Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan
Yang Maha Kuasa kepada rakyat dan bangsa Indonesia
merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan
sesuai dengan kehidupan wawasan Nusantara. Dalam rangka
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan
kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagian hidup
berdasarkan Pancasila. Oleh Sebab itu, perlu dilaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan nasional yang
terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Untuk itu dipandang perlu melaksanakan pengelolaan
lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang guna
menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup.1
Penegakan hukum lingkungan menurut Hamzah
dikatakan bahwa penegakan hukum lingkungan menurut
Nottie Handhaving Milieurecht (1981) ialah pengawasan dan
penerapan atau ancaman, penggunaan instrument
administratif, kepidanaan atau keperdataan dicapailah
penataan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku
umum dan individual. Pengawasan (controle) berarti

1 A`an Efendi,SH, MH , Penyelesaian Sengketa Lingkungan ,CV. Mandar


Maju,2012 Bandung, hlm. 35

1
pengawasan pemerintah untuk ditaatinya pemberian
peraturan yang sejajar dengan penyidikan hukum pidana.2
Lingkungan hidup yang terganggu keseimbangannya
perlu dikembalikan fungsinya sebagai kehidupan dan memberi
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan keadilan antar
generasi dengan cara meningkatkan pembinaan dan
penegakan hukum.

Selama tahun 1984-1997 saja misalnya laju kerusakan


hutan sudah mencapai 16,57 juta hektar pertahun. Ini berarti
bahwa setiap tahun ada sekitar 2.586.500 hektar hutan yang
rusak. Selain itu kebakaran dan pembakaran hutan selang
1997-1998 telah menghabiskan kurang lebih 10 juta hektar
hutan. Belum lagi soal kasus kehutanan (illegal logging),
penambangan emas tanpa izin, pencemaran industri oleh
perusahaan, perusakan hutan bakau,pencemaran limbah
rumah tangga, pertambangan liar dan masih banyak lagi yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan.3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa maksud hukum lingkungan?
2. Bagaimana sarana penegakan hukum lingkungan ?
3. Apa saja kendala dalam penegakan hukum lingkungan di
Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum lingkungan
2. Untuk mengetahui bagaimana sarana penegakan hukum
lingkungan

2R.M. Gatot P. Soemartono. Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar


Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 31

3Modul Pengetahuan dan Hukum Lingkungan PTIK,2007. Hlm. 19

2
3. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam penegakan
hukum lingkungan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Lingkungan di Indonesia


Kepentingan Nasional adalah suatu cita-cita, sasaran
yang bersifat umum dan abadi yang digunakan sebagai
landasan suatu bangsa untuk bertindak. Dalam kaitan dengan
pengelolaan hukum lingkungan, maka kepentingan nasional
tercantum dalam pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945, yakni :
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.4
Untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam
pengelolaan cabang-cabang produksi, bumi, air dan kekayaan
alam oleh Negara maka diperlukan strategi pengelolaan
lingkungan tersebut agar tidak memberikan dampak
terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup

4Undang-Undang Dasar 1945,Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

3
sehingga kelestarian lingkungan hidup tetap terjadi untuk
kepentingan generasi saat ini dan masa depan.
Hak Negara untuk mengatur kekayaan Negara yang
terkandung didalamnya ini dijabarkan dalam UU No.4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup ( UULH ) sebagaimana diubah dengan UU
No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
( UUPLH ) dan diubah lagi dengan UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hukum Acara Lingkungan adalah hukum yang
menetapkan dan mengatur tata cara atau prosedur
pelaksanaan hak dan kewajiban yang timbul karena adanya
perkara lingkungan (sebagai akibat terjadinya perusakan dan
atau pencemaran lingkungan). Didalam UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
disebutkan dalam BAB XII Pasal 84 ayat (1), (2) dan (3), Pasal
85 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 86 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 87
ayat (1), (2), (3) dan (4), yang pengaturannya secara konkrit
akan ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan perundang
undangan.
Hukum Perdata Lingkungan merupakan hukum antar
perorangan yang merupakan hak dan kewajiban orang satu
terhadap yang lain, maupun kepada Negara, khususnya dalam
peran sertanya bagi pelestarian kemampuan lingkungan
dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur didalam BAB X tentang
Hak, Kewajiban dan Larangan Pasal 65 Ayat (1), (2), (3), (4),
(5) dan (6), Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69 ayat (1) dan
(2), dan BAB XI tentang Peran Masyarakat Pasal 70 ayat (1),
(2) dan (3).

4
Hukum Pidana Lingkungan menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang dilarang dalam kaitannya dengan
Lingkungan Hidup, siapa sajakah yang dapat dipidana dan
menetapkan sanksi-sanksi tentang pelanggaranya. Didalam
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup diatur dalam BAB XV tentang Ketentuan
Pidana yaitu Pasal 97, Pasal 98 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 99
ayat (1), (2) dan (3), Pasal 100 ayat (1) dan (2), Pasal 100 ayat
(1) dan (2), Pasal 101, Pasal 102, Pasal 103, Pasal 104, Pasal
105, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, Pasal 109, Pasal 110,
Pasal 111 ayat (1) dan (2), Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114,
Pasal 115, Pasal 116 ayat (1) dan (2), Pasal 117, Pasal 118,
Pasal 119, Pasal 120 ayat (1) dan (2).5
Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup,
setiap Perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang
kegiatan, diwajibkan melakukan hal-hal berikut ini.
a. Perusahaan wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup ( Pasal 22 ayat (1),dan (2), Pasal 23 ayat
(1) dan (2), Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26 ayat (1), (2), (3)
dan (4), Pasal 27, Pasal 28 (1), (2), (3) dan (4), Pasal 29
ayat (1),(2) dan (3), Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 31,
Pasal 32 (1), (2) dan (3) dan pasal 33 UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup ). Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan / atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaran usaha dan atau

5UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup , hlm. 63-82

5
kegiatan( Pasal 1 angka 11 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ). Hal-hal
yang dianalisis meliputi:
1) Iklim dan Kualitas Udara.
2) Fisiologi dan Geologi.
3) Hidrologi dan kualitas air.
4) Ruang, lahan dan tanah.
5) Flora dan Fauna.
6) Sosial ( Demografi, Ekonomi, Sosial Budaya ) dan
Kesehatan Masyarakat.
b. Setiap usaha dan / atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib Amdal, wajib memiliki Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang disebut UKL-UPL ( Pasal 34 ayat (1)
dan (2), Pasal 35 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup ).
c. Perusahaan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya
dan beracun. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
meliputi: Menghasilkan, Mengangkut, Mengedarkan,
Menyimpan, Menggunakan dan atau Membuang BAB VII
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun serta
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( Pasal 58 ayat (1)
dan (2), Pasal 59 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6) dan (7) UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ).
Disamping kewajiban itu, perusahaan juga dilarang:
a. Melanggar Baku Mutu dan Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan Hidup ( Pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) dan
(5), Pasal 21 ayat (1), (2), (3) dan (4) UU No. 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ).

6
Adapun Peraturan-Peraturan yang berkaitan dengan
Hukum Lingkungan Indonesia antara lain adalah sebagai
berikut:
1. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
2. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
3. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
4. UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
5. UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
6. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
7. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
8. PP No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan
atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan
dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan.
9. PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
10. Dan masih banyak lagi peraturan yang berkaitan
dengan Hukum Lingkungan.

B. Sarana Penegakan Hukum Lingkungan


1. Administrasi
Sarana administratif merupakan tindakan hukum yang
pertama diberikan terhadap perusahaan yang melakukan
pencemaran dan perusakan lingkungan, Sanksi administratif
mempunyai fungsi instrumental, yaitu pencegahan dan
penanggulangan perbuatan terlarang dan terutama ditujukan
terhadap perlindungan kepentingan yang dijaga oleh
ketentuan hukum yang dilanggar tersebut.
Penegakan hukum represif dilaksanakan dalam hal
perbuatan melanggar peraturan dan bertujuan untuk
mengakhiri secara langsung perbuatan terlarang itu.Dalam
hal ini Gubernur yang berwenang melakukanya atau melalui
Peraruran Daerah, Wewenang ini dapat diserahkan oleh

7
Gubernur kepada Bupati / Walikota. Dan apabila ada
pelanggaran tertentu yaitu seperti ada warga yang
ternganggu kesehatannya akibat pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup maka Kepala Daerah atau pihak
yang berkepentigan dapat mengajukan usul pencabutan izin
usaha kepada pejabat yang berwenang.6
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan HidupPasal 76 ayat ( 2 ) Sanksi
administratif terdiri atas :
a. Teguran tertulis.
b. Paksaan Pemerintah.
c. Pembekuan izin lingkungan.
d. Pencabutan izin lingkungan.
Disamping pengawasan administratif, kepada pengusaha
hendaknya ditanamkan konsep pencegahan pencemaran
menguntungkan ( Polition Provention Pays ). Konsep ini yaitu
menekankan kepada upaya pencegahan pencemaran atau
perusakan lingkungan hidup dalam proses produksi dengan
penerapkan teknologi lebih bersih sehingga tercapai
peningkatan efisiensi dan efektifitas produksi yang kemudian
meningkatkan keuntungan perusahaan disamping ikut
menjaga lingkungan hidup.7

2. Sarana Perdata
Sarana perdata merupakan tindakan hukum yang kedua
yang diberikan terhadap perusahaan yang melakukan
pencemaran dan perusakan lingkungan. Terhadap
penyelesaian sengketa lingkungan hidup untuk menggugat
ganti kerugian dan atau biaya pemulihan lingkungan hidup,

6Ali Azar,2007.Upaya penegakan hukum terhadap Kerusakan


lingkungan Hidup, hlm. 46

7Op,cit. Hlm. 47

8
terdapat dua jalur ( Pasal 84 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ) yaitu :
a. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
pengadilan.
b. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui
pengadilan.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar
pengadilan menurut Pasal 85 dan Pasal 86 UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyatakan bahwa penyelesaian sengketa lingkungan
hidup diluar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian
dan / mengenai tindakan tertentu guna menjamin tidak
terjadinya atau terulangnya dampak negative terhadap
lingkungan hidup. Hal ini dilakukan secara sukarela oleh pihak
yang berkepentingan, yaitu pihak yang dirugikan dan yang
mengakibatkan kerugian, instansi pemerintah yang terkait
serta dapat pula melibatkan pihak yang mempunyai
kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
Penyelesaian melalui cara ini dilakukan dengan cara mediasi
lingkungan, akibat hukum mediasi lingkungan yang oleh para
pihak biasanya dituangkan dalam bentuk persetujuan mediasi
tertulis yang dianggap berkekuatan hukum sebagai kontrak
yang tunduk pada ketentuan BW.8
3. Sarana Pidana
Sarana pidana merupakan aspek tindakan hukum yang
terakhir. Sanksi pidana diberikan terhadap perusahaan yang
melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan,

8Rina Suliastini,2009.Perbandingan UU No 23/1997 dengan UU No 32 /


2009

9
mempunyai fungsi untuk mendidik perusahaan sehubungan
dengan perbuatan yang dilakukan, terutama ditujukan
terhadap perlindungan kepentingan umum yang dijaga oleh
ketentuan hukum yang dilanggar tersebut. Selain itu
fungsinya juga untuk mencegah atau menghalangi pelaku
pontensial agar tidak melakukan perilaku yang tidak
bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
Untuk bisa menjatuhkan pidana untuk kasus lingkungan
pada perusahaan maka juga berlaku peraturan-peraturan
seperti kasus pidana lainnya yaitu asas legalitas maksudnya
harus berdasarkan hukum yang ada pada saat perbuatan itu
dilakukan dan harus terbukti kesalahannya.
Ancaman pidana sebagaimana tercantum dalam pasal-
pasal UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolan Lingkungan Hidup adalah pidana penjara dan
denda. Selain itu ada pidana tambahan atau tindakan tata
tertib terhadap badan usaha Pasal 119 UU No.32 Tahun 2009
berupa :
1. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana.
2. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan / atau
kegiatan.
3. Perbaikan akibat tindak pidana.
4. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak.
5. Penempatan Perusahaan dibawah pengampuan paling lama
3 (tiga) tahun.9

C. Kendala dalam Penegakan Hukum di Indonesia


Faktor kendala dan hambatan penegakan hukum
lingkungan hidup mengakibatkan tidak efektivitasnya faktor
pendukung dalam penegakan hukum lingkungan. Banyak
peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah,
9UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolan
Lingkungan Hidup, Pasal 119

10
namun pelaksanaanya dilapangan masih banyak kendala dan
hambatan yang ditemui. Kendala dan hambatan itu terletak
pada faktor, yaitu :
1. Sarana Hukum
Sarana hukum merupakan faktor kendala dan hambatan
dalam penegakan hukum lingkungan. Berbagai kebijakan
operasional yang dikeluarkan seringkali tidak konsisten
dengan prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup didalam UU No. 32 Tahun 2009 maupun UU
yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup lainnya.
Bahwa dalam upaya penegakan hukum lingkungan, faktor
manusia sebagai pelaksanannya akan lebih banyak
membentuk keberhasilan penegakan hukum dibandingkan
dengan faktor hukum itu sendiri.
2. Aparat Penegak Hukum
Banyak kasus-kasus lingkungan terkendala dikarenakan
jumlah aparat penegak hukum profesional yang mampu
menangani kasus-kasus lingkungan masih sangat terbatas.
Disamping itu adalah mustahil kiranya kita mengharapkan
para penegak hukum itu dapat menguasai berbagai aspek
lingkungan. Karena lingkungan hidup mencakup aspek yang
sangat luas dan kompleks yang berkenaan dengan berbagai
disiplin ilmu. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman
aspek-aspek lingkungan oleh penegak hukum menjadi faktor
kendala yang sangat dominan dalam upaya untuk
menciptakan kesamaan presepsi penanganan perkara
lingkungan.
3. Fasilitas dan Sarana
Fasilitas dan sarana adalah alat untuk mencapai tujuan
penegakan hukum lingkungan. Ketiadaan atau keterbatasan
fasilitas dan sarana penunjang (termasuk dana), akan sangat
mempengaruhi keberhasilan penegakan hukum lingkungan.

11
Bahwa kenyataan menunjukan dalam penanganan kasus-
kasus lingkungan akan melibatkan berbagai perangkat
berteknologi canggih (peralatan laboratorium), yang untuk
kepentingan operasionalisasinya memerlukan tenaga ahli dan
biaya cukup mahal.
4. Perizinan
Perizinan mememang menjadi salah satu masalah yang
lebih banyak memberi peluang bagi berkembangnya masalah
lingkungan ketimbang membatasinya. Sebab Pasal 36 UU No.
32 Tahun 2009 masih bisa dilewati begitu saja oleh
pengusaha, apalagi jika izin yang dimaksud adalah izin yang
diberikan oleh Departemen Perindustrian, setelah sebuah
perusahaan siap berproduksi.
5. Sistem AMDAL
Dalam prakteknya, AMDAL lebih mengarah pada
penonjolan pemenuhan ketentuan administratif daripada
subtantifnya. Artinya pesatnya permintaan akan AMDAL
merupakan mata rantai kewajiban dalam urusan perizinan
dalam suatu usaha atau dipandang sebagai performa untuk
mendapatkan akad kredit atau izin investasi.
6. Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Lingkungan
Kepatutan dan ketaatan kepada ketentuan hukum
(lingkungan), merupakan indikator kesadaran hukum
masyarakat. Peranserta masyarakat, menurut undang-undang
pengelolaan lingkungan hidup merupakan komponen utama,
disamping keberadaan penegak hukum, untuk tercapainya
tujuan hukum melalui sarana penegakan hukum, dengan cara
melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.
Kesadaran hukum lingkungan suatu masyarakat berawal-
mula pada citra masyarakat terhadap lingkungan hidupnya.
Bila citra lingkungan seseorang negatif, dalam arti tidak
memahami dan menghayati betapa pentingnya kelestarian
lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup dan kehidupan,

12
maka cenderung bersikap masa bodoh terhadap lingkungan.
Masih terbatasnya kesadaran hukum masyarakat terhadap
lingkungan disebabkan keawaman masyarakat terhadap
aspek lingkungan dan tidak mengetahui akibat yang akan
timbul bila melakukan pencemaran dan perusakan
lingkungan.10
Citra masyarakat terhadap lingkungan dan kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan dapat dibina dan
ditingkatkan melalui usaha-usaha seperti penyuluhan,
bimbingan, teladan dan keterlibatan masyarakat dalam
penanggulangan masalah lingkungan. Untuk itu, peningkatan
kegiatan penegakan hukum yang berdimensi edukatif-
persuasif dan preventif perlu ditingkatkan dan digalakan
lagi.11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
10Danusaputro, Munadjat. Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Binacipta,
Bandung. 1981,hlm.72

11Ali Azar,2007.Upaya penegakan hukum terhadap Kerusakan


lingkungan Hidup. Hlm. 52

13
Hukum lingkungan adalah keseluruhan peraturan yang
mengatur tentang tingkah laku orang tentang apa yang
seharusnya dilakukan terhadap lingkungan, yang pelaksanaan
peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi
oleh pihak yang berwenang.
Sarana penegakan hukum yang diberikan terhadap
perusahaan yang melakukan pencemaran dan perusakan
lingkungan terdiri dari aspek administrasi, aspek perdata,
aspek pidana.
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 76 ayat (2) Sanksi
administratif terdiri atas : Teguran tertulis., Paksaan
Pemerintah, Pembekuan izin lingkungan, Pencabutan izin
lingkungan. Terhadap penyelesaian sengketa lingkungan hidup
untuk menggugat ganti kerugian dan atau biaya pemulihan
lingkungan hidup, terdapat dua jalur (Pasal 84) yaitu :
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan,
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan.
Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh atas
nama badan usaha atau perusahaan maka tuntutan pidana
dan sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha atau orang
yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana
tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin
kegiatan dalam tindak pidana tersebut (Pasal 116 ayat (1) dan
(2)). Ancaman pidana sebagaimana tercantum dalam pasal-
pasal adalah pidana penjara dan denda. Selain itu ada pidana
tambahan atau tindakan tata tertib terhadap badan usaha
Pasal 119 UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Faktor kendala dan hambatan dalam penegakan hukum
terdiri dari beberapa faktor yaitu : Sarana Hukum, Aparat

14
Penegak Hukum, Fasilitas dan Sarana, Perizinan, Sistem
AMDAL, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Azar,2007.Upaya penegakan hukum terhadap Kerusakan


lingkungan Hidup
Aguw, Yauloa. 2009. Pengaruh Pengajaran Hukum Berwawasan
Lingkungan Terhadap Peningkatan Kesadaran Hukum
Lingkungan di Kalangan Mahasiswa. Dikutip dari
http://www.ubb.ac.id/.
Danusaputro, Munadjat. Hukum Lingkungan, Buku I Umum,
Binacipta, Bandung. 1981,
Wahid , Yunus.. Pengantar Hukum Lingkungan ,Prenadamedia
Group, Jakarta , 2018
R.M. Gatot P. Soemartono. Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 1996
Rina Suliastini,2009.Perbandingan UU No 23/1997 dengan UU No
32 /2009
Undang-undang No 8 tahun 1981 tentang KUHAP
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Modul Pengetahuan dan Hukum Lingkungan PTIK,2007.
.

MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN

15
“Penegakan Hukum
Lingkungan”

Dosen :
DR. MASKUN, S.H.,LL.M

Disusun Oleh :
THAMAR YOGA PRANATA
B011171316

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, atas anugerah yang
diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas

16
mata kuliah Hukum Lingkungan yang diberi judul “Penegakan
Hukum Lingkungan”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini adalah jauh
dari kesempurnaan, laksana setitik air di samudera yang luas, ini
tidak lain karena kekurang mampuan dari penulis dalam
menganalisa data yang ada dan keterbatasan bacaan atas
literatur-literatur hukum, namun demikian ini merupakan usaha
yang sungguh-sungguh dari penulis. Oleh karena itu untuk
kesempurnaan tulisan ini, saran dan kritik konstruktif senantiasa
penulis harapkan.
Akhir kata panulis mengucapkan terimakasih pada para
Dosen atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan, semoga
menjadi amal jariyah di sisi Allah SWT. Amin !
Makassar, 26 April
2019

Thamar Yoga Pranata.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................
i i
DAFTAR ISI............................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................... 1

17
B. Rumusan Masalah.......................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 3
A. Hukum Lingkungan di Indonesia.................................. 3
B. Sarana Penegakan Hukum Lingkungan....................... 6
C. Kendala Dalam Penegakan Hukum Lingkungan........... 9
BAB III PENUTUP...................................................................... 12
A. Kesimpulan..................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 13

ii

18

Anda mungkin juga menyukai