(TKK-61027)
Menyetujui,
PENGERINGAN
Group : OTK-4
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk Menentukan ukuran partikel pada nomor mesh 30, 50,
60, 80, 120, dan 150 dan menghitung nilai TAAD (True Arithmatic Diameter) dan Dp
(Mean Surface Diameter). Percobaan ini menggunakan alat screening jenis sieve
shaker yang berfungsi untuk memisahkan partikel yang tidak diinginkan, memisahkan
partikel berdasarkan ukuran dan tingkat kehalusa. Bahan yang digunakan pada
percobaan yaitu zeolit yang telah ditimbang. Untuk memulai pengayakan terlebih
dahulu memasang alat sieve shaker secara berurutan dari bawah dengan urutan nomor
mesh 150, 120, 80, 60, 50 dan 30. Percobaan ini menggunakan empat variabel pada
waktu dan rpm masing-masing. Variabel I selama t = 8 menit dan ω = 172 rpm.
Variabel II selama t = 8 menit dan ω = 240 rpm. Variabel III selama t = 6 menit dan ω
= 207 rpm. Variabel IV selama t = 12 menit dan ω = 207 rpm. Didapatkan ukuran
partikel (Di) yang dari hasil pengayakan menggunakan sieve shaker dengan nomor
mesh 30, 50, 60, 80, 120, dan 150 Secara berturut-turut yaitu 0.651 mm, 0.446 mm,
0.274 mm, 0.214 mm, 0.151 mm, 0.112 mm dan 0.094 mm. Nilai TAAD pada variabel
I, II, III, dan IV secara berturut-turut yaitu 0.302 mm, 0.253 mm, 0.289 mm, dan 0.299
mm. Selain itu didapatkan juga nilai Dp pada variabel I, II, III, dan IV secara berturut-
turut yaitu 0.321 mm, 0.269 mm, 0.304 mm dan 0.313 mm. Semakin besar kecepatan
pengayakan dan semakin lama waktu pengayakan maka semakin banyak partikel zeolit
yang terayak.
Metode sieving adalah metode yang paling lama dan umum digunakan
untuk karakterisasi ukuran partikel (Augsburger & Hoag, 2008). Screening
adalah proses yang menggunakan media seperti pelat berlubang atau jaring
untuk memisahkan suatu bahan berdasarkan ukuran partikel. Teknik lain
digunakan untuk memisahkan partikel berdasarkan densitas / shape. Meskipun
penyaringan seringkali dijadikan sebagai teknik pemisahan yang paling akurat,
ekonomis, dan umum, pemisahan ukuran juga dapat dicapai dengan
menggunakan proses lain seperti klasifikasi udara atau flotasi (Albright, 2009).
Terdapat 2 tujuan screening, pertama adalah untuk memisahkan atau
deaggloromerate bubuk menjadi fraksi yang kurang yang diinginkan. Yang
kedua adalah sering merujuk sebagai analytical sieving dimana untuk
menentukan ukuran partikel. Kedua tujuan ini memiliki alat yang digunakan
dan aplikasi yang sangat berbeda pada konstruksinya (Augsburger & Hoag,
2008).
Prinsip sieving sangat sederhana yaitu sampel dengan berat yang telah
ditentukan diletakkan di atas sieve dan akan terbagi pada lima frkasi oleh
shaking, tapping, vibration atau pergerakan udara dari instrumen sieve. Ketiga
hal tersebut menyebabkan partikel bergerak mengelilingi dan berpotensi
melewati badan kawat yang berdasarkan pada ukuran dari partikel itu sendiri
(Augsburger & Hoag, 2008).
Mesh adalah banyaknya lubang bukaan pada tiap inchi panjang liner pada
bidang saringan. Saringan Tyler dijadikan pedoman dasar untuk analisa ukuran
semua bahan yang disaring pada prosessing oleh U.S. Bureau of Standard
(Astuti, 2017). Standar ukuran mesh yang digunakan terdapat pada gambar di
bawah ini (Yang, 2003).
Gambar 1. Rangkuman variasi jenis standar sieve
Produk proses pengayakan atau penyaringan ada dua yaitu oversize dan
undersize. Oversize merupakan ukuran yang lebih besar daripada ukuran
lubang-lubang ayakan. Undersize merupakan ukuran yang lebih kecil daripada
ukuran lubang ayakan. Material yang tertahan pada permukaan screening
adalah fraksi oversize. Sedangkan fraksi material yang lolos menjadi fraksi
undersize (Santosa, 2018).
Dengan persamaan :
𝑋
𝐶𝐷2
𝑇𝐴𝐴𝐷 = ∑ 𝑋
𝐶𝐷3
(2.2)
Keterangan :
M = total massa jumlah partikel
𝜋
C = tetapan berdasarkan bentuk partikel (sphere = 6 ; cube = 1)
𝑋𝑖𝐵𝑖
∑ 𝑁𝑖𝐵𝑖𝐷𝑖 2 ∑
𝐶𝑖𝐷𝑖
Dp = √ =√ 𝑋𝑖 (2.3)
𝐵 ∑ 𝑁𝑖 𝐵 ∑
𝐶𝑖𝐷3
Keterangan :
Dp = Diameter partikel
𝑚
𝜌=
𝑣
Keterangan:
Ρ = densitas benda (kgm-3)
m = massa benda (kg)
𝑣 = volume spesifik (m3kg-1)
V = volume benda (m3)
2. Plastik - 1 buah
4. Crusher - 1 buah
7. Centong - 1 buah
9. Kuas - 1 buah
Zeolit
5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisa prosedur
Percobaan distribusi ukuran partikel menggunakan
metode pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk memisahkan
partikel dalam ukuran mesh yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan getaran dan gaya gravitasi (Asiah, 2020).
Percobaan ini diawali dengan mempersiapkan sieve
shaker dengan meletakkan plastik sieve shaker yang paling
bawah untuk menampung zeolit yang sangat kecil (sangat
halus). Setelah itu meletakkan ayakan atau sieve shaker dengan
urutan yang benar yaitu dari paling bawah hingga paling atas
dimulai dengan ayakan paling besar terlebih dahulu. Urutan
ayakan dari paling bawah yaitu 150 mesh, 120 mesh, 90 mesh,
70 mesh dan 30 mesh. Dilakukan penyusunan seperti ini karena
pada nomor mesh paling kecil, ayakan memiliki lubang bukaan
aperture yang besar sehingga partikel paling kecil dapat lolos
terlebih dahulu. Sedangkan pada nomor mesh paling besar,
ayakan memiliki lubang bukaan aperture yang kecil sehingga
semakin halus hasil ayakan yang dapat lolos dari screen tersebut
(Hidayati, 2012). Jika ayakan telah tersusun dengan rapih maka
ayakan bagian atas sieve shaker ditutup dengan penutup sieve
shaker dan kunci sieve shaker dengan rapih. Penutup dipastikan
telah tertutup dengan rapat sehingga tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Karena adanya getaran yang dihasilkan dari
kecepatan membuat bahan dapat keluar dari alat sieve shaker
sehingga perlu agar tetap aman saat berada di dalam (Schmitdz,
2006).
Selanjutnya sebelum memulai percobaan, atur dan
jalankan vibrating sieve screen shaker selama 1 menit untuk
menghitung banyaknya rpm dalam 1 menit. Untuk menghitung
rpm, digunakan pulpen sebagai alat bantu dengan cara
menghitung berapa banyak screening yang mengenai pulpen
dalam waktu 1 menit. Setalah rpm diketahui, maka perlu untuk
mengetahui massa zeolit. Serbuk zeolit dimasukkan ke dalam
gelas beaker lalu ditimbang di neraca digital. Zeolit dimasukkan
ke dalam gelas beaker agar massa yang didapatkan tetap akurat
karena zeolit berbentuk serbuk sehingga ia mudah terbawa
angin. Massa zeolit yang dimasukkan yaitu sebanyak 300 gram.
Setelah ditimbang, zeolit dimasukkan ke dalam ayakan dan
tutup ayakan dengan benar serta hat-hati agar zeolit tidak keluar
dari ayakan.
Prosedur selanjutnya yaitu proses pengayakan. Pada
percobaan ini digunakan 4 variabel pada waktu dan rpm maisng-
masing. Variabel I selama t = 8 menit dan ω = 172 rpm. Variabel
II selama t = 8 menit dan ω = 240 rpm. Variabel III selama t = 6
menit dan ω = 207 rpm. Variabel IV selama t = 12 menit dan ω
= 207 rpm. Penggunakan waktu dan kecepatan sudut (ω) yang
berbeda tiap variabel bertujuan untuk mengetahui perbandingan
pengaruh perbedaan waktu dan kecepatan pengayakan terhadap
distribusi ukuran partikel (Asrizal, 2012). Untuk memulai
pengayakan, kabel daya dihubungkan terlebih dahulu lalu
masukkan zeolit ke dalam screen dan tutup rapat dengan
penutup sieve shaker. Penutupan dilakukan agar saat proses
pengayakan berlangsung tidak ada zeolit yang keluar dari
ayakan (Schmitdz, 2006). Lalu nyalakan tombon on pada alat
sieve shaker. Setelah itu tekan tombol knob hingga muncul
tulisan pada diplay untuk mengatur kecepatan dan tekan tombol
waktu untuk mengatur waktu sieve shaker. Terdapat empat
tombol pada alat sieve shaker yaitu tombol puluhan menit,
tombol satuan menit, tombol puluhan detik dan tombol satuan
detik. Seleah itu jalankan vibrating sieve screen shaker dengan
menekan tombol start. Alat screening akan berhenti secara
otomatis ketika pengayakan mencapai batas yang telah
ditentukan. Tetapi juga terdapat tombol stop untuk
menghentikan proses pengayakan jika terjadi kesalahan pada
proses pengayakan.
Ketika alat screening telah selesai, lepas penutup sieve
shaker dan keluarkan zeolit dari ayakan. Zeolit dimasukkan ke
dalam baskom menggunakan kuas sebagai alat bantu untuk
mengambil dan menyapu sisa partikel zeolit yang tertahan
diayakan atau baskom sehingga tidak hasil percobaan tidak
terganggu (Nugroho, 2009). Zeolit kemudian dipindahkan ke
cawan porselen menggunakan kuas juga untuk dilakukan
penimbangan. Penimbangan zeolit menggunakan neraca digital
setelah pengayakan bertujuan untuk memperoleh massa zeolit
yang tertahan pada nomor ayakan tersebut. Penimbangan
dilakukan untuk mengetahui besar massa yang hilang selama
pengayakan yang diakibatkan tertinggalnya saat pengayakan.
Pada proses ini, biasanya terdapat massa yang hilang karena
beberapa faktor salah satunya seperti sifat partikel zeolit yang
sangat kecil dan halus sehingga mudah terbang terbawa angin
saat pemindahan zeolit, penimbangan zeolit atau penggunaan
kuas yang menyebabkan partikel tertahan pada bulu-bulu kuas.
Selain itu pada kresek paling bawah terdapat massa
zeolit yang dihitung pula. Zeolit tersebut merupakan zeolit yang
lolos dari ayakan 150 mesh. Zeolit tersebut juga ditimbang
menggunakan neraca digital. Lalu ulang seluruh prosedur untuk
variabel II, III dan IV.
5.2.2 Analisa hasil
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5.1 diperoleh
massa tiap variabel pada tiap sieve yang digunakan. Pada
variabel I, massa yang didapatkan pada sieve +30, -30+50, -
50+60, -60+80, -80+120, -120+150, dan -150 secara berturut-
turut adalah 23.9 gram, 184.5 gram, 85.6 gram, 3.9 gram, 1.6
gram, 0.2 gram dan 0.3 gram dengan total seluruh massanya
yaitu 300 gram. Pada variabel II, massa yang didapatkan pada
sieve +30, -30+50, -50+60, -60+80, -80+120, -120+150, dan -
150 secara berturut-turut adalah 23.6 gram, 151.3 gram, 56.2
gram, 64.1 gram, 4.56 gram, 0.2 gram dan 0.04 gram dengan
total seluruh massanya yaitu 300 gram. Pada variabel III, massa
yang didapatkan pada sieve +30, -30+50, -50+60, -60+80, -
80+120, -120+150, dan -150 secara berturut-turut adalah 23.6
gram, 155.7 gram, 103.8 gram, 15.6 gram, 0.6 gram, 0.3 gram
dan 0.2 gram dengan total seluruh massanya yaitu 299.8 gram.
Pada variabel IV, massa yang didapatkan pada sieve +30, -
30+50, -50+60, -60+80, -80+120, -120+150, dan -150 secara
berturut-turut adalah 22.5 gram, 154.4 gram, 121.06 gram, 1.65
gram, 0.8 gram, 0.5 gram dan 0.09 gram dengan total seluruh
massanya yaitu 301 gram.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat dapat
diketahui bahwa terdapat massa zeolit yang hilang yaitu pada
variabel III dimana massa totalnya hanya berjumlah 299.8 gram.
Massa zeolit yang hilang ini diakibatkan karena sifat fisik zeolit
dimana zeolit berbentuk serbuk halus sehingga saat proses
sieving partikel mudah terbang ke udara atau terbawa angin
(Haryono, 2020).
Variabel I
0.7
0.6
Fraksi massa (Xi)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.093665 0.112165 0.151 0.2135 0.2735 0.446 0.651
Di (mm)
0.5
0.3
0.2
0.1
0
0.093665 0.112165 0.151 0.2135 0.2735 0.446 0.651
Di (mm)
Variabel III
0.6
0.5
Fraksi massa (Xi)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.093665 0.112165 0.151 0.2135 0.2735 0.446 0.651
Di (mm)
Variabel IV
0.6
0.5
Fraksi massa (Xi)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.093665 0.112165 0.151 0.2135 0.2735 0.446 0.651
Di (mm)
Brown, George Granger. 1979. Units Operations. USA: CBS Publishers &
Distributors.
Zeolite Products. 2014. Material Safety Data sheet. Belanda: Zeolit Product
VIII. LAMPIRAN
3.1 Perhitungan fraksi massa seluruh variabel
8.1.1 Fraksi massa variabel I
𝑋𝑖 = 0.079666667
Fraksi massa pada ukuran sieve -30+50
184.5
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.615
Fraksi massa pada ukuran sieve -50+60
85.6
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.285333333
Fraksi massa pada ukuran sieve -60+80
3.9
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.013
Fraksi massa pada ukuran sieve -80+120
1.6
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.005333333
Fraksi massa pada ukuran sieve -120+150
0.2
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.000666667
Fraksi massa pada ukuran sieve -150
0.3
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.001
8.1.2 Fraksi massa variabel II
𝑋𝑖 = 0.0787
Fraksi massa pada ukuran sieve -30+50
151.3
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.5043
Fraksi massa pada ukuran sieve -50+60
56.2
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.1873
Fraksi massa pada ukuran sieve -60+80
64.1
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.2137
Fraksi massa pada ukuran sieve -80+120
4.56
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.002
Fraksi massa pada ukuran sieve -120+150
0.2
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.0007
Fraksi massa pada ukuran sieve -150
0.04
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.0001
8.1.3 Fraksi massa variabel III
𝑋𝑖 = 0.079
Fraksi massa pada ukuran sieve -30+50
155.7
𝑋𝑖 =
299.8
𝑋𝑖 = 0.519
Fraksi massa pada ukuran sieve -50+60
103.8
𝑋𝑖 =
299.8
𝑋𝑖 = 0.346
Fraksi massa pada ukuran sieve -60+80
15.6
𝑋𝑖 =
299.8
𝑋𝑖 = 0.052
Fraksi massa pada ukuran sieve -80+120
0.6
𝑋𝑖 =
299.8
𝑋𝑖 = 0.002
Fraksi massa pada ukuran sieve -120+150
0.3
𝑋𝑖 =
299.8
𝑋𝑖 = 0.001
Fraksi massa pada ukuran sieve -150
0.2
𝑋𝑖 =
299.8
𝑋𝑖 = 0.001
8.1.4 Fraksi massa variabel IV
𝑋𝑖 = 0.075
Fraksi massa pada ukuran sieve -30+50
153.4
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.5113
Fraksi massa pada ukuran sieve -50+60
121.06
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.4035
Fraksi massa pada ukuran sieve -60+80
1.65
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.0055
Fraksi massa pada ukuran sieve -80+120
0.8
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.0027
Fraksi massa pada ukuran sieve -120+150
0.5
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.0017
Fraksi massa pada ukuran sieve -150
0.9
𝑋𝑖 =
300
𝑋𝑖 = 0.0003
3.2 Perhitungan TAAD seluruh variabel
(Brown, 1979)
7.780
𝑇𝐴𝐴𝐷 =
25.742
TAAD = 0.253 mm
8.2.2 Perhitungan nilai TAAD variabel II
(Brown, 1979)
10.648
𝑇𝐴𝐴𝐷 =
42.132
TAAD = 0.253 mm
8.2.3 Perhitungan nilai TAAD variabel III
(Brown, 1979)
8.810
𝑇𝐴𝐴𝐷 =
30.512
TAAD = 0.289 mm
8.2.4 Perhitungan nilai TAAD variabel IV
(Brown, 1979)
8.547
𝑇𝐴𝐴𝐷 =
28.646
TAAD = 0.298 mm
3.3 Perhitungan Dp seluruh variabel
(Brown, 1979)
2.657
𝐷𝑝 = √
25.742
Dp = 0.321 mm
8.3.2 Perhitungan nilai Dp variabel II
(Brown, 1979)
3.045
𝐷𝑝 = √
42.132
Dp = 0.269 mm
8.3.3 Perhitungan nilai Dp variabel III
(Brown, 1979)
2.824
𝐷𝑝 = √
30.512
Dp = 0.304 mm
8.3.4 Perhitungan nilai Dp variabel IV
(Brown, 1979)
2.797
𝐷𝑝 = √
28.588
Dp = 0.313 mm
3.4 Data hasil perhitungan seluruh variabel