Anda di halaman 1dari 4

Pengembangan COVID-19 dalam Metode Abduksi

Bila sebuah fenomena A sedang diamati, maka akan terdapat hipotesis B, C dan D.

Diantara ketiga hipotesis tersebut C memiliki jawaban terbaik untuk menjelaskan A, oleh karena

itu terdapat alasan untuk meneliti C lebih jauh. Metode ini dikenal dengan sebutan metode abduksi

(Yu,2015). Metode Abduksi adalah salah satu metode yang dikembangkan oleh Charles Sanders

Pierce. Bagi Pierce metode abduksi bukan sekedar jenis –jenis inferensi silogistik yang tidak dapat

berhasil membawa kepastian seperti yang disebutkan oleh Aristoteles (Prof. Konrad Kebung,

2011). Menurut Pierce abduksi dapat menjadi tahap pertama dari sebuah penelitian, karena metode

abduksi sendiri merupakan salah satu cara ilmuwan untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang

dimunculkan terhadap suatu hal yang diteliti walaupun hipotesis tersebut masih merupakan dugaan

yang belum diverifikasi. Dalam metode abduksi terdapat 2 ciri utama yaitu, hipotesis yang

dimunculkan ilmuwan hanyalah dugaan yang harus diverifikasi, hipotesis yang dimunculkan dapat

menjelaskan fakta lain yang belum bisa dijelaskan. Pierce menjelaskan lebih lanjut bahwa kita

sebagai manusia lebih merasa puas dengan kepercayaan yang stabil dibandingkan dipenuhi oleh

keraguan (Yu, 2015). Dari beberapa hipotesis yang muncul dari dugaan ilmuwan terhadap sebuah

hal, maka terdapat syarat-syarat bahwa hipotesis yang diuji tersebut lebih pantas dibandingkan

hipotesis lainnya, syarat tersebut diantaranya adalah hipotesis tersebut dapat diverifikasi secara

experimental serta memiliki dampak positif bagi perkembangan kasus atau hal tersebut. Dalam

metode ini Pierce mengfokuskan pada insting akal budi manusia untuk menemukan hipotesis yang

masuk akal dan dapat menjelaskan fakta yang terjadi dari sebuah hal atau kasus.

Metode abduksi ini dapat diaplikasikan ke dalam fenomena yang sedang menggemparkan

seluruh Dunia yaitu kasus new human coronavirus, COVID-19. Kemunculan penyakit baru yang
disebabkan oleh famili coronavirus, sebagai virus zoonatik yang disebarkan oleh hewan ke

manusia merupakan kemunculan coronavirus ketiga setelah MERS-CoV (Middle East Respiratory

Syndrome- Coronaviruses) serta SARS- CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome –

Coronaviruses ) (WHO, 2020). Bermula sejak Desember 2019 dengan kemunculan beberapa kasus

tentang pneumonia dengan sebab yang belum jelas, namun hampir semua pasien tersebut bekerja

atau tinggal di pasar seafood lokal Haunan , pada awal Januari, Chinese Center for Disease Control

and Prevention (CDC) akhirnya mengidentifikasi adanya coronavirus pada pasien yang terpapar

pneumonia (Chen, et al., 2020). Menurut WHO dalam situation report – 1 pada 21 Januari 2020,

pada tanggal 20 Januari 2020 kasus tentang COVID-19 sudah tersebar di luar Cina terutama di

daerah Asia, termasuk Jepang, Korea Selatan dan juga Thailand dengan total kasus 282 orang

terpapar COVID-19. Dalam situation report -57 yang terbaru pada tanggal 17 Maret 2020, WHO

menyatakan bahwa COVID-19 sudah menjadi kasus yang mendunia dan diperkirakan terdapat

179.111 kasus secara global.

Kemunculan COVID-19 ini hampir sangat tidak terduga, ditambah dengan penyebarannya

yang sangat cepat dan meluas. Dalam perkembangan hipotesis- hipotesis yang dapat diamati oleh

ilmuwan, besar kemungkinan ilmuwan akan meneliti hipotesis yang bisa di verifikasi dan

membantu perkembangan tentang kasus COVID-19 itu sendiri, terbukti dengan pernyataan yang

dikeluarkan oleh WHO bahwa virus COVID-19 dalam penelitian lebih lanjut dinyatakan bahwa

penyakit pendemik COVID-19 dapat disebarkan antara manusia ke manusia melalui liur dan juga

kontak fisik. Hipotesis tersebut dipilih karena adanya data-data yang mendukung seperti, terdapat

orang yang terinfeksi walaupun tidak pernah pergi ke Wuhan, walau tingkat pengunjung ke pasar

makanan laut di pasar lokal Haunan berkurang, kasus tentang COVID-19 semakin bertambah kian

hari. Pengambilan satu dari hipotesis yang dilakukan selain diverifikasi oleh hampir semua
ilmuwan yang sedang berusaha mencari vaksin untuk virus COVID-19 yang menjadi topik hangat

tidak hanya di dalam bidang keilmuwan namun juga merambat hingga ke sektor ekonomi dan

lainnya.

Pengambilan satu dari beberapa hipotesis memunculkan pertanyaan kembali yang nantinya

akan menimbulkan beberapa hipotesis diantara ilmuwan. Seperti topik yang diambil dalam artikel

ini, COVID-19 bisa ditularkan antara manusia dengan manusia, maka akan muncul pertanyaan

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang COVID-19, seperti apa langkah untuk

mencegahnya? Bagaimana cara mengurangi tingkat persebaran COVID-19 di dunia? Langkah

utama apa yang harus diambil untuk menekan wabah COVID-19?. Dalam kurun waktu yang

tergolong singkat, WHO sendiri menganjurkan untuk melakukan hal-hal untuk menjaga diri kita

agar tidak terjadi persebaran COVID-19 yang semakin meluas, diantaranya adalah mencuci tangan

dengan bersih, melakukan social distancing dan juga menghindari memegang bagian di wajah.

Akan tetapi apabila terdapat hipotesis yang sekiranya belum diverifikasi, atau masih berupa

dugaan semata tersebar secara luas, hipotesis tersebut dapat menimbulkan kepanikan besar

diantara orang-orang ataupun menambah rasa kurang waspada, masalah ini dapat diamati dengan

adanya panicbuying, serta merugikan beberapa profesi atau orang-orang. Munculnya mitos-mitos

atau dapat juga disebut sebagai hipotesis yang diberikan dari masyarakat dunia menjadi semakin

panik. Salah satu contohnya adalah pengunaan handsanitizer dapat membunuh COVID-19,

dengan penarikan kesimpulan dari salahsatu hipotesis ini menimbulkan banyak orang berburu

handsanitizer untuk mendapatkan rasa aman. Dan juga mitos yang menyatakan bahwa COVID-19

tidak bisa hidup di daerah panas atau tropis, padahal hipotesis yang dinyatakan oleh ilmuwan

termasuk oleh WHO, menyatakan bahwa COVID-19 bisa tersebar di seluruh cuaca.
Dapat ditarik benang merah bahwa penggunaan metode abduksi dapat membantu untuk

mencari kemungkinan-kemungkinan yang mendekati untuk mendapatkan efisiensi dalam

menemukan akar dari fenomena COVID-19 serta memberikan rasa aman masyarkat dunia untuk

menunggu penyelesaian kasus pandemik COVID-19 yang sudah mulai menyebar sangat pesat.

Word count : 829

References

Chen, N., Zhou, M., Dong, X., Qu, J., Gong, F., Han, Y., . . . Yu, T. (2020). Epidemiological and

clinical characteristics of 99 cases of. www.thelancet.com , 507-513.

Prof. Konrad Kebung, P. (2011). filsafat ilmu pengetahuan . Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

WHO. (2020, march 19). World Health Organization. Retrieved from WHO web site:

https://www.who.int/

Yu, C. H. (2015). Abduction , Deduction , and Induction : Their implications to quantitative

methods Running head : ABDUCTION , DEDUCTION AND INDUCTION Abduction ,

Deduction , and Induction : Chong Ho Yu , Ph . D . Revised on July 26 , 2005 Paper submitted

to AERA 2006 Cor. American Educational Research Association, (June).

Anda mungkin juga menyukai