Oleh :
HARIYONO
1007113536
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin Ketua Program Studi Sarjana Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Riau Fakultas Teknik Universitas Riau
i
HALAMAN PENGESAHAN
MALL SKA
PEKANBARU
Disusun Oleh :
HARIYONO
1007113536
Disahkan Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
kerja praktek ini dengan judul “Analisis Beban Pendingin Mal SKA (PT.Citraciti
Pasific) Lantai Semi Basement dan Dasar”. Laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan mata kuliah kerja praktek, dimana penulis melakukan
kerja praktek di Mal SKA Pekanbaru.
Penulis mendapat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Nazaruddin, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau yang
telah memberikan motivasi dan arahan kepada penulis agar laporan kerja praktek
menjadi lebih sempurna. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dodi
Sofyan Arief, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Sarjana Teknik Mesin
Universitas Riau yang turut memberikan masukan untuk kesempurnaan laporan
kerja praktek ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr.Eng.Adrijal Aziz, S.T.,M.T selaku Koordinator Kerja Praktek yang telah
memberikan arahan kepada penulis dalam melakukan kerja praktek dan dalam
penyusunan laporan kerja praktek. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr.Awaludin Martin, S.T., M.T selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan kerja praktek dan dalam
merampungkan laporan kerja praktek ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Mall SKA Pekanbaru,
khususnya kepada Bapak Ir. Imron Amin selaku Operasional Manager &
Marketing Mall SKA yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis
dalam melakukan kerja praktek. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Jaswirman selaku pembimbing lapangan kerja praktek di PLTA Kota Panjang
yang telah mendampingi dan mengarahkan penulis baik dalam bekerja maupun
dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada seluruh teknisi dan operator Chiller yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan informasi berguna bagi penulis selama melaksanakan kerja
praktek di Mal SKA.
iii
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua dan Saudara-
saudara penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil dalam penyelesaian Laporan kerja praktek ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah
banyak memberikan bantuan dan dorongannya dalam merampungkan laporan
kerja praktek ini.
Penulis menyadari masih ada ketidaksempurnaannya dalam penulisan
laporan kerja praktek ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.6.2 Sistem Refrigerasi Absorbsi ............................................................18
2.6.3 Sistem Refrigerasi Udara .................................................................19
2.7 AC Sentral ...............................................................................................20
2.7.1 Chiller ..............................................................................................20
2.7.2 Air Handling Unit (AHU) & Fan Coil Unit (FCU) .........................21
2.7.3 Cooling Tower .................................................................................22
2.7.4 Pompa ..............................................................................................23
2.8 Beban Pendingin .....................................................................................24
2.8.1 Beban Kalor Internal ........................................................................24
2.8.2 Beban Kalor Eksternal .....................................................................28
2.9 Diagram Psikometrik dan Sifat Udara Basah ..........................................32
BAB III ..................................................................................................................35
METODOLOGI .....................................................................................................35
3.1 Tahapan Pelaksanaan Program ................................................................35
3.2 Kegiatan Kerja Praktek ...........................................................................36
3.3 Prosedur Pelaksanaan ..............................................................................37
BAB IV ..................................................................................................................39
TUGAS KHUSUS .................................................................................................39
4.1 Tujuan Tugas Khusus ..............................................................................39
4.2 Batasan Masalah ......................................................................................39
4.3 Beban Pendingin .....................................................................................40
4.3.1 Beban Kalor Internal ........................................................................40
4.3.2 Beban Kalor Eksternal .....................................................................52
4.4 Psikometrik dan Sifat Udara Basah .........................................................63
BAB V ...................................................................................................................68
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................68
5.1 Kesimpulan..............................................................................................68
5.2 Saran ........................................................................................................70
LAMPIRAN ...........................................................................................................73
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas Masing-Masing Ruangan Mal SKA Lantai Semi-Basement ........40
Tabel 4.2 Luas Masing-Masing Ruangan Mal SKA Lantai Dasar ........................42
Tabel 5.1 Beban Kalor Internal Lantai Semi-Basement dan Lantai Dasar ............68
Tabel 5.2 Beban Kalor Eksternal Lantai Semi-Basement dan Lantai Dasar .........69
viii
DAFTAR NOTASI
W Daya Watt
h Entalpi kJ/kg
o
to Temperatur Bola Kering Outdoor F
o
ti Temperatur Bola Kering Indoor F
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk kenyamanan, yaitu untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi orang
yang berada didalamnya.
Perhitungan beban pendingin perlu dilaksanakan terlebih dahulu sebelum
dilakukan perencanaan sistem pengkondisian udara di suatu ruangan. Hal ini
diperlukan karena besarnya beban pendiginan sangat berpengaruh terhadap
pemilihan mesin pengkondisian udara sehingga kenyamanan dapat diperoleh.
Beban pendinginan di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam
ruangan (internal heat gains) yang meliputi orang-orang, lampu, dan peralatan
elektronik yang menghasilkan kalor. Kemudian faktor dari luar ruangan (external
heat gains) yang meliputi konduksi melalui dinding, atap, plafon, lantai, dan
radiasi dari matahari yang melewati kaca.
Oleh karena itu penulis berusaha untuk menghitung beban pendingin yang
ada dilantai semi basement dan dasar Mal SKA, sehingga dapat diupayakan
kebutuhan mesin pengkondisian udara yang tepat guna memberikan kenyamanan
bagi orang yang berada didalam ruang tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang akan dicapai dalam perhitungan beban
pendinginan Mal SKA lantai semi basement dan dasar, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui beban pemanasan internal dan eksternal pada lantai
semi basement dan dasar Mal SKA.
2. Untuk mengetahui beban pendinginan pada lantai semi basement dan
dasar Mal SKA.
3. Untuk mengetahui sifat thermal udara basah pada lantai semi basement
dan dasar Mal SKA.
1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang didapatkan dalam perhitungan beban
pendinginan Mal SKA lantai semi basement dan dasar, yaitu sebagai berikut:
1. Mampu menghitung beban pemanasan internal dan eksternal pada
lantai semi basement dan dasar Mal SKA.
2
2. Dapat mengetahui beban pendinginan yang dibutuhkan Mal SKA
pada lantai semi basement dan dasar.
3. Mampu meningkatkan fungsi alat pengkondisian udara yang telah ada
dan dapat menciptakan kenyamanan bagi orang yang berada di dalam
Mal SKA.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
masuk ke dalam kompresor pengkondisian udara dialirkan ke kondensor yang
kemudian dimampatkan di kondensor.
Di bagian kondensor ini refrigeran yang dimampatkan akan berubah fasa
dari refrigeran fasa uap menjadi refrigeran fasa cair, maka refrigeran
mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigeran.
Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah jumlah dari energi
kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaporator dari
substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor tekanan refrigeran yang berada
dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
refrigeran yang berada pada pipa-pipa evaporator.
Prinsip pendinginan udara pada AC melibatkan siklus refrigerasi, yakni
udara didinginkan oleh refrigeran/pendingin, lalu refrigeran ditekan menggunakan
kompresor sampai tekanan tertentu dan temperaturnya naik, kemudian
didinginkan oleh udara lingkungan sehingga mencair. Proses tersebut diatas
berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang disebut siklus
pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari udara dan
membebaskan kalor ini ke luar ruangan.
5
2.3 Jenis-Jenis Pendingin Ruangan
Berdasarkan jenisnya ada 4 jenis AC yang sering dipergunakan pada
gedung-gedung yaitu AC Split, AC Window, AC Sentral dan AC Standing.
1. AC Split
Pada jenis AC Split komponen AC terbagi menjadi dua unit yaitu
unit bagian dalam yang terdiri dari penyaring udara, evaporator,
evaporator blower, katup ekspansi dan unit kontrol, serta unit bagian luar
terdiri dari kompresor, kondenser, kondenser blower dan refrigeran filter.
Selanjutnya antara unit bagian dalam dengan unit bagian luar dihubungkan
dengan 2 buah saluran refrigeran, satu buah untuk menghubungkan
evaporator dengan kompresor dan satu buah untuk menghubungkan
refrigeran filter dengan katup ekspansi serta kabel power untuk memasok
arus listrik untuk kompresor dan kondenser blower. AC split cocok untuk
ruangan yang membutuhkan ketenangan, seperti ruang tidur, ruang kerja
atau perpustakaan.
2. AC Window
Pada AC jenis Window, semua komponen AC seperti penyaring
udara, evaporator, blower, kompresor, kondenser, refrigeran filter, katup
6
ekspansi dan unit kontrol terpasang pada satu buah plat dasar, kemudian
plat dasar beserta semua komponen AC tersebut dimasukkan kedalam
kotak plat sehingga menjadi satu kesatuan. Biasanya dipilih karena
pertimbangan keterbatasan ruangan, seperti pada rumah susun.
3. AC Sentral
Pada AC jenis ini udara dari ruangan didinginkan pada cooling
plant diluar ruangan tersebut, kemudian udara yang telah dingin dialirkan
kembali kedalam ruangan tersebut. AC Sentral biasanya cocok untuk
dipasang di sebuah gedung bertingkat (berlantai banyak), seperti di hotel
atau mal. Untuk pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan pada
sentral cooling plant.
7
4. Standing AC
Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan
situasional dan mobile karena fungsinya yang mudah dipindahkan, seperti
seminar, acara-acara di dalam ruangan,dan sebagainya.
8
2. Blower (peniup) dipakai untuk bertekanan rendah.
3. Fan (kipas) dipakai untuk yang bertekanan sangat rendah.
b. Atas dasar pemampatannya kompresor dapat dibagi atas 2, yaitu :
1. Jenis Turbo
Jenis turbo menaikan tekanan dan kecepatan gas-gas dengan gaya
sentrifugal yang ditimbulkan oleh impeler atau dengan gaya angkat
(lift) yang ditimbulkan oleh sudu.
2. Jenis Perpindahan
Jenis perpindahan menaikkan tekanan dengan memperkecil atau
memafaatkan volume gas yang dihisap ke dalam silinder atau stator
oleh torak atau sudu. Jenis perpindahan ini dibagi 2 macam, yaitu :
a. Jenis putar (rotari)
Jenis ini dibagi atas beberapa, yaitu :
- Kompresor Sekrup
- Kompresor Sudu Luncur
- Konpresor Roots
b. Jenis Bolak-Balik
c. Kompresor yang dibagi atas dasar Konstruksinya.
Berdasarkan atas ini dibagi atas berbagai macam, yaitu :
1. Berdasarkan Jumlah Tingkat Kompresi, yaitu: Satu Tingkat, Dua
Tingkat, dan Banyak Tingkat.
2. Berdasarkan Langkah Kerja, yaitu: Kerja Tunggal (Single Acting),
Kerja Ganda (Double Acting).
3. Berdasarkan Susunan Silinder, yaitu: Mendatar, Tegak, Bentuk–L,
Bentuk-V, Bentuk–W, Bentuk Bintang, Lawan Berimbang (Balance
Oposed).
4. Berdasarkan Cara Pendingin, yaitu, Pendingin Air, Pendingin Udara.
5. Berdasarkan Transmisi Penggerak, yaitu: Langsung, Sabuk–V, Roda
Gigi.
6. Berdasarkan Penempatanya, yaitu: Permanen (stationery), dapat
dipindahkan (portable).
9
7. Berdasarkan Cara Pelumasannya, yaitu: Pelumas Minyak, Tanpa
Minyak.
2.4.2 Kondensor
Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari evaporator
dan panas yang diperoleh dari kompresor, serta mengubah wujud gas menjadi
cair, kondensor memiliki pipa-pipa yang dapat dibersihkan. Kondensor
dibedakan menjadi 3 jenis, yakni Air Cooled Condensor, Water Cooled
Condensor dan Evaporative Cooled Condensor.
a. Air Cooled Condensor
Dalam air cooled condensor, kalor dipindahkan dari refrigeran ke udara
dengan menggunakan sirkulasi alamiah atau paksa. Kondensor dibuat dari
pipa baja, tembaga dengan diberi sirip untuk memperbaiki transfer kalor
pada sisi udara. Refrigeran mengalir didalam pipa dan udara mengalir
diluarnya. Air cooled condensor hanya digunakan untuk kapasitas kecil
seperti refrigerator dan small water cooler.
b. Water Cooled Condensor
Water cooled condensor dibedakan menjadi 3 jenis yakni shell and tube,
shell and coil, double tube.
Shell and Tube
Salah satu jenis alat penukar kalor yang menurut kontruksinya
dicirikan oleh adanya sekumpulan pipa (tabung) yang dipasangkan
didalam shell (pipa galvanis) yang berbentuk silinder dimana 2 jenis
10
fluida saling bertukar kalor yang mengalir secara terpisah (air dan
freon).
Shell and Coil
Terdiri dari sebuah cangkang yang dilas elektrik dan berisi koil air,
kadang-kadang juga dengan pipa bersirip.
Double Tube
Refrigeran mengembun diluar pipa dan air mengalir dibagian dalam
pipa pada arah yang berlawanan. Double tube digunakan dalam
hubungan dengan cooling tower dan spray pond.
c. Evaporative Condensor
Refrigeran pertama kali melepaskan kalornya ke air kemudian air
melepaskan kalornya ke udara dalam bentuk uap air. Udara meninggalkan
uap air dengan kelembaban yang tinggi seperti dalam cooling tower. Oleh
karena itu kondensor evaporatif menggabungkan fungsi dari sebuah
kondensor dan cooling tower. Evaporative condensor banyak digunakan
dipabrik amoniak.
Kondensor yang digunakan disini adalah jenis water cooled
condensor tipe shell and tube, karena lebih mudah dalam menganalisis
temperatur jika dibandingkan dengan air cooled condensor yang sering
terjadi fluktuasi pada temperaturnya. Water cooled condensor ini
ditempatkan di antara kompresor dan alat pengatur bahan pendingin (pipa
kapiler). Posisinya ditempatkan berhubungan langsung dengan udara luar
agar gas di dalam kondensor juga didinginkan oleh suhu ruangan.
Gas yang berasal dari kompresor memiliki suhu dan tekanan tinggi,
ketika mengalir di dalam pipa kondensor, gas mengalami penurunan suhu
hingga mencapai suhu kondensasi kemudian mengembun. Wujud gas
berubah menjadi cair dengan suhu rendah sedangkan tekanannya tetap
tinggi.
11
Gambar 2.7 Kondensor
Sumber : autobliz.wordpress.com, diakses tanggal 4 Januari 2014
4 Januari 2014
12
2.4.4 Evaporator
Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang berfungsi
sebagai penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigeran dalam sistem,
sebelum dihisap oleh kompresor. Panas udara sekeliling diserap evaporator yang
menyebabkan suhu udara disekeliling evaporator turun. Suhu udara yang rendah
ini dipindahkan ketempat lain dengan jalan dihembus oleh kipas, yang
menyebabkan terjadinya aliran udara.
Ada beberapa macam evaporator, sesuai dengan tujuan penggunaannya
dan bentuknya dapat berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena media yang
hendak didinginkan dapat berupa gas, cairan atau padat. Maka evaporator dapat
dibagi menjadi beberapa golongan, sesuai dengan refrigeran yang ada di
dalamnya, yaitu : jenis ekspansi kering, jenis setengah basah, dan jenis basah.
1. Jenis ekspansi kering
Dalam jenis ekspansi kering, cairan refrigeran yang diekspansikan melalui
katup ekspansi pada waktu masuk ke dalam evaporator sudah dalam
keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator dalam
keadaan uap air.
2. Evaporator jenis setengah basah
Evaporator jenis setengah basah adalah evaporator dengan kondisi
refrigeran diantara evaporator jenis ekspansi kering dan evaporator jenis
basah. Dalam evaporator jenis ini, selalu terdapat refrigeran cair dalam
pipa penguapnya.
3. Evaporator jenis basah
Dalam evaporator jenis basah, sebagian besar dari evaporator terisi oleh
cairan refrigeran.
Perpindahan Kalor di dalam Evaporator
Perpindahan panas yang terjadi pada evaporator adalah konveksi paksa
yang terjadi di dalam dan di luar tabung serta konduksi pada tabungnya.
Perpindahan panas total yang terjadi merupakan kombinasi dari ketiganya. Harga
koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat ditentukan dengan terlebihi dahulu
menghitung koefisien perpindahan kalor pada sisi refrigeran dan sisi udara yang
telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya koefisien perpindahan panas total
13
dihitung berdasarkan luas permukaan dalam pipa dan berdasarkan luas permukaan
luar pipa.
14
Proses-proses yang membentuk daur refrigerasi Carnot :
Proses kompresi adiabatik (1-2)
Proses pelepasan kalor isothermal (2-3)
Proses ekspansi adiabatik (3-4)
Proses penyerapan kalor isothermal (4-1)
Tujuan utama dari daur ini adalah penyerapan kalor dari sumber bersuhu rendah
pada proses 4-1 yaitu penyerapan kalor isothermal.
15
tidak berubah disepanjang proses. Refrigeran pada titik 4 berada pada
kondisi campuran-uap.
4. Proses Evaporasi
Proses 4-1 adalah proses penguapan yang terjadi pada evaporator dan
berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1 seluruh refrigeran berada
pada kondisi uap jenuh. Selama proses 4-1 entalpi refrigeran naik akibat
penyerapan kalori dari ruang refrigerasi. Besarnya kalor yang diserap
adalah beda entalpi titik 1 dan titik 4 biasa disebut dengan efek
pendinginan.
Tekanan entalpi siklus kompresi uap standar ditunjukan pada Gambar 2.11.
16
seluruh refrigeran yang memasuki kompresor atau alat ekspansi dalam keadaan
100 % uap atau cair.
Perbedaan yang penting antara daur nyata (aktual) dan standar terletak
pada penurunan tekanan dalam kondensor dan evaporator. Daur standar dianggap
tidak mengalami penurunan tekanan pada kondensor dan evaporator, tetapi pada
daur nyata terjadi penurunan tekanan karena adanya gesekan antara refrigeran
dengan dinding pipa. Akibat dari penurunan tekanan ini, kompresor pada titik 1
dan 2 memerlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan daur standar. Untuk
siklus aktual dan siklus standar ditunjukan pada gambar 2.12.
17
uap adalah kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Dalam kasus
ini, fluida digunakan untuk mendinginkan lingkungan bersuhu rendah dan
membuang panas ke lingkungan yang bersuhu tinggi. Untuk Sistem refrigerasi
kompresi uap di tunjukan pada Gambar 2.13.
18
Gambar 2.14 Skema Sistem Refrigerasi Absorbsi
Sumber : Pasek, D.A., dkk, 2004
19
2.7 AC Sentral
Sistem AC Sentral merupakan suatu sistem AC dimana proses
pendinginan udara terpusat pada satu lokasi yang kemudian
didistribusikan/dialirkan ke semua arah atau lokasi. Sistem ini memiliki beberapa
komponen utama yaitu unit pendingin atau Chiller, unit pengatur udara atau Air
Handling Unit (AHU), Cooling Tower, dan pompa. AC Sentral yang digunakan
PT.Citraciti Pasific (Mal SKA) adalah Water Cooled Centrifugal Chiller. Berikut
adalah komponen Water Cooled Centrifugal Chiller,yaitu :
2.7.1 Chiller
Chiller atau mesin refrigerasi adalah peralatan yang biasanya
menghasilkan media pendingin utama untuk bangunan gedung, dengan
mengkonsumsi energi secara langsung berupa energi listrik, termal atau mekanis,
untuk menghasilkan air dingin (chilled water) dan membuang kalor ke udara
(atmosfir) melalui menara pendingin (cooling tower) atau kondensor. Fungsi
Chiller dalam sistem tata udara adalah mendinginkan media air, dimana air
disinggungkan pada bagian evaporator chiller. Air kemudian dialirkan ke AHU
(Air Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit) untuk diambil dinginnya dan
dihembuskan ke ruangan. Pada Chiller terdapat beberapa parameter yang
menunjukkan unjuk kerjanya, antara lain; suhu air masuk (inlet) ke evaporator dan
suhu air keluar (outlet) dari evaporator, tekanan discharge, serta tekanan suction.
Berdasarkan cara kerja kompresor yang digunakan, chiller dapat
digolongkan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Reciprocating Chiller
2. Screw Chiller
3. Centrifugal Chiller
Berdasarkan sistem pendinginan, chiller dapat dibedakan menjadi 3 (dua)
jenis, yaitu :
1. Air Cooled Chiller
2. Water Cooled Chiller
Pada Chiller terdapat bagian-bagian yaitu kondensor, tabung oli, panel
chiller, evaporator, kompresor, katup ekspansi, motor kompresor dan monitor.
20
Gambar 2.16 menunjukkan letak bagian-bagian tersebut pada Water Cooled
Centrifugal Chiller.
(a)
(b)
Gambar 2.16 Mesin Chiller (a) Kondensor, Tabung Oli, & Panel Chiller
(b) Evaporator, Kompresor, Katup Ekspansi, Monitor, & Motor Kompresor
2.7.2 Air Handling Unit (AHU) & Fan Coil Unit (FCU)
Baik Air Handling Unit maupun Fan Coil Unit memiliki kesamaan
fungsi, AHU difokuskan untuk menangani kapasitas pendingin yang lebih besar
sedangkan FCU difokuskan untuk kapasitas pendingin yang lebih kecil,
dalam sistem ini AHU di gunakan untuk mengkondisikan udara segar dari udara
luar yang akan didistribusikan sebagai tambahan udara segar untuk FCU
untuk diruangan. Bagian-bagian dari AHU maupun FCU cukup sederhana
21
yaitu hanya terdiri dari kesing, koil, penyaring udara dan motor blower. Gambar
2.17 meninjukkan AHU dan FCU.
22
Gambar 2.18 Cooling Tower
2.7.4 Pompa
Untuk mensirkulasikan air yang sudah didinginkan oleh unit chiller ke
AHU maupun air yang mendinginkan unit kondenser di chiller ke cooling
tower, maka di gunakan masing-masing sistem satu paket pompa sirkulasi air
dingin dan pompa sirkulasi air pendingin. Jenis kedua pompa ini adalah sama,
yaitu digunakan jenis end suction pompa sentrifugal. Pada sistem ini, sistemair
yang didinginkan menggunakan 2 buah pompa yang beroperasi sekaligus, hal ini
dirancang agar umur pompa dapat lebih lama. Sedangkan untuk sistem air
pendingin hanya di gunakan satu buah pompa sirkulasi, mengingat jarak ruang
pompa dan unit cooling tower cukup dekat.
23
Gambar 2.20 Siklus Water Cooled Centrifugal Chiller
24
Tabel 2.1 Nilai Metabolisme Manusia
2. Lampu
Lampu menghasilkan panas sensibel oleh konversi input daya listrik
menjadi cahaya dan panas. Panas disebarkan oleh radiasi pada permukaan
sekitarnya, dengan cara konduksi ke dalam bahan-bahan yang berdekatan dan
oleh konveksi ke udara sekitar. Terdapat dua kategori jenis lampu yang masing-
masingnya memiliki perbedaan dalam menghitung panas sensibel, yaitu
incandescent lights (lampu pijar) dan fluorescent (lampu neon). Lampu pijar
mengkonversi sekitar 10% dari input listrik ke cahaya dengan sisanya yang
dihasilkan sebagai panas pada bola lampu dan panas disebarkan secara radiasi,
konveksi dan konduksi (Carrier., 1965). Lampu neon mengkonversi sekitar 25%
dari daya masukan ke dalam cahaya, sekitar 25% yang disebarkan oleh radiasi ke
25
permukaan sekitarnya dan 50% lainnya ddisebarkan oleh konduksi dan konveksi
(Carrier., 1965).
(2.4)
(2.5)
Dimana :
W : Total Watt lampu, W
1,25 : Faktor panas dari ballast
3,4 : Faktor konversi
3. Peralatan Elektronik
Untuk kalor yang dihasilkan oleh perangkat elektronik, seperti komputer,
lcd, dan lain-lainnya dapat dihitung menggunakan rumus :
(2.6)
Dimana :
3,4 : Faktor konversi
4. Motor Listrik
Data pada Tabel 2.2 termasuk beban kalor dari motor listrik dan mesin yang
digerakkan dimana ketika motor dan mesin yang digerakkan dikondisikan di
ruangan, atau ketika hanya mesin yang digerakkan di dalam ruang ber-AC , atau
ketika hanya motor di ruangan AC.
Tabel 2.2 Beban Kalor dari Motor Listrik
Btu/Hr
1/20 40 320 130 190
1/12 49 430 210 220
1/8 55 580 320 260
1/6 60 710 430 280
1/4 64 1.000 640 360
1/3 66 1.290 850 440
1/2 70 1.820 1.280 540
3/4 72 2.680 26 1.930 750
1 79 3.220 2.540 680
1,5 80 4.770 3.820 950
2 80 6.380 5.100 1.280
3 81 9.450 7.650 1.800
Btu/Hr
1/20 40 320 130 190
1/12 49 430 210 220
1/8 55 580 320 260
1/6 60 710 430 280
1/4 64 1.000 640 360
1/3 66 1.290 850 440
1/2 70 1.820 1.280 540
3/4 72 2.680 1.930 750
1 79 3.220 2.540 680
1,5 80 4.770 3.820 950
2 80 6.380 5.100 1.280
3 81 9.450 7.650 1.800
5 82 15.600 12.800 2.800
7,5 85 22.500 19.100 3.400
10 85 30.000 25.500 4.500
15 86 44.500 38.200 6.300
20 87 58.500 51.000 7.500
25 88 72.400 63.600 8.800
30 89 85.800 76.400 9.400
40 89 115.000 102.000 13.000
50 89 143.000 127.000 16.000
60 89 172.000 153.000 19.000
75 90 212.000 191.000 21.000
100 90 284.000 255.000 29.000
125 90 354.000 318.000 36.000
150 91 420.000 382.000 38.000
200 91 560.000 510.000 50.000
250 91 700.000 636.000 64.000
Penghangat Makanan
tanpa Piring Penghangat, Ditto, tanpa piring penghangat 400 200 350 550
2
per ft permukaan atas
Fry Kettle-25 lb fat 16 X 18 X 12 H Luas Penggorengan 12" X 14" 2000 3800 5700 9500
Wajan, Pengorengan 18 X 18 X 8 H Luas Penggorengan 18" X 14" 2800 3100 1700 4800
Pemagang kisi-kisi,
14 X 14 X 10 H Luas Pemasakan 10" X 12" 1900 3900 2100 6000
Daging
Pemagang kisi-kisi,
13 X 14 X 10 H Luas Pemagangan 12" X 12" 1900 2700 700 3400
Sandwich
Roll Warmer 26 X 17 X 13 H Satu Tingkat 400 1100 100 1200
Pemanggang, Berlanjut 15 X 15 X 28 H 2 Slices wide -360 slices /hr 5000 5100 1300 6400
Pemanggang, Berlanjut 20 X 15 X 28 H 4 Slices wide -720 slices /hr 6000 6100 2600 8700
Pemanggang, Pop-Up 6 X 11 X 9 H 2 Irisan 1000 2450 450 2900
Waffle Iron 12 X 13 X 10 H One waffle 7" dia 600 1100 750 1850
Waffle Iron untuk Es
14 X 13 X 10 H 12 Cakes , setiap 12,5" X 3,75" 1500 3100 2100 5200
Krim Sandwich
28
Perbedaan temperatur yang ekuivalen adalah bahwa perbedaan temperatur
yang menghasilkan kalor total mengalir melalui struktur seperti yang disebabkan
oleh radiasi variabel matahari dan temperatur di luar ruangan. Perbedaan
temperatur ekuivalen di seluruh struktur harus memperhatikan berbagai jenis
konstruksi dan paparan, waktu, lokasi lintang bangunan, dan kondisi desain.
Aliran kalor melalui struktur kemudian dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan steady state heat flow dengan perbedaan temperatur ekuivalen(Carrier.,
2013).
(2.7)
Dimana :
U : Koefisien transmisi dinding/atap, Btu/hr.ft2.oF (Lampiran 1, 2, dan 3)
A : Luas permukaan, ft2
Δte : Perbedaan temperatur ekuivalen, oF
Aliran kalor melalui konstruksi interior (lantai, langit-langit dan partisi)
disebabkan oleh perbedaan dalam temperatur udara di kedua sisi struktur.
Perbedaan temperatur ini pada dasarnya konstan yang keluar setap harinya dan
oleh karena itu aliran kalor dapat ditentukan dari persamaan steady state heat flow
menggunakan temperatur aktual di kedua sisi (Carrier., 2013).
29
Tabel 2.4 Koefisien Konveksi Kaca
Kaca Datar
U, W/m2.K
Jumlah Kaca
Musim Panas Musim Dingin
Satu kaca 5,9 6,2
Dua kaca, ruang udara 6 mm 3,5 3,3
Dua kaca, ruang udara 13 mm 3,2 2,8
Tiga kaca, ruang udara 6 mm 2,5 2,2
Tiga kaca, ruang udara 13 mm 2,2 1,8
Jendela tahan badai, ruang udara 25 hingga 100 mm 2,8 2,3
(2.9)
(2.10)
Dimana :
qs : Beban panas sensibel, Btu/hr
cfmv : Jumlah udara, cfm (Tabel 2.5)
1,08 : Faktor kali untuk beban panas sensibel
to : Temperatur bola kering luar, oF
ti : Temperatur bola kering dalam, oF
ql : Beban panas laten (Btu/hr)
0,68 : Faktor kali untuk beban panas laten
Wo : Perbandingan kelembaban udara luar, grain/lb
Wi : Perbandingan kelembaban udara dalam, grain/lb
30
Tabel 2.5 Kebutuhan Udara Ventilasi
CFM/Orang
Aplikasi Merokok
Rekomendasi Minimum
Apartemen Sedikit 30 25
Department Stores Tidak Ada 7,5 5
Ruang Rapat Sangat Berat 50 30
Tidak Ada 7,5 5
Bioskop
Sedikit 15 10
Shop Retail Tidak Ada 10 7,5
Tidak Ada 25 15
Kantor (Private)
Banyak 30 25
Kantor (General) Sedikit 15 10
Sumber : Air Conditioning System Design,Carrier., 1965
(2.12)
Dimana :
qs : Beban panas sensibel, Btu/hr
cfmi : Jumlah udara, cfm (Tabel 2.6, Tabel 2.7)
1,08 : Faktor kali untuk beban panas sensibel
to : Temperatur bola kering luar, oF
ti : Temperatur bola kering dalam, oF
ql : Beban panas laten (Btu/hr)
0,68 : Faktor kali untuk beban panas laten
Wo : Perbandingan kelembaban udara luar, grain/lb
Wi : Perbandingan kelembaban udara dalam, grain/lb
31
Tabel 2.6 Infitrasi Melalui Pintu Pada Dinding Menghadap Asal Angin
2
CFM/ft CFM (Dibiarkan Terbuka)
Deskripsi Tidak Rata-Rata Tanpa Ruang Ada Ruang
Pakai Pakai Depan Depan
Pintu Putar (Pemakaian Normal) 0,8 5,2 - -
Pintu Putar Panel (Keadaan Terbuka) - - 1200 900
Pintu Kaca (Celah 3/4 in) 4,5 10 700 500
Pintu Kayu (3 in x 7 in) 1 6,5 700 500
32
c. Perbandingan Kelembaban (W)
Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (W), dinyatakan dalam
besaran masa uap air yang terkandung di udara per satuan masa udara
kering yang diukur dalam gram per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau
grain/lb. Pada tekanan barometer tertentu, kelembaban spesifik merupakan
fungsi dari suhu titik embun. Tetapi karena penurunan tekanan barometer
menyebabkan volume persatuan masa udara naik, maka kenaikan tekanan
barometer akan menyebabkan kelembaban spesifik menjadi turun.
d. Kelembaban Relatif (RH)
Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam persen (%), merupakan
perbandingan antara tekanan parsial aktual yang diterima uap air dalam
suatu volume udara tertentu (tekanan uap moist) dengan tekanan parsial
yang diterima uap air pada kondisi saturasi pada suhu udara saat itu (Psat).
e. Volume Spesifik (v)
Volume spesifik adalah volume udara campur dengan satuan meterkubik
per kilogram udara kering. Dapat juga dikatakan sebagai meterkubik
campuran udara kering, karena volume yang diisi oleh masing-masing
substansi, sama.
f. Entalpi (h)
Entalpi adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada suatu
temperatur tertentu.
g. Tekanan (P)
Tekanan adalah gaya normal (tegak lurus) yang diberikan oleh suatu fluida
persatuan luas benda yang terkena gaya tersebut. Satuan yang dipakai
untuk tekanan adalah Newton permeter kuadrat (N/m2), juga disebut
Pascal (Pa) dan Newton adalah satuan gaya. Tekanan atmosfer standart
adalah 1,01325 X 105 N/m² (Stoecker, 1994).
33
Gambar 2.21 Diagram Psikometrik
Sumber : Stoecker., 1994
34
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Surveipendahuluan :
Wawancara
Observasi Studi literatur
Objek penelitian
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Pengumpulan data
Tidak
Cukup
Ya
Pengolahan data
35
A
Selesai
36
3.3 Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan kerja praktek dengan topik beban pendingin
dijelaskan sebagai berikut :
1. Survei Pendahuluan
Tahapan ini merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan
terhadap sistem untuk mengetahui kegiatan, data dan permasalahan
yang ada pada sistem. Survei pendahuluan ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan pihak manajemen perusahaan para pekerja serta
observasi langsung ke lapangan. Survei pendahuluan ini dapat
ditentukan bagian yang akan dipilih untuk melakukan penelitian atau
pengamatan.
2. Objek Penelitian
Beban pendingin merupakan pembahasan utama dan dianalisis untuk
menjadi objek penelitian. Pada kasus ini, objek penelitian yang akan
dibahas yaitu analisis beban pendingin mal SKA lantai semi-basement
dan dasar.
3. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap awal dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
Studi literatur dilakukan dengan cara memahami informasi dari teori
yang berkaitan dengan topik penelitian dan penyelesaian laporan serta
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan batasan masalah yang
akan dibahas dan pencarian artikel yang berhubungan dengan
pengkajian.
4. Identifikasi Masalah
Beban pendingin gedung merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan agar terciptanya kenyamanan. Oleh karena itu, penulis
melakukan perhitungan terhadap beban pendingin pada lantai semi-
basement dan dasar mal SKA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
tercukupi atau tidaknya beban pendingin dengan penggunaan dua buah
chiller.
37
5. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, dilakukan perumusan masalah.
Masalah beban pendingin akan ditinjau dari beban kalor yang berasal
dari dalam dan beban kalor berasal dari luar agar beban pendingin yang
didapatkan sesuai dengan kebutuhan.
6. Pengumpulan Data
Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data yang diawali dengan
peninjauan ke lokasi kemudian dilakukan pencatatan. Data yang
diambil mencakup data daya lampu, daya elektronik, jumlah
pengunjung dan temperatur. Pengambilan data daya lampu dan daya
elektronik dengan menghitung manual. Sedangkan data jumlah
pengunjung dihitung dengan menggunakan rumus. Data temperatur
dihitung secara manual dan dibandingkan dengan data BMKG.
7. Pengolahan Data
Setelah didapatkan data tentang permasalahan yang dibahas,
selanjutnya data diolah dengan cara perumusan dan penyimpulan
masalah-masalah apa saja yang terjadi. Pengolahan data dimulai dari
penghitungan penggunaan peralatan elektronik, mengamati konstruksi
bangunan, perhitungan beban kalor dari dalam, perhitungan beban kalor
dari luara, dan perhitungan beban pendingin yang dibutuhkan.
8. Analisis Hasil dari Pengolahan Data
Studi kasus mengenai beban pendingin dapat diatasi dengan
pengumpulan informasi yang kemudian dilanjutkan dengan
penganalisisan. Analisis diambil dari pengolahan data berdasarkan pada
parameter-parameter.
9. Kesimpulan dan Saran
Rangkuman dari uraian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya
dan akan diberikan suatu rekomendasi terhadap kekurangan ataupun
masukan-masukan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
38
BAB IV
TUGAS KHUSUS
39
4.3 Beban Pendingin
4.3.1 Beban Kalor Internal
1. Beban Kalor Penghuni
Manusia merupakan salah satu yang mengeluarkan kalor dari tubuhnya,
dimana kalor yang dihasilkan manusia terdiri dari dua jenis, yaitu kalor sensibel
dan kalor laten. Untuk nilai kalor manusia diambil nilai kalor dari pria dewasa
pada saat temperatur ruangan 28oC (82oF), hal ini dikarenakan nilai kalor dari pria
dewasa lebih besar dibandingkan wanita dan anak-anak. Pengambilan nilai kalor
metabolisme manusia yang tertinggi agar beban pendingin maksimal dan tidak
terjadi kekurangan beban pendingin apabila jumlah pria dewasa lebih banyak.
Untuk pengambilan jumlah manusia di ruangan, diambil berdasarkan keputusan
menteri negara pekerjaan umum nomor: 10/KPTS/2000 dimana jumlah
pengunjung mal 5 m2/orang dan untuk pengunjung restoran/rumah makan 1
m2/orang .Untuk rincian luas ruangan ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Luas Masing-Masing Ruangan Mal SKA Lantai Semi-Basement
2 2
No Nama Toko/Tenant Luas Ruangan m No Nama Toko/Tenant Luas Ruangan m
1 Bazaar Matahari 1,108.55 7 Solaria 176.84
2 D-Xtreme 124.10 8 Arena Game 133.49
3 B-Fit 56.07 9 Food Court 481.70
4 Toko Baju 71.63 10 Hypermart 4,276.41
5 Toko Tas 71.63 11 Koridor 1,887.45
6 Boston Health & Beauty 158.29
Dimana :
N : Jumlah penghuni
L : Luas permukaan (m2)
n : Jumlah orang per m2 (Lampiran 4)
40
Maka :
Jumlah penghuni dengan aktivitas berjalan lambat
41
Tabel 4.2 Luas Masing-Masing Ruangan Mal SKA Lantai Dasar
No Nama Toko/Tenant Luas Ruangan m2 No Nama Toko/Tenant Luas Ruangan m2
1 Gurdian Health&Beauty 124.9 36 Yongky Komadali 143.9
2 Minimal 85.84 37 EVB 71
3 Ranti 86.69 38 Cherrie 88.61
4 Posh Boy 51.52 39 Lea 40.83
5 Bata 115.5 40 Batik Keris 129.2
6 Fladeo 80 41 Athlete's Foot 111.64
7 Optik Seis 72.63 42 Buccheri 176.45
8 Shoeline 72.95 43 Matahari 3049.11
9 Vanhollano 95.25 44 Optik Melawai 64
10 Shaga 91.91 45 Fit Plus 64.6
11 Grand Pelita Optik 90.4 46 C & F Perfumery 77.24
12 Serta Spring Bed USA 90.4 47 The Face Shop 77.8
13 The B Club 81.6 48 Body & Soul 66.7
14 Roti Boy 45.2 49 Planet Surf 238.58
15 Time Connection 45.3 50 OXA 96
16 Perfect Health 78.4 51 Levis 47.8
17 Century Health Care 66.6 52 Sportindo 150.4
18 A&W 270 53 Giordano 111.8
19 Excelso 214.46 54 The Body Shop 75.92
20 Vixia 11.3 55 PS M2 98.078
21 Polo 81.6 56 LOGO 84.2
22 Bread Talk 101.19 57 WatchTime 84
23 J.Co Donuts & Coffee 124.18 58 Hammer 83.04
24 KFC 343.67 59 X8 83.8
25 Rice Bowl 128.3 60 Lee Copper 83.76
26 Sports Station 126.79 61 Factor Oregano 78.47
27 Wrangler 118.1 62 Optik Tunggal 68.82
28 The Executive 113.8 63 Ruang Menyusui 7.48
29 Adidas 103.8 64 Ruang Panel 6.55
30 Innovation Store 52 65 Ruang Istirahat 6.46
31 Studio Tae 67.3 66 Toilet Pria (Arah Barat) 21.52
32 Jobb 85.24 67 Toilet Wanita (Arah Barat) 14.4
33 Sox Galery 48.52 68 Toilet Pria (Arah Timur) 10.66
34 Number 61 185.15 69 Toilet Wanita (Arah Timur) 9.72
35 Valino 73.64 70 Koridor 3595.57
42
Dimana :
N : Jumlah penghuni
L : Luas permukaan (m2)
n : Jumlah orang per m2 (Lampiran 4)
Maka :
Jumlah penghuni dengan aktivitas berjalan lambat
43
2. Beban Kalor Lampu
Lampu menghasilkan panas sensibel oleh konversi input daya listrik
menjadi cahaya dan panas (Carrier, 2013). Panas disebarkan oleh radiasi pada
permukaan sekitarnya, dengan konduksi ke dalam bahan-bahan yang
berdekatan dan oleh konveksi ke udara sekitar. Untuk rincian daya lampu
setiap ruangan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.
= 3.400 Btu/hr
Beban kalor sensibel lampu LED
Jadi :
Beban kalor sensibel total lampu lantai semi-basement adalah :
⁄
44
b. Berikut input data dari kalor lampu lantai dasar :
Total daya lampu neon : 104.425 Watt
Total daya lampu pijar : 62.675 Watt
Total daya lampu LED : 671 Watt
Perhitungan kalor sensibel lampu pijar dan LED dapat menggunakan
persamaan (2.4).
Maka :
Beban kalor sensibel lampu pijar
Jadi :
Beban kalor sensibel total lampu lantai dasar adalah :
⁄
45
a. Peralatan elektronik pada lantai semi-basement.
Beberapa peralatan elektronik yang terdapat di lantai semi-basement yaitu,
43 buah komputer dengan daya masing-masing 500 Watt, 1 buah Super
Refrigeration Cabinet LS-375 dengan daya 1100 Watt, 6 buah Sliding Flat
Glass Freezer SD-980 dengan daya 610 Watt, 2 buah mesin pemajang
minuman EXPO-1500 AH/CN dengan daya 840 Watt, 1 buah mesin pembuat
es batu dengan daya 250 Watt, 2 buah Hot & Cool Cake Showcase DS-950
dengan daya 1.224 Watt, 60 TV 21 inchi dengan daya 100 Watt, 38 TV 35 inchi
dengan daya 175 Watt, 19 TV 70 inchi dengan daya 307 Watt, 3 buah kulkas
dengan daya 150 Watt, 5 buah dispenser dengan daya 380 Watt, dan alat
permainan Arena Game Hypermart dengan daya 3.500 Watt.
46
Beban total kalor sensibel dispenser
Jadi :
Beban kalor sensibel total peralatan elektronik lantai semi-basement
adalah :
47
Beban total kalor sensibel pendingin
Jadi :
Beban kalor sensibel total peralatan elektronik lantai dasar adalah :
= 240.000 Btu/hr
48
5. Beban Kalor Peralatan Masak Restoran
Beban kalor yang dihasilkan dari peralatan restoran terbagi menjadi beban
kalor sensibel dan laten. Besarnya beban kalor dari perlatan masak sudah
dicantumkan pada Tabel 2.3.
a. Pada lantai semi-basement terdiri dari satu restoran, yaitu Solaria Hypermart.
Total masing-masing alat yang digunakan oleh Solaria terdiri dari, 1 buah
penyeduh kopi ½ gal, 2 buah alat perebus, 2 buah penggorengan dan 1 buah
oven.
Berikut input data beban kalor sensibel dari Solaria Hypermart :
Penyeduh kopi ½ gal : 900 Btu/hr
Alat perebus : 1.200 Btu/hr
Penggorengan : 3.100 Btu/hr
Oven : 2.100 Btu/hr
Berikut input data beban kalor laten dari Solaria Hypermart:
Penyeduh kopi ½ gal : 220 Btu/hr
Alat perebus : 800 Btu/hr
Penggorengan : 1.700 Btu/hr
Oven : 1.300 Btu/hr
Maka :
Beban kalor sensibel penyeduh kopi ½ gal
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel alat perebus
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel penggorengan
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel oven
⁄ ⁄
Maka :
Beban kalor laten penyeduh kopi ½ gal
⁄ ⁄
Beban kalor laten alat perebus
⁄ ⁄
49
Beban kalor laten penggorengan
⁄ ⁄
Beban kalor laten oven
⁄ ⁄
Jadi :
Beban kalor sensibel total peralatan masak restoran lantai semi-
basement adalah :
⁄
Beban kalor laten total peralatan masak restoran lantai dasar adalah :
⁄
b. Pada lantai dasar terdiri dari empat restoran, yaitu A & W, Excelso, KFC dan
Rice Bowl. Selain restoran juga terdiri dari 4 toko roti, yaitu Vanhollano, Roti
Boy, J.Co Donuts & Coffee dan Bread Talk. Total alat yang digunakan oleh
empat restoran dan empat toko roti tersebut terdiri dari, 5 buah penyeduh kopi
½ gal, 6 buah alat perebus, 10 buah penggorengan, 12 buah pemanggang, dan 8
buah oven.
Berikut input data beban kalor sensibel dari restoran dan toko roti tersebut :
Penyeduh kopi ½ gal : 900 Btu/hr
Alat perebus : 1.200 Btu/hr
Penggorengan : 3.100 Btu/hr
Pemanggang : 3.900 Btu/hr
Oven : 2.100 Btu/hr
Berikut input data beban kalor laten dari restoran dan toko roti tersebut :
Penyeduh kopi ½ gal : 220 Btu/hr
Alat perebus : 800 Btu/hr
Penggorengan : 1.700 Btu/hr
Pemanggang : 2.100Btu/hr
Oven : 1.300 Btu/hr
50
Maka :
Beban kalor sensibel penyeduh kopi ½ gal
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel alat perebus
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel penggorengan
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel pemanggang
⁄ ⁄
Beban kalor sensibel oven
⁄ ⁄
Maka :
Beban kalor laten penyeduh kopi ½ gal
⁄ ⁄
Beban kalor laten alat perebus
⁄ ⁄
Beban kalor laten penggorengan
⁄ ⁄
Beban kalor laten pemanggang
⁄ ⁄
Beban kalor laten oven
⁄ ⁄
Jadi :
Beban kalor sensibel total peralatan masak restoran adalah :
⁄
51
4.3.2 Beban Kalor Eksternal
1. Beban Kalor Dinding
Beban kalor dari dinding dibagi menjadi 4 bagian dinding, yaitu Utara, Selatan,
Barat dan Timur. Beban kalor dipengaruhi konstruksi dari dinding, Mal SKA
menggunakan bata ringan heble, dimana karakteristik dari bata heble dapat
dilihat pada Lampiran 1. Kalor melalui dinding dihitung pada saat terjadi
perpindahan panas terbesar. Perolehan panas ini disebabkan oleh panas sinar
matahari yang diserap oleh dinding dan beda temperatur antara kondisi luar
ruangan dan dalam ruangan.
a. Berikut input data dari beban kalor dari dinding lantai semi-basement:
Luas dinding Utara : 282,848 m2 (3.054,764 ft2)
Luas dinding Selatan : 277,961 m2 (3.001,974 ft2)
Luas dinding Barat : 742,725 m2 (8.021,430 ft2)
Luas dinding Timur : 742,725 m2 (8.021,430 ft2)
Koefisien transmisi (U) bata heble : 0,69 Btu/hr(ft2)(oF)
Temperatur udara bola kering outdoor : 30oC (86 oF)
Temperatur udara bola kering indoor : 28oC (82 oF)
Perhitungan kalor sensibel dinding dapat menggunakan persamaan (2.7).
Maka :
Beban kalor sensibel dinding Utara
⁄
52
Jadi :
Beban kalor sensibel total dari dinding lantai semi-basement adalah :
⁄
⁄ ⁄
b. Berikut input data dari beban kalor dari dinding lantai dasar :
Luas dinding Utara : 608,304 m2 (6.569,680 ft2)
Luas dinding Selatan : 669,850 m2 (7.234,379 ft2)
Luas dinding Barat : 277,051 m2 (2.992,148 ft2)
Luas dinding Timur : 252,324 m2 (2.725,095 ft2)
Koefisien transmisi (U) bata heble : 0,69 Btu/hr.ft2.oF
Temperatur udara bola kering outdoor : 35oC (95 oF)
Temperatur udara bola kering indoor : 28oC (82 oF)
Perhitungan kalor sensibel dinding dapat menggunakan persamaan (2.7).
Maka :
Beban kalor sensibel dinding Utara
⁄
Jadi :
Beban kalor sensibel total dari dinding lantai dasar adalah :
⁄ ⁄
⁄ ⁄
53
2. Beban Kalor Kaca
Beban kalor dari dinding dibagi menjadi 4 bagian kaca, yaitu Utara, Selatan,
Barat dan Timur. Beban kalor dipengaruhi konstruksi dari kaca, Mal SKA
menggunakan jenis kaca datar dan tunggal. Kalor melalui kaca dihitung pada
saat terjadi perpindahan panas terbesar. Perolehan panas ini disebabkan oleh
panas sinar matahari yang diserap oleh kaca dan beda temperatur antara kondisi
luar ruang dan dalam ruangan.
a. Berikut input data dari beban kalor dari kaca dari lantai semi-basement :
Luas kaca Utara : 0 m2
Luas kaca Selatan : 4,888 m2
Luas kaca Barat : 0 m2
Luas kaca Timur : 0 m2
Koefisien transmisi (U) kaca tunggal : 5,9 W/m2.K (Tabel 2.4)
Temperatur udara bola kering outdoor : 30oC (303,15 K)
Temperatur udara bola kering indoor : 28 oC (301,15 K)
54
Jadi :
Beban kalor sensibel total dari kaca lantai semi-basement adalah :
b. Berikut input data dari beban kalor dari kaca dari lantai dasar:
Luas kaca Utara : 163,657 m2
Luas kaca Selatan : 0 m2
Luas kaca Barat : 222,787 m2
Luas kaca Timur : 157,447 m2
Koefisien transmisi (U) kaca tunggal : 5,9 W/m2.K (Tabel 2.4)
Temperatur udara bola kering outdoor : 35 oC (308,15 K)
Temperatur udara bola kering indoor : 28 oC (301,15 K)
55
Jadi :
Beban kalor sensibel total dari kaca lantai dasar adalah :
56
Koefisien transmisi (U) kaca tunggal : 5,9 W/m2.K
Koefisien transmisi (U) metal : 0,36 Btu/hr.ft2.oF
Temperatur bola kering outdoor : 30oC (86 oF) (303,15 K)
Temperatur bola kering indoor : 28oC (82 oF) (301,15 K)
Perhitungan kalor sensibel atap dapat menggunakan persamaan (2.7) dan (2.8).
Maka :
Beban kalor sensibel atap kaca
⁄
Jadi :
Beban kalor sensibel total dari atap lantai semi-basement adalah :
⁄
57
Gambar 4. 2 Tampak Atas Atap Lantai Dasar
Berikut input data beban kalor dari atap lantai dasar.
Luas atap kaca : 846,753 m2 (9.144,932 ft2)
Luas atap metal : 2592,401 m2 (27.997,931 ft2)
Koefisien transmisi (U) kaca tunggal : 5,9 W/m2.K
Koefisien transmisi (U) metal : 0,36 Btu/hr.ft2.oF
Temperatur udara bola kering outdoor : 35oC (95 oF) (308,15 K)
Temperatur udara bola kering indoor : 28oC (82 oF) (301,15 K)
Perhitungan kalor sensibel atap dapat menggunakan persamaan (2.7) dan (2.8).
Maka :
Beban kalor sensibel atap kaca
⁄
58
Jadi :
Beban kalor sensibel total dari atap lantai dasar adalah :
+
59
Maka :
Jadi :
Beban kalor total ventilasi dari lantai semi-basement adalah :
+
b. Berikut adalah input data beban kalor ventilasi dari lantai dasar.
Jumlah orang : 3.434
cfm : 7,5 cfm (Tabel 2.5)
cfmv : 25.755 cfm
Temperatur bola kering outdoor (to) : 35oC (95oF)
Temperatur bola kering indoor (ti) : 28oC (82oF)
Temperatur bola basah outdoor : 28oC (82oF)
Temperatur bola basah indoor : 25oC (77oF)
Perbandingan kelembaban outdoor (Wo) : 145,6 grain/lb
Perbandingan kelembaban indoor (Wi) : 132,9 grain/lb
Perhitungan beban kalor laten dari ventilasi lantai dasar dapat menggunaakan
persamaan (2.10).
Maka :
Jadi :
Beban kalor sensibel total ventilasi dari lantai semi-basement adalah :
+
60
5. Beban Kalor Infitrasi
Beban kalor yang dihasilkan oleh infiltrasi terbagi atas dua, yaitu beban
kalor sensibel dan beban kalor laten. Untuk menghitung beban kalor sensibel dan
beban kalor laten, kita harus mengetahui beberapa data seperti debit udara,
temperatur bola kering luar dan dalam, temperatur bola basah luar dan dalam agar
bisa mengetahui perbandingan kelembaban luar dan dalam. Mengenai
perbandingan kelembaban dihitung menggunakan software Carrier Psychrometric
Analysis pada tekanan 1 atm (29,921 inHg).
a. Berikut adalah input data beban kalor infiltrasi dari lantai semi-basement.
Pada lantai semi-basement terdapat 1 pasang pintu yang dibiarkan terbuka,
karena dalam semi-basement maka tidak menghadap asal angin. Jadi, cfm
yang digunakan adalah cfm dari Tabel 2.7 dengan pasangan pintu pertama dan
kedua terbuka 100%.
cfmi : 10.000 cfm (Tabel 2.7)
Temperatur bola kering outdoor (to) : 30oC (86oF)
Temperatur bola kering indoor (ti) : 28oC (82oF)
Temperatur bola basah outdoor : 26oC (79oF)
Temperatur bola basah indoor : 25oC (77oF)
Perbandingan kelembaban outdoor (Wo) : 139,5 grain/lb
Perbandingan kelembaban indoor (Wi) : 132,9 grain/lb
61
Jadi :
Beban kalor sensibel total infiltrasi dari lantai semi-basement adalah :
+
b. Berikut adalah input data beban kalor infiltrasi dari lantai dasar.
Pada lantai dasar terdapat 4 pasang pintu dan 1 buah pintu putar panel.
Keempat pasang pintu dan satu pintu putar panel tersebut dibiarkan terbuka.
Satu pasang pintu dan pintu putar panel menghadap asal angin dan memiliki
ruang depan. Maka pengambilan cfm untuk pintu yang menghadap asal angin
adalah pada Tabel 2.6. Dan pengambilan cfm untuk pintu yang tidak
menghadap asal angin adalah Tabel 2.7 dengan pasangan pintu pertama dan
kedua terbuka 100%.
cfm pintu putar panel terbuka : 900 cfm (Tabel 2.6)
cfm pintu kaca terbuka : 500 cfm (Tabel 2.6)
cfm 3 pasang pintu lainnya : 30.000 cfm (Tabel 2.6)
cfmi : 31.400 cfm
Temperatur bola kering outdoor (to) : 35oC (95oF)
Temperatur bola kering indoor (ti) : 28oC (82oF)
Temperatur bola basah outdoor : 28oC (82oF)
Temperatur bola basah indoor : 25oC (77oF)
Perbandingan kelembaban outdoor (Wo) : 145,6 grain/lb
Perbandingan kelembaban indoor (Wi) : 132,9 grain/lb
Perhitungan beban kalor laten dari ventilasi lantai dasar dapat menggunaakan
persamaan (2.12).
62
Maka :
Jadi :
Beban kalor sensibel total ventilasi dari lantai semi-basement adalah :
+
75 0,50
35 1899999967643,190
130
Btu
-0,1
1799999969346,180
0,55
HUMIDITY RATIO - POUNDS OF MOISTURE PER POUND OF DRY AIR
120 1699999971049,170
u
0,60
-0,2 Bt
70
%
30 1599999972752,160
90
110
0,65
1499999974455,150
100 0,70
%
80
1399999976158,140
65 0,75
AIR 25 1299999977861,130
0,80
Y 90
DR F
14,0
-°
OF
%
0,85
MP
70
D
TE
VOLU
1199999979564,120
UN N 0,90
PO TIO 80 0,95
R 60
ME-
PE RA
-0,3 Btu - Enthalpy deviation Btu per pound of dry air
TU TU 1099999981267,110
1.00
SA
CU.F
%
-B
tu
60
T,
2B
PY 20 IN Sensible
AL
-,0
T.
Btu
PO 70 999999982970,102
TH Heat
PER
EW
4
EN Factor
-,0
,D
Btu
55
LB
LB.
-,06
BU 50
% 899999984673,091
Btu
DRY
ET 60
W
-,08
AIR
50 799999986376,081
13,5
15
40% 50 699999988079,071
45
599999989782,061
40
40
30%
499999991485,051
10 35
30
13,0
399999993188,041
30
20%
Btu
25 0,1 29999999489,103
20
Btu
0,2
Y
HUMIDIT 19999999659,402
Wet-Bulb Btu RELATIVE
12,5
63
Gambar 4.4 Data Hasil Carrier Psychrometric Analysis Temperatur DB 30oC
(86oF) dan temperatur WB 26oC(79oF)
64
Maka :
Sifat termal dari udara basah temperatur bola kering 30 oC (86oF) dan
temperatur bola basah 26oC (79oF) adalah :
a. Perbandingan Kelembaban (W) : 139,5grain/lb
b. Kelembaban Relatif (RH) : 73,77 %
c. Kelembaban Relatif (v) : 14,191 ft3/lb
d. Entalpi (h) : 42,547 Btu/lb
Maka :
Sifat termal dari udara basah temperatur bola kering 28 oC (82 oF) dan
temperatur bola basah 25 oC (77 oF) adalah :
a. Perbandingan Kelembaban (W) : 132,9grain/lb
b. Kelembaban Relatif (RH) : 80,05 %
c. Volume Spesifik (v) : 14,067ft3/lb
d. Entalpi (h) : 40,514Btu/lb
b. Pada lantai dasar, temperatur bola kering di luar ruangan adalah 35 oC (95 oF)
dan di dalam ruangan 28 oC (82 oF), dan temperatur bola basah di luar ruangan
adalah 28oC (82oF) dan di dalam ruangan 25oC (77oF). dengan input data
tersebut, maka dari software Carrier Psychrometric Analysis pada tekanan
29,921 in.Hg bisa didapatkan diagram dan data seperti di bawah.
PSYCHROMETRIC Grains of moisture Pounds of moisture
CHART per pound of dry air per pound of dry air
Normal Temperature
I-P Units 180
SEA LEVEL 2499999957425,250
BAROMETRIC PRESSURE: 29,921 in. HG 45
170
2399999959128,240
0,40
160 2299999960831,230
80
2199999962534,220
40
DB 95 F dan WB 82 F 150
0,45
2099999964237,210
140 .019999999659402
DB 82 F dan WB 77 F
14,5
75 0,50
35 1899999967643,190
130
Btu
-0,1
1799999969346,180
0,55
HUMIDITY RATIO - POUNDS OF MOISTURE PER POUND OF DRY AIR
120 1699999971049,170
u
0,60
-0,2 Bt
70
%
30 1599999972752,160
90
110
0,65
1499999974455,150
100 0,70
%
80
1399999976158,140
65 0,75
AIR 25 1299999977861,130
0,80
Y 90
DR °F
14,0
-
OF
%
0,85
MP
70
D
TE
VOLU
1199999979564,120
UN N 0,90
PO TIO 80 0,95
R 60
ME-
PE RA
-0,3 Btu - Enthalpy deviation Btu per pound of dry air
TU A TU 1099999981267,110
1.00
CU.F
%
-B
Btu
,S 60
Y 20 T
2
LP IN Sensible
-,0
T.
Btu
HA PO 70 999999982970,102
Heat
PER
T EW
4
EN Factor
-,0
D
Btu
55
B,
LB.
UL
-,06
B % 899999984673,091
50
Btu
DRY
ET 60
W
-,08
AIR
50 799999986376,081
13,5
15
40% 50 699999988079,071
45
599999989782,061
40
40
30%
499999991485,051
10 35
30
13,0
399999993188,041
30
20%
Btu
25 0,1 29999999489,103
20
Btu
0,2
IDIT Y
Wet-Bulb Btu ATIVE HUM 19999999659,402
12,5
65
Gambar 4.7 Data Hasil Carrier Psychrometric Analysis Temperatur DB 35oC
(95oF) dan temperatur WB 28oC(82oF)
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan data yang didapat, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Beban kalor total internal dan eksternal pada lantai semi-basement dan
dasar Mal SKA dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.1 Beban Kalor Internal Lantai Semi-Basement dan Lantai Dasar
Mal SKA
68
Tabel 5. 2 Beban Kalor Eksternal Lantai Semi-Basement dan Lantai Dasar
Mal SKA
69
c. Kelembaban Relatif (v) : 14,191 ft3/lb
d. Entalpi (h) : 42,547 Btu/lb
4. Sifat termal dari udara basah temperatur bola kering 35 oC (95oF) dan
temperatur bola basah 28oC (82 oF) adalah :
a. Perbandingan Kelembaban (W) : 145,6grain/lb
b. Kelembaban Relatif (RH) : 58,01 %
c. Kelembaban Relatif (v) : 14,445 ft3/lb
d. Entalpi (h) : 45,749Btu/lb
5. Sifat termal dari udara basah temperatur bola kering 28 oC (82 oF) dan
temperatur bola basah 25 oC (77 oF) adalah :
a. Perbandingan Kelembaban (W) : 132,9grain/lb
b. Kelembaban Relatif (RH) : 80,05 %
c. Volume Spesifik (v) : 14,067ft3/lb
d. Entalpi (h) : 40,514Btu/lb
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan mengenai pengkondisian udara
teruatama dalam beban pendinginan adalah sebagai berikut :
1. Agar beban pendinginan tidak terlalu besar maka bangunan sebaiknya
tidak terlalu banyak dinding, pintu maupun jendela dari kaca dan
diusahakan letak dinding, pintu maupun jendela tidak terkena panas
matahari langsung.
2. Gunakanlah lampu dan peralatan elektronik dengan daya yang lebih
kecil dan matikan ketika tidak digunakan.
3. Gunakanlah atap maupun dinding dengan daya serap kalor yang rendah.
70
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Dan
Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung. SNI 6390. 2011.
Pasek DA, Nathanael PT, dan Willy A. 2004. Training of Trainers Refrigeration
Servicing Sector. Indonesia, LPPM-Institut Teknologi Bandung.
71
GambartevaporatortACtSplit. http://mhasanb.blogspot.com/2013/05/sparepart-ac-
jual-sparepart-ac-di.html (diakses 4 Januari 2014).
GambartkatuptekspansitACtSplit.thttp://www.bestbuyheatingandairconditioning.c
om/Merchant2/merchant.mvc?Screen=CTGY&Category_Code=Eca
(diakses 4 Januari 2014).
Gambartkondensor AC Split.http://autobliz.wordpress.com/2008/05/22/
kondensor /(diakses 4 Januari 2014).
72
LAMPIRAN
73
Lampiran 2 Koefisien Transmisi (U) Atap Datar, Btu/hr.ft2.oF
Ketebalan Insulasi Diatas Dek, inci
Dek (in) & Tidak
Tipe Dek Langit-Langit/Plafon
berat Ada 1/2 (1) 1 (1) 1,5 (2) 2 (3) 2,5 (3) 3 (4)
2
(lb/ft ) Insulasi
Flat Metal 1 (5)
Tanpa atau Plaster (6) 0,67 0,35 0,23 0,18 0,15 0,12 0,1
Suspended Plaster (5) 0,32 0,22 0,17 0,14 0,12 0,1 0,09
Suspended Acou Tile (2) 0,23 0,18 0,14 0,12 0,11 0,09 0,08
Preformed Slabs- Serat 2 (4) Tanpa atau Plaster (6) 0,2 0,16 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08
Kayu & Campuran Semen Suspended Plaster (5) 0,15 0,12 0,11 0,09 0,08 0,08 0,07
Suspended Acou Tile (2) 0,13 0,1 0,09 0,08 0,08 0,07 0,06
3 (7) Tanpa atau Plaster (6) 0,14 0,11 0,1 0,09 0,08 0,08 0,7
Suspended Plaster (5) 0,12 0,1 0,09 0,07 0,07 0,06 0,05
Suspended Acou Tile (2) 0,1 0,9 0,08 0,07 0,07 0,06 0,05
Beton 4,6,8 Tanpa atau Plaster (6) 0,51 0,3 0,21 0,16 0,14 0,12 0,1
(Campuran Pasir & Krikil) (47),(70), Suspended Plaster (5) 0,28 0,2 0,16 0,13 0,12 0,1 0,09
-93 Suspended Acou Tile (2) 0,21 0,16 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08
(Campuran Lt Wt Pada 2 (9) Tanpa atau Plaster (6) 0,27 0,2 0,15 0,13 0,11 0,1 0,08
Papan Gypsum) Suspended Plaster (5) 0,18 0,14 0,12 0,1 0,09 0,09 0,08
Suspended Acou Tile (2) 0,15 0,12 0,11 0,09 0,08 0,08 0,07
3 (13) Tanpa atau Plaster (6) 0,21 0,16 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08
Suspended Plaster (5) 0,15 0,12 0,11 0,09 0,08 0,08 0,07
Suspended Acou Tile (2) 0,13 0,11 0,1 0,08 0,08 0,07 0,06
4 (16) Tanpa atau Plaster (6) 0,17 0,14 0,11 0,1 0,09 0,08 0,7
Suspended Plaster (5) 0,13 0,11 0,1 0,08 0,08 0,07 0,6
Suspended Acou Tile (2) 0,12 0,1 0,09 0,07 0,07 0,06 0,5
Lempengan Gypsum pada 2 (11) Tanpa atau Plaster (6) 0,32 0,22 0,17 0,14 0,12 0,1 0,09
1/2 in Papan Gypsum Suspended Plaster (5) 0,21 0,17 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08
Suspended Acou Tile (2) 0,17 0,13 0,12 0,1 0,09 0,08 0,07
3 (15) Tanpa atau Plaster (6) 0,27 0,19 0,15 0,13 0,11 0,1 0,08
Suspended Plaster (5) 0,19 0,15 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08
Suspended Acou Tile (2) 0,15 0,12 0,11 0,09 0,08 0,08 0,07
4 (19) Tanpa atau Plaster (6) 0,23 0,17 0,14 0,12 0,1 0,09 0,08
Suspended Plaster (5) 0,17 0,13 0,12 0,1 0,09 0,08 0,07
Suspended Acou Tile (2) 0,14 0,12 0,11 0,09 0,08 0,08 0,07
Dek 1 (3) Tanpa atau Plaster (6) 0,4 0,26 0,19 0,15 0,13 0,11 0,09
Suspended Plaster (5) 0,24 0,18 0,14 0,12 0,11 0,09 0,08
Suspended Acou Tile (2) 0,19 0,15 0,13 0,11 0,1 0,08 0,07
2 (5) Tanpa atau Plaster (6) 0,28 0,2 0,16 0,13 0,11 0,1 0,08
Suspended Plaster (5) 0,19 0,15 0,13 0,11 0,1 0,09 0,07
Suspended Acou Tile (2) 0,16 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07
3 (8) Tanpa atau Plaster (6) 0,21 0,16 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08
Suspended Plaster (5) 0,16 0,13 0,11 0,09 0,09 0,08 0,07
Suspended Acou Tile (2) 0,13 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07 0,06
74
Lampiran 3 Koefisien Transmisi (U) atap miring, Btu/hr.ft2.oF
75
Lampiran 4 Ketentuan Jumlah Manusia di Ruangan
76
Lampiran 5 Rincian Lampu Lantai Semi-Basement
Lampu
Halogen
No Nama Toko/Tenant Neon Stick Neon TL Sorot (Pijar) LED Total Daya Lampu
(Pijar)
(Watt)
N Watt N Watt N Watt N Watt N Watt
1 Koridor 496 35 32 40 0 0 4 250 0 0 19640
2 Hypermart 0 0 3453 40 0 0 0 0 0 0 138120
TOTAL 496 35 3485 80 0 0 4 250 0 0 157760
77
Lampiran 6 RincianLampu Lantai Dasar
Lampu
Halogen
No Nama Toko/Tenant Neon Stick Neon TL Sorot (Pijar) LED Total Daya Lampu
(Pijar)
(Watt)
N Watt N Watt N Watt N Watt N Watt
1 Guardian Health & Beauty 12 20 66 40 20 20 3280
2 Minimal 20 40 10 30 68 50 4500
3 Ranti 27 50 8 40 30 5 1820
4 Posh Boy 4 40 1 40 34 50 1900
5 Bata 12 40 29 50 1930
6 Fladeo 3 10 56 40 9 20 26 5 2580
7 Optik Seis 7 20 27 40 24 50 2420
8 Shoeline 11 20 34 40 16 20 26 50 3200
9 Vanhollano 12 20 10 40 37 50 2490
10 Shaga 45 10 4 40 6 50 910
11 Grand Pelita Optik 10 35 55 40 16 10 19 50 3660
12 Serta Spring Bed USA 11 45 27 10 19 50 1715
13 The B Club 27 10 4 20 2 20 390
14 Labette Paris 21 35 5 40 3 20 995
15 Roti Boy 3 35 10 40 8 505
16 Time Connection 21 40 30 5 990
17 Perfect Health 22 50 4 40 5 5 1285
18 Century Health Care 34 20 22 40 4 20 1640
19 A&W 74 20 9 40 87 10 2710
78
Lampiran 6 RincianLampu Lantai Dasar (Lanjutan)
Lampu
Halogen
No Nama Toko/Tenant Neon Stick Neon TL Sorot (Pijar) LED Total Daya Lampu
(Pijar)
(Watt)
N Watt N Watt N Watt N Watt N Watt
20 Excelso 33 20 4 40 7 20 17 50 1810
21 Share Tea 6 40 5 10 18 5 380
22 Vixia 5 20 40 10 10 5 550
23 Polo 23 20 15 40 23 5 1175
24 J.Co Donuts & Coffee 22 50 1100
25 KFC 67 35 47 40 4225
26 Bread Talk 8 20 40 40 5 50 2010
27 Rice Bowl 17 35 6 40 835
28 Sports Station 80 20 26 40 26 2640
29 Wrangler 8 20 40 40 47 50 4110
30 The Executive 14 40 4 10 4 35 38 50 2640
31 Adidas 4 20 2 40 160
32 Innovation Store 37 15 18 40 4 50 1475
33 Studio Tae 28 35 31 40 2 40 2300
34 Jobb 34 35 14 20 1470
35 Sox Galery 28 45 12 40 1740
36 Nomber 61 48 60 28 40 42 50 6100
37 Valino 18 35 8 40 16 50 1750
38 Yonglei Komadali 15 20 70 40 3100
79
Lampiran 6 RincianLampu Lantai Dasar (Lanjutan)
Lampu
Halogen
No Nama Toko/Tenant Neon Stick Neon TL Sorot (Pijar) LED Total Daya
(Pijar)
Lampu (Watt)
N Watt N Watt N Watt N Watt N Watt
39 EVB 22 20 35 40 57 50 16 5 4770
40 Cherrie 39 40 10 40 6 50 2260
41 Lea 17 45 41 50 2815
42 Batik Keris 46 35 14 10 14 20 2030
43 Athlete's Foot 43 35 12 40 51 50 4535
44 Buccheri 56 35 96 40 123 50 11950
45 Matahari 253 35 30 40 23 250 15805
46 Optik Melawai 8 35 53 40 29 50 3850
47 Fit Plus 40 35 1400
48 C & F Perfumery 22 35 19 10 23 50 2110
49 The Face Shop 42 40 42 40 3360
50 Body & Soul 20 35 12 20 4 50 1140
51 Planet Surf 32 10 12 40 44 50 4 4 3016
52 OXA 11 60 19 40 1420
53 Levis 16 35 24 50 1760
54 Sportindo 38 10 10 40 6 50 1080
55 Glordano 9 40 47 50 2710
56 The Body Shop 64 35 48 20 3200
57 PS M2 18 35 8 20 8 40 44 50 3310
80
Lampiran 6 RincianLampu Lantai Dasar (Lanjutan)
Lampu
Halogen
No Nama Toko/Tenant Neon Stick Neon TL Sorot (Pijar) LED Total Daya
(Pijar)
Lampu (Watt)
N Watt N Watt N Watt N Watt N Watt
58 LOGO 32 40 24 50 2480
59 Watch Time 23 40 30 20 24 5 1640
60 Hammer 20 35 30 50 2200
61 X8 27 35 8 40 23 50 2415
62 Lee Copper 25 35 18 50 1775
63 Factor Oregano 56 40 10 40 2640
64 Optik Tunggal 28 40 31 40 25 50 3610
TOTAL 1437 1485 1073 1530 179 215 888 1505 115 25 133375
81
Lampiran 7 Rincian Luas Atap Yang Terkena Pada Lantai Semi-Basement dan Lantai Dasar
Bagian-Bagian Atap Luas Atap (m2) Luas Atap (ft2) Luas Atap Total (m2) Luas Atap Total (ft2)
Atap Metal 1 1.238,166 13.372,192
Atap Metal 2 150,592 1.626,393
Atap Metal 3 473,202 5.110,582
Atap Metal 4 450,496 4.865,354 2.814,82 9.444,89
Atap Metal 5 222,143 2.399,144
Atap Metal 6 58,080 627,264
Atap Metal 7 222,143 2.399,144
Atap Kaca 1 80,281 867,033
Atap Kaca 2 144,465 1.560,220
Atap Kaca 3 157,734 1.703,527
Atap Kaca 4 387,660 4.186,731 874,527 30.400,07
Atap Kaca 5 27,775 299,966
Atap Kaca 6 48,839 527,458
Atap Kaca 7 27,775 299,966
82
Lampiran 8 Denah Lantai Dasar
83
Lampiran 9 Denah Lantai Semi-Basement
84
Lampiran 10 Denah Lampu Lantai Semi-Basement
85
86
Lampiran 11 Denah Lampu Lantai Dasar
87
88
Lampiran 12 Denah Peralatan Elektronik Lantai Semi-Basement
89
Lampiran 13 Denah Peralatan Elektronik Lantai Dasar
90
Lampiran 14 Denah Tampak Barat dan Selatan
91
Lampiran 15 Denah Tampak Timur dan Utara
92