PENDAHULUAN
1
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa menambah pengalaman, dan ilmu pengetahuan dari
pengenalan lapangan industri yang tidak didapat selama dibangku
kuliah.
b. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh selama pengenalan lapangan industri tentang kerusakan.
c. Dapat menyerap pengetahuan dan keterampilan baru di dunia industri.
Proses pelaksanaan PKL dimulai dari pendekatan pribadi terhadap
industri yang bersangkutan atau juga dapat mengenali data-data
industri.
D. Lokasi PKL
Bengkel Alat Berat Tambang (BABT). Jl. Indarung Karang Putih
Kelurahan Batu Gadang Kecamatan Lubuk Kilangan, atau bisa di sebut juga
workshop BABT. Di workshop tersebut tempat pembongkaran unit yang
sudah jadwalnya pengecekan berkala, pada unit yang sudah menjalakan
2
operasi dalam berapa lama ia beroperasi. Di workshop ini bisa disebut
dengan tempat OverHaul (OH) suatu unit.
3
BAB II
TEORI DASAR
A. Power Train
1. Definisi Power Train
Power train adalah suatu sistem dan rangkaian komponen yang
meneruskan tenaga dari engine, mulai dari torque converter sampai final
drive, menuju roda atau track.
4
4. Komponen Power Train Pada Wheel Loader
5
B. Definisi Transmission
Transmission adalah komponen Power Train yang bekerja untuk
gerak, torsi, serta arah sehingga unit atau mesin dapat bergerak maju dan
mundur. Transmission berfungsi untuk mengubah arah, mengubah kecepatan
dan mengubah daya atau torque.
6
Gambar 2.2 Sliding Gear Transmission
7
c. Synchromesh
Synchromesh transmission pada dasarnya sama dengan
Constant Mesh dengan tambahan synchronizer. Synchronizer
digunakan pada semua manual transmisi dan mesin lain ketika
perpindahan gigi.
8
dari komponen planetary gear set meneruskan tenaga ke ke output
shaft dari transmission. Bagian-bagian dari planetary gear set adalah
sun gear, planet gear beserta carrier dan ring gear.
Planetary power shift transmission terdiri dari beberapa pasang
planetary gear dimana komponen tersebut berfungsi untuk merubah
arah putaran input, Merubah kecepatan.
Komponen yang berfungsi untuk menahan pada planetary gear
set tersebut adalah clutch (piston, disc dan plate). Berikut ini adalah
beberapa contoh planetary gear set yang dipasang pada transmission.
9
Clutch 1 dan 2 disebut sebagai directional clutch. Sedangkan
clutch 3, 4, 5 dan 6 disebut sebagai speed clutch.
Untuk dapat meneruskan tenaga, maka pada transmission harus
ada dua clutch yang engage, yaitu satu speed clutch dan satu
directional clutch. Karenanya, pada machine yang menggunakan
planetary transmission diatas akan memiliki 4 tingkat kecepatan maju
dan 4 tingkat kecepatan mundur, dengan kombinasi clutch engage dapat
dilihat pada tabel dihalaman berikut.
Syaratnya power shift transmission bisa masuk gigi adalah harus
ada 2 clutch yang engaged yaitu satu speed clutch dan satu directional
clutch.
CLUTCH ENGAGE
1F 2 dan 6
2F 2 dan 5
3F 2 dan 4
4F 2 dan 3
Neutral 3
1R 1 dan 6
2R 1 dan 5
3R 1 dan 4
4R 1 dan 3
Keterangan :
- F = Forward (maju)
- R = Reverse (mundur)
10
Gambar 2.7 Aliran Tenaga Pada Planetary Transmission
Gambar diatas clutch yang engage adalah clutch 2 dan 5.
b. Counter Shaft
Counter Shaft Power Shift Transmission menggunakan constant
mesh seperti pada direct drive tetapi pada jenis ini menggunakan clutch
pack. Transmission jenis ini biasanya digunakan pada machine backhoe
loader. Countershaft transmission menggunakan clutch untuk
memindahkan tenaga melalui gear. Transmission jenis ini
menggunakan constant mesh spur gear tetapi tidak memiliki sliding
collar.
Kecepatan dan arah gerak machine didapatkan dengan cara
mengengage kan secara hidrolis berbagai clutch pack.
11
Terdapat tiga buah shaft clutch yang utama :
1) Low forward/high forward dan reverse/second shaft berhubung an
secara tetap dan digerakkan oleh input shaft.
2) Reverse/second shaft berhubungan dengan dan menggerakkan
third/first shaft. Low forward/high forward shaft tidak
berhubungan dengan third/first shaft.
3) Third/first shaft berhubungan dengan dan menggerakkan output
shaft, yang akan menggerakkan drive axle depan dan belakang.
Saat transmission pada posisi neutral, tidak ada satupun clutch
yang engage. Torsi dari engine disalurkan melalui torque converter
output shaft menuju transmission. Karena reverse clutch dan forward
clutch tidak ada yang engage maka tidak ada torsi yang disalurkan dari
input shaft menuju output shaft.
12
Pada power train hydraulic system terdapat transmission control
valve untuk mengatur proses engage-nya clutch.
Oli untuk power train hydraulic system didapatkan dari pompa
transmission yang mengalir melalui filter menuju transmission control
valve.
Pada sebagian transmission control valve, sisa oli dari control
valve akan dialirkan ke torque converter kemudian menuju
transmission oil cooler untuk didinginkan.
3. Hydrostatic Transmission
13
b. Pada hydrostatic drive, oli dari motor mengalir menuju pompa (closed
loop) sementara pada hydraulic drive kembali menuju tangki melalui
control valve.
Cara kerjanya yaitu tenaga dari engine langsung menggerakkan
pompa hydraulic dan selanjutnya melalui rangkaian hydraulic lainnya
menggerakkan motor untuk mengkonversi menjadi energi mekanikal.
Transmission ini digunakan pada track type tractor kecil, track
type loader dan hydraulic excavator yang pergerakkan / perpindahan
operasi machine relatif kecil.
Komponen-komponen lain pada hydrostatic drive system antara lain :
1) Charge Pump berfungsi menyuplai oli ke propel pump dan
menyediakan makeup oil untuk sistem.
2) Charge Pressure Relief Valve berfungsi membatasi tekanan charge
system.
3) Crossover & Main Relief Valve berfungsi membatasi tekanan
maksimum pada high pressure side dan pada saat terjadi high
pressure spike (fluktuasi tekanan yang tinggi) memindahkan oli dari
high pressure side ke low pressure side.
4) Low Pressure Charge Relief Valve membatasi tekanan oli pada
return loop, mengirimkan sebagian oli menuju case drain circuit
untuk pendinginan dan pelumasan.
5) Shuttle Valve berfungsi mengalirkan oli dari low pressure side
menuju low pressure charge relief valve. Flushing Valve (beberapa
sistem menggunakan flushing valve sebagai pengganti low pressure
charge relief valve dan shuttle valve) berfungsi mengalirkan oli low
pressure side menuju low pressure charge relief valve.
6) Flow Divider Valve (bila dilengkapi) berfungsi membagi aliran oli
antara penggerak depan dan belakang. Valve ini hanya digunakan
pada sistem yang memiliki satu pompa untuk penggerak depan dan
belakang.
14
Akan tetapi dalam laporan ini kita hanya fokus pada perbaikan
Speed 1 Forward dan Reverse .
15
Gambar 2.11 Manual Transmission Control Valve
Pada manual transmission control valve terdapat 5 komponen
utama yaitu :
1) Speed selector spool, berfungsi untuk mengarahkan aliran oli menuju
speed clutch (P1).
2) Modulation relief valve dan load piston berfungsi menaikkan
tekanan oli secara bertahap dan membatasi tekanan maksimumnya.
3) Torque converter inlet ratio valve berfungsi membatasi tekanan
maksimum oli yang akan memasuki torque converter.
4) Differential valve berfungsi untuk membedakan tekanan oli antara
speed clutch dan directional clutch.
5) Directional selector spool berfungsi mengatur arah aliran oli menuju
directional clutch (P2).
Speed dan directional selector spool dihubungkan dengan
transmission control lever yang berada pada ruangan operator
menggunakan kabel atau tuas. Posisi kedua selector spool ini akan
menentukan clutch mana yang terhubung dengan saluran suplai oli dari
pompa dan juga clutch mana yang akan terhubung dengan tangki.
16
Gambar 2.12 Electronic Transmission Control Valve
Transmission control valve jenis ini memiliki struktur komponen
yang sama dengan yang terdapat pada manual transmission control
valve. Perbedaanya terletak pada cara menggerakkan speed selector
spool dan directional selector spool-nya.
Penggerakkan selector spool dilakukan dengan cara mengalirkan
oli ke salah satu dari kedua ujung selector spool. Aliran oli ini diatur
oleh on/off solenoid. On/off solenoid dikirim arus oleh transmission
electronic control module (ECM). Pengaturan solenoid mana yang akan
dikirim arus dilakukan oleh ECM setelah ECM menerima input dari
berbagai komponen input elektronik.
Pada gambar diatas terdapat lima buah on/off solenoid yaitu :
1) Solenoid 1 untuk mengaktifkan directional clutch 1
2) Solenoid 2 untuk mengaktifkan directional clutch 2
3) Solenoid 3 untuk mengaktifkan speed clutch 3
4) Solenoid 4 untuk mengaktifkan speed clutch 4
5) Solenoid 5 untuk mengaktifkan speed clutch 5
17
Gambar 2.13 Transmission ICM Hydraulic System
18
Untuk proses perpindahan gigi digunakan tiga buah solenoid yaitu
upshift solenoid, downshift solenoid dan lockup solenoid yang akan
diatur oleh transmission ECM. Transmission ECM akan memantau
berbagai faktor untuk menentukan kapan perpindahan gigi dapat
dilakukan.
Pada saat shift solenoid dialiri arus, oli pompa akan mengalir
menuju rotary actuator. Rotor pada bagian tengah rotary actuator
terhubung secara mekanis dengan rotary selector spool yang terdapat
pada selector valve group. Posisi rotary selector spool akan
menentukan valve station mana pada pressure control group yang akan
dialiri oli dari pompa dan valve station mana yang olinya akan dibuang.
Setiap valve station akan memodulasi tekanan untuk masing-
masing clutch.
19
Troubleshooting adalah mencari masalah atau penyebab dari suatu
kerusakan yang terjadi pada mesin dan engine sesuai dengan prosedur
troubleshooting yaitu Detection, Diagnostic, dan Repair. Prinsipnya hamper
sama dengan perbaikan berdasarkan dengan permintaan yaitu sama–sama
terjadi tanpa terduga dan sama–sama mengupayakan untuk meningkatkan
daya guna kecuali dalam hal waktu perbaikan.
1. Kemampuan Troubleshooter
Dalam melakukan perbaikan, seorang troubleshooter harus
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Terampil dalam menggunakan dan dengan benar menginterprestasi
naskah dari service manual, dan peralatan yang benar khususnya
diagnostic tool.
b. Mengumpulkan informasi dasar dan spesifik dari literature yang tepat.
c. Dapat memperkirakan waktu untuk memperbaiki kerusakan dengan
menganalisa permasalahan sebelum mengambnil tindakan.
d. Dapat mengembangkan kemampuan untuk memahami langkah–
langkah yang lebih berarti dalam melakukan perbaikan.
e. Mempunyai pengetahuan tentang prosedur dan hubungan sebab akibat
terjadinya permasalahan.
f. Mempunyai kekuatan melihat kemampuan diri dalam melakukan
prosedur troubleshooting.
g. Memiliki strategi dan rencana kerja yang baik.
h. Mampu melangkah menurut prosedur yang sistematis dan tidak
menggunakan dugaan yang tak berdasar.
i. Mampu menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan akurat.
2. Prosedur Troubleshooting
20
Secara teknis, prosedur troubleshooting meliputi :
a. Detection
Mampu melakukan “Best Guesses (perkiraan terbaik)”, yaitu
menentukan seperti apa masalah yang terjadi.
b. Diagnostic
Melakukan pengetesan terhadap “Guess (perkiraan)”, yaitu
mencari hingga masalah ditemukan.
c. Repair
Melakukan perbaikan terhadap masalah atau kerusakan yang
ditemukan sehingga masalah tersebut tidak terulang lagi.
21
Tabel 3. Uraian dan tahapan – tahapan Troubleshooting
Step I. Uraian II. Tahap
1 Yakinkan Problem benar – benar
Tahap pendefinisian
terjadi
Problem
2 Tentukan Problem dengan
mancatat
3 Periksa engine visual
4 Catat kemungkinan penyebab
kerusakan
5 Periksa engine secara operasional
(jika memungkinkan), catat data Tahap evaluasi
Problem
yang ditemukan.
6 Temukan root cause (penyebab)/
part terkait (tentukan berdasarkan
logika dengan fakta yang ada,
hindari dugaan yang tak berdasar)
7 Benahi Problem / perbaiki
Penyempitan
kerusakan
Masalah
(setelah berkomunikasi dengan
pihak
terkait)
8 Analisa kerusakan : mengapa Analisa kerusakan
Problem bisa terjadi ( untuk mencegah
Problem terulang)
22
BAB III
PEMBAHASAN
2. Safety Glasses
23
3. Safety Vest
4. Safety Glove
5. Safety Shoes
24
B. Alat dan Bahan
1. Tetra Gauge
C. Mendefenisikan Masalah
Mendefenisikan masalah merupakan suatau tindakan yang dilakukan
untuk menemukan masalah yang terjadi pada unit. Untuk mengetahui gejala
dari permasalahan tersebut dilakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
1. Yakinlah Masalah Benar-benar Terjadi
Pada langkah awal ini kita akan memastikan apakah masalah yang
terjadi pada unit dengan cara mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya
dari operator atau dari orang yang terakhir mengoperasikan unit.
25
Tabel 4. Sesi Tanya Jawab dengan Mekanik
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang terjadi ? Speed 1 forward dan reverse
tidak berfungsi
2 Kapan problem terjadi ? Saat unit beroperasi
3 Apa tindakan pertama saat Pengecekan secara visual (oil
problem terjadi ? level dan kebocoran)
4 Apakah sebelum problem Iya, karena sebelum terjadi
terjadi unit bekerja dengan baik? problem unit sedang beroperasi.
26
Mengecek apakah handle pemindah speed masih bagus atau tidak
dan pengecekan ini dilakukan dengan cara mencoba memindahkan
speed dari netral ke 1,2, dan 3 pada saat unit dalam keadaan hidup.
Hasil yang didapat saat memindahkan ke speed 1 perpindahannya
hanya setengah masuk (tidak masuk sempurna) karena tekanannya tidak
tercapai sedangkan pada speed 2 dan 3 bagus.
b. Mengecek tuas forward dan reverse
Mengecek apakah tuas forward dan reverse pada unit masih
bagus saat dioperasikan. Disini hasil yang didapatkan menunjukan
tuasnya masih bagus saat di gerakkan ke forward maupun reverse.
c. Mengecek Kebocoran Pada Transmission
Pengecekan ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah
transmission dalam keadaan bocor atau tidak saat di operasikan
sebelumnya, pengecekan ini ditandai dengan ada atau tidaknya oli yang
menetes ke lantai dari transmission setelah unit dihidupkan. Hasil yang
didapat transmission dalam keadaan bagus karena tidak ada oli yang
menetes ke lantai.
d. Pengecekan Terhadap Oli Transmission
Pengecekan disini bertujuan untuk melihat apakah oli
transmission dalam kondisi cukup atau kurang. Hasil yang di dapat
menunjukan oli transmission dalam keadaan cukup.
5. Kemungkinan penyebab
27
Transmisi tidak bekerja pada saat kecepatan satu maju dan satu
mundur.
a. Clutch solenoid pada kecepatan satu tidak bekerja.
b. Masalah pada electrical circuit.
c. Pada kecepatan satu clutch tidak engage atau clutch slips.
Disebabkan karena beberapa kondisi :
1) Tekanan oli rendah karena kebocoran piston seals.
2) Karena clutch disc dan plates sudah aus.
3) Komponen clutch rusak.
d. Selector spool macet (stuck)
b. Electrical circuit.
Mengecek apakah ada arus yang masuk pada Electrical circuit.
pada unit menggunakan DMM ( Digital Multi Meter). Disini hasil
yang didapatkan menunjukan elektriknya masih bagus.
c. Clutch solenoid
28
Mengukur apakah ada tahanan solenoid pada control valve
menggunakan DMM ( Digital Multi Meter).
Dari data yang didapatkan tidak ada masalah pada selenoid clutch.
d. Spool
Mengecek spool di control valve menggunakan spool lain.
Hasil yang didapatkan tidak ada masalah yang terjadi pada spool.
e. Clutch engage
29
2F 2 dan 4
1F 2 dan 5
Neutral 3
1R 1 dan 5
2R 1dan 5
3R 1 dan 3
Clutch 5
30
Tabel 8. Cluth 1
Clutc Specification
Actual (lb) Remark
h (mm)
1 26
2 26
3 25
4 25
Length under 5 26
test force 68.1
6 26
1 mm. Test minimum specs
7 26
force 28 ± 2
lb 8 25
9 26
10 25
11 25
12 25
Tabel 9. Cluth 2
Clutc Specificatio
Actual (lb) Remark
h n (mm)
Length 1 25
2 under test 2 25 minimum specs
force 68.1 3 25
31
4 24
5 25
6 26
7 25
8 25
mm. Test
9 26
force 28 ± 2
lb 10 25
11 26
12 25
32
6 27
7 29
8 29
9 28
10 28
11 28
12 28
33
Gambar 3.11 Perubahan warna pada plates
Perubahan warna pada plates disebabkan Ketika transmisi di
aktifkan, sedikit slip membuat operasi transmission lebih lancar.
Ketika slip menjadi berlebihan, gesekan menyebabkan lebih banyak
panas pada clutch disc dan plates. Panas akan menghitamkan clutch
disc, dan panas akan merusak permukaan reaksi. Panas juga dapat
menyebabkan plates dan disc melengkung. Jika plates menunjukan
perubahan warna tidak bengkok atau masih dalam spesifikasi, plates
tersebut dapat digunakan kembali. Plates yang memiliki
pemeriksaan panas tidak dapat dimasukkan melalui operasi
rekondisi.
34
7. Tahap perbaikan yang dilakukan
a. Overhaul transmission.
b. Mengganti plates dan disc dengan yang baru.
8. Analisa Kerusakan
Terjadinya kerusakan Transmisi tidak beroperasi pada kecepatan 1
maju dan mundur pada wheel loader 992G ini disebabkan oleh clutch 5
yang tidak beroperasi, pada clutch 5 pressure tidak tercapai. Pada saat
dilakukan pembongkaran ditemukan disc dan plates rusak.
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Semen
Padang penulis mendapat beberapa pelajaran yang tidak didapatkan selama
di kampus dan mengaplikasikan ilmu yang penulis pelajari di kampus yaitu :
1. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ditujukan unutk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dibidang
teknologi dan kejuruan melalui terlibatnya mahasiswa secara langsung
didunia industri.
2. Management atau prosedur pengerjaan alat berat di workshop terstruktur
dengan baik dimana mulai proses perencanaan oleh planner sampai
pengerjaan dan serah terima unit alat berat ke operator.
3. Maintenance atau perawatan adalah suatu usaha atau tindakan reparasi
yang dilakukan agar kondisi dan performance dari mesin tetap terjaga,
namun dengan biaya perawatan yang serendah - rendahnya atau suatu
kegiatan untuk mencegah tidak normal sehingga umur alat dapat
mencapai atau sesuai umur yang direkomendasikan oleh pabrik.
4. Perbaikan dikatakan berhasil apabila tidak terjadi kerusakan pada clutch
5 dan pressure sudah tercapai sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
4.1 Saran
1. Hendaknya hubungan kerja sama antara lembaga pendidikan dan
perusahaan yaitu prodi DIII Teknik Alat Berat Politenik Negeri Padang
dengan PT. Semen Padang dapat dipertahankan dan dikembangkan. Hal
ini memungkinkan adanya kesempatan bagi mahasiswa lain untuk
melaksanakan PKL dan juga kesempatan berkerja pada perusahaan
tersebut setelah mahasiswa.
36
2. Mahasiswa perlu lebih giat dalam meningkatkan kemauan dan kemampuan
yang dapat mendukung ilmu yang ditekuni, menumbuhkan sikap disiplin
dan professional kerja karena teknologi yang semakin pesat.
3. Perlengkapan tools harus disediakan sebelum proses pengerjaan, adanya
pembagian pengerjaan setiap perorangan.
4. Para pekerja harus melengkapi alat pelindung diri untuk mengurangi
kecelakaan kerja.
5. Untuk mencegah terjadinya trauble seperti ini lagi, sebaiknya pengecekan
dan pemeliharaan dilakukan dengan lebih daik dan lebih teliti supaya tidak
terjadi kebocoran sebelum batas waktu penggantian yang telah
direkomendasikan.
37
DAFTAR PUSTAKA
http://komponenalat-berat.blogspot.co.id//dasar-dasar-powertrain.html.
http://sis.cat.com/sisweb/servlet/cat.cis.sis.PControlller.CSSISTechDocServlet.
38