Anda di halaman 1dari 17

KONSEP PENDIDIKAN SENI

“KONSEP KOREOGRAFI TARI KREASI BARU


UNTUK LANSIA (LANJUT USIA)”

DISUSUN OLEH:

Julietri Murni Hia


NIM: 2203142022

DOSEN PENGAMPU:
Inggit Prasetya S.Sn., M.Sn

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PRODI PENDIDIKAN SENI MUSIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji Dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih
dan berkat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya juga berterimakasih
kepada Pak Inggit selaku dosen yang mengampu saya dalam mata kuliah Konsep Pendidikan
Seni, khususnya mengenai Pendidikan Seni Tari. Makalah ini dibuat dalam guna memenuhi
tugas mata kuliah Konsep Pendidikan Seni.

Saya menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan, baik di penulisan huruf dan penggunaan kata eja. Oleh sebab itu kami minta maaf
dan kami siap menerima kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini dengan arah ke yang
lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
guna menambah pengetahuan kita.

Medan, 15 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4

B. Rumusan Masalah?.......................................................................................................6

C. Tujuan Umum.................................................................................................................6

D. Tujuan Khusus................................................................................................................6

E. Manfaat Teoritis..............................................................................................................6

F. Manfaat Praktis...............................................................................................................6

BAB II............................................................................................................................................7

ACUAN TEORITIK..................................................................................................................7

A. Seni Tari..........................................................................................................................7

B. Tari Kreasi.......................................................................................................................8

BAB III........................................................................................................................................10

METODE GARAPAN.............................................................................................................10

A. Tujuan Mencipta Tari....................................................................................................10

B. Langkah-langkah Mencipta Tari...................................................................................10

BAB IV........................................................................................................................................12

KONSEP DASAR KARYA TARI..........................................................................................12

A. Latihan Vitalisasi Otak..................................................................................................12

B. Dasar Gerakan...............................................................................................................12

C. Tujuan Latihan Vitalisasi Otak.....................................................................................13

D. Tari Bali........................................................................................................................13

E. Dasar-dasar Tari Kreasi Baru Tari Bali........................................................................13

F. Kerangka Berpikir.........................................................................................................14
BAB V.........................................................................................................................................16

PENUTUP................................................................................................................................16

A. Kesimpulan...................................................................................................................16

B. Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Usia lanjut di atas 60 tahun telah diketahui secara luas meningkat dengan cepat dalam
suatu populasi. Seiring dengan peningkatan angka harapan hidup maka jumlah penduduk
berusia tua juga semakin meningkat. Kualitas hidup pada lansia seringkali mengalami
penurunan seiring dengan keterbatasan yang dimiliki baik dari segi fisik dan psikis. Hal ini
akan berdampak pada keluarga dan terjadinya pembengkakan biaya medis pada lansia. Dari
data WHO didapatkan angka kualitas hidup pada lansia yang buruk mengakibatkan
disabilitas sekitar 11,9 % dan 16 % mengakibatkan biaya medis yang meningkat untuk
lansia . Adanya gangguan kognitif dan mental pada lansia berpengaruh terhadap kualitas
hidup dimana terjadi penurunan pada seluruh domain kualitas hidup meliputi kesehatan fisik,
psikologis, hubungan social dan lingkungan.

Penurunan fungsi kognitif seringkali terjadi pada golongan lansia. Hal ini dapat
dimengerti karena peningkatan usia membawa konsekuensi penurunan fungsi- fungsi di
antaranya fungsi kognitif. Dalam masyarakat penurunan fungsi kognitif ini dikenal sebagai
kepikunan. Dalam dunia kedokteran kepikunan disebut demensia.

Prevalensi orang yang mengalami gangguan kognitif semakin meningkat setiap tahunnya,
sehingga perlu diupayakan tindakan promotif, preventif, maupun kuratif, baik bagi mereka
yang tanpa masalah maupun yang sudah bermasalah. Ada dua penanganan yang bisa
dilakukan , pertama yaitu farmakologis dan ke dua non farmakologis. Penanganan secara
farmakologis di antaranya mengobati penyakit yang memperberat serta mengobati gejala-
gejala gangguan jiwa dan perilaku pada gangguan kognitif yang berat. Konsep penanganan
non farmakologis bertujuan meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan diri, motivasi,
mobilitas, interaksi sosial dan kebugaran. Aktivitas-aktivitas yang memiliki dampak
terapeutik di antaranya reminisensi, orientasi realitas, stimulasi kognitif, stimulasi sensorik
dan stimulasi fisik berupa gerak dan latihan otak.
Aktivitas fisik telah diindikasikan sebagai strategi untuk promosi kesehatan pada usia
lanjut, seperti memelihara kapasitas fungsional, dan mencegah serta mengontrol berbagai
penyakit. Tahun belakangan ini, ada beberapa penelitian yang menarik tentang keuntungan
aktivitas fisik dalam memperbaiki kognitif pada lansia. Sebuah penelitian mendapatkan
keuntungan aktivitas fisik dalam perbaikan kognitif baik pada lansia tanpa gangguan kognitif
maupun pada lansia dengan gangguan kognitif dalam berbagai tingkatan. Latihan vitalisasi
otak merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan dan pusat berpikir (memori,
imajinasi). Latihan ini tidak hanya melibatkan pusat-pusat gerakan otot tertentu di otak
(Homunculus) dengan korpus kalosum (gerakan menyilang), tetapi juga melibatkan beberapa
pusat yang lebih tinggi di otak.

Olahraga tari adalah salah satu bentuk latihan aerobik yang ideal untuk memulihkan
ketegangan dan merupakan salah satu aktivitas sosial yang menyenangkan yang
meningkatkan tingkat kebugaran. Salah satu kekayaan budaya nusantara yang terkenal
sampai ke manca negara adalah Tari Bali. Tarian ini memiliki gerakan-gerakan yang unik
dimana mirip dengan gerakan-gerakan pada latihan-latihan untuk menstimulasi fungsi
kognitif. Tarian telah ditunjukkan bisa mengurangi lemak tubuh dan BMI (body mass index)
dan meningkatkan tekanan darah serta mengontrol kadar gula darah. Banyak penelitian
tentang tari lebih berfokus pada peningkatan kardiovaskuler, kekuatan otot, postur dan
keseimbangan.

Kecantikan Tari Bali tampak pada gerakan gerakan yang abstrak dan indah. Tari Bali
yang paling dikenal antara lain pendet, baris dan legong. Sejak tahun 1950 an dengan
perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan di luar kegiatan
keagamaan dengan beberapa modifikasi. Macam-macam gerakan pada seni tari Bali yaitu
gerakan kaki, gerakan tangan, gerakan leher, gerakan jari dan gerakan badan. Adapun
gerakan tari Bali yang sesuai gerakan pada latihan vitalisasi otak dan brain gym yaitu luk
nerudut, luk ngelimat : gerakan tangan berlawanan arah, seledet : ekspresi muka yang
ditonjolkan melalui gerak mata ke samping kiri atau kanan, merem : sikap tidur/
memejamkan mata dengan tangan menyatu di dada seperti bersemedi berdoa pada Tuhan,
ngegol : gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri secara berulang-ulang, sekar kapawanan :
gerakan kepala yang digerakkan secara halus ke kanan dan ke kiri diikuti seledet halus,
ngenjet : gerakan badan naik turun disertai gerakan tangan ngelemut, ngumbang : berjalan,
nyilat : kaki bersilang dan ngunda : berjingkat naik turun.
B. Rumusan Masalah?
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah

1. Apakah gerakan model tari kreasi baru Tari Bali dapat meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia?

2. Apakah gerakan model tari kreasi baru Tari Bali dapat meningkatkan kualitas hidup lansia?

C. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas gerakan model tari Bali
terhadap fungsi kognitif dan kualitas hidup pada lansia.

D. Tujuan Khusus
1. Untuk membuktikan gerakan model tari kreasi baru tari Bali terhadap peningkatan
fungsi kognitif pada lansia.

2. Untuk membuktikan gerakan model tari kreasi baru tari Bali terhadap peningkatan
kualitas hidup pada lansia.

E. Manfaat Teoritis
Mendapatkan wawasan pengetahuan tentang mekanisme aplikasi gerakan model tari Bali
dalam meningkatkan fungsi kognitif dan kualitas hidup pada lansia.

F. Manfaat Praktis
Mendapatkan gambaran tentang hasil aplikasi gerakan model tari kreasi baru Tari Bali pada
penderita gangguan kognitif. Selain itu data yang didapatkan dapat dipergunakan sebagai
alternatif dalam meningkatkan fungsi kognitif dan kualitas hidup yang dialami oleh lansia di
masyarakat sehingga bisa mencegah terjadinya gangguan kognitif yang lebih berat serta
mencegah penurunan kualitas hidup para lansia. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan
masukan kepada komunitas untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh tari
Bali terhadap fungsi kognitif sehingga mampu berperan sebagai penggerak para lansia untuk
rajin melakukan gerakan tari Bali. Bagi Dinas Kesehatan berguna untuk mempersiapkan
informasi yang berguna untuk mengambil keputusan, merumuskan kebijakan dan membuat
perencanaan dalam program lansia.
BAB II
ACUAN TEORITIK

A. Seni Tari
Seni tari adalah cabang seni yang mengungkapkan keindahan, ekspresi, hingga makna
tertentu melalui media gerak tubuh yang disusun dan diperagakan sedemikian rupa untuk
memberikan penampilan dan pengalaman yang menyenangkan atau menumbuhkan horison
baru bagi penontonnya.

Seni tari adalah salah satu cabang seni yang cara pengungkapannya menggunakan bahasa
gerak tubuh.

Seni tari ialah gerak tubuh manusia yang disusun sedemikian rupa untuk diselaraskan dengan
irama musik, serta memiliki maksud tertentu.

Tari merupakan keindahan bentuk anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan
berjiwa yang harmonis.

Tari adalah wujud ekspresi pikiran, perasaan, kehendak, dan pengalaman manusia yang ciri
utama medianya menggunakan unsur utama gerak dilengkapi unsur-unsur pendukungnya
sehingga membentuk struktur yang disebut dengan tari.

Unsur Utama Seni Tari  (Unsur Dasar)

a. Gerak adalah unsur utama tari yang terjadi karena adanya suatu tenaga pada tubuh.
Terdapat dua jenis gerak, yakni: 1. Gerak nyata (representasional) yang menirukan
aktivitas sehari-hari, 2. Gerak maknawi, yang merupakan gerakan mengandung
makna.

b. Ruang dalam seni tari adalah tempat untuk bergerak yang secara harfiah merupakan
pentas atau panggung untuk menari. Namun tari juga mengenal ruang imajinatif yang
tercipta melalui proses kreatif gerakan tari. 

c. Waktu dalam seni tari dapat memberikan dampak yang diinginkan sesuai dengan cara
pengendaliannya. Waktu dalam seni tari bergantung pada tiga aspek, yaitu: 1) Tempo,
yaitu cepat lambatnya gerakan, 2) Ritme , panjang atau pendeknya ketukan,
3) Durasi, lamanya penari dalam melakukan gerak. Gerakan cepat dan pendek akan
memberikan kesan agresif atau memberikan energi semangat yang lebih. Sementara
gerakan lambat dengan durasi ketukan yang panjang akan memberikan efek
melankolis dan agresif.

d. Tenaga dalam tari adalah kekuatan yang mengawali, mengendalikan dan


menghentikan gerak.
Berbagai perubahan terhadap estetika, ekspresi, dan penghayatan dapat terjadi oleh
penggunaan tenaga yang berbeda dalam gerak tari. Beberapa penggunaan tenaga tari
meliputi beberapa aspek, yakni:

1. Intensitas, berkaitan dengan banyak tidaknya penggunaan tenaga sehingga


menghasilkan tingkat ketegangan yang berbeda.

2. Aksen/tekanan, kecepatan pergantian tenaga yang dilepaskan. Misalnya, perubahan


penggunaan tenaga yang dilakukan secara tiba-tiba akan menghasilkan kontras yang
lebih kuat.

3. Kualitas, merupakan efek gerak yang dihasilkan akibat dari cara penggunaan tenaga
seperti: gerak mengayun, gerak perkusi, gerak bergetar, gerak lamban, dan gerak
menahan.

B. Tari Kreasi
Tari kreasi adalah jenis tarian yang diinovasi dengan menyesuaikan gerakan, alat pengiring,
atau properti yang digunakan dalam tarian tersebut agar terlihat modern serta dapat diterima
oleh masyarakat Indonesia seiring perkembangan zaman.

Tari kreasi adalah bentuk gerak tari baru yang dirangkai dari perpaduan gerak tari tradisional
kerakyatan dengan tari tradisional klasik. Gerak ini berasal dari satu daerah atau berbagai
daerah di Indonesia. Selain bentuk geraknya, irama, rias, dan busanannya juga merupakan
hasil modifikasi tari tradisi.

Tari kreasi adalah suatu gerakan secara berirama senada dengan alunan musik, dilakukan di
tempat dan waktu tertentu untuk mengekpresikan perasaan, maksud, dan pikiran serta
menyampaikan pesan tersebut melalui seseorang maupun kelompok.

Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tari kreasi berpolakan
tradisi dan tari kreasi baru tidak berpolakan tradisi (non tradisi).

1. Tari kreasi berpolakan tradisi

Merupakan kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam
koreografi, musik/karawitan, tata busana dan rias, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun
ada pengembangan tidak menghilangkan esensi ketradisiannya.

2. Tari kreasi baru tidak berpolakan tradisi (non tradisi)

Merupakan tari yang garapanya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal
koreografi, musik, rias dan busana maupun tata teknik pentasnya.

Ciri-ciri Tari Kreasi

 Lebih mengutamakan repertoar pola gerak hasil eksplorasi

 Makna atau pesan dari tarian sebagai ungkapan ekspresi pribadi


 Menunjukkan kebebasan kreativitas secara koreografi

 Tidak menunjukkan identitas kultural

Fungsi Tari Kreasi

Tari berfungsi sebagai penyajian estetis adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukkan.
Fungsinya untuk pertunjukan, prosesnya melalui latihan berulang serta memiliki kaidah-
kaidah yang harus dipertimbangkan.

Selain kaidah estetika yang umum seperti wiraga, wirama, dan wirasa, setiap etnis memiliki
rasa keindahan yang berbeda.
BAB III
METODE GARAPAN

A. Tujuan Mencipta Tari


Tujuan mencipta tari adalah untuk mengekspresikan ungkapan perasaan, ide maupun pesan
dalam gerakan, dapat mengembangkan sebuah tarian lama yang jenisnya menjadi tarian yang
lebih modern dan dapat menampilkan kepada khalayak umum terhadap tari kreasi yang
dibuat.

B. Langkah-langkah Mencipta Tari


1. Penemuan Gagasan

Tahap menemukan gagasan tema dan gagasan bentuk tari, yang diawali dengan kegiatan
memberikan rangsangan kepada pancaindra.

2. Pendalaman Gagasan

Tahap untuk lebih memahami tema tari dan bentuk tari yang akan dibuat, caranya dengan
eksplorasi, improvisasi dan evaluasi.

Eksplorasi gerak tari

Pada kegiatan ini, penata tari atau penyusun tari mencari gerak-gerak untuk dibuat menjadi
gerak-gerak tari yang sesuai dengan tema tarinya. Jika karya tari yang dibuat memerlukan
alat untuk melakukan gerak tari, pada saat bereksplorasi juga perlu menggunakan alat. Gerak
merupakan unsur utama dalam karya tari. Jika gerak-gerak tari hasil eksplorasi telah disusun
menjadi sebuah karya tari, sebaiknya segera berlatih untuk memperagakan.

Dalam berlatih memperagakan gerak tari harus memerhatikan beberapa hal berikut:

1) Sikap badan dalam melakukan gerak tari.

2) Kesesuaian gerak dengan iringan tari.

3) Penghayatan terhadap gerak yang dilakukan.

Improvisasi

Improvisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengembangkan sebuah ide.
Improvisasi dapat dilakukan dengan spontan, namun tetap merupakan kumpulan dari hasil
pembelajaran sebelumnya. Tujuan improvisasi dalam tari adalah mengembangkan gerakan -
gerakan dan ide - ide yang baru. Improvisasi tari dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas
gerak dan mengekplorasinya. 

Evaluasi
Pembahasan/evaluasi tari merupakan rangkaian kegiatan akhir pementasan tari, bentuk
kegiatannya adalah pembahasan tentang kekurangan dan kelebihan mutu pementasan tari dan
mutu pengelolaan pementasan tari.

3. Perwujudan Gagasan/Komposisi Tari

Tahap membuat susunan ragam gerak, desain lantai, musik, dramatik sesuai dengan tema tari
dan bentuk tari yang diinginkan.

Menyiapkan iringan tari

Iringan tari merupakan unsur pendukung dalam karya tari. Namun, tari tanpa iringan
bagaikan sayur tanpa garam. Oleh karena itu, iringan harus dipersiapkan sungguh-sungguh.
Untuk membuat iringan tari, biasanya dibantu oleh penata iringan. Penata iringan bertugas
membuat iringan tari sesuai dengan kehendak penata tari. Iringan tari harus sesuai dengan
tema tari dan gerak-gerak tarinya.

Berikut ini langkah-langkah membuat iringan tari:

1) Penata tari memberitahukan kepada penata iringan tentang tema tari dan gerak-gerak tari
yang telah dibuatnya.

2) Penata iringan menentukan alat musik yang akan digunakan untuk mengiringi karya tari.

3) Penata iringan membuat pola iringan untuk membunyikan alat-alat musik sesuai dengan
tema tari.

4) Para pemain musik untuk iringan tari berlatih membunyikan alat-alat musik.

5) Para penari dan pemain musik menggabungkan antara gerak dan iringan sampai sesuai.

4. Pementasan Tari

Kegiatan mempertunjukkan karya tari di depan penonton. Rangkaian kegiatan pementasan


tari adalah latihan, pementasan dan pembahasan/evaluasi tari.
BAB IV
KONSEP DASAR KARYA TARI

A. Latihan Vitalisasi Otak


Salah satu latihan yang perlu diberikan untuk meningkatkan fungsi kognitif yatu Latihan
Vitalisasi Otak. Latihan Vitalisasi Otak merupakan sebuah produk latihan kebugaran fisik
yang mengkhususkan diri pada upaya mempertahankan kebugaran otak manusia.
Pemeliharaan otak secara struktural memerlukan suplai darah, oksigen, dan energi yang
cukup ke otak sehingga diharapkan struktur otak akan terpelihara. Dengan terpeliharanya
struktur otak secara optimal, fungsi otak pun akan menjadi lebih optimal. Pemeliharaan
fungsional otak sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, di antaranya
belajar bergerak, belajar merasakan, belajar melihat, belajar mengingat, dan lain-lain. Semua
proses belajar itu akan selalu merangsang pusat otak (brain learning stimulation).

Latihan dilakukan untuk menghindari pelisutan itu, salah satunya senam. Dalam senam sudah
pasti terjadi pemrograman gerakan dalam otak, misalnya gerakan yang menyebabkan fungsi
otak belahan kiri dan kanan bekerjasama. Latihan Vitalisasi Otak merupakan penyelarasan
fungsi gerak, pernapasan dan pusat berpikir (memori, imajinasi). Latihan ini tidak hanya
melibatkan pusat-pusat gerakan otot tertentu di otak (Homunculus) dengan Korpus kalosum
(gerakan menyilang), tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih tinggi di otak.

B. Dasar Gerakan
Latihan Vitalisasi Otak memiliki rangkaian gerak yang diolah sedemikian rupa dengan
memperhatikan konsep dan kaidah anatomi dan fisiologi otak. Latihan vitalisasi otak
memiliki beberapa prinsip :

1. Lambat : gerakan dilakukan dengan perlahan-lahan. Hal ini penting untuk menyelaraskan
pola gerak otot, gerakan pernapasan, dan metabolisme pada bagian-bagian otak yang
terstimulasi. Gerakan yang lambat tidak memberi beban berat pada jantung.

2. Dari Bawah ke Atas : Tujuan gerakan ini untuk melatih otot yang lebih kecil dan otot
yang lebih besar, agar gangguan pada gerakan halus dan gerakan kasar pada orangtua
dapat diatasi.

3. Berulang-ulang : Gerakan pengulangan berguna untuk stimulasi otak dapat terekam


melalui jaras proprioseptif.

4. Melibatkan pandangan : Mata Hal ini dibutuhkanguna mengatasi masalah pada para
lanjut usia yang berhubungan dengan gangguan konsentrasi visual dan kemampuan
visuospasial (mengenal ruang).

5. Gerak Sendi Penuh : Dilakukan sampai batas maksimal sendi untuk mengatasi masalah
sendi yang dapat mengakibatkan keterbatasan gerak.
6. Melibatkan Pernapasan : Pernapasan senantiasa dilakukan secara teratur untuk mencapai
oksigenasi yang optimal menuju otak. Metabolisme otak optimal dapat tercapai bila
oksigen di otak tercukupi. Kontrol pernapasan ini juga sangat berguna untuk mencapai
relaksasi pada peserta.

7. Diresapi : Peserta diharapkan meresapi gerakan yang dilakukannya. Hal ini berguna untuk
mencapai harmonisasi antara gerak (otot dan sendi), otak dan emosi karena tujuan akhir
melakukan latihan ini tercapainya keseimbangan antara fungsi otak, kerja otot dan
stabilisasi emosi.

C. Tujuan Latihan Vitalisasi Otak


1. Upaya stimulasi dan pengaktifan otak menuju peningkatan kebugaran otak

2. Melatih konsentrasi

3. Melatih visuospasial

4. Meningkatkan keseimbangan

5. Meningkatkan koordinasi

6. Meningkatkan daya tahan

7. Melatih pernapasan

8. Mengurangi keluhan fisik sehubungan kondisi degeneratif organ tubuh

9. Kegiatan rekreatif dan menyenangkan

10. Melakukan relaksasi dalam gerakan

11. Merangsang cinta, kasih sayang terhadap sesama manusia

12. Merasa bersyukur kepada Tuhan

D. Tari Bali
Dalam wujud gerak yang estetis itu tersimpan peraturan, norma dan rasa yang tidak tertulis
yang harus dilakukan oleh seorang penari Bali. Peraturan tersebut harus diperhatikan oleh
seorang penari agar dia memperoleh ketrampilan teknis yang tinggi di dalam penampilannya.
Menurut tradisi, bahwa tari Bali sudah diwariskan sejak ratusan tahun yang lampau dan
diajarkan kepada pewarisnya secara oral tradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

E. Dasar-dasar Tari Kreasi Baru Tari Bali


Dasar-dasar tari Bali garis besarnya ada tiga sikap utama yang disebut agem, tandang dan
tangkep. Dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut :

1. Agem adalah sikap pokok yang mengandung suatu maksud tertentu yaitu gerak yang
tidak berubah dari satu sikap pokok ke sikap pokok yang lain. Terdiri dari bermacam
bentuk seperti : Mungkah lawang, Ngerajasinga, Butangawasari, Nepuk kampuh, Ngeteg
pinggel dan lain-lain.
2. Tandang adalah cara memindahkan suatu gerakan pokok ke gerakan pokok yang lain
sehingga menjadi suatu rangkaian gerakan yang saling bersinambungan. Tandang terdiri
dari “abah’ yaitu perpindahan gerkan kaki menurut komposisi tari dan tangkis yaitu
perkembangan tangan seperti luknagasatru, nerudut dan ngelimat.

3. Tangkep adalah mimik yang memancarkan penjiwaan tari yaitu suatu ekspresi yang
timbul melalui cahaya muka. Tangkep terdiri dari beberapa macam misalnya luru yaitu
rasa gembira yang luar biasa, encahcerengu yaitu perubahan dari satu mimik ke mimik
yang lain, maniscerengu yaitu senyum sambil mendelikkan mata. Tanpa penjiwaan tari
tidak nampak hidup.

Adapun gerakan yang sesuai gerakan pada latihan vitalisasi otak dan brain gym

dapat diuraikan yaitu :

a. Luk Nerudut : adalah nama gerakan tangan dengan menggerakkan kedua tangan

searah secara bersamaan dengan gerakan badan turun naik.

b. Luk Ngelimat : gerakan tangan berlawanan arah geraknya yaitu satu bergerak

ke samping kiri atas dan satu lagi bergerak ke samping kanan bawah

c. Seledet : ekspresi muka yang ditonjolkan melalui gerak mata ke samping kiri

atau kanan dengan melibatkan gerakan leher, serta napas ditahan.

d. Kenyem : ekspresi tersenyum

e. Merem : sikap tidur/ memejamkan mata dengan tangan menyatu di dada seperti

bersemedi berdoa pada Tuhan.

f. Ngegol : gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri secara berulang-ulang

g. Sekar Kapawanan : gerakan kepala yang digerakkan secara halus ke kanan dan

ke kiri diikuti seledet halus.

h. Ngenjet : gerakan badan naik turun disertai gerakan tangan ngelemut

i. Ngumbang : berjalan

j. Nyilat : kaki bersilang

k. Ngunda : berjingkat naik turun

F. Kerangka Berpikir
Latihan olahraga pada individu lansia yang sehat membentuk efek proteksi yang persisten
dalam penampilan neuropsikologis. Efek ini banyak dilaporkan dari beberapa studi yang
berhubungan dengan demensia seperti pada kognisi umum dan aktivitas sehari-hari.
Pemeliharaan kesehatan otak dalam kehidupan adalah tujuan yang amat penting, latihan dan
stimulasi mental adalah intervensi-intervensi yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan
otak yang bagus. Karena itu latihan sehari-hari adalah jalan yang mudah dan murah untuk
memelihara kesehatan dari sistem saraf pusat. Banyak bukti yang menyebutkan bahwa latihan
yang teratur dapat meningkatkan fungsi otak dan melindungi serta melawan proses penuaan.
Khususnya sejumlah studi menunjukkan bahwa latihan-latihan mempunyai target pada
beberapa aspek fungsi otak dan mempengaruhi antara lain kesehatan otak secara menyeluruh,
pembelajaran, memori, dan depresi, terutama pada lansia. Lebih jauh latihan teratur dapat
melawan beberapa tipe dari demensia misalnya Alzeimer dan tipe tertentu dari cedera otak
misalnya stroke.

Gerakan model tari kreasi baru tari Bali yang mengandung karakteristik aspek Brain Gym
dan latihan vitalisasi otak dimana akan diaplikasikan pada lansia secara teratur merupakan
suatu latihan erobik menggunakan seluruh tubuh yang dapat membantu dalam merangsang
kecerdasan otak. Gerakan-gerakan yang dilakukan bertujuan untuk menghubungkan ataupun
menyatukan pikiran dan tubuh dengan cara mengaktifkan seluruh fungsi otak dengan cara
membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Gerakan-gerakan
tersebut merupakan rangsangan yang secara otomatis menghasilkan sinapsis. Semakin
banyak dan sering rangsangan akan memperbanyak dan memperkuat sinapsis.Sinapsis inilah
yang mendasari peningkatan kemampuan kognitif misalnya kewaspadaan, konsentrasi dan
kecepatan dalam proses belajar serta kemampuan mengingat, pemecahan masalah ataupun
kreatifitas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas hidup pada lansia seringkali mengalami penurunan seiring dengan keterbatasan yang
dimiliki baik dari segi fisik dan psikis. Olahraga tari adalah salah satu bentuk latihan aerobik
yang ideal untuk memulihkan ketegangan dan merupakan salah satu aktivitas sosial yang
menyenangkan yang meningkatkan tingkat kebugaran.

Seni tari adalah cabang seni yang mengungkapkan keindahan, ekspresi, hingga makna
tertentu melalui media gerak tubuh yang disusun dan diperagakan sedemikian rupa untuk
memberikan penampilan dan pengalaman yang menyenangkan atau menumbuhkan horison
baru bagi penontonnya.

Tari kreasi adalah suatu gerakan secara berirama senada dengan alunan musik, dilakukan di
tempat dan waktu tertentu untuk mengekpresikan perasaan, maksud, dan pikiran serta
menyampaikan pesan tersebut melalui seseorang maupun kelompok.

Pemeliharaan kesehatan otak dalam kehidupan adalah tujuan yang amat penting, latihan dan
stimulasi mental adalah intervensi-intervensi yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan
otak yang bagus. Karena itu latihan sehari-hari adalah jalan yang mudah dan murah untuk
memelihara kesehatan dari sistem saraf pusat.

B. Saran
Bagi para membaca, penulis menyarankan untuk menjaga kesehatan otak dan tubuh agar
pada tahap lansia kebugaran tubuh tetap terpancar dan kualitas hidup lebih baik kita
dapatkan.

Bagi Dinas Kesehatan berguna untuk mempersiapkan informasi yang berguna untuk
mengambil keputusan, merumuskan kebijakan dan membuat perencanaan dalam program
lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarawati, E. 2014. Rehabilitasi Medik Komprehensif pada Lanjut Usia. In : Darmojo, B.
Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). 5th. Ed. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p. 856-873. Anonim. 2014. Infodatin. Jakarta. Pusat
Informasi Kementerian Kesehatan RI. Antunes, H.K.M., Santos, R.F., Cassilhas R., Santos,
R.V.T., Bueno, O.F.A., Mello, M.T. 2006. Reviewing on physical exercise and the cognitive
function : Review Article. Rev Bras Med Esporte. Vol. 12 No. 2. Astuti, G.A. 2000. Gerak-
gerak tari Bali. Denpasar. Kantor Dokumentasi Budaya Bali. Attwell, D., Buchan, AM.,
Charpak, S., Lauritzen, M., MacVicar, BA., Newman, EA. 2010.

Anda mungkin juga menyukai