NIM : 35119509
KELAS 2 AN PDD BONE
Jawab :
1. Dalam pemasaran, setelah suatu produk dirancang dan dipromosikan, maka
tentu harus ada perencanaan soal bagaimana produk tersebut akan bisa diraih
oleh masyarakat. Hal ini disebut perencanaan distribusi.
Perencanaan distribusi adalah pembuatan keputusan sistematik yang berkaitan
dengan pergerakan fisik dan transfer kepemilikan produk dari produsen ke
konsumen. Misalnya: sebuah perusahaan pembuat produk makanan yang
mudah meleleh seperti es krim harus memikirkan bagaimana cara menyimpan
produknya ketika belum dipasarkan agar tetap bagus dan tak meleleh,
bagaimana mengirimkannya ke berbagai toko di seluruh Indonesia dengan
menggunakan kendaraan khusus, dan akhirnya bagaimana serta dimana
menjualnya. Kegiatan distribusi yang direncanakan harus meliputi aspek
penyimpanan sebelum dipasarkan, transportasinya, serta transaksinya ketika
pelanggan hendak membelinya. Semua proses ini dilakukan dalam suatu fungsi
yang disebut jalur distribusi. Sedangkan orang-orang yang menanganinya
disebut channel members atau middle men. Semua hal ini harus dipikirkan
agar jalur distribusi tidak terhambat dan produk bisa dikirimkan ke berbagai
saluran distribusi tepat waktu, untuk memenuhi permintaan konsumen.
Strategi Pushing dan Pulling Stragegi pushing dan pulling dalam jalur
distribusi menggambarkan dua macam gaya yang berbeda dalam hal penerapan
jalur distribusi oleh produsen. Kedua gaya ini berkaitan dengan strategi untuk
memasarkan produk dengan cara yang lebih efisien.
Dalam strategi pushing, produsen membuat produk dalam jumlah tertentu lalu
langsung melibatkan channel members untuk memasarkannya kepada
konsumen, dimana di sini produsen memberi target penjualan untuk si channel
members. Sementara itu, dalam strategi pulling, produsen mengiklankan dulu
produknya ke masyarakat, sehingga kemudian muncullah permintaan dari
masyarakat kepada channel members agar menghadirkan produk yang
diinginkan masyarakat tersebut. Akan tetapi, selain strategi pushing dan
pulling, ada juga faktor lain yang diperhitungkan yaitu intensitas dari promosi
kanal distribusi tergantung jenis produk dan target konsumennya. Hal ini akan
dibahas dalam lembar berikutnya. Ada tiga jenis sifat saluran distribusi yaitu:
Distribusi Eksklusif, Distribusi Selektif dan Distribusi Intensif, masing-masing
memiliki karakteristik berbeda dalam tiap aspeknya.
• Obyektifitas: distribusi eksklusif menekankan prestise dan kesetiaan
konsumen, distribusi selektif menekankan citra produk yang cukup bagus dan
solid meski tidak terlalu eksklusif, dan distribusi intensif lebih menekankan
pada pemasaran seluas-luasnya.
• Channel Members: distribusi eksklusif punya sedikit saja channel members
yang dipilih dengan ketat, distribusi selektif punya lebih banyak tetapi terbatas,
dan distribusi intensif memanfaatkan channel members sebanyak-banyaknya.
• Pelanggan: distribusi eksklusif punya sedikit pelanggan tapi setia dan rela
pergi jauh untuk mendapatkan produk, distribusi selektif punya lebih banyak
pelanggan tapi hanya dari kalangan tertentu yang setia pada merk ternama, dan
distribusi intensif punya lebih banyak pelanggan serta tak suka repot-repot atau
mengeluarkan terlalu banyak uang.
Distribusi eksklusif misalnya melibatkan distribusi gaun adibusana, distribusi
selektif misalnya melibatkan distribusi produk berkualitas namun cenderung
banyak dibutuhkan seperti perabot rumah, dan distribusi intensif misalnya
produk sabun dan pasta gigi.
Berikut adalah lanjutan dari ketiga poin sebelumnya, yaitu sifat-sifat dari
karakteristik saluran distribusi:
• Penenakan pada pemasaran: Distribusi Eksklusif menekankan kondisi belanja
yang nyaman dan pelayanan maksimal, distribusi selektif menekankan lebih
banyak promosi produk di satu tempat tetapi kondisi belanja dan pelayanan
tetap bagus, dan distribusi intensif menekankan pemasaran banyak barang di
satu tempat.
• Kerugian: distribusi eksklusif hanya bisa memeroleh potensi penjualan
sedikit, distribusi selektif menimbulkan kesulitan dalam hal memperkenalkan
produk jenis baru, dan distribusi intensif menimbulkan kesulitan dalam hal
pengendalian kanal distribusi.
Contoh: seperti yang sudah disebutkan, distribusi eksklusif melibatkan produk
yang sangat sulit didapat dan mahal seperti gaun adibusana atau makanan
mewah seperti kaviar, lalu distribusi selektif melibatkan produk seperti pakaian
dari merk ternama (bukan adibusana) atau perabot rumah, dan distribusi
intensif melibatkan barang kebutuhan sehari-hari.
3. Perlu diketahui bahwa manajemen logistik yang efektif juga harus memiliki
gudang yang tepat. Penggunaan gudang sangat tergantung pada jenis barang
yang disimpan. Misalnya, barang yang mudah rusak seperti daging, pasti akan
membutuhkan fasilitas lemari pendingin. Untuk dapat memahami manajemen
logistik maka akan lebih baik lagi jika pelaku usaha mengetahui apa itu
logistik.
Menurut Yolanda M. Siagian (2005), Logistik adalah agian dari proses rantai
suplai (supply chain) yang berfungsi merencanakan, melaksanakan,
mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan,
penyimpanan barang, pelayanan dan informasi mulai dari fase awal (point of
origin) hingga fase konsumsi (point of consumption) dengan tujuan memenuhi
kebutuhan konsumen.
Ada tiga tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan logistic management,yaitu;
1. Tujuan operasional, agar persediaan barang dapat dilakukan dengan jumlah
dankualitasyangepat.
2. Tujuan keuangan, agar pengeluaran untuk pengadaan barang dapat
dilakukansecara efisien.
3. Tujuan pengamanan, untuk menjaga dan mendukung efisiensi dan efektifitas
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
1. Tujuan Umum
Tujuan utama dari aktivitas manajemen logistik pada dasarnya adalah untuk
bisa fokus pada pencapaian tujuan organisasi agar bisa lebih efisien dan efektif.
2. Tujuan Khusus