Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dessy Yessinta Tobing

NIM : 11000118120166

Mata Kuliah : Hukum Lembaga Keuangan (B)

TUGAS I

1. Kebijakan Mikroprudensial
Kebijakan mikroprudensial adalah suatu kebijakan yang mengatur institusi keuangan
secara individu, dimana kebijakan tersebut meliputi perkembangan dari masing-masing
institusi keuangan secara individu. Kebijakan mikroprudensial mengukur resiko yang
dihadapi dari tingkat kesehatan setiap institusi keuangan, selain itu kebijakan
mikroprudensial juga mengukur tingkat risiko dari hasil kinerja setiap institusi secara
individu.
Kebijakan mikroprudensial juga merupakan kebijakan dalam mengawas dan menjaga
individual institusi keuangan dari risiko sistematik dan mencegah timbulnya risiko yang
lainnya. Dengan kebijakan mikroprudensal tersebut, OJK dengan sangat mudah
mengidentifikasi dan menangani bank-bank yang bermasalah. Kebijakan mikroprudensial
mengukur, menilai dan mengatasi risiko dengan melihat tingkat kesehatan individu bank
(sebagai pelaku ekonomi) dan kinerja dari setiap institusi keuangan. Dengan tingkat
kesehatan bank dan kinerja institusi keuangan yang baik, akan berdampak baik dalam
stablitas sistem keuangan.
Kebijakan mikroprudensial mengukur, menilai dan mengatasi risiko dengan melihat
tingkat kesehatan individu bank (sebagai pelaku ekonomi) dan kinerja dari setiap institusi
keuangan. Dengan tingkat kesehatan bank dan kinerja institusi keuangan yang baik, akan
berdampak baik dalam stablitas sistem keuangan. Pengaturan mikroprudensial terhadap
seluruh industri jasa keuangan dilakukan oleh OJK untuk memastikan bahwa dari sisi
kelembagaan, proses bisnis, governance, permodalan, likuiditas, maupun sistem pelaporan
telah diatur secara lengkap dan menyeluruh. Pengaturan mikroprudensial ini diperlukan
sebagai pedoman bagi setiap lembaga jasa keuangan untuk melakukan kegiatan usahanya di
Indonesia. Akibat hukum yang ditimbulkan dari kebijakan mikroprudensial adalah
pengalihan fungsi pengawasan perbankan dari BI kepada OJK, maka perlu dilakukan
harmonisasi dan sinkronisasi antara BI dan Lembaga OJK.

2. Kebijakan Makroprudensial
Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan untuk menjaga ketahanan
sektor keuangan secara keseluruhan agar mampu untuk mengatasi risiko sistemik akibat
gagalnya lembaga atau pasar keuangan yang berdampak menimbulkan krisis yang merugikan
perekonomian. Tujuan antara kebijakan makroprudensial adalah pemantauan dan penilaian
terhadap sistem keuangan secara keseluruhan dan tujuan akhir kebijakan makroprudensial
adalah menekan biaya krisis. Dalam mengukur adanya risiko sistemik, kebijakan
makroprudensial memiliki dua dimensi yaitu
- Cross-sectional dimension
Mencerminkan risiko dalam sistem keuangan pada suatu titik waktu tertentu. Dimensi ini
berfokus kepada risiko yang muncul dari berbagai individu lembaga keuangan yang
memiliki eksposur yang serupa dan saling berhubungan/interconnected yang akan
berpotensi menimbulkan risiko sistemik. Pemantauan risiko dalam cross-sectional
dimension dilakukan dengan memantau perkembangan neraca dari lembaga-lembaga
keuangan termasuk total aset, modal, kredit, dan deposit.
- Time dimension
Mengukur evolusi risiko sistemik dari waktu ke waktu antara sistem keuangan dan
ekonomi riil. Dimensi ini difokuskan untuk menekan atau memitigasi risiko terjadinya
prosiklikalitas yang berlebihan dalam sistem keuangan. Prosiklikalitas tersebut akan
menyebabkan sistem keuangan dan perekonomian menjadi rentan terhadap guncangan
khususnya dalam periode upswing. Analisis risiko dalam time dimension dilakukan
dengan memantau perkembangan indikator tertentu seperti rasio kredit terhadap GDP,
kondisi likuiditas perbankan secara agregat, dan besaran moneter.

Peran kebijakan makroprudensial dalam memitigasi risiko sistemik yaitu :


- Meredam potensi timbulnya ketidakseimbangan finansial;
- Membangun pertahanan terhadap downswing dalam perekonomian
- Mengidentifikasi dan mengatasi kesamaan eksposur, konsentrasi risiko, keterkaitan, dan
ketergantungan antara lembaga-lembaga keuangan yang berpotensi menularkan risiko ke
sistem keuangan secara keseluruhan.

Pada dasarnya pelaksanaan kebijakan makroprudensial harus memperhatikan beberapa


prinsip, yaitu :
a. Kebijakan makroprudensial bukanlah pengganti dari kebijakan moneter, melainkan
kebijakan pelengkap dari kebijakan moneter
b. Ukuran kebijakan makroprudensial harus memiliki target yang jelas, misalnya untuk
membatasi arus masuk modal jangka pendek dan membatasi kredit kepada sektor
properti
c. Kebijakan makroprudensial harus dilaksanakan secara efektif
d. Komunikasi kebijakan makroprudensial harus jelas

Anda mungkin juga menyukai