Anda di halaman 1dari 17

Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Detil Tata

Ruang Sub Pusat Pelayanan Kota Kecamatan Curug, Kasemen, Taktakan, dan Walantaka
Kota Serang 2019-2029

Kecamatan Taktakan
Nomor :
Tanggal :

Sistematika Rancangan Perda Muatan Raperda


No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Penilaian Mandiri
RTRW
1 2 3 4 6
1 TUJUAN PENATAAN BWP Tujuan penataan BWP merupakan nilai Kecamatan Taktakan 1. sudah sesuai dengan
dan/atau kualitas terukur yang diperkirakan berkembang priorotas RPJMD Kota
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian karena adanya Kawasan Serang tahun 2018-2023.
sebagaimana ditetapkan Pergudangan, perdagangan 2. Sudah sesuai dengan potensi
dan jasa serta beberapa unggulan yang akan
dalam RTRW kabupaten/kota dan merupakan kegiatan lain seperti
alasan disusunnya RDTR dikembangkan serta
perumahan dan pertanian. kecenderungan
tersebut, serta apabila diperlukan dapat perkembangan
dilengkapi konsep pencapaian. pembangunan di Kecamatan
Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan Taktakan saat ini.
direncanakan di BWP.
Tujuan penataan BWP berfungsi:
a. sebagai acuan untuk penyusunan
rencana pola ruang, penyusunan
b. rencana struktur ruang, penetapan Sub
BWP yang diprioritaskan
c. penanganannya, penyusunan ketentuan
pemanfaatan ruang,
d. penyusunan peraturan zonasi; dan
e. untuk menjaga konsistensi dan
keserasian pengembangan kawasan
f. perkotaan dengan RTRW
kabupaten/kota.
Perumusan tujuan penataan BWP didasarkan
pada:
a. Arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota;
b. Isu strategis BWP, yang antara lain
dapat berupa potensi, masalah, dan
urgensi penanganan; dan
c. Karakteristik BWP.
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a. Keseimbangan dan keserasian
antarbagian dari wilayah
kabupaten/kota;
b. Fungsi dan peran BWP;
c. Potensi investasi;
d. Keunggulan dan daya saing BWP;
e. Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
f. Peran dan aspirasi masyarakat dalam
pembangunan; dan
g. Prinsip-prinsip yang merupakan
penjabaran dari tujuan tersebut.
2 RENCANA STRUKTUR RUANG Rencana struktur ruang merupakan susunan
pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan
prasarana di BWP yang akan dikembangkan
untuk mencapai tujuan dalam melayani
kegiatan skala BWP.
Rencana struktur ruang berfungsi sebagai:
a. Pembentuk sistem pusat pelayanan di
dalam BWP;
b. Dasar perletakan jaringan serta rencana
pembangunan prasarana dan utilitas
dalam BWP sesuai dengan fungsi
pelayanannya; dan
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan
aksesibilitas lingkungan dalam RTBL
dan rencana teknis sektoral.
Rencana struktur ruang dirumuskan
berdasarkan:
a. Rencana struktur ruang wilayah
kabupaten/kota yang termuat dalam
RTRW;
b. Kebutuhan pelayanan dan
pengembangan bagi BWP; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait.
Rencana struktur ruang dirumuskan dengan
kriteria:
a. Memperhatikan rencana struktur ruang
BWP lainnya dalam wilayah
kabupaten/kota;
b. Memperhatikan rencana struktur ruang
kabupaten/kota sekitarnya yang
berbatasan langsung dengan BWP;
c. Menjamin keterpaduan dan prioritas
pelaksanaan pembangunan prasarana
dan utilitas pada BWP;
d. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan
prasarana dan utilitas BWP termasuk
kebutuhan pergerakan manusia dan
barang; dan
e. Mempertimbangkan inovasi dan/atau
rekayasa teknologi.
2.1 Rencana Pengembangan Rencana pengembangan pusat pelayanan Di Kecamatan Taktakan Dalam raperda telah
Pusat Pelayanan merupakan distribusi pusat-pusat pelayanan di wilayah yang menjadi pusat ditetapkan PPK, SPPK dan PL
dalam BWP yang akan melayani sub BWP, pertumbuhan pembangunan
dapat meliputi: adalah Kelurahan Taktakan
sebagai Ibukota kecamatan
1) pusat pelayanan kota/kawasan perkotaan;
2) sub pusat pelayanan kota/kawasan
perkotaan; dan
3) pusat lingkungan, berupa:
a) pusat lingkungan kecamatan;
b) pusat lingkungan kelurahan; dan/atau
c) pusat rukun warga.
2.2 Rencana Jaringan Untuk RDTR kota, terdiri atas:
Transportasi a) jaringan jalan dan jaringan kereta api sesuai
dengan yang
termuat dalam RTRW kota;
b) jaringan jalan lingkungan primer dan
lingkungan sekunder;
c) jalur pejalan kaki;
d) jalur sepeda (jika ada); dan
e) jaringan jalan lainnya yang meliputi:
(1) jalan masuk dan keluar terminal barang
serta
terminal orang/penumpang sesuai ketentuan
yang
berlaku (terminal tipe A, terminal tipe B,
terminal
tipe C, dan/atau pangkalan angkutan umum);
(2) jaringan jalan moda transportasi umum
(jalan masuk
dan keluarnya terminal barang/orang hingga
pangkalan angkutan umum dan halte); dan
(3) jalan masuk dan keluar parkir.
1. jaringan jalan dan jaringan Keputusan Gubernur Banten Nomor Jaringan jalan di Kota Serang Rencana pengembangan
kereta api sesuai dengan 620/Kep.420/Huk/2016 Tentang Penetapan pada kondisi eksisting tidak jaringan jalan telah
yang termuat dalam RTRW Fungsi Status dan Kelas Jalan Provinsi Banten ada penambahan ruas jalan mengikuti arahan RTRW Kota
kota dan Penetapan Fungsi Jalan Kabupaten/Kota di baru dan tidak terdapat Serang
Wilayah Provinsi Banten di luar Arteri Primer lintasan rel kereta api
dan Kolektor Primer
Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor Pm. 11 Tahun 2012 Tentang
Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Raperda revisi RTRW Kota Serang
2. jaringan jalan lingkungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Di Kecamatan Taktakan jalan Rencana pengembangan
primer dan lingkungan 34 Tahun 2006 Tentang Jalan lingkungan belum jaringan jalan telah
sekunder Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor teridentifikasi secara lengkap mengikuti arahan RTRW Kota
14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan dan terdapat penambahan Serang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman ruas jalan lingkungan karena
adanya pembangunan
Raperda revisi RTRW Kota Serang beberapa perumahan
3. jalur pejalan kaki Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Di Kecamatan Taktakan belum Rencana penyediaan jalur
Nomor 79 Tahun 2013 Tentang tersedia jalur pejalan kaki pejalan kaki hanya
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan direncanakan berada pada
jaringan jalan arteri dan
kolektor
4. jalur sepeda Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tidak tersedia jalur sepeda Tidak ada rencana
Nomor 79 Tahun 2013 Tentang penyediaan jalur sepeda
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
5. jaringan jalan lainnya

a. jalan masuk dan Peraturan Menteri Perhubungan No 40/2015 Saat ini di Kecamatan Rencana pengembangan
keluar terminal Tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Taktakan tidak terdapat jaringan jalan telah
Terminal Penumpang Angkutan Jalan Terminal Angkutan Umum mengikuti arahan RTRW Kota
namun ada rencana Serang
pembangunan terminal tipe a
baru berdasarkan RTRW Kota
Serang
b. jaringan jalan moda Peraturan Menteri Perhubungan Republik Transportasi umum yang Rencana pengembangan
transportasi umum Indonesia Nomor Pm 15 Tahun 2019 Tentang tersedia di Kecamatan jaringan jalan telah
Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Taktakan meliputi angkutan mengikuti arahan RTRW Kota
Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek kota (angkot) dan AKDP. Serang
Peraturan Menteri Perhubungan No 29/2015 Jaringan jalan moda
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri transportasi umum masih
Perhubungan No 98 Tahun 2013 Tentang bergabung dengan jalan
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang eksisting
Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam
Trayek
c. jalan masuk dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Penyedian ruang parkir di Telah direncanakan
keluar parkir Darat Nomor : 272/Hk.105/Drjd/96 Tentang kawasan perkantoran, penyediaan perparkiran on
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas perdagangan dan jasa di street dan off street serta
Parkir Kecamatan Taktakan masih jumlah minimal SRP pada
sangat kurang masing-masing zona
2.3 Rencana Jaringan Prasarana

1. Rencana pengembangan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2019 Kecamatan Taktakan dilewati Rencana pengembangan
jaringan energi/kelistrikan – 2038 jaringan SUTET namun tidak jaringan energi/kelistrikan
Kepmen ESDM RI Nomor 1567 K/21/MEM/2018 ada rencana pembangunan telah mengikuti arahan
Tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan gardu dan pembangkit listrik RTRW Kota Serang
Tenaga Listrik PT. PLN Tahun 2018-2027
3. Rencana pengembangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Jaringan kabel serat optik dan Rencana pengembangan
jaringan telekomunikasi 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan kabel telekomunikasi lainnya jaringan telekomunikasi telah
Telekomunikasi masih belum tertata mengikuti arahan RTRW Kota
sedangkan untuk menara Serang
telekomunikasi telah diatur
Perda Kota Serang Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Menara
Telekomunikasi
4. Rencana pengembangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Belum tersedia jaringan air Rencana pengembangan
jaringan air minum 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air minum perpipaan jaringan air minum telah
Minum mengikuti arahan RTRW Kota
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Serang
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman
Dan Pekerjaan Umum
5. Rencana pengembangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Pada kondisi eksisting saluran Rencana pengembangan
jaringan drainase Indonesia Nomor 12 /Prt/M/2014 Tentang drainase primer, sekunder dan jaringan drainase telah
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan tersier di Kecamatan Taktakan mengikuti arahan RTRW Kota
Masterplan Drainase Kota Serang masih dapat menampung air Serang dan Masterplan
larian dari hujan namun Drainase Kota Serang
terkadang kondisi saluran
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana tersebut perlu normalisasi
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang karena adanya lumpur dan
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman sampah.
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman
Dan Pekerjaan Umum
6. Rencana pengembangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Dibeberapa kawasan Rencana pengembangan
jaringan air limbah Perumahan Rakyat RI Nomor 04/PRT/M/2017 permukiman dan perumahan jaringan limbah telah
Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air di Kecamatan Taktakan telah mengikuti arahan RTRW Kota
Limbah Domestik dibangun IPAL komunal Serang
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana melalui bantuan Kementerian
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang PUPR dan diselenggarakan
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman oleh Dinas Perumahan Rakyat
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang dan Kawasan Permukiman
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Kota Serang
Dan Pekerjaan Umum
7. Rencana pengembangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Jumlah TPS dan armada Rencana pengembangan
prasarana lainnya Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan pengangkut sampah yang prasarana lainnya telah
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis melayani Kecamatan Taktakan mengikuti arahan RTRW Kota
Sampah Rumah Tangga saat ini masih sangat kurang Serang
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana sehingga masyarakat
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang Kecamatan Taktakan pada
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman umumnya mengolah
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang sampahnya dengan cara
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman dibakar
Dan Pekerjaan Umum Belum adanya kesadaran
masyarakat tentang
bahayanya membuang
sampah sembarangan atau ke
sungai dan saluran drainase
Belum berkembangnya sistem
pengelolaan sampah 3R
sehingga dapat mengurangi
timbulan sampah.
2 RENCANA POLA RUANG

2.1 Zona lindung

1. Zona hutan lindung Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tidak ada Tidak ada
24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan
Hutan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
Pemanfaatan Hutan

2. Zona yang memberikan Perda Nomor 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Dalam RTRW Kota Serang Tidak ada
perlindungan terhadap Kota Serang ditetapkan di Kelurahan
zona di bawahnya Cilowong dan Sayar
3. Zona perlindungan Mengacu pada Permen PU No. 28/PRT/M/2015 Masih banyak pelanggaran Telah ditetapkan zona
setempat tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan pemanfaatan ruang perlindungan setempat
Sempadan Danau terutama di sempadan sebagaimana tergambar
Perda Kota Serang Nomor 8 Tahun 2019 Tentang sungai dalam peta rencana pola
Garis Sempadan ruang
4. Ruang terbuka hijau (RTH) Mengacu pada Permen PU No. Luasan eksisting RTH Telah ditetapkan RTH
kota 5/PRT/M/2008 tenteng Pedoman Publik di Kecamatan sebagaimana tergambar
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Taktakan saat ini adalah ± dalam peta rencana pola
Kawasan Perkotaan 2% ruang.

5. Zona suaka alam dan Keputusan Menteri Kehutanan No. Tidak ada Tidak ada
cagar budaya SK.3107/Menhut-VII/KUH/2014
Kepgub Banten No. 437/Kep.160-Huk/2018
6. Zona rawan bencana alam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Tidak ada Tidak ada
Mineral Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2016 Tentang Penetapan Kawasan
Rawan Bencana Geologi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.22/Prt/M/2007 Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor
Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana
7. Zona lindung lainnya Tidak ada Tidak ada

2.2 Zona budidaya

1. Zona perumahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Kota Serang merupakan kota Telah ditetapkan zona
14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan penyangga dari Kota Cilegon perumahan sebagaimana
Perumahan Dan Kawasan Permukiman dan Kabupaten Serang tergambar dalam peta rencana
dimana sebagian besar pekerja pola ruang.
industri yang berada di kedua
wilayah tersebut tinggal dan
memiliki rumah di Kota
Serang termasuk di wilayah
Kecamatan Taktakan
2. Zona perdagangan dan jasa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Sektor utama yang dimungkin Telah ditetapkan zona
34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan untuk berkembang di perdagangan dan jasa
Kawasan Perkotaan Kecamatan Taktakan untuk sebagaimana tergambar dalam
menunjang kegiatan peta rencana pola ruang.
perumahan dan perkantoran
adalah sektor perdagangan
dan jasa
3. Zona perkantoran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Kegiatan perkantoran Telah ditetapkan zona
34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan berkembang di sepanjang perkantoran sebagaimana
Kawasan Perkotaan jalan utama tergambar dalam peta rencana
pola ruang.
4. Zona sarana pelayanan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Sarana Pelayanan Umum saat Sarana pelayanan umum yang
umum Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Tentang ini dirasa masih kurang direncanakan diakomodir
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman terutama untuk pendidikan dalam peraturan zonasi dan
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang dan kesehatan tidak tergambar dalam peta
Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman rencana pola ruang
Dan Pekerjaan Umum
5. Zona industri Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Di beberapa lokasi di Kegiatan industri kecil dan
142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri Kecamatan Taktakan rumah tangga diakomodir di
berkembang beberapa industri Peraturan Zonasi
kecil dan rumah tangga
6. Zona khusus Tidak ada Tidak ada Dalam pedoman tidak ada
zona khusus
7. Zona lainnya UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Di Kecamatan Taktakan terdapat Telah ditetapkan zona
kegiatan pergudangan,
Kepariwisataan pertahanan dan keamanan,
pertahanan
Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan keamanan (Grup 1 Kopassus), perdagangan dan jasa serta
Nomor: KEP - 012/MKP/IV/2001, 2-4-2001, dan Tempat TPA sebagaimana tergambar
tentang Pedoman Umum Usaha Pariwisata Pemrosesan Akhir (TPA) dalam peta rencana pola
ruang dan sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor arahan RTRW kota Serang
56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
LP2B
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
68 Tahun 2014 Tentang Penataan Wilayah
Pertahanan Negara
8. Zona campuran Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Saat ini telah berkembang Telah ditetapkan zona
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik kegiatan campuran berupa campuran sebagaimana
Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang rumah toko (ruko) dan rumah tergambar dalam peta rencana
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata kantor (rukan) pola ruang dan kajian
Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota terhadap kondisi eksisting
yang berkembang
4 PENETAPAN SUB BWP YANG
DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
Batas delineasi lokasi Sub BWP yang Lokasi sub BWP yang Telah ditetapkan lokasi sub
1. Lokasi
diprioritaskan penanganannya ditetapkan diprioritaskan penangannya BWP yang diprioritaskan
dengan mempertimbangkan: tidak lepas dari sektor penangannya sesuai dengan
1) batas fisik, seperti blok dan subblok; pertanian dan perdagangan potensi dan permasalahan
jasa
2) fungsi kawasan, seperti zona dan subzona;
3) wilayah administratif, seperti RT, RW,
desa/kelurahan, dan kecamatan;
4) penentuan secara kultural tradisional,
seperti kampung, desa adat, gampong, dan
nagari;
5) kesatuan karakteristik tematik, seperti
kawasan kota lama, lingkungan sentra
perindustrian rakyat, kawasan sentra
pendidikan, kawasan perkampungan
tertentu, dan kawasan permukiman
tradisional; dan
6) jenis kawasan, seperti kawasan baru yang
berkembang cepat, kawasan terbangun yang
memerlukan penataan, kawasan
dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan
kawasan gabungan atau campuran.
Tema penanganan Sub BWP yang diprioritaskan Tema sub BWP yang Telah ditetapkan tema sub
2. Tema penanganan
penanganannya diprioritaskan penangannya BWP yang diprioritaskan
terdiri atas: tidak lepas dari sektor penangannya sesuai dengan
pertanian dan perdagangan potensi dan permasalahan
1) perbaikan prasarana, sarana, dan jasa serta kegiatan-kegiatan
blok/kawasan, contohnya melalui penataan yang muncul sebagai
lingkungan permukiman kumuh(perbaikan penunjangnya
kampung), dan penataan lingkungan
permukiman nelayan;
2) pengembangan kembali prasarana, sarana,
dan blok/kawasan, contohnya melalui
peremajaan kawasan, pengembangan
kawasan terpadu, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan pascabencana;
3) pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan, contohnya melalui
pembangunan kawasan perumahan umum
(public housing) yang dibangun oleh
pemerintah dan swasta (Kawasan Siap
Bangun/Lingkungan Siap Bangun-Berdiri
Sendiri),pembangunan kawasan terpadu,
pembangunan desa agropolitan,
pembangunan kawasan perbatasan;
dan/atau
4) pelestarian/pelindungan blok/kawasan,
contohnya melalui pelestarian kawasan,
konservasi kawasan, dan revitalisasi
kawasan.
5 KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG
1. Program pemanfaatan ruang
prioritas
a. Program perwujudan program perwujudan rencana struktur ruang Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
rencana struktur ruang di yang meliputi: Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
BWP a. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
BWP; program pemanfaatan ruang dengan program yang ada di
yang tercantum dalam RPJMD, Revisi RTRW dan
b. perwujudan jaringan transportasi di Raperda Revisi RTRW Kota Rencana Strategis OPD
BWP;dan Serang terkait
c. perwujudan jaringan prasarana untuk BWP,
yang mencakup pula prasarana nasional
dan wilayah/regional didalam BWP yang
terdiri atas:
1) perwujudan jaringan
energi/kelistrikan;
2) perwujudan jaringan telekomunikasi;
3) perwujudan jaringan air minum;
4) perwujudan jaringan drainase;
5) perwujudan jaringan air limbah;
dan/atau
6) perwujudan jaringan prasarana
lainnya.
b. Program perwujudan program perwujudan rencana pola ruang di BWP Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
rencana pola ruang di BWP yang meliputi: Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
a. perwujudan zona lindung pada BWP mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
termasuk didalam pemenuhan kebutuhan program pemanfaatan ruang dengan program yang ada di
RTH; dan yang tercantum dalam RPJMD, Revisi RTRW dan
Raperda Revisi RTRW Kota Rencana Strategis OPD
b. perwujudan zona budi daya pada BWP yang Serang terkait
terdiri atas:
1) perwujudan penyediaan fasilitas
sosial dan fasilitas umum diBWP;
2) perwujudan ketentuan pemanfaatan
ruang untuk setiap jenis pola ruang;
3) perwujudan intensitas pemanfaatan
ruang blok; dan/atau
4) perwujudan tata bangunan.
c. Program perwujudan program perwujudan penetapan Sub BWP yang Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
penetapan Sub BWP yang diprioritaskan Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
diprioritaskan penanganannya yang terdiri atas: mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
penanganannya program pemanfaatan ruang dengan program yang ada di
a. program penyusunan RTBL; yang tercantum dalam RPJMD, Revisi RTRW dan
b. perbaikan prasarana, sarana, dan Raperda Revisi RTRW Kota Rencana Strategis OPD
blok/kawasan; Serang terkait
c. pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan;
d. pengembangan kembali prasarana, sarana,
dan blok/kawasan; dan/atau
pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
d. Program perwujudan program perwujudan ketahanan terhadap Dalam RPJM Kota Serang Program perwujudan
ketahanan terhadap perubahan iklim, dapat sebagai kelompok Tahun 2019-2023 telah rencana struktur ruang di
perubahan iklim program tersendiri atau menjadi bagian dari mengacu pada indikasi BWP telah disinkronkan
kelompok program lainnya, disesuaikan program pemanfaatan ruang dengan program yang ada di
berdasarkan kebutuhannya yang tercantum dalam RPJMD, Revisi RTRW dan
Raperda Revisi RTRW Kota Rencana Strategis OPD
Serang terkait
Lokasi merupakan tempat dimana usulan Dalam Matriks susunan Telah ditetapkan lokasi dari
2. Lokasi
program akan dilaksanakan tipologi program prioritas telah masing-masing program
ditetapkan lokasi-lokasi
pelaksanaan program
Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan Masing-masing OPD terkait Belum munculnya
3. Besaran
dan biaya masingmasing usulan program belum menyampaikan besaran kebutuhan anggaran untuk
prioritas pengembangan wilayah yang akan biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing program
dilaksanakan melaksanakan usulan
program tersebut
4. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran Mengingat sangat terbatasnya Telah ditetapkan sumber
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) APBD Kota Serang maka pendanaan dari masing-
Kabupaten/Kota, APBD provinsi, Anggaran untuk sumber pendanaan masing program
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta, program pemanfaatan ruang
dan/atau masyarakat. Sumber pendanaan dapat akan diajukan pula melalui
dilengkapi dengan perkiraan kebutuhan biaya APBD Provinsi Banten dan
bagi masing-masing program APBN
5. Instansi Pelaksana Instansi pelaksana merupakan pihak-pihak Dalam Matriks susunan Telah ditetapkan instansi
pelaksana program prioritas yang meliputi tipologi program prioritas telah pelaksana dari masing-
pemerintah seperti satuan kerja perangkat ditetapkan instansi pelaksana masing program
daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau program
kementerian/lembaga, swasta, dan/atau
masyarakat.
6. Waktu dan Tahapan Program direncanakan dalam kurun waktu Dalam Matriks susunan Telah ditetapkan waktu dan
Pelaksanaan perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci tipologi program prioritas telah tahapan pelaksanaan dari
setiap 5 (lima) tahunan dan masing-masing ditetapkan waktu dan tahapan masing-masing program
program mempunyai durasi pelaksanaan yang pelaksanaan program
bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan
program prioritas disesuaikan dengan
pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP
daerah kabupaten/kota.
6 PERATURAN ZONASI

6.1 Materi wajib

1. Ketentuan kegiatan dan Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan Penggunaan Dalam raperda telah
penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan Lahan di Kecamatan Taktakan diinventarisir dan dikaji
penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan saat ini masih didominasi oleh kegiatan yang mungkin akan
dan penggunaan lahan yang bersyarat secara kegiatan berkembang di Kecamatan
terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang perkebunan/pertanian lahan Taktakan sehingga
bersyarat tertentu, dan kegiatan dan kering dan perumahan dimasukan kedalam tabel
penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan ITBX
pada zona lindung maupun zona budi daya.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun
standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang,
ketentuan dalam peraturan bangunan setempat,
dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan
atau komponen yang dikembangkan.
2. Ketentuan intensitas Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan
pemanfaatan ruang teknis tentang kepadatan zona terbangun yang
dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur
melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien
Daerah Hijau (KDH) baik di atas maupun di
bawah permukaan tanah.
a. KDB maksimum KDB adalah koefisien perbandingan antara luas Di Kecamatan Taktakan Telah ditetapkan KDB
lantai dasar bangunan gedung dengan luas banyak bangunan maksimum pada masing-
persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan perdagangan dan jasa yang masing zona
dengan mempertimbangkan tingkat pengisian melanggar nilai KDB
atau peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis maksimum sehingga
penggunaan lahan. KDB maksimum dinyatakan terkadang tidak memiliki
dalam satuan persentase, misalnya di sebuah lahan parkir dan sarana
zona dengan KDB 60%, maka properti yang prasarana lainnya
dapat dibangun luasnya tak lebih dari 60% dari
luas lahan
b. KLB maksimum KLB adalah koefisien perbandingan antara luas Di Kecamatan Taktakan Telah ditetapkan KLB
seluruh lantai bangunan gedung dan luas sampai saat ini belum ada maksimum pada masing-
persil/kavling. KLB minimum dan maksimum yang melanggar KLB masing zona
ditetapkan dengan mempertimbangkan harga mengingat masyarakatnya
lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan masih berorientasi pada
prasarana, dampak atau kebutuhan terhadap pembangunan horizontal
prasarana tambahan, serta ekonomi, sosial dan
pembiayaan.
d. KDH minimum KDH adalah angka prosentase perbandingan Di Kecamatan Taktakan Telah ditetapkan KDH
antara luas seluruh ruang terbuka di luar banyak kegiatan yang minimum pada masing-
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi melanggar nilai KDH masing zona
pertamanan/penghijauan dengan luas minimum bahkan ada yang
persil/kavling. KDH minimal digunakan untuk KDHnya nol
mewujudkan RTH dan diberlakukan secara
umum pada suatu zona. KDH minimal
ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat
pengisian atau peresapan air dan kapasitas
drainase. KDH minimal dinyatakan dinyatakan
dalam satuan persentase, misalnya di sebuah
zona dengan KDH 20%.
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang
3. Ketentuan tata bangunan
mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan
tampilan bangunan pada suatu zona untuk
menjaga keselamatan dan keamanan bangunan
a. GSB minimal GSB adalah jarak minimum antara garis pagar Masih banyak pelanggaran Telah ditetapkan KDH
terhadap dinding bangunan terdepan. GSB GSB di sepanjang jalan utama minimum pada masing-
ditetapkan dengan mempertimbangkan dan lingkungan masing zona
keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan, dan estetika.
b. Tinggi bangunan Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum Bangunan tertinggi saat ini Ketentuan tinggi bangunan
maksimum atau bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi yang berada di Kecamatan maksimum dan minimum
minimal tertentu dan diukur dari jarak maksimum Taktakan adalah 3 lantai mengikuti ketentuan KLB
puncak atap bangunan terhadap (permukaan)
tanah yang dinyatakan dalam satuan meter.
c. Jarak bebas antar Jarak bebas antar bangunan minimal yang Pada umumnya masyarakat di Telah ditetapkan jarak bebas
bangunan minimal harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas Kecamatan Taktakan tidak antar bangunan minimal pada
yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan memperhatikan jarak bebas masing-masing zona
ketinggian bangunan antar bangunan
d. Jarak bebas samping JBB adalah jarak minimum antara garis batas Pada umumnya masyarakat di Telah ditetapkan jarak bebas
dan belakang petak belakang terhadap dinding bangunan Kecamatan Taktakan tidak samping dan belakang pada
terbelakang. Jarak Bebas Samping (JBS) memperhatikan jarak bebas masing-masing zona
merupakan jarak minimum antara batas petak samping dan belakang
samping terhadap dinding bangunan terdekat
4. Ketentuan prasarana dan Ketentuan prasarana dan sarana pendukung Masih banyak kegiatan yang Telah ditetapkan ketentuan
sarana minimal minimal mengatur jenis prasarana dan sarana tidak memiliki sarana dan prasarana dan sarana
pendukung minimal apa saja yang harus ada prasarana minimal terutama minimal pada masing-masing
pada setiap zona peruntukan. Jenis prasarana kegiatan perkantoran dan zona
dan sarana minimal ditentukan berdasarkan perdagangan dan jasa
sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona
peruntukannya. Sedangkan volume atau
kapasitasnya ditentukan berdasarkan pada
perkiraan jumlah orang yang menghuni zona
peruntukan tersebut.
Ketentuan prasarana dan sarana minimal
berfungsi sebagai kelengkapan dasar fisik
lingkungan dalam rangka menciptakan
lingkungan yang nyaman melalui penyediaan
prasarana dan sarana yang sesuai agar zona
berfungsi secara optimal.
Ketentuan prasarana dan sarana minimum
sekurangnya harus mengatur jenis prasarana
dan sarana pendukung untuk lima zona
budidaya utama, perumahan, komersial, PSU,
industri dan zona hijau budidaya. Prasarana dan
sarana minimum pada Zona Lainnya diatur
mengikuti aturan pada kelima zona di atas.
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi
dapat berupa prasarana parkir, aksesibilitas
untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda,
bongkar muat, dimensi jaringan jalan,
kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana
lainnya yang diperlukan.
Ketentuan prasarana dan sarana minimal
ditetapkan sesuai dengan ketentuan mengenai
prasarana dan sarana yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang.
5. Ketentuan khusus Ketentuan khusus adalah ketentuan yang Terdapat Kawasan Markas Tidak ditetapkan adanya
mengatur pemanfaatan zona yang memiliki Grup 1 Kopassus sebagai zona ketentuan khusus
fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus
khusus sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-
zona yang digambarkan di peta khusus yang
memiliki pertampalan (overlay) dengan zona
lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan
yang ditampalkan (overlay) di atas aturan dasar
karena adanya hal-hal khusus yang memerlukan
aturan tersendiri karena belum diatur di dalam
aturan dasar.
Komponen ketentuan khusus antara lain
meliputi:
1) bandar udara, antara lain meliputi kawasan
keselamatan operasi penerbangannya
(KKOP), batas kawasan kebisingan, dan
kawasan di sekitar bandar udara yang
penting untuk diperhatikan;
2) cagar budaya atau adat;
3) rawan bencana;
4) tempat evakuasi bencana (TES dan TEA);
5) pertahanan keamanan (hankam);
6) pusat penelitian (observatorium, peluncuran
roket, dan lainlain);
7) kawasan berorientasi transit (TOD); dan
8) lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B).
6. Standar Teknis Standar teknis adalah aturan-aturan teknis Belum ada standar teknis Telah ditetapkan ketentuan
pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi panduan dalam prasarana dan sarana
permukiman perkotaan yang ditetapkan penyediaan sarana dan minimal pada masing-masing
berdasarkan peraturan/standar/ ketentuan prasarana pemukiman zona
teknis yang berlaku serta berisi panduan yang perkotaan sehingga dalam
terukur dan ukuran yang sesuai dengan pelaksanaan
kebutuhan. pembangunannya terutama
Standar teknis ini berfungsi sebagai panduan yang dilaksanakan oleh
pelaksanaan pembangunan dan sekaligus juga swadaya masyarakat
berfungsi sebagai instrumen pemeriksaan dan terkadang tidak
pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang. mempertimbangkan ketentuan
teknis
Secara garis besar, standar teknis pemanfaatan
ruang meliputi:
1) standar kebutuhan utilitas, mengatur
besarnya kebutuhan/kapasitas utilitas (air
bersih, persampahan, air limbah, drainase,
listrik, telpon, gas masak, tv kabel, dst)
untuk setiap jenis peruntukan ruang;
2) standar sarana pendukung (Fas.
Peribadatan, Fas. Pendidikan, Fas.
Perdagangan, Fas. Sosial, Fas. Olahraga,
Fas. Keamanan, RTH/Taman, SPBU, SPBE,
dst) yang sesuai dengan jumlah penduduk
atau orang yang harus dilayaninya;
3) standar prasarana pendukung (parkir,
pedestrian, jalur sepeda, TPS, dsb) yang
sesuai dengan jumlah penduduk atau orang
yang harus dilayaninya; dan
4) standar prasarana lain (media luar ruang)
yang sesuai dengan desain estetika
lingkungan yang diinginkan.
Standar teknis yang digunakan dalam
penyusunan RDTR mengikuti peraturan
perundang-undangan, termasuk Standar
Nasional Indonesia (SNI).
5. Ketentuan pelaksanaan Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang Saat ini masih banyak Kegiatan yang sudah tidak
berkaitan dengan pelaksanaan penerapan keggiatan yang sudah tidak sesuai dengan rencana tata
peraturan daerah RDTR dan PZ yang terdiri atas: sesuai dengan rencana tata ruang (Perda Kota Serang
1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang ruang namun masih berjalan No.6 Tahun 2011 Tentang
merupakan ketentuan yang memberikan dan beberapa kegiatan RTRW tahun 2010-2030)
kelonggaran untuk menyesuaikan dengan tersebut memiliki izin yang namun memiliki izin yang
kondisi tertentu dengan tetap mengikuti sah yang dikeluarkan ketika sah berdasarkan ketentauan
ketentuan massa ruang yang ditetapkan masih pemerintahan perundang-undangan yang
dalam peraturan zonasi. Hal ini kabupaten serang berlaku akan diakomodir
dimaksudkan untuk menampung dinamika dalam Ketentuan kegiatan
pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar dan penggunaan lahan
antara lain transfer of development rights (ITBX) dengan pembatasan
(TDR) dan air right development yang dapat atau persyaratan yang ketat
diatur lebih lanjut dalam RTBL. dan ditambah dengan
disinsentif
2) Ketentuan pemberian insentif dan
disinsentif yang merupakan ketentuan yang
memberikan insentif bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan memberikan
dampak positif bagi masyarakat, serta yang
memberikan disinsentif bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang dan memberikan
dampak negatif bagi masyarakat. Insentif
dapat berbentuk kemudahan perizinan,
keringanan pajak, kompensasi, imbalan,
subsidi prasarana, pengalihan hak
membangun, dan ketentuan teknis lainnya.
Sedangkan disinsentif dapat berbentuk
antara lain pengetatan persyaratan,
pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi,
pengenaan denda, pembatasan penyediaan
prasarana dan sarana, atau kewajiban
untuk penyediaan prasarana dan sarana
kawasan.
3) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang
sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku
untuk pemanfaatan ruang yang izinnya
diterbitkan sebelum penetapan
RDTR/peraturan zonasi, dan dapat
dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh
sesuai dengan prosedur yang benar.
4) Aturan peralihan yang mengatur status
pemanfaatan ruang yang berbeda dengan
fungsi ruang zona peruntukannya. Sesuai
dengan UU No 26 Tahun 2007, untuk
pemanfaatan ruang yang berbeda dapat
diberikan tenggang waktu selama 36 bulan
untuk menyesuaikan terhadap fungsi zona
peruntukannya atau pindah ke zona yang
sesuai. Untuk pemanfaatan ruang tertentu
yang memenuhi persyaratan dapat
mengajukan persetujuan “legal non-
conforming use” atau persetujuan
“conditional use.”
6.1 Teknik Pengaturan Zonasi
(Materi Pilihan)
1. TDR TDR adalah teknik pengaturan zonasi yang Belum pernah dilaksanakan Telah ditetapkan ketentuan
memungkinkan pemilik tanah untuk menjual TDR di Kota Serang karena : TDR pada masing-masing
haknya untuk membangun kepada pihak 1. belum adanya aturan zona
lain,nsehingga si pembeli dapat membangun yang mengatur
propertinya dengan intensitas lebih tinggi.
Umumnya, TDR digunakan untuk melindungi 2. masyarakat kota serang
penggunaan lahan pertanian atau penggunaan masih berorientasi pada
lahan hijau lainnya dari konversi penggunaan pembangunan vertikal
lahan, dimana pemilik lahan pertanian/hijau karena masih banyaknya
dapat mempertahankan kegiatan pertaniannya tanah yang kosong
dan memperoleh uang sebagai ganti rugi atas
haknya untuk membangun.
2. Bonus Zoning Bonus zoning adalah teknik pengaturan zonasi Belum pernah dilaksanakan Telah ditetapkan ketentuan
yang memberikan izin kepada pengembang bonus zoning di Kota Serang bonus zoning pada masing-
untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan karena : masing zona
ruang melebihi aturan dasar, dengan imbalan 1. belum adanya aturan
(kompensasi) pengembang tersebut harus yang mengatur
menyediakan sarana publik tertentu, misalnya
RTH, terowongan penyeberangan dsb. Penerapan 2. masyarakat kota serang
bonus zoning harus memenuhi kriteria berikut: masih berorientasi pada
pembangunan vertikal
1) diberikan pada pengembang yang belum karena masih banyaknya
atau tidak pernah menambah intensitas tanah yang kosong
pemanfaatan ruangnya;
2) hanya dapat diberlakukan pada zona
komersial, zona perkantoran, dan zona
perumahan, khususnya untuk rumah
susun; dan
3) harus didahului dengan analisis daya
dukung daya tampung lingkungan untuk
mengetahui:
a. penambahan intensitas pemanfaatan
ruang pada blok peruntukan agar
masih dalam daya dukung
lingkungannya;
b. dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan beserta besar
kerugiannya; dan
c. kompensasi pembangunan sarana
publik.
Kompensasi pembangunan sarana publik
diutamakan untuk dilaksanakan pada sub
kawasan dimana bonus zoning diterapkan,
namun dapat juga dilaksanakan pada kawasan
lainnya dengan persyaratan tertentu
berdasarkan keputusan Pemerintah Daerah.
3. Conditional Uses Conditional uses adalah teknik pengaturan Belum pernah dilaksanakan Telah ditetapkan ketentuan
zonasi yang memungkinkan suatu pemanfaatan bonus zoning di Kota Serang Conditional Uses pada
ruang yang dianggap penting atau diperlukan karena belum adanya aturan masing-masing zona
keberadaannya, untuk dimasukkan ke dalam jelas yang mengatur
satu zona peruntukan tertentu sekalipun
karakteristiknya tidak memenuhi kriteria zona
peruntukan tersebut. Pemerintah daerah dapat
menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat
atau Conditional Use Permit (CUP) setelah
melalui pembahasan dan pertimbangan TKPRD.
CUP diberikan dengan kriteria:
1) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin
memiliki tingkat kepentingan yang nyata
bagi kepentingan orang banyak atau
kawasan perkotaan secara keseluruhan;
2) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin
tidak mengganggu fungsi ruang di
sekitarnya; dan
3) Pemberian izin harus melalui pertimbangan
TKPRD.

Saya yang bertandatangan di bawah ini, selaku Kepala Daerah … menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap materi muatan Rancangan Perda … apabila
terdapat ketidaksesuaian materi muatan dengan peraturan perundang-undangan terkait bidang penataan ruang, maka persetujuan substansi dinyatakan batal.

Bupati/Walikota,
… ………………………………………

Catatan:
*Sistematika sebagaimana dimaksud pada kolom 2 (dua) menyesuaikan dengan NSPK bidang penataan ruang tentang pedoman penyusunan RDTR.

Anda mungkin juga menyukai