Anda di halaman 1dari 23

Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Detil Tata

Ruang Sub Pusat Pelayanan Kota Kecamatan Curug, Kasemen, Taktakan, dan Walantaka
Kota Serang 2019-2029

Kecamatan Curug
Nomor :
Tanggal :

Sistematika Rancangan Perda


No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperda Penilaian Mandiri
RTRW
1 2 3 4 5 6
1 TUJUAN PENATAAN BWP Tujuan penataan BWP merupakan nilai Kecamatan Curug Pasal 13 1. sudah sesuai dengan
dan/atau kualitas terukur yang diperkirakan berkembang Tujuan penataan BWP priorotas RPJMD Kota
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian dengan pesat karena adanya Kecamatan Curug adalah Serang tahun 2018-2023.
sebagaimana ditetapkan Kawasan Pusat Pemerintahan mewujudkan wilayah 2. Sudah sesuai dengan potensi
Provinsi Banten (KP3B) dan Kecamatan Curug sebagai unggulan yang akan
dalam RTRW kabupaten/kota dan merupakan beberapa kegiatan lain dengan
alasan disusunnya RDTR kawasan strategis cepat tumbuh dikembangkan serta
skala regional sehingga yang didukung oleh pusat kecenderungan
tersebut, serta apabila diperlukan dapat kegiatan yang berkembang perkantoran pemerintahan perkembangan
dilengkapi konsep pencapaian. meliputi perdagangan, jasa provinsi, perdagangan dan jasa, pembangunan di Kecamatan
Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan dan perumahan. serta permukiman. Curug saat ini.
direncanakan di BWP. Tujuan penataan ruang BWP
Tujuan penataan BWP berfungsi: sejalan dengan yang ada
didalam RPJMD
a. sebagai acuan untuk penyusunan
rencana pola ruang, penyusunan
b. rencana struktur ruang, penetapan Sub
BWP yang diprioritaskan
c. penanganannya, penyusunan ketentuan
pemanfaatan ruang,
d. penyusunan peraturan zonasi; dan
e. untuk menjaga konsistensi dan
keserasian pengembangan kawasan
f. perkotaan dengan RTRW
kabupaten/kota.
Perumusan tujuan penataan BWP didasarkan
pada:
a. Arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota;
b. Isu strategis BWP, yang antara lain
dapat berupa potensi, masalah, dan
urgensi penanganan; dan
c. Karakteristik BWP.
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. Keseimbangan dan keserasian
antarbagian dari wilayah
kabupaten/kota;
b. Fungsi dan peran BWP;
c. Potensi investasi;
d. Keunggulan dan daya saing BWP;
e. Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
f. Peran dan aspirasi masyarakat dalam
pembangunan; dan
g. Prinsip-prinsip yang merupakan
penjabaran dari tujuan tersebut.
2 RENCANA STRUKTUR RUANG Rencana struktur ruang merupakan susunan
pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan
prasarana di BWP yang akan dikembangkan
untuk mencapai tujuan dalam melayani
kegiatan skala BWP.
Rencana struktur ruang berfungsi sebagai:
a. Pembentuk sistem pusat pelayanan di
dalam BWP;
b. Dasar perletakan jaringan serta rencana
pembangunan prasarana dan utilitas
dalam BWP sesuai dengan fungsi
pelayanannya; dan
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan
aksesibilitas lingkungan dalam RTBL
dan rencana teknis sektoral.
Rencana struktur ruang dirumuskan
berdasarkan:
a. Rencana struktur ruang wilayah
kabupaten/kota yang termuat dalam
RTRW;
b. Kebutuhan pelayanan dan
pengembangan bagi BWP; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait.
Rencana struktur ruang dirumuskan dengan
kriteria:
a. Memperhatikan rencana struktur ruang
BWP lainnya dalam wilayah
kabupaten/kota;
b. Memperhatikan rencana struktur ruang
kabupaten/kota sekitarnya yang
berbatasan langsung dengan BWP;
c. Menjamin keterpaduan dan prioritas
pelaksanaan pembangunan prasarana
dan utilitas pada BWP;
d. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan
prasarana dan utilitas BWP termasuk
kebutuhan pergerakan manusia dan
barang; dan
e. Mempertimbangkan inovasi dan/atau
rekayasa teknologi.
2.1 Rencana Pengembangan Rencana pengembangan pusat pelayanan Di Kecamatan Curug wilayah Pasal 14 Dalam raperda telah
Pusat Pelayanan merupakan distribusi pusat-pusat pelayanan di yang menjadi pusat 1) Rencana pengembangan ditetapkan SPPK dan PL
dalam BWP yang akan melayani sub BWP, pertumbuhan pembangunan pusat pelayanan
dapat meliputi: adalah Kelurahan Sukajaya sebagaimana dimaksud
karena adanya Kawasan Pusat dalam Pasal 13 ayat (1)
1) pusat pelayanan kota/kawasan perkotaan; Pemerintahan Provinsi Banten huruf a meliputi:
2) sub pusat pelayanan kota/kawasan (KP3B)
perkotaan; dan a. Pusat pelayanan
kota/Kawasan
3) pusat lingkungan, berupa: perkotaan (PPK);
a) pusat lingkungan kecamatan; b. Sub pusat pelayanan
b) pusat lingkungan kelurahan; dan/atau kota/Kawasan
c) pusat rukun warga. perkotaan
(SPPK);dan
c. Pusat lingkungan
(PL).
2) PPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
huruf a, yaitu PPK
Kelurahan Sukajaya yang
terdapat di Sub BWP I.F.
3) SPPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
huruf b, yaitu SPPK
Kelurahan Curug yang
terdapat di Sub BWP I.A.
4) PL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas;
a. PL Kelurahan Cilaku
yang terdapat di Sub
BWP I.A;
b. PL Kelurahan
Sukajaya yang
terdapat di Sub BWP
I.F;
c. PL Kelurahan
Kemanisan yang
terdapat di Sub BWP
I.E;dan
d. PL Kelurahan Curug
yang terdapat di Sub
BWP I.A.
2.2 Rencana Jaringan Untuk RDTR kota, terdiri atas:
Transportasi a) jaringan jalan dan jaringan kereta api sesuai
dengan yang
termuat dalam RTRW kota;
b) jaringan jalan lingkungan primer dan
lingkungan sekunder;
c) jalur pejalan kaki;
d) jalur sepeda (jika ada); dan
e) jaringan jalan lainnya yang meliputi:
(1) jalan masuk dan keluar terminal barang
serta
terminal orang/penumpang sesuai ketentuan
yang
berlaku (terminal tipe A, terminal tipe B,
terminal
tipe C, dan/atau pangkalan angkutan umum);
(2) jaringan jalan moda transportasi umum
(jalan masuk
dan keluarnya terminal barang/orang hingga
pangkalan angkutan umum dan halte); dan
(3) jalan masuk dan keluar parkir.
1. jaringan jalan dan jaringan Keputusan Gubernur Banten Nomor Jaringan jalan di Kota Serang Pasal 16 Rencana pengembangan
kereta api sesuai dengan 620/Kep.420/Huk/2016 Tentang Penetapan pada kondisi eksisting tidak Rencana pengembangan sistem jaringan jalan telah
yang termuat dalam RTRW Fungsi Status dan Kelas Jalan Provinsi Banten ada penambahan ruas jalan jaringan jalan sebagaimana mengikuti arahan RTRW Kota
kota dan Penetapan Fungsi Jalan Kabupaten/Kota di baru dan tidak terdapat dimaksud dalam Pasal 16 ayat Serang
Wilayah Provinsi Banten di luar Arteri Primer lintasan rel kereta api (2) huruf a, terdiri atas:
dan Kolektor Primer 1) pengembangan jaringan
Peraturan Menteri Perhubungan Republik jalan arteri sekunder;
Indonesia Nomor Pm. 11 Tahun 2012 Tentang a. pengembangan
Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api jaringan jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor kolektor primer;
34 Tahun 2006 Tentang Jalan b. pengembangan
Raperda revisi RTRW Kota Serang jaringan jalan
kolektor sekunder;
c. pengembangan
jaringan jalan lokal
dan lingkungan; dan
d. peningkatan fungsi
jalan.
2) Pengembangan jaringan
jalan arteri sekunder
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a yaitu
ruas jalan raya serang –
pandeglang.
3) Pengembangan jaringan
jalan kolektor primer
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b yaitu
pengembangan jaringan
jalan kolektor primer ruas
jalan syeh nawawi al-
bantani;
4) Pengembangan jaringan
jalan kolektor sekunder
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c yaitu
ruas jalan serang – petir,
dan jalan ki ajurum;
5) Pengembangan jaringan
jalan lokal dan lingkungan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d
meliputi seluruh ruas jalan
lokal dan lingkungan yang
ada di wilayah Kecamatan
Curug;
6) peningkatan fungsi jalan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e
berada di seluruh wilayah.
2. jaringan jalan lingkungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Di Kecamatan Curug jalan Pasal 16 Rencana pengembangan
primer dan lingkungan 34 Tahun 2006 Tentang Jalan lingkungan belum 5) Pengembangan jaringan jaringan jalan telah
sekunder Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor teridentifikasi secara lengkap jalan lokal dan lingkungan mengikuti arahan RTRW Kota
14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan dan terdapat penambahan sebagaimana dimaksud Serang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman ruas jalan lingkungan karena pada ayat (1) huruf d
adanya pembangunan meliputi seluruh ruas jalan
Raperda revisi RTRW Kota Serang beberapa perumahan lokal dan lingkungan yang
ada di wilayah Kecamatan
Curug;

3. jalur pejalan kaki Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Di Kecamatan Curug belum Pasal 17 Rencana penyediaan jalur
Nomor 79 Tahun 2013 Tentang tersedia jalur pejalan kaki dan 8) Penyediaan jalur pejalan kaki hanya
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan saat ini di jalan Raya Serang – pedestrian sebagaimana direncanakan berada pada
Pandeglang dan Jalan Syech dimaksud pada ayat (1) jaringan jalan arteri dan
Nawawi Albantani sedang huruf d berada di jaringan kolektor dimana dalam hal ini
dalam tahap pembangunan jalan arteri dan jaringan di Kecamatan Curug meliputi
jalan kolektor. Jalan Raya Serang-
Pandeglang dan Jalan Syech
Nawawi Albantani
4. jalur sepeda Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tidak tersedia jalur sepeda Tidak ada Tidak ada rencana
Nomor 79 Tahun 2013 Tentang penyediaan jalur sepeda
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
5. jaringan jalan lainnya

a. jalan masuk dan Peraturan Menteri Perhubungan No 40/2015 Saat ini di Kecamatan Curug Pasal 17 Rencana pengembangan
keluar terminal Tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan tidak terdapat Terminal 1) Rencana pengembangan jaringan jalan telah
Terminal Penumpang Angkutan Jalan Angkutan Umum namun ada jaringan jalan lainnya mengikuti arahan RTRW Kota
rencana pembangunan sebagaimana dimaksud Serang
terminal tipe b baru dalam Pasal 16 ayat (2)
berdasarkan RTRW Kota huruf b terdiri atas:
Serang a. pengembangan
terminal
b. pengembangan halte
c. pengembangan
sistem perparkiran;
d. penyediaan jalur
pedestrian; dan
e. pengembangan
jaringan trayek
angkutan umum;
2) Pengembangan terminal
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a
berupa penetapan lokasi
terminal berada di sub blok
I.E.1-03 Kelurahan
Kamanisan.

b. jaringan jalan moda Peraturan Menteri Perhubungan Republik Transportasi umum yang Pasal 17 Rencana pengembangan
transportasi umum Indonesia Nomor Pm 15 Tahun 2019 Tentang tersedia di Kecamatan Curug 9) Pengembangan rencana jaringan jalan telah
Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan meliputi angkutan kota jaringan trayek angkutan mengikuti arahan RTRW Kota
Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek (angkot) dan AKDP. umum sebagaimana Serang
Peraturan Menteri Perhubungan No 29/2015 Jaringan jalan moda dimaksud pada ayat (1)
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri transportasi umum masih huruf b meliputi:
Perhubungan No 98 Tahun 2013 Tentang bergabung dengan jalan a. optimalisasi trayek
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang eksisting berada di seluruh
Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam wilayah;
Trayek
b. penambahan sarana
dan prasarana
pendukung
angkutan kota
berada di seluruh
wilayah;
c. pengembangan
angkutan umum
masal buss rapid
transportation (BRT)
di seluruh wilayah
Kecamatan Curug;
dan
d. pengkajian trayek
baru berada di
seluruh wilayah.
c. jalan masuk dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Penyedian ruang parkir di Pasal 17 Telah direncanakan
keluar parkir Darat Nomor : 272/Hk.105/Drjd/96 Tentang kawasan perkantoran, 3) Pengembangan sistem penyediaan perparkiran on
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas perdagangan dan jasa di perparkiran sebagaimana street dan off street serta
Parkir Kecamatan Curug masih dimaksud pada ayat (1) jumlah minimal SRP pada
sangat kurang huruf c, terdiri atas: masing-masing zona

a. penyediaan
perparkiran on
street; dan
b. penyediaan
perparkiran off
street.
4) Penyediaan perparkiran on
street sebagaimana
dimaksud pada ayat (4)
huruf a, berada di jaringan
jalan lokal.
5) Penyediaan perparkiran off
street sebagaimana
dimaksud pada ayat (4)
huruf b, meliputi:
a. zona perdagangan
dan jasa;
b. zona perkantoran;
c. zona sarana
pelayanan umum;
dan
d. zona campuran.
6) Penyediaan perparkiran off
street sebagaimana
dimaksud pada ayat 6,
untuk masing – masing
zona kegiatan, wajib
menyediakan lahan parkir
paling sedikit 2 (dua)
satuan ruang parkir mobil,
atau berdasarkan kajian
lalu lintas.

2.3 Rencana Jaringan Prasarana

1. Rencana pengembangan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2019 Kecamatan Curug dilewati Pasal 19, Rencana Rencana pengembangan
pengembangan jaringan
jaringan energi/kelistrikan – 2038 jaringan SUTET namun tidak jaringan energi/kelistrikan
energi/kelistrikan berupa
Kepmen ESDM RI Nomor 1567 K/21/MEM/2018 ada rencana pembangunan jaringan penyaluran telah mengikuti arahan
Tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan gardu dan pembangkit listrik ketenagalistrikan yang terdiri RTRW Kota Serang
Tenaga Listrik PT. PLN Tahun 2018-2027 atas;
a. peningkatan cakupan
pelayanan listrik berada di
seluruh wilayah;
b. pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik
saluran udara dan bawah
tanah berada di seluruh
wilayah;
c. pengembangan sistem
jaringan kabel listrik bawah
tanah berada di seluruh
wilayah;
d. pengembangan gardu
distribusi,
3. Rencana pengembangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Jaringan kabel serat optik dan Pasal 20, Rencana Rencana pengembangan
pengembangan jaringan
jaringan telekomunikasi 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan kabel telekomunikasi lainnya telekomunikasi yang terdiri atas: jaringan telekomunikasi telah
a. pembangunan sistem
Telekomunikasi masih belum tertata mengikuti arahan RTRW Kota
prasarana telekomunikasi
sedangkan untuk menara sistem jaringan kabel serat Serang
telekomunikasi telah diatur optik dan tembaga berada di
Perda Kota Serang Nomor 8 seluruh wilayah;
Tahun 2010 Tentang Menara b. peningkatan jaringan
Telekomunikasi telekomunikasi kabel berada
di seluruh wilayah;
c. pembangunan STO meliputi:
1. sub blok I.A.2-02
Kelurahan Curug;
2. sub blok I.E.1-02
Kelurahan Kamanisan;
dan
3. sub blok I.E.1-03
Kelurahan Kamanisan.
d. pemanfaatan menara
telekomunikasi menara
seluler BTS (Base
Transceiver Station), diatur
berdasarkan peraturan
daerah tentang menara
telekomunikasi.

4. Rencana pengembangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Belum tersedia jaringan air Pasal 21, Rencana Rencana pengembangan
pengembangan jaringan air
jaringan air minum 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air minum perpipaan namun di jaringan air minum telah
minum sebagaimana dimaksud
Minum Kecamatan Curug terdapat dalam Pasal 19 huruf c, terdiri mengikuti arahan RTRW Kota
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana reservoir milik PDAM atas: Serang
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang Kabupaten Serang yang a. Rencana pengembangan air
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman melayani masyarakat Kota minum jaringan perpipaan
Serang yang berada di meliputi;
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kecamatan Serang dan 1. perlindungan dan
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman pelestarian sumber air
Dan Pekerjaan Umum Cipocokjaya
baku berada di seluruh
wilayah;
2. pengelolaan kualitas
sumber air baku berada
di seluruh wilayah;
3. pengendalian
pencemaran sumber air
baku berada di seluruh
wilayah;
4. peningkatan kapasitas
instalasi air bersih
beserta jaringan
distribusinya berada di
seluruh wilayah;
5. perawatan secara berkala
terhadap pipa jaringan air
bersih berada di seluruh
wilayah.
b. rencana pembangunan air
minum jaringan non
perpipaan berupa
pembangunan reservoir
meliputi:
1. sub blok I.A.2-02
Kelurahan Curug;
2. sub blok I.C.2-03
Kelurahan Tinggar; dan
3. sub blok I.E.1-04
Kelurahan Kamanisan.

5. Rencana pengembangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Pada kondisi eksisting saluran Pasal 22, Rencana Rencana pengembangan
pengembangan jaringan drainase
jaringan drainase Indonesia Nomor 12 /Prt/M/2014 Tentang drainase primer, sekunder dan jaringan drainase telah
sebagaimana dimaksud dalam
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan tersier di Kecamatan Curug Pasal 19 huruf d, meliputi: mengikuti arahan RTRW Kota
Masterplan Drainase Kota Serang masih dapat menampung air a. Rencana pengembangan Serang dan Masterplan
larian dari hujan namun sistem jaringan drainase Drainase Kota Serang
terkadang kondisi saluran primer (utama) yang
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana tersebut perlu normalisasi dibangun sesuai dengan
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang karena adanya lumpur dan topografinya dan kapasitas
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman sampah. yang dapat menampung
limpasan air hujan dari
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang
saluran sekunder dan tersier
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman
yang selanjutnya dialirkan
Dan Pekerjaan Umum ke sungai atau
waduk/embung yang
sekaligus di jadikan kawasan
pariwisata, diarahkan
berdasarkan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan
lokasi;
b. Rencana pengembangan
sistem jaringan drainase
sekunder selebar 1,5 - 2
(satu koma lima sampai
dengan dua) meter pada
setiap sisi jalan yang
dialirannya disesuaikan
dengan topografinya;
c. Rencana pengembangan
sistem saluran drainase
tersier selebar yang
pengembangan saling
terintegrasi dan terpadu
dengan sistem jaringan
drainase wilayahnya,
terutama di wilayah
permukiman yang belum ada
jaringan drainasenya dan di
wilayah permukiman baru;
d. penataan sistem jaringan
drainase sekunder dan
tersier
e. penataan dan
pengembangan pada sungai
dan anak sungai berada di
seluruh wilayah
f. pengerukan sungai dan anak
sungai berada di seluruh
wilayah
g. pembangunan bangunan
pengendali banjir, diarahkan
berdasarkan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan
lokasi yang berada di
wilayah Kecamatan Curug;
h. pembuatan dinding
pembatas sungai dan anak
sungai berada di seluruh
wilayah Kecamatan Curug;
i. mengatur kembali sistem
jaringan drainase yang
berhirarki dan terpadu
sesuai fungsinya baik secara
kuantitas ataupun kualitas
j. normalisasi dan rehabilitasi
saluran-saluran
pembuangan saluran
drainase primer dan
sekunder, yaitu sungai yang
ada di Kecamatan Curug.
k. perbaikan sistem jaringan
drainase yang telah rusak
berada di seluruh wilayah;
dan
l. penataan sistem jaringan
yang belum terlayani berada
di seluruh wilayah.
6. Rencana pengembangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Dibeberapa kawasan Pasal 23, Rencana Rencana pengembangan
pengembangan pengelolaan air
jaringan air limbah Perumahan Rakyat RI Nomor 04/PRT/M/2017 permukiman dan perumahan jaringan limbah telah
limbah sebagaimana dimaksud
Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air di Kecamatan Curug telah dalam Pasal 19 huruf e, terdiri mengikuti arahan RTRW Kota
Limbah Domestik dibangun IPAL komunal atas: Serang
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana melalui bantuan Kementerian a. Rencana sistem pengolaan
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang PUPR dan diselenggarakan air limbah setempat berupa
oleh Dinas Perumahan Rakyat pengembangan sistem
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman
dan Kawasan Permukiman pembuangan air limbah
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang rumah tangga individual dan
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Kota Serang
komunal pada kawasan
Dan Pekerjaan Umum perumahan dan permukiman
berada di seluruh wilayah;
b. peningkatan sarana
pengolahan air limbah
setempat berada di seluruh
wilayah Kecamatan Curug;
c. rencana sistem pengolaan air
limbah terpusat meliputi;
1. zona perkantoran;
2. zona perdagangan dan
jasa; dan
3. zona sarana pelayanan
umum.
d. pembangunan jaringan air
limbah berada di seluruh
wilayah;
e. sosialisasi tentang sanitasi
lingkungan berada di
seluruh wilayah; dan
f. pembangunan IPAL,
diarahkan berdasarkan
kajian kebutuhan dan studi
kelayakan.
7. Rencana pengembangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Jumlah TPS dan armada Pasal 24, Rencana Rencana pengembangan
pengembangan pengelolaan
prasarana lainnya Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan pengangkut sampah yang prasarana lainnya telah
persampahan, terdiri atas
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis melayani Kecamatan Curug a. pengembangan TPS,
mengikuti arahan RTRW Kota
Sampah Rumah Tangga saat ini masih sangat kurang diarahkan berdasarkan Serang
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana sehingga masyarakat kajian kebutuhan dan studi
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang Kecamatan Curug pada kelayakan,
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman umumnya mengolah b. mengoptimalkan system dan
pola penanganan
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang sampahnya dengan cara
persampahan berada di
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman dibakar seluruh wilayah.
Dan Pekerjaan Umum Belum adanya kesadaran
masyarakat tentang
bahayanya membuang
sampah sembarangan atau ke
sungai dan saluran drainase
Belum berkembangnya sistem
pengelolaan sampah 3R
sehingga dapat mengurangi
timbulan sampah.
2 RENCANA POLA RUANG

2.1 Zona lindung Pasal 26, Rencana zona lindung


terdiri atas zona perlindungan
setempat dan zona ruang
terbuka hijau
1. Zona hutan lindung Tidak ada Tidak ada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tidak ada
24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan
Hutan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
Pemanfaatan Hutan

2. Zona yang memberikan Tidak ada Tidak ada


Perda Nomor 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Tidak ada
perlindungan terhadap Kota Serang
zona di bawahnya
3. Zona perlindungan Mengacu pada Permen PU No. 28/PRT/M/2015 Masih banyak pelanggaran Pasal 27, zona perlindungan Telah ditetapkan zona
setempat tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan setempat seluas kurang lebih
pemanfaatan ruang perlindungan setempat
Sempadan Danau 55,43 hektar terdiri atas
terutama di sempadan sempadan sungai dengan sebagaimana tergambar
Perda Kota Serang Nomor 8 Tahun 2019 Tentang sungai luas kurang lebih 34,16 dalam peta rencana pola
Garis Sempadan hektar, dan zona sekitar ruang
danau atau waduk seluas
21,28 hektar
4. Ruang terbuka hijau (RTH) Mengacu pada Permen PU No. Luasan eksisting RTH Pasal 28 Zona RTH dengan luas Telah ditetapkan RTH
kurang lebih 552,43 (lima ratus
kota 5/PRT/M/2008 tenteng Pedoman Publik di Kecamatan Curug lima puluh dua koma empat tiga) sebagaimana tergambar
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di saat ini adalah ± 5% hektar, terdiri atas: dalam peta rencana pola
Kawasan Perkotaan a. taman kota (RTH-2); ruang.
b. taman kecamatan (RTH-3);
c. taman kelurahan (RTH-4);
d. taman rw (RTH-5);
e. taman rt (RTH-6);
f. pemakaman (RTH-7);
g. jalur hijau jalan (RTH-8);
h. zona sempadan SUTET
(RTH-10).
(2) Taman Kota dengan luas
kurang lebih 363,65 hektar
(3) Taman kecamatan berada
di sub blok 1.C.1-03
Kelurahan Sukalaksana
dengan luas kurang lebih
2,94 hektar
(4) Taman kelurahan dengan
luas kurang lebih 58,97
hektar
(5) Taman RW dengan luas
kurang lebih 4,77 hektar
(6) Taman RT dengan luas
kurang lebih 1,98 hektar
(7) Pemakaman dengan luas
kurang lebih 15,50 hektar
(8) Jalur hijau dengan luas
kurang lebih 2,59 hektar
(9) Zona sempadan SUTET
dengan kurang lebih 102,03
hektar
5. Zona suaka alam dan Keputusan Menteri Kehutanan No. Tidak ada Tidak ada Tidak ada
cagar budaya SK.3107/Menhut-VII/KUH/2014
Kepgub Banten No. 437/Kep.160-Huk/2018
6. Zona rawan bencana alam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Mineral Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2016 Tentang Penetapan Kawasan
Rawan Bencana Geologi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.22/Prt/M/2007 Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor
Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana
7. Zona lindung lainnya Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sistematika Rancangan Perda
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperda Penilaian Mandiri
RTRW
1 2 3 4 5 6
2.2 Zona budidaya Pasal 30, Rencana zona budidaya
terdiri atas:
a. Zona perumahan (R)
b. Zona perdagangan dan jasa (K)
c. Zona perkantoran (KT)
d. Zona peruntukan campuran (C)
e. Zona sarana pelayanan umum
(SPU)
f. Zona peruntukan lainnya (PL)
1. Zona perumahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Kota Serang merupakan kota Pasal 31 Telah ditetapkan zona
(1) Zona perumahan dengan luas
14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan penyangga dari Kota Cilegon perumahan sebagaimana
kurang lebih 2.289,40 hektar,
Perumahan Dan Kawasan Permukiman dan Kabupaten Serang terdiri atas: tergambar dalam peta
dimana sebagian besar pekerja a. Rumah kepadatan tinggi (R- rencana pola ruang.
industri yang berada di kedua 2)
wilayah tersebut tinggal dan b. Rumah kepadan sedang (R-
memiliki rumah di Kota 3)
Serang termasuk di wilayah c. Rumah kepadatan rendah
Kecamatan Curug (R-4)
(2) Rumah kepadatan tinggi
dengan luas kurang lebih
881,30 hektar
(3) Rumah kepadatan sedang
dengan luas kurang lebih
930,16 hektar
(4) Rumah kepadatan rendah
dengan luas kurang lebih
477,95 hektar
2. Zona perdagangan dan jasa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Sektor utama yang dimungkin Pasal 32 Telah ditetapkan zona
(1) Zona perdagangan dan jasa
34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan untuk berkembang di perdagangan dan jasa
denganluas kurang lebih
Kawasan Perkotaan Kecamatan Curug untuk 108,00 hektar terdiri atas: sebagaimana tergambar
menunjang kegiatan a. Skala kota (K-1) dalam peta rencana pola
perumahan dan perkantoran b. Skala ruang.
adalah sektor perdagangan (2) Skala kota dengan luas kurang
dan jasa lebih 86,38 hektar
3. Zona perkantoran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Keberadaan Kawasan Pusat Telah ditetapkan zona
34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Pemerintahan Provinsi Banten perkantoran sebagaimana
Kawasan Perkotaan (KP3B) adalah faktor utama tergambar dalam peta
pemicu pertumbuhan di rencana pola ruang.
Kecamatan Curug
4. Zona sarana pelayanan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Sarana Pelayanan Umum saat Sarana pelayanan umum
umum Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang ini dirasa masih kurang yang direncanakan
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman terutama untuk pendidikan diakomodir dalam
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang dan kesehatan peraturan zonasi dan tidak
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman tergambar dalam peta
Dan Pekerjaan Umum rencana pola ruang
5. Zona industri Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Di beberapa lokasi di Tidak Ada Kegiatan industri kecil dan
142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri Kecamatan Curug rumah tangga diakomodir
berkembang beberapa industri di Peraturan Zonasi
kecil dan rumah tangga
6. Zona khusus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dalam pedoman tidak ada
zona khusus
7. Zona lainnya UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Di Kecamatan Curug Telah ditetapkan zona
Kepariwisataan berkembang objek wisata baru pariwisata sebagaimana
Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dengan nama “Kapal Bosok” tergambar dalam peta
Nomor: KEP - 012/MKP/IV/2001, 2-4-2001, dimana lokasi tersebut rencana pola ruang dan
tentang Pedoman Umum Usaha Pariwisata dijadikan tenpat wisata ziarah sesuai dengan arahan
RTRW kota Serang
Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor
56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
LP2B
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
68 Tahun 2014 Tentang Penataan Wilayah
Pertahanan Negara
8. Zona campuran Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Saat ini telah berkembang Telah ditetapkan zona
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik kegiatan campuran berupa campuran sebagaimana
Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang rumah toko (ruko) dan rumah tergambar dalam peta
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata kantor (rukan) rencana pola ruang dan
Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota kajian terhadap kondisi
eksisting yang berkembang
4 PENETAPAN SUB BWP YANG
DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
Batas delineasi lokasi Sub BWP yang Lokasi sub BWP yang Telah ditetapkan lokasi
1. Lokasi
diprioritaskan penanganannya ditetapkan diprioritaskan penangannya sub BWP yang
dengan mempertimbangkan: tidak lepas dari keberadaan diprioritaskan
1) batas fisik, seperti blok dan subblok; KP3B dan kegiatan-kegiatan penangannya sesuai
yang muncul sebagai dengan potensi dan
2) fungsi kawasan, seperti zona dan subzona; penunjangnya permasalahan
3) wilayah administratif, seperti RT, RW,
desa/kelurahan, dan kecamatan;
4) penentuan secara kultural tradisional,
seperti kampung, desa adat, gampong, dan
nagari;
5) kesatuan karakteristik tematik, seperti
kawasan kota lama, lingkungan sentra
perindustrian rakyat, kawasan sentra
pendidikan, kawasan perkampungan
tertentu, dan kawasan permukiman
tradisional; dan
6) jenis kawasan, seperti kawasan baru yang
berkembang cepat, kawasan terbangun yang
memerlukan penataan, kawasan
dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan
kawasan gabungan atau campuran.
Tema penanganan Sub BWP yang diprioritaskan Tema sub BWP yang Telah ditetapkan tema sub
2. Tema penanganan
penanganannya diprioritaskan penangannya BWP yang diprioritaskan
terdiri atas: tidak lepas dari keberadaan penangannya sesuai
KP3B dan kegiatan-kegiatan dengan potensi dan
1) perbaikan prasarana, sarana, dan yang muncul sebagai permasalahan
blok/kawasan, contohnya melalui penataan penunjangnya
lingkungan permukiman kumuh(perbaikan
kampung), dan penataan lingkungan
permukiman nelayan;
2) pengembangan kembali prasarana, sarana,
dan blok/kawasan, contohnya melalui
peremajaan kawasan, pengembangan
kawasan terpadu, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan pascabencana;
3) pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan, contohnya melalui
pembangunan kawasan perumahan umum
(public housing) yang dibangun oleh
pemerintah dan swasta (Kawasan Siap
Bangun/Lingkungan Siap Bangun-Berdiri
Sendiri),pembangunan kawasan terpadu,
pembangunan desa agropolitan,
pembangunan kawasan perbatasan;
dan/atau
4) pelestarian/pelindungan blok/kawasan,
contohnya melalui pelestarian kawasan,
konservasi kawasan, dan revitalisasi
kawasan.
5 KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG
1. Program pemanfaatan ruang
prioritas
a. Program perwujudan program perwujudan rencana struktur ruang Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
rencana struktur ruang di yang meliputi: Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
BWP a. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
BWP; program pemanfaatan ruang dengan program yang ada
yang tercantum dalam di RPJMD, Revisi RTRW
b. perwujudan jaringan transportasi di Raperda Revisi RTRW Kota dan Rencana Strategis
BWP;dan Serang OPD terkait
c. perwujudan jaringan prasarana untuk BWP,
yang mencakup pula prasarana nasional
dan wilayah/regional didalam BWP yang
terdiri atas:
1) perwujudan jaringan
energi/kelistrikan;
2) perwujudan jaringan telekomunikasi;
3) perwujudan jaringan air minum;
4) perwujudan jaringan drainase;
5) perwujudan jaringan air limbah;
dan/atau
6) perwujudan jaringan prasarana
lainnya.
b. Program perwujudan program perwujudan rencana pola ruang di BWP Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
rencana pola ruang di BWP yang meliputi: Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
a. perwujudan zona lindung pada BWP program pemanfaatan ruang dengan program yang ada
termasuk didalam pemenuhan kebutuhan yang tercantum dalam di RPJMD, Revisi RTRW
RTH; dan Raperda Revisi RTRW Kota dan Rencana Strategis
b. perwujudan zona budi daya pada BWP yang Serang OPD terkait
terdiri atas:
1) perwujudan penyediaan fasilitas
sosial dan fasilitas umum diBWP;
2) perwujudan ketentuan pemanfaatan
ruang untuk setiap jenis pola ruang;
3) perwujudan intensitas pemanfaatan
ruang blok; dan/atau
4) perwujudan tata bangunan.
c. Program perwujudan program perwujudan penetapan Sub BWP yang Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
penetapan Sub BWP yang diprioritaskan Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
diprioritaskan penanganannya yang terdiri atas: mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
penanganannya program pemanfaatan ruang dengan program yang ada
a. program penyusunan RTBL; yang tercantum dalam di RPJMD, Revisi RTRW
b. perbaikan prasarana, sarana, dan Raperda Revisi RTRW Kota dan Rencana Strategis
blok/kawasan; Serang OPD terkait
c. pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan;
d. pengembangan kembali prasarana, sarana,
dan blok/kawasan; dan/atau
pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
d. Program perwujudan program perwujudan ketahanan terhadap Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
ketahanan terhadap perubahan iklim, dapat sebagai kelompok Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
perubahan iklim program tersendiri atau menjadi bagian dari mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
kelompok program lainnya, disesuaikan program pemanfaatan ruang dengan program yang ada
berdasarkan kebutuhannya yang tercantum dalam di RPJMD, Revisi RTRW
Raperda Revisi RTRW Kota dan Rencana Strategis
Serang OPD terkait
Lokasi merupakan tempat dimana usulan Dalam Matriks susunan Telah ditetapkan lokasi
2. Lokasi
program akan dilaksanakan tipologi program prioritas telah dari masing-masing
ditetapkan lokasi-lokasi program
pelaksanaan program
Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan Masing-masing OPD terkait Belum munculnya
3. Besaran
dan biaya masingmasing usulan program belum menyampaikan besaran kebutuhan anggaran
prioritas pengembangan wilayah yang akan biaya yang dibutuhkan untuk untuk masing-masing
dilaksanakan melaksanakan usulan program
program tersebut
4. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran Mengingat sangat terbatasnya Telah ditetapkan sumber
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) APBD Kota Serang maka pendanaan dari masing-
Kabupaten/Kota, APBD provinsi, Anggaran untuk sumber pendanaan masing program
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta, program pemanfaatan ruang
dan/atau masyarakat. Sumber pendanaan dapat akan diajukan pula melalui
dilengkapi dengan perkiraan kebutuhan biaya APBD Provinsi Banten dan
bagi masing-masing program APBN
5. Instansi Pelaksana Instansi pelaksana merupakan pihak-pihak Dalam Matriks susunan Telah ditetapkan instansi
pelaksana program prioritas yang meliputi tipologi program prioritas telah pelaksana dari masing-
pemerintah seperti satuan kerja perangkat ditetapkan instansi pelaksana masing program
daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau program
kementerian/lembaga, swasta, dan/atau
masyarakat.
6. Waktu dan Tahapan Program direncanakan dalam kurun waktu Dalam Matriks susunan Telah ditetapkan waktu
Pelaksanaan perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci tipologi program prioritas telah dan tahapan pelaksanaan
setiap 5 (lima) tahunan dan masing-masing ditetapkan waktu dan tahapan dari masing-masing
program mempunyai durasi pelaksanaan yang pelaksanaan program program
bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan
program prioritas disesuaikan dengan
pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP
daerah kabupaten/kota.
6 PERATURAN ZONASI

6.1 Materi wajib

1. Ketentuan kegiatan dan Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan Penggunaan Dalam raperda telah
penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan Lahan di Kecamatan Curug diinventarisir dan dikaji
penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan saat ini masih didominasi oleh kegiatan yang mungkin
dan penggunaan lahan yang bersyarat secara kegiatan perkebunan dan akan berkembang di
terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang perumahan namun dengan Kecamatan Curug
bersyarat tertentu, dan kegiatan dan adanya KP3B dapat memicu sehingga dimasukan
penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan kegiatan-kegiatan lain kedalam tabel ITBX
pada zona lindung maupun zona budi daya. berkembang

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan


dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun
standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang,
ketentuan dalam peraturan bangunan setempat,
dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan
atau komponen yang dikembangkan.
2. Ketentuan intensitas Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan
pemanfaatan ruang teknis tentang kepadatan zona terbangun yang
dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur
melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien
Daerah Hijau (KDH) baik di atas maupun di
bawah permukaan tanah.
a. KDB maksimum KDB adalah koefisien perbandingan antara luas Di Kecamatan Curug banyak Telah ditetapkan KDB
lantai dasar bangunan gedung dengan luas bangunan perdagangan dan maksimum pada masing-
persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan jasa yang melanggar nilai KDB masing zona
dengan mempertimbangkan tingkat pengisian maksimum sehingga
atau peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis terkadang tidak memiliki
penggunaan lahan. KDB maksimum dinyatakan lahan parkir dan sarana
dalam satuan persentase, misalnya di sebuah prasarana lainnya
zona dengan KDB 60%, maka properti yang
dapat dibangun luasnya tak lebih dari 60% dari
luas lahan
b. KLB maksimum KLB adalah koefisien perbandingan antara luas Di Kecamatan Curug sampai Telah ditetapkan KLB
seluruh lantai bangunan gedung dan luas saat ini belum ada yang maksimum pada masing-
persil/kavling. KLB minimum dan maksimum melanggar KLB mengingat masing zona
ditetapkan dengan mempertimbangkan harga masyarakatnya masih
lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan berorientasi pada
prasarana, dampak atau kebutuhan terhadap pembangunan horizontal
prasarana tambahan, serta ekonomi, sosial dan
pembiayaan.
d. KDH minimum KDH adalah angka prosentase perbandingan Di Kecamatan Curug banyak Telah ditetapkan KDH
antara luas seluruh ruang terbuka di luar kegiatan yang melanggar nilai minimum pada masing-
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi KDH minimum bahkan ada masing zona
pertamanan/penghijauan dengan luas yang KDHnya nol
persil/kavling. KDH minimal digunakan untuk
mewujudkan RTH dan diberlakukan secara
umum pada suatu zona. KDH minimal
ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat
pengisian atau peresapan air dan kapasitas
drainase. KDH minimal dinyatakan dinyatakan
dalam satuan persentase, misalnya di sebuah
zona dengan KDH 20%.
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang
3. Ketentuan tata bangunan
mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan
tampilan bangunan pada suatu zona untuk
menjaga keselamatan dan keamanan bangunan
a. GSB minimal GSB adalah jarak minimum antara garis pagar Masih banyak pelanggaran Telah ditetapkan KDH
terhadap dinding bangunan terdepan. GSB GSB di sepanjang jalan utama minimum pada masing-
ditetapkan dengan mempertimbangkan dan lingkungan masing zona
keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan, dan estetika.
b. Tinggi bangunan Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum Bangunan tertinggi saat ini Ketentuan tinggi bangunan
maksimum atau bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi yang berada di Kecamatan maksimum dan minimum
minimal tertentu dan diukur dari jarak maksimum Curug adalah Gedung SKPD mengikuti ketentuan KLB
puncak atap bangunan terhadap (permukaan) Terpadu di KP3B yaitu 10
tanah yang dinyatakan dalam satuan meter. lantai
c. Jarak bebas antar Jarak bebas antar bangunan minimal yang Pada umumnya masyarakat di Telah ditetapkan jarak
bangunan minimal harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas Kecamatan Curug tidak bebas antar bangunan
yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan memperhatikan jarak bebas minimal pada masing-
ketinggian bangunan antar bangunan masing zona
d. Jarak bebas samping JBB adalah jarak minimum antara garis batas Pada umumnya masyarakat di Telah ditetapkan jarak
dan belakang petak belakang terhadap dinding bangunan Kecamatan Curug tidak bebas samping dan
terbelakang. Jarak Bebas Samping (JBS) memperhatikan jarak bebas belakang pada masing-
merupakan jarak minimum antara batas petak samping dan belakang masing zona
samping terhadap dinding bangunan terdekat
4. Ketentuan prasarana dan Ketentuan prasarana dan sarana pendukung Masih banyak kegiatan yang Telah ditetapkan
sarana minimal minimal mengatur jenis prasarana dan sarana tidak memiliki sarana dan ketentuan prasarana dan
pendukung minimal apa saja yang harus ada prasarana minimal terutama sarana minimal pada
pada setiap zona peruntukan. Jenis prasarana kegiatan perkantoran dan masing-masing zona
dan sarana minimal ditentukan berdasarkan perdagangan dan jasa
sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona
peruntukannya. Sedangkan volume atau
kapasitasnya ditentukan berdasarkan pada
perkiraan jumlah orang yang menghuni zona
peruntukan tersebut.
Ketentuan prasarana dan sarana minimal
berfungsi sebagai kelengkapan dasar fisik
lingkungan dalam rangka menciptakan
lingkungan yang nyaman melalui penyediaan
prasarana dan sarana yang sesuai agar zona
berfungsi secara optimal.
Ketentuan prasarana dan sarana minimum
sekurangnya harus mengatur jenis prasarana
dan sarana pendukung untuk lima zona
budidaya utama, perumahan, komersial, PSU,
industri dan zona hijau budidaya. Prasarana dan
sarana minimum pada Zona Lainnya diatur
mengikuti aturan pada kelima zona di atas.
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi
dapat berupa prasarana parkir, aksesibilitas
untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda,
bongkar muat, dimensi jaringan jalan,
kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana
lainnya yang diperlukan.
Ketentuan prasarana dan sarana minimal
ditetapkan sesuai dengan ketentuan mengenai
prasarana dan sarana yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang.
5. Ketentuan khusus Ketentuan khusus adalah ketentuan yang Tidak terdapat zona khusus Tidak ditetapkan adanya
mengatur pemanfaatan zona yang memiliki ketentuan khusus
fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan
khusus sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-
zona yang digambarkan di peta khusus yang
memiliki pertampalan (overlay) dengan zona
lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan
yang ditampalkan (overlay) di atas aturan dasar
karena adanya hal-hal khusus yang memerlukan
aturan tersendiri karena belum diatur di dalam
aturan dasar.
Komponen ketentuan khusus antara lain
meliputi:
1) bandar udara, antara lain meliputi kawasan
keselamatan operasi penerbangannya
(KKOP), batas kawasan kebisingan, dan
kawasan di sekitar bandar udara yang
penting untuk diperhatikan;
2) cagar budaya atau adat;
3) rawan bencana;
4) tempat evakuasi bencana (TES dan TEA);
5) pertahanan keamanan (hankam);
6) pusat penelitian (observatorium, peluncuran
roket, dan lainlain);
7) kawasan berorientasi transit (TOD); dan
8) lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B).
6. Standar Teknis Standar teknis adalah aturan-aturan teknis Belum ada standar teknis Telah ditetapkan
pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi panduan dalam ketentuan prasarana dan
permukiman perkotaan yang ditetapkan penyediaan sarana dan sarana minimal pada
berdasarkan peraturan/standar/ ketentuan prasarana pemukiman masing-masing zona
teknis yang berlaku serta berisi panduan yang perkotaan sehingga dalam
terukur dan ukuran yang sesuai dengan pelaksanaan
kebutuhan. pembangunannya terutama
Standar teknis ini berfungsi sebagai panduan yang dilaksanakan oleh
pelaksanaan pembangunan dan sekaligus juga swadaya masyarakat
berfungsi sebagai instrumen pemeriksaan dan terkadang tidak
pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang. mempertimbangkan ketentuan
teknis
Secara garis besar, standar teknis pemanfaatan
ruang meliputi:
1) standar kebutuhan utilitas, mengatur
besarnya kebutuhan/kapasitas utilitas (air
bersih, persampahan, air limbah, drainase,
listrik, telpon, gas masak, tv kabel, dst)
untuk setiap jenis peruntukan ruang;
2) standar sarana pendukung (Fas.
Peribadatan, Fas. Pendidikan, Fas.
Perdagangan, Fas. Sosial, Fas. Olahraga,
Fas. Keamanan, RTH/Taman, SPBU, SPBE,
dst) yang sesuai dengan jumlah penduduk
atau orang yang harus dilayaninya;
3) standar prasarana pendukung (parkir,
pedestrian, jalur sepeda, TPS, dsb) yang
sesuai dengan jumlah penduduk atau orang
yang harus dilayaninya; dan
4) standar prasarana lain (media luar ruang)
yang sesuai dengan desain estetika
lingkungan yang diinginkan.
Standar teknis yang digunakan dalam
penyusunan RDTR mengikuti peraturan
perundang-undangan, termasuk Standar
Nasional Indonesia (SNI).
5. Ketentuan pelaksanaan Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang Saat ini masih banyak Kegiatan yang sudah
berkaitan dengan pelaksanaan penerapan keggiatan yang sudah tidak tidak sesuai dengan
peraturan daerah RDTR dan PZ yang terdiri atas: sesuai dengan rencana tata rencana tata ruang (Perda
1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang ruang namun masih berjalan Kota Serang No.6 Tahun
merupakan ketentuan yang memberikan dan beberapa kegiatan 2011 Tentang RTRW
kelonggaran untuk menyesuaikan dengan tersebut memiliki izin yang tahun 2010-2030) namun
kondisi tertentu dengan tetap mengikuti sah yang dikeluarkan ketika memiliki izin yang sah
ketentuan massa ruang yang ditetapkan masih pemerintahan berdasarkan ketentauan
dalam peraturan zonasi. Hal ini kabupaten serang perundang-undangan
dimaksudkan untuk menampung dinamika yang berlaku akan
pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar diakomodir dalam
antara lain transfer of development rights Ketentuan kegiatan dan
(TDR) dan air right development yang dapat penggunaan lahan (ITBX)
diatur lebih lanjut dalam RTBL. dengan pembatasan atau
persyaratan yang ketat
2) Ketentuan pemberian insentif dan dan ditambah dengan
disinsentif yang merupakan ketentuan yang disinsentif
memberikan insentif bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan memberikan
dampak positif bagi masyarakat, serta yang
memberikan disinsentif bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang dan memberikan
dampak negatif bagi masyarakat. Insentif
dapat berbentuk kemudahan perizinan,
keringanan pajak, kompensasi, imbalan,
subsidi prasarana, pengalihan hak
membangun, dan ketentuan teknis lainnya.
Sedangkan disinsentif dapat berbentuk
antara lain pengetatan persyaratan,
pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi,
pengenaan denda, pembatasan penyediaan
prasarana dan sarana, atau kewajiban
untuk penyediaan prasarana dan sarana
kawasan.
3) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang
sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku
untuk pemanfaatan ruang yang izinnya
diterbitkan sebelum penetapan
RDTR/peraturan zonasi, dan dapat
dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh
sesuai dengan prosedur yang benar.
4) Aturan peralihan yang mengatur status
pemanfaatan ruang yang berbeda dengan
fungsi ruang zona peruntukannya. Sesuai
dengan UU No 26 Tahun 2007, untuk
pemanfaatan ruang yang berbeda dapat
diberikan tenggang waktu selama 36 bulan
untuk menyesuaikan terhadap fungsi zona
peruntukannya atau pindah ke zona yang
sesuai. Untuk pemanfaatan ruang tertentu
yang memenuhi persyaratan dapat
mengajukan persetujuan “legal non-
conforming use” atau persetujuan
“conditional use.”
6.1 Teknik Pengaturan Zonasi
(Materi Pilihan)
1. TDR TDR adalah teknik pengaturan zonasi yang Belum pernah dilaksanakan Telah ditetapkan
memungkinkan pemilik tanah untuk menjual TDR di Kota Serang karena : ketentuan TDR pada
haknya untuk membangun kepada pihak 1. belum adanya aturan masing-masing zona
lain,nsehingga si pembeli dapat membangun yang mengatur
propertinya dengan intensitas lebih tinggi.
Umumnya, TDR digunakan untuk melindungi 2. masyarakat kota serang
penggunaan lahan pertanian atau penggunaan masih berorientasi pada
lahan hijau lainnya dari konversi penggunaan pembangunan vertikal
lahan, dimana pemilik lahan pertanian/hijau karena masih banyaknya
dapat mempertahankan kegiatan pertaniannya tanah yang kosong
dan memperoleh uang sebagai ganti rugi atas
haknya untuk membangun.
2. Bonus Zoning Bonus zoning adalah teknik pengaturan zonasi Belum pernah dilaksanakan Telah ditetapkan
yang memberikan izin kepada pengembang bonus zoning di Kota Serang ketentuan bonus zoning
untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan karena : pada masing-masing zona
ruang melebihi aturan dasar, dengan imbalan 1. belum adanya aturan
(kompensasi) pengembang tersebut harus yang mengatur
menyediakan sarana publik tertentu, misalnya
RTH, terowongan penyeberangan dsb. Penerapan 2. masyarakat kota serang
bonus zoning harus memenuhi kriteria berikut: masih berorientasi pada
pembangunan vertikal
1) diberikan pada pengembang yang belum karena masih banyaknya
atau tidak pernah menambah intensitas tanah yang kosong
pemanfaatan ruangnya;
2) hanya dapat diberlakukan pada zona
komersial, zona perkantoran, dan zona
perumahan, khususnya untuk rumah
susun; dan
3) harus didahului dengan analisis daya
dukung daya tampung lingkungan untuk
mengetahui:
a. penambahan intensitas pemanfaatan
ruang pada blok peruntukan agar
masih dalam daya dukung
lingkungannya;
b. dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan beserta besar
kerugiannya; dan
c. kompensasi pembangunan sarana
publik.
Kompensasi pembangunan sarana publik
diutamakan untuk dilaksanakan pada sub
kawasan dimana bonus zoning diterapkan,
namun dapat juga dilaksanakan pada kawasan
lainnya dengan persyaratan tertentu
berdasarkan keputusan Pemerintah Daerah.
3. Conditional Uses Conditional uses adalah teknik pengaturan Belum pernah dilaksanakan Telah ditetapkan
zonasi yang memungkinkan suatu pemanfaatan bonus zoning di Kota Serang ketentuan Conditional
ruang yang dianggap penting atau diperlukan karena belum adanya aturan Uses pada masing-masing
keberadaannya, untuk dimasukkan ke dalam jelas yang mengatur zona
satu zona peruntukan tertentu sekalipun
karakteristiknya tidak memenuhi kriteria zona
peruntukan tersebut. Pemerintah daerah dapat
menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat
atau Conditional Use Permit (CUP) setelah
melalui pembahasan dan pertimbangan TKPRD.
CUP diberikan dengan kriteria:
1) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin
memiliki tingkat kepentingan yang nyata
bagi kepentingan orang banyak atau
kawasan perkotaan secara keseluruhan;
2) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin
tidak mengganggu fungsi ruang di
sekitarnya; dan
3) Pemberian izin harus melalui pertimbangan
TKPRD.

Saya yang bertandatangan di bawah ini, selaku Kepala Daerah … menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap materi muatan Rancangan Perda … apabila
terdapat ketidaksesuaian materi muatan dengan peraturan perundang-undangan terkait bidang penataan ruang, maka persetujuan substansi dinyatakan batal.

Bupati/Walikota,

… ………………………………………

Catatan:
*Sistematika sebagaimana dimaksud pada kolom 2 (dua) menyesuaikan dengan NSPK bidang penataan ruang tentang pedoman penyusunan RDTR.

Anda mungkin juga menyukai