Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KELOMPOK 14 ADAPTASI FISIOLOGIS DAN ASUHAN PADA BAYI

BARU LAHIR

Dosen Pengampu : Julietta Hutabarat, M.Keb

DISUSUN OLEH :

Yusraini Hasibuan

Rizky Hafidzah Ulmi

Anggi Pertiwi Nasution

Nilam Marpaung

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI

D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Mah Esa atas segala rahmat nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Adaptasi Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir
dan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir”. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik fikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bias
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Medan, 30 Maret 2021

Penulis
LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menegaskan bahwa seorang anak berhak untuk
hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal, terhindar dari kekerasan dan diskriminasi. Selain
itu, Undang Undang Perlindungan Anak juga mengamanahkan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak; Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang
optimal sejak dalam kandungan.

Untuk menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang , dan terlindung dari


diskriminasi,kekerasan seperti penculikan dan perdagangan bayi baru lahir, maka pemenuhan
Hak bayi mendapat kebutuhan dasar harus diberikan , seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Eksklusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya
penculikan dan perdagangan bayi.

Program kesehatan anak merupakan salah satu kegiatan dari penyelenggaraan


perlindungan anak di bidang kesehatan, yang dimulai sejak bayi berada di dalam kandungan, masa
bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Program tersebut bertujuan untuk menjamin kelangsungan
hidup bayi baru lahir, memelihara dan meningkatkan kesehatan anak sesuai tumbuh
kembangnya, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak yang akan menjadi sumber daya
pembangunan bangsa di masa mendatang.

Ibu dan anak terutama bayi baru lahir merupakan kelompok masyarakat yang rentan dan
perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat, karena masih tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dimana Angka
Kematian Bayi Baru Lahir mencapai 2/3 dari total Angka Kematian Bayi.

Selain itu masalah kesehatan anak di Indonesia masih didominasi oleh tingginya angka kematian
bayi dan balita serta prevalensi balita gizi kurang. Oleh karena itu, telah ditetapkan indikator
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010 – 2014 sekaligus disesuaikan
dengan target pencapaian MDGs, yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari
34/1000 menjadi 23/1000 Kelahiran Hidup dan menurunkan prevalensi gizi kurang balita
menjadi 15 % pada tahun 2015, termasuk tidak terjadi lagi kasus penculikan dan perdagangan
bayi baru lahir ( zero toleran ) di Puskesmas dan Rumah Sakit.

Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan lain yaitu: meningkatnya ibu dengan HIV / AIDS,
pembunuhan bayi/anak sendiri (infanticide), rendahnya kondisi sosio-ekonomi yang memicu
terjadinya kekerasan dan penelantaran anak termasuk perdagangan atau penculikan bayi/ anak,
menjadi tantangan yang harus kita hadapi dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif bagi anak.

Gambaran situasi tersebut diatas menunjukkan bahwa masalah kesehatan ibu dan anak sangat
kompleks. Selama ini pelayanan kesehatan yang dilakukan lebih terfokus pada upaya agar bayi
dapat lahir dengan selamat dan kelangsungan hidup anak (child survival), tetapi belum
terintegrasi secara penuh untuk mencapai tumbuh kembang anak secara optimal, termasuk
perlindungan dari penculikan dan perdagangan bayi.

Kasus penculikan bayi menujukkan peningkatan dari 72 kasus di tahun 2008 menjadi 102 di
tahun 2009, diantaranya 25% terjadi di rumah sakit, rumah bersalin, dan puskesmas.(komnas
perlindungan anak, 2009).
Maraknya kejadian penculikan bayi yang terjadi di Puskesmas dan Rumah Sakit,
merupakan hal yang sangat memprihatinkan dan perlu diatasi oleh pemerintah dan masyarakat
untuk melindungi anak terhadap hak-haknya sesuai UU tersebut di atas. Walaupun pada tahun
2007, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 tentang Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO) yang isinya antara lain adanya sanksi pidana bagi pelaku, tetapi
belum disosialisasikan secara luas, sehingga sebagian besar tenaga kesehatan dan masyarakat
belum memahaminya.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan berbagai Peraturan Menteri Kesehatan dan


menyusun Pedoman Pelayanan Kesehatan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir di Puskesmas dan
jaringannya. Pedoman tersebut dipergunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan, diantaranya Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN), Pedoman
Asuhan Bayi Baru Lahir, Pedoman Asuhan Keperawatan bagi Ibu dan Bayi, dan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), yang hanya mengatur standar pelayanan yang bersifat
teknis medis, dan belum sepenuhnya berorientasi pada perlindungan anak. Untuk mencegah
terjadinya kasus penculikan dan perdagangan bayi baru lahir dan meningkatkan pengetahuan
petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya tentang perlindungan anak, maka perlu
disusun suatu Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak.

TUJUAN

Tujuan Umum:

Mampu memahami konsep adaptasi Fisiologis pada bayi baru lahir dan mampu memahami
asuhan segera pada bayi baru lahir.

Tujuan Khusus :

1. menjelaskan pengertian adaptasi fisiologis bayi baru lahir

2. mendeskripsikan tentang konsep esensial adaptasi fisiologi bayi baru lahir

3. mengidentifikasi periode transisi

4. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir.


BAB I

1.1 Pengertian Adaptasi Fisik Bayi Baru lahir

Adaptasi Fisik Bayi baru Lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan sehingga bayi baru lahir memerlukan
penanganan yang adekuat, karena penanganan yang kurang baik pada bayi baru lahir yang
sehat dapat mengakibatkan kelainan-kelainan / kecacatan seumur hidup, bahkan kematian.
Pencegahan merupakan hal yang terbaik yang harus dilakukan agar bayi baru lahir dapat
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan extra uterin sehingga neonatus
dapat melewati periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan


di luar uterus disebut juga homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan
fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Masa neonatus lebih tepat jika
dipandang sebagai masa adaptasi dari kehidupan ekstra uterin dari berbagai sistem. Pada bayi
kurang bulan, terdapat berbagai gangguan mekanisme adaptasi. Adaptasi segera setelah lahir
meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan
metabolisme). Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.

PERUBAHAN SISTEM PERNAPASAN


Perkembangan paru
Paru berasal dari benih yang tumbuh di rahim, yg bercabang-cabang dan beranting
menjadi struktur pohon bronkus.
Proses ini berlanjut dari kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun ketika jumlah bronkiol
dan alveol sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan gerakan pernapasan pada
trimester II dan III.
Ketidakmatangan paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru
lahir sebelum usia 24 minggu. Keadaan ini karena keterbatasan permukaan alveol,
ketidakmatangan sistem kapiler paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
Awal timbulnya pernapasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
2. Tekanan dalam dada, yang terjadi melalui pengempisan paru selama persalinan,
merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanik.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.

Upaya napas pertama bayi berfungsi untuk :


a. Mengeluarkan cairan dalam paru
b. Mengembangkan jaringan alveol paru untuk pertama kali.
Untuk mendapat fungsi alveol, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah melalui
paru.
Produksi surfaktan mulai 20 minggu kehamilan dan jumlahnya meningkat
sampai paru matang sekitar 30-34 minggu.
Surfaktan mengurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan
dinding alveol sehingga tidak kolaps pada akhir persalinan.
Tanpa surfaktan alveol akan kolaps setelah tiap kali pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Untuk itu diperlukan banyak energi pada
kerja tambahan pernapasan. Peningkatan energi memerlukan dan
menggunakan lebih banyak oksigen dan glukosa.Peningkatan ini
menimbulkan stress bayi.
Pada waktu cukup bulan, terdapat cairan didalam paru bayi.
Pada waktu bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru.
Seorang bayi yang dilahirkan melalui SC (Sectio Caesarea) kehilangan
manfaat perasan thorax ini dapat menderita paru basah dalam jangka waktu
lama.
Pada beberapa tarikan napas pertama, udara ruangan memenuhi trachea dan
bronkus bayi baru lahir.
Sisa cairan di dalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah. Semua alveoli akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu.
Fungsi pernapasan dalam kaitan dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.
Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami vasokonstriksi

Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang
berguna menerima oksigen yang berada dalam alveol, sehingga terjadi
penurunan oksigenasi ke jaringan,yang memperburuk hipoksia
Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveoli dan menyingkirkan cairan paru, dan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

PERUBAHAN SISTEM SIRKULASI


Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan.
Untuk menyelenggarakan sirkulasi terbaik mendukung kehidupan luar
rahim, harus terjadi :
a. Penutupan foramen ovale jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
1. Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun.
2. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
yang mengurangi volume dan tekanannya.

Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru utk
menjalani proses oksigenasi ulang.
Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan .
Oksigen pada pernapasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh paru (menurunkan resistensi pembuluh paru), ini akan
meningkatkan sirkulasi ke paru sehingga terjadi peningkatan volume darah
pada atrium kanan.
Dengan peningkatan tekanan pada atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsi akan menutup.
Dengan pernapasan kadar oksigen darah akan meningkat, sehinggamengakibatkan duktus
arteriosus mengalami konstriksi dan menutup.
Vena umbilikus, duktus arteriosus dan arteri hipogastrika tali pusat menutup
secara fungsi dalam beberapa menit setelah lahir dan tali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan

SISTEM THERMOREGULASI

 Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu , sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan.
 Saat bayi masuk ruang bersalin masuk lingkungan lebih dingin.
 Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan
darah bayi.

Pada lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan jalan utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas tubuh.

Pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merujuk pada penggunaan lemak


coklat untuk produksi panas

 Timbunan lemak coklat terdapat pada seluruh tubuh, mampu meningkatkan panas
sebesar 100%.
 Untuk membakar lemak coklat bayi membutuhkan glukosa guna mendapatkan energi
yang mengubah lemak menjadi panas.
 Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir.
Cadangan lemak coklat akan habis dalam waktu singkat karena stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat pada bayi. Bayi yang
kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia dan asidosis. Pencegahan kehilangan
panas menjadi prioritas utama dan bidan wajib meminimalkan kehilangan panas pada bayi
baru lahir.

 Fungsi otak memerlukan jumlah glukosa tertentu


 Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat.
 Koreksi penggunaan gula darah dapat terjadi 3 cara :
1. Melalui penggunaan ASI (setelah lahir bayi didorong untuk secepat mungkin menyusu
pada ibunya)
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis) Bayi
baru lahir tidak dapat menerima makanan dalm jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen (glukoneogenesis). Hal ini dapat terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama dalam hati selama bulan-bulan terakhir kehidupan di rahim.
 Bayi lahir yang mengalami hipotermia yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama
kehidupannya.
 Sangat penting menjaga kehangatan bayi segera setelah lahir.
 Jika persediaan glukosa digunakan pada jam pertama kehidupannya maka otak dalam
keadaan berisiko.
 Bayi baru lahir yang kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam
rahim/IUGR dan stress janin merupakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang atau digunakan sebelum lahir
SISTEM GASTRO INTESTINAL

Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan
Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah mulai terbentuk. Dengan baik
pada saat lahir.
Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan makanan terbatas, hubungan esofagus
bawah dan lambung belum sempurna sehingga mudah gumoh terutama bayi baru lahir dan
bayi muda. Kapasitas lambung terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan. Kapasitas
lambung akan bertambah bersamaan dengan tambah umur.Usus bayi masih belum matang
sehingga tidak mampu melindungi diri dari zat berbahaya, kolon bayi baru lahir kurang
efisien dalam mempertahankan air dibanding dewasa sehingga bahaya diare menjadi serius
pada bayi baru lahir.

PERUBAHAN SISTEM IMUNOLOGI


Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum matang sehingga rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang menyebabkan kekebalan alami dan buatan.
Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yg mencegah dan meminimalkan
infeksi
Beberapa contoh kekebalan alami :
1. perlindungan oleh kulit membran mukosa
2. fungsi saringan saluran napas
3. pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. perlindungan kimia oleh asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel darah yang membantu bayi
baru lahir membunuh mikroorganisme asing.
Tetapi sel darah masih belum matang sehingga bayi belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan akan muncul
kemudian
Reaksi bayi terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai
awal kehidupan.
Tugas utama bayi dan anak-anak awal membentuk kekebalan.
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi
Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih sangat lemah dan tidak
memadai.
Pencegahan pajanan mikroba seperti praktik persalinan aman, menyusui ASI dini dan
pengenalan serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
PERUBAHAN SISTEM GINJAL
Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasnya kecil hingga setelah lahir.
Urine bayi encer, berwarna kekuning-kuningan dan tidak berbau. Warna coklat dapat
disebabkan oleh lendir bebas membrane mukosa dan udara asam akan hilang setelah bayi
banyak minum. Garam asam urat dapat menimbulkan warna merah jambu pada urine, namun
hal ini tidak penting. Tingkat filtrasi glomerolus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular
terbatas. Bayi tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat mendapat asupan cairan,
juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi rendah dalam darah. Urine
dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih secara reflek. Urine pertama dibuang saat
lahir dan dalam 24 jam , dan akan semakin sering dengan banyak cairan.
1.2 Konsep-Konsep Esensial Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi merupakan hal yang
esensial dalam kehidupan ekstra uterin. Setelah lahir, bayi baru lahir harus mampu beradaptasi
dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir
bayi harus memenuhi kebutuhan oksigennya dengan menggunakan sistem pernafasannya
sendiri, begitu juga dengan sistem sirkulasi darahnya. Perubahan ini merupakan hal yang
sangat penting dan terjadi pertama kali setelah bayi lahir, karena transisi yang paling cepat
terjadi adalah pada sistem pernafasan, sirkulasi darah.

Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi, metabolik, dan
sistem neurologi bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan ektra uteri, dan mempertahankan kehidupan ekstrauterin.

1.3. Periode Transisi

Periode adaptasi sering disebut sebagai periode transisi, yaitu transisi dari kehidupan
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlangsung sampai 1 bulan atau lebih.
Periode transisi ini terbagi dalam beberapa fase, yaitu :

a.Periode tidak stabil / fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama kehidupan, yang akan
dialami oleh seluruh bayi, dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan
melahirkan. Baik bayi baru lahir prematur maupun aterm akan melewati fase ini.

b. Pada periode pertama reaktifitas (segera setelah lahir), pernafasan cepat dapat mencapai 80
kali permenit, dan pernafasan cuping hidung sementara, retraksi, dan suara seperti mendengkur
dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali permenit selama beberapa menit
pertama kehidupan.

c. Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang, rileks, dan tertidur. Tidur pertama
ini dikenal sebagai fase tidur dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam.
d. Periode kedua reaktifitas, dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan respons berlebihan
terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosi, dan denyut
jantung cepat.

e. Lendir pada mulut dapat menyebabkan masalah besar bagi bayi baru lahir, misal- nya
tersedak, tercekik dan batuk.

Tabel tersebut di atas menjelaskan tentang perubahan –perubahan yang terjadi setelah
bayi baru lahir. salah satu contoh perubahan yang terjadi adalah berfungsinya paru-paru bayi,
hal ini terjadi setelah tali pusat bayi dipotong, maka secara fisiologis paru-paru bayi akan
berfungsi, dimana sebelumnya fungsi paru-paru dilakukan oleh placenta selama dalam
kandungan, Alveoli yang sebelumnya kolaps setelah lahir menjadi berkembang.
1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Bayi Baru Lahir
a. Riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap
kehamilannya dan pengalaman pengasuhan bayi. Contoh dari faktor ini misalnya pada ibu
hamil dengan riwayat antepartum atau riwayat saat hamil dengan status gizi yang kurang dapat
melahirkan bayi prematur, bila bayi lahir prematur tentu organ-organ tubuhnya belum bisa
berfungsi secara sempurna, misal produksi surfactan yang belum terbentuk sempurna dapat
mengganngu kerja dari sistem pernafasan, dimana hal tersebut bisa berpengaruh pada
kemampuan bayi untuk beradaptasi dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm. Begitu juga
dengan riwayat ibu yang terpapar zat toxic dapat menyebabkan gangguan pada bayi yang
berlanjut pada gangguan pada proses adaptasi.

b. Riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan, tipe analgesik atau
anestesi intrapartum. contoh dari faktor ini misalnya bayi lahir dengan lama persalinan dalam
kategori lama akan perpengaruh pada fungsi vital bayi.

c. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi dari kehidupan intra- uterin ke
kehidupan ekstrauterin. Kemampuan adaptasi bayi baru lahir juga dipengaruhi oleh
kematangan dari masing-masing organ tubuh bayi baru lahir. Contoh ini hampir sama dengan
contoh riwayat antepartum ibu, misal bayi prematur dimana fungsi organ vital masih belum
sepurna, seperti produksi surfactan yang belum sempurna, maka hal ini bisa berdampak pada
kemampuan alveoli untuk berkembang dengan sempurna, yang berakibat pada terjadinya
asfiksia bayi baru lahir.

d. Kemampuan petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada
saat terjadi. Kemampuan petugas dalam hal ini bidan juga sangat berkon- tribusi pada
keberhasilan neonatus dalam melewati masa transisinya. Bila bidan kurang memahami tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir maka bayi akan muda jatuh dalam
kondisi yang tidak diinginkan. Misalnya pada bayi baru lahir akan terjadi proses penyesuaian
suhu tubuh, dari kondisi suhu intra uterin yang hangat ke kondisi ektrauterin yang tergantung
suhu lingkungan, bila bidan tidak memahami hal tersebut maka bayi bisa jatuh dalam kondisi
hipotermi. Misalnya saat menolong bayi baru lahir, bidan tidak segera
membersihkan/mengeringkan tubuh bayi dari air ketuban, maka bayi mudah jatuh dalam
kondisi hipotermia yaitu kondisi suhu tubuh bayi rendah <36,5°C.
BAB II

2.1 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan komprehensif bagi bayi baru lahir
dimulai sejak janin dalam kandungan sampai dengan bayi berumur 28 hari, maka setiap tenaga
kesehatan harus mematuhi standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Standar yang dijadikan
acuan antara lain : Standar Pelayanan Kebidanan (SPK), Pedoman Asuhan Persalinan Normal
(APN), dan Pelayanan Neonatal Esensial Dasar.

Pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi bayi baru lahir, diselenggarakan dengan
mengikuti hal-hal sebagai berikut :

a. Selama kehamilan Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan minimal empat kali di
fasilitas pelayanan kesehatan, agar pertumbuhan dan perkembangan janin dapat
terpantau dan bayi lahir selamat dan sehat.

Tanda-Tanda Bayi Lahir Sehat :

A. Berat badan bayi 2500-4000 gram;


B. Umur kehamilan 37 – 40 mg;
C. Bayi segera menangis,
D. Bergerak aktif, kulit kemerahan,
E. Mengisap ASI dengan baik,
F. Tidak ada cacat bawaan

2.2 TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR


Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:

1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:


 Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat
ibunya dalam ruangan yang sama.
 Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau
di ruangan khusus.
 Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
 Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/
poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
 Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada
saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.

2.3 PENGERTIAN PENCEGAHAN INFEKSI

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi
baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi
baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.

2.4.PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI

Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu dan
pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu mencegah penyebaran
infeksi :

Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir


Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi menularkan
infeksi
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan
Pakai –pakaian pelindung dan sarung tangan.

Gunakan teknik aseptik.


Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

2.5.TINDAKAN UMUM PENCEGAHAN INFEKSI

Tindakan pencegahan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :

Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak


dengan bayi.

Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet

penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola
karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.

Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop, dan


benda- benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)
Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan
mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih,
hangat dan sabun setiap hari.

Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan


orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

JENIS-JENIS PENCEGAHAN INFEKSI PADA NEONATUS


Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat talipusat yang berarti menjaga agar luka
tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi
diletakkan di sebelah bawah talipusat. Apabila talipusat kotor, cuci luka talipusat dengan air
bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus
dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoles ramuan, abu
dapur dan sebagainya pada luka talipusat, karena akan menyebabkan infeksi dan tetanus
yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi talipusat yang harus
diwaspadai, antara lain kulit sekitar talipusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau
busuk. Mengawasi dan segera melaporkan kedokter jika pada tali pusat ditemukan
perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk
Pencegahan infeksi pada kulit

Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit bayi baru lahir
atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu
yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan
terkandung dalam air susu ibu.
Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir
dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir
dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat.
Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0.5% atau Nitrasn, Argensi 1%), biarkan obat tetap
pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat
mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru
lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering
kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.

Imunisasi

Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi
segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah
lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan program nasional,
meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian
imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.
BAB III
3.1. JENIS PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR
1. Asuhan bayi baru lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan Normal.
pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat.
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau
rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama
24 jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
 Pencegahan infeksi (PI)
 Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
 Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu
serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
 Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
 Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
 Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal
 Pemeriksaan bayi baru lahir
 Pemberian ASI eksklusif

Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):
1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix, kemudian
tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan KULIT
bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya
diselimuti dan bayi diberi topi.
4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri mencari puting
susu ibu.
5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali prilaku bayi sebelum menyusu
6. Biarkan KULIT bayi bersentuhan dengan KULIT ibu minimal selama SATU JAM; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam
7. Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat
dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 MENIT
atau 1 JAM berikutnya

Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata
dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi hepatitis B
(Hb 0) pada paha kanan.

Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi


Hepatitis B (HB 0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam
setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.

• Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg


intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

• Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin 1%).
• Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan hepatitis b melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.

Pemeriksaan Bayi BaruLahir

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Risiko
terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/
bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi
tenaga kesehatan yang memeriksa.

Waktu pemeriksaan bayi baru lahir:

Baru lahir sebelum usia 6 jam. Baru lahir sebelum usia 6 jam.

Usia 6-48 jam Usia 6-48 jam

Usia 3-7 hari Usia 3-7 hari

Minggu ke 2 pasca lahir Minggu ke 2 pasca lahir

Langkah langkah pemeriksaan:

• Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).


• Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada
bawah, denyut jantung serta perut.
• Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah memegang
bayi.
Pemeriksaan Fisik yang dilakukan Keadaan Normal
Lihat postur, tonus dan aktivitas tungkai dan lengan fleksi
Bayi sehat bergerak aktif

Lihat kulit berwarna merah muda

Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding tidak ada tarikan dinding dada yang dalam
dada bawah ketika bayi sedang tidak menangis

Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop denyut jantung normal 120-160 kali/menit
di dada kiri setinggi apeks kordis.

Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer Suhu normal adalah 36,5 - 37,5º C

Lihat dan raba bagian kepala bentuk kepala asimetris

Lihat mata Tidak ada kotoran/sekret

bagian dalam mulut Bibir, gusi, langit-langit utuh

Masukkan satu jari yang menggunakan Nilai kekuatan isap bayi


sarung tangan ke dalam mulut, raba langit- langit

Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas

Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan

Lihat punggung dan raba tulang belakang Kulit terlihat utuh


Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Tidak terdapat sindaktili,

Rawat Gabung Bayi


Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan
hanya ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis.
Tidak diberi dot atau kempeng.
Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
 Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir
 Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
 Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/ bidan/perawat, dapat dilaksanakan di
puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi
Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali
pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai
bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).

Pemulangan Bayi:

 Bayi dipulangkan dalam keadaan sehat


 Harus ada bukti dokumen serah terima bayi kepada pihak keluarga
 Jadwalkan kunjungan neonatus (KN-2) pada umur 3-7 hari dan KN-3 pada umur 8-28 hari
 KIE tentang asuhan perawatan bayi di rumah termasuk tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir (memanfaatkan buku KIA)
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York Fakultas Kedokteran
UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medica Aesculapius.
2. Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak,
EGC, Jakarta
3. Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
4. Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta
5. Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: CV. Sagung
6. Seto Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai