Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: L-4

JUDUL PERCOBAAN

ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN

DI SUSUN OLEH:

NAMA : Raditya Eldand Haskatama


NIM : 24040120140058
JURUSAN / PROGRAM STUDY : Fisika
KELAS :B NO REGU : XXIV
HARI : Senin TANGGAL : 19 April 2021
PRAKTIKUM KE :5 JAM : 07.30-08.30
ASISTEN : Vendi

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda amati /ukur secara langsung terkait
dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda (10 poin).

Besaran Satuan Simbol Dimensi

Arus Ampere A [I]

Tegangan Volt V [M][L]-1 [T]-2

Halaman | 1
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan berilah keterangan
gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin) .

Keterangan :
A : amperemeter untuk mengukur besarnya arus yang mengalir
melalui lampu filamen tungsten.
V : voltmeter untuk mengukur besarnya tegangan yang dipakai lampu filamen
tungsten.
X : lampu filamen tungsten sebagai obyek yang akan dihitung arus yang
melewatinya dan tegangan yang dipakai agar dapat menyala.

Halaman | 2
3. Berdasarkan persamaan persamaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum, jabarkan perumusan
persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil hasil yang akan anda cari dalam eksperimen
(nilai : 40 poin).
 kV
n

 I
V n +1
R=k
I2

Halaman | 3
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda tambah/kurangi kolom yang
saudara anngap perlu (nilai : 30 poin).

Percobaan ke - I1 I2 V
(ampere) (ampere) (volt)
1. 1,3 1,00 2,5
2. 1,5 1,10 3
3. 1,6 1,20 3,5
4. 1,9 1,30 4
5. 2,35 1,70 4,5
6. 2,4 1,75 5
7. 2,5 1,80 5,5
8. 2,55 1,85 6
9. 2,67 1,95 6,5
10. 2,7 2,00 7
11. 2,8 2,10 7,5
12. 2,9 2,20 8
13. 3,0 2,30 8,5
14. 3,1 2,40 9

5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia (gunakan millimeter
blok)Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat.. (nilai: 40
poin).

Halaman | 4
Halaman | 5
6. Berdasarkan grafik linier tersebut, hitunglah besaran - besaran yang akan anda cari dan nyatakan hasil
perhitungan anda dengan satuan yang benar. Bila hal ini tidak mungkin dianalisis dengan grafik hitunglah
besaran - besaran yang ingin anda tentukan (nilai : 60 poin). Ingat satuan dan besaran harus sesuai
penulisannya
R = k vn+1
I2
R = 2,5n+1k
1,69

R = 3n+1k
2,25

R = 3,5n+1k
2,56

R = 4n+1k
3,61

Halaman | 6
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami mendapatkan kode praktikum L-4 dengan judul Arus dan Tegangan pada
Lampu Filamen dengan tujuan menyelidiki hubungan antara arus yang melewati lampu filament tungsten
dan potensial yang dipakai. Pada praktikum ini proses fisis adalah Ketika arus yang dilakukan setiap
percobaan membesar maka potensial yang digunakan juga membesar.
Dari grafik yang ditampilkan dapat dilihat bahwa saat arus mengalami kenaikan maka potensial yang
digunakan juga mengalami kenaikan. Seperti yang dilihat pada saat Arus 1,3 A, potensial yang digunakan
adalah 2,5 Volt. Ini menandakan Arus berbanding lurus dengan potensial yang digunakan untuk
menyalakan lampu filamen tungsten.

halaman 7

Halaman | 7
KESIMPULAN
1. Arus dan potensial yang digunakan harus berbanding lurus untuk menyalakan lampu filamen
tungsten.
2. R = 2,5n+1k
1,69

R = 3n+1k
2,25

R = 3,5n+1k
2,56

R = 4n+1k
3,61

Halaman | 8
PRETEST
I.1.1

Halaman | 9
L-4
ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN
Nama : Raditya Eldand Haskatama
NIM : 24040120140058
Kelompok : 24
Jurusan / Kelas : Fisika / B
Hari/Tanggal : Senin/19 April 2020
Waktu : 07.30-08.30

Data Percobaan

Percobaan ke - I1 I2 V
(ampere) (ampere) (volt)
1. 1,3 1,00 2,5
2. 1,5 1,10 3
3. 1,6 1,20 3,5
4. 1,9 1,30 4
5. 2,35 1,70 4,5
6. 2,4 1,75 5
7. 2,5 1,80 5,5
8. 2,55 1,85 6
9. 2,67 1,95 6,5
10. 2,7 2,00 7
11. 2,8 2,10 7,5
12. 2,9 2,20 8
13. 3,0 2,30 8,5
14. 3,1 2,40 9

Semarang, 19 April 2020


Asisten Praktikan

Vendi Raditya Eldand Haskatama


24040117120004 24040120140058

Halaman | 10
PERCOBAAN L-4
ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN

II. TUJUAN PERCOBAAN


Menyelidiki hubungan antara arus yang melewati lampu filament tungsten dan potensial yang
dipakai.

III. DASAR TEORI


III.1 Arus
Arus melalui suatu daerah secara kuantitatif didefinisikan sebagai muatan netto yang
mengalir melalui daerah tersebut persatuan waktu. Jadi jika muatan netto (dQ) mengalir
melalui sebuah daerah dalam waktu (dt) maka persamaannya dapat dituliskan menjadi :
dQ
I= (2.1)
dt
dimana I : arus (ampere atau C/s )
dQ : muatan yang mengalir ( C atau coulomb)
dt : waktu ( s atau sekon)
Arus merupakan besaran vector dengan satuan arus adalah ampere karena
menghormati ahli fisika Prancis Andre Marie Ampere (1775-1836). Arus yang kecil biasanya
dinyatakan dalam miliampere (Zemansky,1962).
Arus di dalam suatu penghalang dapat dinyatakan dengan kecepatan muatan-muatan
yang bergerak. Misalkan suatu penghantar dengan luas penampang (A) dimana partikel-
partikel yang bermuatan positif bergerak dari kiri ke kanan. Misalkan ada n partikel persatuan
volum, semua bergerak dengan kecepatan (v), dalam suatu selang waktu (dt), tiap-tiap partikel
menempuh jalan (v dt). Jumlah pertikel yang melewati setiap bagian seperti yang diberi
bayangan dalam gambar 2.1 sama dengan jumlah di dalam suatu bagian penghantar yang
panjangnya vdt dan volumnya vAdt. Jumlah ini ialah nvAdt, dan jika setiap partikel
muatannya ialah e ,maka jumlah muatan yang melewati bagian itu ialah
dq=n e v A dt (2.2)

Gambar 2.1
Muatan positif mengalir (I) dalam luasan A
Jadi arusnya adalah persamaan berikut :
dq
=n e v A (2.3)
dt
Dimana dq : muatan yang mengalir (C)

Halaman | 11
dt : waktu (s)
n : jumlah partikel (partikel/m3)
e : muatan partikel (C/partikel)
v : kecepatan (m/s)
A : luas permukaan (m2)
Pada umumnya jika ada partikel-pertikel bermuatan yang berlainan, maka
persamaannya menjadi sebagai berikut :
dq= A dt (n1 e 1 v1 +n 2 e 2 v 2+ … … … .+nn e n v n) (2.4)
Berdasarkan arah alirannya , arus dapat dibedakan menjadi 2 diantaranya sebagai
berikut :
a. arus konvensional
b. arus elektron
Gambar 2.2 menunjukan
sebenarnya elektron negatiflah
yang mengalir pada kawat. Ketika
kawat pertama kali dihubungkan
dengan beda potensial antara
terminal-terminal baterai akan
mengakibatkan adanya medan
listrik di dalam kawat dan paralel terhadapnya.
Gambar 2.2
Rangkaian Listrik Sederhana

Dengan demikian elektron-elektron bebas pada satu ujung kawat tertarik ke terminal
positif, dan fasa satu ujung yang sama elektron meninggalkan terminal negatif baterai dan
memasuki kawat diujung lain. Arah arus konvensional adalah aliran positif dimana mengalir
dari positif ke negatif, arah arus negatif adalah yang mengalir dari negatif ke positif
(Giancoli,1998).
III.2 Tegangan
Tegangan atau beda potensial adalah energi potensial elektrostatik per satuan muatan,
satuan SI untuk potensial adalah joule persatuan coulomb (J/C), sehingga didapatkan
persamaan
1 V = 1 J/C (2.5)
V adalah volt, karena untuk menghormati seorang sarjana Italia yaitu Alesandro Volta
(1745-1827) yang merupakan penemu voltaic pile (sel listrik yang pertama kalinya). Karena

Halaman | 12
diukur dengan voltmeter, maka beda potensial disebut juga voltase atau tegangan
(Tripler,1991).
I.1 Lampu Filament Tungsten
Lampu filamen tungsten akan menyala bila terdapat beda potensial (sebagai sumber
tegangan contohnya baterai). Ketika lampu filamen tungsten dihubungkan dengan beda
potensial maka muatan dari beda potensial akan mengalir melalui penghantar (kawat). Muatan
tersebut adalah arus listrik yang berfungsi sebagai energi listrik. Karena arus yang dibawa
dalam jumlah yang cukup besar maka akan banyak tumbukan antara elektron-elektron atom
pada kawat.
Pada setiap tumbukan sebagian energi elektron ditransfer ke atom lain melalui
tumbukan. Tumbukan tersebut terjadi di sekitar ruangan dari filamen tungsten yang dibatasi
oleh tabung kaca. Karena terjadi tumbukan secara terus menerus sebagai akibatnya energi
kinetik atom bertambah dan dengan begitu suhu kawat filament tungsten akan bertambah.
Energi panas yang bertambah dari kawat tersebut dapat dikonduksi dan konveksi ke
udara sebagai kalor dan diradiasi sebagai cahaya sehingga lampu dapat menyala.Filamen
tungsten tidak bisa putus atau meleleh akibat panas ≤3371,1 0C karena titik leleh filamen
tungsten sebesar 3371,10C (Tripler, 1991).
III.3 Transfer Panas secara konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada suatu
media padat, atau pada media fluida yang diam. Konduksi terjadi akibat adanya perbedaan
temperatur antara permukaan yang satu dengan permukaan yang lain pada media tersebut.
Konsep yang ada pada konduksi merupakan suatu aktivitas atomik dan molekuler.
Sehingga peristiwa yang terjadi pada konduksi adalah perpindahan energi dari partikel yang
lebih energetik (molekul yang lebih berenergi atau bertemperatur tinggi) menuju partikel yang
kurang energetik (molekul yang kurang berenergi atau bertemperatur lebih rendah), akibat
adanya interaksi antara partikel-partikel tersebut (Kreith, 1997).
III.4 Hukum Ohm
Ketika kita menghubungkan sebuah lampu dengan suatu beda potensial listrik, berarti
kita menghubungkan filamen kawat dalam bola lampu ke suatu beda potensial yang
menyebabkan arus listrik mengalir pada kawat, seperti beda tekanan dalam pipa air yang
menyebabkan air mengalir melalui pipa. Semua alat listrik termasuk lampu mempunyai
hambatan listrik tertentu.
Kawat-kawat listrik yang membawa listrik ke lampu-lampu dan peralatan listrik
lainnya memiliki hambatan, walaupun biasanya sangat kecil. Resistor pada suatu rangkaian,
terutama alat-alat elektronik biasanya digunakan untuk mengendalikan besar arus listrik yang
mengalir.

Halaman | 13
Pada tahun 1927, Georg Simon Ohm, ahli fisika berkebangsaan Jerman menentukan
berdasarkan hasil eksperimennya bahwa arus listrik yang melalui suatu penghantar sebanding
dengan beda potensial yang diberikan pada ujung-ujung penghantar tersebut, yang dinyatakan
dalam bentuk persamaan matematik berikut:
V
I= (2.10 )
R
dimana : I : arus (ampere)
V : beda potensial (volt)
R : hambatan penghantar (ohm)
Hasil eksperimental ini dikenal sebagai hukum ohm. Banyak fisikawan yang akan
mengatakan bahwa ini bukan merupakan hukum, tetapi lebih berupa definisi hambatan atau
deskripsi empirik dari sifat yang dimiliki bahan (konduktor logam) tertentu. Penghantar yang
sifat hambatannya mengikuti hukum Ohm disebut penghantar Ohmik, sedangkan penghantar
yang tidak mengikuti hukum Ohm disebut penghantar non Ohmik. Untuk memperoleh hasil
pengukuran yang tepat seharusnya amperemeter harus mempunyai hambatan dalam diabaikan
sedangkan voltmeter memiliki hambatan dalam ideal (Giancolli, 1998).
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. (Durbin, 2005).

III.5 Hubungan arus , tegangan , dan hambatan


Persamaan yang menyatakan hubungan antara arus dan tegangan pada percobaan ini
tidak berlaku hukum ohm atau yang disebut sebagai hukum non ohmik. Berdasarkan
ketidakberlakuannya percobaan ini pada hukum ohm maka hubungan arus dengan tegangan
pada percobaan Arus Dan Tegangan Pada Lampu Filamen Tungsten dapat dinyatakan
menjadi persamaan matematis sebagai berikut:
I =k V n (2.11)
dimana:
I : arus yang mengalir pada lampu filament tungsten ( A )
k : konstanta hambatan dalam lampu (ʊ)
V : tegangan yang dipakai (volt)
n : konstanta lampu

Berikut ini adalah persamaan hubungan hambatan dengan suhu saat suhunya 273K
adalah sebagi berikut :

Halaman | 14
1.2
T
R=R 273 ( )
273
(2.12)

dimana : T : suhu dalam filamen (K)


R273 : hambatan saat suhu 273 K (ohm)
R : hambatan pada filament (ohm)
Persamaan 2.12 dapat ditulis menjadi bentuk yang lain, dimana pada persamaan ini
menghubungkan hambtan dengan konduktansi, persamaan matematisnya adalah sebagai
berikut :
R=R 273 . k (2.13)
dimana : R : hambatan dalam filament (ohm)
R273 : hambatan saat suhu 273 K (ohm)
k : konduktansi (Ω-1)
Berdasarkan persamaan 2.11 dapat dicari energi yang hilang atau energi terdisipasi dari
rangkaian ini. Persamaan mencari energi terdisipasi adalah sebagai berikut :
energi terdisipasi=( 1−n ) . 100 % (2.14)
dimana n adalah konstanta lampu seperti yang ditunjukan pada persamaan (2.11)
(Giancoli, 1998).
III.6 Resistivitas (ρ)
Resistivitas atau hambatan jenis adalah perbandingan medan listrik E yang dimiliki
konduktor dan rapat arus listrik J . Secara matematis konduktansi dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut :
E
ρ= (2.6)
J
dimana: E : medan listrik (V/m)
ρ : resistivitas atau hambatan jenis ( Ω.m)
J : rapat arus ( A/m2 )

Berikut ini adalat table 2.1 yang menunjukan resistivitas bahan logam.
Bahan ρ ( Ω.m)
(Tripler, 1991). Aluminium 2.63 X 10-8
Tungsten 5.51 X 10-8
Tembaga 1.72 X 10-8
III.7 Perak 1.47 10-8 Konduktansi (k)

Halaman | 15
Konduktansi adalah besaran yang menyatakan kemampuan bahan untuk mengalirkan
muatan, besarnya nilai konduktansi menunjukan bahwa suatu bahan mampu mengonduksikan
arus dengan baik. Secara matematis konduktansi dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut :
1
k= (2.7)
R
dimana : k : konduktansi ( ʊ atau Ω-1 atau siemens )
R : hambatan ( Ω atau ohm )
Simbol ʊ disebut mho sehingga dapat dituliskan dengan 1 ʊ = 1 S. S adalah satuan SI
yang disebut dengan siemens.
(Giancolli, 1998).
III.8 Hubungan resistivitas () dengan suhu absolut (T)

Untuk bahan konduktor, resistivitasnya berbanding lurus dengan suhu. Tetapi pada
suhu mendekati titik nol absolut (0 K), resistivitas bahan konduktor juga mendekati nol.
Hambatan jenis suatu bahan () adalah hambatan dari bahan tersebut sepanjang 1 meter
dengan luas penampang 1 m2 , Pada temperatur 20 0C. Hambatan jenis biasa juga disebut
hambatan spesifik.
Koefisien suhu tahanan atau koefisien suhu hambatan adalah perubahan hambatan
untuk setiap ohm hambatan dalam setiap derajat celcius. Pada kebanyakan bahan, hambatan
akan naik apabila temperatur naik, dan hanya pada beberapa macam bahan saja yang
hambatannya menurun. Bahan – bahan yang di sebut belakangan ini , yang dikatakan
mempunyai koefisien temperatur negatif.
Berikut ini adalah hubungan resistivitas  dengan suhu absolut T ditunjukkan oleh
persamaan sebagai berikut :
ρ=ρ0 { 1+ α (T −T 0 )} (2.8)
dimana :
 : resistivitas pada suhu T (Ω)
0 : resistivitas pada suhu referensi (biasanya 200C (Ω))
T0 : suhu referensi (K /0C)
 : koefisien suhu hambatan listrik (1/0C)

Berikut ini adalah tabel 2.2 menunjukan koefisien suhu hambatan listrik
(α) adalah sebagai berikut :
Bahan Koefisien Suhu (α) 1/0C
Aluminium 0.0046

Halaman | 16
Tungsten 0.0045
Tembaga 0.00393
Perak 0.0038

(Sears, 1962).
III.9 Konduktivitas dalam konduktor ()
Konduktivitas adalah daya hantar listrik dari suatu bahan atau dapat didefinisikan
sebagai kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas disimbolkan
dengan  atau yang disebut dengan sigma dan satuannya adalah ʊ.m -1. Secara matematis
konduktivitas dalam konduktor dapat dituliskan sebagai berikut :
1
σ= (2.9)
ρ
dimana :  : konduktivitas ( ʊ.m-1 )
ρ : hambatan jenis ( Ω.m)
Berikut ini adalah table 2.3 yang menjelaskan mengenai data hambatan jenis pada
temperature ruang (200C).
Logam Konduktivitas Listrik (ʊ.m-1)
Perak 6.8 x 107
Tembaga 6.0 x 107
Aluminium 3.8 x 107
Besi 1.0 x 107
Platinum 0.94 x 107
Tungsten 1.8 x 106
(Tripler, 1991).

IV. METODE PENELITIAN


IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
IV.1.1.1 Amperemeter
Alat untuk mengukur besarnya arus yang mengalir melalui lampu filamen
tungsten.
IV.1.1.2 Voltmeter
Alat untuk mengukur besarnya tegangan yang dipakai lampu filamen
tungsten.

Halaman | 17
IV.1.2 Bahan
IV.1.2.1 Lampu filamen tungsten
Digunakan sebagai obyek yang akan dihitung arus yang melewatinya dan
tegangan yang dipakai agar dapat menyala.
IV.1.2.2 Penghantar (kawat/kabel)
Digunakan sebagai penghantar arus pada rangkaian agar lampu filamen
tungsten dapat menyala.
IV.1.2.3 Sumber tegangan
Digunakan sebagai sumber energi listrik, dimana energi listrik ini akan
diubah menjadi energi panas atau yang disebut sebagai energi terdisipasi
dan energi cahaya.

IV.2 Gambar Alat dan Bahan


IV.2.1 Gambar Alat

IV.2.1.1 Amperemeter

IV.2.1.2 Voltmeter

IV.2.2 Gambar Bahan

IV.2.2.1 Lampu Filamen Tongsten

Halaman | 18
IV.2.2.2 Penghantar

3.2.2.3 Sumber Tegangan

3.2 SKEMA ALAT

Keterangan :
A : amperemeter untuk mengukur besarnya arus yang mengalir
melalui lampu filamen tungsten.
V : voltmeter untuk mengukur besarnya tegangan yang dipakai lampu filamen
tungsten.
X : lampu filamen tungsten sebagai obyek yang akan dihitung arus yang
melewatinya dan tegangan yang dipakai agar dapat menyala.

Halaman | 19
3.3 Diagram Alir

Mulai
Voltmeter,amperemeter, lampu ,
penghantar, sumber tegangan, dan
reostat

Rangkai sesuai skema kerja percobaan arus dan


tegangan pada lampu filamen tungsten

Potensial dan arus


pada alat ukur

Analisis data dan tarik


kesimpulan

Selesai

3.4 Diagram Fisis

Halaman | 20
Saat diberi sumber tegangan maka akan terjadi pergerakan muatan (aliran arus listrik)
yang mengalir ke rangkaian

muatan yang bergerak tersebut mengalir melalui penghantar dalam jumlah besar
mengakibatkan terjadi banyak tumbukan dalam penghantar

tumbukan yang terjadi mengakibatkan adanya transfer energi dari muatan yang
menumbuk ke muatan yang ditumbuk

tumbukan yang terus menerus mengakibatkan energi kinetik atom dalam penghantar
semakin meningkat, meningkatnya energi kinetik menyebabkan terjadinya peningkatan
pada suhu penghantar

tumbukan muatan tidak hanya terjadi pada penghantar tetapi juga terjadi pada filamen
lampu tungsten yang bila terjadi tumbukan secara terus menerus mengakibatkan
terjadinya pelepasan muatan filamen tungsten

pelepasan muatan tersebut mengakibatkan muatan yang dilepaskan akan menumbuk


muatan muatan dari atom gas pengisi lampu filamen tungsten

tumbukan tersebut akan menyebabkan pelepasan energi dengan panjang gelombang


tertentu sehingga yang akan terlihat kasat mata adalah berupa cahaya dengan panjang
gelombang tertentu

Halaman | 21

Anda mungkin juga menyukai