Anda di halaman 1dari 16

TABEL PEMERIKSAAN MANDIRI

MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN BUPATI


TENTANG
RDTR WILAYAH PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN MAOS
TAHUN 2022 - 2042

1
TABEL PEMERIKSAAN MANDIRI MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN BUPATI TENTANG
RDTR WILAYAH PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN MAOS TAHUN 2022 - 2042

Nomor :
Tanggal :

Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 TUJUAN PENATAAN WP Berdasarkan Permen ATR/BPN Nomor 11 Tema dari WP Kawasan Perkotaan Maos adalah Pasal 4 Tujuan penataan WP yang terdapat dalam
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, “MAOS MANDIRI BERBASIS SEKTOR PERTANIAN muatan raperbup pasal 4 telah sesuai dengan:
Peninjauan Kembali, Revisi, Dan Penerbitan DAN PERDAGANGAN JASA”. Tujuan penataan WP Maos adalah mewujudkan ruang WP Maos yang
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Dengan fungsi utama WP Maos sebagai kawasan mandiri berbasis pada sektor pertanian dan perdagangan jasa. 1. RTRW Kabupaten Cilacap, bahwa PPK di
Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan pertanian. perkotaan Maos berfungsi melayani
. kegiatan skala kecamatan atau beberapa
Rencana Detail Tata Ruang, bahwa tujuan
penataan WP merupakan nilai dan/atau kualitas desa.
terukur yang akan dicapai sesuai dengan 2. Kondisi geografis dan kondisi fisik WP
arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan Maos yang memiliki potensi kawasan
dalam RTRW kabupaten/kota dan merupakan pertanian.
alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila
diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian.

Perumusan tujuan penataan WP didasarkan


pada:
1. Arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota;
2. Isu strategis wilayah perencanaan, yang
antara lain dapat berupa potensi, masalah,
dan urgensi penanganan; dan
3. Karakteristik wilayah perencanaan
.
Tujuan penataan WP dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
1. Keseimbangan dan keserasian antarbagian
dari wilayah kabupaten/kota;
2. Fungsi dan peran WP;
3. Potensi investasi;
4. Keunggulan dan daya saing WP;
5. Kondisi sosial dan lingkungan WP;
6. Peran dan aspirasi masyarakat dalam
pembangunan; dan
7. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran
dari tujuan tersebut.
2 RENCANA STRUKTUR
RUANG
A. RENCANA Rencana struktur ruang merupakan susunan Pasal 6 Rencana struktur ruang dirumuskan
PENGEMBANGAN pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan (1) Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana berdasarkan:
PUSAT PELAYANAN prasarana di WP yang akan dikembangkan dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, terdiri atas: 1. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten
untuk mencapai tujuan dalam melayani kegiatan a. pusat pelayanan kota/Kawasan Perkotaan (PPK); Cilacap yang termuat dalam RTRW Kab
skala WP. Cilacap,
b. sub pusat pelayanan kota/Kawasan Perkotaan (SPPK); dan
Rencana struktur ruang dirumuskan dengan 2. kebutuhan pelayanan dan pengembangan
kriteria: c. pusat lingkungan (PL). bagi WP Maos selama 20 tahun ke depan,
1. Memperhatikan rencana struktur ruang WP (2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu PPK 3. ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya dalam wilayah kabupaten/kota; Karangreja dan Klapagada yang terdapat di SWP A Blok A.5. terkait.
2. Memperhatikan rencana struktur ruang (3) SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
kabupaten/kota sekitarnya yang berbatasan a. SPPK Maos Kidul dan Maos Lor yang terdapat di SWP B
langsung dengan WP; Blok B.4; dan
3. Menjamin keterpaduan dan prioritas
b. SPPK Glempang dan Panisihan yang terdapat di SWP C
pelaksanaan pembangunan prasarana dan
utilitas pada WP; Blok C.3.
4. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan (4) Pusat lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
prasarana dan utilitas WP termasuk berupa pusat lingkungan desa.
kebutuhan pergerakan manusia dan barang; (5) Pusat lingkungan desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan terdiri atas:
5. Mempertimbangkan inovasi dan/atau a. PL Desa Panisihan yang terdapat di SWP C Blok C.2;
rekayasa teknologi.
b. PL Desa Glempang yang terdapat di SWP C Blok C.3 dan

2
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Rencana pengembangan pusat pelayanan C.4.
merupakan distribusi pusat-pusat pelayanan di (6) Pusat lingkungan kelurahan/desa sebagaimana dimaksud pada
dalam WP yang akan melayani SWP, dapat ayat (6) berfungsi sebagai pusat kegiatan permukiman
meliputi:
perkotaan, sarana pelayanan pendukung, dan didukung potensi
1. pusat pelayanan kota/ kawasan perkotaan,
2. sub pusat pelayanan kota/ kawasan pertanian.
perkotaan,
3. pusat lingkungan berupa:
a. pusat lingkungan kecamatan,
b. pusat lingkungan kelurahan,
c. pusat rukun warga.
B. RENCANA JARINGAN
TRANSPORTASI
1. Rencana jaringan Pasal 7
transportasi (1) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b, terdiri atas:
a. jalan arteri primer;
b. jalan lokal primer;
c. jalan lingkungan primer;
d. jalan tol;
e. jaringan jalur kereta api antar kota:
f. terminal barang;
g. halte;
h. stasiun kereta api.
a. Jalan arteri primer Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Akses di WP Maos dilayani oleh jalan arteri primer, Pasal 7 Jalan arteri primer dalam muatan raperbup
Jalan, jalan arteri primer menghubungkan yaitu ruas jalan Kesugihan – Maos – Sampang. Jalan arteri primer, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a pada RDTR WP Kawasan Perkotaan Maos, sesuai
secara berdaya guna ruas jalan Kesugihan – Maos – Sampang melalui: PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
secara berdaya guna antarpusat kegiatan 1. SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.4, Blok A.6, Blok A.8 dan Blok
nasional atau antara pusat kegiatan nasional A.9;
dengan pusat kegiatan wilayah. 2. SWP B Blok B1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, dan Blok B.5, dan
Jalan arteri primer didesain berdasarkan 3. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C3, dan Blok C.4.
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
60 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 meter.
Pada Jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh
tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik,
lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal
b. Jalan lokal primer Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Akses WP dilayani oleh jalan lokal primer dan Pasal 7 Jalan lokal primer dalam muatan raperbup
Jalan, jalan lokal primer menghubungkan secara lingkungan. Jalan lokal primer, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pada RDTR WP Kawasan Perkotaan Maos, sesuai:
berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan ruas jalan Maos – Adipala, melalui SWP A Blok A.5 dan Blok A.6. 1. PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan,
antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta
antarpusat kegiatan lingkungan.
Jalan lokal primer didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
Jalan lokal primer yang memasuki kawasan
perdesaan tidak boleh terputus.
c. Jalan lingkungan primer Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Terdapat jalan lingkungan primer di WP Maos. Pasal 7 Jalan lingkungan primer dalam muatan
Jalan, jalan lingkungan primer menghubungkan Jalan lingkungan primer, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c raperbup RDTR WP Maos, sesuai: PP Nomor
antarpusat kegiatan di dalam kawasan berupa jaringan jalan lingkungan primer meliputi jalan-jalan pada 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan lingkungan permukiman yang menghubungkan permukiman dan
kawasan perdesaan. menunjang aktivitas penduduk di seluruh WP.
Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 15 (lima
belas) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
Persyaratan teknis jalan lingkungan primer
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda
tiga atau lebih.
Jalan lingkungan primer yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda
tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan
3
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
d. Jalan tol Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pasal 7 Rencana jalan tol disesuaikan dengan RTRW
Jalan, jalan tol yang harus memberikan Jalan tol, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang melalui: Kab. Cilacap.
perlakuan yang sama terhadap semua pihak a. SWP A Blok A.2 Desa Kalapaga; dan
dan tidak mengarah kepada pemberian b. SWP B Blok B.1 Desa Maos Kidul.
keuntungan.
e. Jalur kereta api antar kota PP nomor 61 tahun 2016 tentang Perubahan Pasal 7 Rencana jaringan jalur kereta api antarkota
atas Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Jaringan jalur kereta api antarkota, sebagaimana dimaksud pada ayat disesuaikan dengan RTRW Kab. Cilacap.
Nomor 72 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan (1) huruf e melalui:
Angkutan Kereta Api, jaringan pelayanan a. SWP A Blok A.1 Desa Karangreja dan Blok A.2 Desa Kalapaga;
perkeretaapian perkotaan diselenggarakan dan
dengan kriteria pelayanan: b. SWP B Blok B.1 Desa Maos Kidul.
 menghubungkan beberapa stasiun di
wilayah perkotaan;
 melayani banyak penumpang berdiri;
 memi1iki sifat perjalanan ulang alik/komuter;
 melayani penumpang tetap;
 memiliki jarak dan/atau waktu tempuh
pendek; dan
 melayani kebutuhan angkutan penumpang
di dalam kota dan dari daerah sub-
urban menuju pusat kota atau sebaliknya.
f. Terminal barang Pasal 7 Terminal barang ditetapkan dalam muatan
Terminal barang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri raperbup RDTR WP Maos karena
atas: ketersediaan ruang untuk bongkar muat
a. Terminal bahan bakar minyak di SWP A Blok A.4 Desa Maos Lor; barang.
dan
b. Terminal barang di SWP A Blok A.8 Desa Klapagada.

g. Halte Berdasarkan Permenhub No PM 26 Tahun 2015 Pasal 7 Halte bus ditetapkan dalam muatan raperbup
tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan RDTR WP Maos telah disesuaikan dengan:
Angkutan Jalan, kriteria halte sebagai berikut: Halte, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas: 1. Kondisi eksisting
1. Panjang halte dipengaruhi oleh jenis a. Halte Ruas Jalan Purwokerto – Gumintir (Depan Gereja GPDI 2. Kebutuhan pergerakan angkutan umum
kendaraan yang digunakan sebagai bus jalur (sepanjang rute angkutan umum).
Maos) di SWP A Blok A.1;
khusus, bila menggunakan bus besar maka 3. Ketersediaan lahan untuk membangun
panjang halte yang dianjurkan 18 meter. Bila b. Halte Ruas Jalan Stasiun (Depan Stasiun Maos) di SWP A Blok halte yang aman.
menggunakan bus sedang maka panjang A.1;
halte yang dianjurkan bus jalur khusus 18 c. Halte Ruas Jalan Purwokerto – Gumintir (Depan Pasar Pahing) di
meter. SWP A Blok A.2;
2. Jarak standar antar halte sekitar 500 meter, d. Halte Ruas Jalan Purwokerto – Gumintir (Depan Kantor
namun dapat berkisar antara 300 hingga 1000 Kecamatan) di SWP A Blok A.2;
meter.
e. Halte Ruas Jalan Raya Maos Kidul (Depan SDN Maos Kidul 3) di
3. Kapasitas Halte 1350 – 2250 pnp/jam.
4. Lebar halte biasanya bervariasi antara 3 SWP B Blok B.2;
sampai dengan 5 meter. f. Halte Ruas Jalan Raya Maos Kidul (Depan Toko Arofah) di SWP B
5. Tinggi Permukaan Halte Standar Ketinggian Blok B.1;
permukaan lantai halte sama dengan g. Halte Ruas Jalan Raya Maos Lor (Depan SMP Muhammadiyah
ketinggian pintu masuk kendaraan bus jalur Maos) di BWP B Blok B.2;
khusus, hal ini untuk mempermudah
h. Halte Ruas Jalan Sampang-Maos di SWP II Blok B.2;
penumpang naik dan turun kendaraan.
6. Pada kendaraan bus jalur khusus yang i. Halte Ruas Jalan Tinggar Beji Glempang (Arah SDN Glempang 2)
menggunakan bus sedang, tinggi permukaan di SWP C Blok C.1; dan
lantai halte adalah 70 Cm dari permukaan j. Halte Ruas Jalan Raya Panisipan (Depan SMK Boedi Oetomo 3
jalan. Maos) di SWP C Blok C.1.
7. Pada kendaraan bus jalur khusus yang
menggunakan bus besar, tinggi permukaan
lantai halte adalah 110 Cm dari permukaan
jalan.
h. Stasiun kereta api Pasal 7 Rencana pengembangan stasiun teah
Stasiun kereta api, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h terdiri disinkronkan dengan RTRW Kabupaten
atas: Cilacap
a. Stasiun penumpang, yang terdapat di Stasiun Maos di SWP A Blok
A.4 Desa Klapagada.
b. Stasiun barang, yang terdapat di Stasiun Maos di SWP A Blok A.4

4
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Desa Klapagada.

2. Rencana pengembangan Rencana sistem jaringan transmisi tenaga listrik Pelayanan kebutuhan Jaringan Listrik di WP Maos Pasal 8 Rencana pengenbangan jaringan energi/
jaringan energi/ kelistrikan ditujukan untuk mendorong peningkatan kualitas telah terlayani. Pendistribusi jaringan listrik di WP Maos (1) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 kelistrikan dalam muatan raperbup RDTR WP
pelayanan kelistrikan secara sinergis dalam dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). huruf c, meliputi: Maos sesuai dengan:
mendukung pengembangan wilayah dengan 24.059 unit dengan sumber dari PLN. a. Jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas 1. RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-
meningkatkan pelayanan jaringan transmisi. Standar kebutuhan listrik yang digunakan adalah 2.200 2031.
produksi- kilang pengolahan;
Pengembangan sistem jaringan transmisi watt,1.300 watt dan 900 watt untuk Kebutuhan listrik 2. Kondisi eksisting jaringan energi/ kelistikan
tenaga listrik ini diselaraskan dengan perumahan 45% terlayani, kebutuhan infrastruktur 15% b. Jaringan transmisi tenaga listrik antar sistem; yang terdapat di Kecamatan Maos dan
pengembangan pusat permukiman, pusat dari jumlah perumahan, kebutuhan fasos fasum (20%) c. Jaringan distribusi tenaga listrik; potensi kebutuhan listrik pada 20 tahun
produksi, dan pusat distribusi sesuai dengan dari kebutuhan perumahan, RTH sebesar 20% dari (2) Pengembangan jaringan pipa minyak bumi, bahan bakar minyak mendatang.
kebutuhan dan tingkat perkembangannya. jumlah perumahan. (BBM), dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan
Jaringan listrik dan telepon terdiri dari overhead Hingga akhir tahun rencana 2042 dibutuhkan dan/atau tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat
system (sistem kabel udara), dan under ground pelayanan listrik sebesar 6.282.537 watt. (1) huruf b, terdiri atas jalur BBM Cilacap – Maos – Sampang –
system (sistem kabel bawah tanah).
Buntu – Yogyakarta sebanyak 1 (satu) jaringan melewati SWPA,
1. Overhead System (Sistem Kabel Udara)
Jaringan listrik pada umumnya menggunakan SWP B, dan SWP C.
system kabel udara. Permasalahan tata letak (3) Jaringan transmisi tenaga listrik antarsistem, sebagaimana
jaringan listrik dan telepon umumnya meliputi dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
jarak antara jaringan kabel telepon dan atau a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), melalui
listrik dengan bangunan, pohon, dan jalan SWP B Blok B.4 Desa Maos Lor, Blok B.5 Desa Maos Lor,
tidak memenuhi aturan keamanan jaringan dan Blok B.8 Desa Maos Lor.
sesuai dengan kekuatan arusnya, seperti:
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), melalui SWPB blok
a. Jarak instalansi listrik SUTM 20 KV terhadap
pohon dan bangunan yaitu minimal 3 meter. B.6, blok B.7, Blok B.8.
b. Persilangan udara antara kabel telepon dan (4) Jaringan distribusi tenaga listrik, sebagaimana dimaksud pada
listrik SUTM 20 KV diatur dengan jarak ayat (1) huruf c, terdiri atas:
minmal 2 meter dengan tiang telepon a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), melalui jalan
diletakan lebih tinggi. Persilangan udara arteri
SUTM 20 KV melintasi SUTT 300 KV 1. SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.4, Blok A.6, Blok A.8
berjarak minimal 5 meter.
c. Persilangan udara antara kabel telepon dan dan Blok A.9;
arus listrik terhadap jalan kendaraan dan 2. SWP B Blok B1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, dan Blok
kereta api minimal 6 meter serta lintasan B.5, dan
pejalan kaki minimal 4 meter. 3. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C3, dan Blok C.4.
2. Under Ground System (Sistem Kabel Bawah b. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR), melalui ruas
tanah) Dasar pokok pengarahan perencanaan jalan Maos – Adipala, melalui SWP A Blok A.5 dan Blok
penempatan system jaringan kelengkapan
A.6.
kota bawah tanah ini dilakukan dengan
pendekatan sebagai berikut: (5) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. Bahwa ruang yang akan digunakan untuk digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000
penempatansistem jaringan kelengkapan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.3, yang merupakan
kota bawah tanah adalah pada ruang yang bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
berada pada rumija dan atau ruwasja.
b. Dasar pendekatan pengerahan
perencanaan tersebut di atas adalah
merupakan suatu kebijakan dengan
pertimbangan:
1) Terciptanya lingkungan yang indah.
2) Pengamanan pengamanan instalasi
sistem jaringan terhadap gangguan
lingkungan.
3) Sifat teknisnya harus berada di bawah
tanah (pipa gas, pipa air minum).
3. Rencana pengembangan Fasilitas telekomunikasi merupakan salah satu Jaringan telepon yang ada di WP Maos, sebagian Pasal 9 Rencana pengenbangan jaringan
jaringan telekomunikasi pendukung utama bagi kelancaran suatu besar menggunakan jaringan kabel dari PT. Telkom telekomunikasi dalam muatan raperbup RDTR
kegiatan maupun untuk individu. Kawasan dan sebagian lagi dengan perkembangan teknologi (1) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam WP Maos sesuai dengan:
perencanaan sebagai daerah perkotaan penggunaan telepon selular yang mulai banyak Pasal 5 huruf d terdiri atas : 1. RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-
tentunya sangat membutuhkan dukungan jasa digunakan. Untuk melayani kebutuhan telekomunikasi 2031.
a. Jaringan tetap;
telekomunikasi yang berkembang dan mampu telah didirikan BTS di WP Maos yang tersebar ke 2. Kondisi eksisting jaringan telekomunikasi
mengimbangi perkembangan kebutuhan telepon beberapa desa di WP Maos. b. Jaringan bergerak seluler; dan yang terdapat di WP Maos dan potensi
yang ditimbulkan oleh perkembangan kegiatan (2) Jaringan tetap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a kebutuhan listrik pada 20 tahun mendatang.
fungsional perkotaan. Perkiraan kebutuhan terdiri atas:
telepon untuk masa yang akan datang a. Jaringan serat optik, melalui:
menggunakan asumsi atau standar: 1. SWP A Blok A.2, Blok A.3, dan Blok A.4;

5
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kebutuhan telepon rumah tangga per 50 KK 2. SWP B Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, dan Blok B.5; dan
(1 KK = 4 jiwa) 3. SWP C Blok C.3, Blok C.3, dan Blok C.4.
2. Kebutuhan telepon umum per 1000 jiwa b. Stasiun telepon otomat (STO), yang terdapat di
3. Kebutuhan telepon komersial 25% dari 1. SWP A Blok A.4 dan A.5; dan
telepon domestik
2. SWP B Blok B.4.
(3) Jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa menara Base Transceiver Station (BTS), yang
terdapat di SWP C Blok C.3 dan Blok C.4.
4. Rencana pengembangan Penetapan sempadan jaringan irigasi Jaringan sumber daya air yang ada di WP Maos berupa Pasal 10 Rencana pengembangan jaringan sumber
jaringan sumber daya air disesuaikan dengan Peraturan Menteri jaringan irigasi, yang meliputi : jaringan irigasi primer (1) Rencana jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud daya air berdasarkan kebutuhan, standar
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Sungai Serayu), jaringan irigasi sekunder (Kali Krkil, dalam Pasal 5 huruf e, berupa jaringan irigasi. teknis, dan sudah sesuai arahan
Nomor 8/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis irigasi Sampang), jaringan irigasi tersier tersebar di (2) Sistem jaringan irigasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengembangan dalam RTRW Kabupaten
Sempadan Jaringan Irigasi. Garis sempadan semua wilayah WP. Cilacap Tahun 2011-2031.
terdiri atas:
jaringan irigasi meliputi garis sempadan saluran
irigasi yang terdiri atas saluran suplesi atau a. Jaringan irigasi primer meliputi Sungai Serayu, melalui:
penghubung, saluran primer, saluran sekunder, 1. SWP B Blok B.3, Blok B.4 dan Blok B.6; dan
garis sempadan saluran pembuang dan/atau 2. SWP C Blok C.2 dan Blok C.3.
garis sempadan bangunan irigasi. b. Jaringan irigasi sekunder meliputi Kali Krikil dan Saluran
Irigasi Sampang, melalui:
1. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.5, Blok B.6 dan Blok
B.7; dan
2. SWP C Blok C.1, dan Blok C.4.
c. Jaringan irigasi tersier tersebar di seluruh SWP.
5. Rencana pengembangan Proyeksi kebutuhan air didasari oleh beberapa Jaringan air minum di WP Maos meliputi jaringan Pasal 11 Rencana pengembangan jaringan air minum
jaringan air minum asumsi yang diambil dari kriteria dan standar perpipaan dan bukan jaringan perpipaan. Jaringan dihitung berdasarkan kebutuhan, standar
kebutuhan air dalam SK-SNI air minum. Dasar perpipaan dilayani oleh PDAM dan Pamsimas. (1) Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 teknis.
perhitungan yang digunakan adalah sebagai huruf f, terdiri atas:
berikut: Perhitungan proyeksi kebutuhan air yang digunakan a. Jaringan perpipaan; dan
1. Dasar perhitungan konsumsi air perkapita untuk perencanaan di WP Maos sampai dengan tahun b. Bukan jaringan perpipaan.
120 liter/detik. 2042 dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. (2) Jaringan perpipaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
2. Jumlah orang setiap sambungan Pada akhir tahun rencana 2042 kebutuhan air di WP terdiri atas:
diasumsikan sama dengan jumlah orang/KK Maos diperkirakan sebesar 38,78 liter/detik. a. unit air baku, terdiri atas:
yaitu 4 jiwa persambungan. 1. bangunan pengambil air baku, yang terdapat di SWP B
3. Kebutuhan air non domestic diasumsikan Blok B.4.
sebesar 20% dari jumlah kebutuhan 2. jaringan transmisi air baku dari PDAM primer, sekunder,
domestic. tersier melalui jaringan transportasi arteri primer, lokal
4. Tingkat kehiangan air pada ukuran kota primer, dan lingkungan primer.
sedang berdasarkan SNI. b. unit produksi, terdiri atas jaringan transmisi air minum, yang
melalui semua SWP.
Langkah-langkah strategis dalam distribusi dan c. unit pelayanan, berupa bangunan penunjang yang berada di
peningkatan pelayanan air bersih yaitu: SWP B Blok B.3 Desa Maos Kidul.
1. Metoda pengaliran air bersih dalam distribusi (3) Bukan jaringan perpipaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan sistem gravitasi, serta huruf b, terdiri atas sumur dangkal yang ada di lingkungan
gabungan antara sistem gravitasi dan permukiman di seluruh SWP.
pemompaan pada wilayah pelayanan yang
memiliki topografi ekstrem dan lokasi dimana
air sudah tidak memiliki tekanan dalam pipa.
Instalasi jaringan distribusi air bersih
menggunakan pipa-pipa yang terbagi atas:
a. Pipa Transmisi, digunakan untuk
mengalirkan air dari instalasi pengolahan air
bersih menuju reservoir distribusi.
Penentuan diameter pipa transmisi
berdasarkan debit maksimum.
b. Pipa Induk disebut juga jaringan pipa primer
berfungsi menyalurkan air bersih dari
reservior, secara umum terpasang mengikuti
jaringan jalan dan menuju kawasankawasan
atau blok-blok pelayanan.
c. Jaringan Pipa Sekunder, terpasang
mengikuti jaringan jalan yang berada di
dalam kawasan permukiman atau didalam
blok pelayanan.
d. Jaringan Pipa Tersier, merupakan jaringan
6
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
pipa yang terpasang menuju rumah-rumah
atau pelanggan.
2. Penambahan jaringan perpipaan dan
rehabilitasi yang sudah ada untuk
meminimasi tingkat kebocoran pipa dalam
menekan/menyusutkan angka kebocoran.
3. Meterisasi pelanggan secara serempak dan
pengawasan yang tegas untuk
penanggulangan kecurangan.
4. Pengendalian tingkat kebocoran air pada
saat pendistribusian, yang dapat
dilaksanakan dengan memasang alat ukur
tekanan pada tiap cabang saluran primer
dan sekunder serta melakukan pemeriksaan
secara berkala terhadap pipa air pada
daerah rawan.
5. Penyediaan individual reservoir untuk
masing-masing konsumen, agar pemakaian
air harian maksimum dapat dikendalikan.
6. Pembuatan sumur-sumur penampung air
hujan, sebagai alternatif sumber air bersih.
7. Pengaliran air dari reservoir ke daerah
pelayanan direncanakan menggunakan
sistem pemompaan, dengan pertimbangan
kondisi topografi daerah pelayanan yang
relatif datar, sehingga bila menggunakan
sistem gravitasi tidak akan efektif. Pompa
yang digunakan.
8. Berupa pompa sentrifugal, yang
pemilihannya berdasarkan besarnya debit
dan head total sistem.
9. Sedangkan untuk rencana pengembangan
jaringan distribusi akan digunakan sistem
cabang, yaitu sistem permukaan terbuka.
6. Rencana pengembangan Pembuatan suatu sistem pembuangan air Sumber penghasil limbah di WP Maos berasal dari Pasal 12 Rencana pengembangan jaringan air limbah
jaringan Pengelolaan Air limbah setempat yang baik tentunya harus kegiatan domestik untuk mencuci, masak, mandi dsb (1) Rencana pengelolaan air limbah dan pengelolaan limbah bahan dan pengelolaan limbah B3 berdasarkan
Limbah dan Pengelolaan memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat dan kegiatan non domestik untuk fasilitas umum seperti berbahaya dan beracun (B3), sebagaimana dimaksud pada pasal 5 kebutuhan dan standar teknis yang berlaku.
Limbah Bahan Berbahaya diterapkan pada kondisi masyarakat setempat. pasar maupun aktivitas komersial. huruf g, terdiri atas:
dan Beracun (B3) Sistem on-site dikembangkan pada wilayah
a. Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat;
dengan tipologi:
1. Kepadatan penduduk < 150 jiwa/Ha. b. Sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat.
2. Sarana air bersih sudah tersedia dengan baik. (2) Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat, sebagaimana
3. Sifat tanah impermeabel dan kedalaman dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa sub-sistem pengolahan
tanah > 1,5 m. lumpur tinja.
Sedangkan Sistem off site direncanakan di (3) Sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat, sebagaimana
daerah–daerah yang menjadi pusat kegiatan dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa IPAL skala kawasan
komersil dan pusat pemerintahan dengan tertentu/ permukiman.
pertimbangan luas tanah terbatas serta
kepadatan relatif tinggi. Untuk menghasilkan (4) IPAL skala kawasan tertentu/ permukiman sebagaimana dimaksud
kinerja sistem terpusat yang optimal, diusulkan pada ayat (3) terdapat di:
pengalirannya dengan sistem terpisah (separate a. SWP A Blok A.6 Desa Klapagada; dan
system). Separate system adalah sistem b. SWP B Blok B.3 Desa Maos Kidul dan Blok B.4 Desa Maos Lor.
pengaliran pembuangan air kotor yang terpisah
antara air limbah dengan air hujan.
7. Rencana pengembangan Alternatif pengelolaan persampahan secara Berdasarkan komposisinya, prosentase terbesar Pasal 13 Rencana pengembangan jaringan
jaringan persampahan umum dapat dilakukan dengan dua sistem sampah berupa sampah organik dan merupakan (1) Rencana jaringan persampahan, sebagaimana dimaksud pada persampahan sudah dihitung berdasarkan
pelayanan utama yaitu: sistem pelayanan sampah basah yang cenderung mudah membusuk. pasal 5 huruf h, terdiri atas: kebutuhan dan standar teknis yang berlaku.
individu dan sistem pelayanan komunal. Penghasilan sampah paling besar berasal dari aktivitas a. Tempat pengelolaan sampah Reuse, Reduce, Recycle
1. Pola Pelayanan Individual (door to door) perdagangan.
(TPS 3R); TPST
yaitu: Di WP Maos masih kurangnya penyediaan sistem
a. Pengumpulan sampah dari rumah dengan pengelolaan persampahan, serta Kurangnya tempat b. tempat penampungan sementara (TPS); kontainer
alat angkut jarak pendek (misalnya: sampah yang mengolah hasil sampah, dan sampah (2) Tempat pengelolaan sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R),
gerobak sampah) untuk diangkut ke masih di bakar di pekarangan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di:
stasiun transfer terdekat. a. SWP A Blok A.5 Desa Karangreja; dan
b. Pengumpulan sampah dari rumah ke b. SWP B Blok B.4 Desa Maos Lor.
rumah dengan truk untuk di bawa ke PA.
7
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Pola komunal (3) Tempat penampungan sementara (TPS), sebagaimana dimaksud
a. Pengumpulan sampah dari beberapa pada ayat (1) huruf b terdapat di :
rumah yang kemudian dikumpulkan di a. SWP A Blok A.4, Blok A.8.
satu titik pengumpul.
b. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.5,
b. Pengumpulan sampah untuk beberapa
lokasi pada satu titik pengumpulan. dan Blok B.6.
c. SWP C Blok C.2, dan Blok C.4.
8. Rencana pengembangan Dalam pelaksanaan pembangunan sistem Sistem pematusan saluran drainase di WP Maos Pasal 14 Rencana pengembangan jaringan drainase
jaringan drainase drainase, pada prinsipnya harus dapat efisien terbagi atas: (1) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam pasal berdasarkan standar teknis yang berlaku.
sehingga sistem drainase yang dikembangkan  Saluran primer, yakni saluran yang menampung air 5 huruf i, meliputi:
adalah sistem kombinasi antara jaringan atau limbah dari saluran sekunder berupa sungai. a. saluran drainase primer;
drainase sistem tertutup serta jaringan drainase  Saluran sekunder, yakni saluran yang menampung
b. saluran drainase sekunder; dan
sistem terbuka, yaitu: air atau limbah dari saluran tersier, saluran ini banyak
1. Sistem Jaringan Terbuka Sistem saluran terdapat di sebelah kanan–kiri jalan raya utama. c. saluran drainase tersier.
drainase terbuka direncanakan  Saluran tersier, yakni saluran yang menampung (2) Saluran drainase primer, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan saluran dengan bentuk limbah rumah tangga, saluran ini biasanya terletak di huruf a berupa sungai Serayu yang melalui semua SWP B dan
saluran trapesium dengan lining yang depan rumah penduduk atau di dalam komplek SWP C.
pengalirannya dilakukan secara gravitasi. perumahan. Banyak dijumpai di tepi jalan utama. (3) Saluran drainase sekunder, sebagaimana dimaksud pada ayat
Keuntungan menggunakan sistem terbuka (1) huruf b, melalui:
ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih Jenis drainase yang ada di WP Maos terbagi menjadi a. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.5, Blok B.6 dan Blok B.7;
murah, teknologi pembangunan lebih dua jenis yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup.
sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih dan
Namun sebagian besar sistem drainase yang ada di
sedikit. Sedangkan kerugian sistem ini, yaitu pusat kota maupun permukiman adalah jenis drainase b. SWP C Blok C.1, dan Blok C.4.
limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan terbuka. (4) Saluran drainase tersier, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan harus hatihati terhadap kemungkinan huruf c, melalui semua SWP.
terperosok ke saluran ini karena sistemnya
terbuka (terutama pada malam hari).
2. Sistem Jaringan Tertutup Sistem ini dibuat di
bawah jalan dengan membuat perkerasan
pada saluran seperti saluran terbuka hanya
permukaannya ditutup. Sistem tertutup ini
dibangun sebagai terusan agar sistem
terbuka tidak terpotong apabila sistem
terbuka memotong jaringan jalan.
9. Rencana pengembangan Rencana jaringan prasarana lainnya, terdiri Arahan pengembangan titik kumpul evakuasi yaitu di Pasal 15 Jalur evakuasi ditetapkan dalam muatan
jaringan prasarana lainnya atas: kantor desa yang ada di WP Maos. (1) Rencana jaringan prasarana lainnya, sebagaimana dimaksud raperbup RDTR WP Maos karena sebagai
a. Jalur evakuasi bencana; Untuk jalur sepeda dan jalur pejalan kaki belum dalam pasal 5 ayat huruf j, terdiri atas: pertimbangan jalur evakuasi dan ruang
tersedia di WP Maos, dan diarahkan dikembangkan di e. Jalur evakuasi bencana; evakuasi yang digunakan untuk jalur dan
b. Tempat evakuasi;
jalan utama (sisi kanan kiri) ruang penyelamatan segala jenis bencana.
c. Jalur sepeda; f. Tempat evakuasi;
d. Jaringan pejalan kaki. g. Jalur sepeda;
h. Jaringan pejalan kaki.
Kriteria Jalur evakuasi : (2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
1. Jalur evakuasi harus cukup lebar, yang bisa huruf a, terdiri atas:
dilewati oleh 2 kendaraan atau lebih. a. Jalur evakuasi bencana likuifaksi, melalui jalan arteri primer
2. Harus menjauh dari sumber ancaman dan dan lokal primer di semua SWP.
efek dari ancaman. b. Jalur evakuasi bencana banjir, melalui melalui jalan arteri
3. Jalur evakuasi harus baik dan mudah primer dan lokal primer di semua SWP.
dilewati. (3) tempat evakuasi terdiri atas:
4. Harus aman dan teratur.
1. titik kumpul bencana likuifaksi terdiri atas :
a) kantor Balai Desa Karangreja di SWP A Blok A.1.
b) kantor Balai Desa Kalapagada di SWP A Blok A.6.
c) kantor Balai Desa Maos Kidul di SWP B Blok B.3
d) kantor Balai Desa Maos Lor di SWP B Blok B.4.
e) kantor Balai Desa Panisihan di SWP C Blok C. 2.
f) Kantor Balai Desa Glempang di SWP C Blok C.4.
2. titik kumpul bencana banjir terdiri atas:
a) kantor Balai Desa Karangreja di SWP A Blok A.1.
b) kantor Balai Desa Kalapagada di SWP A Blok A.6.
c) kantor Balai Desa Maos Kidul di SWP B Blok B.3
d) kantor Balai Desa Maos Lor di SWP B Blok B.4.
e) kantor Balai Desa Panisihan di SWP C Blok C. 2.
f) Kantor Balai Desa Glempang di SWP C Blok C.4.

8
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(4) Jalur sepeda, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
melalui:
a. Jalur sepeda, melalui jalan arteri primer dan lokal primer di
semua SWP. SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.4, Blok A.6,
Blok A.8 dan Blok A.9;
b. Jalur sepeda, melalui jalan arteri primer dan lokal primer di
semua SWP SWP B Blok B1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4,
dan Blok B.5, dan
c. Jalur sepeda, melalui jalan arteri primer dan lokal primer di
semua SWP SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C3, dan Blok
C.4.
(5) Jaringan pejalan kaki, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, melalui:
a. Jaringan pejalan kaki, melalui jalan arteri primer dan lokal
primer di SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.4, Blok A.6,
Blok A.8 dan Blok A.9;
b. Jaringan pejalan kaki, melalui jalan arteri primer dan lokal
primer di SWP B Blok B1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, dan
Blok B.5, dan
c. Jaringan pejalan kaki, melalui jalan arteri primer dan lokal
primer di SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C3, dan Blok C.4.
d. Jaringan pejalan kaki melalui jalan pusat permukiman di
semua SWP.

3 RENCANA POLA RUANG Pasal 16


(1) Rencana pola ruang WP Maos, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 huruf c, meliputi:
a. zona lindung; dan
b. zona budidaya.
3.1 Zona Lindung Pasal 17

Zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a,


terdiri atas:
a. zona badan air dengan kode BA;
b. zona perlindungan setempat dengan kode PS; dan
c. zona ruang terbuka hijau dengan kode RTH.

1. Zona Badan Air Badan air merupakan Air permukaan bumi yang Pasal 18
berupa sungai, danau, embung, waduk, dan Zona badan air (BA) sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 huruf a,
sebagainya . seluas 64,90 hektar, yang terdapat di:
a. SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.5, Blok A.6, Blok A.7, Blok A.8
dan Blok A.9;
b. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.5, Blok B.6,
Blok B.7 dan Blok B.8; dan
c. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3 dan Blok C.4.
2. Zona perlindungan Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan Zona perlindungan setempat meliputi : Pasal 19 Pola pemanfaatan ruang zona perlindungan
setempat pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi nilai- 1. Sempadan sungai besar serayu Zona Perlindungan Setempat (PS) sebagaimana dimaksud dalam pasal setempat yang termuat dalam muatan
nilai luhur dalam tata kehidupan masyarakat 2. Sempadan sungai kecil 17 huruf b, seluas 47,94 hektar, yang terdapat di: raperbup sudah sesuai dengan kondisi
untuk melindungi dan mengelola lingkungan 3. Sempadan rek KAI a. SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.6, Blok A.7, eksisting.
hidup secara lestari, serta dapat menjaga 4.Sempadan saluran irigasi Induk
Blok A.8 dan Blok A.9;
kelestarian jumlah, kualitas penyediaan tata air,
kelancaran, ketertiban pengaturan, dan b. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.5, Blok B.6,
pemanfaatan air dari sumber-sumber air. Blok B.7 dan Blok B.8; dan
Termasuk didalamnya kawasan kearifan lokal, c. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3 dan Blok C.4.
sempadan yang berfungsi sebagai kawasan
lindung antara lain sempadan pantai, sungai,
mata air, situ, danau, embung, dan waduk, serta
kawasan lainnya yang memiliki fungsi
perlindungan setempat.

9
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

3. Zona ruang terbuka hijau Zona ruang terbuka hijau adalah area Berdasarkan RTRW Kabupaten Cilacap tahun 2011- Pasal 20 Pola pemanfaatan ruang zona ruang terbuka
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang 2031, arahan pengembangan RTH dengan luas paling (1) Zona ruang terbuka hijau (RTH) sebagaimana dimaksud dalam hijau sudah sesuai dengan rencana pola
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat sedikit 30% terdiri atas 20% RTH public dan 10 RTH Pasal 17 huruf c, terdiri atas: ruang kawasan lindung pada RTRW
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman privat dari luas kawasan perkotaan. a. Sub-zona taman kelurahan dengan kode RTH-4; dan Kabupaten Cilacap dan kondisi eksisting
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau di WP Maos berupa makam, wilayah WP Maos.
b. Sub-zona pemakaman dengan kode RTH-7.
Zona ruang terbuka hijau terdiri dari hutan kota, lapangan.
taman kota, taman kecamatan, taman (2) Sub-zona taman kelurahan (RTH-4) sebagaimana dimaksud
kelurahan, taman RW, taman RT, pemakaman, pada ayat (1) huruf b, seluas 5,36 (lima koma tiga enam) hektar,
dan konservasi. yang terdapat di :
a. SWP A Blok A.3, Blok A.6 dan Blok A.8;
b. SWP B Blok B.2 Blok B.8; dan
c. SWP C Blok C.2.
(3) Sub-zona pemakaman (RTH-7) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, seluas 9,35 (sembilan koma tiga lima) hektar,
yang terdapat di:
a. SWP A Blok A.1, Blok A.5 dan Blok A.7;
b. SWP B Blok B.1, Blok B.4; dan
c. SWP C Blok C.1, Blok C.3 dan Blok C.4.
3.2 Zona Budidaya Pasal 21
Zona budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. Zona badan jalan dengan kode BJ;
b. Zona pertanian dengan kode P;
c. Zona perikanan dengan kode IK;
d. Zona kawasan peruntukan industri dengan kode KPI;
e. Zona perumahan dengan kode R;
f. Zona sarana pelayanan umum (SPU);
g. Zona perdagangan dan jasa dengan kode K;
h. Zona perkantoran dengan kode KT;
i. Zona transportasi dengan kode TR; dan
j. Zona pertahanan dan keamanan dengan kode HK.
1. Zona Badan Jalan Zona badan jalan adalah bagian jalan yang Pasal 22
berada di antara kisi-kisi jalan dan merupakan Zona badan jalan (BJ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
lajur utama yang meliputi jalur lalu lintas dan seluas 36,93 hektar, yang terdapat di:
bahu jalan. a. SWP A Blok A1, Blok A2, Blok A.3, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.6,
Blok A.7, Blok A.8 dan Blok A.9;
b. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.5, Blok B.6,
Blok B.7 dan Blok Blok B.8; dan
c. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3 dan Blok C.4.

2. Zona pertanian Zona pertanian adalah peruntukan ruang yang Zona pertanian di WP Maos diarahkan pada lahan- Pasal 23 Penetapan zona pertanian dalam muatan
dikembangkan untuk menampung kegiatan lahan yang menghasilkan bahan pangan, perkebunan, (1) Zona pertanian dengan kode P, sebagaimana dimaksud dalam raperbup RDTR WP Maos sesuai: Kawasan
yang berhubungan dengan pengusahaan dan peternakan. Pasal 21 huruf b, terdiri atas: peruntukan pertanian tanaman pangan
mengusahakan tanaman tertentu untuk pribadi a. Sub-zona tanaman pangan dengan kode P-1; selanjutnya akan ditetapkan sebagai Kawasan
atau tujuan komersial. Zona pertanian diarahkan Pertanian Berkelanjutan (KP2B). Dengan
b. Sub-zona perkebunan dengan kode P-3; dan
pada lahan-lahan yang menghasilkan bahan demikian mekanisme perencanaan,
pangan, perkebunan, dan peternakan. c. Sub-zona peternakan dengan kode P-4. pemanfaatan, pengembangan, pengendalian
(2) Sub-zona tanaman pangan (P-1) sebagaimana dimaksud pada dan pembiayaan kawasan peruntukan
ayat (1) huruf a, seluas 1.180,68 (seribu seratus delapan puluh pertanian mengikuti peraturan perundang-
koma enam delapan) hektar, terdapat di: undangan terkait yang berlaku.
a. SWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.7,
Blok A.8, dan Blok A.9;
b. SWP B Blok B.1, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.6, Blok B.7,
dan Blok B.8;
c. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3 dan Blok C.4.
(3) Sub-zona perkebunan (P-3) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, seluas 41,50 (empat puluh satu koma lima nol)
hektar, terdapat di:
a. SWP B Blok B.6; dan

10
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
b. SWP C Blok C.2, Blok C.3 dan Blok C.4.
(4) Sub-zona peternakan (P-4) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, seluas 0,19 (nol koma satu sembilan) hektar, terdapat
di SWP B Blok B.4.

3. Zona perikanan Zona perikanan adalah peruntukan ruang yang Pasal 24 1. Sudah sesuai dengan RTRW Kabupaten
dikembangkan bagi usaha pengembangan (1) Zona perikanan (IK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf Cilacap Tahun 2011-2031, yaitu ditetapkan
perikanan. Zona perikanan terdiri dari perikanan c, terdiri atas Sub-zona perikanan budidaya dengan kode IK-2; Maos sebagai kawasan sentra kegiatan
budidaya air tawar, perikanan budidaya air (2) Sub-zona perikanan budidaya (IK-2) sebagaimana dimaksud pada perikanan budi daya
payau, perikanan budidaya air laut, dan 2. Sudah mempertimbangkan kondisi
ayat (1) seluas 9,81 (sembilan koma delapan satu) hektar,
penangkapan ikan laut. eksisting sektor perikanan saat ini dan
terdapat di SWP C Blok C1 dan Blok C.4. potensi pengembangan perikanan di masa
mendatang.

4. Zona kawasan peruntukan Berdasarkan PP No 142 Tahun 2014, tentang Pasal 25 Sudah mempertimbangkan kondisi eksisting
industri Kawasan Industri, pengertian kawasan sektor industri dan potensi pengembangan
peruntukan industri (KPI) adalah bentangan Zona kawasan peruntukan industri dengan kode KPI sebagaimana industri.
lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri dimaksud dalam Pasal 21 huruf d, seluas 6,14 (enam koma satu empat)
berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai hektar, terdapat di SWP A Blok A.4.
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Zona perumahan Zona perumahan adalah Peruntukan ruang Kepadatan bangunan pada setiap desa di WP Maos Pasal 26 Pola pemanfaatan ruang zona perumahan
yang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang termasuk ke dalam kategori sedang dan rendah. (1) Zona perumahan (R) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sudah sesuai dengan rencana pola ruang
mewadahi kehidupan dan penghidupan huruf e, terdiri atas: kawasan perumahan pada RTRW Kabupaten
masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya. a. Sub-zona perumahan kepadatan tinggi dengan kode R-2; Cilacap Tahun 2011-2031.
Zona dengan wilayah perencanaan yang
b. Sub-zona perumahan kepadatan sedang dengan kode R-3;
memiliki kepadatan bangunan:
1. kepadatan tinggi: 100 (seratus)-1000 (seribu) dan
rumah/hektar c. Sub-zona perumahan kepadatan rendah dengan kode R-4.
2. kepadatan sedang: 40 (empat puluh)-100 (2) Sub-zona perumahan kepadatan tinggi (R-2) sebagaimana
(seratus) rumah/hektar dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas 52,14 (lima puluh dua
3. kepadatan rendah: 10 (sepuluh)- 40 (empat koma satu empat) hektar, yang terdapat di SWP A Blok A.1, Blok
puluh) rumah/hektar A.3, Blok A.4, Blok A.5 dan Blok A.6.
(3) Sub-zona perumahan kepadatan sedang (R-3) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas 314,43 (tiga ratus empat
belas koma empat tiga) hektar, yang terdapat di:
a. SWP B Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.5, dan Blok
B.6; dan
b. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3 dan Blok C.4.
(4) Sub-zona perumahan kepadatan rendah (R-4) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas 52,45 (dua lima puluh
dua koma empat lima) hektar, yang terdapat di:
a. SWP A Blok A.2, Blok A.5, dan A.8;
b. SWP B Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.6, Blok B.7,
dan Blok B.8; dan
c. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3, dan Blok C.4.

6. Zona sarana pelayanan Zona sarana pelayanan umum adalah WP Maos memiliki fasilitas pendidikan seperti Sekolah Pasal 27 Zona sarana pelayanan umum yang diatur
umum peruntukan ruang yang dikembangkan untuk Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), (1) Zona sarana pelayanan umum (SPU) sebagaimana dimaksud dalam muatan raperbup RDTR sudah
menampung fungsi kegiatan yang berupa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah dalam Pasal 21 huruf f, terdiri atas : mempertimbangkan kebutuhan dan distribusi
pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial Menengah Kejuruan (SMK). a.Sub-zona SPU skala kota dengan kode SPU-1; sesuai skala pelayanan.
budaya, olahraga dan rekreasi, dengan Salah satu peran pemerintah dalam pembangunan
b.Sub-zona SPU skala kecamatan dengan kode SPU-2;
fasilitasnya dengan skala pelayanan yang kesehatan adalah menyediakan sarana kesehatan
ditetapkan dalam RTRW. Sarana pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, baik dari c.Sub-zona SPU skala kelurahan dengan kode SPU-3; dan
umum terdiri dari sarana pelayanan pendidikan, segi finansial maupun lokasinya. Sarana kesehatan d.Sub-zona skala RW dengan kode SPU-4.
kesehatan, olahraga, peribadatan, transportasi, tersebut antara lain berupa Puskesmas, poliklinik, (2) Sub-zona SPU skala kota (SPU-1) sebagaimana dimaksud pada
dan sosial budaya. apotik. ayat (1) huruf a, seluas 5,46 (lima koma empat enam) hektar
Lokasi SPU dapat disebar pada titik-titik Berdasarkan data yang ada di Kecamatan Maos pada terdapat di :
strategis atau sekitar pusat kota, pusat tahun 2020, memiliki sarana peribadatan berupa 20 unit a. SWP A Blok A.2, dan Blok A.8;
kecamatan, pusat kelurahan, dan pusat RW. Masjid dan 110 Mushola. Untuk fasilitas pendidikan
b. SWP B Blok B.4; dan

11
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
terdapat 17 TK, 17 SD/MI, 7 SMP, 3 SMA, 1 Akademi, c. SWP C Blok C.2.
dan 4 ponpes. (3) Sub-zona SPU skala kecamatan (SPU-2) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas 4,64 (empat koma enam
empat) hektar, terdapat di:
a. SWP A Blok A.1, Blok A.3, Blok A.4, dan Blok A.5;
b. SWP B Blok B.2, Blok B.4, Blok B.5, dan Blok B.6; dan
c. SWP C Blok C.4.
(4) Sub-zona SPU skala kelurahan (SPU-3) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, seluas 8,32 (delapan koma tiga puluh dua)
hektar, terdapat di:
a.SWP A Blok A.1, Blok A.3, Blok A.5, dan Blok A.6;
b.SWP B Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, Blok B.5, dan Blok B.8;
dan
c.SWP C Blok C.1, Blok C.3, dan Blok C.4.
(5) Sub-zona SPU skala RW (SPU-4) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, seluas 1,56 (satu koma lima enam) hektar,
terdapat di:
a.SWP A Blok A.1, Blok A.3, Blok A.4, dan Blok A.6;
b.SWP B Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, dan Blok B.5; dan
c.SWP C Blok C.3, dan Blok C.4.
7. Zona perdagangan dan Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukan Sektor perdagangan di WP Maos dapat dipantau dari Pasal 28 Sudah mempertimbangkan kondisi eksisting
jasa ruang yang merupakan bagian dari kawasan sarana prasarana yang ada baik untuk perdagangan (1) Zona perdagangan dan jasa (K) sebagaimana dimaksud dalam perdagangan dan jasa saat ini dan potensi
budi daya difungsikan untuk pengembangan barang maupun jasa. Berdasarkan data kecamatan Pasal 21 huruf g, terdiri atas: pengembangan di masa mendatang.
kegiatan usaha yang bersifat komersial, dalam angka, sarana dan prasarana perdagangan a. Sub-zona perdagangan dan jasa skala WP (K-2); dan
tempatbekerja, tempat berusaha, serta tempat meliputi pasar, toko, kios, warung makan, rumah
b. Sub-zona perdagangan dan jasa skala SWP (K-3).
hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial makan, dll.
pendukungnya. (2) Sub-Zona perdagangan dan jasa skala WP (K-2) sebagaimana
Ketentuan umum zona perdagangan dan jasa: dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas 60,21 (enam puluh satu
1. lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, koma dua satu) hektar, terdapat di:
sedang, dan rendah dan akan diatur lebih a. SWP A Blok Blok A.1, Blok A2, Blok A.3, Blok A.4, Blok
lanjut di dalam peraturan zonasi lingkungan A.5, Blok A.6, Blok A.8, dan Blok A.9;
yang diarahkan untuk membentuk karakter b. SWP B Blok B.2, Blok B.3, Blok B.4, dan Blok B.5, dan Blok
ruang kota melalui pengembangan bangunan
B.7; dan
bangunan tunggal.
2. skala pelayanan perdagangan dan jasa yang c. SWP C Blok C.1, Blok C.2, Blok C.3, dan Blok C.4.
direncanakan adalah tingkat regional, kota (3) Sub-Zona perdagangan dan jasa skala SWP (K-3) sebagaimana
dan lokal (lingkungan. dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas 0,81 (nol koma delapan
3. jalan akses minimum adalah jalan kolektor satu) hektar, terdapat di:
tidak berbatasan langsung dengan a. SWP A Blok A.6; dan
perumahan penduduk. b. SWP B Blok B.4.
4. zona perdagangan dan jasa diharapkan dapat
menampung tenaga kerja, pertokoan, jasa,
rekreasi, dan pelayanan masyarakat.
5. menyediakan fasilitas pelayanan
perdagangan dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat dalam skala pelayanan regional
dan kota.
8. Zona perkantoran Zona perkantoran adalah peruntukan ruang Zona perkantoran yang tediri dari perkantoran Pasal 29 Sudah mempertimbangkan kondisi eksisting
yang merupakan bagian dari kawasan budi daya pemerintah dan perkantoran swasta di Kecamatan Zona perkantoran (KT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf h, perdagangan dan jasa saat ini dan potensi
difungsikan untuk pengembangan kegiatan umumnya berada di pusat pemerintahan kecamatan seluas 4,21 (empat koma dua satu) hektar, terdapat di: pengembangan di masa mendatang.
pelayanan pemerintahan dan tempat dan di pusat kota. a. SWP A Blok A.2, Blok A.3, Blok A.4, Blok A.5, dan Blok A.6;
bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi
b. SWP B Blok B.1, Blok B.2, Blok B.3, dan Blok B.5; dan
dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
Kriteria perencanaan: c. SWP C Blok C.2, dan Blok C.4.
1. kantor pemerintahan baik tingkat pusat
maupun daerah (provinsi, kota/kabupaten,
kecamatan, kelurahan)
2. kantor atau instalasi hankam termasuk tempat
latihan baik pada tingkatan nasional, Kodam,
Korem, Koramil, Polda, Polwil, Polsek, dan
sebagainya
3. untuk pemerintah tingkat pusat, provinsi dan
kota aksesibilitas minimum adalah jalan
12
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
kolektor
4. untuk pemerintah tingkat kecamatan dan
dibawahnya aksesibilitas minimum adalah
jalan lingkungan utama
5. lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi,
sedang, dan rendah dan akan diatur lebih
lanjut didalam peraturan zonasi
6. lingkungan yang diarahkan untuk membentuk
karakter tuang kota melalui pengembangan
bangunan tunggal.
7. skala pelayanan yang direncanakan adalah
tingkat nasional dan regional dan kota
8. jalan akses minimum adalah jalan kolektor
9. tidak berbatasan langsung dengan
perumahan penduduk.
9. Zona transportasi Zona transportasi adalah adalah peruntukan WP Maos terdapat stasiun kereta api. Pasal 30 Penetapan zona transportasi dalam muatan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan Zona trasportasi (TR) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf i, raperbup RDTR WP Maos sesuai dengan
budi daya yang dikembangkan untuk fungsi seluas 6,18 (enam koma delapan belas) hektar, terdapat di SWP A Blok RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031.
jaringan moda transportasi. A.4.

10. Zona pertahanan dan Zona pertahanan dan keamanan adalah Sarana pertahanan dan keamanan yang terdapat di Pasal 31
keamanan peruntukan tanah yang merupakan bagian dari WP Maos, yaitu Polres Maos. Zona pertahanan dan keamanan (HK) sebagaimana dimaksud dalam
kawasan budi dayayang dikembangkan untuk Pasal 21 huruf k, seluas 0,25 (nol koma dua lima) hektar, terdapat di
menjamin kegiatan dan pengembangan bidang SWP A Blok A.3 dan Blok A.5.
pertahanan dan keamanan seperti kantor,
instalasi hankam, termasuk tempat latihan baik
pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil,
dsb.
Kriteria umum:
a. memperhatikan kebijakan sistem pertahanan
dan keamanan nasional.
b. memperhatikan kebijakan pemerintah yang
menunjang pusat hankam nasional.
c. memperhatikan ketersediaan lahan sesuai
dengan kebutuhan bidang hankam beserta
prasarana dan sarana penunjangnya.
d. aksesibilitas yang menghubungkan zona
hankam adalah jalan kolektor.
e. tidak berbatasan langsung dengan zona
perumahan dan komersial.
5 KETENTUAN Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR Rencana program pembangunan lima tahunan yang Pasal 32
PEMANFAATAN RUANG merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam saat ini berjalan mengacu kepada rencana Ketentuan pemanfaatan ruang RDTR WP Maos terdiri atas:
1. Program pemanfaatan ruang bentuk program pengembangan WP dalam pembagunan RTRW yang dijabarkan lebih rinci atau a. Konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
prioritas jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan lebih teknis di dalam rencana kerja sektoral. b. Program prioritas pemanfaatan ruang
2. Lokasi sampai akhir tahun masa perencanaan
sebagaimana diatur dalam pedoman ini.
3. Besaran Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi Pasal 33
sebagai:
4. Sumber pendanaan a. dasar pemerintah dan masyarakat dalam (1) Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)
pemrograman investasi pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a diberikan
WP; berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan.
b. arahan untuk sektor dalam penyusunan (2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) sebagaimana
program; dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
c. dasar estimasi kebutuhan pembiayaan a. kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan berusaha;
penyusunan program tahunan untuk setiap b. kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
jangka 5 (lima) tahun; dan nonberusaha; dan
d. acuan bagi masyarakat dalam melakukan c. kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
investasi. yang bersifat strategis nasional.
(3) Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
Ketentuan pemanfaatan ruang disusun berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
berdasarkan: dilaksanakan melalui On Line Single Submission (OSS) dengan
a. rencana pola ruang dan rencana struktur tahapan:
ruang; a. pendaftaran;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber b. penilaian dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang

13
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
dana pembangunan; terhadap RDTR; dan
c. kesepakatan para pemangku kepentingan c. penerbitan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
dan kebijakan yang ditetapkan; Ruang (KKPR).
d. masukan dan kesepakatan dengan para (4) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
investor; dan ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
e. prioritas pengembangan WP dan tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini
pentahapan rencana pelaksanaan program
yang sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
daerah dan Rencana Pembangunan Pasal 34
Jangka Menengah (RPJM) daerah, serta
rencana terpadu dan program investasi
infrastruktur jangka menengah (RPI2JM). (1) Program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf b terdiri atas:
a. arahan pemanfaatan ruang;
b. lokasi;
c. sumber pendanaan;
d. instansi pelaksana; dan
e. waktu dan tahapan pelaksanaan.
(2) Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. program perwujudan rencana struktur ruang; dan
b. program perwujudan rencana pola ruang.
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
lokasi program pemanfaatan ruang dilaksanakan di blok dalam
lingkup WP Maos.
(4) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Jawa Tengah;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Cilacap;
d. swasta;
e. masyarakat; dan
f. sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(5) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi pelaksana program utama oleh:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
c. Pemerintah Kabupaten Cilacap;
d. swasta; dan/atau
e. masyarakat.
(6) Waktu dan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e berupa usulan program yang direncanakan
dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang
dirinci setiap 5 (lima) tahun, terdiri dari 4 (empat) tahapan
meliputi:
a. tahap pertama, yaitu tahun 2021 s/d tahun 2025,
diprioritaskan pada perencanaan dan pembangunan
infrastruktur perkotaan prioritas serta
monitoring/pemeliharaan, evaluasi perencanaan dan
pemanfaatan ruang;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2026 s/d tahun 2030
diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur perkotaan,
monitoring/ pemeliharaan, peningkatan kualitas, evaluasi
perencanaan dan pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
c. tahap ketiga, yaitu tahun 2031 s/d tahun 2035,
diprioritaskan pada monitoring/pemeliharaan, evaluasi
perencanaan dan pemanfaatan ruang, pengendalian
pemanfaatan ruang, dan pemantapan infrastruktur
perkotaan; dan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2036 s/d tahun 2041,
diprioritaskan pada monitoring/pemeliharaan, pengendalian

14
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
pemanfaatan ruang dan pemantapan infrastruktur
perkotaan.
(7) Program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

6 PERATURAN ZONASI Peraturan zonasi memuat aturan dasar dan Kebijakan umum tentang peraturan zonasi diatur dalam Pasal 35 Bagian umum peraturan zonasi dalam muatan
teknik pengaturan zonasi. Aturan dasar RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031. (1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e raperbup RDTR WP Maos sudah sesuai
6.1 Materi Wajib merupakan persyaratan pemanfaatan ruang a. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang; dengan pedoman penyusunan RDTR dan
meliputi, ketentuan kegiatan dan penggunaan b. acuan dalam pemberian kesesuaian kegiatan pemanfaatan sudah berkesesuaian dengan arahan umum
1. Ketentuan kegiatan dan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ruang termasuk di dalamnya pemanfaatan ruang udara dan peraturan zonasi dalam RTRW Kabupaten
penggunaan lahan ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana pemanfaatan ruang di bawah tanah; Cilacap Tahun 2011-2031.
2. Ketentuan intensitas dan sarana minimal, ketentuan khusus, dan c. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
pemanfaatan ruang standar teknis, dan/atau ketentuan d. acuan dalam pengenaan sanksi;
a. KDB maksimum pelaksanaan. Teknik pengaturan zonasi adalah e. rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan
ketentuan lain dari zonasi konvensional yang lahan; dan
b. KLB maksimum dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas f. penetapan lokasi investasi.
dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan (2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
c. Ketinggian bangunan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam mengikuti tata cara pengenaan sanksi sesuai ketentuan
maksimum penerapan peraturan zonasi dasar, peraturan perundangan-undangan di bidang penataan ruang
d. KDH maksimum mempertimbangkan kondisi kontekstual yang berlaku.
kawasan dan arah penataan ruang. (3) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3. Ketentuan tata bangunan bermanfaat untuk:
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan a. menjamin dan menjaga kualitas ruang WP minimal yang
a. GSB minimal adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan ditetapkan;
penggunaan lahan yang diperbolehkan, b. menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan
b. Tinggi bangunan kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai
maksimum atau minimal secara terbatas, kegiatan dan penggunaan dengan karakteristik zona; dan
c. Jarak bebas antar lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan c. meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap
bangunan minimal penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan zona.
d. Tampilan bangunan pada zona lindung maupun zona budi daya. (4) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan atas:
4. Ketentuan prasarana dan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun a. aturan dasar; dan
sarana minimal standar yang terkait dengan pemanfaatan b. teknik pengaturan zonasi.
ruang, ketentuan dalam peraturan bangunan (5) Aturan dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a
5. Ketentuan pelaksanaan
setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur meliputi:
bangunan atau komponen yang dikembangkan. a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan tata bangunan;
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
teknis tentang kepadatan zona terbangun yang
e. ketentuan khusus; dan
dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur
f. ketentuan pelaksanaan.
melalui Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
(6) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dan ketentuan
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien
intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
Daerah Hijau (KDH) baik di atas maupun di
(5) huruf a dan huruf b, terdiri atas:
bawah permukaan tanah. Ketentuan
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dan ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang adalah
intensitas pemanfaatan ruang zona lindung; dan
ketentuan mengenai intensitas pemanfaatan
b. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dan ketentuan
ruang yang diperbolehkan pada suatu zona.
intensitas pemanfaatan ruang zona budi daya.
(7) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dan ketentuan
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona lindung sebagaimana
yang mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan dimaksud pada ayat (6) huruf a terdiri dari:
tampilan bangunan pada suatu zona untuk a. zona badan air dengan kode BA;
menjaga keselamatan dan keamanan b. zona perlindungan setempat dengan kode PS; dan
bangunan. Ketentuan tata bangunan c. zona ruang terbuka hijau dengan kode RTH.
mendetailkan lebih lanjut tata bangunan yang (8) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dan ketentuan
diatur dalam ketentuan umum peraturan zonasi intensitas pemanfaatan ruang zona budi daya sebagaimana
pada RTRW kabupaten/kota, atau juga dapat dimaksud pada ayat (6) huruf b terdiri dari:
berisi sama dengan tata bangunan yang diatur a. Zona badan jalan dengan kode BJ;
dalam ketentuan umum peraturan zonasi pada b. Zona pertanian dengan kode P;
RTRW kabupaten/kota. Tata bangunan yang c. Zona perikanan dengan kode IK;
terdapat dalam ketentuan tata bangunan ruang d. Zona kawasan peruntukan industri dengan kode KPI;
dapat didetailkan kembali lebih lanjut dalam e. Zona perumahan dengan kode R;
RTBL. f. Zona sarana pelayanan umum (SPU);
g. Zona perdagangan dan jasa dengan kode K;
Ketentuan prasarana dan sarana pendukung h. Zona perkantoran dengan kode KT;
15
Sistematika
No. Kriteria Muatan RTR Berdasarkan NSPK Kondisi Eksisting di Daerah Muatan Raperbup Penilaian Mandiri
Rancangan Perbup RDTR*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
minimal mengatur jenis prasarana dan sarana i. Zona lainnya dengan kode PL;
pendukung minimal apa saja yang harus ada j. Zona pengelolaan persampahan dengan kode PP; dan
pada setiap zona peruntukan. Jenis prasarana k. Zona pertahanan dan keamanan dengan kode HK.
dan sarana minimal ditentukan berdasarkan
sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona
peruntukannya. Sedangkan volume atau
kapasitasnya ditentukan berdasarkan pada Pasal 36
perkiraan jumlah orang yang menghuni zona (1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana
peruntukan tersebut. Ketentuan prasarana dan dimaksud dalam Pasal 35 ayat (5) huruf a, diklasifikasikan
sarana minimum sekurangnya harus mengatur menjadi:
jenis prasarana dan sarana pendukung untuk a. kegiatan diperbolehkan/diizinkan dengan kode I;
lima zona budidaya utama, perumahan, b. kegiatan diizinkan terbatas dengan kode T;
komersial, PSU, industri dan zona hijau c. kegiatan diizinkan bersyarat tertentu dengan kode B; dan
budidaya. Prasarana dan sarana minimum pada d. kegiatan tidak diizinkan dengan kode X.
Zona Lainnya diatur mengikuti aturan pada (2) Klasifikasi ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
kelima zona di atas. Prasarana yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam Tabel
dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan (Matriks ITBX)
parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pada Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat, dimensi Peraturan Bupati ini.
jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan (3) Dalam hal jenis kegiatan tidak termuat dalam ketentuan kegiatan
kelengkapan prasarana lainnya yang diperlukan. dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud pada Lampiran
V, Bupati menetapkan jenis kegiatan dimaksud setelah
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mendapatkan pertimbangan dari Forum Penataan Ruang
mengatur pemanfaatan zona yang memiliki Kabupaten Cilacap.
fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan
khusus sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-
zona yang digambarkan di peta khusus yang
memiliki pertampalan (overlay) dengan zona
lainnya dapat pula dijelaskan disini. Ketentuan
khusus merupakan aturan tambahan yang
ditampalkan (overlay) di atas aturan dasar
karena adanya hal-hal khusus yang
memerlukan aturan tersendiri karena belum
diatur di dalam aturan dasar.

Standar teknis adalah aturan-aturan teknis


pembangunan sarana dan prasarana
permukiman perkotaan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ ketentuan
teknis yang berlaku serta berisi panduan yang
terukur dan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan. Standar teknis ini berfungsi sebagai
panduan pelaksanaan pembangunan dan
sekaligus juga berfungsi sebagai instrumen
pemeriksaan dan pengawasan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang


berkaitan dengan pelaksanaan penerapan
peraturan daerah RDTR dan PZ.

Saya yang bertandatangan di bawah ini, selaku Kepala Daerah Kabupaten Cilacap menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap materi muatan Rancangan Peraturan Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan WP Maos Tahun 2022-2042.

BUPATI CILACAP,

_____________________

16

Anda mungkin juga menyukai