Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN LOGISTIK

RUMAH SAKIT.

DR.SYAHRUL MUHAMMAD.MARS
Manajemen Logistik : Pengertian, Fungsi,
dan Komponen di Dalamnya

- KULIAH ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS/IKM


8301
PENGERTIAN
Manajemen logistik adalah sebuah penerapan pada berbagai prinsip manajemen
dalam aktivitas logistik untuk menggerakan personil dan barang agar bisa
dilakukan secara lebih efisien dan lebih efektif.

Pengertian lain dari manajemen logistik adalah suatu bagian dari upaya supply
chain management yg mempunyai fungsi penting untuk proses pelaksanaan,
perencanaan, serta pengendalian efektivitas dan efisiensi penyimpanan serta
distribusi barang, pelayanan, serta informasi hingga pada suatu titik
konsumsi agar bisa memenuhi kebutuhan para konsumen.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA-NC
MANAJEMEN LOGISTIK MENURUT BEBERAPA AHLI ;

Abbas menjelaskan bahwa manajemen logistik adalah suatu prosedur aktivitas fungsional dalam
mengelola material yang mencakup berbagai kegiatan perencanaan serta penentuan kebutuhan,
anggaran pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan, hingga
pengendaliannya (Abbas)

Siahaya mengatakan bahwa manajemen logistik adalah suatu bagian dari manajemen rantai
pasok atau Supply chain management yang di dalamnya melakukan perencanaan, melaksanakan,
serta mengendalikan arus barang secara lebih efektif dan efisien yang mencakup transportasi,
distribusi, penyimpanan, jasa layanan, serta informasi terkait mulai dari mana barang tersebut
berasal hingga tiba di tempat konsumen untuk bisa memenuhi keperluannya (Siahaya).
Fungsi Manajemen Logistik

1. Perencanaan dan Pemenuhan Kebutuhan


Dalam hal ini, manajemen logistik berfungsi sebagai perencanaan dan juga
penentu keperluan dari setiap program organisasi. Hal tersebut meliputi aktivitas
analisa produk yang digunakan, skala prioritas, hingga ketersediaan produk.

Aktivitas perencanaan ini harus selalu memperhatikan anggaran yang dimiliki


oleh perusahaan, faktor ketersediaan, hingga kemudahan dalam mengakses suatu
barang.
Fungsi Manajemen Logistik

2. Penganggaran

Fungsi penganggaran dalam manajemen logistik adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan
pengadaan barang sudah sesuai dengan anggaran yang dimiliki perusahaan. Apabila biaya
anggaran logistik tersebut ternyata tidak sesuai, maka harus dilakukan perubahaan pada
perencanaannya
Fungsi Manajemen Logistik

3. Fungsi Pengadaan
Manajemen logistik pada dasarnya memang lebih fokus pada pengadaan barang
dan menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Saat ada ketidaksesuaian
anggaran dan menjadi sulit dalam mengubah perencanaan, maka pihak
manajemen logistik harus melakukan improvisasi dalam mengelola kegiatan
logistik dengan budget yang terbatas
Fungsi Manajemen Logistik

4. Penyimpanan dan Penyaluran


Fungsi manajemen logistik dalam menyimpan dan menyalurkan adalah suatu proses
yang mana suatu produk barang sudah diperoleh pada tempat yang memang sudah
seharusnya. Nantinya barang tersebut akan disalurkan ke pihak lain yang
berkepentingan sesuai dengan SOP perusahaan.

FIRST IN FIRST OUT. = FIFO


Fungsi Manajemen Logistik

5. Pemeliharaan
Dalam hal ini, manajemen logistik juga meliputi seluruh
pemeliharaan barang. Umumnya, tujuan dari pemeliharaan barang
logistik adalah guna memastikan produk barang yang tersimpan tidak
menjadi cepat rusak.
Fungsi Manajemen Logistik

6. Penghapusan
Dalam proses aktivitas manajemen logistik juga terdapat aktivitas
penghapusan. Fungsi penghapusan dilakukan untuk memisahkan
barang yang sudah rusak, memperbaikinya, atau menggantinya
dengan yang sesuai.
Fungsi Manajemen Logistik

7. Pengendalian
Manajemen logistik juga berfungsi sebagai pengendalian, yang mana akan
dilakukan oleh seorang manajer logistik dengan tahapan yang sesuai dengan
berbagai fungsi yang sudah disebutkan di atas. Tujuannya adalah untuk
memastikan seluruh fungsi logistik bisa dilakukan sesuai dengan yang memang
diharapkan.
Tujuan Manajemen Logistik

Berdasarkan beberapa fungsi manajemen logistik yang sebelumnya sudah kita bahas bersama, tujuan
manajemen logistik adalah:

1. Tujuan Umum
Tujuan utama dari aktivitas manajemen logistik pada dasarnya adalah untuk bisa fokus pada
pencapaian tujuan organisasi agar bisa lebih efisien dan efektif.

2. Tujuan Khusus
Setidaknya terdapat tiga tujuan khusus dalam kegiatan manajemen logistik. Pertama, agar persediaan
barang bisa dilaksanakan dengan kuantitas dan kualitas yang benar. Kedua, agar pengeluaran dana
untuk tujuan pengadaan bisa dilakukan lebih efisien. Ketiga, guna mendukung dan juga menjaga
efisiensi serta efektifitas guna mencapai tujuan utama perusahaan.
Manfaat Manajemen Logistik

Dengan menerapkan manajemen logistik yang baik, maka akan banyak manfaat yang akan
dirasakan oleh suatu perusahaan. Beberapa manfaat manajemen logistik adalah:
1. Persediaan ; Hadirnya manajemen logistik yang baik akan mampu ketersediaan barang
sehingga seluruh kegiatan operasional perusahaan bisa dilakukan dengan lancar.
2. Transportasi ; Aktivitas logistik pasti akan memerlukan alat transportasi, sehingga pihak
perusahaan yang sudah menerapkan manajemen logistik yang baik akan mampu memastikan
adanya transportasi untuk proses penyaluran barang.
3. Fasilitas ; Terdapat berbagai fasilitas logistik yang diperlukan agar seluruh aktivitas logistik
bisa dilakukan dengan lancar. Dengan menerapkan manajemen logistik, maka pihak
perusahaan akan mengetahui fasilitas apa saja yang diperlukan untuk mendukung aktivitasnya .
Manfaat Manajemen Logistik
4. Layanan ; Hal penting yang harus diperhatikan bagi setiap perusahaan adalah memberikan pelayanan
yang baik pada pelanggannya. Namun, pelayanan tersebut juga tidak hanya fokus pada konsumen saja,
tapi bisa juga pada pihak lain, seperti supplier.
5. Manajemen dan Administrasi ; Setiap kegiatan manajemen pastinya akan selalu didukung dengan
aktivitas administrasi agar setiap kegiatan bisa dipastikan tercatat secara baik dan teratur, sehingga
seluruh informasi kegiatan logistik bisa ditemukan secara mudah jika nantinya dibutuhkan.
6. Inbound Transportasi ;Manfaat manajemen logistik pada inbound transaksi dilakukan untuk
menangani distribusi barang dan bahan baku dari pihak pemasok ke perusahaan. Perusahaan akan
berpotensi mendapatkan kerjasama yang baik dengan pihak pemasok yang mempunyai kualitas bahan
baku dan kualitas terbaik dengan menerapkan manajemen persediaan yang baik.
Manfaat Manajemen Logistik
8. Pemecahan Masalah ; Setiap proses penyediaan barang pasti akan ada saja masalah yang bisa
terjadi. Dengan menerapkan manajemen logistik, maka setiap permasalahan tersebut bisa diatasi dan
juga diantisipasi dengan cepat, tepat, dan akurat.
9. Informasi Kepada Konsumen ;Biasanya, setiap konsumen ada saja yang
melakukan tracking pada pengiriman barang yang dipesannya. Dengan hadirnya manajemen logistik
yang baik, maka penyampaian informasi tentang distribusi suatu barang akan bisa dilakukan secara
lebih rapi.
10. Kepercayaan dari Konsumen ; Tingkat kepercayaan konsumen yang lebih besar kepada
perusahaan akan hadir jika ada pelayanan terbaik, baik itu dalam hal penyampaian informasi,
ketepatan waktu, serta pelayanan yang baik. Hal tersebut akan berujung pada timbulnya loyalitas
konsumen pada suatu brand.
Komponen Manajemen Logistik 

Aktivitas logistik bisa berjalan dengan baik jika didukung dengan berbagai komponen pada sistem logistik yang
baik pula. Beberapa komponen manajemen logistik tersebut adalah:

1.Struktur Lokasi Fasilitas 


Hadirnya jaringan fasilitas dalam suatu perusahaan adalah serangkaian lokasi dimana dan dengan apa material atau
produk akan dibawa atau diangkut. Untuk bisa mencapai tujuan perencanaan, berbagai fasilitas tersebut  mencakup
pabrik, gudang, serta toko pengecer. Apabila menggunakan jasa khusus dari perusahaan kurir atau gudang, maka
fasilitas tersebut tentu akan menjadi bagian yang sangat penting dari jaringan kerja.

2. Transportasi 
Terdapat satu hal yang diperlukan untuk menyelesaikan pengangkutan, yaitu kecepatan pelayanan transport.
Kecepatan ini erat kaitannya dengan transport yang bisa memberikan pelayanan yang cepat dengan harga yang
tinggi, selain itu pelayanan yang lebih cepat juga akan lebih mampu memotong waktu produksi barang.
Komponen Manajemen Logistik 
3.Persediaan 
Pengadaan material yang dilakukan dengan sistem logistik untuk alasan yang berbeda dengan pengadaan suatu produk matang
atau produk jadi. Dengan memanfaatkan tahapan waktu MRP, maka tujuan terpentingnya adalah guna mempertahankan jumlah
jadwal produksi dengan suatu komitmen minimal dari pengadaan persediaan.

4.Komunikasi 
Komunikasi adalah suatu aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem logistik. Kecepatan proses informasi juga sangat erat
kaitannya dengan integrasi dari fasilitas, transportasi, serta persediaan perusahaan. Suatu perusahaan akan semakin peka pada
gangguan arus informasi jika desain sistem logistik yang diterapkan di dalamnya lebih efisien.

5.Penanganan dan Penyimpanan 


Penanganan serta penyimpanan mencakup pergerakan, pengemasan,dan pengepakan. Untuk itu, semakin sedikit produk yang
ditangani, maka akan semakin terbatas atau lebih efisien pula arus total fisiknya. Apabila diintegrasikan secara lebih efektif,
maka penangan ini akan mampu mengurangi masalah dengan kecepatan dan kemudahan dengan adanya sistem tersebut.
SIMPULAN

Manajemen logistik adalah seluruh aktivitas yang erat kaitannya dengan pengelolaan
logistik. Aktivitas ini sangat penting untuk perusahaan dengan skala kecil maupun
besar agar bisnisnya bisa terus maju atau berkembang.

Namun, untuk bisa terus maju dan berkembang, perusahaan tidak hanya bisa berfokus
dalam menerapkan manajemen logistik, karena ada manajemen pemasaran dan
manajemen keuangan yang juga harus diperhatikan..
Pengertian Buffer Stock dalam Persediaan Barang.

Bagi pelaku bisnis manufaktur, persediaan barang menjadi hal penting.


Barang menjadi elemen bahan baku yang artinya jika ada kekurangan
maka akan mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Dampaknya
tentu besar karena seolah menjadi efek domino bagi proses produksi.
Buffer stock

Buffer jika diartikan adalah penyangga atau untuk menjaga. Oleh karena itulah, Buffer stock
sering juga disebut safety stock.

Buffer stock adalah stok barang yang disediakan untuk menjaga operasional produksi agar tetap
berjalan sampai ada barang kembali yang masuk sebagai stok.

Dengan kata lain, buffer stock dilakukan agar tidak terjadi stockouts atau kekurangan bahan
baku. Perlu diingat bahwa pasokan dan permintaan seringkali mengalami ketidakpastian
sehingga ‘berjaga-jaga’ adalah solusi terbaik.
Terdapat tiga komponen dalam mempertimbangkan perlunya buffer
stock, yaitu:

1.Variasi Permintaan
Di pasar, permintaan sangat variatif. Jarang ditemui kasus permintaan yang
selalu stabil tiap bulannya. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh pelaku bisnis.

Bayangkan jika variasi permintaan semakin tinggi dari waktu ke waktu, maka
resiko stock out semakin besar. Hal ini artinya faktor permintaan berbanding
lurus dengan buffer stock yang harus disiapkan.
Terdapat tiga komponen dalam mempertimbangkan perlunya buffer
stock, yaitu:

2.Lead Time
Lead time adalah waktu antara pemesanan hingga barang dikirim ke konsumen.
Waktu ini juga sifatnya variatif karena banyak faktor.

Semakin besar lead time-nya maka semakin besar pula buffer stock yang
dibutuhkan.

Lead time sendiri terdiri dari beberapa macam tergantung dari perusahaan masing-
masing, seperti lead time produksi, lead time transportasi, atau lead time inspeksi.
Terdapat tiga komponen dalam mempertimbangkan perlunya buffer
stock, yaitu:

3.Service Level

Adalah kemampuan perusahaan mentolerir permintaan konsumen. Sebagai contoh jika ada 100
permintaan, maka berapa banyak yang ditolerir untuk tidak bisa terpenuhi?

Misalkan, ada 10 yang dirasa tidak bisa dipenuhi, maka itu artinya service level perusahaan adalah 90
persen. Idealnya memang 100 persen, namun kita tak bisa menutup mata karena artinya buffer stock-nya
juga harus lebih besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus sudah menentukan service levelnya
masing-masing.
CARA MENGUKUR BUFFERSTOCK

Cara paling sederhana yang paling populer adalah dengan menghitung kebutuhan rata-rata
bahan per minggu atau per bulan.
Sebagai contoh sederhana, barang A lebih murah jika dibeli per box. Namun untuk
mendapatkan satu box itu, dibutuhkan waktu 3 hari.
Jika seminggu dibutuhkan 2 box barang A, maka buffer stock yang disiapkan adalah 2 box
juga (di luar 2 box keperluan).
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika pemasokan barang A lebih dari 3 hari, maka
produksi tetap bisa berjalan.
Buffer stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) x Lead
Time

Contoh sederhananya adalah misalkan perusahaan X memperkirakan pemakaian


maksimum dari bahan A perminggu adalah 100 kg. Sedangkan pemakaian rata-
ratanya adalah 90 kg dengan lama lead time 2 minggu. Maka, perhitungan
buffer stocknya adalah:

Buffer stock = (100-90) x 2 = 10 x 2 = 20 kg.

Jadi, perusahaan X harus menyediakan stok tambahan sekitar 20 kg agar proses


produksi lebih aman
LOGISTIK FARMASI RUMAH SAKIT
UNDANG UNDANG RUMAH SAKIT

SUTOTO.KARS 30
SUTOTO.KARS 31
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

SUTOTO.KARS 32
Sistem Farmasi RS
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.(PMK 72/2016).

Sediaan Farmasi…Obat, Alkes,BMHP.,,,oksigen, limbah B3.


Pasal 3 (1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi ;

1. pemilihan; 2 perencanaan kebutuhan; 3 pengadaan; 4.


penerimaan; 5. penyimpanan; 6.pendistribusian;
7.pemusnahan dan penarikan; 8. pengendalian; 9.dan
administrasi.
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:

1.pengkajian dan pelayanan Resep; 2. penelusuran riwayat


penggunaan Obat; 3. rekonsiliasi Obat; 4.Pelayanan Informasi Obat
(PIO); 5.konseling; 6.visite; 7.Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8.Monitoring Efek Samping Obat (MESO); 9.Evaluasi Penggunaan
Obat (EPO); 10.dispensing sediaan steril; 11.Pemantauan Kadar Obat
dalam Darah (PKOD).
Pasal 6
(1)Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut


untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan
Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien.

Produk Pasien

MPO PKPO
Pelayanan Farmasi RS
Manajerial

Yan Farmasi
Klinik

Kelola risiko
Kegiatan Farmasi
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi
klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh SDM, sarana, dan peralatan.
Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga
harus mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan
manajemen risiko.
Kendali mutu dan kendali biaya

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan
kendali biaya.
◦ Direktur + Manajer dibawahnya,
◦ Komite medik,
◦ Komite Farmasi Terapi,
Sistem satu pintu
Adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi RS.
Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yg beredar di RS merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi RS, sehingga
tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
di RS yg dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi RS.

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.Hal 10

SUTOTO.KARS 42
Manfaat Farmasi Satu Pintu

1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
4. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
Manfaat Farmasi Satu Pintu

5. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
6. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akurat;
7. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
8. peningkatan pendapatan RS dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:

1. Pemilihan ; Formularium ; PPK, CPs.

2. Perencanaan Kebutuhan ; Prioritas, history, anggaran dll.

3. pengadaan ; sertifikat analisa, MSDS, pembelian, kontrak, Nomor Izin Edar, kadaluarsa minimal
2 (dua) tahun , sumbangan, droping, hibah, dll

4. penerimaan ; menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak

5. Penyimpanan; standar, persyaratan. First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)
disertai sistem informasi manajemen.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:

6. pendistribusian ; R/perorangan, floor stok, UDD, kombinasi.


7. Pemusnahan dan Penarikan ; ketentuan BPOM.
8. Pengendalian ; persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian
9. Administrasi; tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran
kegiatan yang sudah berlalu.
8 .PENGENDALIAN

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP dilakukan oleh
Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di RS.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alkes. dan BMHP untuk:


a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan /kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Al Kes dan BMHP.
Contoh Kebijakan Umum Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Kebijakan Penyimpanan Obat RS XYZ:

Disesuaikan dengan bentuk Sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan dan stabilitasnya,sifat bahan, danketahanan
terhadap Cahaya (lihat petunjuk penyimpanan masing-masing obat

Obat disusun alphabetis

Sistem FIFO (First in first out} atau FEFO( first expired first out)

Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label: isi, tanggal kadaluwarsa dan
peringatan

Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan

Unit tertentu yang dapat menyimpan elektrolit konsentrat harus dilengkapi dengan SPO Khusus untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati

Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi stiker NORUM/LASA

Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir rekonsiliasi obat dan disimpan di …loker…………

SUTOTO.KARS 48
Look Alike Sound Alike
Dilarang disimpan berjejeran

Diberi label LASA

LASA
LASA

SUTOTO.KARS 49
Cara untuk mengendalikan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP
adalah:

a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);


b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
Beberapa risiko yg berpotensi terjadi dlm pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP al:

1. ketidaktepatan perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP selama periode tertentu;

2. pengadaan Sediaan Farmasi, Alkesdan BMHP tidak melalui jalur resmi;

3. pengadaan Sediaan Farmasi, Alkesdan BMHP yg belum/tidak teregistrasi;

4. keterlambatan pemenuhan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP;

5. kesalahan pemesanan Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP seperti spesifikasi (merek, dosis, bentuk sediaan) dan
kuantitas;
Beberapa risiko yg berpotensi terjadi dlm pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP al

6. ketidaktepatan pengalokasian dana yang berdampak terhadap pemenuhan/ketersediaan Sediaan Farmasi,


Alkes dan BMHP.;

7. ketidaktepatan penyimpanan yg berpotensi terjadinya kerusakan dan kesalahan dalam pemberian;

8. kehilangan fisik yg tidak mampu telusur;

9. pemberian label yg tidak jelas atau tidak lengkap; dan

10. kesalahan dalam pendistribusian


Komite/Tim Farmasi dan Terapi

Merupakan unit kerja > rekomendasi kepada pimpinan RS mengenai


kebijakan penggunaan Obat di RS.
anggotanya ; dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di RS,
Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus dapat membina hubungan kerja dengan
komite lain di dalam RS yg berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi

Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya
2 (dua) bulan sekali dan untuk RS besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan.
Rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar dari dalam maupun
dari luar yg dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Komite/Tim Farmasi dan
Terapi, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang
bermanfaat bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
Tugas Komite/Tim Farmasi dan Terapi

1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di RS;

2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium RS;

3. mengembangkan standar terapi;

4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;

5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;

6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;

7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error;

8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit.


Terkait Tugas Komite/Tim Farmasi dan Terapi dgn komite
lain ;

1. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit; 6. Direct Observed Treatment


2. Keselamatan Pasien Rumah Sakit; Shortcourse (DOTS);
3. Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah 7. Program Pengendalian Resistensi
Sakit; Antimikroba (PPRA);
4. perawatan paliatif dan bebas nyeri; 8. Transplantasi;
5. penanggulangan AIDS 9. PKMRS
10. Terapi Rumatan Metadon.
DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai