Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKL Politeknik Negeri Padang


Dalam menghadapi era globalisasi ini menjadi isu sentral untuk
menghadapinya, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
agar dapat mengisi sektor pembangunan. Untuk mencapai SDM yang
berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta, yang memiliki
keterampilan berlandaskan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Diperlukan
program pelatihan dan pendidikan yang berkesinambungan pada suatu
lembaga kependidikan yang terkait dengan industri. Sehubungan dengan hal
tersebut, Politeknik Negeri Padang merupakan salah satu lembaga pendidikan
tinggi yang berupaya mencetak calon tenaga kerja serta tenaga pendidik yang
berkualitas dan mengacu kepada dunia industri.
Salah satunya adalah dengan mengirim mahasiswa yang memenuhi
persyaratan tertentu ke dunia industri. Dengan demikian mahasiswa dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan
dengan praktek kerja lapangan di dunia industri. Secara tidak langsung juga
menunjukkan di dunia industri bahwa mahasiswa Politeknik Negeri Padang
juga mampu bekerja disektor industri.
Dalam perincian laporan ini, penulis mengambil judul tentang
“Perbaikan Speed 1 Fordward dan Reverse 992G Wheel Loader
Caterpilar” Karena unit Wheel Loader 992G mengalami kerusakan pada
speed 1 maju dan mudur.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan praktek kerja lapangan ialah, meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan manusia dan bidang teknologi serta
kejuruan melalui keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan
perusahaan atau industri.

1
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa menambah pengalaman, dan ilmu pengetahuan dari
pengenalan lapangan industri yang tidak didapat selama dibangku
kuliah.
b. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh selama pengenalan lapangan industri tentang kerusakan.
c. Dapat menyerap pengetahuan dan keterampilan baru di dunia industri.
Proses pelaksanaan PKL dimulai dari pendekatan pribadi terhadap
industri yang bersangkutan atau juga dapat mengenali data-data
industri.

C. Mamfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)


1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat melihat langsung keterkaitan antara teori yang
dipelajari di bangku kuliah dengan di lapangan, dan juga memberi
pengalaman bagi mahasiswa tentang aktivitas di industri.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Terjadinya kerjasama antara pihak perguruan tinggi dengan
perusahaan, dalam meningkatkan pengetahuan dan skill mahasiswa yang
akan menjadi lulusan Politeknik Negeri Padang.
3. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui kemampuan dari calon tenaga kerja
untuk masa yang akan datang khususnya bagi mahasiswa yang
menyelesaikan studinya di Politeknik Negeri Padang.

D. Lokasi PKL
Bengkel Alat Berat Tambang (BABT). Jl. Indarung Karang Putih
Kelurahan Batu Gadang Kecamatan Lubuk Kilangan, atau bisa di sebut juga
workshop BABT. Di workshop tersebut tempat pembongkaran unit yang
sudah jadwalnya pengecekan berkala, pada unit yang sudah menjalakan

2
operasi dalam berapa lama ia beroperasi. Di workshop ini bisa disebut
dengan tempat OverHaul (OH) suatu unit.

E. Waktu Pelaksanaan PKL


Tabel 1. Waktu Pelaksanan PKL
No Tanggal Kegiatan
1. 11 November 2019 Kedatangan di perusahaan
2. 12 – 14 November 2019 Pengambilan data dan ikut serta
pada proses pengerjaan
3. 15 November–30 Desember Pengambilan data dan ikut serta
2019 pada proses pengerjaan
4. 2 januari 2020 Penyusunan laporan
5. 16 Januari 2020 Mengurus nilai di perusahaan
6. 17 januari 2020 Meninggalkan tempat PKL

3
BAB II
TEORI DASAR

A. Power Train
1. Definisi Power Train
Power train adalah suatu sistem dan rangkaian komponen yang
meneruskan tenaga dari engine, mulai dari torque converter sampai final
drive, menuju roda atau track.

2. Fungsi Power Train


a. Menghubungkan dan memutuskan tenaga dari engine
b. Mengubah kecepatan gerak dan torsi
c. Mengubah arah gerak machine
d. Menyamakan tenaga yang didistribusikan ke roda penggerak

3. Komponen Utama Power Train


Pada dasarnya komponen utama dalam rangkaian power train terdiri
dari :
a. Flywheel clutch / torque converter
b. Direct drive / powershift transmission
c. Differential / bevel gear
d. Final drive
Pada beberapa tipe power train yang menggunakan sistem
penggerak ganda (4 wheel drives), setelah transmission dipasang transfer
gear.

4
4. Komponen Power Train Pada Wheel Loader

Gambar 2.1 Komponen Power Train pada Wheel Type Machine


Salah satu machine yang menggunakan wheel type adalah Wheel
Loader 992G. Komponen-komponen power train pada machine jenis ini
adalah :
a. Impeller clutch torque converter
b. Upper drive shaft
c. Input transfer gear
d. Transmission
e. Output transfer gear
f. Differential belakang (tidak tampak)
g. Drive shaft belakang
h. Final drive belakang
i. Differential depan (tidak tampak)
j. Drive shaft depan
k. Final drive depan

5. Penghubung antara Engine dengan Transmission


Ada dua macam penghubung antara engine dan transmission pada
Caterpillar machine yaitu :
a. Flywheel clutch
b. Torque converter

5
B. Definisi Transmission
Transmission adalah komponen Power Train yang bekerja untuk
gerak, torsi, serta arah sehingga unit atau mesin dapat bergerak maju dan
mundur. Transmission berfungsi untuk mengubah arah, mengubah kecepatan
dan mengubah daya atau torque.

C. Jenis – jenis Transmission


1. Direct Drive Transmission
Direct drive transmission adalah transmission yang menggunakan
flywheel clutch sebagai media penghubung dan pemutus antara engine
dengan transmission. Clutch ini dioperasikan secara manual. Flywheel
clutch berguna pada saat awal mchine akan bergerak dan pada saat
perpindahan gigi (gear shifting).
Berdasarkan cara kerjanya, direct drive transmission dibagi menjadi
tiga macam yaitu :
a. Sliding Gear
Sliding Gear merupakan pengatur kecepatan dan arah kerja
dengan cara memindahkan spur gear yang dilakukan oleh fork agar
diperoleh kecepatan ataupun arah yang dikehendaki.
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Sliding Gear:
1) Semua gear kecuali idler gear diikat (splines) pada shaft.
2) Bentuk gearnya dinamakan spur gear gigi–giginya diparallel
dengan shaft.
3) Mengunci hanya pada saat memindahkan tenaga.
4) Cocok dipakai pada motor grader, track type tractor pertanian
yang bergerak satu arah dan kecepatannya cenderung tetap.

6
Gambar 2.2 Sliding Gear Transmission

b. Collar Shift/Constant Mesh


Constant Mesh berfungsi sama seperti Sliding Gear di atas,
sedangkan perbedaannya adalah yang dipindahkan sliding collar.
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Constant
Mesh:
1) Bentuk gearnya helical gear bukan spur gear.
2) Saling berhubungan secara konstan dan gear tidak menggeser
maju mundur.
3) Garpu pemindah dari mekanisme gearshift cocok terhadap
sliding collar yang berbeda–beda. Posisi dari sliding collar
menentukan set gigi mana yang bekerja.
4) Masing–masing drivengear memiliki sliding collar di
sampingnya.
5) Cocok digunakan pada alat berat ukuran sedang.

Gambar 2.3 Collar Shift Transmission

7
c. Synchromesh
Synchromesh transmission pada dasarnya sama dengan
Constant Mesh dengan tambahan synchronizer. Synchronizer
digunakan pada semua manual transmisi dan mesin lain ketika
perpindahan gigi.

Gambar 2.4 Syncromesh Transmission

2. Power shift transmission


Power shift transmission adalah transmission yang menggunakan
clutch fluida dimana perpindahan giginya langsung tanpa harus
memutuskan hubungan antara engine dengan transmission (on the go
shifting). Hal ini mempermudah pada saat pengoperasiannya.
Transmission ini diaplikasikan pada machine yang sering berubah
kecepatan dan arah maju mundurnya serta beban kerja yang relatif
berubah-ubah dan berat.

Gambar 2.5 Power Shift Transmission

Adapun jenis dari powershift transmission adalah sebagai berikut :


a. Planetary Gear Set
Planetary gear set merupakan pengaturan kecepatan dan arah
kerja dengan cara mengengagedkan disc dan plate sehingga salah satu

8
dari komponen planetary gear set meneruskan tenaga ke ke output
shaft dari transmission. Bagian-bagian dari planetary gear set adalah
sun gear, planet gear beserta carrier dan ring gear.
Planetary power shift transmission terdiri dari beberapa pasang
planetary gear dimana komponen tersebut berfungsi untuk merubah
arah putaran input, Merubah kecepatan.
Komponen yang berfungsi untuk menahan pada planetary gear
set tersebut adalah clutch (piston, disc dan plate). Berikut ini adalah
beberapa contoh planetary gear set yang dipasang pada transmission.

Gambar 2.6 Planetary Power Shift Transmission

Input putaran dari transmission berasal dari torque converter


sedangkan output transmission menuju ke bevel gear untuk track type
dan differential untuk wheel type. Pada gambar di atas terlihat ada 5
clutch yaitu:

1) Clutch 1 untuk gigi mundur (reverse)


2) Clutch 2 untuk gigi maju (forward)
3) Clutch 3 untuk gigi 4 (speed clutch)
4) Clutch 4 untuk gigi 3 (speed clutch)
5) Clutch 5 untuk gigi 2 (speed clutch)
6) Clutch 6 untuk gigi 1 (speed clutch)

9
Clutch 1 dan 2 disebut sebagai directional clutch. Sedangkan
clutch 3, 4, 5 dan 6 disebut sebagai speed clutch.
Untuk dapat meneruskan tenaga, maka pada transmission harus
ada dua clutch yang engage, yaitu satu speed clutch dan satu
directional clutch. Karenanya, pada machine yang menggunakan
planetary transmission diatas akan memiliki 4 tingkat kecepatan maju
dan 4 tingkat kecepatan mundur, dengan kombinasi clutch engage dapat
dilihat pada tabel dihalaman berikut.
Syaratnya power shift transmission bisa masuk gigi adalah harus
ada 2 clutch yang engaged yaitu satu speed clutch dan satu directional
clutch.

Tabel 2. Clutch Engage


SPEED

CLUTCH ENGAGE
1F 2 dan 6
2F 2 dan 5
3F 2 dan 4
4F 2 dan 3
Neutral 3
1R 1 dan 6
2R 1 dan 5
3R 1 dan 4
4R 1 dan 3
Keterangan :
- F = Forward (maju)
- R = Reverse (mundur)

Aliran Tenaga Pada Planetary Power Shift

10
Gambar 2.7 Aliran Tenaga Pada Planetary Transmission
Gambar diatas clutch yang engage adalah clutch 2 dan 5.

Tenaga dari engine diteruskan melalui input shaft, dimana pada


input shaft tersebut terdapat sun gear untuk planetary gear set 1 dan 2.
Pada planetary gear set 2, ring gear ditahan. Input nya adalah sun gear
sehingga tenaga keluar melalui carrier pada planetary gear set 2.
Carrier pada planetary gear set 2 terhubung dengan planetary gear set
3 dan 4. Karena sun gear pada planetary gear set 4 masih tertahan oleh
output shaft maka tenaga mengalir menuju ring gear. Ring gear
berhubungan dengan rotating housing 5. Karena clutch 5 juga engage,
maka antara rotating housing dengan sun gear menjadi berhubungan.
Sun gear di spline dengan output shaft, karenanya output shaft pun akan
berputar.

b. Counter Shaft
Counter Shaft Power Shift Transmission menggunakan constant
mesh seperti pada direct drive tetapi pada jenis ini menggunakan clutch
pack. Transmission jenis ini biasanya digunakan pada machine backhoe
loader. Countershaft transmission menggunakan clutch untuk
memindahkan tenaga melalui gear. Transmission jenis ini
menggunakan constant mesh spur gear tetapi tidak memiliki sliding
collar.
Kecepatan dan arah gerak machine didapatkan dengan cara
mengengage kan secara hidrolis berbagai clutch pack.

11
Terdapat tiga buah shaft clutch yang utama :
1) Low forward/high forward dan reverse/second shaft berhubung an
secara tetap dan digerakkan oleh input shaft.
2) Reverse/second shaft berhubungan dengan dan menggerakkan
third/first shaft. Low forward/high forward shaft tidak
berhubungan dengan third/first shaft.
3) Third/first shaft berhubungan dengan dan menggerakkan output
shaft, yang akan menggerakkan drive axle depan dan belakang.
Saat transmission pada posisi neutral, tidak ada satupun clutch
yang engage. Torsi dari engine disalurkan melalui torque converter
output shaft menuju transmission. Karena reverse clutch dan forward
clutch tidak ada yang engage maka tidak ada torsi yang disalurkan dari
input shaft menuju output shaft.

Gambar 2.8 Countershaft transmission

Power Train Hydraulic System

Gambar 2.9 Power Train Hydraulic System


Power train hydraulic system menyuplai dan mengatur oli menuju
hydraulic clutch dan melumasi serta mendinginkan komponen-
komponen transmission.

12
Pada power train hydraulic system terdapat transmission control
valve untuk mengatur proses engage-nya clutch.
Oli untuk power train hydraulic system didapatkan dari pompa
transmission yang mengalir melalui filter menuju transmission control
valve.
Pada sebagian transmission control valve, sisa oli dari control
valve akan dialirkan ke torque converter kemudian menuju
transmission oil cooler untuk didinginkan.

3. Hydrostatic Transmission

Gambar 2.10 Hydrostatic Drive System

Hydrostatic transmission adalah transmission yang mentransfer


tenaga dengan menggunakan hydraulic system menggunakan sistem
hydraulic pada transmisinya yang berfungsi untuk mengatur kecepatan dan
arahnya. System ini menggunakan pompa hydraulic dan motor sebagai
aktuatornya. Hydrostatic drive system terdiri dari pompa, motor, control
valve, reservoir tank dan saluran yang menghubungkan komponen-
komponen tersebut.
Perbedaan utama antara hydraulic drive system dengan hydrostatic
drive system adalah :
a. Pada hydrostatic drive system, arah aliran oli dari pompa menentukan
arah gerak machine (maju/mundur)

13
b. Pada hydrostatic drive, oli dari motor mengalir menuju pompa (closed
loop) sementara pada hydraulic drive kembali menuju tangki melalui
control valve.
Cara kerjanya yaitu tenaga dari engine langsung menggerakkan
pompa hydraulic dan selanjutnya melalui rangkaian hydraulic lainnya
menggerakkan motor untuk mengkonversi menjadi energi mekanikal.
Transmission ini digunakan pada track type tractor kecil, track
type loader dan hydraulic excavator yang pergerakkan / perpindahan
operasi machine relatif kecil.
Komponen-komponen lain pada hydrostatic drive system antara lain :
1) Charge Pump berfungsi menyuplai oli ke propel pump dan
menyediakan makeup oil untuk sistem.
2) Charge Pressure Relief Valve berfungsi membatasi tekanan charge
system.
3) Crossover & Main Relief Valve berfungsi membatasi tekanan
maksimum pada high pressure side dan pada saat terjadi high
pressure spike (fluktuasi tekanan yang tinggi) memindahkan oli dari
high pressure side ke low pressure side.
4) Low Pressure Charge Relief Valve membatasi tekanan oli pada
return loop, mengirimkan sebagian oli menuju case drain circuit
untuk pendinginan dan pelumasan.
5) Shuttle Valve berfungsi mengalirkan oli dari low pressure side
menuju low pressure charge relief valve. Flushing Valve (beberapa
sistem menggunakan flushing valve sebagai pengganti low pressure
charge relief valve dan shuttle valve) berfungsi mengalirkan oli low
pressure side menuju low pressure charge relief valve.
6) Flow Divider Valve (bila dilengkapi) berfungsi membagi aliran oli
antara penggerak depan dan belakang. Valve ini hanya digunakan
pada sistem yang memiliki satu pompa untuk penggerak depan dan
belakang.

14
Akan tetapi dalam laporan ini kita hanya fokus pada perbaikan
Speed 1 Forward dan Reverse .

D. Transmission Control Valve


1. Cara Kerja Transmission Control Valve
Modulation relief valve menerima oli dari pompa transmisi yang
melewati power train filter. Valve ini adalah spool type dan memberikan
oli ke torque converter circuit. Spool ini terdiri dari check valve (ball type)
yang diberi lubang kecil di dalamnya (orifice) supaya gerakan dari valve
ini dapat dikontrol secara perlahan (gradual).
Tekanan oli yang ada di speed clutch tergantung tekanan spring
yang ada di load piston. Ketika load piston berada pada posisi paling
kanan (hanya tekanan spring) tekanannya relatif rendah dan tekanan ini
dinamakan initial pressure atau primary pressure. Atau dengan kata lain
tekanan saat pertama kali memodulasi (naik secara perlahan).
Selanjutnya saat load piston mulai bergerak ke arah kiri oleh
dorongan oli dan spring tention secara perlahan akan naik. Bersamaan
dengan hal ini tekanan pada modulation relief valve naik secara bertahap
sampai batas yang ditentukan.
Differential valve menurunkan tekanan oli di P1 untuk meng-
engaged-kan directional clutch. Karena tekanan oli di speed clutch lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan oli di directional clutch maka speed
clutch engaged lebih dahulu dibandingkan directional clutch.
Pada power shift transmission syaratnya untuk bisa masuk gigi harus
ada dua clutch yang engaged yaitu satu speed clutch dan satu directional
clutch. Pada gigi neutral hanya satu clutch yang engaged.

2. Jenis-jenis Transmission Control Valve


a. Manual transmission control valve

15
Gambar 2.11 Manual Transmission Control Valve
Pada manual transmission control valve terdapat 5 komponen
utama yaitu :
1) Speed selector spool, berfungsi untuk mengarahkan aliran oli menuju
speed clutch (P1).
2) Modulation relief valve dan load piston berfungsi menaikkan
tekanan oli secara bertahap dan membatasi tekanan maksimumnya.
3) Torque converter inlet ratio valve berfungsi membatasi tekanan
maksimum oli yang akan memasuki torque converter.
4) Differential valve berfungsi untuk membedakan tekanan oli antara
speed clutch dan directional clutch.
5) Directional selector spool berfungsi mengatur arah aliran oli menuju
directional clutch (P2).
Speed dan directional selector spool dihubungkan dengan
transmission control lever yang berada pada ruangan operator
menggunakan kabel atau tuas. Posisi kedua selector spool ini akan
menentukan clutch mana yang terhubung dengan saluran suplai oli dari
pompa dan juga clutch mana yang akan terhubung dengan tangki.

b. Electronic clutch selection transmission control valve (ECS)

16
Gambar 2.12 Electronic Transmission Control Valve
Transmission control valve jenis ini memiliki struktur komponen
yang sama dengan yang terdapat pada manual transmission control
valve. Perbedaanya terletak pada cara menggerakkan speed selector
spool dan directional selector spool-nya.
Penggerakkan selector spool dilakukan dengan cara mengalirkan
oli ke salah satu dari kedua ujung selector spool. Aliran oli ini diatur
oleh on/off solenoid. On/off solenoid dikirim arus oleh transmission
electronic control module (ECM). Pengaturan solenoid mana yang akan
dikirim arus dilakukan oleh ECM setelah ECM menerima input dari
berbagai komponen input elektronik.
Pada gambar diatas terdapat lima buah on/off solenoid yaitu :
1) Solenoid 1 untuk mengaktifkan directional clutch 1
2) Solenoid 2 untuk mengaktifkan directional clutch 2
3) Solenoid 3 untuk mengaktifkan speed clutch 3
4) Solenoid 4 untuk mengaktifkan speed clutch 4
5) Solenoid 5 untuk mengaktifkan speed clutch 5

c. Individual clutch modulation (ICM)

17
Gambar 2.13 Transmission ICM Hydraulic System

Individual clutch modulation control valve digunakan pada semua


Off Highway Truck (kecuali 797), Articulated Truck, Wheel Tractor
Scraper dan Challenger.
ICM transmission hydraulic control unit terdiri dari beberapa
valve, yaitu :
1) Downshift solenoid (untuk perpindahan gigi secara elektronis)
2) Upshift solenoid (untuk perpindahan gigi secara elektronis)
3) Rotary actuator
4) Selector valve group
5) Pressure control group
Pada transmission control valve jenis ini berbeda dengan jenis
lainnya dimana tekanan pada setiap clutch dimodulasi secara individual
(karenanya disebut Individual Clutch Modulation di singkat ICM),
untuk menghaluskan proses perpindahan gigi saat beban tinggi.
Masing-masing individual control valve tersebut (selanjutnya
disebut dengan istilah valve station) ditandai dengan huruf A sampai H
( valve station A, valve station B dan seterusnya). Setiap valve station
memiliki setting nilai tekanan oli yang berbeda, sehingga antara tekanan
oli clutch satu dengan lainnya akan berbeda pula. Valve station-valve
station ini terletak pada pressure control group.

18
Untuk proses perpindahan gigi digunakan tiga buah solenoid yaitu
upshift solenoid, downshift solenoid dan lockup solenoid yang akan
diatur oleh transmission ECM. Transmission ECM akan memantau
berbagai faktor untuk menentukan kapan perpindahan gigi dapat
dilakukan.
Pada saat shift solenoid dialiri arus, oli pompa akan mengalir
menuju rotary actuator. Rotor pada bagian tengah rotary actuator
terhubung secara mekanis dengan rotary selector spool yang terdapat
pada selector valve group. Posisi rotary selector spool akan
menentukan valve station mana pada pressure control group yang akan
dialiri oli dari pompa dan valve station mana yang olinya akan dibuang.
Setiap valve station akan memodulasi tekanan untuk masing-
masing clutch.

d. Electronic clutch pressure control (ECPC)

Gambar 2.14 Transmission Modulating Valve & Proportional Solenoid

Electronic clutch pressure control dipakai pada machine D6R,


966G dan lain–lain. Sama halnya dengan ICM control valve yaitu setiap
clutch mempunyai satu control valve. Pengaturan tekanan oli diatur
oleh besar kecilnya arus listrik yang mengalir ke masing-masing
solenoid. Sedangkan arus listrik yang mengalir ke solenoid diatur oleh
ECM (electronic control module).
E. Troubleshooting

19
Troubleshooting adalah mencari masalah atau penyebab dari suatu
kerusakan yang terjadi pada mesin dan engine sesuai dengan prosedur
troubleshooting yaitu Detection, Diagnostic, dan Repair. Prinsipnya hamper
sama dengan perbaikan berdasarkan dengan permintaan yaitu sama–sama
terjadi tanpa terduga dan sama–sama mengupayakan untuk meningkatkan
daya guna kecuali dalam hal waktu perbaikan.

1. Kemampuan Troubleshooter
Dalam melakukan perbaikan, seorang troubleshooter harus
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Terampil dalam menggunakan dan dengan benar menginterprestasi
naskah dari service manual, dan peralatan yang benar khususnya
diagnostic tool.
b. Mengumpulkan informasi dasar dan spesifik dari literature yang tepat.
c. Dapat memperkirakan waktu untuk memperbaiki kerusakan dengan
menganalisa permasalahan sebelum mengambnil tindakan.
d. Dapat mengembangkan kemampuan untuk memahami langkah–
langkah yang lebih berarti dalam melakukan perbaikan.
e. Mempunyai pengetahuan tentang prosedur dan hubungan sebab akibat
terjadinya permasalahan.
f. Mempunyai kekuatan melihat kemampuan diri dalam melakukan
prosedur troubleshooting.
g. Memiliki strategi dan rencana kerja yang baik.
h. Mampu melangkah menurut prosedur yang sistematis dan tidak
menggunakan dugaan yang tak berdasar.
i. Mampu menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan akurat.

2. Prosedur Troubleshooting

20
Secara teknis, prosedur troubleshooting meliputi :

a. Detection
Mampu melakukan “Best Guesses (perkiraan terbaik)”, yaitu
menentukan seperti apa masalah yang terjadi.
b. Diagnostic
Melakukan pengetesan terhadap “Guess (perkiraan)”, yaitu
mencari hingga masalah ditemukan.
c. Repair
Melakukan perbaikan terhadap masalah atau kerusakan yang
ditemukan sehingga masalah tersebut tidak terulang lagi.

Troubleshooting mempunyai uraian dan tahapan–tahapan yang


harus di ikuti, tabel dibawah ini merupakan uraian dan tahapan –
tahapan yang telah di rekomendasikan oleh Caterpillar. Dapat kita
lihat pada table (3)

21
Tabel 3. Uraian dan tahapan – tahapan Troubleshooting
Step I. Uraian II. Tahap
1 Yakinkan Problem benar – benar
Tahap pendefinisian
terjadi
Problem
2 Tentukan Problem dengan
mancatat
3 Periksa engine visual
4 Catat kemungkinan penyebab
kerusakan
5 Periksa engine secara operasional
(jika memungkinkan), catat data Tahap evaluasi
Problem
yang ditemukan.
6 Temukan root cause (penyebab)/
part terkait (tentukan berdasarkan
logika dengan fakta yang ada,
hindari dugaan yang tak berdasar)
7 Benahi Problem / perbaiki
Penyempitan
kerusakan
Masalah
(setelah berkomunikasi dengan
pihak
terkait)
8 Analisa kerusakan : mengapa Analisa kerusakan
Problem bisa terjadi ( untuk mencegah
Problem terulang)

22
BAB III
PEMBAHASAN

A. Alat Pelindung Diri (APD)


Sebelum melakukan pekerjaan setidaknya harus mengutamakan
keselamatan dalam bekerja, kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahayadan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Kelengkapan alat pelindung diri ini termasuk ke
dalaam Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Alat
perlengkapan diri yang harus digunakan saat bekerja adalah :
1. Safety Helmet

Gambar 3.1 Safety Helmet.

2. Safety Glasses

Gambar 3.2 Safety Glasses.

23
3. Safety Vest

Gambar 3.3 Safety Vest.

4. Safety Glove

Gambar 3.4 Safety Glove.

5. Safety Shoes

Gambar 3.5 Safety Shoes.

24
B. Alat dan Bahan
1. Tetra Gauge

Gambar 3.6 Tetra gauge.


2. Digital Multimeter

Gambar 3.7 Digital Multimeter

C. Mendefenisikan Masalah
Mendefenisikan masalah merupakan suatau tindakan yang dilakukan
untuk menemukan masalah yang terjadi pada unit. Untuk mengetahui gejala
dari permasalahan tersebut dilakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
1. Yakinlah Masalah Benar-benar Terjadi
Pada langkah awal ini kita akan memastikan apakah masalah yang
terjadi pada unit dengan cara mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya
dari operator atau dari orang yang terakhir mengoperasikan unit.

25
Tabel 4. Sesi Tanya Jawab dengan Mekanik
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang terjadi ? Speed 1 forward dan reverse
tidak berfungsi
2 Kapan problem terjadi ? Saat unit beroperasi
3 Apa tindakan pertama saat Pengecekan secara visual (oil
problem terjadi ? level dan kebocoran)
4 Apakah sebelum problem Iya, karena sebelum terjadi
terjadi unit bekerja dengan baik? problem unit sedang beroperasi.

2. Menentukan masalah dengan mencatat


a. Pada kondisi geografis apa unit beroperasi ? unit beroperasi pada
geografis berdebu dan cuaca yang panas.
b. Unit dioperasikan dalam bidang apa ? unit dioperasikan dalam bidang
pertambangan.
c. Masalah seperti ini apakah pernah terjadi ? Ini adalah pertama kalinya
unit mengalami malasah seperti ini.
d. Perbaikan terakhir sebelum unit mendapat masalah ? overhoull
transmission
e. Apa yang dilakukan operator saat unit dihidupkan dalam kondisi
netral ? Pada saat operator mengaktifkan shift forward 1 unit tidak
bisa maju.
f. Pada saat melakukan perpindahan gigi apa yg dirasakan operator ?
Pada saat unit melakukan perpindahan speed forward dan reverse 1
unit tidak bisa bisa berjalan, pada perpindahan speed forward dan
reverse 2 dan 3 bisa berjalan.

3. Pengecekan Secara Visual


Setelah mencatat semua permasalahan yang terjadi pada unit,
akhirnya teknisi memutuskan untuk mengecek unit secara visual.

a. Mengecek Perpindahan gigi

26
Mengecek apakah handle pemindah speed masih bagus atau tidak
dan pengecekan ini dilakukan dengan cara mencoba memindahkan
speed dari netral ke 1,2, dan 3 pada saat unit dalam keadaan hidup.
Hasil yang didapat saat memindahkan ke speed 1 perpindahannya
hanya setengah masuk (tidak masuk sempurna) karena tekanannya tidak
tercapai sedangkan pada speed 2 dan 3 bagus.
b. Mengecek tuas forward dan reverse
Mengecek apakah tuas forward dan reverse pada unit masih
bagus saat dioperasikan. Disini hasil yang didapatkan menunjukan
tuasnya masih bagus saat di gerakkan ke forward maupun reverse.
c. Mengecek Kebocoran Pada Transmission
Pengecekan ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah
transmission dalam keadaan bocor atau tidak saat di operasikan
sebelumnya, pengecekan ini ditandai dengan ada atau tidaknya oli yang
menetes ke lantai dari transmission setelah unit dihidupkan. Hasil yang
didapat transmission dalam keadaan bagus karena tidak ada oli yang
menetes ke lantai.
d. Pengecekan Terhadap Oli Transmission
Pengecekan disini bertujuan untuk melihat apakah oli
transmission dalam kondisi cukup atau kurang. Hasil yang di dapat
menunjukan oli transmission dalam keadaan cukup.

4. Menemukan Akar Kerusakan


Setelah mengetahui Kerusakan di dalam unit tersebut langkah
selanjutnya kita harus menemukan akar masalah yang menjadi problem
utama yang membuat unit mendapatkan masalah. Sebelum menemukan
akar masalah kita harus membuat dugaan/ kemungkinan dari masalah
tersebut dan melakukan pengetesan yang bertujuan untuk melihat apakah
dugaan/ kemungkinan yang kita buat adalah akar masalah.

5. Kemungkinan penyebab

27
Transmisi tidak bekerja pada saat kecepatan satu maju dan satu
mundur.
a. Clutch solenoid pada kecepatan satu tidak bekerja.
b. Masalah pada electrical circuit.
c. Pada kecepatan satu clutch tidak engage atau clutch slips.
Disebabkan karena beberapa kondisi :
1) Tekanan oli rendah karena kebocoran piston seals.
2) Karena clutch disc dan plates sudah aus.
3) Komponen clutch rusak.
d. Selector spool macet (stuck)

6. Pengecekan terhadap kemungkinan peyebab kerusakan


Komponen yang dilakukan pengecekan adalah sebagai berikut :
a. Pressure speed clutch 1,2 dan 3
Mengecek pressure speed clutch dari unit tersebut
menggunakan tetra gauge. Disini hasil yang di dapatkan
menunjukan bahwa pressure pada clutch 1 tidak tercapai sedangkan
2 dan 3 masih bagus.

Tabel 5. Pressure speed


No Forward Aktual Specs Reverse Aktual Specs

1 Speed 1 0 365 psi Speed 1 0 365 psi


2 Speed 2 300 psi 365 psi Speed 2 300 psi 365 psi
3 Speed 3 300 psi 365 psi Speed 3 300 psi 365 psi

b. Electrical circuit.
Mengecek apakah ada arus yang masuk pada Electrical circuit.
pada unit menggunakan DMM ( Digital Multi Meter). Disini hasil
yang didapatkan menunjukan elektriknya masih bagus.

c. Clutch solenoid

28
Mengukur apakah ada tahanan solenoid pada control valve
menggunakan DMM ( Digital Multi Meter).

Gambar 3.8 mengukur tahanan solenoid

Tabel 6. Pengukuran tahanan selenoid

Selenoid Valve Aktual Spesifikasi


Selenoid Clutch 1 8,6 ohm 13,3 ohm
Selenoid Clutch 2 8,7 ohm 13,3 ohm
Selenoid Clutch 3 8,5 ohm 13,3 ohm
Selenoid Clutch 4 8,7 ohm 13,3 ohm
Selenoid Clutch 5 8,6 ohm 13,3 ohm

Dari data yang didapatkan tidak ada masalah pada selenoid clutch.

d. Spool
Mengecek spool di control valve menggunakan spool lain.
Hasil yang didapatkan tidak ada masalah yang terjadi pada spool.

e. Clutch engage

Tabel 7. Clutch engage pada wheel loader 992G


Transmission Speed Selection Engage Clutch
3F 2 dan 3

29
2F 2 dan 4
1F 2 dan 5
Neutral 3
1R 1 dan 5
2R 1dan 5
3R 1 dan 3

Clutch 5

Gambar 3.9 Cluthc 5


Setelah dilihat pada table clutch engge, clutch yang harus
engage pada speed 1 maju dan mundur adalah clutch 5 sehingga
dilakukanlah pembokaran transmission. Dari hasil yang didapatkan
clutch 5 mengalami kerusakan.

Gambar 3.10 Disc yang rusak


Sehingga dilakukan pengukuran terhadap clutch apakah masih
bisa digunakan atau tidak.

f. Pengukuran pada clutch


Pengukuran terhadap ketebalan clutch.

30
Tabel 8. Cluth 1

Clutc Specification
Actual (lb) Remark
h (mm)
1 26
2 26
3 25
4 25
Length under 5 26
test force 68.1
6 26
1 mm. Test minimum specs
7 26
force 28 ± 2
lb 8 25
9 26
10 25
11 25
12 25

Tabel 9. Cluth 2

Clutc Specificatio
Actual (lb) Remark
h n (mm)

Length 1 25
2 under test 2 25 minimum specs
force 68.1 3 25

31
4 24
5 25
6 26
7 25
8 25
mm. Test
9 26
force 28 ± 2
lb 10 25
11 26
12 25

Tabel 10. Cluth 3


Clutc Specification
Actual (lb) Remark
h (mm)
1 27
2 29
3 29
4 29
Length under test 5 27
force 46.7 mm. 6 29
3 Reuse
Test force 28.75 ± 7 27
2.3 lb 8 29
9 27
10 28
11 27
12 29

Tabel 11. Cluth 4


Clutc
Specification (mm) Actual (lb) Remark
h
1 29
Length under test 2 27
force 46.7 mm.
4 3 29 Reuse
Test force 28.75 ±
2.3 lb 4 28
5 27

32
6 27
7 29
8 29
9 28
10 28
11 28
12 28

Tabel 12. Cluth 5


Clutc
Specification (mm) Actual (lb) Remark
h
1 44
2 47
3 48
4 56
Length under test 5 56
force 74.4 mm. 6 52
5 out of spec
Test force 69 ± 3.6 7 48
lb 8 52
9 42
10 46
11 54
12 52

Dari hasil yang didapatkan clutch 5 mengalami kerusakan.

g. Plates untuk speed 1 mengalami kerusakan( perubahan warna )

33
Gambar 3.11 Perubahan warna pada plates
Perubahan warna pada plates disebabkan Ketika transmisi di
aktifkan, sedikit slip membuat operasi transmission lebih lancar.
Ketika slip menjadi berlebihan, gesekan menyebabkan lebih banyak
panas pada clutch disc dan plates. Panas akan menghitamkan clutch
disc, dan panas akan merusak permukaan reaksi. Panas juga dapat
menyebabkan plates dan disc melengkung. Jika plates menunjukan
perubahan warna tidak bengkok atau masih dalam spesifikasi, plates
tersebut dapat digunakan kembali. Plates yang memiliki
pemeriksaan panas tidak dapat dimasukkan melalui operasi
rekondisi.

h. Berdasarkan pengecekan pada kemungkinan penyebab kerusakan


yang dilakukan akhirnya disimpulkan bahwa akar permasalahan disc
dan plates rusak. Hal itu didasari setelah dilakukan nya
pembongkaran transmisi dan melihat komponen clutch yang rusak.

34
7. Tahap perbaikan yang dilakukan
a. Overhaul transmission.
b. Mengganti plates dan disc dengan yang baru.

8. Analisa Kerusakan
Terjadinya kerusakan Transmisi tidak beroperasi pada kecepatan 1
maju dan mundur pada wheel loader 992G ini disebabkan oleh clutch 5
yang tidak beroperasi, pada clutch 5 pressure tidak tercapai. Pada saat
dilakukan pembongkaran ditemukan disc dan plates rusak.

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Semen
Padang penulis mendapat beberapa pelajaran yang tidak didapatkan selama
di kampus dan mengaplikasikan ilmu yang penulis pelajari di kampus yaitu :
1. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ditujukan unutk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dibidang
teknologi dan kejuruan melalui terlibatnya mahasiswa secara langsung
didunia industri.
2. Management atau prosedur pengerjaan alat berat di workshop terstruktur
dengan baik dimana mulai proses perencanaan oleh planner sampai
pengerjaan dan serah terima unit alat berat ke operator.
3. Maintenance atau perawatan adalah suatu usaha atau tindakan reparasi
yang dilakukan agar kondisi dan performance dari mesin tetap terjaga,
namun dengan biaya perawatan yang serendah - rendahnya atau suatu
kegiatan untuk mencegah tidak normal sehingga umur alat dapat
mencapai atau sesuai umur yang direkomendasikan oleh pabrik.
4. Perbaikan dikatakan berhasil apabila tidak terjadi kerusakan pada clutch
5 dan pressure sudah tercapai sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

4.1 Saran
1. Hendaknya hubungan kerja sama antara lembaga pendidikan dan
perusahaan yaitu prodi DIII Teknik Alat Berat Politenik Negeri Padang
dengan PT. Semen Padang dapat dipertahankan dan dikembangkan. Hal
ini memungkinkan adanya kesempatan bagi mahasiswa lain untuk
melaksanakan PKL dan juga kesempatan berkerja pada perusahaan
tersebut setelah mahasiswa.

36
2. Mahasiswa perlu lebih giat dalam meningkatkan kemauan dan kemampuan
yang dapat mendukung ilmu yang ditekuni, menumbuhkan sikap disiplin
dan professional kerja karena teknologi yang semakin pesat.
3. Perlengkapan tools harus disediakan sebelum proses pengerjaan, adanya
pembagian pengerjaan setiap perorangan.
4. Para pekerja harus melengkapi alat pelindung diri untuk mengurangi
kecelakaan kerja.
5. Untuk mencegah terjadinya trauble seperti ini lagi, sebaiknya pengecekan
dan pemeliharaan dilakukan dengan lebih daik dan lebih teliti supaya tidak
terjadi kebocoran sebelum batas waktu penggantian yang telah
direkomendasikan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Caterpillar. 2005. “Fudamental Power Train”.Bogor: Trakindo Utama.

http://komponenalat-berat.blogspot.co.id//dasar-dasar-powertrain.html.

http://sis.cat.com/sisweb/servlet/cat.cis.sis.PControlller.CSSISTechDocServlet.

Frenki, Arisandi. (2017). Troubleshooting Transmission pada Backhoe Loader


428 Caterpillar. Diploma Tesis, Politeknik Negeri Padang

38

Anda mungkin juga menyukai