17 63 1 PB
17 63 1 PB
Abstrak
Pada penelitian ini larutan sabun yang mengandung senyawa surfaktan natrium alkil benzen sulfonat
(C12H25C6H4SO3-Na+) dan natrium lauril eter sulfat (C12H25O(CH2CH2O)2SO3-Na+) dipelajari sifat tegangan
permukaannya. Kedua senyawa ini memiliki gugus anionik bersifat hidrofilik yang larut dalam air dan gugus
hidrofobik berupa rantai alkil yang larut dalam pelarut non-polar. Berdasarkan gugus fungsinya, kedua
senyawa tersebut dapat dikategorikan dalam golongan surfaktan anionik. Surfaktan merupakan senyawa
aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan permukaan suatu cairan. Pada penelitian ini tegangan
permukaan larutan surfaktan ditentukan dengan metoda cincin Du Nouy yang kemudian dibandingkan
terhadap larutan surfaktan yang mengandung berbagai pelarut organik. Pada penelitian ini diamati bahwa
tegangan permukaan larutan surfaktan pada suhu 25ºC mengalami penurunan sejalan dengan
bertambahnya konsentrasi surfaktan. Penambahan pelarut organik seperti metanol, etanol, gliserol dan
aseton dengan konsentrasi 0,1 M, dan 0,5 M, secara umum diamati menurunkan tegangan permukaan pada
konsentrasi surfaktan yang rendah, akan tetapi akan meningkatkan tegangan permukaan secara signifikan
pada konsentrasi surfaktan yang tinggi.
Kata kunci: Tegangan permukaan, larutan surfaktan, surfaktan anionik, metoda cincin Du Nouy, pelarut
organik.
1
gelembung tersebut. Pada prinsipnya larutan
Pendahuluan
dengan tegangan permukaan yang lebih rendah
Para mahasiswa kimia pada semester awal memungkinkan terbentuknya gelembung dengan
jarang sekali mempelajari tentang kimia volume yang lebih besar. Hal tersebut
permukaan atau fisika permukaan. Percobaan menimbulkan pertanyaan bagaimana ukuran
tentang fenomena permukaan biasanya tidak maksimum dari gelembung tersebut dapat diatur
dibahas secara mendalam bahkan dalam kuliah berdasarkan konsentrasi surfaktan terlarut.
kimia fisika sekalipun. Hal ini sangatlah Selanjutnya bagaimana kelenturan dari
disayangkan, karena terdapat banyak percobaan permukaan cairan dapat diatur tidak hanya
menarik yang dapat ditampilkan untuk dengan melakukan variasi konsentrasi surfaktan
menunjukkan efek-efek permukaan baik secara tapi juga dengan penambahan berbagai pelarut
kuantitatif maupun kualitatif. Pembentukan organik polar seperti alkohol dan aseton. Oleh
gelembung sabun adalah satu dari fenomena karena itu, pada penelitian ini dilakukan suatu
menarik tersebut. Hampir semua kalangan studi terperinci mengenai pengaruh konsentrasi
mengenal gelembung sabun, mulai dari anak- larutan surfaktan serta penambahan berbagai
anak hingga orang dewasa, bahkan gelembung pelarut organik polar terhadap tegangan
sabun juga digunakan dalam pertunjukan seni. permukaan menggunakan alat tensiometer
Gelembung sabun bahkan banyak dengan metoda cincin Du Nouy.
diperjualbelikan terutama pada obyek wisata,
pusat keramaian dan pada saat perayaan. Molekul surfaktan memiliki bagian polar
Bahan dasar pembuatan gelembung sabun (hidrofilik) yang larut dalam air dan bagian non-
sangatlah sederhana dan dapat ditemukan di polar (hidrofobik) yang larut dalam
mana-mana, seperti sabun cuci piring, sabun minyak/pelarut non-polar digambarkan secara
mandi, sabun colek dan detergen. Pembuatan skematis pada Gambar 1. Bagian hidrofilik
gelembung sabun dapat menggunakan berbagi molekul surfaktan dapat berupa gugus ionik
alat sederhana seperti cincin kawat, cincin bermuatan positif atau negatif, atau gugus
plastik, serta benda berbentuk silinder dengan bersifat polar non-ionik yang bermuatan netral.2
berbagai ukuran. Pada Gambar 1, bagian hidrofilik dari molekul
digambarkan secara skematis sebagai bagian
Telah dilaporkan bahwa sifat gelembung kepala berbentuk bulat, sedangkan bagian
sabun bergantung pada tegangan hidrofobik sebagai bagian badan berbentuk
permukaannya, yang secara langsung rantai zig-zag.
berpengaruh terhadap volume maksimum dari
Dengan R adalah jari-jari cincin. Keliling 2πR D = rapat massa fasa dibawah antar muka
harus dikalikan dua mengingat bahwa ada batas d = rapat massa fasa diatas antar muka
dalam dan batas luar antara cairan dan kawat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian murni pada suhu 20ºC memiliki tegangan
ini adalah : larutan sabun cair (Sunlight) dengan permukaan sebesar 72,8 dyne cm-1. Pada
berbagai konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, 16, dan penelitian ini, tegangan permukaan untuk air
-1
20 % w/v. Untuk pelarut organik seperti: metanol, murni pada suhu 25ºC adalah 40,2 dyne cm .
etanol, gliserol, dan aseton, digunakan pelarut Perbedaan suhu pengukuran sangat
dengan kualitas p.a. (pro analysis) yang dibeli mempengaruhi hasil pengukuran. Jika suhu
dari Merck, dengan masing-masing konsentrasi pengukuran atau suhu sistem dinaikkan, maka
0,1 M, 0,5 M. Setiap larutan dibuat dengan energi kinetik molekul-molekulnya juga
mengencerkan zat terlarut dengan air hasil meningkat yang menyebabkan meningkatnya
permurnian menggunakan metoda reverse getaran molekul. Getaran atau gerak vibrasional
osmosis pada Laboratorium Kimia Fisik Material, dari molekul-molekul air tersebut akan
FMIPA – ITB. melemahkan interaksi antar molekul, seperti
ikatan hidrogen atau gaya van der Waals. Hal ini
Pengukuran Tegangan Permukaan Larutan berakibat langsung pada penurunan tegangan
Surfaktan. Sebelum setiap seri pengukuran permukaan suatu cairan dengan meningkatnya
dilakukan kalibrasi terhadap alat tensiometer suhu sistem. Hal ini sesuai dengan persamaan
yang digunakan menggunakan beban standar. Ramsay–Shields yang menyatakan hubungan
Setelah tahap kalibrasi, pengukuran tegangan antara suhu dan tegangan permukaan:
permukaan larutan surfaktan dilakukan pada
berbagai konsentrasi surfaktan. Masing-masing 2
larutan dengan konsentrasi berbeda sebanyak M 3
Bertambahnya konsentrasi surfaktan lebih tinggi diperoleh urutan nilai tegangan permukaan
dari 12 % tidak menyebabkan pengurangan larutan surfaktan dengan penambahan senyawa
yang berarti pada tegangan permukaan, hal ini organik dengan konsentrasi 0,1 M adalah etanol
disebabkan karena pada konsentrasi tersebut > aseton > metanol > gliserol, sedangkan untuk
surfaktan mulai beragregasi membentuk misel.11 konsentrasi setelah CMC adalah aseton > etanol
Konsentrasi kritis di mana misel mulai terbentuk > metanol > gliserol. Dari data tegangan
disebut sebagai Critical Micelle Concentration permukaan larutan surfaktan pada konsentrasi
(CMC). setelah CMC, tampak bahwa aseton memiliki
tegangan permukaan paling tinggi. Hal ini dapat
dijelaskan dari interaksi antara aseton dengan
145 air. Aseton memiliki gugus aktif C karbonil (C=O)
yang menjadikan atom C lebih bersifat
140
elektropositif akibat keberadaan atom O yang
bersifat elektronegatif. Atom O pada ikatan C=O
γ (dyne cm )
-1
135
akan berinteraksi kuat dengan atom H pada
130 molekul air, interaksi ini merupakan interaksi
dipol-dipol bukan ikatan hidrogen. Sedangkan
125
atom C pada C=O yang bersifat elektropositif
120
tidak cukup polar untuk berinteraksi kuat dengan
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
atom O pada H2O akibat penetralan lewat efek
Konsentrasi Surfaktan (%)
induksi oleh dua gugus metil. Keberadaan
interaksi dipol-dipol ini meskipun memiliki
Gambar 2. Pengukuran tegangan permukaan larutan kekuatan ikatan yang lebih lemah dari ikatan
surfaktan pada berbagai konsentrasi ketika cincin hidrogen namun tidak memiliki kebebasan untuk
terangkat kepermukaan larutan sebelum film cairan berinteraksi seperti layaknya ikatan hidrogen
pecah. antara molekul air atau pun alkohol. Hal ini
mengakibatkan keberadaan aseton dalam
sistem membuat permukaan cairan menjadi
270 lebih kaku yang ditunjukkan tegangan
260 permukaan yang tinggi. Meskipun terdapat
250 kenaikan, nilainya tidak sesuai dengan teori,
240 dimana jika kehadiran zat terlarut menyebabkan
γ (dyne cm )
-1
30
Surfaktan 6% Referensi
Surfaktan 16%
25 [1] Christian D. S and Enwall E., 1978. Bubble
Pressure and Volume, A Demonatrasi
γ (dyne cm )
-1
20
Experiment, Jurnal of Chemical Education,
15 The University of Oklahoma, Norman.
10
[2] Lehninger, A.L., 1988. Dasar-Dasar
Biokimia, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
5
[3] Bird Tony, (1993) : Kimia Fisik Untuk
0 Universitas, Erlangga, Jakarta, 304-308
Metanol Etanol Gliserol Aseton
[4] Schramm, L, L., dan Marangoni, D, G.
Jenis pelarut organik [0.5 M] (2000) : Surfactants and Their Solutions:
Basic Principles, Cambdrige University
Gambar 5. Efek penambahan pelarut organik dengan
konsentrasi 0,5 M terhadap tegangan permukaan Press.
pada larutan surfaktan dengan konsentrasi sebelum [5] Mansyur R, (2009) : Sintesis Kitosan
dan sesudah CMC. Sulfonat Sebagai Surfaktan, Tesis Program
Magister, Institut Teknologi Bandung.
[6] Fessenden J. Ralp dan Fessenden S. Joan,
(1982) : Kimia Organik , Erlangga, Jakarta,
411 – 412.
Muhamad Tang
MA Rahmatul Asri Maroangin
Jl. Poros Enrekang km. 1, Kabupaten Enrekang
m.tang75@yahoo.co.id
Veinardi Suendo*
KK Kimia Anorganik dan Fisik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10, Bandung
vsuendo@chem.itb.ac.id
*Penulis korespondensi