Anda di halaman 1dari 59

JAWABAN UAS MATA KULIAH : TEORI SOSIAL PEMBANGUNAN DAN

KEMISKINAN

1. Pembangunan suatu bangsa terutama Indonesia sangat penting dalam rangka

mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik ke depannya.

a. Makna pembangunan yang dilaksanakan Indonesia mulai kita merdeka sampai

sekarang ini adalah :

1. Orde Lama

Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967,

pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan

sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional:

 TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai

Garis-Garis Besar Haluan Negara

 TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan

Nasional Semesta Berencana 1961-1969,

 Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan

Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.

Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam melakukan

pembangunan Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam mencipatakan iklim

Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses mengrehablitasi dan

merekontruksi yang di amanatkan oleh MPRS ini diutamakan dalam melakukan

perubahan perekonomian untuk mendorong pembangunan nasional yang telah didera

oleh kemiskinan dan kerugian pasca penjajahan Belanda.

1
Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali dengan lahirnya

“Panitia Pemikir Siasat Ekonomi”. Perencanaan pembangunan 1947 ini masih

mengutamakan bidang ekonomi mengingat urgensi yang ada pada waktu itu

(meskipun di dalamnya tidak mengabaikan sama sekali masalah-masalah nonekonomi

khususnya masalah sosial-ekonomi, masalah perburuhan, aset Hindia Belanda,

prasarana dan lain lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa

perencanaan semacam itu maka cita-cita utama untuk “merubah ekonomi kolonial

menjadi ekonomi nasional” tidak akan dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi jika

tidak diperkuat oleh Undang-Undang yang baku pada masa itu.

Sekitar tahun 1960 sampai 1965  proses sistem perencanaan pembangunan mulai

tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih sangat labil telah menyebabkan

tidak cukupnya perhatian diberikan pada upaya pembangunan untuk memperbaiki

kesejahtraan rakyat.

Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram.

Persediaan beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk

mengimpor beras serta memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Harga barang

membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi yang samapai 650 persen ditahun

1966. keadaan plitik tidak menentu dan terus menerus bergejolak sehingga proses

pembangunan Indonesia kembali terabaikan sampai akhirnya muncul gerakan

pemberontak G-30-S/PKI, dan berakir dengan tumbangnya kekuasaan presiden

Soekarno.

2. Orde Baru

2
Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia

(G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1

Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang

memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu

untuk keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden.  Surat yang

kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) itu

diartikan sebagai media pemberian wewenang kepada Soeharto secara penuh.

Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam

program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali

dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional.

Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa kerdaulatan dalam

politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial

budaya. Tekad ini tidak akan bisa terwujud tanpa melakukan upaya-upaya

restrukturisasi di bidang politik (menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus

feodalisme, menjaga keutuhan teritorial Indonesia serta melaksanakan politik bebas

aktif), restrukturisasi di bidang ekonomi (menghilangkan ketimpangan ekonomi

peninggalan sistem ekonomi kolonial, menghindarkan neokapitalisme dan

neokolonialisme dalam wujudnya yang canggih, menegakkan sistem ekonomi

berdikari tanpa mengingkari interdependensi global) dan restrukturisasi sosial budaya

(nation and character building, berdasar Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila serta

menghapuskan budaya inlander).

3
Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Pendapatan

perkapita juga meningkata dibandingkan dengan masa orde lama.

Kesemuanya ini dicapai dalam blueprint nasional atau rencana pembangunan nasional.

Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki rencana-rencana pembangunan lima

tahun (Depernas) dan kemudian memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta

Berencana Delapan-Tahun (Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana

Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita

V,dan Repelita VII (Bappenas).

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun

1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan

krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin

merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan

sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul

demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran

adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di

Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-

ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti. Keempat mahasiswa yang gugur

tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.

Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle

Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan

membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU

Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU

4
Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk

karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya

penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

3. Reformasi

Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan rakyat kepada

presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto

mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya

kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan

Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.

Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,

pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya

pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

Selain itu pada masa ini juga memberi  kebebasan dalam menyampaikan pendapat,

partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-

partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan

kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan

pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan

dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).

Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan

kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh dan untuk

5
rakyat, sehingga dengan dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa

orde baru,kehidupan perekonomian Indonesia dapat didorong oleh siap saja.

Selain pemabangunan nasional pada masa ini juga ditekankan kepada hak daerah dan

masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-masing, sehingga pembangunan

daerah sangat diutamakan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang no

32/2004,Undang-Undang 33/2004, Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan

Aceh, Undang-Undang 21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini

mencerminkan keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya kepada

pemerintah dan rakyat di daerah agar daerah dapat menentukan pembangunan yang

sesuai ratyatnya inginkan.

b. Menurut pandangan saya letak perbedaan titik pembangunan yang dilaksanakan

pada setiap rezim pemerintahan di Indonesia adalah :

1. Rezim Orde Lama

Pada masa Orde Lama atau era Presiden Soekarno, strategi pembangunan didasarkan

perencanaan pembangunan lebih menekankan pada usaha pembangunan politik, hal

ini sesuai dengan situasi saat itu yaitu masa perjuangan fisik untuk mempertahankan

kemerdekaan nasional,

 Tahun 1947 dimulai suatu perencanaan beberapa sektor ekonomi dan diberi nama

Plan Produksi Tiga Tahun RI untuk tahun 1948, 1949, dan 1950, ditujukan

terhadap bidang- bidang pertanian, peternakan, perindustrian dan kehutanan. Dan

juga beberapa program lainnya.

6
 Rencana Kasimo (Kasimo Plan) Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan

MakananI J Kasimo. Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-

1950) mengenai usaha swasembada pangan.

 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara,

dibentuk pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo pada tahun 1947.  Tugas biro ini

merancang pembangunan jangka panjang.  Ir Juanda diangkat sebagai menteri

perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan

LimaTahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961.

Badan ini tidak dapat berjalan dengan baik karena,  adanya depresi ekonomi di

Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun1957 dan awal tahun 1958

mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot, selain itu masih adanya

perjuangan pembebasan Irian Barat, dan nasionalisasi perusahaan- perusahaan

Belanda di Indonesia, hal ini menimbulkan gejolak ekonomi. Adanya ketegangan

antara pusat dan daerah, menyebabkan banyak daerah yang melaksanakan

kebijakan ekonominya masing-masing. 

 Pada masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967, MPR

Sementara (MPRS) menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar

perencanaan nasional yaitu TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto

Politik republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPRS

No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional

Semesta Berencana 1961-1969, dan Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang

Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan

Pembangunan.

7
2. Rezim Orde Baru

Di awal kekuasaannya, Pemerintah Orde Baru mewarisi kemerosotan ekonomi yang

ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Kemerosotan ekonomi ini ditandai oleh

rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang hanya mencapai 70 dollar

AS, tingginya inflasi yang mencapai 65 persen, serta hancurnya sarana-sarana

ekonomi akibat konflik yang terjadi di akhir pemerintahan Soekarno. Untuk

mengatasi kemerosotan ini, pemerintah Orde Baru membuat program jangka pendek,

yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi,

peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang.

Mulai tahun 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan

yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita

pertama yang mulai dilaksanakan tahun 1969 tersebut, fokus pada rehabilitasi

prasarana penting dan pengembangan iklim usaha, dan investasi. Pembangunan

sektor pertanian diberi prioritas, untuk memenuhi kebutuhan pangan sebelum

membangun sektor-sektor lain. Repelita I membawa pertumbuhan ekonomi naik dari

rata-rata 3 persen menjadi 6,7 persen per tahun, pendapatan perkapita meningkat dari

80 dolar AS menjadi 170 dolar AS, dan inflasi dapat ditekan menjadi 47,8 persen

pada akhir Repelita I pada tahun 1974. Repelita II (1974-1979) dan Repelita III

(1979-1984), fokus pada pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan

pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri yang

mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

Tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai status swasembada beras dari yang tadinya

merupakan salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an.

8
Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V (1989-1994), selain berusaha

mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai bergerak menitikberatkan

pada sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri

yang menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang

dapat menghasilkan mesin-mesin industri.

3. Rezim Reformasi

Ketiadaan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) di era reformasi, telah mendorong

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadirkan UU No 17/2007, tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025. Strategi

pembangunan yang sesuai konteks Indonesia. Ekonomi Indonesia memadukan

pendekatan sumber daya (resources), pengetahuan (knowledge), dan budaya (culture).

Pertumbuhan ekonomi yang dianut adalah pertumbuhan disertai pemerataan, growth

with equality, agar benar-benar membawa rasa adil. Ekonomi dalam negeri yang

berdimensi kewilayahan, daerah-daerah menjadi kekuatan ekonomi lokal. Dengan

strategi pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja, pro-rakyat miskin, dan pro-lingkungan

diletakkan dalam kerangka pembangunan nasional.

RPJP Nasional ini merupakan, dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005 sampai dengan 2025

diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Pelaksanaan RPJP Nasional

2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi

perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-

2014. Mendorong percepatan pembangunan wilayah-wilayah di luar pulau jawa,

9
sambil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di pulau jawa. Sejalan dengan itu,

diluncurkan pula Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025. Melalui MP3EI, pendekatan terobosan

(breakthrough), tidak ‘business as usual’, dan kebijakan terpadu (integrated policy)

dilakukan dalam pengembangan  koridor ekonomi wilayah, konektivitas wilayah, dan

sumber daya manusia. RPJM ini merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5

(lima) tahun terdiri dari : RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II

Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, RPJM Nasional IV Tahun

2020–2024.

RPJM tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

setiap tahunnya. RKP rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas

pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup

gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta

program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam

bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan

pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

-Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan

pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh). RPJP Nasional untuk tahun 2005

sampai dengan 2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.

-Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) adalah dokumen

perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang merupakan

penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah, dengan berpedoman pada

RPJP Daerah serta memerhatikan RPJM Nasional.

10
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, mewujudkan masyarakat yang

berahklak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab.

c. Indonesia sampai saat ini belum begitu berhasil meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya karena :

1. Rancangan anggaran yang disampaikan oleh pemerintah tidak menjamin sama sekali

akan terjadi pergerakan ekonomi riil yang dilaksanakan masyarakat. Belanja, subsidi,

dan stimulus fiskal tidak memberikan dorongan bagi tumbuhnya perekonomian riil

masyarakat. Sebagai penikmat terbesar ketiga kebijakan tersebut adalah orang kaya

dan atau pihak asing.

2. Tekanan pertumbuhan ekonomi masih hanya difokuskan pada tingkat konsumsi dan

sebagian besar disokong oleh fiskal antara lain melalui mekanisme belanja gaji.

Kebijakan ekonomi tidak mendorong bagi kuatnya daya beli masyarakat, sehingga

pertumbuhan yang disampaikan oleh pemerintah tidak benar-benar terjadi atau semu

belaka.

3. Pemerintah tidak memperhatikan sektor profesi yang sebagian besar digeluti oleh

mayoritas masyarakat Indonesia, terutama dalam pertanian dan kelautan (nelayan).

Pemerintah juga tidak mendukung bagi tumbuhnya industri kecil yang sehat yang

merekrut banyak pegawai. Sebagian besar kebijakan negara adalah memfasilitasi

tumbuhnya industri besar yang sebagian besar saham dimiliki pihak asing dan hanya

merekrut sedikit pegawai, sambil mematikan usaha kecil dan menengah yang

merekrut jauh lebih banyak karyawan.

4. Pemerintah masih hanya melayani jajaran pegawai pemerintahan, sambil tidak fokus

memperhatikan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan kenaikan gaji pegawai

11
negeri 5% yang notabene merupakan kelanjutan dari kenaikan gaji 15% pada tahun

sebelumnya, dan itu dilakukan kepada semua pegawai, sebenarnya bukan merupakan

usulan yang strategis. Kenaikan ini tidak memperhatikan rasa keadilan masyarakat.

Di tengah buruknya kinerja pelayanan dan perhatian pada tumbuhnya perekonomian

dan pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, justru para pegawai negeri

mendapat tambahan penghasilan. Argumen penataan birokrasi melalui kenaikan gaji

merupakan simplifikasi dari problem birokrasi yang demikian akut. Selain itu,

kenaikan ini memicu inflasi yang berdampak buruk pada sebanyak-banyaknya

anggota masyarakat.

5. Pemerintah tidak cukup serius menghitung kapasitas fiskal dan memberikan pagu

besar kepada bidang strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi riil dan

kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun, yang terjadi justru kapasitas

fiskal yang rendah, yang ditandai oleh defisit besar, semakin dihamburkan oleh

kebijakan kenaikan gaji pegawai negeri. Selain itu, bidang-bidang pertahanan yang

selama ini selalu mendapat disklaimer dari BPK mendapat kenaikan yang sangat

besar. Sementara itu, pelayanan dasar dan tunjangan sosial kepada masyarakat, baik

secara langsung dalam bentuk tunai maupun pelayanan dasar seperti pendidikan dan

kesehatan cenderung menurun.

6. Pemerintah juga masih mengandalkan utang sebagai tumpuan pembiayaan atas defisit

yang disebabkan inefisiensi dan penghamburan gaji. Tahun 2010 utang dalam negeri

diperbesar dan mengurangi utang luar negeri. Namun, meskipun mengurangi rasio

utang terhadap PBD, tapi tidak ada kaitan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

12
Membesarkan utang dalam negeri juga berarti pula menambah beban yang

disebabkan bunga utang yang lebih tinggi.

7. Struktur perekonomian Indonesia dengan mudah ambruk karena berat di atas rapuh di

bawah. Hal itu terjadi karena kurang seimbangnya perhatian yang diberikan

pemerintah Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai kini pada pengembangan

ekonomi kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah dibandingkan

dengan kelompok-kelompok usaha besar. Kelompok-kelompok usaha besar ini dalam

perkembangannya kurang menjalin hubungan yang sifatnya saling memperkuat

dengan kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah.

8. Komitmen Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan sosial masih rendah. Pada

umumnya Daerah lebih berkomitmen untuk program-program yang berkaitan

langsung dengan pertumbuhan ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur.

Pembangunan kesejahteraan sosial belum dipahami sebagai investasi sosial, dan

sebaliknya masih dipahami sebagai program pemborosan atau konsumtif. Oleh karena

itu, tentu sulit mengharapkan kinerja pembangunan kesejahteraan sosial, selama tidak

ada komitmen yang kuat, mulai dari Pusat hingga ke Daerah.

9. Pengelolaan sumber daya manusia belum maksimal dan rendahnya kualitas sumber

daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal paling penting dari suatu

bangsa. Nasionalisme baru berbasis kualitas itu yang membuat manusia Indonesia

bisa bermartabat, duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan bangsa lain.

Pembangunan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan modern, kecakapan

ilmu dan teknologi merupakan proses belajar yang harus dilakukan seumur hidup bila

bangsa kita hendak survive dalam globalisme yang mencekam dan memangsa

13
bangsa-bangsa yang lemah atau rentan karena kurangnya pendidikan. Bagi Indonesia

nasionalisme baru yang berbasis pada ilmu-teknologi, moralitas dan kemanusiaan,

merupakan pembentuk identitas kebangsaan yang kokoh dan kenyal.

10. Para pejabat banyak yang korupsi. Korupsi adalah kejahatan yang mencederai

amanah rakyat. Para wakil rakyat dan politisi hendaknya mempertebal keyakinan

akan pentingnya bersiasat dengan etika dan meneladani para pahlawan yang rela mati

demi bangsa dan negara. Kenyataannya bahwa separuh lebih kepala daerah

tersangkut kasus korupsi. Hanya menunjukkan bahwa desentralisasi ternyata juga

mendesentralisasikan virus praktik-praktik korupsi anggaran pembangunan.

Banyaknya agenda pilkada membuat anggaran negara terkuras untuk biaya politik

dan demokrasi, sementara untuk belanja sosial kesejahteraan semakin mengecil.

d. Yang lebih berperan dalam proses pelaksanaan pembangunan suatu bangsa

khususnya Indonesia adalah Negara.

Pemerintahan beserta seluruh aparaturnya memiliki peran dan tanggung jawab terhadap

pembangunan negara karena pembangunan merupakan jembatan menuju kesejahteraan

rakyat dan di dalam sebuah tatanan negara terkandung lembaga-lembaga negara beserta

aparatur negara yang dapat melaksanakan pembangunan untuk seluruh rakyat dan

akhirnya mewujudkan tujuan negara itu sendiri, yaitu kesejahteraan umum.

Pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat memiliki makna yang

sangat luas. Pembangunan dapat dimaknai dari berbagai sisi dan perspektif, baik dari

segi sosial, ekonomi, budaya, politik dan hal lain yang menyangkut hak serta kebebasan

rakyat dalam suatu negara atau pemerintahan. Setiap negara memiliki tujuan yang

menjadi target untuk diwujudkan. Dari banyak tujuan dan target yang telah ditentukan,

14
kesejahteraan rakyat merupakan salah satu hal yang terus menerus diusahakan

perwujudannya. Cara untuk menyejahterakan rakyat adalah dengan memajukan

pembangunan di berbagai sektor, seperti sektor ekonomi, pendidikan, pertahanan dan

keamanan serta sektor yang lainnya. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,

pembangunan yang dilaksanakan oleh negara bukanlah perkara mudah yang dapat

diselesaikan dalam waktu singkat, dibutuhkan proses cukup panjang dengan

mengerahkan segala sumber daya yang ada agar pembangunan dapat membuahkan

ksejahteraan rakyat. Negara memiliki lembaga-lembaga dan aparatur-aparatur yang

memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan yang diatur

melalui mandate kepala negara dengan didasari oleh tujuan dan cita-cita nasional

sehingga maju atau mundurnya pembangunan yang dilakaukan tentu berkaitan dengan

kualitas dan kinerja lembaga serta aparatur negara. Oleh karena itu pembangunan erat

kaitannya dengan negara sebab negaralah yang mengatur segala proses pembangunan

dan negara pula yang menentukan arah pembangunan yang sesuai dengan jati diri

bangsa dan tujuan serta cita-cita nasional.

e. Negara Indonesia sangat luas wilayahnya oleh karenanya sangat sulit untuk

meratakan pelaksanaan pembangunan ke seluruh wilayah Indonesia ini. Pendapat

saya tentang masalah ini adalah :

Hingga saat ini, pembangunan di Indonesia masih punya satu tantangan besar:

pemerataan. Bukan rahasia lagi, pembangunan selama dua dekade ini lebih terkonsentrasi

di Pulau Jawa. Akibatnya, perkembangan pesat memusat di pulau ini yang menyumbang

Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 58 persen. Tingginya angka ini dikarenakan pulau

ini memiliki dukungan paling lengkap untuk mengembangkan perekonomian dibanding

15
pulau lain di seluruh Indonesia. Akibat dari pola pembangunan itu, sebagian besar wilayah

Indonesia terutama di Indonesia bagian timur, mengalami perkembangan yang lamban.

Padahal ada banyak potensi yang tersimpan di dalam area –area luar jawa terutama

kekayaan sumber alam. Tetapi sayangnya belum tergarap dengan baik. Dengan

kesenjangan antarwilayah di Indonesia yang bersifat kompleks dan multisektoral, berbagai

upaya untuk mengatasinya masih perlu ditingkatkan lagi. Pembangunan yang merata juga

harus pula dirancang sejak awal sehingga pembangunan tak lagi hanya terpusat di kota.

Selain antarwilayah, ketimpangan juga terjadi antara kawasan perkotaan dan pedesaan.

Keduanya memiliki kualitas pelayanan dasar yang tidak merata. Padahal, hal ini sangat

krusial bagi produktivitas ekonomi dan kesejahteraan sosial penduduk. Paradoks ini

diprediksi akan semakin lebar pada masa mendatang sehingga menyebabkan ketimpangan

wilayah lebih besar. Ketimpangan wilayah yang terus berlanjut akan memperlemah suatu

daerah, akibat dari pengurasan sumber daya oleh daerah yang lebih maju serta

berpindahnya penduduk usia produktif dari daerah tertinggal. Untuk mengatasi

ketimpangan wilayah yang terjadi antarwilayah dan intrawilayah, strategi yang

dikedepankan mengarah pada pembangunan dengan karakteristik wilayah tertentu, yaitu

pembangunan wilayah dengan potensi dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi nasional

yang tinggi, dengan menitikberatkan pada percepatan pembangunan pusat-pusat

pertumbuhan dan pembangunan perkotaan metropolitan. Kemudian, pembangunan

wilayah dengan skala ekonomi wilayah dan ekonomi lokal yang potensial, dengan

menitikberatkan pada pembangunan pusat kegiatan wilayah atau lokal, kawasan

perdesaan, dan kota-kota sedang. Pembangunan wilayah dengan infrastruktur dan

pelayanan dasar yang tertinggal, yang menitikberatkan pada pembangunan di daerah

16
tertinggal, kawasan perbatasan, daerah kepulauan, dan kawasan timur Indonesia. Strategi

tersebut dijalankan untuk mengatasi berbagai isu utama pembangunan yang menimbulkan

ketimpangan wilayah di Indonesia, yakni konektivitas dan aksesibilitas yang tidak merata;

pelayanan dasar yang tidak merata; pemanfaatan sumber daya alam (SDA) lokal dalam

pembangunan yang tidak optimal, yang dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik wilayah;

tidak optimalnya pembangunan wilayah dengan keragaman kultur dan sosial budaya

masyarakat; kebijakan afirmasi dan pendanaan pembangunan yang kurang merata; dan

persebaran pusat-pusat pertumbuhan yang tidak merata.

Rakyat-rakyat Indonesia yang berada di pinggiran, di kawasan perbatasan, di pulau-pulau

terdepan, di kawasan terisolir merasakan hadirnya negara, merasakan buah pembangunan,

dan merasa bangga menjadi Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keadilan sosial

harus mampu diwujudkan secara nyata dalam kehidupan segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia.

1. Percepatan pembangunan secara Optimal

Pembangunan secara optimal yang dimaksud ialah mendorong percepatan

pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis yang selama ini masih belum

berkembang secara optimal. Misalnya, ada sebuah daerah yang sebenarnya sangat

potensial untuk dijadikan objek pariwisata. Nah, infrastruktur daerah tersebutlah yang

harus dipercepat pembangunannya. 

2. Fokus pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil

Ini bisa dilakukan meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan

wilayah yang tertinggal dan terpencil. Salah satunya dengan kegiatan mengirim guru-

guru muda (sarjana pendidikan) untuk mengajari di daerah tertinggal dan terpencil.

17
3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan

Wilayah-wilayah perbatasan di Indonesia memang kurang mendapatkan perhatian

dibanding dengan wilayah lain. Untuk mengembangkan wilayah perbatasan itu dapat

dilakukan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung

berorientasi melihat ke dalam menjadi melihat keluar. Artinya, pemerintah harus bisa

melakukan harmonisasi dengan negara tetangga yang ada di perbatasan tersebut. 

4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan

Menyeimbangkan pembangunan antarkota metropolitan, besar, menengah dan kecil

secara hierarki dalam suatu sistem pembangunan perkotaan nasional. Namun, pastinya

pemerintah akan melakukan usaha terbaiknya untuk bisa menyeimbangkan hal

tersebut. 

5. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi

Kegiatan ekonomi di pedesaan dan diperkotaan harus ditingkatkan sekaligus

terintegrasi. Untuk memudahkan proses produksi, distribusi, hingga sampai ke tangan

masyarakat. Semakin mudah kegiatan ekonomi antara desa dan kota, maka laju

pertumbuhan ekonomi juga akan semakin membaik.

6. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang

Supaya pembangunan itu bisa merata harus menengok kembali ke hierarki perencanaan

(RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota) sebagai

acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antarsektor dan antarwilayah.

 7. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, ada dua provinsi

yang tingkat gizi buruknya sangat tinggi, yaitu >30%. Provinsi tersebut adalah adalah

18
NTT diikuti Papua Barat. Data lima tahun yang lalu tersebut menjadi bahan kajian

untuk pemerintah dalam pemerataan kebutuhan pokok. Tapi, selain pangan juga jangan

dilupakan kebutuhan pokok lainnya yakni sandang dan papan.

8. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan

Banyak anak-anak yang belum menerima pendidikan yang layak. Selain itu, , tentunya

pelayanan kesehatannya belum memadai. 

9. Pemerataan kesempatan kerja

Salah satu bentuk belum meratanya kesempatan kerja di daerah dan di kota. Bagi orang

pedesaan, magnet kota-kota besar masih sangat kuat untuk mengadu nasib.

2. Setiap negara dimanapun negara itu berada sudah dapat dipastikan mempunyai cita-

cita untuk menghapuskan “kemiskinan” di negaranya masing-masing`

a. Pendapat saya tentang pernyataan di atas : setuju

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah tercantum tujuan pembangunan

nasional yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, material, dan

spiritual berdasarkan Pancasila, di dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia yang

merdeka, berdaulat, dan bersatu, dalam suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram,

tertib, dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka,

bersahabat, tertib, dan damai. Namun maraknya kegiatan dan perencanaan pembangunan

belum sepenuhnya mampu mensejahterakan bangsa dan negara. Pembangunan di berbagai

sektor juga belum dapat menampung dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Dapat kita

lihat bahwa hingga kini masalah kemiskinan belum bisa di tanggulangi dengan baik.

Bahkan semakin maraknya pembangunan semakin menambah deret kemiskinan di negeri

ini. Ketidak sesuaian antara tujuan pembangunan dengan realita yang terjadi di lapangan

19
dapat menimbulkan berbagai masalah. Perencanaan dan program pembangunan belum

dapat menanggulangi kemiskinan di Negara Indonesia. Selain itu munculnya berbagai

faktor yang mempengaruhi kegagalan penanggulangan kemiskinan. Karena itu dibutuhkan

strategi pembangunan yang tepat guna menanggulangi kemiskinan di Negara Indonesia.

b. Menurut pendapat saya, kemiskinan sulit dihapuskan dengan tuntas.

Kemiskinan merupakan salah satu masalah serius dalam proses pembangunan nasional di

Indonesia. Masalah ini seolah-olah tidak dapat dituntaskan secara serius, pada-hal upaya

pemerintah telah memperkenalkan berbagai paket dan program yang melibatkan sejumlah

pakar kemiskinan nasional dan internasional. Hakekatnya belum ada keberlanjutan

(sustainability) sistem penanganan kemiskinan baik dalam satu rezim kekuasaan maupun

pada saat peralihan rezim. Pada dasarnya maraknya perencanaan pembangunan dan

berbagai kegiatan pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah belum bisa mengatasi

dan menghilangkan kemiskinan. Adanya ketidak merataan pembangunan dianggap sebagai

salah satu penyebab kegagalan pembangunan yang menimbulkan kemiskinan. Bermacam-

macam program pengentasan kemiskinan telah diterapkan juga guna mengatasi fenomena

kemiskinan, namun kiranya belum bisa mampu mengatasi permasalahan tersebut. Berbagai

faktor muncul dan menyebabkan kegagalan penanggulangan kemiskinan di Negara

Indonesia. Kurang tepatnya penanggulangan yang dilakukan pemerintah mengakibatkan

fenomena kemiskinan akan selalu ada. Hal ini juga terjadi karena kurangnya pemahaman

pemerintah mengenai kemiskinan tersebut. Dan masih banyak faktor-faktor lain yang

kemudian mengganggu jalannya program kemiskinan. Dari adanya kegagalan tersebut

perlu adanya strategi pembangunan yang tepat guna menanggulangi kemiskinan di Negara

Indonesia. Strategi ini kiranya dapat menanggulangi dan mengurangi jumlah kemiskinan

20
dan mampu mewujudkan cita-cita yang telah ada tercantum dalam UUD 1945. Pemerintah

diharapkan mampu merencanakan dan memeratakan pembangunan yang ada.

Upaya pengentasannya harus dimulai dengan melihat fenomena kemiskinan dalam

masyarakat itu sebagai sesuatu yang kompleks yang telah terjadi dalam dimensi waktu

yang lama. Bukan hanya sekedar fenomena sesaat dan akibat dari persoalan ekonomi

semata. Pengidentifikasian yang komprehensif dan tepat terhadap proses kemiskinan dalam

masyarakat harus dilakukan, sebelum upaya atau langkah strategis dilakukan. Karena tanpa

itu maka apapun upaya dilakukan tidak akan memecahkan akar persoalan dari kemiskinan

yang dialami oleh masyarakat. Dewasa ini, pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam

mengentasi kemiskinan dianggap sebagai obat mujarab untuk mengatasi akar permasalahan

kemiskinan dalam masyarakat. Namun penerapan pendekatan itu, perlu pula diawasi secara

seksama dan kritis, terutama terhadap para pelaku pemberdaya. Karena diakui oleh banyak

kalangan bahwa pelaku pemberdaya ini juga menjadi sumber ketidakberhasilan dalam

upaya pelaksanaan program pemberdayaan bagi masyarakat dalam mengentasi kemiskinan.

Sementara itu bagi para pelaku pemberdaya harus lebih awal mengahayati filosofi

pendekatan pemberdayaan, memiliki kapasitas yang memadai tentang substansi

pemberdayaan, dan memiliki komitmen pada penerapan nilai-nilai etis dan prinsip-prinsip

dasar keadilan dalam praktek pemberdayaan kepada masyarakat. Demikian juga bagi

masyarakat miskin, harus sadar dan berusaha bangkit dari ketidakberdayaan yang dialami

dan melihat bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir semata, tetapi hanya merupakan

konstruksi sosial. Dengan demikian , maka upaya pengentasan kemiskinan masyarakat

melalui pendekatan pemberdayaan yang menjadi strategi unggulan akan berdampak positif

(berhasil) dalam menurunkan angka kemiskinan di negara ini.

21
c. Letak hubungan penerapan berbagai teori sosial pembangunan dengan kemiskinan

Teori sosial pembangunan dibutuhkan oleh negara berkembang untuk mereduksi

kemiskinan. Setidaknya, teori tersebut dapat menjadi jalur bagi kita, untuk keluar dari

kemiskinan yang ada.

Dalam penjelasan tiga teori pembangunan dapat dilihat bahwasanya teori pembangunan

sangat berkaitan dengan teori kemiskinan. Pada teori kemiskinan dijelaskan bahwa

kemiskinan disebabkan oleh dua hal dominan, yaitu perilku dan struktur sosial. Jika

melihat kemiskinan disebabkan oleh perilaku, maka teori modernisasi adalah teori yang

memiliki hubungan paling erat karena dasar asumsi yang sama. Teori modernisasi yang

beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh ketidakmampuan negara dunia ketiga

beradaptasi dengan modernisasi yang disebabkan oleh halangan budaya juga sejalan

dengan teori perilaku yang menagatakan kemiskinan itu sebagai persoalan tingkah laku.

Benar sekali bahwa kemiskinan juga disebabkan oleh perilaku manusia tapi tidak benar jika

budaya juga ikut dikambing hitamkan. Budaya sebagai sebuah kekayaan di suatu negara

tidak seharusnya dikatakan sebagai penghalang pembangunan. Yang seharusnya

dikembangkan adalah bagaimana budaya dapat mendorong tumbuhnya pembangunan.

Selanjutnya teori struktural yang menjelaskan bahwa kemiskinan merupakan efek dari

struktur sosial seperti kesenjangan ekonomi antara kalangan atas dengan bawah, efek

kebijakan dan lainnya dapat dikaitkan dengan teori sistem dunia dan dependensi. Dalam

jurnal yang ditulis oleh Muhammad Syawie yang berjudul kemisikinan dan kesenjangan

dapat disimpulkan bahwa kebijakan yang salah yang diambil oleh pemerintah akan

mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi di Indoensia

seolah-olah hanya mengarah pada modernisasi tetapi melupakan kondisi negara yang

22
memiliki lahan pertanian yang sangat besar. Dalam toeri sistem dunia kita mengenal

adanya negara periferi dan semiperiferi. Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya

dengan ketersediaan SDA dimanfaatkan oleh negara inti sebagai negara yang menyediakan

bahan mentah untuk meningkatkan perekonomian negara inti, baik itu dengan adanya

pembagian hasil atau untung. Tetapi bagi Indonesia yang menjadi negara periferi bagi

negara maju akan menimbulkan ketergantungan yang tinggi karena SDA yang ada di

eksploitasi lalu dibagi keuntungannya dan juga langsung diolah. Keuntungan-keuntungan

yang dijadikan sebagai penerimaan negara tersebut menjadikan Indonesia tergantung pada

negara inti.

d. Indek Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup

untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasi apakah sebuah

negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk

mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki tiga dimensi yang digunakan sebagai dasar

perhitungannya:

1. Umur panjang dan hidup sehat yang diukur dengan angka harapan hidup saat

kelahiran

2. Pengetahuan yang dihitung dari angka harapan sekolah dan angka rata-rata lama

sekolah

3. Standar hidup layak yang dihitung dari Produk Domestik

Bruto/PDB (keseimbangan kemampuan berbelanja) per kapita

23
Dari pengertian di atas, terdapat tiga unsur dasar pembangunan manusia untuk

mengukur IPM, yaitu :

(1) Usia harapan hidup

Usia Harapan Hidup Unsur dasar pembangunan manusia yang pertama adalah Usia

harapan hidup. Usia harapan hidup menggambarkan usia maksimum yang diharapkan

oleh seseorang untuk bertahan hidup. Pembangunan terhadap manusia harus lebih

mengarahkan upaya agar penduduk dapat mencapai pada usia harapan hidup yang

panjang. Indikator dari harapan hidup diantaranya adalah :

(1) Angka kematian bayi.

(2) Penduduk yang diperkirakan tidak mencapai umur 40 tahun.

(3) Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan.

(4) Persentase penduduk yang sakit.

(5) Rata-rata lamanya penduduk sakit.

(6) Persentase penduduk mengobati sendiri penyakitnya.

(7) Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis.

(8) Persentase balita yang kurang gizi.

(9) Persentase rumah tangga yang memiliki akses ke sumber air minum bersih.

(10) Persentase rumahtangga yang menghuni rumahnya berlantai tanah.

(11) Persentase penduduk tanpa adanya akses terhadap fasilitas kesehatan.

(12) Persentase rumah tangga tanpa adanya akses terhadap sanitasi.

(2) Pengetahuan

Pengetahuan Unsur dasar pembangunan manusia yang ke-2 adalah pengetahuan.

Pengetahun atau tingkat pendidikan juga diakui sebagai unsur yang mendasar dari

24
pembangunan manusia. Indikator Pendidikan antara lain: Angka melek huruf, rata-rata

lamanya bersekolah, angka partisipasi sekolah (APS), angka putus sekolah (Drop Out),

dan lain-lain.

(3) Standar hidup layak.

Unsur dasar pembangunan manusia yang ke-3 adalah standar hidup layak. Indikator

Standar Hidup Layak dilihat dari daya beli meliputi antara lain:

(1) Jumlah penduduk yang bekerja.

(2) Jumlah pengangguran terbuka.

(3) Jumlah dan persentase penduduk miskin.

(4) PDRB riil per kapita.

3. Teori Sosial Pembangunan yang sudah pernah diimplementasikan di berbagai negara di

belahan dunia.

a. 3 (tiga) teori sosial pembangunan yaitu:

1. Teori Modernisasi

Areif Budiman dalam buku Sosiologi pembangunan dunia ketiga menyebutkan bahwa

asumsi dasar dari teori modernisasi adalah adanya dikotomi antar masyarakat modern

dan masyrakat tradisional, sehingga peran serta dari masyarakat modern sangat dominan

dan dianggap postif untuk sebuah pembangunan. Sehingga teori ini mengganggap jika

terjadi kegagalan dalam pembangunan itu bukan disebabkan oleh faktor eksternal

melainkan faktor internal masyarakat tradisional yang tidak sanggup berubah.

Sisi Positif : Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah, modernisasi

seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern

25
sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam

masyarakat itu sendiri. Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan komentar dari

berbagai fihak, terutama dari kelompok pendukung teori Dependensi, sehingga

timbul paradigma baru yang dikenal sebagai teori Modernisasi Baru.

Sisi negatif : ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan negara Dunia

Ketiga.

Tokoh-tokoh teori modernisasi:

1.  Harrod-Domar

Bependapat bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah

menambahkan investasi modal. Prinsip dasar : kekurangan modal, tabungan dan

investasi menjadi masalah utama pembangunan.

2.   Walt .W. Rostow

Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of growth- models) proses

pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat yang terbelakang

ke masyarakat yang maju dengan tahap2 sebagai berikut:

1. Masyarakat Tradisional dan masyarakat pertanian. Ilmu pengetahuan masih belum

banyak dikuasai.

2. Prakondisi untuk Lepas Landas dan masyarakat tradisional terus bergerak

walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi

untuk lepas landas. Contoh adanya campur tangan  untuk meningkatkan tabungan

masyarakat terjadi, dimana tabungan tsb dimanfaatkan untuk sektor2 produktif

yang menguntungkan. Misal : Pendidikan

26
3. Lepas Landas yang ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang

menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Tabungan dan investasi yg efektif

meningkat dari 5% - 10 %.

4. Bergerak ke Kedewasaan dan teknologi diadopsi secara meluas.

5. Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi dan  Pada tahap ini pembangunan sudah

berkesinambungan

3.   David McClelland

Teori: need for Achievement (n-Ach). kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana

mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan

n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika

seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.

2.  Teori Ketergantungan/ Dependensi

Pada teori ketergantungan dijelaskan bahwa keadaaan ketergantungan merupakan

keadaan yang dialami oleh seluruh dunia ketiga. Keterganutngan ini disebabkan karena

permasalahan ekonomi karena mengalirnya surplus ekonomi dari negara ketiga ke

negara maju.

Sisi positif : Menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara

Dunia Ketiga. Teori ini mewakili suara negara-negara pinggiran untuk menantang

hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual dari negara maju. Teori ini

menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia ketiga

kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan).

Sisi negatif : Kolonialisme yang pernah tumbuh subur dikebanyakan negara-negara

berkembang

27
3.Teori sistem dunia

Dalam teori sistem dunia, dunia ini dibagi kepada 4 bagian, yaitu negara inti, negara

periferi, negara smei periferi dan negara eksternal. Negara init merupakan negara

kapitalis dominan yang mengeksploitasi negara periferi dalam hal bahan produksi

mentah. Negara perifrei merupakan negara yang berganutng modal pada negara inti.

Negara semi prefirei berada di antara kedua negara ini karena ia menerima efek dari

hubungan negara inti dan negara periferi. Dan negara eksternal merupakan negara yang

berada diluar sistem dunia.

Sisi positif : Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara

ekonomis dan kesemuanya memiliki tujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral

yang mapan secara ekonomi.

Sisi negatif : Hasil yang ada memang tercapainya pertumbuhan ekonomi dan kebebasan

dalam masyarakat, tetapi ketimpangan dalam masyarakatpun dapat terjadi. Dimana yang

kuat posisinya dalam usaha pertumbuhan  lebih mampu menikmati hasil pertumbuhan

ekonomi, sedangkan yang berkedudukan lemah kurang berkesempatan meningkatkan

kualitas kehidupannya.

b. Diantara ketiga teori diatas , apakah sudah pernah diimplementasikan di Indonesia

Di Indonesia teori Rostow pada masa Soeharto dilaksanakan sebagai landasan

pembangunan jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu 5

tahunan , yang terkenal dengan pembangunan 5 tahun ,dengan demikian implementasi

teori Rostow berdasarkan 5 tahap teori Rostow yaitu ; masyarakat tradisional ->

Prakondisi tinggal landas -> masyarakat tinggal landas -> menuju kedewasaan -> High

28
konsumsi. Maka soeharto mengaplikasikan agar pembangunan merata  dengan

menerapkan 5 tahap pembangunan Teori W.W Rostow.

Keunggulan Teori Rostow :

1. Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1)

masyarakat tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat

tinggal landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan

konsumsi biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada

pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari pencapaian

tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju.

Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak

Negara berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.

2. Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh

sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara

tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:

a) Dana investasi dari pajak yang tinggi

b) Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal

c) Melalui perdagangan internasional

d) Investasi langsung modal asing

Kelemahan teori Rostow :

1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh

teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh

pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah

sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.

29
2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh

kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi

produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi

eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa

mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang

akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat

tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.

3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari

investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan

prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini

biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-

lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl

Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang

untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak

seimbangan posisi karena Negara berkembang tersebut berposisi sebagai debitor,

sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah kreditor. Negara berkembang

selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang

tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang

ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang

sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk

menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju kemajuan

yang diharapkan. 

30
4. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang

disampaikan oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana

mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak

memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari

sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan

sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada

kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di Indonesia. 

c. Teori pertumbuhan Rostow terdiri dari “Skema Lima Tahap” (five stage scheme) :

Dalam bukunya ”The Stages of Economic Growth” (1960), Rostow memaparkan

pembangunan negara dari tradisional menuju modern melalui lima tahap.

Lima tahap pembangunan menurut W. W. Rostow:

a.  Masyarakat tradisional

Sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan

cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila

dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh

struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah. Pada masyarakat

tradisional ilmu pengetahuan belum begitu banyak dikuasai , karena masyarakat pada

saat itu, masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar

kekuasaan menusia atau hal gaib . manusia yang percaya akan hal demikian, tunduk

kepada alam dan belum bias menguasai alam akibatnya produksi sangat terbatas

masyarakat tradisioanal itu cenderung bersifat statis (kemajuan berjalan sangat lamban)

produksi dipakai untuk konsumsi sendiri, tidak ada di investasi. Generasi ke generasi

31
tidak ada perkembangan , dalam hal ini yaitu antara orangtua dan anaknya, memilki

pekerjaan yang sama dan keduduakn yang sederajat.

Ciri-ciri tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif, dan tingkat produktifitas

masyarakat rendah.

2.  Struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan

nenek moyang mereka.

3.  Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan tanah.

Contoh : Suku Baduy di Jawa Barat.

Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di

wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan

oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para

peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab

Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Bahasa yang

mereka gunakan adalah Bahasa Sunda  dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi

dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka

tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes 'dalam' tidak

mengenal budaya tulis. Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes

mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus

ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek

moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk

warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni

dunia.

32
b. Pra-kondisi tinggal landas

Selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai sebuah

pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi

industri. Konsekuensi perubahan ini, yang mencakup juga pada perkembangan

pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-sektor primer berlebihan. Sebuah prasyarat

untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang berlangsung dalam satu

abad terakhir.

Pembangunan ekonomi menurut Rostow sadalah suatu proses yang menyebabkan

perubahan karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem

politik, struktur social, system nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya. Jika

perubahan seperti itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah terjadi.

Suatu masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang demikian sifatnya,

dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering terjadi, boleh dianggap sudah berada pada

tahap prasyarat tinggal landas.

Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi

dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan

sendiri (self-sustainable growth). Menurut Rostow, pada tahap ini dan sesudhnya

pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.

Tahap prasyarat tinggal landas ini mempunyai 2 corak. Pertama adalah tahap prasyarat

lepas landas yang dialami oleh Negara Eropa, Asia, Timur tengah, dan Afrika, dimana

tahap ini dicapai dengan perombakan masyarakat tradisional yang sudah lama ada.

Corak yang kedua adalah tahap prasyarat tinggal landas yang dicapai oleh Negara-

negara Born free (menurut Rostow) seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dimana

33
Negara-negara tersebut mencapai tahap tinggal landas tanpa harus merombak system

masyarakat yang tradisional. Hal ini disebabkan oleh sifat dari masyarakat Negara-

negara tersebut terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifit-sifat yang dibutuhkan

oleh suatu masyarakat untuk tahap prasyarat tinggal landas.

Seperti telah diungkapkan dimuka, Rostow sangat menekankan perlunya perubahan-

perubahan yang multidimensional, karena ia tak yakin akan kebenaran pandangan yang

menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah dicipkatan hanya jika

jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat tersebut tingkat tabungan yang tinggi

akan mengakibatkan tingkat investasi tinggi pula sehingga mempercepat pertumbuhan

ekonomi yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional. Namun menurut Rostow

pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-perubahan lain

dalam masyarakat. Perubahan-perubahan itulah yang akan memungkinkan terjadinya

kenaikan tabungan dan penggunaan tabungan itu sebaik-baiknya.

Perubahan-perubahan yang dimaksud Rostow misalnya kemampuan masyarakat untuk

menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan-penemuan baru yang

bisa menurunkan biaya produksi. Disamping itu harus ada pula orang-orang yang

menggunakan penemuan baru tersebut untuk memodernisir cara produksi dan harus

didukung pula dengan adanya sekelompok masuyarakat yang menciptakan tabungan dan

meminjamkannya kepada wiraswasta, yang inovativ untuk meningkatkan porduksi dan

menaikkan produktivitas. Singkatnya, kenaikan investasi yang akan menciptakan

pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata tergantung

pada kenaikkan tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan radikal dalamsikap

34
masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi, pengambilan resiko

dan sebagainya.

Selain hal-hal diatas, Rostow menekankan pula kenaikan tingkat investasi hanya

mungkin terjadi jika terjsdi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan disektor

pertanian, pertambangan dan prasarana harus terjadi semata-mata dengan proses

peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya

kenaikan produktivitas di sector pertanian dan perkembangan di sector pertambangan.

Menurut Rostow, kemajuan sector pertanian mempunyai peranan penting dalam masa

peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Peranan sector pertanian tersebut

antara lain, pertama, kemajuan pertanian menjamin penyediaan bahan makanan bagi

penduduk di pedesaan maupun diperkotaan. Hal ini menjamin penduduk agar tidak

kelaparan dan menghemat devisa kerena import bahan makanan dapat dihindari. Kedua,

kenaikan produktivitas di sector pertanian akan memperluas pasar dari berbagai kegiatan

industri. Kenaikan pendapatan petani akan memperluas pasar industri barng-barang

konsumsi, kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar industri-industri

penghasil input pertanian modern seperti mesin-mesin pertanian dan pupuk kimia,

kenaikan pendapatan disektor pertanian akan menciptakan tabungan yang bisa

digunakan sector lain (terutama industri) sehingga bias meningkatkan investasi di sector-

sektor lain tersebut.

Biasanya kondisi pada saat ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari

masyarakat yang lebih sudah maju. Masyarakat didalmnya tidak mampu untuk

mengubah dirinya sendiri, atau bukan karena factor internal dari masyarakat itu sendiri.

35
Dikarenakan adanya goncangan campur tangan dari luar maka timbullah berkembang

ide pembaharuan.

Contoh : Seperti yang terjadi di jepang ,dengan di bukanya masyarakat ini pada saat itu

terjadi nya peningkatan tabungan masyarakat ,kemudian tabungan itu dipakai untuk

melakukan investasi pada sector-sektor produktif yang menguntungkan,misalnya

pendidikan ,investasi yang dilakukan baik perorangan maupun oleh Negara , maka

terbentuklah Negara tradisional yang sentralistis  . Singkatnya, usaha dalam

meningkatkan produksi mulai bergerak pada saat itu.

c. Tinggal landas (Lepas Landas)

Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama

dari pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang

tidak membutuhkan dorongan dari luar. Seperti, industri tekstil di Inggris, beberapa

industri dapat mendukung pembangunan. Secara umum “tinggal landas” terjadi dalam

dua atau tiga dekade terakhir. Misalnya, di Inggris telah berlangsung sejak pertengahan

abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke-17.

Pada tahap ini telah tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan

ekonomi, serta tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10 %

dari pendapatan nasional atau lebih. Industry-industripun mulai berkembang dengan

sangat pesat keuntungan nya sebagian besar ditanamkan ke industry yang baru. Dan

sector modern dalam perekonomian pun berkembang.

Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini

terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti seperti revolusi politik,

terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar baru.

36
Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-

inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat

laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.

Denga demikian tingkat pendapatan perkapita semakin besar.

Untuk mengetahui apakah sesuatu negara sudah mencapai tahap tinggal landas atau

belum, Rostow mengemukakan tiga ciri dari masa tinggal landas yaitu:

1.  Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 persen atau

kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Netto atau NNP.

2. Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju

perkembangan yang tinggi.

3.  Adanya atau segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan

yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang

bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.

Contohnya : Teknik-teknik pertanian yang mulai tumbuh dan berkembang. Pertanian

menjadi usaha kormesial untuk mencari keuntungan bukan sekedar konsumsi sendiri.

Karena peningkatan dalam produkfitas pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam

proses lepas landas, sebab proses modernisasi membutuhkan hasil pertanian yang

banyak supaya proses perubahan dapat dijangkau. Teknik penanaman jamur yang telah

dikembangkan oleh ahli-ahli dalam bidang pertanian, agar produksi jamur lebih diminati

dan lebih memiliki pasar yang luas,

d. Menuju Kedewasaan

37
Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan,

meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Pendapatan asional selalu di investasikan

kembali sebesar 10% sampai 20%, untuk mengatasi persoalan pertambahan penduduk.

Kedewasaan pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40 hingga

60 persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya

industri kimia atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran

ekonomi dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal

landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun 1900. Kedewasaan dimulai ketika

perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi teknik-tiknik produksi, tetapi juga

dalam aneka barang yang diproduksi. Yang diproduksikan bukan saja terbatas pada

barang konsumsi, tetapi juga barang modal.

Contoh : Industry berkembang dengan pesat, Negara menetapkan posisinya dalam

perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di impor sekarang di produksikan

didalam negari, impor baru menjadi kebutuhan, jadi untuk mengimbangi barang impor

maka barang-barang ekspor harus berkualitas.

Misalnya saja ekspor dan impor batik di Indonesia, batik di indonsia mempunyai potensi

dan kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan impor batik yang ada di Indonesia,

kebanyakan dari Negara Malaysia dan Negara Srilanka, jadi ekspor batik Indonesia lebih

berkualitas dari impor batik yang ada di Indonesia.

e. Era konsumsi tinggi

Ini merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow. Pada tahap

ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di masyarakat

38
itu mendapat kemakmuran dan keseberagaman sekaligus. Menurut Rostow, saat ini

masyarakat yang sedang berada dalam tahapan ini adalah masyarakat Barat atau Utara.

Pada tahap ini perhatian masyarakat sudah lebih menekankan pada masalah-masalah

yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada

masalah produksi.

Terdapat 3 macam tujuan masyarakat atau negara yaitu:

1.  Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa

berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.

2. Menciptakan negara kesejahteraan dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian

pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif

3.  Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok yang meliputi pula

barang yang tahan lama dan barang mewah.

Selain itu juga, investasi untuk menigkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang

utama. Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambugan yang bias

menopang kemajuan secara terus-menerus. Pada masa ini rostow juga berbicara tentang

keperluan akan adanya sekelompok wiraswastawan yakni orang-orang yang berani

melakukan tindakan pembaharuan meskipun ada resiko. Terdapat dua kondisi social

yang menyebabkan lahirnya para wiraswastawan ini, yaitu :

1. Adanya masyarakat modern yang ingin mencapai kekuasaan melalui cara-cra

konvensional. Tetapi masyarakat tradisional tidak memberikan hak kepada

masyarakat modern karena masyarakat tradisional itu premitif.

39
2.  Masyarakat tradisional cukup fleksibel atau memberikan kebebasan kepada warganya

untuk mencari kekayaan atau kekuasaan politik untuk menaikkan statusnya ditengah-

tengah masyarakat.

Kelompok ini lah yang akan menjadi tenaga pendorong untuk melakukan pembaharuan,

melupakan kelompok yang, memiliki semangat tinggi karena tatanan social politik tidak

mengekang dirinya.

Contoh : Pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan mobil,

setiap kenaikan satu juta kiloliter berarti menambah subsidi Rp1,9 triliun. Karena itu,

pemerintah akan mengarahkan kebijakan penghematan subsidi BBM bagi pengendara

sepeda motor.

d.Makna, sasaran dan strategi dari pembangunan sosial:

Definisi pembangunan sosial menurut Midgley (2005:34) adalah pendekatan pembangunan

yang secara eksplisit berusaha mengintegrasikan proses ekonomi dan sosial sebagai kesatuan

dari proses pembangunan yang dinamis, membentuk dua sisi dari satu mata uang yang sama.

Pembangunan sosial tidak akan terjadi tanpa adanya pembangunan ekonomi, begitu pula

sebaliknya pembangunan ekonomi tidaklah berarti tanpa diiringi dengan peningkatan

kesejahteraan sosial masyarakat secara menyeluruh.

Lebih lanjut Moeljarto dalam Prayitno (2009) berpendapat, bahwa sekurang-kurangnya


pembangunan sosial itu memiliki tiga kategori makna (Moeljarto T., 37-40), yaitu
(1) pembangunan sosial sebagai pengadaan pelayanan masyarakat,
(2) pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk mencapai tujuan sosial yang
kompleks dan bervariasi, dan
(3) pembangunan sosial sebagai upaya yang terencana untuk meningkatkan kemampuan
manusia untuk berbuat.

40
Meminjam asumsi Todaro, ada tiga sasaran yang seyogyanya dicapai dalam pembangunan
sosial, yaitu :
1. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan pokok.
2. Meningkatkan taraf hidup, yaitu selain meningkatkan pendapatan, memperluas
kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar
terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki
bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai
individu ataupun sebagai suatu bangsa.
3. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa
dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam
hubungan dengan orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan
kesengsaraan manusia. Pembangunan, dengan demikian, harus dipahami sebagai suatu
proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional.

Midgley (2005:149-201) mengemukakan ada tiga strategi besar, yaitu:


1.  Pembangunan  Sosial oleh Individu, di mana kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
dapat diangkat ketika para individu berusaha untuk mengangkat kesejahteraan mereka
masing-masing. Pendekatannya lebih mengarah pada pendekatan individualis dan
pendekatan enterprise (usaha).
2. Pembangunan Sosial oleh Masyarakat, di mana masyarakat saling bekerja sama secara
harmonis serta memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan mereka,
memecahkan permasalahan mereka dan berusaha menciptakan kesempatan guna
memperbaiki hidup. Pendekatannya lebih dikenal dengan nama pendekatan
kemasyarakatan.
3. Pembangunan Sosial oleh Pemerintah, di mana pembangunan sosial dilakukan oleh
pemerintah, dengan agen-agennya yang khusus, pembuatan kebijakan, para perencana dan
administraturnya. Negara mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan dan
memiliki tanggung jawab mengangkat kesejahteraan seluruh warganegaranya.
Pendekatannya lebih dikenal dengan nama pendekatan statist / negara.

41
Berkaitan dengan kondisi Indonesia yang kompleks, ternyata tidak dapat dipilih satu dari tiga
strategi tersebut, tetapi ketiga strategi tersebut perlu terus dilaksanakan. Artinya, ketika
pemerintah melakukan pembangunan sosial, maka peran-peran dari swasta dan sektor ketiga
(masyarakat madani) terus ditumbuhkan. Sehingga, tidak terjadi dominasi pemerintah dalam
penanganan pembangunan sosial. Masing-masing pihak terus menunjukkan kiprahnya.
Bahkan, bisa melakukan sinergi untuk mempercepat proses pembangunan sosial. Jika swasta
dan sektor lain mampu memberikan kontribusi pada Negara, maka diharapkan akan dapat
mengurangi beban pemerintah. Sehingga, pemerintah bisa mengalokasikannya untuk
program strategis lainnya.
Di Indonesia konsep tentang pembangunan sosial melalui bentuk kebijakan sosial sudah lama

dilakukan. Hal ini tertuang dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada saat

Pembangunanan Jangka Panjang (PJP) I yang meliputi bidang ekonomi, Agama, Sosial dan

Budaya serta Pertahanan dan Keamanan. Keempat bidang tersebut merupakan arah

pembangunan sosial yang berupaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam

mendapatkan akses bagi upaya peningkatan kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial yang telah

dibuat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di masyarkat dan meminimalisir

permasalahan sosial yang terjadi.

Dalam hal ini kebijakan sosial yang mendorong arah pembangunan sosial di indonesia

terbagi oleh berberapa sektor diantaranya adalah: sector pendidikan, sector kebudayaan,

sector IPTEK dan penelitian, sector kesehatan, sector keluarga berencana, sector

kependudukan, sector kesejahteraan social dan sector peranan wanita.

Kesepuluh sektor tersebut merupakan bagian dari pembangunan sosial yang menjadi

tumpuan pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial yang telah di

buat melalui kesepuluh sektor tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan

kapasitas dan pemberdayaan bagi masyarakat indonesia. Setiap masyarakat berpartisipasi

dalam pembangunan sosial melalui berbagai aspek yang telah dilakukan oleh pemerintah.

42
Mengacu pada Conyers dalam Suharto (2005. h. 7) bahwa karakteristik utama pembangunan

sosial terdiri dari 3 bagian diataranya:

1. Pembangunan sosial sebagai pemberi layanan sosial yang mencakup program nutrisi

kesehatan, pendidikan, perumahan dsb. Secara keseluruhan pemberian kontribusi kepada

perbaikan standar hidup masyarakat.

2. Pembangunan sosial sebagai upaya penwujudan nilai-nilai kemanusiaan, seperti keadilan

sosial, keamanan dan ketentraman hidup, kemandirian keluarga dan masyarakat.

3. Pembangunan sosial sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

mengambil keputusan dan mengaktualisasikan diri.

Dengan demikian kebijakan sosial yang telah dibuat dalam PJP I merupakan arah

pembangunan sosial yang tepat dalam menangani permasalahan sosial di indonesia. Dimana

kebijakan sosial itu sendiri adalah seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana

dan strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politis pemerintah atau lembaga

pemerintah kedalam program dan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang

kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial seringkali menyentuh dan berkaitan dengan bidang

sosial seperti kesehatan, pendidikan, perumahan dan rekreasional.

Dari berbagai kebijakan yang telah di buat pada masa pemerintahan Orde Baru sangat terlihat

jelas bagaimana arah kebijakan sosial yang ditujukan untuk meningkatkakan derajat

kesejahteraan sosial itu sendiri dan kebijakan aksi program yang telah dilaksanakan pada

masa lalu, pada intinya memuat komitmen yang tegas dan kuat mengenai perlunya

penanganan segera terhadap penyebab utama masalah sosial yang di kemas dalam tiga

agenda besar yaitu:

43
1. Pengentasan kemiskinan

2.  Perluasan kerja produktif dan pengurangan pengangguran

3.  Peningkatan integrasi sosial.

Ketiga agenda besar tersebut menjadi dasar arah kebijakan sosial yang akan dilakukan pada

masa berikutnya. Penanganan permasalahan sosial di indonesia dibutuhkan beberapa

pendekatan yang bersihat holostik dan komperhensif melalui kebijakan sosial.

Pada masa Reformasi sekarangpun kebijakan sosial yang dibuat guna mencapai

pembangunan sosial masih terus dilakukan. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai kebijakan

sosial yang dilakukan pemerintah melalui Departemen Sosial (sekarang Kementerian Sosial)

dalam menangani permasalahan Penyandang Masalahan Kesejahteraan Sosial baik melalui

pendekatan Residual berupa bantuan sosial maupun Incremental. Arah yang dicapai dalam

pembangunan sosial pada saat ini tidak hanya pada satu sektor saja yang dikoordinir oleh

Kementrian Sosial,  namun sudah mengacu pada berbagai sektor kebijakan sosial yang lebih

luas seperti berbagai program yang telah dilakukan tiap-tiap Kementerian berupa progam

PNPM, KUR, BLT, PKH, PAMSIMAS dan lain sebagainnya. Kebijakan sosial yang bersifat

holistik inilah yang menjadi salah satu tumpuan dari penanganan permasalahan sosial di

indonesia. Dengan demikian kebijakan sosial yang lintas sektor dan terintegrasi merupakan

bagian dari terwujudnya pembangunan sosial di indonesia sampai sekarang.

4. Kita masih banyak melihat adanya negara miskin di dunia ini baik di Asia, Afrika

maupun di benua lainnya.

a. Negara-negara di benua Asia maupun di benua Afrika masih cukup banyak yang

mengalami kemiskinan karena:

1. Kurangnya Investasi

44
2. Infrastruktur yang Kurang Memadai
3. Kualitas Sumber Daya Manusia

4. Dampak Kolonialisme

5. Ketidaksetaraan Pendapatan

6. Perbedaan Bahasa yang Sangat Luas

7. Alokasi Anggaran dan Penggunaan Hutang Luar Negeri yang Tidak Bijak

8. Persaingan Perdagangan

9. Konflik Berkepanjangan

10. Pemerintah yang Tidak Stabil dan Korupsi

11. Bantuan Luar Negeri

b.7 (tujuh) point variasi kemiskinan yang ada :

Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan dinegara berkembang

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

(1) perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan

Permasalahan geografis menyebabkan adanya kesenjangan ekonomi regional yang pada

gilirannya mendorong kemiskinan. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia

semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang

bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan.Penghasilan yang minim

ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung

membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

(2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan,

45
Sekitar dua abad lalu hampir semua bangsa masuk ke dalam genggaman kolonialisme atau

penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Kerajaan Inggris pada masa itu, misalnya memiliki

jajahan di lima benua. Di belakangnya menyusul Perancis, Spanyol, Portugal, Belanda dan

Jerman. Di dalam proses itu, bangsa yang menjadi korban kolonialisme tenggelam dalam

kemiskinan dan penderitaan yang panjang.

Sekitar dua abad lalu hampir semua bangsa masuk ke


dalam genggaman
kolonialisme atau penjajahan bangsa – bangsa Eropa.
Kerajaan Inggris pada masa
itu, misalnya, memiliki jajahan di lima benua. Di
belakangnya menyusul Prancis,
Spanyol, Portugal, Belanda, dan Jerman. Apa yang
baik dan beradab dibuat
berdasarkan nilai – nilai mereka. Kekayaan alam dikeruk
habis, dibeli dengan harga
murah, bahkan dirampas, lalu dibawa ke negara – negara
Eropa untuk membangun
tanah airnya. Di dalam proses itu, bangsa yang
menjadi korban kolonialisme
tenggelam dalam kemiskinan, perang saudara, dan
penderitaan yang panjang.
(3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya

Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang

menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.

(4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara

46
Perluasan akses terhadap layanan keuangan memberikan kontribusi  bagi pengentasan

kemiskinan maupun pertumbuhan ekonomi. Ketidakmerataan distribusi sektor keuangan

merintangi pertumbuhan perusahaan-perusahaan berukuran kecil maupun rumah tangga yang

miskin. 

(5) perbedaan struktur industri

Memburuknya lingkungan dan terkurasnya sumber daya alam sangat dipengaruhi oleh

perkembangan sektor industri

(6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain

Keadaaan ketergantungan merupakan keadaan yang dialami oleh seluruh dunia ketiga.

Keterganutngan ini disebabkan karena permasalahan ekonomi karena mengalirnya surplus

ekonomi dari negara ketiga ke negara maju.

(7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.

Yang dimaksud kekuasaan disini meliputi tatanan sistem sosial politik yang menentukan

alokasi sumber daya untuk kepentingan sekelompok orang atau tatanan sistem sosial dan

menentukan alokasi sumber daya.

c. Beberapa bentuk kemiskinan :

Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

1. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,

kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

47
2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum

menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

3. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang

disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

4. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap

sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak

mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya

kemiskinan.

Bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mengatasi kemiskinan :

 Pendidikan

Pertama, meningkatkan pendidikan rakyat. Sebisa mungkin pendidikan harus terjangkau oleh

seluruh rakyat Indonesia. Banyaknya sekolah yang rusak menunjukkan kurangnya pendidikan

di Indonesia. Tentu bukan hanya fisik, bisa jadi gurunya pun kekurangan gaji dan tidak

mengajar lagi.

 Reformasi Tanah untuk Rakyat

Kedua, pembagian tanah/lahan pertanian untuk petani. Paling tidak separuh rakyat (sekitar

100 juta penduduk) Indonesia masih hidup di bidang pertanian. Menurut Bank Dunia,

mayoritas petani Indonesia memiliki lahan kurang dari 0,4 hektar. Bahkan ada yang tidak

punya tanah dan sekedar jadi buruh tani. Kadang terjadi tawuran antar desa hingga jatuh

korban jiwa hanya karena memperebutkan lahan beberapa hektar!

48
 Agrobisnis Hanya untuk Rakyat

Ketiga, tutup bisnis pangan kebutuhan utama rakyat dari para pengusaha besar. Para

petani/pekebun kecil sulit untuk mengekspor produk mereka. Sebaliknya para pengusaha

besar dengan mudah mengekspor produk mereka (para pengusaha bisa menekan/melobi

pemerintah) sehingga rakyat justru bisa kekurangan makanan atau harus membayar tinggi

sama dengan harga Internasional. Ini sudah terbukti dengan melonjaknya harga minyak kelapa

hingga 2 kali lipat lebih dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan akibat kenaikan harga

Internasional. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.

 Efisiensi

Keempat, lakukan efisiensi di bidang pertanian. Perlu dikaji apakah pertanian kita efisien atau

tidak. Jika pestisida kimia mahal dan berbahaya bagi kesehatan, pertimbangkan predator alami

seperti burung hantu untuk memakan tikus, dsb. Begitu pula jika pupuk kimia mahal dan

berbahaya, coba pupuk organik seperti pupuk hijau/kompos. Semakin murah biaya pestisida

dan pupuk, para petani akan semakin terbantu karena ongkos tani semakin rendah.

 Penuhi Kebutuhan yang Masih Impor

Kelima, data produk-produk yang masih kita impor. Kemudian teliti produk mana yang bisa

dikembangkan di dalam negeri sehingga kita tidak tergantung dengan impor sekaligus

membuka lapangan kerja. Sebagai contoh jika mobil bisa kita produksi sendiri, maka itu akan

sangat menghemat devisa dan membuka lapangan kerja. Ada 1 juta mobil dan 6,2 juta sepeda

motor terjual di Indonesia dengan nilai lebih dari Rp 200 trilyun/tahun. Jika pemerintah

menyisihkan 1% saja dari APBN yang Rp 1.000 trilyun/tahun untuk membuat/mendukung

49
BUMN yang menciptakan kendaraan nasional, maka akan terbuka lapangan kerja dan

penghematan devisa milyaran dollar setiap tahunnya.

 Nasionalisasi Perusahaan Tambang Asing (migas, emas, perak, tembaga, dsb)

Keenam, stop eksploitasi/pengurasan kekayaan alam oleh perusahaan asing. Kelola sendiri.

Banyak kekayaan alam kita yang dikelola oleh asing dengan alasan kita tidak mampu dan

sedang transfer teknologi. Kenyataannya dari tahun 1900 hingga saat ini ketika minyak

hampir habis kita masih ”transfer teknologi”.

d. Menurut pendapat saya bentuk kemiskinan yang terbanyak di Indonesia adalah :

Kemiskinan Struktural.

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang muncul bukan karena ketidakmampuan si

miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur

sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat

bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu menguhubungkan masyarakat dengan

sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun

masyarakat yang ada disekitarnya. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini adalah

buruh tani, pemulung, penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih.

Pihak yang berperan besar dari terciptanya kemiskinan struktural ini adalah pemerintah,

karena pemerintah yang memiliki kekuasaan dan kebijakan cenderung membiarkan

masyarakat dalam kondisi miskin, tidak mengeluarkan kebijakan yang pro masyarakat

miskin, jikapun ada lebih berorientasi pada proyek, bukan pada pembangunan

kesejahteraan. Sehingga tidak ada masyarakat miskin yang ‘naik kelas’, artinya jika pada

awalanya buruh, nelayan, pemulung maka selamanya menjadi buruh nelayan dan

50
pemulung, karena tidak ada upaya dalam menaikan derajat dan kemampuan mereka baik

itu dalam kesempatan pendidikan atau pelatihan.

Pada saat pemerintahan orde baru, kebijakan politik mulai terarahkan pada usaha mengatasi

kemiskinan, melalui jalan melakukan pinjaman dana kepada lembaga luar negeri yaitu

IGGI yang kemudian berganti nama menjadi CGI. Namun dampak dari kebijakan ini bukan

malah menghapus masalah kemiskinan, melainkan menciptakan kemiskinan babak baru,

dimana tumbuhnya industrialisasi di desa-desa dalam wujud eksploitasi seperti:

pertambangan, penebangan hutan, pembangunan pertanian tanaman industri dan

sebagainya, yang pada akhirnya semakin menumbuhkan disparitas sosial yang semakin

akut, dan tidak merubah kehidupan masyarakat miskin dan malah memperkaya mereka

yang sudah kaya.

Oleh karena itu dilihat dari perjalanan kemiskinan diatas, dalam konteks ke-Indonesiaan,

Kemiskinan kultural merupakan buah dari kemiskinan struktural, masyarakat terbentuk

menjadi fatalis, semakin pasrah, menganggap miskin sebagai nasib dan garis hidup, selain

juga sering diperkual dalam mimbar-mimbar agama, mengenai pemahaman keliru

mengenai takdir untuk selalu bersabar dan bersyukur, sebagaimana ajaran faham jabariyah,

agar masyarakat tetap bersabar menerima ‘takdir’ yang ada.

Jika dilihat dari argumentasi diatas mayoritas kemiskinan yang hadir saat ini merupakan

dominasi kemiskinan struktural, tidak ada proses transformasi kelas dimana buruh tani

tetaplah menjadi buruh tani, begitu pula nelayan, pemulung, dan lain-lain. Jikapun ada

program penanggulangan kemiskinan sifatnya residual, proyek, insidental, tidak

berkelanjutan dan tidak mengena pada substansi atau menyentuh akar dari kemiskinan.

5.a. Pembangunan untuk rakyat

51
Menurut Dewanta (1995) pembangunan yang berorientasi pada kepentingan rakyat akan

lebih mengutamakan empat faktor penting yaitu :

1. Pemberdayaan masyarakat (people empowerement)

2. Partisipasi masyarakat (people participation)

3. Organisasi masyarakat (community organization)

4. Pemimpin yang bijaksana (leadership)

Faktor-faktor tersebut dimaksudkan untuk memadukan dan menentukan arah kebijaksanaan

penanggulangan kemiskinan antara lain :

-Kebijaksanaan yang tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin

kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan, Kebijaksanaan langsung yang

ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

-Kebijaksanaan khusus yang dimaksudkan untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu

sendiri dan aparat yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program, dan

sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk menanggulangi kemiskinan.

b. Kekeliruan kebijakan dalam mengatasi kemiskinan

Masalah kemiskinan hingga kini belum juga dapat ditekan hingga titik yang terendah , karena

masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan banyak dipengaruhi oleh factor-

faktor dalam setiap sisi kehidupan. Karenanya meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, tapi hingga kini faktanya masih banyak rakyat

indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Sepertinya pemerintah harus lebih jeli lagi dalam memahami masalah kemiskinan. Karena

selama ini, banyak kebijakan yang ditetapkan pemerintah justru malah membebani rakyat dan

52
secara langsung bukan malah memerangi kemiskinan, tapi malah menjadikan rakyat semakin

miskin.

Seperti kebijakan pemerintah untuk menetapkan berbagai pajak kepada rakyat yang kini

dirasa semakin membebani rakyat. Karena kita ketahui, banyak hasil pajak yang dipungut dari

rakyat tapi penggunaannya melenceng dari yag diharapkan.

Menurut Sajogyo(1988) Pajak bukan lagi berperan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Tapi banyaknya pungutan pajak, malah sering digunakan sebagai ajang korupsi para pejabat

kita di pemerintahan. Kekeliruan lain dari kebijakan pemerintah adalah dengan menyerahkan

pengelolaan sumber daya alam (SDA) Indonesia kepada pihak swasta (asing) dengan alas an

demi efisiensi, kelancaran dan persaingan yang kompetitif dalam mekanisme pasar.

Dengan kebijakan tersebut, sesungguhnya telah menjadi boomerang bagi negara sendiri.

Karena otomatis perusahaan-perusahaan asing seperti Exxon Mobil Oil, Caltex, Newmount,

Freeport dll bebas mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di Indonesia.

Dalam kondisi yang seperti ini, tampak jelas bahwa pemerintah yang sesungguhnya telah

gagal dalam melindungi asset-aset atau kekayaan negara yang menguasai hajat hidup orang

banyak, agar sepenuhnya tetap berada dalam kkekuasaan atau kepemilikan negara.

Kalau setiap kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah tidak juga memikirkan dampak

buruknya terhadap tingkat kesejahteraan rakyat dan hanya mementingkan kepentingan para

pengusaha dengan tujuan mencari laba (keuntungan pihak-pihak tertentu saja), rasanya

kemiskinan akan sulit untuk dituntaskan.

c.Pemberdayaan Keluarga Miskin

Dalam mengkaji pemberdayaan, sebagian besar literature mengakui pentingnya rumah tangga

sebagai sumber utama pemberdayaan . Rumah tangga di sini dapat diartikan sebagai

53
sekelompok penduduk yang hidup dibawah satu atap, makan dari panic yang sama, dan

bersama-sama terlibat dalam proses pembuatan keputusan sehari-hari.

Pada dasarnya, rumah tangga merupakan suatu unit yang proaktif dan produktif. Sebagai unit

dasar dari masyarakat sipil , masing-masing rumah tangga membentuk pemerintahan dan

ekonomi dalam bentuk miniature.

Rumah tangga menempatkan tiga macam kekuatan yaitu social, politik, dan psikologis.

Kekuatan social menyangkut akses terhadap dasar-dasar produksitertentu suatu rumah tangga

misalnya informasi, pengetahuan dan keterampilan. Partisipasi dalam organisasi social dan

sumber-sumber keuangan.

Bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatkan aksesnya pada dasar-dasar produksi diatas,

maka kemampuannya dalam menentukan dan mencapai tujuannya juga meningkat.

Peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.

d.Teori-teori kemiskinan

1. Teori Demokat

Teori ini memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan individu, melainkan structural.

Kemiskinan disebabkan oleh adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat

tersumbatnya akses kelompok kepada sumber kemasyarakatan.

2.Teori Marjinal

Teori berasumsi bahwa kemiskinan di perkotaan terjadi dikarenakan adanya kebudayaan

kemiskinan yang tersosialisasi di kalangan masyarakat tertentu. Menurut Oscar Lewis (1966),

masyarakat di dunia menjadi miskin karena adanya budaya kemiskinan dengan karakter apatis

menyerah pada nasib, system keluarga yang tidak mantap, kurang pendidikan, kurang ambisi

membangun masa depan, kejahatan dan kekerasan banyak terjadi.

54
3.Teori Development

Teori Development (bercorak pembangunan) muncul dari teori-teori pembangunan terutama

non liberal. Ada tiga asumsi dasar dari teori ini :

-Negara menjadi miskin karena ketiadaan atribut industrialisasi, modal, kemampuam

manajerial dan prasarana yang diperlukan untuk peningkatan ekonomi

-Pertumbuhan ekonomi adalah criteria utama pembangunan yang dianggap dapat mengatasi

masalah-masalah ketimpangan

-Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya bila pasar diperluas sebesar-besarnya dan

pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya.

1.Teori Struktural

Teori structural berasumsi bahwa kemiskinan terjadi bukan karena persoalan budaya dan

pembangunan ekonomi, melainkan politik ekonomi dunia. Dunia didominasi oleh suatu

perekonomian tunggal sedemikian rupa sehingga semua negara di dunia diintegrasikan ke

dalam lingkungan produksi kapitalisme yang menyebabkan keterbelakangan di negara

miskin.

2.Teori Artikulasi Moda Produksi

Teori ini berasumsi bahwa reproduksi kapitalisme di negara-negara miskin terjadi dalam suatu

simultanitas tunggal dimana pada sisi negara miskin terjadi artikulasi dari sedikitnya dua

moda produksi (moda produksi kapitalis dan prakapitalis).

Teori Artikulasi Moda Produksi melandasi dua macam pendekatan yaitu moderat (pemberian

bantuan social dan rehabilitasi social, program jaminan perlindungan dan asuransi

kesejahteraan social, program pemberdayaan masyarakat) dan radikal (didalam masyarakat

55
terjadi ketidakadilan dan ketimpangan yang menyebabkan taraf hidup sebagian masyarakat

tetap rendah sehingga kebijakan paling tepat adalah reformasi dan transformasi.

e. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Berkelanjutan tumbuh dari 2 perspektif :

1. Perspektif Kelanjutan Proyek Pembangunan/ Perspektif Sosial

Bahwa pertumbuhan penduduk dan kebutuhan masyarakat di dunia III tumbuh lebih

pesat disbanding kapasitas pemerintah untuk terus melakukan pembangunan. Oleh karena

itu, input pembangunan yang diberikan pemerintah perlu menghasilkan output yang

sekaligus menjadi input bagi pengembangan aktivitas pembangunan selanjutnya. Dengan

cara ini , proyek pembangunan bisa berkelanjutan.

2. Perspektif Kelanjutan Ekologis dan Sumber Daya Alam/ Perspektif Fisik

Bahwa ambisi pertumbuhanm ekonomi telah melahirkan eksploitasi sumber daya alam

secara berlebihan dan mengabsahkan penggunaan teknologi yang merusak ligkungan

(pencemaran air, tanah dan udara). Hal ini akan membebani masa depan dengan

permasalahan baru yang kompleks . Oleh karena itu perlu kompromi antara kebutuhan

masa kini dengan upaya minimalisasi permasalahan masa depan agar pembangunan bisa

berlanjut.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini

tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan

datang. Pembangunan berkelanjutan harus memerhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan

kelestarian lingkungannya agar kualitas lingkungan tetap terjaga. Kelestarian lingkungan

yang tidak dijaga, akan menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang, atau bahkan akan

hilang.

56
Beberapa pengertian pembangunan berkelanjutan menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Pengertian pembangunan berkelanjutan dalam Stockholm United Nation Conference on

Human Enviromental pada tahun 1972 atau dikenal sebagai Deklarasi Stockholm adalah

sebagai berikut : segala sumber daya alam di bumi, termasuk udara, air, tanah, flora dan

fauna terutama contoh yang mewakili bagian ekosistem alam, harus dijaga supaya aman

untuk kepentingan generasi sekarang dan masa depan melalui perencanaan atau

manajemen yang sesuai dan hati-hati.

2. Menurut Brutland Report dalam sidang PBB tahun 1987, pembangunan berkelanjutan

atau dalam bahasa Inggris sering disebut sustainable development merupakan proses

pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan

kebutuhan generasi yang akan datang.

3. Dalam World Commission On Enviromental Development (WCED) pada tahun 1987

dirumuskan bahwa pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang

berusaha memenuhi kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Menurut Budiharjo dan Sudjarto pengertian pembangunan berkelanjutan adalah : kota

yang dalam perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya masa kini,

mampu berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan keserasian

lingkungan vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanannya tanpa

mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam pemenuhan

kebutuhan mereka.

5. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi mengenai Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2002

disebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah kondisi dimana masyarakat dapat

57
menentukan dirinya sendiri yang disiapkan dalam perdagangan bebas multilateral dengan

syarat terciptanya tata pemerintahan yang baik (good goverment).

6. Menurut Sudharta P. Hadi dalam bukunya yang berjudul "Opcit" tahun 2007

menyebutkan pengertian pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang

menyelaraskan kepentingan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan.

f. New Industrializing Countries (NICs)

Kemunculan NICs ini tidak terlepas dari tatanan dunia kapitalis (sampai taraf tertentu).

Negara-negara seperti Brasil, Meksiko, Malaysia, Hongkong, Singapura, Korea Selatan, dll

adalah beberapa NICs yang berupaya untuk tetap menerima dan menjaga tatanan ekonomi

internasisosnal lama, dan di saat yang sama mengubah posisi mereka dalam tatanan tersebut.

Munculnya NICs ini (terutama di Singapura, Hongkong dan Korea Selatan) sekaligus pula

merupakan kritikatas teori ketergantungan, negara-negara tersebut berhasil justru ketika

mereka “bersentuhan” dengan kapitalisme global.

Karakter NICs tergantung pada konteks di setiap negara, misa : Brasil : muncul di tengah

rejim yang otoriter , sedang di Meksiko muncul di tengah rejim yang lebih demokratis.

Karakter NICs yang dramatis muncul di Korea Selatan dan Taiwan : didukung oleh beberapa

hal pokok : etika kerja konfusianism, land reform (khususnya di Korsel), Basis Geopolitis ,

kedekatannya dengan Negara Kaya (Jepang).

Keberhasilan NICs adalah merupakan soal ketepatan waktu dalam mengganti suatu strategi

pembangunan lain, yaitu suatu strategi yang konsisten, didasarkan pada tingkat kohesi nasional

tertentu dan mempertimbangkan hambatan internal dan eksternal.

Ada 6 tahap dari NICs :

1.Persiapan untuk perubahan

58
2.Reformasi asset dan infrastruktur desa

3.Diversifikasi dan Intensifikasi Pertanian

4.Industrialisasi Pedesaan

5.Industrialisasi Perkotaan

6.Promosi Ekspor

59

Anda mungkin juga menyukai