Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nuril Azmi

NIM : 4301419060
MK : Literasi Digital dan Kemanusiaan

UTS
Analisis Berita HOAX

Seperti yang kita ketahui, berita hoax marak terjadi melalui berbagai media
terutama media sosial. Sebagai pengguna internet yang baik sudah sepatutnya kita
berhati-hati dalam memilah berita yang ada, karena berita hoax ini dapat memicu
perpecahan dan dapat merugikan berbagai pihak.

Beredar informasi di media sosial facebook yang berisi data dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mengklaim 377 dari setiap 100.000 orang terbunuh oleh
vaksin Covid-19.

Seorang pengguna Facebook yang bernama Michael O’Bernicia mengatakan


dia mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketika dia mengklaim 377
dari setiap 100.000 orang terbunuh oleh vaksin COVID-19 menyebarkan informasi
palsu. Hasil penelusuran dilansir dari Reuters, angka itu sendiri tidak sesuai dengan
data yang tersedia untuk umum dan WHO mengatakan kepada Reuters bahwa
mereka tidak merilis informasi semacam itu.

Pengguna memposting klaim yang sama ke Facebook pada bulan Februari dan
Maret, serta akunnya di platform lain dan juga pada blog pribadinya. Dalam salah satu
unggahannya, Michael mengatakan, "Jika mereka menghentikan vaksinasi, minimal
377 dari setiap 100.000 orang yang seharusnya disuntik secara fatal akan hidup." Di
unggahan yang lain, "Menurut studi keamanan WHO yang bocor, jika mereka berhenti
vaksinasi, minimal 377 dari setiap 100.000 orang yang seharusnya disuntik secara
fatal akan hidup."

FAKTA

Reuters tidak dapat menemukan sumber publik yang sejalan dengan klaim ini
dan WHO mengatakan melalui email bahwa tidak ada studi keamanan semacam itu.

Pada akhir Maret, WHO merilis sebuah artikel yang merincikan cara-cara
memprioritaskan keamanan vaksin. Dan WHO juga menganggap vaksin COVID-19
"aman dan efektif" . Laporan tentang hubungan potensial antara vaksin Oxford /
AstraZeneca dan kondisi langka yang memuncak oleh pembekuan darah dan
trombosit yang rendah mendorong organisasi tersebut mengeluarkan pernyataan
pada 7 April dengan tinjauan data dari regulator obat Inggris dan Uni Eropa.

“Dalam kampanye vaksinasi ekstensif, normal bagi negara-negara untuk


mengidentifikasi potensi efek samping setelah imunisasi,” tambah WHO. “Ini tidak
berarti bahwa kejadian tersebut terkait dengan vaksinasi itu sendiri, tetapi harus
diselidiki untuk memastikan bahwa masalah keamanan ditangani dengan cepat.
Vaksin sama seperti semua obat, dapat memiliki efek samping. Pemberian vaksin
didasarkan pada analisis risiko versus manfaat. "

Data dari skema Yellow Card Inggris, sebuah situs web bagi warga untuk
melaporkan kemungkinan reaksi merugikan terhadap vaksin (ADR), dikumpulkan
menjadi laporan mingguan yang diterbitkan oleh Badan Pengatur Produk Obat dan
Kesehatan (MHRA), dan mencakup laporan kemungkinan ADR di mana seorang
pasien kemudian meninggal.

Laporan terbaru mencakup data hingga 28 Maret, ketika total 30.445.284 orang
telah menerima dosis pertama vaksin COVID-19 di Inggris. Dari jumlah tersebut,
diperkirakan 10,9 juta adalah dosis Pfizer / BioNTech, 19,5 juta dari Oxford /
AstraZeneca. Terdapat 302 laporan dugaan ADR dimana pasien meninggal sesaat
setelah suntikan Pfizer, 472 setelah vaksin Oxford, dan 12 dimana mereka tidak
ditentukan, yaitu: total 786 dari 30,4 juta dosis. Dalam konteksnya, jika ADR yang
diduga fatal ini dikonfirmasi, ini akan mengakibatkan sekitar dua atau tiga orang per
100.000, jauh dari 377 per 100.000 seperti yang dikutip dalam posting facebook
tersebut.

“Manfaat yang diharapkan dari vaksin dalam mencegah COVID-19 dan


komplikasi serius yang terkait dengan COVID-19 jauh lebih besar daripada efek
samping yang diketahui saat ini,” kata MHRA dalam kesimpulan laporan
mingguannya. "Seperti halnya semua vaksin dan obat-obatan, keamanan vaksin
COVID-19 terus dipantau dan manfaat serta kemungkinan risikonya tetap ditinjau."

Merujuk kemungkinan kaitannya dengan pembekuan darah, MHRA


mengatakan bahwa kondisinya "sangat jarang" tetapi penyelidikan sedang dilakukan.
Dalam pernyataan terpisah, mereka mengatakan bahwa “Vaksin adalah cara ter baik
untuk melindungi orang dari COVID-19 dan telah menyelamatkan ribuan nyawa.
Setiap orang harus terus mendapatkan vaksinasi mereka ketika diminta untuk
melakukannya kecuali secara khusus disarankan sebaliknya”.

Pada 12 April, sudah ada 135.980.000 kasus COVID-19 yang dilaporkan di


seluruh dunia, sementara lebih dari 3 juta orang telah meninggal.

KESIMPULAN

WHO mengatakan kepada Reuters bahwa studi keamanan yang dikutip tidak ada.
Reuters tidak dapat menemukan bukti data yang menunjukkan 377 dari 100.000 orang
meninggal akibat vaksin COVID-19 sehingga berita tersebut adalah tidak benar atau
HOAX.

REFERENSI
https://graphics.reuters.com/world-coronavirus-tracker-and-maps/

https://web.facebook.com/michael.obernicia/posts
https://www.gov.uk/government/publications/coronavirus-covid-19-vaccine-adverse-
reactions/coronavirus-vaccine-summary-of-yellow-card-reporting
https://www.merdeka.com/cek-fakta/cek-fakta-hoaks-data-who-377-dari-100000-orang-meninggal-
karena-vaksin-covid-19.html

https://www.reuters.com/article/factcheck-covid-vaccine

https://www.who.int/news/item/07-04-2021-interim-statement-of-the-covid-19-subcommittee-of-
the-who-global-advisory-committee-on-vaccine-safety
https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/safety-of-covid-19-vaccines
https://yellowcard.mhra.gov.uk/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai