lahir mati dan
menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat pertumbuhan otak janin, anemia
pada BBL, mudah terkena infeksi, abortus dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995 : 2).

3. Riwayat Parental
Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau bayi lahir mati dan
menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada BBL, mudah terkena infeksi, abortus dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995 :
2).

4. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu system yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu system
yang tergantung pada kemampuan genetic dan mekanisme hemeosttik bayi itu
sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari
setelah dilahirkan, merupakan masa awan dalam proses tumbuh kembang anak
khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen (Soetjiningsih,
1995 : 4-5).

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada
bayinya. Juga faktor genetic merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1995 : 2).

6. Riwayat Tumbuh Kembang


12
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang
berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh
kembang anak baik fisik, mental, dan social juga menegakkan diagnose dini setiap
kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penangan yang efektif serta mencegah
dan mencari penyebabnya (Soetjiningsih, 1995 : 7).

7. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit
tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.

8. Pola Kebiasaan Sehari-hari


 Nutrisi / Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya seperti : protein, lemak, karbohidrat, dan mineral serta vitamin (Ilyas,
dkk, 1993 : 10-11).

 Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5 – 2 tahun berhenti mengompol pada siang hari, 2,5 – 3 tahun
berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti
mengompol, bila umur 3-4 tahun masih mengompol, dicari penyebabnya. Toilet
training (latihan defekasi) perlu dimulai penyebabnya agar evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur yang mempermudah kelancaran pemberian makanan.
(Abdoerrachman, dkk, 1985 : 55).

 Istirahat dan tidur


Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena
kegiatan fisiknya meningkat seperti bermain. Kebutuhan tidur 2 hingga 3 jam tidur
siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari. (Suryanah, 1996 : 80).

 Olahraga dan rekreasi


Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktifitas fisiologi dan dimulai
perkembangan otot-otot (Ilyas, dkk, 1993 : 16).

 Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku 1x seminggu,
membersihkan mulut dan gigi.

9. Tanda-tanda vital

10. Diagnose Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan aktivitas


Intervensi :
a) Menganjurkan untuk bermain di tempat yang aman
b) Membantu memberikan fasilitas untuk aktivitas yang diawasi
c) Waspadai olahraga yang berbahaya

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kubutuhan tubuh


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi.
Intervensi :
13
a) Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai pentingnya
memperhatikan dan mengontrol kebiasaan makan anak dan jenis makanan
anak
b) Biasakan sarapan pada pagi hari untuk kebutuhan energy anak dalam
berpikir dan konsentrasi dalam menerima pelajaran
c) Tekankan pada orang tua dan anak mengenai pentingnya makan bersama di
rumah

14
F. Askep Sehat Jiwa Pada Remaja

1. Pengkajian

a) Identitas
b) Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit
c) Faktor predisposisi
d) Aspek fisik atau biologis
e) Aspek psikososial
f) Status mental
g) Catat pola pertumbuhan dan perkembangan dan bandingkan dengan alat
standar
h) Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi remaja
i) Lakukan pemeriksaan fisik
j) Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan pada remaja
k) Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood

2. Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas berhubungan dengan stressor


2) Gangguan mood
3) Risiko cedera berhubungan dengan penggunaan alcohol, rokok, dan obat
4) Intervensi Keperawatan

15
G. Askep Sehat Jiwa Pada Dewasa

1. Pengkajian

Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan


perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.

a. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20
tahun.Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan
fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan
keluarga usia subur sangat luas. Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami
penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung
mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam mencari perawatan
kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan
pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari
pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan
klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung,
maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya. Pengkajian gaya hidup pribadi
dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum, yaitu :
a) Hobi dan Minat
b) Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan
penggunaan
c) kafein, alcohol dan obat terlarang
d) Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi
kesehatan
e) dan hewan peliharaan
f) Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik
g) dan mental

b. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan
tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara
umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu,
pemecahan masalah dan keterampilan motoric. Mengidentifikasi area pekerjaan
yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui
persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan
pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas dengan
pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system
pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian
yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa
awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.

16
c. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang
terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada
tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau
kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa
memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun
orang dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan
penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari
tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial
dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya”
ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran
pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk membuktikan status
sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan
tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan
menyebabkan posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal
menghadapi peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat
kerja untuk mencapai dan mempertahankan status kelasmenengah. Konseling karier
dan kepribadian dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan
menentukan tujuan yang realistik. Faktor etnik dan jender mempunyai dampak
sosiologis dan psikologis dalam kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat
merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus
membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua.
Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor individu,
perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam aspek
pengembangan
psikososial dewasa awal.

d. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan
situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat
waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar.
Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan
menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya
lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang
tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu
menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien.
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang
biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga
meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau
makan, dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.

e. Stress Keluarga

Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat


diprediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi
dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah
kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin
17
keluarga atau kedua orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua
tunggal, orang tua atau adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala
keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi.
Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem
pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

2. Diagnose Keperawatan

1) Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan


sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah,
pilihan karier
2) Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota
keluarga (misalnya pernikahan)
3) Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah
dan pergi dari rumah)

3. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber


psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier.
Intervensi :
a. Kaji status koping individu saat ini
- Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
- Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata,
intonasi, dan intensitas suara
b. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan dengan
orang terdekat)
c. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan
stress (misalnya jogging, yoga)

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga


(misalnya pernikahan).
Intervensi :
a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan
diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota
keluarga
c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk
mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan
pergi dari rumah).
Intervensi :
a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang
b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
c. Tingkatkan interksi social
- Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
- Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
- Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri
18
pada orang lain

H. Askep Sehat Jiwa Pada Lansia

1. Pengkajian

a. Identitas
b. Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?
Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi,
meliputi Min Mental Status Exam (MMSE) (Menurut Flostein, MS. Dkk,
1995)
I. Orientasi

 Tanyakan hari ini tanggal berapa?


 Kemudian tanyakan hal-hal terkait, misalnya sekarang ini musim apa?

II. Registrasi

 Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya (memori)


 Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-kata seperti BOLA, BENDERA,
POHON. Dengan jarak per kata 1 detik. Sesudah itu minta pasien untuk
mengulanginya. Jawaban pertama menentukan skornya, tetapi mintalah
pasien untuk mencoba terus (misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini kurang
bermakna.

III. Perhatian dan Perhitungan

- Minta pasien untuk menghitung mundur dari 100 dengan selisi 7. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berilah skor 1 untuk setiap jawaban yang benar.
- Bila dia tidak mampu menghintung, mintakan padanya untuk mengeja suatu
kata dari arah belakang (misalnya RUMAH--------H-A-M-U-R), beri skor satu
untuk setiap huruf yang ditempatkan benar. Catatlah jawaban pasien.

IV. Daya Ingat

Minta pasien unutk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan kepadanya
diatas tadi.

V. Bahasa

- Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : “apa ini?” Ulangi


hal yang sama untuk pensil. Beri skor satu untuk setiap jawaban yang benar.
- Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : ‘bukan, itu bukan……………!,
tetapi itu ………dan………! Beri skor 1 point bila pengulangan benar.
19
- Perintah tiga langkah. Beri pasien secarik kertas kosong dan katakana :
“ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakan dilantai.” Beri
skor 1 poin untuk setiap langkah yang benar.

2. Data Demografi

a. Ras dan suku apa ?


b. Jenis kelamin
c. Riwayat pendidikan

3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas


Intervensi :
a. Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative
terhadap tidur pada malam hari.
b. Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur.
c. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien
(member susu hangat).
d. Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.
2. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif
Intervensi :
a. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan
persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifkasi risiko terjadinya bahaya yang
mungkin timbul.
b. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.
c. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi atau berbahaya, seperti memanjat
pagar tempat tidur.
d. Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik atau kebutuhan klien.
e. Kaji efek samping obat, tanda keracuna (tanda ekstrapiramidal, hipotensi
ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
3. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
Intervensi :
a. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri.
b. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
c. Lakukan pengawasan dan berikan kesempatan untuk melakukan sendiri sesuai
kemampuan.
d. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah

20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pembuatan askep sehat jiwapengkajian merupakan tahap awal dan


dasar utama dari proses keperawatan jiwa yang terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan. Setelah data dikelompokkan baik data subjektif maupun data
objektif, maka masalah dirumuskan dan membuat daftar masalah keperawatan,
membuat pohon masalah, dan menegakkan diagnosis keperawatan dengan
menetapkan core problem (masalah utama). Langkah selanjutnya setelah
menegakkan diagnosiskeperawatan adalah: 1.Membuat rencana tindakan
keperawatan 2.Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan dan melaksanakan terapi modalitas serta melaksanakan pemberian obat
sesuai dengan instruksi dokter 3.Mengevaluasi keberhasilan pasien dan keluarga.
4.Menuliskan pendokumentasian pasien sesuai dengan format yang ada.

Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak


dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18
bulan), masa toddler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun),
usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun),
dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun).

21
. DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sundeen. 2000. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Beck, A. T. (1967). Depression: Causes and treatment. Philadelphia: University of


Pennsylvania Press

Wilkinson, Judith M. Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosis


Keperawatan.Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai