Anda di halaman 1dari 2

RS.

KRAMAT 128
Jl. Kramat Raya No. 128 Jakarta Pusat – 10430
Telp. : ( 021 ) 3909513, 3909514, 3908287, 3918288
Fax : ( 021 ) 3909125
Website : www.rskramat128.com Email : info@rskramat128.com

Dosis dan aturan pakai FDC disesuaikan dengan berat badan pasien. Untuk pasien TB dewasa
yang masuk dalam kategori I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali


Berat Badan selama 56 hari seminggu selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
≥ 71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Sedangkan untuk pasien TB dewasa yang masuk dalam kategori II, dosis dan aturan pakai FDC yang
harus diberikan yaitu:

Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3


Berat kali seminggu
badan Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
2 tab 4FDC
+ 500 mg Streptomisin 2 tab 2FDC + 2 tab
30 – 37 kg Inj. 2 tab 4FDC Etambutol
3 tab 4FDC + 750 mg 3 tab 2FDC + 3 tab
38 – 54 kg Streptomisin Inj. 3 tab 4FDC Etambutol
4 tab 4FDC + 1000 mg 4 tab 2FDC + 4 tab
55 – 70 kg Streptomisin Inj. 4 tab 4FDC Etambutol
5 tab 4FDC + 5 tab 2FDC + 5 tab
≥ 71 kg Streptomisin Inj. 5 tab 4FDC Etambutol

Catatan:
Setiap vial Streptomisin mengandung 750 mg dilarutkan dalam 3 ml aquabidest. Dosis ini dapat
dianggap sebagai 3 dosis @ 250 mg yang digunakan untuk kelompok pasien dengan BB 38 – 54 kg.
Untuk kelompok pasien dengan BB lain, dosisnya disesuaikan dengan jumlah tablet yang diminum,
misalnya untuk pasien yang memerlukan hanya 2 tablet, juga hanya memerlukan 2 ml suntikan
sterptomisisn (1 ml = 250 mg. Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun diberikan suntikan
streptomisin maksimum 500 mg/hari. Injeksi streptomisin diberikan setelah pasien selesai menelan
obat.

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan pada pasien TB BTA positif tidak terjadi konversi maka
diberikan OAT sisipan berupa tablet 4FDC setiap hari selama 28 hari.
Dosis dan aturan pakai FDC untuk anak-anak yaitu:

Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan tiap hari


Berat Badan selama 2 bulan selama 4 bulan
≤ 7 kg 1 tablet 3FDC 1 tablet 2FDC
8 – 9 kg 1,5 tablet 3FDC 1,5 tablet 2FDC
10 – 14 kg 2 tablet 3FDC 2 tablet 2FDC
15 – 19 kg 3 tablet 3FDC 3 tablet 2FDC
20 – 24 kg 4 tablet 3FDC 4 tablet 2FDC
25 – 29 kg 5 tablet 3FDC 5 tablet 2FDC
RS. KRAMAT 128
Jl. Kramat Raya No. 128 Jakarta Pusat – 10430
Telp. : ( 021 ) 3909513, 3909514, 3908287, 3918288
Fax : ( 021 ) 3909125
Website : www.rskramat128.com Email : info@rskramat128.com

OAT-FDC tersedia dalam kemasan blister. Tiap blister terdapat 28 tablet. Tablet 4FDC
dan 2FDC dikemas dalam dos yang berisi 24 blister @28 tablet. Untuk tablet etambutol 400 mg
dikemas dalam dos yang berisi 24 blister @ 28 tablet. Streptomisisn injeksi dikemas dalam dos
berisi 50 vial @ 750 mg. Untuk penggunaan streptomisin injeksi diperlukan aquabidest dan
disposable syringe 5 m l dan jarum steril. Aquabidest tersedia dalam kemasan vial @ 5
ml dalam dos yang berisi 100 vial.

Efek samping dari OAT-FDC umumnya sama dengan efek samping dari penggunaan
OAT yang dalam tablet terpisah. Beberapa efek samping yang muncul berupa hilangnya nafsu
makan, mual kadang disertai muntah, sakit perut, nyeri sendi, gatal dan kemerahan pada kulit,
kesemutan hingga rasa terbakar di kaki, gangguan keseimbangan. Selain itu efek samping
hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau karena kelebihan dosis. Efek
samping dari OAT tersebut diperkirakan terjadi pada sekitar 3 – 6 % pasien yang mendapat
pengobatan dengan FDC. Bila diketahui dengan pasti bahwa FDC penyebab efek samping
seperti yang disebutkan sebelumnya dan obat tersebut tidak dapat diberikan kembali, maka
pasien diberikan OAT yang dalam bentuk tablet terpisah (OAT kombipak).

Pengobatan TB perlu diperhatikan untuk pasien yang berada dalam kondisi khusus
misalnya pasien wanita hamil, pasien dengan penyakit tertentu seperti DM, gagal ginjal,
memiliki kelainan hati kronik. Untuk pengobatan TB pada wanita hamil perlu diperhatikan pada
penggunaan streptomisin. Streptomisin tidak dapat digunakan pada kehamilan. Hal ini karena
streptomisin bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta. Keadaan ini
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada
bayi yang akan dilahirkan.

Pasien DM harus selalu dikontrol dalam pengobatannya. Jika pasien juga menderita
TBC perlu diperhatikan dalam penggunaan rifampisin, karena rifampisin dapat mengurangi
efektivitas antidiabetika oral gol sulfonil urea sehingga perlu peningkatan dosis antidiabetika
tersebut. Pasien DM yang memperoleh pengobatan insulin seringkali terjadi
komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu perlu diperhatikan untuk pemberia etambutol
karena dapat memperparah kejadian tersebut.

SALAM SEHAT

TIM PROMKES

Anda mungkin juga menyukai