Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

MENTAL EMOSIONAL ANAK SELAMA MASA PANDEMI

COVID-19 DI PAUD CERIA DAN PAUD RAMA MAKASSAR

OLEH :

ULFIYANA.R

16.01.031

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MENTAL
EMOSIONAL ANAK SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI PAUD
SERIA DAN PAUD RAMA KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh :
ULFIYANA.R
16.01.031
Telah Disetujui Untuk Dilakukan Penelitian
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Pembimbing I Pembimbing II

Mikawati, S.Kp.,M.Kes Ns. Muaningsih, M.Kep.,Sp.Kep.Mat


NIK. 093.152.02.03.017 NIK. 093.152.02.03.067

Penguji I Penguji II

Sitti Syamsiah, S.Kp., M.Kes Ns. Evi Lusiana. S. Kep., M. Kep


NIK. 093.152.02.03.016 NIK. 093.152.02.03.045

HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Muh. Zukri Malik, S.Kep., M.Kep


NIK. 093 152
ii
01 03 043
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal dan rancangan penelitian yang berjudul “Faktor

Yang Mempengaruhi Perkembangan Mental Emosional anak Selama Masa

Pandemi Covid-19”.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan

proposal dan rancangan peneitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu masukan dan berupa saran dan kritik yang membangun dari para penguji

maupun pembaca akan sangat membantu. Semoga proposal ini dan rancangan

penelitian ini dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta

memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan

peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua

Makassar, September 2020


Penulis

Ulfiyana. R

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka tentang Pandemi Covid-19..............................................5


1. Pengertian Covid-19................................................................................5
2. Mekanisme Penularan ............................................................................5
3. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2...................................................7
4. Penatalaksaan .........................................................................................10
5. Karakteristik Klinis ................................................................................10
B. Tinjauan Pustaka tentang Perkembangan Mental Emosional Anak............11
1. Pengertian Emosional Anak....................................................................11
C. Analisis Dampak Work From Home Pada Anak Usia Dini di Masa Pandemi

Covid-19.......................................................................................................14

D. Pengasuhan Orang Tua................................................................................25

iv
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep.........................................................................................28
B. Variabel........................................................................................................29
C. Hipotesis.......................................................................................................29

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian..........................................................................................30
B. Populasi, Sampel dan Besar Sampel............................................................30
C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional................................................32
D. Tempat penelitian.........................................................................................35
E. Waktu Penelitian..........................................................................................35
F. Instrument Penelitian....................................................................................36
G. Prosedur Pengumpulan Data........................................................................38
H. Pengelolahan Data........................................................................................38
I. Teknik Analisa Data.....................................................................................40
J. Etika Penelitian.............................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit coronavirus

semakin hari semakin meningkat. Pada tanggal 16 mei 2020 secara global

penyakit ini mencapai 4.425.485 orang terkonfirmasi positif terinfeksi

virus ini, dan mencapai 302.059 orang meninggal dunia, sedangkan di

Indonesia sendiri telah tercatat 16.496 orang terkonfirmasi positif

COVID-19, dan 1.076 orang meninggal dunia (WHO Coronavirus disease

COVID-2019. Saf Risk Pharmacother. 2020;8(1):3–8) (Maulida et al.,

2020.)

Segala upaya telah dilakukan untuk menghentikan penyebaran

viruscorona. Di Indonesia sendiri telah mengupayakan berbagai cara

yaitu : (1) Isolasi mandiri di rumah, (2) Physical distancing (jaga jarak),

(3) Membatasi perjalanan nasional atau internasional, (4) Larangan untuk

berkumpul atau berkerumun, (5) Penutupan toko – toko, restoran, ruang

publik, hingga sekolah (C.-A. Indonesia & Indonesia, 2020). Sehingga

semua aktivitas dilakukan di rumah mulai dari belajar, bekerja, dan

beribadah sesuai dengan himbauan bapak Presiden Joko Widodo pada 15

maret 2020 (Dewayani, 2020) (Covid-, 2020).

Dampak yang bisa muncul pada anak dari upaya memutuskan

penyebaran salah satunya adalah gangguan mental dan emosional pada

anak adalah semua gangguan mental yang dapat terdiagnosis dan berawal

1
pada masa kanak-kanak. Contohnya attention-deficit/hyperactivity

disorder (ADHD), Tourette syndrome, gangguan perilaku, gangguan mood

dan kecemasan, gangguan spektrum autisme, gangguan pemakaian

substansi, dan lain-lain (CDC, 2013).

Menurut WHO gangguan mental ini adalah salah satu penyebab

awal dari disability worldwide. Tiga dari sepuluh penyebab awal dari

disability pada orang umur 15-44 tahun adalah gangguan mental dan yang

berhubungan dengan gangguan mental (Merikangas dkk, 2009) sedangkan

prevalensi nasional di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2007, gangguan

mental emosional pada penduduk umur >15 tahun mencapai 11,6%

(berdasarkan Self Reported Questionnarie) (BALITBANGKES RI, 2008).

Gejala yang sering muncul yaitu sering terlihat marah, menghindar

dari teman-teman, perilaku merusak dan menentang lingkungan, takut atau

kecemasan berlebihan, konsentrasi buruk/sulit, kebingungan, perubahan

pola tidur, perubahan pola makan, sakit kepala,sakit perut, keluhan fisik,

putus asa, dan kemunduran perilaku.(DEPKES RI, 2013).

Kuisioner Masalah Mental dan Emosional (KMME) adalah salah

satu tes skrining dini yang dapat digunakan untuk gangguan mental dan

emosional yang ditujukan untuk anak berusia 3-6 tahun. Kuisioner

Masalah Mental dan Emosional belum dapat mendiagnosis anak tersebut

terkena gangguan mental dan emosional atau tidak, namun dapat

mensuspek anak tersebut (DEPKES RI, 2013).

2
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

peneliti terdorong untuk memberikan gambaran mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan mental emosional anak selama masa

pandemi covid-19, sesuai dengan kondisi sekarang yaitu dimana adanya

pandemi ini maka masyarakat dihimbau untuk tetap tinggal di rumah

sebagai upaya untuk mencegah penyebaran viruscorona, sehinggga anak

akan merasa bosan jika hanya berdiam diri di rumah tanpa adanya

interaksi dengan dunia luar terutama teman sebaya, dimana yang diketahui

yaitu dunia anak hanya bermain apalagi usia prasekolah sehingga dapat

menyebabkan terjadinya perubahan psiokologi terutama mental emosional

anak itu sendiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mental

emosional anak selama masa pandemi covid-19.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penulis dapat merumuskan

masalah penelitian “Faktor yang mempengaruhi perkembangan

mental emosional anak selama masa pandemi Covid-19”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan mental

emosional anak selama masa pandemi Covid-19.

2. Tujuan Khusus

3
a. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran daring terhadap

perkembangan mental emosional anak selama pandemi Covid-19

b. Untuk mengetahui pengaruh stay at home terhadap perkembangan

mental emosional anak selama pandemi Covid-19

c. Untuk mengetahui pengaruh pengasuhan orang tua terhadap

perkembangan mental emosional anak selama masa pandemi

Covid-19

d. Untuk mengetahui gambaran mental emosional anak di PAUD

Ceria dan PAUD Rama selama masa pandemi Covid-19

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

faktor yang mempengaruhi perkembangan mental emosional anak

selama masa pandemic Covid-19.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Dasar penetapan intrvensi keperawatan mengenai faktor yang

mempengaruhi perkembangan mental emosional anak selama masa

pandemi Covid-19.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi tambahan pemikiran dalam perkembangan

pengetahuan sehingga dapat mengembangkan penelitian tentang

4
Faktor yang mempengaruhi perkembangan mental emosional anak

selama masa pandemi Covid-19.

c. Bagi institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sehingga bisa

menambah kepustakaan Faktor yang mempengaruhi perkembangan

mental emosional anak selama masa pandemi Covid-19.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka Tentang Pandemic Covid-19

1. Pengertian Covid-19

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya

menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa

hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/Severe Acute

Respiratory.

Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara

orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin.( 2019

Novel Coronavirus (2019-nCoV)” (ZA et al., n.d.2020).

2. Mekanisme penularan

COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol

penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan

ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan

penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol

di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan

akan semakin mudah (ZA et al., n.d.).

Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui

percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan

saat batuk atau bersin. Orang berusia lanjut dan orang yang

6
memiliki kondisi medis lebih rentan terhadap paparan COVID-19

hingga saat ini belum ditemukan obat atau vaksin secara pasti maka

yang dapat dilakukan dalam penanganan coronavirus adalah

menekan laju penyebaran virus, hal ini dapat menurunkan resiko

tenaga medis kewalahan dengan lonjakan pasien. Sebagian besar

gejala ini dapat ditangani dengan langkah-langkah berikut :

a. Sering-sering mencuci tangan dengan bersih bila tidak ada

maka dapat menggunakan hand-sanitizer dengan kandungan

alkohol minimal 60%,

b. Tutup mulut atau hidung ketika bersin atau batuk menggunkan tisu

atau dengan siku yang dilipat,

c. Menggunakan masker sesuai standar masker bedah dan masker

N95,

d. Melakukan sosial distancing dengan jarak minimal 1 meter serta

hindari keramaian dengan berbagai kontak fisik,

e. Tidak bepergian keluar kecuali saat darurat,

f. Jangan menyentuh mata, hidung, mulut dengan tangan yang

kotor.

Dampak psikologis yang timbul pada wabah pandemi, banyak

orang yang merasa tertekan dan khawatir ada beberapa faktor yaitu,

a. Risiko terinfeksi dan menginfeksi orang lain, terutama jika cara

penularan COVID-19 belum 100% diketahui,

7
b. Gejala umum seperti masalah kesehatan lain (mis., demam) bisa

disalahartikan sebagai COVID-19 dan menyebabkan rasa takut

terinfeksi,

c. Pengasuh dapat makin khawatir akan anak-anaknya yang

mereka tinggal dirumah sendiri (karena sekolah tutup) tanpa

asuhan dan dukungan yang tepat,

d. Risiko penurunan kesehatan fisik dan jiwa pada kelompok-

kelompok, yang rentan seperti orang berusia lanjut.

3. Penatalaksanaan

Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien

COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat

dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal

napas dapat dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission

(NHC) China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi

infeksi SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-α),

lopinavir/ritonavir (LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat

(CLQ/CQ), remdesvir dan umifenovir (arbidol) (Cascella M, Rajnik

M, Cuomo A, dkk, 2020) (ZA et al., n.d.2020).

4. Karakteristik klinis

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa inkubasi

COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi

dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap

sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat,

8
pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relatif jarang terjadi pada kasus

yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu

minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan

cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok

septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi

perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien dengan

penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam sedang hingga

rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya hadir

dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa

manifestasi pneumonia. Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian

besar pasien memiliki prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang

dengan penyakit kronis yang mendasari biasanya memiliki prognosis

buruk sedangkan kasus dengan gejala yang relatif ringan sering terjadi

pada anak-anak (ZA et al., n.d.2020).

B. Tinjauan Pustaka tentang perkembangan mental emosional anak

1. Pengertian emosional anak

Gangguan mental dan emosional pada anak adalah semua

gangguan mental yang dapat terdiagnosis dan berawal pada masa

kanak-kanak. Contohnya attention-deficit/hyperactivity disorder

(ADHD), Tourette syndrome, gangguan perilaku, gangguan mood dan

kecemasan, gangguan spektrum autisme, gangguan pemakaian

substansi, dan lain-lain (CDC, 2013).

9
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan anak mengalami

gangguan mental dan emosional adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internalnya adalah dari dalam diri anak itu sendiri

dan faktor eksternalnya adalah lingkungan, seperti keluarga, sekolah,

kejadian dalam hidup, dan sosial (tabel 2.1). Faktor-faktor risiko,

seperti riwayat komplikasi saat kelahiran dan masa awal bayi, kurang

dekat dengan orang tua, ketidakharmonisan keluarga,kegagalan

akademik, dan sebagainya, membentuk perilaku dan berbagai

gejalayang tidak sesuai dengan perkembangan emosional anak

tersebut.

Gejalanya sering kali muncul pada early childhood, meskipun

beberapa gejala pada gangguan tertentu muncul saat remaja (CDC,

2013). Gejala yang umum adalah sering terlihat marah, menghindar

dari teman-teman, perilaku merusak dan menentang lingkungan, takut

atau kecemasan berlebihan,konsentrasi buruk / sulit, kebingungan,

perubahan pola tidur, perubahan pola makan, sakit kepala, sakit perut,

keluhan fisik, putus asa, kemunduran perilaku, dan perbuatan yang

diulang-ulang (DEPKES RI, 2013). Gejala dari tiap penyakitnya akan

sedikit berbeda, misalnya, ADHD, anak tidak dapat duduk diam,

menyelesaikan tugas, merencanakan sesuatu, atau bahkan menyadari

apa yang terjadi di sekitar mereka; autisme, anak tampaknya terpencil,

acuh tak acuh, terpencil di dunia mereka sendiri, dan tidak mampu

untuk membentuk hubungan emosional dengan orang lain; gangguan

10
bipolar, perubahan suasana hati yang intens; gangguan kecemasan,

anak merasa tertekan, gelisah, bahkan takut tanpa alasan yang jelas; dll

(NIMH, 2009). Gejala ini akan akan berpengaruh pada kehidupan

sosial, perilaku disekolah, dirumah, dan juga mengganggu kesehatan

pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat terbawa hingga dewasa

(Merikangas dkk, 2009).

Gangguan mental dan emosional dapat diskrining secara dini

menggunakan KMME atau yang lebih spesifik, kuisioner CHAT untuk

autisme dan Abreviated Conner Rating Scale untuk ADHD (DEPKES

RI, 2013). Untuk penegakan diagnosis dari gangguan ini, digunakan

kriteria diagnosis DSM IV atau PPDGJ III. Tujuan dari skrining dan

diagnosis secara dini adalah agar dapat memberikan dasar untuk

intervensi yang efektif sebelum penyimpangan awal berkembang

menjadi penyimpangan yang menetap.

Tabel 2.1 Faktor risiko gangguan mental dan emosional pada anak

ANAK KELUARGA SEKOLAH KEJADIAN SOSIAL

DALAM

HIDUP

Komplikasi saat Ketidakharmonisan Penolakan dan / Transisi dari Diskriminasi

kelahiran dan keluarga (tidak atau intimidasi sekolah Sulit

Masa awal Bayi stabil atau dari teman

perceraian)
Temperament Kekerasan atau Kegagalan Kematian anggota Terisolasi

11
yang terlalu disiplin yang Akademik Keluarga

(terlalu malu terlalu ketat atau

atau agresif) yang inkonsisten


Rendah diri Orang tua dengan Kehadiran Sedikit Trauma emosional Kerugian Sosial

sakit mental atau Ekonomi

ketergantungan

obat
Kurang Pandai Saudara dengan Koneksi yang Pengalaman Kurangnya akses

penyakit serius buruk antara pelecehan fisik atau kelayanan

atau disability keluarga dan seksual pendukung

sekolah
Kurang dekat

dengan orangtua

Jenis kelamin

Perempuan

Anak

tunggal/tanpa

saudara

Riwayat penyakit

Kronis

C. Analisis Dampak Work From Home pada Anak Usia Dini di Masa

Pandemi Covid-19

12
Wabah pandemi corona virus (covid-19) masih kita rasakan hingga

saat ini, dampak yang terjadi dari pandemi corona virus semakin hari

semakin bertambah. Kemerosotan ekomoni orangtua juga berdampak pada

anak usia dini, tidak hanya itu usaha dan upaya pemerintah dalam

mengambil kebijakan juga dapat menyebabkan dampak bagi anak. Berikut

ini adalah dampak pandemi covid-19 terhadap anak usia dini :

a. Emosi Yang Tidak Stabil

Upaya kebijakan pemerintah untuk belajar dari rumah,

bekerja dari rumah, dan ibadah dari rumah atau disebut dengan

work from home membuat dampak negatif bagi ekonomi keluarga

data dari bank dunia menujukkan bahwa pada tahun 2019

setidaknya 10% dari penduduk indonesia akan mengalami

kemiskinan tingkat tinggi dan meningkat hingga 13% bagi anak-

anak dan remaja. Dari persentase tersebut menunjukkan bahwa

terjadinya kesenjangan ekonomi yang di sebabkan oleh

berkurangnya pendapatan rumah tangga yang akan mempengaruhi

kesejahteraan anak. Setidaknya terdapat 9 dari 10 anak mengalami

penurunan kesejahteraan antara lain penurunan makanan sehat dan

bergizi, sanitasi, kesehatan, dan perlindungan anak (Unicef, 2017).

Data dari bank dunia menunjukkan bahwa 52 juta orang yang

dikatakan dengan pendapatan aman (Dunia, 2019: 8).

Pembelajaran via online yang mengharuskan anak

berinteraksi dengan teman dan guru mengharuskan anak memiliki

13
perangkat lunak komputer atau laptop, minimal menggunakan

smartphone. Sebuah kasus terjadi, ketika ada keluarga dengan

jumlah anak 3 usia sekolah semua pembelajaran dengan via online

dan ada jadwal di jam yang sama. Bisa dibayangkan pastilah akan

berebut laptop karena semua merasa butuh sedangkan laptop yang

ada hanya 1, belum lagi jika laptonya akan digunakan ayah untuk

bekerja (Wiratama, 2020) . Sehingga anak mengerjakan tugas

sekolah secara bergantian dengan saudaranya hingga larut malam.

Bisa dibayangkan emosi mereka akan kacau jika tidak memiliki

kesabaran yang tinggi karena semua merasa penting, semua merasa

butuh, semua ingin mempriorotaskan tugasnya. Namun apa yang

terjadi jika antara satu dengan yang lainnya tidak bisa mengontrol

emosinya, tentu akan menjadi bentrok antar saudara karena jika

tidak hadir dalam pembelajaran via online tentu anak tidak akan

mengetahui paparan materi dari guru beserta tuganya. Selain itu

anak juga tidak dapat berdiskusi dengan teman-temannya.

b. Krisis Gizi dan Kesehatan

Data dari kementerian kesehatan pada tahun 2018

menunjukkan setidaknya 7 juta anak di indonesia mengalami

stunting, lebih dari dua juta anak dibawah lima tahun mengalami

berat badan kurus dan obesitas dan hampir 50% ibu hamil

mengalami anemia (RISKEDAS, 2018). Dari data tersebut

menunjukkan bahwa sebelum datang pandemi covid-19 saja negara

14
Indonesia dalam memenuhi kebutuhan gizi terhadap anak dan ibu

hamil saja masih kurang apalagi jika ditambah dengan datangnya

pandemi covid-19 ini. Jika kondisi ini terus berlangsung maka anak

akan mengalami malnutrisi karena berbagai sebab, antara lain: (1)

pola makan yang buruk akibat dari dampak penurunan keuangan

rumah tangga (2) nutrisi yang tidak sesuai dengan standar (3)

rendahnya tingkat kebersihan, rendahnya akses kesehatan, dan

tingginya angka penyakit menular seperti covid-19 (Unicef, 2018).

Berdasarkan survei online dari (Hanna & Olken, 2020)

bahwa dampak dari pandemi yang berakibat dari menurunnya

ketahanan pangan keluarga setidaknya terdapat 36% dari

responden mengaku bahwa dirinya telah mengurangi porsi makan

karena terkendala keuangan. Di Indonesia terdapat beberapa jenis

bantuan untuk dibagikan pada warga yang terdampak covid-19

namun bantuan tersebut kurang memenuhi kebutuhan anak usia

dini bantuan yang tersalurkan lebih banyak berupa sembako yang

merupakan kebutuhan makro. Padahal anak membutuhkan zat gizi

mikro seperti vitamin, mineral, sulfur, zat besi, seng, yodium untuk

mengoptimalkan tumbuh kembangnya (Furkon, 2014: 1 - 53). Gizi

buruk merupakan bentuk bahwa anak kekurangan gizi, resiko gizi

buruk ini terjadi 12x lipat lebih tinggi jika dibanding dengan

kematian anak dengan gizi normal. Terlebih pada masa pandemi

ini keuangan keluarga menurun, bantuan pemerintah kurang

15
berpihak pada anak usia dini akan memperparah resiko gizi anak

indonesia meningkat tajam (Black et al., 2008: 243 - 260).

c. Gap Pembelajaran

Pemberlakuan work from home dan physical distancing

mengharuskan sekolah-sekolah meliburkan muridnya. Anak usia

dini belajar dengan cara bermain, lalu bagaimana jika sekolahnya

libur padahal di sekolah anak dapat berinteraksi dengan banyak

teman. Tentu hal ini akan berdampak pada psikologinya, selain itu

perintah untuk melaksanakan physical distancing untuk anak usia

dini juga tidak gampang. Kebijakan ini akan menimbulkan

gangguan pembelajaran (Activity, 2020: 2 - 5). Secara alamiah

anak akan senang bermain,bermain dan bermain dengan temannya

(Musbikin, 2010: 74).

Pembelajaran via online pada saat ini menjadi cara ampuh

dalam dunia Pendidikan untuk tetap melaksanakan pembelajaran

untuk mencapai indikator materi. Padahal berhasilnya

pembelajaran online tergantung pada bunda guru, alat

pembelajaran (laptop) dan muridnya. Tidak semua pembelajaran

online berjalan dengan optimal. Konektivitas harus benar-benar

terbuhung dengan baik, berbagai kota di indonesia dengan

jangkauan internet yang rendah akan kesulitan untuk mengikuti

pembelajaran online. Pembelajaran online menuntut bunda guru

untuk terus kreatif dan terampil untuk menggunakan teknologi,

16
terus malakukan pembaharuan media belajar yang menarik dan

beda agar anak tidak bosan.

Di Indonesia tidak jarang bunda guru memberikan daftar

list tugas, orangtua mengambil tugas di sekolah yang harus di

kerjakan murid di rumah. Orangtua menggantikan penuh peran

guru dirumah. Orangtua menggantikan peran penuh bunda guru ini

akan memberikan dampak yang tidak baik pada anak. Tidak semua

orangtua memahami perkembangan anak, tidak semua orangtua

mengerti cara menstimulasi yang baik dan benar agar mencapai

hasil yang optimal. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus

maka akan terjadi gap pembelajaran.

Pemerintah negara Spanyol meminta bunda guru untuk

menyiapkan konten yang menarik agar murid tidak bosan dan tetap

bersemangat belajar walaupun dirumah. Tidak hanya menyiapkan

konten akan tetapi juga menawarkan kelas online, hal ini dapat

dilaksanakan karena adanya konektivitas guru, alat perangkat yang

baik. Dalam hal ini jika bunda guru belum paham tentang

teknologi maka bunda guru segera belajar dengan kilat. Pemerintah

negara Singapura memberikan pelatihan guru secara online terkait

strategi pendidikan hingga pembelajaran online. Pelatihan

teknologi terbaru ini dirasa sangat perlu pada masa pandemi covid-

19, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus tetap berjalan

dengan berbagi upaya. Beralihnya pembelajaran tatap muka ke

17
pembelajaran online merupakan transisi pembelajaran yang

dianggap efektif saat ini, namun semua itu harus dipertimbangkan

apakah sekolah mampu untuk menawarkan kelas yang berkualitas

yang didukung dengan pemahaman orangtua yang baik. Jika tidak,

maka ini dapat memperburuk dan menyebabkan ketidaksetaraan

pembelajaran. Bahkan negara bagian di negara Brazil yang

merupakan negara kaya akan tetapi bunda guru tidak memiliki

keakraban dengan alat perangkat pendidikan berbasis internet,

karena ketidakakraban tersebut pada masa pandemi covid-19 ini

menyebabkan penurunan pembelajaran yang sudah baik di negara

Brazil (Activity, 2020: 2 – 5).

d. Krisis Keamanan dan Kenyamanan

Mayoritas anak usia dini mendefinisikan rumah sebagai

termpat yang paling aman dan nyaman dibandingkan dengan

tempat yang lain. Rumah juga merupakan sekolah pertama bagi

anak, kehidupan awal berada dirumah (Hairuddin, 2014: 84). Sejak

adanya kebijakan work from home rumah yang semula menjadi

tempat yang paling nyaman kini sejenak berubah, hasil penelitian

(Sari, dkk, 2021: 476-489) menunjukkan bahwa intensitas bertemu

antara anak dan orangtua sepanjang hari menyebabkan anak

menjadi bosan dan rewel. Sementara ibu juga merasakan

kebingungan untuk melakukan kegiatan apa dirumah bersama

anak. Jika orangtua tidak sabar dalam menghadapi anak, maka hal

18
ini menjadi awal terjadinya kekerasan pada anak. Data sebelum

datangnya pandemi corona menunjukkan kekerasan anak di

Indonesia mencapai 60% pada usia 13 sampai 17 tahun (P.

Indonesia, 2018). Angka yang cukup tinggi ini ditambahan dengan

hadirnya wabah coronanya yang semakin menjadikan angka

kekerasan pada anak semakin tinggi.

Kekerasan pada anak meningkat karena adanya berbagai

faktor salah satunya adalah faktor karantina. Pada masa pandemi

seperti ini banyak wilayah yang telah menerapkan karantina

wilayah pada daerahnya masing-masing daerah. Karantina wilayah

dapat dilakukan dengan membatasi warga dengan menutup pintu

masuk-keluar suatu wilayah tersebut, banyak kota – kota besar

yang menerapkan sistem ini sebagai upaya untuk mencegah

penyebaran covid-19 (Iqbal, 2020). Upaya ini dinilai efektif untuk

memutus rantai penyebaran namun berdasarkan laporan dari

berbagai negara karantina wilayah ini berdampak pada kekerasan

terhadap anak. Dengan diberlakukannya karantina wilayah ini

maka kegiatan ekonomi tidak dapat berjalan dengan normal yang

surutnya pendapatan yang berakibat pada meningkatnya tekanan

kebutuhan bagi orangtua yang menimbulkan depresi yang

dilampiaskan pada anak (Hutchins & Enomoto, 2020).

Kekerasan pada anak tidak hanya terjadi di rumah, ketika

pemerintah sudah menerapkan kebijkan work from home segala

19
pembelajaran di lakukan via online. Hal tersebut juga berdampak

negatif bagi kekerasan anak. Anak akan mengalami ketergantung

kemudian jika dalam pembelajaran anak tidak di dampingi

orangtua maka anak rentan terkena resiko paparan konten yang

tidak pantas bagi usianya dan rentan dengan predator online (Brief,

2020: 10). Tidak ada salahnya jika anak tumbuh dengan

digitalisasi karena memang anak sudah lahir di zaman digital

namun semua itu harus dengan pengawasan jika tidak berbagai

gangguan seperti keterlambatan dalam berbicara, antisosial,

gangguan emosional dan sebagainya akan mengintai anak (Sundus,

2017: 1-3).

Pada masa pandemi seperti ini sekolah sebaiknya

menyelenggarakan kegiatan parenting dengan intensitas lebih

tinggi dari biasanya. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi

pemahaman tentang bagaimana memberikan keamanan dan

kenyamanan pada anak agar anak tetap bahagia di rumah. Dengan

begitu maka akan dapat mengurangi kekerasan pada anak selama

pandemi. Dari uraian panjang diatas menunjukkan bahwa peran

orangtua dalam memberikan keamanan dan kenyamanan pada anak

sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang

optimal.

e. Krisis Pengasuhan

20
Pada masa pandemi covid-19 anak-anak mengalami krisis

pengasuhan positif. Pengasuhan positif menurut kementerian

pendidikan dan kebudayaan adalah pengasuhan yang berlandaskan

pada kasih sayang, menghargai anak, membangun interaksi yang

baik antara anak dengan orangtua, dan menstimulasi anak agar

tumbuh dan berkembang secara optimal. Pengasuhan yang

menerapkan pemberian reward, pemenuhan hak anak, dan

mengedepankan kepentingan anak (Djaja dkk, 2016) . Namun tidak

semua orangtua mampu untuk memenuhi kebutuhan anak secara

menyeluruh pada saat pandemi.

Setidaknya terdapat 5 kebutuhan dasar menurut Abraham

Maslow antara lain: (1) Kebutuhan fisiologi (makan yang bergizi,

minum, baju), kondisi ekonomi yang semakin menurun akibat

pandemi membuat ketahanan pangan keluarga menurun akibatnya

keluarga makan denagan makanan seadanya, hal ini membuat gizi

anak tidak terpenuhi dengan seimbang. (2) Kebutuhan rasa aman

(keamanan, kenyamanan, keteraturan), sejak berlakunya kebijakan

work from home dan pembelajaran berbasis online membuat

intensitas anak memegang gadget lebih sering dan lama. Hal ini

membuat resiko anak terpapar konten negatif meningkat, yang

mengakibatkan keamanan anak menurun. (3) sosial (interaksi antar

teman, keluarga), adanya himbauan untuk physical distancing

membuat kebutuhan bermain anak tidak terpenuhi. Anak juga tidak

21
boleh berdekatan dengan temannya, hal ini membuat kebutuhan

sosial anak tidak dapat terpenuhi. (4) kebutuhan penghargaan

(reward verbal maupun materil), tidak sedikit orangtua

memberikan penghargaan secara materil berupa mainan, akan

tetapi pada saat seperti ini orangtua tidak bisa memberikan

penghargaan tersebut sebab toko alat permainan edukatif masih

tutup. Orangtua hanya bisa memberikan penghargaan secara verbal

akan tetapi anak terus meminta mainan. Dalam hal ini orangtua

memiliki keterbatasan untuk memberikan penghargaan kepada

anak. (5) Kebutuan aktualisasi yaitu mengembangkan anak dengan

mengikutkan dalam berbagai les sesuai dengan bakat dan minat

anak, akan tetapi pada masa pandemi saat ini hampir semua les

atau kursus meliburkan siswa-siswinya. Meskipun beberapa kelas

kursus memberikan layanan online, akan tetapi untuk bidang

tertentu seperti menari, memanah, dan berenang tidak dapat

berjalan dengan optimal (Wiresti, 2020: 36-44). Dari lima dasar

diatas sulit bagi orangtua untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi

anak dan sosial anak. Kondisi saat ini belum memungkinkan untuk

anak bepergian keluar rumah, apalagi bertemu dengan temannya.

Dalam pengasuhan anak setidaknya ada tiga gaya

pengasuhan anak antara lain: (1) pola pengasuhan otoriter yaitu

pengasuhan yang berpusat pada orangtua, pada pengasuhan ini

anak tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pendapat

22
atau mengungkapkan apa yang ia ingin. Anak harus selalu menurut

pada orangtua, jika tidak maka anak akan diberi hukuman. (2) pola

pengasuhan demokratis yaitu pengasuhan yang berlandaskan

demokrasi artinya orangtua mendengarkan pendapat atau keinginan

anak kemudian melakukan musyawarah bersama untuk

menentukan kesepakatan bersama. Dalam musyawah orangtua

berperan 50% dan anak berperan 50% jadi dalam pola ini dapat

dikatana kolaborasi orangtua dengan anak. (3) pola permissif yaitu

pengasuhan dimana orangtua membebaskan anaknya untuk

berperilaku. Dapat dikatakan pola ini adalah kebalikan dari pola

otoriter (Lestari, 2008: 51). Pada saat ini karena situasi mendesak

sehingga orangtua beresiko mengalami stres atau depresi

disebabkan faktor ekonomi keluarga yang menurun kemudian

dilampiaskan pada anak otomatis ini akan mempengaruhi pola

pengasuhannya. Banyak orangtua pada saat ini yang menerapkan

polaotoriter bahkan ketika anaknya tidak melakukan apa yang

orangtua mau, maka tak segan orangtua akan menghukumnya

(Covid-, 2020).

D. Pengasuhan orang tua

Pola pengasuhan pada anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang

dimiliki oleh keluarga. Dalam budaya timur, peran pengasuhan atau

perawatan ini lebih banyak didominasi oleh ibu (Supartini, 2004). Brooks

23
(2011) menjelaskan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk melindungi

dan memberi pengasuhan pada anak, namun pengasuhan bukan hanya

mengarahkan anak dari kecil hingga dewasa, namun pengasuhan adalah

proses aksi dan interaksi antara orang tua dan anak, proses dimana masing-

masing saling mengubah satu smaa lain.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan

Wong (2009) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi

pengasuhan antara lain :

1) Usia orang tua

Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat

menjalankan peran pengasuhan secara optimal, karena

untuk menjalankan peran pengasuhan yang optimal,

diperlukan kekuatan fisik dan psikis yang matang

2) Keterlibatan ayah

Kedekatan hubungan ibu dengan anak sama pentingnya

dengan kedekatan hubungan ayah dengan anak, meskipun

secara kodrati aka nada perbedaannya, namun tidak

mengurangi makna pentingnya hubungan tersebut.

3) Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam melakukan

perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka

dalam menjalankan peran pengasuhan.

4) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

24
Orang tua yang telah memiliki pengalaman merawat anak

sebelumnya umumnya akan lebih rileks dan lebih siap

dalam menjalankan peran pengasuhan.

5) Stres orang tua

Stres yang dialami oleh orang tua akan berpengaruh pada

kemampuan orang tua menjalankan peran pengasuhan,

terutama terkait strategi koping yang digunakan dalam

mengatasi permasalahan anak. Namun, kondisi anak juga

dapat menyebabkan stres pada orang tua, misalnya anak

dengan temperamen sulit atau anak dengan masalah

perkembangan.

6) Hubungan suami istri

Hubungan suami istri yang kurang harmonis dapat

memberikan dampak buruk pada kemampuan orang tua

dalam menjalankan peran pengasuhan. Hubungan suami

istri yang harmonis akan semakin mendukung orang tua

dalam mejalankan perannya dalam mengasuh anak, karena

suami dan istri dapat saling memberikan dukungan satu

sama lain (Kedokteran et al., 2013).

E. Pembelajaran Daring

25
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan

jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan

kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran

(Kuntarto, E. (2017).

Dengan adanya virus COVID-19 di Indonesia saat ini berdampak

bagi seluruh masyarakat. Menurut kompas, 28/03/2020 dampak virus

COVID-19 terjadi diberbagai bidang seperti sosial, ekonomi, pariwisata

dan pendidikan. Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18

Maret 2020 segala kegiatan didalam dan diluar ruangan di semua sektor

sementara waktu ditunda demi mengurangi penyebaran corona terutama

pada bidang pendidikan. Pada tanggal 24 maret 2020 Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4

Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa

Darurat Penyebaran COVID, dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan

bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran

daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar

yang bermakna bagi siswa. Belajar di rumah dapat difokuskan pada

pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.

Pembelajaran yang dilasanakan pada sekolah dasar juga

menggunakan pembelajaran daring/jarak jauh dengan melalui bimbingan

orang tua. Menurut Isman pembelajaran daring merupakan pemanfaatan

jaringan internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran

daring siswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun

26
dan dimanapun. Siswa dapat berinteraksi dengan guru menggunakan

beberapa aplikasi seperti classroom, video converence, telepon atau live

chat, zoom maupun melalui whatsapp group. Pembelajaran ini merupakan

inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan akan ketersediaan sumber

belajar yang variatif. Keberhasilan dari suatu model ataupun media

pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya. Sebagai mana

yang diungkapkan oleh Nakayama bahwa dari semua literatur dalam

elearning mengindikasikan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses

dalam pembelajaran online. Ini dikarenakan faktor lingkungan belajar dan

karakteristik peserta didik. (Nakayama M, Yamamoto H, 2007).

BAB III

27
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasin dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variable (baik variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti).

Kerangka konsep akan membantu penelitian menghubungkan hasil

penemuan dan teori (Nursalam, 2017)

Variabel Independen variabel Dependen

Factor yang mempengaruhi : Perkembangan mental

1. Pembelajaran daring emosional anak


2. Stay at home
3. Pengasuhan orang tua

Kerangka Konsep faktor yang mempengaruhi perkembangan mental

emosioanl anak selama masa pandemi Covid-19

Gambar 3.1.

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Hubungan antar variable

B. Variabel

28
1. Variable independent menurut Sugiyono dan Zulfikar (2016)

menjelaskan bahawa variable independent adalah variable yang

menjadi penyebab adanya atau timbulnya perubahan variable

dependen, disebut juga varoabel yang mempengaruhi.

Variable independent : faktor yang mempengaruhi

a. Pembelajaran daring

b. Stay at home

c. Pengasuhan orang tua

2. Variable dependen menurut Sugiyono dan Zulfikar (2016) adalah

variable yang dipengaruhi atau dikenal juga sebagai variable yang

menjadi akibat karena adanya variable independen.

Variabel dependen : perkembangan mental emosional anak

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo – Wondo dan Haber dalam

(Nursalam, 2017) Hipotesis adalah suatu pertanyaan asumsi tentang

hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab

suatu pertanyaan dalam penelitian.

1. Ada pengaruh pembelajaran daring terhadap perkembangan mental

emosional anak selama pandemi covid-19

2. Ada pengaruh stay at home terhadap perkembangan mental emosional

anak selama pandemi covid-19

29
3. Ada pengaruh pengasuhan orang tua terhadap perkembangan mental

emosional anak selama pandemic covid-19

30
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan salah satu tahapan penelitian yang

harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya, agar penelitian dapat

dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan penelitian (Putra, 2016).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

analitik dengan pendekatan Cross sectional study atau penelitian yang

dilakukan dimana pengambilan dari semua variabel dilakukan pada satu

waktu yang bersamaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor yang mempengaruhi dampak mental emosional anak

selama masa pandemi Covid-19 di PAUD Ceria dan PAUD Rama

Makassar

B. Populasi, sampel dan sampling

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan individu atau objek yang secara

potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Hidayart, 2018).

Pada penelitian ini didapatkan populasi yaitu sebanyak 112 anak yang

mencakup seluruh anak yang ada di PAUD Ceria dan PAUD Rama

Makassar Periode tahun ajaran 2019/2020.

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2016) adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel

31
merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Pada

sampel penelitian ini adalah mencakup seluruh anak yang ada di

PAUD Ceria dan PAUD Rama Makassar Periode tahun ajaran

2019/2020.

Untuk menentukan ukuran sampel dari sutau populasi

menggunakan metode Slovin dengan rumus:

N
n=
1+ N (d) ²

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat Signifikansi (p)

Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :

N
n=
1+ N (d) ²

112
n=
1+112 (0.05)²

112
n=
1+112 (0.0025)

112
n=
1+0,28

112
n=
1,28

n = 88

32
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan

diambil dari populasi adalah 88 anak.

3. Tekning sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini akan

ditentukan dengan metode Non-probability sampling melalui teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive

sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki. Untuk menentukan besar sampel dari masing-

masing PAUD menggunakan teknik stratified random sampling yaitu

proportional sampling. Teknik sampling proporsional yaitu sampel

yang di hitung berdasarkan perbandingan. Teknik ini di gunakan

apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen

dan berstrata secara proporsional, Menurut Sugiyono (2013:118) .

Dengan rumus :

populasi kelas
N= × jumlah sampel yg ditentukan
jumlah populasi keseluruhan

Ket :

N = populasi

PAUD Ceria jumlah populasi kelas yaitu 54

PAUD Rama jumlah populasi kelas yaitu 58

Jumlah populasi keseluruhan yaitu 112

Jumlah sampel yang ditentukan yaitu 88

33
54
N= ×88 = 42
112

58
N= ×88 = 46
112

Sehingga dari keseluruhan sampel tersebut didapatkan adalah 42 + 46 =

88 sampel, dimana masing-masing PAUD mendapatkan sampel:

a. PAUD Ceria = 42

b. PAUD Rama = 46

Namun tidak menutup kemungkinan jumlah sampel tersebut

akan berkurang sehubungan dengan kriteria sampel yang diajukan

oleh peneliti. Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah :

a) Kriteria Inklusi

1. Seluruh anak yang ada di PAUD Ceria dan PAUD Rama

periode tahun ajaran 2019/2020.

2. Usia 3-6 tahun

3. Orang tua anak yang menyetujui penelitian ini

b) Kriteria Eksklusi

1. Tidak bersedia menjadi responden penelitian

2. Anak yang tidak mengisi daftar hadir

C. Variabel penelitian dan Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2016) Variabel penelitian merupakan suatu hal

dalam bentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

34
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Variabel Independen/Bebas

Menurut Sugiyono (2016) variabel independen adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam

penelitian ini variabel Independen adalah factor yang

mempengaruhi :

a. Pembelajaran daring

b. Stay at home

c. Pengasuhan orang tua

2. Variabel Dependen/Terikat

Menurut Sugiyono (2016) variabel devenden/terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini yang

dijadikan sebagai variabel Dependen adalah perkembangan mental

emosional anak.

3. Defenisi Operasional

Klasifikasi variabel dan definisi operasionl dibuat dalam bentuk

tabel dengan rincian sebagai berikut :

35
Tabel 4.1 klasifikasi variabel dan definisi operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

penelitian operasional
Variabel Factor yang 1. Pembelajaran Quisioner Skor Ordinal

independen mempengaruhi : daring oleh pembelajaran

(factor yang 1. Pembelajaran siswa daring

mempengaruhi) daring adalah 2. Stay at home a. Ya = 2

: pembelajaran 3. Pengasuhan b. Tidak =1

1. Pembelajara yang orang tua Skor stay at

n daring dilakukan home

2. Stay at secara online a. Ya = 2

home menggunakan b. Tidak = 1

3. Pengasuhan jaringan Skor

orang tua internet. pengasuhan

2. Stay at home orang tua

adalah dimana a. Tinggi = ≥

setiap orang 73

harus berada b. Rendah = ≤

di rumah 72

untuk

menghindari

penyebaran

virus Covid-

19.

36
3. Pengasuhan

orangtua

adalah proses

dimana

adanya

interaksi

antara orang

tua dan anak

untuk

mengarahkan

anak dari kecil

hingga

dewasa.

Variabel Perkembangan Mengetahui Quisioner Suspect = ≥ 1 Ordinal

dependen mental emosional perkembangan Normal = 0

(perkembangan anak adalah mental emosional

mental perubahan mental anak yang berada di

emosional anak) yang dialami PAUD Ceria dan

sejak masa kanak- PAUD Rama

kanak.

D. Tempat Penelitian

37
Penelitian ini akan dilaksanakan di PAUD Ceria dan PAUD Rama Kota

Makassar.

E. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan September 2020.

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011) .

Instrument penelitian menggunakan kuisioner yaitu google form, Adapun

alur penelitian yaitu dengan mengirimkan link ke perwakilan guru yang

ada di PAUD Ceria dan PAUD Rama, kemudian guru yang bersangkutan

akan membagikan ke grup atau masing-masing orang tua siswa secara

online.

1. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pembelajaran

daring siswa . Kuisioner ini terdiri dari 1 pertanyaan dengan cara

responden menjawab pertanyaan pada kolom yang tersedia

menggunakan skala close ended yaitu memberi 2 pilihan jawaban

alternative diantaranya :

a. Ya : 2

b. Tidak : 1

2. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui stay at home siswa.

Kuisioner ini terdiri dari 1 pertanyaan dengan cara responden

menjawab pertanyaan pada kolom yang tersedia menggunakan skala

close ended yaitu memberi 2 pilihan jawaban alternative diantaranya :

38
a. Ya : 2

b. Tidak : 1

3. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui pengasuhan orang tua.

Kuisioner ini terdiri dari 29 pertanyaan dengan cara responden

menjawab pertanyaan pada kolom yang tersedian menggunakan skala

likert yaitu memberi 4 pilihan jawaban alternative diantaranya :

a. Sangat setuju :4

b. Setuju :3

c. Tidak setuju :2

d. Sangat tidak setuju :1

Dibuktikan dengan rumus :

( jumlah pertanyaan x skor tertinggi )+( jumlah pertanyaan x skor terendah)


2

( 29 x 4 ) + ( 29 x 1 ) 116 +29
= =73
2 2

Keterangan :

1) Pengasuhan orang tua dikatakan tinggi jika responden

mendapatkan skor : ≥ 73

2) Pengasuhan orang tua dikatakan rendah jika responden

mendapatkan skor : ≤72

4. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan mental

emosional anak. Kuisioner ini terdiri dari 12 pertanyaan dengan cara

responden menjawab pertanyaan pada kolom yang tersedia

39
menggunakan skala close ended yaitu memberi 2 pilihan jawaban

alternative diantaranya :

a. Suspect : ≥ 1

b. Normal : 0

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Mengumpulkan data primer secara formal kepada responden dengan

menggunakan kuesioner, terdiri dari beberapa pertanyaan kepada

responden untuk dijawab. Dalam melakukan observasi peneliti

membawa instrumen lembar observasi dan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data awal dari laporan

yang ada di PAUD Ceria dan PAUD Rama Makassar, termasuk jumlah

seluruh anak.

H. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Menurut Moh. Nasir, (2015) dalam Miftakul, (2016) proses pengolahan

datan terdapat langkah-langkah yang haus di tempuh, diantaranya :

a. Editing

Editing adalah suatu kegiatan bertujuan untuk meneliti kembali

apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik

sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut.

40
b. Coding

Coding adalah tahap kedua setelah editing dimana peneliti

mengklasifikasi hasil kuesioner menurut kriteria tertentu. Klasifikasi

pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa

angka. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa kode

pada bagian-bagian tertentu untuk mempermudah waktu pentabulasi

dana analisa data. Pemberian kode pada penelitian ini meliputi :

1) Pembelajaran daring siswa

a) 2 = Ya

b) 1 = Tidak

2) Stay at home siswa

a) 2 = Ya

b) 1 = Tidak

3) Pengasuhan orang tua

a) 4 = ≥ 73 : tinggi

b) 1 = ≤ 72 : rendah

4) Perkembangan mental emosional anak

a) Suspect = ≥ 1

b) Normal = 0 (tidak ada gangguan)

c. Scoring

Yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang

berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan untuk

41
memberikan bobot pada masing-masing jawaban sehingga

mempermudah perhitungan (Nazir, 2011)

1) Pembelajaran daring siswa

a) Ya :2

b) Tidak :1

2) Stay at home siswa

a) Ya :2

b) Tidak :1

3) Pengasuhan orang tua

a) Sangat setuju :4

b) Setuju :3

c) Tidak setuju :2

d) Sangat tidak setuju :1

4) Perkembangan mental emosional anak

a) Suspect :1

b) Normal : 0 (tidak ada gangguan)

d. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan dalam bentuk tabel. Tabulasi adalah

pengelompokkan dengan membuat daftar tabel frekuensi sesuai

analisa yang dibutuhkan.

I. Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari

42
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang di teliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan (Sugiyono S. ,

2013). Analisis data dibantu menggunakan perangkat lunak dengan analisa

yang digunakan adalah:

1. Analisis Univariat

Menurut Setiadi (2007), analisis univariat merupakan analisis tiap

variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data

dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Variabel dalam

penelitian ini meliputi variabel independen yaitu factor yang

mempengaruhi :

a. Pembelajaran daring

b. Stay at home

c. Pengasuhan orang tua

Dan variabel dependennya adalah perkembangan mental emosional

anak.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang di lakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,

2012) . Analisa akan dilakukan di program SPSS 16.0 for Windows.

Karena data penilaian seluruhnya berskala ordinal maka uji statistik

yang digunakan adalah uji Chi Square. Uji Chi Square adalah salah satu

uji statistik non-parametik yang cukup sering digunakan dalam

43
penelitian yang menggunakan dua variabel dimana skala data kedua

variabel adalah ordinal dan ordinal.

J. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2018), penelitian apapun khususnya yang

menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan

etika, oleh karena itu setiap peneliti menggunakan subjek harus

mendapatkan persetujuan dari subjek yang diteliti dan institusi tempat

penelitian.

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

pengajuan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal

ini di PAUD Ceria dan PAUD Rama Kota Makassar. Setelah mendapat

persutujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika penelitian yang meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti, yang memenuhi kriteria insklusi dan disertai judul penelitian

dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi responden tersebut diberikan kode (inisial).

44
3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Rigt To Justice (keadilan)

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi manusia dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga

privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.

45
DAFTAR PUSTAKA

BALITBANGKES RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007:16.


diakses dari http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007.

Bayer, Jordana K, dkk. 2 September 2011. Pediatrics; Factors for Childhood


Mental Health Symptoms: National Longitudinal Study of Australian
Children. DOI: 10.1542/peds.2011-0491.

CDC Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Children’s Mental Health
– New Report. Dalam CDC. Mental health surveillance among children –
United States, 2005—2011. diakses dari
http://www.cdc.gov/features/childrensmentalhealth/.

Covid-, M. P. (2021). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Analisis
Dampak Work From Home pada Anak Usia Dini di. 5(1), 641–653.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.563

DEPKES RI dan IDAI, 2013. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Balita Sosialisasi Buku Pedoman Pelaksanaan DDTK di tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. diakses dari http://www.scribd.com/doc/18

Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Studi, P., Keperawatan, I., Islam, U., & Syarif, N.
(2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pengasuhan pada ibu
dengan anak usia prasekolah di posyandu kemiri muka.

Maulida, H., Jatimi, A., Junnatul, M., Heru, A., Munir, Z., & Rahman, H. F.
(n.d.). Jurnal Sains dan Kesehatan. x(x).

Covid-, M. P. (2021). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Analisis
Dampak Work From Home pada Anak Usia Dini di. 5(1), 641–653.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.563

Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Studi, P., Keperawatan, I., Islam, U., & Syarif, N.
(2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pengasuhan pada ibu
dengan anak usia prasekolah di posyandu kemiri muka.
Maulida, H., Jatimi, A., Junnatul, M., Heru, A., Munir, Z., & Rahman, H. F.
(n.d.). Jurnal Sains dan Kesehatan. x(x).

NIMH. 2009. Childrens Behavioral and Emotional Disorders. diakses dari


http://www.kidsmentalhealth.org/childrens-behavioral-and-emotional-
disorders/.

Nursalam, 2017, Manajemen Keperawatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.


Nursalam,2017. Manajemen keperawatan (Aplikasi Dalam Keperawatan
Praktek Profesional). Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

ZA, S., Putra, I. D., Sofyan, S., & MPH, B. (n.d.). No Title.
INSTRUMEN PENELITIAN PENGASUHAN ORANG TUA

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (inisial) :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Kelas :
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah setiap pernyataan dengan sebaik mungkin.
2. Semua pernyataan mohon diisi dan jangan dilewatkan.
3. Kerahasiaan identitas dan jawaban Anda kami jaga.
4. Berilah tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia di samping
pernyataan.
5. Setiap pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu:
a. SS = Sangat Setuju
b. S = Setuju
c. TS = Tidak Setuju
d. STS = Sangat Tidak Setuju
i. STRES PENGASUHAN

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa tidak bisa menangani
permasalahan mengenai anak saya dengan
baik, seperti apa yang saya harapkan
2 Saya merasa terbebani oleh tanggung jawab
saya sebagai orang tua
3 Sejak mempunyai anak, saya tidak bisa
pergi berkumpul dengan teman-teman saya
4 Sejak mempunyai anak, saya tidak dapat
melakukan kegiatan/hobi saya dengan
nyaman
5 Saya merasa bahwa diri saya tidak
semenarik diri saya yang dulu
6 saya tidak menikmati kegiatan-kegiatan
yang saya lakukan seperti dulu
7 saya menyelesaikan masalah saya sendiri
tanpa bantuan orang lain
8 Ketika pergi ke tempat keramaian saya tidak
menikmatinya karena hanya terfokus pada
anak saya
9 Kehadiran anak telah menyebabkan
beberapa masalah antara saya dengan
pasangan saya
10 saya sering merasa kelelahan ketika
merawat anak saya
11 Ketika saya sakit tidak ada yang merawat
anak saya
12 Anak saya jarang melakukan hal-hal yang
membuat saya bagga
13 Saya merasa bahwa anak saya cuek terhadap
saya
14 Saya merasa bahwa anak saya lebih cengeng
dibandingkan dengan anak lainnya
15 Saya merasa anak saya lambat dalam belajar
16 Anak saya jarang melakukan sesuatu sesuai
dengan yang saya harapkan
17 Anak saya melakukan hal-hal yang
membuat saya malu
18 Saya berharap memiliki perasaan dekat dan
hangat dengan anak saya, tetapi saya tidak
dapat melakukannya
19 Saya merasa anak saya tidak senang berada
didekat saya
20 Anak saya sering bertengkar dengan teman
sebayanya
21 Saya merasa bahwa anak saya sensitive dan
mudah marah
22 Anak saya sering rewel saat waktu
menjelang tidur
23 Anak saya akan menangis dengan kuat jika
hal yang diinginkannya tidak terpenuhi
24 Saya merasa bahwa anak saya lebih banyak
menuntut dibandingkan dengan anak lainnya
25 Anak saya mudah marah atas hal sepele
sekalipun
26 Saya merasa anak saya menjadi bandel,
diluar dugaan saya
27 Anak saya membutuhkan waktu lama untuk
beradaptasi dengan lingkungan barunya
28 Anak saya sulit bergaul dengan teman
sebayanya
29 Saya mengalami banyak kesulitan dalam
menjadi orang tua yang baik

Petunjuk Pengisian Angket :

1. Bacalah dengan teliti setiap item pernyataan pada angket berikut !

2. Berikan tanda checklist (√) untuk pilihan yang sesuai dengan

pendapat saudara/I pada salah satu kolom pilihan dengan ketentuan

yang disediakan untuk setiap pernyataan.

Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap

pernyataan yaitu:

(ya), (tidak)
3. Pilihlah satu jawaban yang sesuaidengan diri anda, sebab tidak ada

jawaban yang salah.

Masalah Mental dan Emosional (KMME)

No. Item Pernyataan Ya Tidak


1 Apakah anak sering terlihat marah?
2 Apakah anak sering menghindar dari teman-teman?
3 Apakah anak sering berperilaku merusak dan

menentang lingkungan?
4 Apakah anak sering merasa takut atau kecemasan

berlebihan?
5 Apakah anak sulit berkonsentrasi?
6 Apakah anak sering merasa dan terlihat kebingungan?
7 Apakah anak mengalami perubahan pola tidur?
8 Apakah anak mengalami perubahan pola makan?
9 Apakah anak mengalami sakit kepala, sakit perut,

keluhan fisik?
10 Apakah anak sering merasa putus asa?
11 Apakah anak mengalami kemunduran perilaku (seperti

gelisah, mengalami kecemasan, mudah marah, dan

menarik diri)?
12 Apakah anak sering melakukan perbuatan yang

diulangulang?
Sumber : DEPKES RI, 2013 “Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Balita Sosialisasi Buku Pedoman Pelaksanaan DDTK di tingkat

Pelayanan Kesehatan Dasar”.


INSTRUMEN PENELITIAN PEMBELAJARAN DARING DAN STAY AT
HOME

A. PETUNJUK PENGISIAN
a. Bacalah dengan teliti setiap item pernyataan pada angket berikut !
b. Berikan tanda checklist (√) untuk pilihan yang sesuai dengan pendapat
saudara/I pada salah satu kolom pilihan dengan ketentuan yang
disediakan untuk setiap pernyataan.
c. Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan
yaitu: (ya), (tidak)
d. Pilihlah satu jawaban yang sesuaidengan diri anda, sebab tidak ada
jawaban yang salah.

A. QUISIONER PEMBELAJARAN DARING

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda melaksakan pembelajaran

daring dari rumah ?


2 Apakah dalam sehari, lama waktu yang anda

gunakan dalam pembelajaran daring adalah


lebih dari 6 jam ?
3 Apakah anda menggunakan aplikasi

pembelajaran daring seperti zoom meeting,

skype, google form, google classroom,

whatsapp atau media lainnya ?

B. QUISIONER STAY AT HOME


4 Apakah anda tinggal di rumah selama
pandemi?

Anda mungkin juga menyukai