Anda di halaman 1dari 23

UJI KARBOHIDRAT

DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK


2021
Prinsip

Laktosa bersifat reduktor akan mereduksi Cu2+


menjadi Cu+, kelebihan Cu2+ ditetapkan dengan titrasi
iodometri. Dengan menetapkan larutan blanko, maka
volume natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk
menitrasi kelebihan Cu2+ dapat diketahui, dan setara
dengan jumlah laktosa yang terdapat dalam sampel.
(SNI 01-2891-1992)
Tujuan

Untuk mengetahui kadar laktosa dalam suatu


sampel dengan metode Luff Schoorl
Alat

Prinsip reflux: pelarut volatile yang


digunakan akan mudah menguap
pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan oleh kondensor
sehingga uap air akan berubah
menjadi embun dan menetes
kebawah sehingga pelarut akan
selalu ada selama reaksi
berlangsung
Reflux, hot plate, klem dan statif
Alat

Erlenmeyer Gelas Ukur Beaker Glass


Alat

Pipet

Corong

Klem, Statif dan Buret


Batang Pengaduk
Bahan
1. Sampel 8. Larutan Natrium Karbonat
2. Larutan Luff Schorl 9. HCl
3. Larutan kalium iodat (KIO3) 10. NaOH
4. Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1N 11. Aquades (H2O)
5. Indikator amilum 1% 12. Kertas Saring
6. Al(OH)3 13. ZnSO4
7. H2SO4 26,5% 14. Kl 20%
Pembuatan Larutan Luff Schoorl

1. 2,5 g CuSO4 dilarutkan dalam 10 ml H2O


2. 5 g asam sitrat dilarutkan dalam 5 ml H2O
3. 38,8 g soda murni (Na2CO3) dilarutkan dalam 40 ml H2O
mendidih.
4. Larutan asam sitratnya dituangkan dalam larutan soda sambil di
gojog hati – hati, ditambahkan larutan CuSO4, sesudah dingin
ditambah air sampai 100 ml. Bila terjadi kekeruhan, didiamkan
kemudian disaring. (Afriza dan Ismanilda. 2019)
Pembuatan
Larutan ZnSO4 Bubur AI(OH)3, tawas
• ZnSO4.10H2O 375 g 2125 ml • Larutkan tawas dalam air (1:20)
aquades • Masukkan dalam amoniak 10% (1 bagian
tawas : 1, 1 bagian amoniak 10%)
• Diendapkan, kemudian dibuang cairan
Larutan Pati yang berada diatas nya.
• 1 g pati + 1 mg HgI + 3 ml aquades • Endapan tadi ditambah air, diaduk,
dibiarkan mengendap, lalu cairan dibuang
100 ml aquades mendidih lagi (Diulang terus sampai cairan tidak
bereaksi basis/basa, kemudian endapan
disimpan sebagai pasta)
Pembuatan Larutan 0,1N Na2S2O3

• Ditimbang 6,25 g Na2S2O3.5H2O dipindahkan pada labu ukur


250 ml
• Ditambahkan 0,075 g Na2CO3
• Diencerkan dengan aquades sampai batas tanda
• Diimpan larutan untuk di standarisasi dan dipakai
Pembuatan Larutan KIO3
• Ditimbang 25 mg KIO3 (BM 214,016, Berat ekuivalen 35,67), dipindahkan
dalam erlenmeyer 50 ml
• Dilarutkan dengan aquades secukupnya
• Ditambahkan ±2 g KI (padat atau larutan 10-20%), dibuat 3 kali ulangan
• Ditambahkan 10 ml 2N HCl (harus segera dilakukan titrasi setelah
penambahan HCl)
• Dititrasi larutan iodat dengan Na2S2O3 hingga berubah warna dari merah bata
menjadi kuning pucat
• Ditambahkan 1-2 ml larutan pati, dititrasi hingga warna biru hilang
• Hitung normalitas larutan Na2S2O3
dari hasil rata-rata 3 ulangan
Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan 12. Direflux sampai mendidih selama 2 menit dipertahankan
suhunya selama 10 menit
2. Dimasukkan 10 ml sampel ke dalam Erlenmeyer
13. Didinginkan di atas nampan berisi air hingga mencapai
3. Ditambah ZnSO4 sebanyak 5 ml
suhu ruangan
4. Ditambah NaOH 0,1 N sebanyak 5 ml
14. Ditambah KI 20% sebanyak 10 ml
5. Ditambah aquadest hingga volume 50 ml
15. Ditambah H2SO4 26,5% sebanyak 15 ml
6. Ditunggu selama 10 menit hingga mengendap
16. Dihomogenkan
7. Difiltrasi dengan corong dan kertas saring
17. Ditambah amilum 1 ml (10 tetes)
8. Diambil filtrat 10 ml di bagian paling bawah lalu
18. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna berubah menjadi
dibuang
putih susu
9. Diambil filtrat 1 ml di bagian atas, dimasukkan ke
19. Dibuat larutan blanko dengan mengganti 10 ml sampel
dalam Erlenmeyer 250 ml
dengan 10 ml aquadest (tanpa ditambah ZnSO4 dan NaOH
10. Ditambah Larutan Luff Schoorl sebanyak 10 ml 0,1 N)
11. Dihomogenkan 20. Dihitung kadar laktosa, dengan menggunakan Tabel 1.
Tabel 1
Perhitungan

Volume Na2S2O3 tabel dibulatkan


apabila nilai dari vol X < 5 maka
dibulatkan kebawah, jika ≥ 5
dibulatkan keatas

=
Contoh Perhitungan
Materi

• Pada penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schrool yang ditentukan


bukannya kupro oksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kupri
oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi
blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi
sampel).
• Penentuan titrasi dengan menggunakan Natrium tiosulfat.
• Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel = kupro oksida yang terbentuk
= jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan
Reaksi yang terjadi
selama penentuan karbohidrat
1. Mula-mula kupri oksida (CuO) yang ada dalam reagen akan membebaskan iodium (I2) dari garam
kalium iodida (KI). Banyaknya iodium (I2) yang dibebaskan sama dengan banyaknya kupri oksida
(CuO).
2. Banyaknya iodium dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat.
3. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum.
4. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai.
5. Agar perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat
titrasi hampir selesai.
6. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikoreksi dengan tabel
yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium tiosulfat dengan
banyaknya gula reduksi.
Reaksi Prosedur Uji Karbon
1. Sampel susu + ZnSO4 + NaOH
2. Penambahan larutan Luff Schoorl
Cu2+ + O2- CuO (l) terjadi reaksi dengan Na2S2O3
2Cu+ + O2- Cu2O(g)
CuO (kuprioksida) atau Cu2O (kuproksida)
3. Penambahan Kl dan H2SO4
H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2Kl CuI2 + K2SO4
2CuI2 Cu2I2 + I2
4. Titrasi iodometri
I2 + amilum
I2 ditirasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna putih
Prosedur Penentuan Kadar Gula Sebelum Invert

1. Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan 5. Dibuat pula perlakuan blanko yaitu 15mL larutan Luff
cair sebanyak 2 g tergantung kadar gula reduksinya, dan schoorl dengan 15 mL aquades.
pindahkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 50
6. Setelah ditambahkan beberapa butir batu didih, erlenmeyer
mL aquades.
dihubungkan dengan pendingin balik (refluks), kemudian
2. Tambahkan bubur Al(OH)3. Penambahan bahan dididihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih.
penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit.
dari reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi.
7. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15 mL
Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan
KI 20% dan dengan hatihati ditambahkan 25 mL H2SO4
disaring.
26,5%.
3. Filtrat ditampung dalam labu takar 250mL. Kemudian
8. Tambahkan indikator pati sebanyak 2-3 mL.
ditambah aquades sampai tanda, di gojog dan disaring.
9. Dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,1N sampai warna
4. Ambil 5 mL filtrat yang diperkirakan mengandung 15- 60
berubah dari coklat menjadi putih susu (untuk memperjelas
mg gula reduksi, masukkan dalam erlenmeyer dan
perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati
tambahkan 15 mL larutan Luff schoorl.
diberikan pada saat titrasi hampir berakhir).
Prosedur Penentuan Kadar Gula Setelah Invert

1. Ambil 50 mL filtrat dari larutan (dapat diambil dari preparasi sampel yang sebelum inversi), masukkan ke dalam
Erlenmeyer, kemudian ditambah dengan 25 mL aquades dan 10 mL HCl 30% (berat jenis 1,15). Panaskan diatas penangas air
pada suhu 60- 700C selama 10 menit. Kemudian didinginkan cepat-cepat sampai suhu 200C. Netralkan dengan NaOH 45%,
kemudian diencerkan sampai volume tertentu, sehingga 25 mL larutan mengandung 15-60 mg gula reduksi.

2. Diambil 5 mL larutan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambah 15 mL larutan Luff Schoorl. Dibuat pula percobaan
blanko yaitu 15 mL larutan Luff Schoorl ditambah 15 mL aquades.

3. Tambahkan beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan. Diusahakan
2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit.

4. Kemudian cepat-cepat didinginkan. Tambahkan 15 mL KI 20% dan dengan hati-hati ditambahkan 25 mL H2SO4 26,4%

5. Tambahkan indikator pati sebanyak 2-3 mL.

6. Dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,1N sampai warna berubah dari coklat menjadi putih susu (untuk memperjelas
perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir).
Materi Tambahan
Karbohidrat merupakan suatu kelompok senyawa yang mempunyai rumus umum yaitu CH2O. Karbohidrat
umumnya dikenal dengan gula.
Berdasarkan ukuran, karbohidrat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Monosakarida, merupakan gula-gula sederhana dengan 3-10 atom C.
Contoh: Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa.
2. Disakarida, adalah 2 monosakarida yang disatukan dengan ikatan O-glikosidat.
Contoh: Sukrosa, Maltosa, dan Laktosa
3. Oligosakarida, merupakan suatu susunan rantai monosakarida yang terdiri atas 3-10 unit.
Contoh: Glikoprotein, Glikolipid.
4. Polisakarida, makromolekul, polimer dengan beberapa ratus sampai beberaoa ribu monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik.
(Sumardjo. 2008)
Carbohydrate by Difference
Merupakan penentuan kadar karbohidrat yang paling mudah dimana
kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui anlisis
tetapi melalui perhitungan.
Rumus:
Kadar karbohidrat (%) = 100% – (% kadar air + %kadar abu + %kadar
protein + % kadar lemak)
Kelemahan dari metode ini adalah tingkat ketelitian datanya yang tidak
setinggi bila dibandingkan dengan analisa lengkap seperti pada metode Luff
Schoorl. Namun Carbohydrate by Difference sudah cukup memadai dan
dapat diterima dibeberapa penelitian.

Anda mungkin juga menyukai