Anda di halaman 1dari 231

MODUL PEMBELAJARAN

FILSAFAT ILMU

DISINI UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


`FILSAFAT ILMU

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Suyitno Muslim, M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELAS A FILSAFAT ILMU (1501600001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
TINJAUAN MATA KULIAH

M ata kuliah ini bertujuan mengkaji secara akademis proses terjadinya ilmu
pengetahuan, penalaran ilmiah serta prinsip dan kaidah penalaran yang
digunakan dalam pengambilan kesimpulan yang sah. Mahasiswa diharapkan
memiliki pandangan yang kritis terhadap ilmu pengetahuan melalui analissi
berbagai konsep ilmiah tentang landasan pemikiran ilmu dengan titik berat pada
pemikiran ilmu pendidikan, baik teori maupun praktik. Setelah menyelekasikan
mata kuliah ini, diharapkan akan diperoleh keluaran yang mampu menangkap
esensi dari filsafat ilmu secara kritis dan menggunakannya sebagai pedoman
berpikir dan berperilaku ilmiah dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai
pendidik dalam dimensi pemberdayaan dan pembudayaan anak didik.

Mata kuliah ini akan menyajikan berbagai isu tentang filsafat ilmu yang
relevan dengan tugas guru dan perannya sebagai pendidik dan agen perubahan.
Materi mata kuliah ini, meliputi pengertian serta hakikat filsafat, peranan filsafat
ilmu dan logika, metode kerja ilmuwan, argumentasi ilmiah, kajian filsafat
pendidikan dan peranan filsafat pendidikan dalam pemecahan masalah pendidikan
saat ini, serta berbagai isu kontemporer seputar perkembangan pendidikan nasional.

Mata kuliah Filsafat Ilmu yang Anda pelajari ini bertujuan memperluas
wawasan Anda tentang landasan pemikiran ilmu, khususnya landasan pemikiran
ilmu pendidikan, baik teori maupun praktik pendidikan sehingga Anda dapat
mengaplikasikannya sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas Anda sehari-hari
sebagai seorang guru.

Mata kuliah ini amat penting artinya bagi Anda. Oleh karena itu, Anda perlu
memusatkan perhatian untuk memperoleh esensi dari mata kuliah ini. Diharapkan
setelah mempelajari mata kuliah ini Anda akan dapat:

1. Memahami pengertian filsafat pada umumnya;


2. Menjelaskan peranan filsafat ilmu;
3. Memahami cara kerja para ilmuwan;
4. Memahami dasar – dasar dan cara berpikir dalam argumentasi ilmiah;

ii | M o d u l F i l s a f a t I l m u
5. Mengkaji filsafat pendidikan sebagai salah satu cabang atau aliran
dalam filsafat;
6. Memahami peranan filsafat pendidikan dalam memecahkan masalah
pendidikan.

Berdasarkan tujuan – tujuan diatas, disusunlah topik – topik bahasan yang


disajikan dalam Modul Filsafat Ilmu sebagai berikut.

Modul 1 Konsep Filsafat dan Dasar Pengetahuan

Modul 2 Konsep Keilmuan

Modul 3 Hakekat Ilmu dan Ontologi

Modul 4 Epistemologi dan Sarana Berpikir Ilmiah

Modul 5 Aksiologi, Ilmu dan Kebudayaan

Modul 6 Penelitian Ilmiah dan Sejarah Filsafat

Anda sebagai guru, akan memperoleh kemudahan dalam mengembangkan


dan melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas jika Anda memahami dan
menguasai dengan baik dalam mempelajari semua materi perkuliahan jika petunjuk
umum berikut ini Anda ikuti.

1. Baca Modul demi modul hingga mencapai penguasaan paling rendah 80%
2. Gunakan pertemuan kelompok kecil dan tutorial untuk memantapkan
pemahaman dan penguasaan anda.

Selamat Belajar!

iii | M o d u l F i l s a f a t I l m u
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Pengkajian mata kuliah Filsafat Ilmu bertujuan untuk memberikan
wawasan/kemampuan pada mahasiswa tentang : hakikat ilmu (the nature of
science) dalam hubungan dengan berbagai pengetahuan lain, berbagai cara
memperoleh pengetahuan, dan keterampilan ilmiah dengan menerapkan penalaran
filosofis dan kritis logis, dengan tidak mengabaikan keterbatasan ilmu dan metode-
metode ilmiah dan batasan-batasan moral dan sosialnya sebagai upaya untuk
memperoleh dan memanfaatkan pengetahuan.

Mata kuliah Filsafat Ilmu mencakup pembahasan tentang ontologi,


epistemologi, dan aksiologi ilmu dalam konstelasi berbagai pengetahuan lainnya,
serta perkembangan pengetahuan ilmiah. Pembahasan tentang ontologi difokuskan
pada unsur realitas empirik (empiricism) seperti fakta, data, dan informasi tanpa
melepaskannya dari realitas rasional (rasionalism), serta kedudukannya dalam
kegiatan ilmiah. Epistemologi ilmu difokuskan pada metode ilmiah dan
operasionalisasinya dalam metodologi penelitian. Aksiologi ilmu membahas nilai-
nilai yang terkait dengan kegiatan keilmuan serta kegunaannya, baik secara
internal, eksternal, maupun sosial. (Buku Panduan UNJ tahun 2020).

iv | M o d u l F i l s a f a t I l m u
CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN

RANAH CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN


Sikap a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan mampu menunjukkan sikap religius;
b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etika;
c. berkontribusi dalam peningkatan mutu
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban
berdasarkan Pancasila;
d. berperan sebagai warga negara yang
bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab
pada negara dan bangsa;
e. menghargai keanekaragaman budaya,
pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. bisa bekerja sama dan memiliki kepekaan
sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat/ lingkungan;
g. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara;
h. menginternalisasi nilai, norma, dan etika
akademik;
i. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas
pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri; dan
j. menginternalisasi semangat kemandirian,
dan kejuangan;
k. memahami dirinya secara utuh sebagai
pendidik.
Pengetahuan a. menguasai konsep-konsep dasar ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang pendidikan teknik elektro;
b. menguasai konsep dan teori
pengembangan bidang pendidikan teknik
elektro;
c. menguasai prinsip pembelajaran, dan
manajemen pembelajarannya;

v|Modul Filsafat Ilmu


d. memahami landasan filosofis, yuridis,
historis, sosiologis, psikologis, dan empiris;
e. menguasai konsep dan metode keilmuan
yang menaungi substansi bidang kajian
pendidikan teknik elektro
Keterampilan Umum a. mampu menerapkan pemikiran logis,
kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau
implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang pendidikan teknik elektro
b. mampu menunjukkan kinerja mandiri,
bermutu, dan terukur;
c. mampu mengkaji implikasi
pengembangan atau implementasi ilmu
pendidikan bidang teknik elektro yang
memperhatikan dan menerapkan sesuai
dengan keahliannya berdasarkan kaidah,
tata cara dan etika ilmiah dalam rangka
menghasilkan solusi, gagasan, menyusun
deskripsi ilmiah hasil kajiannya dalam
laporan tugas akhir;
d. mampu mengambil keputusan secara
tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya,
berdasarkan hasil analisis informasi dan
data;
e. mampu bertanggungjawab atas
pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya;
f. mampu melakukan proses evaluasi diri
dan mengelola pembelajaran secara
mandiri; dan
g. mampu mendokumentasikan,
menyimpan, mengaman-kan, dan
menemukan kembali data untuk
menjamin kesahihan dan mencegah
plagiasi.

vi | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Keterampilan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan
kultural untuk kepentingan pembelajaran;
b. Memberikan layanan kepada peserta didik
sesuai dengan karakteristiknya;
c. Mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal;
d. Memilih dan menerapkan pendekatan dan
model pembelajaran, bahan ajar, dan
penilaian untuk kepentingan
pembelajaran;
e. Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi (tik) dalam perencanaan,
penyelenggaraan proses pembelajaran,
evaluasi pembelajaran dan pengelolaan
pembelajaran;
f. Mampu menganalisis dan menerapkan
teori, konsep, pendekatan mengenai
hakikat filsafat ilmu serta menghasilkan
desain pembelajaran yang inovatif untuk
pembelajaran;
g. Mampu merencanakan dan melakukan
kajian terhadap implementasi penelitian di
bidang pendidikan teknik elektro melalui
pendekatan secara terintegrasi;
h. Mampu menghasilkan layanan jasa dan
produk kreatif dalam bidang pendidikan
teknik elektro.

vii | M o d u l F i l s a f a t I l m u
DAFTAR ISI
MODUL PEMBELAJARAN ................................................................................. 1
TINJAUAN MATA KULIAH ................................................................................ ii
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH ................................................ iv
CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN ........................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
MODUL 1. KONSEP FILSAFAT DAN DASAR PENGETAHUAN ................... 1
KEGIATAN BELAJAR 1. KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT .................... 4
RANGKUMAN ............................................................................................. 14
TES FORMATIF 1 ........................................................................................ 15
KEGIATAN BELAJAR 2. DASAR – DASAR PENGETAHUAN ................. 17
RANGKUMAN ............................................................................................. 25
TES FORMATIF 2 ........................................................................................ 26
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 31
MODUL 2. KONSEP KEILMUAN ....................................................................... 1
KEGIATAN BELAJAR 1. REDUKSI, INTEGRITAS DAN KESATUAN
ILMU ................................................................................................................... 4
RANGKUMAN ............................................................................................ 16
TES FORMATIF 1 ....................................................................................... 17
KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBATASAN ILMU DAN BUKAN ILMU .... 19
RANGKUMAN ............................................................................................ 37
TES FORMATIF 2 ....................................................................................... 38
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 42
MODUL 3. HAKEKAT ILMU DAN ONTOLOGI ............................................. 43
KEGIATAN BELAJAR 1. HAKEKAT ILMU ................................................ 46
RANGKUMAN ............................................................................................ 54
TES FORMATIF 1 ....................................................................................... 55
KEGIATAN BELAJAR 2. ONTOLOGI : HAKEKAT APA YANG DIKAJI 57
RANGKUMAN ............................................................................................ 66
TES FORMATIF 2 ....................................................................................... 67
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................................ 70

viii | M o d u l F i l s a f a t I l m u
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
MODUL 4. EPISTEMOLOGI DAN SARANA BERPIKIR ILMIAH ................ 74
KEGIATAN BELAJAR 1. EPISTEMOLOGI : CARA MENDAPATKAN
PENGETAHUAN YANG BENAR .................................................................. 77
RANGKUMAN ............................................................................................ 90
TES FORMATIF 1 ....................................................................................... 91
KEGIATAN BELAJAR 2. SARANA BERPIKIR ILMIAH............................ 93
RANGKUMAN .......................................................................................... 104
TES FORMATIF 2 ..................................................................................... 105
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF .......................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109
MODUL 5. AKSIOLOGI, ILMU DAN KEBUDAYAAN ................................ 110
KEGIATAN BELAJAR 1. AKSIOLOGI : NILAI KEGUANAAN ILMU ... 113
RANGKUMAN .......................................................................................... 130
KEGIATAN BELAJAR 2. ILMU DAN KEBUDAYAAN............................ 133
TES FORMATIF 2 .................................................................................... 143
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF .......................................................... 145
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 147
MODUL 6. PENELITIAN ILMIAH DAN SEJARAH FILSAFAT .................. 148
KEGIATAN BELAJAR 1. TEKNIK PENULISAN ILMIAH DAN ETIKA
PENELITIAN ILMIAH .................................................................................. 151
RANGKUMAN .......................................................................................... 163
TES FORMATIF 1 ..................................................................................... 164
KEGIATAN BELAJAR 2. FILSAFAT SEBELUM DAN SESUDAH MASEHI
......................................................................................................................... 167
RANGKUMAN .......................................................................................... 181
TES FORMATIF 2 ..................................................................................... 182
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF .......................................................... 184
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 186
LAMPIRAN ........................................................................................................ 188

ix | M o d u l F i l s a f a t I l m u
MODUL 1
KONSEP FILSAFAT DAN DASAR PENGETAHUAN

KEGIATAN BELAJAR 1
KEARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

DISUSUN OLEH:
1. Rahmawati Nur Pusilat (1501620011)
2. Chika Wynita Ardanie (1501620060)

KEGIATAN BELAJAR 2
DASAR – DASAR PENGETAHUAN

DISUSUN OLEH:
1. Muhammad Anugerah (1501620003)
2. Abdul Wahab (1501620010)
3. Tanti Widia Sinaga (1501620021)

1|Modul Filsafat Ilmua


PENDAHULUAN___________________________________

M odul ini akan membahas ruang lingkup filsafat yang nantinya akan
memberikan pemahaman komprehensif tentang ke arah pemikiran filasfat
dan dasar – dasar pengetahuan. Pokok bahasasn dan sub – pokok bahasan dalam
modul ini merupakan hal yang sangat mendasar untuk kita ketahui agar pokok –
pokok bahasan dalam modul – modul selanjutnya dapat segera kita pahami dengan
mudah.

Tujuan umum dari modul ini adalah agar kita mampu menjelaskan ruang
lingkup filsafat, sedangkan tujuan khusus dari pembahasan dalam modul ini adalah
agar kita dapat :

1. Mengetahui pengertian pokok tentang filsafat


2. Mengetahui cabang – cabang filsafat
3. Mengetahui pengertian dari pengetahuan
4. Menegtahui jenis – jenis pengetahuan
5. Mengetahui perbedaan pengetahuan dan ilmu
6. Mengetahui apa yang dimaksud penalaran
7. Mengetahui apa yang dimaksud logika.
8. Mengetahui apa yang dimaksud sumber pengetahuan

Perlu kita ketahui bahwa filsafat sebaiknya dipahami sebagai kajian yang
sangat mendasar untuk membantu kita dalam melakukan proses berpikir sebab apa
yang kita pikirkan merupakan konsep dasar keberadaan hidup kita sehari-hari. Mari
kita pelajari modul ini dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat kita pahami
sebagai pengetahuan dan ilmu untuk kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di samping itu, juga sebagai upaya untuk menciptakan sosial yang bijak pula atas
segala masalah yang kita hadapi sehari-hari.

Modul ini dibagi menjadi 2 kegiatan belajar, sehingga Anda dapat dengan
lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul
ini.

Kegiatan Belajar 1 : Ke Arah Pemikiran Filsafat

2|Modul Filsafat Ilmu


Kegiatan Belajar 2 : Dasar – dasar Pengetahuan

Terakhir, berikut adalah beberapa anjuran agar kita dapat mencapai tujuan umum
dan khusus dari pembelajaran dalam modul ini.

1. Tumbuhkanlah minat baca dengan cara membaca bagian pendahuluan


secara antusias dengan tujuan untuk memahami gambaran instruksi secara
umum dalam modul ini.
2. Bacalah dengan santai materi-materi yang disajikan dalam tiap kegiatan
belajar karena di dalamnya terdapat beberapa harta pengetahuan yang dapat
kita ambil.
3. Saat menemukan hal-hal yang sukar untuk dipahami, luangkanlah waktu
untuk mendiskusikan hal-hal tersebut dengan sahabat-sahabat terbaik dan
dosen yang mengampu mata kuliah ini.
4. Saat mengerjakan tes formatif pada tiap bagian akhir kegiatan belajar,
pahamilah bahwa testes formatif tersebut pada dasarnya tidak bertujuan
secara mutlak untuk menilai sejauh mana pemahaman kita. Tujuan kita
mengerjakan tes-tes formatif tersebut hanya untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman kita saat ini saja. Oleh karenanya, kita dapat mengerjakan tes-
tes tersebut secara berulang-ulang dengan menerapkan anjuran-anjuran
yang pertama sampai terakhir. Kunci jawaban yang diberikan dapat kita
gunakan sesaat setelah mengerjakan testes tersebut hanya untuk
membandingkan jawaban kita sendiri dengan kunci jawaban tersebut.
Berpikirlah bahwa kesalahpahaman dalam proses pembelajaran adalah hal
yang wajar saja.

Selamat Belajar dan Tetap Semangat !

3|Modul Filsafat Ilmua


KEGIATAN BELAJAR 1

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

F ilsafat merupakan sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada
dalam kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan
mendalami sebabsebab terdalam, lalu dijabarkan secara teoritis dan mendasar.
Selain pengertian di atas dalam pengertiannya filsafat dibagi menjadi dua yaitu
secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari
bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang
terdiri dari kata philien yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan.
Jadi bisa kita artikan bahwa filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan atau love of
wisdom dalam arti yang sedalam - dalamnya.

Kita semua tidak bisa menampik apabila setiap orang pasti memiliki rasa
ingin tahu yang sangat tinggi terhadap banyak hal yang ada disekitarnya.
Seseorang yang memiliki kecintaan terhadap kebijaksanaan akan terus ber-filsafat
sampai semua pertanyaan yang ia cari terjawab. Jujun Suriasumantri 1993,
mengatakan bahwa ”pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu juga kepastian
yang dimulai dimulai dengan rasa ragu – ragu. Filsafat dimulai dari dua hal
tersebut yang mendorong manusia untuk mengetahui apa yang tidak diketahuinya
dan mengetahui lebih dalam apa yang telah diketahuinya”.

Para filsuf memberi batasan filsafat yang berbeda pada umumnya. Setiap
filsuf memiliki rumusan atau batasan tersendiri tentang filsafat. Perbedaan itu
nampak bervariasi, terkadang menyangkut masalah yang esensial, tetapi
perbedaan tersebut tidaklah mendasar.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai arah pemikiran filsafat.


Penyusun mengangkat hal tersebut karena menyadari bahwa masih banyak dari
arah akademis yang tidak menyadari secara penuh jika dalam dunia pendidikan
juga berfilssafat, karena itu penting untuk diketahui bagaimana arah pemikiran
para filsuf dalam menanggapi berbagai macam pengetahuan.

4|Modul Filsafat Ilmu


A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN ILMU
Arti etimologi kata filsafat berasal dari kata Yunani Filosofia, yang berasal
dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata
tersebut juga berasal dari kata Yunani Philosophis yang berasal dari kata
kerja Philen yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta dan sophia
yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris Philosophy
yang biasanya diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Beberapa defini filsafat
dari filsuf-filsuf terkenal barat dan timur :
 Plato (427 S.M -- 348 S.M) "filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli.
 Aristoteles (382 S.M-322 S.M) "filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, plitik dan estetika.
 Al Farabi (870 M -- 950 M) "Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang
alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.
 Descartes (1590 M -- 1650 M) "filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan dimana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan
 Immanuel Kant (1724 M -- 1804 M) "filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang tercangkup di dalam beberapa persoalan:
a. Apakah yang dapat kita ketahui? (metafisika)
b. Apakah yang harus kita kerjakan? (etika)
c. Sampai dimanakah harapan kita? (agama)
d. Apakah yang dinamakan manusia? (antropologi)
 I.R poedjaeijatna menyatakan "filsafat ialah ilmu yang mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada"
 W.M Bakker SY. Menyatakan "filsafat adalah refleksi rasionil (fikr,
nazar, ma'rifat, ra'y) atau keseluruhan keadaan untuk mencapai
hakikat dan memperoleh hikmah

5|Modul Filsafat Ilmua


 Hasbulloh bakry menyatakan: "ilmu Filsafat ialah ilmu yang
menyelidiki, segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaiman hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.

Dalam “Ensiklopedia Indonesia”, kita jumpai pengertian ilmu


sebagai berikut, Ilmu pengerahuan adalah suatu sistem dari berbagai
pengetahuan yang masing-masing disusun sedemikian rupa menurut asas-
asas tertentu berdasarkan suatu pengalaman lapangan hingga menjadi
kesatuan. Menurut para ahli ilmu dapat diartikan sebagai berikut:
 Harold H. Titus
Ilmu diartikan sebagai common sense yang diatur dan
diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda
atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan krisis.
 Robert Ackerman
Robert Ackerman mendefinisikan istilah ilmu dalam satu bidang
sebagai sebuah kajian tajam mengenai pendapat-pendapat ilmiah
dan perbandingan terhadap parameter-parameter yang
dikembangkan dari gagasan tertentu. Robert mengatakan bahwa
ilmu pengetahuan didapatkan dari studi atau latihan.
 Lewis White Beck
Lewis White Beck berpandangan bahwa istilah ilmu digunakan
untuk sekelompok orang yang membicarakan dan mengevaluasi
sistem-sistem ilmiah. Baginya, ilmu juga merupakan suatu jalan
untuk mendapatkan pengetahuan baru.
 Cornelius Benjamin
Menurut Cornelius, ilmu adalah cabang pendidikan fikrah yang
merupakan kajian terstruktur mengenai berbagai pengetahuan,
terutama tentang tata cara atau metode, persepsi, pendapat, serta

6|Modul Filsafat Ilmu


berbagai informasi umum mengenai cabang-cabang pengetahuan
intelektual. Cornelius berkata, “Intinya, ilmu adalah pencarian abadi
untuk pemahaman yang cerdas dan terintegrasi dari dunia tempat
kita hidup”.
 Michael V. Berry
Menurut Cornelius, ilmu adalah cabang pendidikan fikrah yang
merupakan kajian terstruktur mengenai berbagai pengetahuan,
terutama tentang tata cara atau metode, persepsi, pendapat, serta
berbagai informasi umum mengenai cabang-cabang pengetahuan
intelektual. Cornelius berkata, “Intinya, ilmu adalah pencarian abadi
untuk pemahaman yang cerdas dan terintegrasi dari dunia tempat
kita hidup”.

7|Modul Filsafat Ilmua


B. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN ILMU
Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu pada mulanya ilmu yang
pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian
dari filsafat. Dan filsafat merupakan induk dari segala ilmu karena berbicara
tentang abstraksi atau sebuah yang ideal.
Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu
menarik bagian filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia. Filsafat berusaha
untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu
pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatu padukan, komprehensip
(tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar bidang filsafat) dan konsisten
uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat yang saling
berkontardiksi.
Berikut adalah gambaran hubungan perbedaan antara filsafat dan ilmu :
No. Filsafat Ilmu

1 Induk Ilmu Anak Filsafat

Filsafat dilaksanakan dalam Ilmu haruslah diadakan riset


suasana pengetahuan yang lewat pendekatan trial dan
menonjolkan daya spekulasi, error. Oleh karena itu, nilai

2 kritis dan pengawasan ilmu terletak pada kegunaan


pragmatis, sedangkan
kegunaan filsafat timbul dari
nilainya

Filsafat memuat pertanyaan Ilmu bersifat diskursif, yaitu


lebih jauh dan lebih mendalam menguraikan secara logis,
3
berdasarkan pada pengalaman yang dimulai dari tidak tahu
realitas sehari-hari. menjadi tahu
Obyek formal [sudut Obyek formal [sudut
pandangan] filsafat itu bersifat pandangan] filsafat itu bersifat
4
non fragmentaris, karena non fragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala mencari pengertian dari segala

8|Modul Filsafat Ilmu


sesuatu yang ada itu secara sesuatu yang ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar. luas, mendalam dan mendasar.
Filsafat memberikan Ilmu menunjukkan sebab-
penjelasan yang terakhri, yang sebab yang tidak begitu
5 mutlak, dan mendalam sampai mendalam, yang lebih dekat,
mendasar [primary cause] yang sekunder [secondary
cause]

Namun di samping beberapa perbedaan di atas, Ada beberapa hal di


mana filsafat dan ilmu pengetahuan dapat saling bertemu. Filsafat dan ilmu
telah mengembangkan kerjasama yang baik dengan ilmu pengetahuan. Ilmu
membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual sangat
penting untuk membangun filsafat. Filsafat mengambil pengetahuan yang
terpotong-potong dari berbagai ilmu kemudian mengaturnya dalam
pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu. Berikut beberapa titik
pertemuan dan persamaan antara filsafat dan ilmu, yaitu :

 Filsafat dan ilmu sama-sama mencari rumusan yang sebaik-baiknya


menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya samapai ke akar-akarnya.
 Filsafat dan ilmu memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang dialami dan
mencoba menunjukan sebab-akibatnya.
 Filsafat dan ilmu hendak memberikan sistesis, yaitu suatu
pandangan yang bergandengan.
 Keduanya mempunyai metode yang sama
 Filsafat dan ilmu memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari Hasrat manusia ( obyektivas) akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
 Filsafat dan ilmu keduanya menunjukan sikap kritis dan terbuka,
memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
 Ilmu memberi filsafat sejumlah bahan-bahan deskriptif dan factual
serta esensial bagi pemikiran filsafat.

9|Modul Filsafat Ilmua


 Ilmu mengoreksi filsafat dengan menghilangkan sejumlah ide-ide
yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
 Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong yang
menjadikan bermacam-macam ilmu yang berbeda, dan Menyusun
bahan-bahan tersebut ke dalam suatu pandangan tentang hidup dan
dunia yang lebih menyeluruh.
Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain,
keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan
pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan
asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri. Ilmu merupakan
masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali filsafat dengan bahan-
bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat.

C. FILSAFAT SEBAGAI ILMU


Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat
mengandung empat pernyataan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah,
ke manakah, dan apakah.
 Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap
atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang
diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
 Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal muasal) suatu
objek. Jwaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat
kausalitas (sebab akibat).
 Pertanyaan ke mana menanyakan apa yang terjadi di masa lampau,
masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh
ada tiga jenis pengetahuan, yaitu: pertama, pengetahuan yang timbul
dari hal-hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan), yang nantinya
pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat
dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua,
pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat
istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini
tidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atau

10 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
tidak. Pedoman yang dipakai disebut hukum. Ketiga, pengetahuan
yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal
yang dijadikan pegangan. Tegasnya pengetahuan yang diperoleh
dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat
normatif.
 Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti
mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan
tidak lagi bersifat emperis sehingga hanya dapat dimengerti oleh
akal. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan
dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat
umum,universal,abstrak.

Dengan demikian, kalua ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat)


bergerak dari tidak tahu, sedangkan ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke
tahu selanjutnya ke hakikat. Untuk mencari atau memperoleh pengetahuan
hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal
untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan (sifat-sifat
yang tidak harus ada/aksidensia), sehingga akhirnya tinggal keadaan atau
sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat
dapat diperolehnya.

D. ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT DAN CIRI – CIRI


PEMIKIRAN FILSAFAT
Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat
mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global atau menyeluruh,
atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut
pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk
dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan.
Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
 Harus sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksud untuk Menyusun suatu pola
pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsur

11 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filosofi banyak
dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya,
Pendidikan, dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.
 Harus Konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan ide (gambar) atau
gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam
intelektual. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai
dengan rilnya. Karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir
tentang hal dan prosesnya.
 Harus Koheren
Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung
uraian-uraian yang bertentangan dengan satu sama lain. Koheren
atau runtut didalamnya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya,
apabila suatu uraian yang didalamnya tidak memuat kebenaran
logis,uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheran
atau runtut.
 Harus Rasioanl
Maksud rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
Artinya, pemikran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis,
yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah
berpikir (logika).
 Harus Sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat yang harus melihat hal-hal secara
menyeluruh atau dalam kebersamaan secara intergral.
 Harus Mengarah Kepada Pandangan Dunia
Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk
memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu
pandangan dunia, termasuk didalamnya menerangkan tentang dunia
dan semua hal yang berad di dalam dunia.

12 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Menurut Clarance I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa
filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.
Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai
kegiatan atau problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau
problema kehidupan tersebut dikatakan sampai dengan derajat pemikiran
filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema kehidupan terdapat ciri-ciri
untuk mencapai derajat pemikiran filsafat , yaitu sebagai berikut.
 Universal atau Umum
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umu, dan
tingkat keumumanya sangat tinggi, karena pemikiran filsafat tidak
bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan
dengan konsep-konsep yang sifatnya umum misalnya tentang
manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
 Spekulatif / Tidak faktual
Artinya pemikiran filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk
akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan bukti atau fakta-
fakta yang ada. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut
bersifat spekulatif. Hal ini bukan berarti pemikiran filsafat tidak
ilmiah, melainkan pemikiran filsafat tidak termasuk ruang lingkup
kewenangan ilmu khusus.
 Bersangkutan dengan Nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk
mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian.
Yang bicarakan dalam penilaian adalah tentang yang baik dan
buruk, yang susial dan asusial dan akhirnya filsafat sebagai suatu
usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya dibentuklah
sistem nilai sehingga lahirlah apa yang dikenal dengan niali social,
nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
 Berkaitan dengan Arti
Sesuatu yang bernilai tentu didalamnya penuh dengan arti. Agar
para filosof dalam mengungkan ide-idenya penuh dengan arti, para
filosof harus mendapat kalimat-kalimat yang logis dengan Bahasa

13 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
yang tepat (ilmiah), semua itu berguna untuk menghindari adanya
kesalahan atau sesat pikir.
 Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
implikasi (akibat logis). Dari implikasi tersebut diharapkan akan
mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses
pemikiran yang dinamis. Pola pemikiran yang im plikatif akan dapat
menyuburkan intelektual.

RANGKUMAN_____________________________________

Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua hal yang
ada kaitannya dengan arah pemikiran filsafat sangat bergantung pada konsep
pemikiran yang memenuhi persyaratan dan ciri-ciri dari pemikiran filsafat.
Filsafat juga mengaitkan agar teori-teori yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan mengandung arti untuk turut berkembangnya filsafat tentang
kehidupan manusia. Sebab itu, antara filsafat dan ilmu, walaupun diantaranya
masing-masing memiliki perbedaan, namun keduanya saling melengkapi
dalam memahami fakta-fakta dunia, kehidupan, bersifat kritis, berpikiran
terbuka serta konsen terhadap kebenaran yang ada. Dalam hal ini, menjawab
arah pemikiran filsafat berperan dalam memelihara dan mebangun ilmu
pengetahuan.

14 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF_1___________________________________

A. PILIHAN GANDA
1. Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, Alam
dan Manusia menjadi pokok penyelidikan. Siapakah yang
menyatakan pernyataan ini…
a. Plato
b. Al-Faribi
c. Descartes
d. I.R. Poedjawijatna
e. Joko
2. Arti etimologi kata filsafat berasal dari kata Yunani Filosofia, yang
berasal dari kata kerja filosofein yang artinya…
a. Mencintai dia
b. Mencintai Kebijaksanaan
c. Mencintai Kenyamanan
d. Cinta Kekerasan
e. Bijaksana
3. Siapa yang mengatakkan “Ilmu Pengetahuan didapatkan dari Studi
atau Latihan”...
a. Robert Ackerman
b. Harold H. Titus
c. Cornelius Benjamin
d. Michael V. Berry
e. Descartes
4. Tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar bidang filsafat adalah
pengertian dari…
a. Filsafat
b. Ilmu
c. Konprehensip
d. Deskriptif

15 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
e. Normatif
5. Kata Kausalitas mempunyai arti…
a. Hal – hal
b. Akibat
c. Karena
d. Faktor
e. Sebab Akibat
B. ESAI
1. Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat
mengandung empat pernyataan ilmiah. Sebutkan dan Jelaskan
empat pernyataan ilmiah tersebut!
2. Sebutkan persyaratan yang harus dipenuhi upaya untuk dapat
berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan
dalam berpikir filsafat!

Cocokkanlah Jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat Penguasaan = (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 = Baik Sekali


80 – 89 = Baik
70 – 79 = Cukup
<70 = Kurang

Apabila menguasai tingkat penguasaan 80 atau lebih, dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80, Anda Harus
mengulangi Materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

16 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 2

DASAR – DASAR PENGETAHUAN

M anusia merupakan makhluk yang berpikir, merasa, mengindera dan totalitas


pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping wahyu yang
merupakan komunikasi Sang Pencipta dengan makhluknya. Manusia memiliki sifat
yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu sifat ingin tahu yang tinggi sehingga rasa
ingin tahu semkain hari semakin bertambah.
Oleh sebab itu manusia dikatakan sebagai makhluk yang mengembangkan
pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan,
namun pengetahuannya hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan
manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya
dan mengembangkan hal-hal baru. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam
hidupnya tidak sekedar mengatasi kebutuhan hidupnya namun memiliki tujuan
tertentu yang lebih tinggi dari pada itu. Pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang diperoleh manusia melalui sebuah pengamatan. Saat seseorang mengamati
suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari pengamatannya, maka bisa disebut orang
tersebut memperoleh sebuah pengetahuan.
Pada Kegiatan Belajar 2, kita akan membahas tentang dasar-dasar
pengetahuan. Pada bagian ini kita akan mempelajari empat hal, yaitu penalaran,
logika, sumber pengetahuan, dan kriteria kebenaran. Dari keempat hal tersebut kita
akan memahami ilmu dasar-dasar pengetahuan dalam konteks filsafat ilmu.

17 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
A. PENALARAN
Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia disebabkan dua hal
utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut. Kedua, kemampuan manusia untuk berpikir menurut
suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti
itu disebut penalaran.
Dua hal utama inilah yang memungkinkan manusia
mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif
dan pikiran yang mampu menalar. Tidak semua pengetahuan berasal dari
proses penalaran, sebab berpikirpun tidak semuanya berdasarkan penalaran.
Bagian-bagian dari penalaran yakni :
1. Hakekat Penalaran Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan
dengan perasaan, meskipun seperti yang dikatakan Pascal bahwa
hati pun mempunyai logika tersendiri. Jadi penalaran merupakan
kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran (pengetahuan).
2. Berpikir Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang
itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk
menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda.
Oleh sebab itu, cara berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang
digunakan sebagai landasan untuk menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di 4 mana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya
masingmasing. Penalaran sebagai suatu kegiatan berpikir
mempunyai ciri-ciri:

18 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
a. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas bisa disebut
logika. Artinya setiap penalaran merupakan proses berpikir
yang logis menurut pola tertentu yang tidak akan
menimbulkan kekacauan karena tidak konsistennya
penggunaan pola berpikir.
b. Bersifat analitik dari proses berpikir. Penalaran merupakan
kegiatan berpikir analitik yang menggunakan logika ilmiah
yang merupakan kegiatan berpikir berdasarkan langkah-
lanhkah tertentu. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi
dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Akan tetapi, tidak
semua kegiatan berpikir menggunakan langkahlangkah
tertentu dan bersifat logis dan analistis.
c. Perasaan, Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan
yang tidak berdasarkan penalaran. Contohnya intuisi yang
merupakan suatu kegiatan berpikir yang non analitik (tidak
mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu). Berpikir
intuitif memegang peranan yang penting dalam masyarakat
yang berpikiran non analitik, yang kemudian sering bergalau
dengan perasaan.
d. Wahyu, Wahyu diberikan Tuhan lewat malaikat-malaikat
dan nabi-nabinya ada yang percaya dan ada yang tidak.
Dengan wahyu kita mendapatkan keyakinan meskipun
kegiatan berpikirnya tidak menggunakan logika serta
bersifat intuitif. Dalam hal ini, manusia bersifat pasif sebagai
penerima pemberitaan tersebut, Yang kemudian dipercaya
atau tidak tergangantung dari keyakinan masing - masing.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan


dapat ditinjau dari sumber yang memberikan pengetahuan tersebut.
Panalaran, intuisi, dan wahyu adalah sumber pengetahuan. Akan tetapi,
penalaran merupakan cara berpikir dengan pola tertentu yang disertai
analisis. Sedangkan intuisi dan wahyu merupakan sumber pengetahuan

19 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
implisit yang tidak didasarkan pada pola berpikir tertentu, hanya
berdasarkan perasaan dan keyakinan.

B. LOGIKA
Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang
berhubungan dengan kata “logos”, yang berarti fikiran atau perkataan
sebagai pernyataan fikiran itu. Secara etimologi, logika adalah bidang
penyelidikan yang membahas fikiran, yang dinyatakan dalam bahasa.
Menurut Anne, logika merupakan pengkajian berpikir shahih.
Logika merupakan pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus,
tepat dan sistematis, yang kemudian dinyatakan lewat bahasa lisan atau
tulisan.
Secara luas dapat dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang
sah. Logika dibagi dalam dua cabang pokok, yakni logika deduktif dan
logika induktif.
1. Logika Deduktif
Logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual. Penarikan
kesimpulan secara deduktif, menggunakan pola berpikir silogismus
yang disusun oleh dua pernyataan dan satu kesimpulan. Dalam
silogisme dibedakan adanya dua premis, yaitu premis mayor dan
premis minor serta adanya kesimpulan yang merupakan
pengetahuan yang didapat dari kedua premis tersebut.
Contoh :
 Semua manusia bernafas (Premis Mayor)
 Budi adalah seorang manusia (Premis Minor)
 Jadi Budi Bernafas (Kesimpulan)

20 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
2. Logika Induktif
Penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum
dari kasus yang bersifat individual. Misalnya, kambing mempunyai
mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata dan hewan
lain juga mempunyai mata. Dari fakta-fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa semua hewan mempunyai mata. Kesimpulan
yang bersifat umum ini mempunyai dua keuntungan yaitu, bersifat
ekonomis dan dapat diproses lebih lanjut dengan menggunakan
pemikiran induktif dan deduktif.

Prinsip – prinsip dasar dalam Logika

Aristoteles merumuskan tiga buah prinsip atau hukum dalam logika,


yakni:

1. Prinsip Identitas,
2. Prinsip Kontradiksi, dan
3. Prinsip Penyisihan jalan tengah.

C. SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil
tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-
angan kita. Ada beberapa sumber untuk mendapatkan pengetahuan, antara
lain:
1. Akal atau rasio
Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal
atau ide disebut rasionalisme. Kaum rasionalis mempergunakan
metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Kaum rasionalis
yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan
hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum
rasionalis bersifat apriori dan 7 pengalaman didapatkan dari
penalaran rasional. Masalah yang timbul dari berpikir seperti ini
adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide
yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi

21 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
karena premis-premis yang hanya bersumber pada penalaran
rasional dan tidak memperdulikan pengalaman.
2. Pengalaman
Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai
sumber pengetahuan disebut empirisme. Kaum empiris berpendapat
bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat dari penalaran
rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara
empiris adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung
untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan mengenai
fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin
terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis. Pengalaman
dalam empirisme yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial karena indera yang satu
berbeda dengan indera yang lainnya. Jadi pengetahuan inderawi
berdasar pada perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas indera
tertentu.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Intuisi besifat personal dan tidak dapat
diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai
hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar
tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan
analitik dapat bekerjasama dalam menemukan suatu kebenaran.
4. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh
Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi
yang diutusNya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan
bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau
pengalaman, namun juga 8 mencakup masalah-masalah yang
bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan
hari kemudian di akhirat nanti. Singkatnya, agama dimulai dari rasa

22 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu
meningkat atau menurun. Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa
tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa
diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.
5. Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri
manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Keyakinan yang
dimaksud adalah kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan
pematangan dari kepercayaan. Kepercayaan bersifat dinamis;
mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi,
sedangkan keyakinan sangat statis; kecuali ada bukti-bukti baru
yang akurat dan sesuai.

D. KRITERIA KEBENARAN
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.
Kebenaran menurut setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap
jenis pengetahuan mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini
disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.
Ada tiga jenis kebenaran, yakni:
1) Kebenaran Epistimologis
Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran
epistimologis merupakan kebenaran yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan disebut benar dan kapan
pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran
subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.
2) Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari
obyek. Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat
dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada.
3) Kebenaran Semantik
Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan
melekat dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan

23 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
dengan pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari
kebenaran.
Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:
1) Teori Koherensi
Teori Koherensi menganggap suatu pernyataan benar apabila
pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Plato (427
– 347 S.M.) dan Aristoteles (384 – 322 S.M.) adalah tokoh yang
mengembangkan teori koherensi ini. Misalnya, bila kita
menganggap bahwa ”semua manusia pasti akan mati” adalah suatu
pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa ”Abdullah adalah
seorang manusia dan Adullah pasti akan mati” adalah benar karena
pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
2) Teori Korespondensi
Teori Korespondensi menganggap suatu pernyataan benar apabila
materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Tokohnya
adalah Bertrand Russell (1872 – 1970). Misalnya, pernyataan ”Ibu
Kota Republik Indonesia adalah Jakarta” adalah benar karena sesuai
dengan faktanya.
3) Teori Pragmatis
Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu parnyataan adalah benar,
jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
10 kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pragmatisme
bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin
filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran. Teori
ini dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839 – 1914) dan kemudian
dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat berkebangsaan Amerika;
William James (1842 – 1910) dan John Dewey (1859 – 1952).

24 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Misalnya, teori-teori tentang pendidikan dianggap benar karena
bersifat fungsional dan mempunyai kegunaan.

RANGKUMAN_______________________________________

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan


merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah
pengamatan. Saat seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh
sesuatu dari pengamatannya, maka bisa disebut orang tersebut memperoleh
sebuah pengetahuan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda
sehingga kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang
benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara berpikir mempunyai
kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk menemukan
kebenaran.

25 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
TES FORMATIF_2___________________________________

A. PILIHAN GANDA
1. Dibawah ini yang termasuk bagian – bagian penalaran adalah,
kecuali…
a. Penalaran
b. Perasaan
c. Keyakinan
d. Wahyu
2. Arti logika dalam bahasa Yunani adalah…
a. Proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa
pengetahuan
b. Pikiran atau perkataan sebagai pernyataan pikiran itu
c. Pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus
d. Bidang penyelidikan yang membahas pikiran, yang
dinyatakan dalam Bahasa
3. Ada tiga buah prinsip atau hukum dalam logika, yaitu : prinsip
identitas, pinsip kontradiksi dan prinsip penyisihan jalan tengan.
Prinsip ini dikemukakan oleh…
a. Charles S. Pierce
b. John Dewey
c. Aristoteles
d. William James
4. Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia disebabkan oleh
dua hal, salah satunya adalah…
a. Pengalaman
b. Manusia Mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi
c. Intuisi
d. Manusia bisa berpikir

26 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
B. ESAI
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penalaran?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Logika?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pengetahuan?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kriteria Kebenaran?
5. Sebutkan yang termasuk Sumber Pengetahuan!

Cocokkanlah Jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat Penguasaan = ((Pilihan Ganda+1) x 10) + (Esai x 10)

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 = Baik Sekali


80 – 89 = Baik
70 – 79 = Cukup
<70 = Kurang

Apabila menguasai tingkat penguasaan 80 atau lebih, dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80, Anda Harus
mengulangi Materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

27 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1
A. Pilihan Ganda
1. C
2. B
3. A
4. C
5. E
B. Esai
1. Empat Pernyataan Ilmiah, yaitu:
a. Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat
ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau
pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif
(penggambaran).
b. Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal muasal)
suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya
bersifat kausalitas (sebab akibat).
c. Pertanyaan ke mana menanyakan apa yang terjadi di masa
lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Tegasnya
pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah
pengetahuan yang bersifat normatif.
d. Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti
mutlak dari suatu hal. Jawaban atau pengetahuan yang
diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang
sifatnya sangat umum, universal, abstrak.
2. Persyaratannya yaitu:
a. Harus sistematis
b. Harus Konsepsional
c. Harus Koheren
d. Harus Rasioanl
e. Harus Sinoptik

28 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
f. Harus Mengarah Kepada Pandangan Dunia

29 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
TES FORMATIF 2
A. Pilihan Ganda
1. C
2. B
3. C
4. B
B. Esai
1. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Logika merupakan pertimbangan akal pikiran supata berpikir secara
lurus, tepat dan sistematis yang kemudian dinyatakan lewat bahasa
lisan atau tulisan.
3. Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil
tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau
angan – angan kita.
4. Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya
5. Akal atau Rasio, Pengalaman, Instuisi, Wahyu

30 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
DAFTAR PUSTAKA
Suriansamutri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1993.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Edisi Revisi). Depok: PT. RajaGrafindo
Persada, 2017.
https://www.academia.edu/40537199/Makalah_Arah_Pemikiran_Filsafat_Apriana
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-
dan.html
https://www.cryptowi.com/pengertian-
ilmu/#:~:text=Istilah%20ilmu%20berasal%20dari%20kata,atau%20praktik%20ya
ng%20sangat%20terampil.
http://www.rudipradisetia.com/2010/06/rangkuman-buku-filsafat-ilmu-
karangan.html?m=1
Dardiri, A. 1986. HUMANIORA, FILSAFAT, DAN LOGIKA. Jakarta: CV.
Rajawali.
Kattsoff, Louis O.. ELEMENT OF PHILOSOPHY, atau PENGANTAR
FILSAFAT, Terj. Soemargono, Soejono. Yogyakarta: TIARA WICAKSANA
YOGYA. 1987.
Suriasumantri, Jujun S.. 2010. FILSAFAT ILMU Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hubbi, Kimia. 2015. Dasar-Dasar Pengetahuan. From:
http://kimiahubbi.blogspot.co.id/2015/03/dasardasarpengetahuan.html?showCom
ment=1458031142335#c324198700758 210696 Diakses 15 Maret 2016 jam
15.39 WIB
Jujun S. Suriasumantri. 2010. FILSAFAT ILMU Sebuah Pengantar Populer, Cet.
Ke22, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), hlm. 44.
Drs. H. A. Dardiri. 1986. HUMANIORA, FILSAFAT, DAN LOGIKA. (Jakarta:
CV. Rajawali), hlm. 25.
Louis O. Kattsoff. Pengantar Filsafat, hlm. 141.
Kimia Hubbi, Dasar-Dasar Pengetahuan,
http://kimiahubbi.blogspot.co.id/2015/03/dasar-dasar

31 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
pengetahuan.html?showComment=1458031142335#c3241987007582106 96,
diakses 15 Maret 2016, jam 15.39 WIB

32 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
MODUL 2
KONSEP KEILMUAN

KEGIATAN BELAJAR 1
REDUKSI, INTEGRASI DAN KESATUAN ILMU

DISUSUN OLEH:
1. Sekar Salsabila (1501620005)
2. Aisyah Nabila (1501620043)
3. Joshua Aritonang (1501620058)

KEGIATAN BELAJAR 2
PEMBATASAN ILMU DAN BUKAN ILMU

DISUSUN OLEH:
1. Dendi Setiawan (1501620042)
2. Safsha Marlianis (1501620069)
3. Fadli Aldiansyah (1501620055)

1|Modul Filsafat Ilmua


PENDAHULUAN____________________________________

M odul ini akan membahas ruang lingkup filsafat yang nantinya akan
memberikan pemahaman komprehensif tentang reduksi, integrasi dan
kesatuan ilmu serta pembatasan ilmu dan bukan ilmu. Pokok bahasan dan sub-
pokok bahasan dalam modul ini merupakan hal yang sangat mendasar untuk kita
ketahui agar pokok – pokok bahasan dalam modul – modul selanjutnya dapat segera
kita pahami dengan mudah.

Tujuan umum dari modul ini adalah agar kita mampu menjelaskan ruang
lingkup filsafat, sedangkan tujuan khusus dari pembahasan dalam modul ini adalah
agar kita dapat:

1. Mengetahui pengertian reduksi, integrasi dan kesatuan ilmu


2. Mengetahui macam – macam reduksi dan integrasi
3. Mengetahui implementasi integrasi
4. Mengetahui kesatuan ilmu antara ilmu agama dan ilmu umum
5. Mengetahui apa yang dimaksud ilmu
6. Mengetahui sejarah ilmu
7. Mengetahui bagaimana sesuatu dapat dikatakan sebagai ilmu
8. Mengetahui batasan dalam keilmuan
9. Memenuhi penugasan filsafat ilmu

Perlu kita ketahui bahwa filsafat sebaiknya dipahami sebagai kajian yang
sangat mendasar untuk membantu kita dalam melakukan proses berpikir ssebab apa
yang kita pikirkan merupakan konsep dasar keberadaan hidup kita sehari – hari.
Mari kita pelajari modul ini dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat kita
pahami sebagai pengetahuan dan ilmu untuk kita gunakan dalam kehidupan kita
sehari – hari. Disamping itu, juga sebagai upaya untuk menciptakan sosial yang
bijak pula atas segala masalah yang kita hadapi sehari – hari.

Modul ini dibagi menjadi 2 kegiatan belajar. Sehingga anda dapat dengan
lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dan sub – pokok dalam modul ini

Kegiatan Belajar 1 : Reduksi, Integrasi dan Kesatuan Ilmu

2|Modul Filsafat Ilmu


Kegiatan Belajar 2 : Pembatasan Ilmu dan Bukan Ilmu

Terakhir, berikut adalah beberapa anjuran agar kita dapat mencapai tujuan umum
dan khusus dari pembelajaran dalam modul ini.

1. Tumbuhkanlah minat baca dengan cara bagian pendahuluan secara antusias


dengan tujuan untuk memahami gambaran intruksi secara umum dalam
modul ini.
2. Bacalah dengan santai materi – materi yang disajikan dalam tiap kegiatan
belajar karena didalamnya terdapat beberapa harta pengetahuan yang dapat
kita ambil.
3. Saat menemukan hal – hal yang sukar untuk dipahami, luangkanlah waktu
untuk mendiskusikan hal – hal tersebut dengan sahabat – sahabat terbaik
dan dosen yang mengampu mata kuliah ini.
4. Saat mengerjakan tes formatif pada tiap bagian akhir kegiatan belajar,
pahamilah bahwa tes – tes formatif tersebut pada dasarnya tidak bertujuan
secara mutlak untuk menilai sejauh mana pemahaman kita. Tujuan kita
mengerjakan tes – tes formatif tersebut hanya untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman kita saat ini saja. Oleh karenanya, kita dapat mengerjakan
tes – tes tersebut secara berulang – ulang dengan menerapkan anjuran –
anjuran yang pertama sampai terakhir. Kunci jawaban yang diberikan dapat
kita gunakan sesaat setelah mengerjakan tes – tes tersebut hanya untuk
membandingkan jawaban kita sendiri dengan kunci jawaban tersebut.
Berpikirlah bahwa kesalahpahaman dalam proses pembelajaran adalah hal
yang wajar saja.

Selamat Belajar dan Tetap Semangat!

3|Modul Filsafat Ilmua


KEGIATAN BELAJAR 1

REDUKSI, INTEGRASI DAN KESATUAN ILMU

F ilsafat menurut Hasbullah Bakry adalah ilmu yang meneliti secara mendalam
tentang Ketuhanan, Manusia dan Alam Semesta untuk menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana alam dapat dicapai sejauh pikiran manusia dan
bagaimana perilaku manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Pada
dasar nya ilmu filsafat dapat digunakan sebagai objek penelitian. Penelitian yang
biasa nya dilakukan dengan berbagai macam. Dalam ilmu filsafat fenomenologi
merupakan metode ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari
realitas yang tampak. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah-
langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang murni.
Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri instrinsik fenomena-fenomena
sebagai mana fenomena itu sendiri menyingkap diri pada kesadaran. Seorang filsuf
pertama yang mencetuskan adanya fenomenologi adalah Edmurd Hussel. Tujuan
dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl, adalah untuk
mempelajari fenomena manusia tanpa mempertanyakan penyebabnya, realitas yang
sebenarnya, dan penampilannya.

Hussel melihat fenomena berdasarkan dari apa kenampakan yang ada pada
diri. Fenomenologi dapat pula menjadi metode yaitu metode fenomenologis. Ada
perbedaan fenomenologi Hussel dengan Kant. Jika fenomena Kant mengacu pada
apa yang tampak, dan sesuatu yang tampak itu dapat dipahami dan dimengerti.
Sedangkan, fenomena Hussel memberi pengetahuan yang perlu dan esensial
mengenai apa yang ada.

Integrasi merupakan pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau


bulat. Adanya penyatuan antara ilmu umum dan ilmu agama. Dalam integrasi
terdapat implementasi yang digolongkan menjadi empat level, yaitu: level filosofis,
level materi, level metodologis, dan level stategi. Dalam kesatuan ilmu misalnya
ilmu sains dan ilmu agama memiliki kesatuan. Albert Einstein, seorang ilmuwan
Yahudi pernah mengatakan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”
Ada dua entry point disini pertama tentang pentingnya agama untuk melambari

4|Modul Filsafat Ilmu


ilmu pengetahuan dan yang kedua perlunya ilmu dalam pengamalan agama. Dari
pendapat Albert Einsten tersebut dapat kita peroleh ilmu tersebut memiliki
keterkaitan dan kesatuan.

A. REDUKSI
Reduksi merupakan perangkat metodologi dengan cara membawa
data dan persoalan-persoalan pada bentuk yang cocok buat analisis data atau
pemecahan persoalan-persoalan tersebut dengan kata lain, melalui
penyederhanaan hal yang rumit atau kompleks. Metode ini diterapkan
dalam logika, matematika, biologi, filsafat, ilmu bahasa, dan sebagainya.
Reduksi dikemukakan menjadi ilmu dan studi oleh Filsuf Edmund Husserl
(1859-1938) yang dikenal sebagai founding father fenomenologi, Husserl
adalah pendiri dan tokoh utama dan aliran filsafat fenomenologi. Beliau
mengembangkan ide tentang dunia kehidupan (lifeworld). Ia menggunakan
filsafat fenomenologi untuk mengetahui bagaimana sebenarnya struktur
pengalaman yang merupakan cara manusia mengorganisasi realitasnya
sehingga menjadi terintegrasi dan autentik.
Menurut Husserl, fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau
pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari
perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi memiliki riwayat cukup
panjang dalam penelitian sosial, termasuk psikologi, sosiologi, dan
pekerjaan sosial. Fenomenologi adalah pandangan berpikir yang
menekankan pada fokus interprestasi dunia. Dalam hal ini, para peneliti
fenomenologi ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani fenomenan yang
berarti sesuatu yang tampak, atau gejala. Fenomenologi adalah suatu aliran
yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau
suatu aliran yang membicarakan gejala. Pada prinsipnya dengan metode
fenomenologi yang di bangun oleh Husserl ingin mencapai "hakikat segala
sesuatu", maksudnya agar mencapai "pengertian yang sebenarnya" yang
menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat
segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan.

5|Modul Filsafat Ilmua


Husserl mengemukakan tiga macam reduksi, yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi Feenomenologi
Yaitu menyaring setiap keputusan yang secara naïf muncul
terhadap obyek yang diamati. Ada beberapa hal yang perlu disaring
sehubungan dengan obyek tertentu, yaitu segala keputusan yang bersifat
subjektif, dalam kaitan ini pengamat harus diserahkan pada obyektifitas,
harus terbuka untuk gejala yang akan diajak berbicara. Begitu pula
obyek perlu disaring dari segala pengetahuan yang pernah diteliti dan
diperoleh dari sumber lain, baik itu merupakan teori atau hipotesis yang
pernah ada. Tujuan reduksi fenomenologis adalah untuk mencapai
fenomena yang semurni-murninya. Artinya subjek harus meng-
osongkan dirinya secara penuh atau dalam keadaan suwung.
2. Reduksi Eidetis
Tercapainya fenomena murni dalam kesadaran tidaklah berarti
perjalanan sudah sele-sai; kriterian fenomenologis sebagai ilmu tentang
hakikat harus dipenuhi. Oleh karena itu, obyek yang dijadikan ajang
pengamatan harus benar-benar hakiki. Obyek hakiki tersebut oleh
Husserl disebut eidos. Reduksi eidetis ini dapat dikatakan sebagai sikap
untuk menemukan eidos (esensi ) yang tersembunyi. Adapun hasil
reduksi ini adalah pemilihan hakikat yang sebenarnya dan bukan sesuatu
yang sifatnya aksesoris atau imajinatif semata.
Eidos adalah adalah intisari atau pokok sejati. Intisari ini tidak
dapat dipahami sebagai suatu hal yang tersembunyi dibalik atau di alam
factual. Dalam fenomenologi taka da sesuatupun yang tersembunyi atau
tertutup salah suatu yang lain. Segalanya terbuka dan menampakkan
diri.
3. Reduksi Transdental
Menurut Husserl kedua reduksi tersebut di atas baru
membersihkan bidang fenome-na; fenomena direduksi hingga mencapai
hakikat yang semurni-murninya. Pada reduksi transdental kemurnian
fenomenologi harus diimbangi pula dengan situasi subyek yang hakiki
yang terbebas dari pengalaman empirik. Karena itu dalam reduksi

6|Modul Filsafat Ilmu


transdental sasaran tidak lagi pada obyek atau fenomena tetapi tertuju
langsung pada subyek. Subyek harus dimurnikan hingga tak ada
kesempatan yang berusaha yang meragukan kebenarannya. Di dalam
reduksi transdental eksistensi dan segala yang tidak memiliki hubungan
timbal balik dibersihkan dengan kesadaran murni. Fokus dari reduksi
transdental adalah terhadap subjek itu sendiri. Dengan demikian, jika
diperhatikan, reduksi transdental ini agak berbeda dengan dua jenis
reduksi lainnya, di mana dua reduksi lainnya tersebut lebih terkait erat
terhadap pemahaman subjek terhadap objek.
B. INTEGRASI
Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris –integrate; integration-yang kemudian diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Menurut bahas Indonesia menjadi integrasi yang berarti memberi
tempat bagi suatu unsur demi suatu keseluruhan, menyatupadukan,
menggabungkan dan mempersatukan. Jadi integrasi yang dapat membuat
unsur-unsurnya menjadi satu kesatuan dan utuh. Adapun secara
terminologis, integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang
terpisah menjadi satu kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara ilmu-
ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang bercorak umum.
Integrasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum menjadi hal yang
sangat diperlukan. Dikotomi terhadap keduanya sebaiknya dihindari.
''Integrasi ilmu merupakan keniscayaan yang perlu dicapai dari
kajian perbandingan antar ilmu-ilmu itu, misalnya antara yang dikenal
dengan ilmu agama dan ilmu umum,'' kata guru besar Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, Ahmad Sukardja, dalam
menyambut acara syukuran purnabakti usia 70 tahun dirinya di Jakarta,
Selasa (9/10) malam.
Sukardja menjelaskan, sumber ilmu yang dikenal manusia saat ini
dikelompokkan pada dua sumber, vertikal dan horisontal. Sumber ilmu
vertikal adalah wahyu Tuhan. Sementara sumber ilmu horizontal adalah
manusia dan lingkungannya. Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini
adalah upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang

7|Modul Filsafat Ilmua


diakibatkan oleh pola piker pengkutupan antara agama yang sebagai sumber
kebenaran yang independen pula. Hal ini karena keberadaaanya yang saling
membutuhkan dan melengkapi. ''Dalam hal ini, kitab suci merupakan
himpunan wahyu atau firman Tuhan. Dari sinilah dapat diketahui dan
dikembangkan berbagai macam dan cabang ilmu (umum),'' kata mantan
direktur pasca sarjana Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) ini.
Ia berharap, adanya integrasi ilmu ini akan mampu menumbuhkan
sikap positif. ''Dalam hal ini bagaimana menghargai secara proporsional
terhadap ilmu yang bersumber dari vertikal maupun horisontal.''
Harapan lainnya, Sukardja mengaku, adanya integrasi ilmu ini akan
bisa mengikis dan menghapus sikap fobia terhadap segala sesuatu yang
berasal dari sumber vertikal. ''Begitu juga, integrasi ilmu ini diharapkan bisa
memusnahkan sikap 'mengkafirkan' ilmu, nilai dan hukum yang bersumber
dari horisontal,'' ujarnya.

Implementasi Integrasi ada beberapa level, yaitu:

a. Level Filosofis
Integritas dan interkoneksitas pada level filosofis dalam
wacana keilmuan bahwa di dalamnya harus diberikan nilai
fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan
lain dan dalam hubungannya dengan nilai-nilai humanistik. Ilmu
fiqh misalnya, di samping makna fundamentalnya sebagai filosofi
membangun hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan dalam
ajaran Islam, dalam pengkajian fiqh harus disinggung pula bahwa
eksistensi fiqh tidaklah berdiri sendiri atau bersifat self-sufficient,
melainkan berkembang bersama sikap akomodatifnya terhadap
disiplin keilmuan lainnya seperti filsafat, sosiologi, psikologi, dan
lain sebagainya.
Pada level filosofis dengan demikian lebih merupakan suatu
penyadaran eksistensial suatu disiplin ilmu selalu bergantung pada
disiplin ilmu lainnya termasuk di dalamnya agama dan budaya.

8|Modul Filsafat Ilmu


b. Level Materi
Implementasi integrasi dan interkoneksi pada level materi dapat
dilakukan dengan tiga model sebagai berikut.
1. Pertama, model pengintegrasian ke dalam paket
kurikulum, karena hal ini terkait dengan lembaga
penyelenggara pendidikan.
2. Kedua, model penamaan disiplin ilmu yang menunjukan
hubungan antara disiplin ilmu umum dan keislaman.
Model ini menuntut setiap nama disiplin ilmu
mencantumkan kata Islam, seperti ekonomi Islam, politik
Islam, pendidikan Islam, filsafat Islam, dan lain-lain.
3. Ketiga, model pengintegrasian ke dalam pengajaran
disiplin ilmu. Model ini menun-tut dalam setiap
pengajaran disiplin ilmu keislaman dan keagaam harus
diinjeksikan teori-teori keilmuan umum terkait sebagai
wujud interkoneksitas antara keduanya.
c. Level Metodologi
Ketika sebuah disiplin ilmu diintegrasikan atau
diinterkoneksikan dengan disiplin ilmu lain, misalnya psikologi
dengan nilai-nilai Islam, misalnya psikologi dengan nilai-nilai
Islam, maka secara metodologis ilmu interkonektif tersebut harus
menggunakan pendekatan dan metode yang aman bagi ilmu
tersebut.
d. Level Strategi
Level strategi adalah level pelaksanaan atau praktis dari
proses pembelajaran keilmuan integratif-interkonektif. Dalam
konteks ini, setidaknya kualitas keilmuan serta keterampilan
pengajar menjadi kunci keberhasilan pembelajaran berbasis
paradigm interkoneksitas. Di samping kualitas-kualitas ini, pengajar
harus difasilitasi dengan baik sumber bacaan yang harus beragam
serta bahan-bahan pengajaran di kelas. Demikian pula pembelajaran

9|Modul Filsafat Ilmua


dengan model pembelajaran active learning dengan berbagai strategi
dan metodenya menjadi keharusan.

1. Integrasi Ilmu : Sebuah Penelisikan Konsep dan Keniscayaan


Secara bahasa integrasi berrati “penyatuan”. Suatu sikap yang
melekat tiap bidang kehidupan ini dalam kotak-kotak yang berlainan,
namun dalam kenyataan sejarah peradaban umat manusia sikap
“ekspansionis” berlangsung secara massif dan cenderung antagonistik.
Menuurt M. Amin Abdullah (2016) integrasi adalah sebuah paradigm
keilmuan yang mengasumsikan bahwa peleburan dan pelumatan yang
satu ke dalam yang lainnya, baik dengan cara meleburkan sisi
normativitas-sakralitas keberagamaan secara menyeluruh masuk ke
wilayah “historisitas-profanitas” atau sebaliknya membenamkan dan
meniadakan seluruhnya sisi historisitas keberagamaan Islam ke wilayah
normasivitas-sakralitas tanpa serve. Sedangkan dimaksud dengan
“interkoneksi” adalah sebuah pendekatan yang diberangkatkan dari
sebuah asumsi bahwa setiap bangunan keilmuan apa pun, baik keilmuan
agama (termasuk agama Islam dan agama lainnya), keilmuan sosial,
humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena
itu kerja sama, saling tegur sapa, saling membutuhkan, saling koreksi
dan saling keterhubungan anatar displin keilmuan akan lebih dapat
membantu manusia memahami kompleksitas kehidupan yang
dijalaninya dan memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Dengan demikian “integrasi-interkoneksi” dapat dipahami
merupakan sebuah pendekatan yang berkeinginan dan mengupayakan
bahwa antar berbagai bidang keilmuan sesungguhnya memiliki
keterkaitan. Saling keterkaitan ini merupakan sebuah keniscayaan
mengingat bahwa sesuatu yang dibidik oleh disiplin keilmuan objek
materialnya dapat saja sama meskipun objek formatnya berbeda. Oleh
karena itu, rasa superior, eksklusivitas yang berwujud dalam bentuk
dikotomis-atomistis terhadap bidang-bidang keilmuan yang dimaksud
hanya akan merugikan diri sendiri baik secara sosiologis, psikologis dan

10 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
ilmiah-akademis. Bahkan tuntunan inheren akan kajian sebuah ilmu dari
perspektif agama telah menjadi kebutuhan.
Sasaran utama integrasi-interkoneksi ini sesungguhnya tidak
saja sebatas memutus dikotomis-atomistis sains dan agama dan lebih
memberdayakan fungsionalitas masyarakat yang semakin deras
berkembang, tetapi sesungguhnya ada sasaran epistemologis yang
hendak dicapai bagi ilmu-ilmu keislaman yaitu terus berkembang atas
desakan dari dalam dirinya (internal) satu sisi dan desakan dari luar
(eksternal) yang teramat mendesak lainnya sebuah pemikiran dan teori
yang solutif bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia yang sangat
terancam sebagai hasil pemikiran dan teori modern selama ini pada sisi
lain.dapat dikatakan bahwa “integrasi-interkoneksi” merupakan sebuah
keniscayaan bagi sebuah keilmuan. Hal ini dikarenakan secara akademis
inovasi dan progresi bahkan pada sisi praksis revisi dan revitalisasi dari
sebuah ilmu sangat niscaya terjadi, sedemikian rupa ilmu pengetahuan
termasuk ilmu keislaman tentunya akan dapat menunjukkan
eksistensialitas-fungsionalitasnya di tengah-tengah kehidupan.
2. Dialogis Integrasi – Interkoneksi Antara Agama dan Sains : Sebuah
Rasionalitas Keniscayaan Metodologis
Untuk memahami relasi “Integrasi-Interkoneksi” antara sains
dan agama, terlebih dahulu perlu dipahami dari makna sematik dari dua
kata ini. Makna integrasi di sini dapat dipahami dalam bentuk hubungan
keterpaduan antara elemen-elemen sains dan agama dalam sebuah
kinerja penelitian atau pengembangan dalam mengkaji sebuah realitas,
sedangkan dimaksud dengan interkoneksi dapat dipahami sebagai sebuah
bentuk hubungan saling mengisi dan melengkapi anatara elemn-elemen
sains dan agama dengan maksud memeperkuat sebuah kinerja penelitian
dan pengembangan dalam mengkaji sebuah realitas.
Dengan demikian, dimaksud dengan relasi “ Integrasi-
Interkoneksi” sains dan agama dalam tulisan ini nantinya adalah
keniscayaan terpadunya sains dan agama dalam kajian yang berdasarkan
metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan atau saling

11 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
keterkaitan dan dialogis untuk saling mengisi antara sains dan agama.
Sasaran utama integrasi-interkoneksi adalah menghilangkan dikotomis
sains dan agama yang saat ini tengah berlangsung dalam wacana
keilmuan, atau mengeleminasi semaksimal mungkin dikotomis antara
sains dana agama dalam kajian ilmu pengetahuan.
Rasionalitas keniscayaan “Integrasi-Interkoneksi” sains dan agama
ini setidaknya dapat disimak dari sebagaian hasil kajian para ilmuan
semisal Ian G. Babour sebagai berikut:
1. Adanya kepararelan yang signifikan dalam aspek metode sains
dan agama. Keparlemenan ini setidaknya ditemukan adanaya
beberapa persamaan dalam wilayah interaksi pengalaman dan
interpretasi, penggunaan model dan analogi, dan peranan
kelompok peneliti sains dan agama. Keterlibatan si peneliti
misalnya baik dalam sains dan agama diakui memang berbeda
dalam tingkatan, namun demikian sesungguhnya tidak ditemukan
pemilihan yang ketat tentang “objectivity” dan “subjectivity”.
2. Kesamaan pada upaya pencarian sebuah pandangan dunia yang
terintegrasi yakni sebuah pandangan dunia yang terintegrasi
yakni sebuah pandangan yang berbasis satu dunia (a single world)
sebagaimana banyak dimungkinkan oleh para ilmuan
kontemporer saat ini. Diakui bahwa pencarian satu dunia (a single
world) tidak saja sebagian dimotivasi oleh dorongan akademis
yang kuat untuk berpikir koherensif sebagai tuntutan kinerja
akademis yang tidak bisa diabaikan begitu saja, juga didorong
oleh adanya implikasi dari sebuah keyakinan agama bahwa
Tuhan itu maha Pencipta dan Kuasa sedemikian rupa sebagian
saintis melegitimasi dari lar karya-karya mereka.
3. Munculnya apa yang disebut dengan a theology of nature yakni
suatu pandangan dari ahli agama yang mengatakan bahwa tatanan
alam ini adalah dalam kerangka ide-ide teologis yang diambil dari
hasil interpretasi kesejarahan wahyu dan pengalaman agama.

12 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
4. Temuan pandangan baru yang bersifat saintifik akir-akhir ini
tentang alam jagat raya oleh para saintis, langsung ataupun tidak,
akan memaksa mengkaji ulang pemahaman kita tentang
hubungan Tuhan dengan dunia ini dan atau hubungan manusia
dengan alam jagat raya ini sebagai bentuk implikasi dari kajian
saintifik akhir-akhir ini.
Dapat disimpulkan bahwa “integrasi-interkoneksi” sains dan
agama lebih dipahami sebagai saling mengisii dan berdialog anatara
sains dan agama dalam menelaah suatu realitas misalnya. Bukan dalam
menyatukan dianatra keduanya karena anatara sains dan agama
memeliki elemen masing-masing yang tidak dapat disatukan.dalam
“inetgrasi-interkoneksi” uapaya relasi sains dan agama bukan
ditunjukan untuk mencampakan posisi dikotomis anatara sains dan
agama, tetapi lebih pada nuansa usaha membangun cara pandang
dengan mengggunkaa tipe-tipe analisis dari konteks yang berbeda.,
misalnyya pada persoalan mind dan brain cara pandang yang diterapkan
adalah bukan menempatkan dua hal itu pada posisi dua entitas yang
terpisah, tetapi mind dan brain dapat dipahami semacam peristiwa yang
dapat dilihat dari dua perspektif yakni dari dalam dan dari luar.
3. Integrasi Ilmu : Sebuah Upaya Islamisasi Sains ke dalam Ilmu
Integrasi ilmu pada hal ini merupakn upaya untuk meredefinisi
dan merekontruksi sains dalam kerangka terminology ilmu dalam
perspektif Islam tentunya. Melakukan redefinisi dan rekontruksi seperti
ini maka hasil yang diinginkan apa pun bentuk implementasi
pengembangnya akan selamanya berada dalam paradigm ilmu dalam
persfektif Islam. Sedemikian rupa siapa pun yang akan melakukan
penelitian dan penegmbangan ilmu serta pengguna ilmu akan sellau
menyadari bahwa Allah Swt. selalu merupakan dasar paradigmanya.
Dengan demikian, integrasi ilmu ini tidaklain adalah meredefinisi dan
merekontruksi sains modern dalam terminology ilmu perspektif Islam.
Upaya seperti ini dapat dilakukan pada wilayah ontology,
epistemology, maupun aksiologi. Pada wilayah ontology metafisis

13 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
adlaah dalam bentuk menalarkan hakikat ilmu melampaui batas-batas
fisiknya. Artinya, pencarian dan penafsiran suatu ilmu dikehendaki
sampai hakikat terdalam dari ilmu; Ilahi. Pada wilayah epistemology
adalah dalam bentuk memanfaatkan segala alat epistemic yang dikaui
Islam; pendengaran, penglihatan, akal dan fuad, merupakan anugerah
ALLAH SWT. pada manusia, juga penafsiran dan kesimpulan mesti
menembus ke Ilahiyah-an. Penafsiran-penafsiran yang diambil dan
merupakan bagian terpenting dalam membangun sebah sains sungguh
tidak dihilangkan beitu saja, karena kesimpulan apapun yang diambil
dari sebuah penelitian pada dasarnya adalah hasil dari sebuah
penafsiran.
Dalam wilayah aksiologi adalah dalam bentuk menalarkan
fungsi-fungsi etis sains dlaam kehidupan manusia serta dapat pula
membendung ekses negative sains. Untuk itu, ketika sebuah sains akan
dicipta dan dikembangkan tentu fungsi-fungsi kemanfaatan etis baik
yang sifatnya, personal, sosial, ekologial dan transdendental menjadi
bagian sanagt penting dalam proses pengembangan sains. Pertimbangan
fungsi-fungsi etis seperti isebutkan diatas menjadi penting tidak saja
tuntutan kondisimasyarakat dan sosial serta lingkungan yang sangat
mendesak sat ini namun fungsi-fugsi etis seperti ini sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia
sebagai makhluk cultural, humanity, dan morality. Dalam pemahaman
seperti ini tentulah dikatakan bahwa ilmu wataknya sangat memiak,
memihak pada kebenaran di luar dirinya dan tujuan untuk apa ilmu
dikaji dan dikembangkan.

14 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
C. KESATUAN ILMU
Hakikatnya semua ilmu berasal dari Allah Swt. dan manusia sebagai
pelaksana di dunia. Menurut Ghazali ilmu harus disatukan dalam suatu
kesatuan; seperti halnya tiga sudut dalam sebuah segitiga. Dari perspektif
ontologi, pengetahuan berasal dari Tuhan dan tidak dapat dipisahkan dari
Tuhan, sehingga semua ilmu. Secara epistemologi, hakikat ilmu adalah
cahaya yang berasal dari cahaya Tuhan. Ilmu dapat diperoleh dengan
mengoptimalkan fungsi akal serta melalui wahyu atau inspirasi. Validitas
ilmu tergantung pada cara serta sumber yang digunakan untuk
memperolehnya. Untuk merealisasikan konsep kesatuan ilmu dibutuhkan
kerja keras, kesabaran, dan proses yang bertahap; yaitu perlakuan sama
terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu agama, dialog, integrasi dan
interkoneksi antara ilmu dan akhirnya adalah kesatuan ilmu. Ilmu agama
seperti ilmu fiqih, tauhid, hadist, dan tafsir disebut ilmu akhirat. Sedangkan
ilmu sanis seperti biologi, fisika, kimia, dan kedokteran disebut ilmu umum.
Ilmu agama dan eksakta tidak dapat dipisah-pisahkan . hal ini menunjukan
adanya hubungan yang erat antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan
diibaratkan simbiosis yang saling meng-untungkan.
Kesatuan ilmu dapat diimplementasikan dalam kurikulum sebagai berikut.
a. Humanisasi ilmu-ilmu keislaman yaitu merekonstruksikan ilmu-
ilmu keislaman agar semakin menyentuh dan memberi solusi bagi
persoalan nyata kehidupan manusia Indonesia. Strategi humanisasi
ilmu-ilmu keislaman mencakup segala upaya untuk memadukan
nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan modern guna
peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia.
b. Spiritualisasi Ilmu pengetahuan yaitu memberikan pijakan nilai-
nilai ketuhanan dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk
memastikan bahwa pada dasarnya semua ilmu berorientasi pada
peningkatan kualitas/keberlangsungan hidup manusia dan alam
semesta, bukan penistaan/perusakan keduanya.
c. Revitalisasi local wisdom yaitu penguatan kembali ajaran-ajaran
luhur bangsa. Strategi local wisdom terdiri dari semua usaha untuk

15 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
tetap setia pada ajaran luhur budaya lokal dan pengembangannya
guna penguatan karakter bangsa.

RANGKUMAN_______________________________________
Melalui penjelasan pada bab sebelumnya kita dapat menyimpulkan
bahwa, filsafat adalah suatu ilmu untuk mencari kebenaran, selain sebagai
suatu ilmu, filsafat dapat digunakan sebagai metode penelitian. Filsafat
sebagai ilmu memiliki arti sebagai acuan untuk mencari kebenaran teori dari
suatu pengetahuan. Dan filsafat sebagai metode menjelaskan menjelaskan
langkah-langkah yang terdapat di dalamnya. Pada filsafat terdapat istilah
fenomenologi, fenomenologi sebagai suatu gerakan filsafat hingga
memperoleh bentuk seperti sekarang ini, pertama kali diintrodusir oleh filsuf
Jerman Edmund Gustav Aibercht Husserl. Sebenarnya istilah
“fenomenologi” pertama kali digunakan oleh J. H. Lambert (1728 – 1777).
Kemudian istilah itu juga digunakan oleh Immanuel Kant, Hegel serta
sejumlah filosof lain. Namun semuanya mengartikan istilah fenomenologi
secara berbeda. Kemudian Edmund Husserl yang memakai istilah
fenomenologi secara khusus dengan menunjukkan metode berpikir secara
tepat. Menurut Husserl fenomena merupakan data sejauh disadari atau sejauh
masuk dalam pemahaman. Fenomena tak mungkin lepas dari kesadaran atau
dipisahkan dengan kesadaran dikarenakan fenomena dan kesadaran
merupakan sebuah kesatuan yang identik. Ada tiga bentuk fenomenologi,
yaitu reduksi fenomenologi, reduksi eiditis, dan reduksi transdental.

Dan secara etimologis integrasi merupakan kata serapan dari bahasa


Inggris yaitu integrate yang kemudian di serap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi integrase yang memiliki arti menyatupadukan;penggabungan atau
penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, menyatukan
ilmu-ilmu yang berlatar agama dan ilmu umum. Ilmu agama dan eksakta
tidak dapat dipisahkan, yang menunjukkan bahwa adanya hubungan erat
antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan dengan digambarkan oleh
simbiosis mutualisme yaitu saling menguntungkan.

16 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF 1___________________________________

A. Pilihan Ganda
1. Yang merupakan nilai implementasi integrasi, kecuali…
a. Level Filosofis
b. Level Materi
c. Level Stratedi
d. Level Metodologi
e. Level Sosiologis
2. Sumber ilmu yang dikenal manusia saat ini dikelompokkan pada dua
sumber vertikal dan horizontal, dibawah ini salah satu sumber
manusia yang tepat adalah...
a. Sumber ilmu horizontal adalah manusia dan lingkungan
b. Sumber ilmu vertikal adalah manusia
c. Sumber ilmu vertikal adalah manusia dan lingkungan
d. Sumber ilmu horizontal adalah manusia
e. Sumber ilmu horizontal adalah lingkungan
3. Ilmu yang mencakup pada nlai universal islam dan pengetahuan
modern, merupakan pengertian dari bagian implementasi kesatuan
ilmu bagian…
a. Spiritualisasi Ilmu Pengetahuan
b. Humanisasi Ilmu Keislaman
c. Rasionalitas Keniscayaan Metodologis
d. Revitalisasi Manusia
e. Polarisme Antara Agama dan Ilmu
4. Kata Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, fenomenan yang
berarti…
a. Sesuatu yang tampak
b. Sesuatu yang modern
c. Sesuatu yang non gejala
d. Sesuatu yang lokal

17 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
5. “Ilmu harus disatukan dalam suatu kesatuan, seperti halnya tiga
sudur dalam ssebuah segitiga”. Merupakan pengertian kesatuan
ilmu dari tokoh…
a. M. Amin Abdullah
b. Sukardja
c. Al – Ghazali
d. Filsuf Edmund Husserl
e. Ian G. Babour
A. Esai
1. Sebutkan macam – macam reduksi menurut Husserl!
2. Sebutkan sebagian hasil kajian ilmuan Ian G. Babour!
3. Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl
adalah?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.

Tingkat Penguasaan = (Pilihan Ganda x 10) + ((Esai+2) x 10)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali

80-89 = Baik

70-79 = Cukup

<70 = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

18 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 2

PEMBATASAN ILMU DAN BUKAN ILMU

I stilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science, yang berasal
dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui.

Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna
ganda, yaitu mengandung lebih dari pada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai
istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari
arti mana yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan
sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang
sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu
seumumnya (science-in-general).[ CITATION The07 \l 1033 ].

Tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu, sebab kalau semua


pengetahuan dikatakan ilmu tentu banyak yang bias dikatakan ilmu, karena
pengetahuan itu sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu
adalah pengetahuan, akan tetapi yang dikatakan ilmu adalah pengetahuan yang di
susun secara sistematis, memiliki metode dan berdiri sendiri, tidak memihak kepada
sesuatu. Dikalangan masyarakat umum Indonesia, dipahami bahwa ilmu itu adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan
pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan social
kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain
sebagainya.

19 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
A. DEFINISI ILMU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ilmu itu memiliki
arti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis
berdasarkan metode atau aturan tertentu, yang dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang gejala tertentu dalam bidang ilmu pengetahuan .
Sedangkan Menurut Suria sumantri (2001:3). Ilmu itu merupakan salah satu
hasil pemikirian manusia dalam menjawab sebuah pertanyaan. Sementara
itu, Paul Freedman dalam The Principles of Scientific Research
mendefinisikan ilmu sebagai suatu bentuk aktivitas manusia yang apabila
melakukannya kita memperoleh suatu pengetahuan yang lebih lengkap dan
cermat tentang alam semesta di masa yang lampau, masa sekarang dan masa
yang akan datang, serta suatu kemampuan untuk beradaptasi dan mengubah
lingkungan serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
Dalam hakikat ilmu sebagai suatu hasil pemikiran manusia, ilmu
dapat dikatakan sebagai suatu cara berpikir dan asas moral. Berikut
merupakan definisi dari kedua hal tersebut.
1. Pengertian Ilmu Menurut Beberapa Ahli
 The Liang Gie (1987)
Memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan
yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh
pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam
berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
 Bahm ( dalamKoento Wibisono,1997 )
Definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam
komponen, yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode
(method), aktivitas (activity), kesimpulan (conclussion), dan
pengaruh (effects).
 Dalton dkk. (2007)
Menurut Dalton dan rekan-rekannya, istilah ilmu mengacu pada
kepercayaan atau keyakinan seseorang akan dasar wawasan ilmiah

20 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
dan esensi system dalam memperoleh suatu wawasan, serta mencari
tahu hubungan antara ilmu dengan tingkah laku manusia.
 Cornelius Benjamin
Menurut Cornelius, ilmu adalah cabang pendidikan fikrah yang
merupakan kajian terstruktu rmengenai berbagai pengetahuan,
terutama tentang tata cara ataumetode, persepsi, pendapat, serta
berbagai informasi umum mengenai cabang-cabang pengetahuan
intelektual. Cornelius berkata, “Intinya, ilmu adalah pencarian abadi
untuk pemahaman yang cerdas dan terintegrasi dari dunia tempat
kita hidup”.
 DaoedJoesoef (1987)
Pengertian ilmu mengacu pada tiga hal yaitu produk, proses dan
masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan
yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat
ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-
kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan
terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.
2. Ciri – ciri Ilmu Pengetahuan
Ciri pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu
itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh
jawaban. Dalam hal ini memang ilmu muncul dari adanya problema dan
harus dari suatu problema, tetapi problema itu telah diketahuinya
sebagai suatu persoalan yang tidak terselesaikan dalam pengetahuan
sehari-harinya.
Di samping itu, setiap ilmu dapat memecahkan masalah
sehingga mencapai suatu kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan
kebenaran akhir yang abadi dan mutlak. Kemudian bahwa setiap
jawaban dalam masalah ilmu yang telah berupa kebenaran harus dapat
diuji oleh orang lain. Pengujiannya baik dengan pembenaran atau
penyangkalan. Hal lain juga bahwa setiap masalah dalam ilmu harus
dapat dijawab dengan cara penelaahan atau penelitian keilmuan yang
saksama, sehingga dapat dijelaskan dan didefinisikan.

21 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Dengan menilik persoalan keilmuan pada dasarnya masalah
yang terkandung dalam ilmu adalah selalu harus merupakan suatu
problema yang telah diketahuinya atau yang ingin diketahuinya,
kemudian ada suatu penelitian agar dapat diperoleh kejelasan tentunya
dengan mempergunakan metode yang relevan untuk mencapai
kebenaran yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya.( Abbas
Hamami Mintaredja, 1980 )
 Ciri-ciri pokok Ilmu pengetahuan menurut The Liang Gie (1987) :
1. Empiris: pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan
dan percobaan
2. Sistematis: berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai
kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan
ketergantungan dan teratur
3. Objektif: ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka
perseorangan dan kesukaan pribadi;
4. Analitis: pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan
pokok soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami
berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu;
5. Verifikatif: dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
 Beberapa ciri ilmu pengetahuan anatara lain, adalah :
1. Sains adalah logis (menggunakan formula berdasarkanlogika),
wajar, dan rasional.
2. Ilmu membuat klaim yang terdefinisi dengan baik berdasarkan
bukti terbaik yang tersedia.
3. Hipotesis ilmiah harus falsifable (sebab bila tidak falsifable
berarti tidak bias diperiksa kesalahan-kesalahannya, sehingga
belum bias dianggap sebagai sains)
4. Eksperimen ilmiah harus dapat diulang dalam kondisi yang
sama.
5. Ilmu memandang kesenjangan yang tidak dapat dijelaskan
dalam teori atau bukti dengan kecurigaan.

22 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
6. Ilmu membutuhkan perhatian baik dalam melakukan percobaan,
dan dalam memeriksa dan mengevaluasi bukti (hal ini terkait
dengan validitas dan reliabilitas)
7. Ilmu membutuhkan upaya objektivitas, baik pada control
variabel dan bias.
8. Sains tidak menerima kebetulan atau korelasi unlinked atau tidak
terbukti sebagai bukti.
9. Parsimoni atau kesederhanaan :bahwa penjelasan yang cukup
sederhana lebih disukai
 Pembatasan Ilmu Sains berarti membatasi Ilmu Sains dan Non Sains
1. Pembatasan ilmu sains dan non sains dilihat dari bidang kognitif
non ilmiah yang melibatkan hipotesis dan system prosedur yang
berarti bidang tersebut bias diusulkan, di uji, dan dievalusi.
2. Menurut paham positivism klasik. Sebuah pernyataan dianggap
(secara semantik) bermakna jika pernyataan itu dapat diuji; jika
tidak, maka pernyataan itu tidak masuk akal. Untuk dapat
membuktikan sebuah pernyataan sama saja untuk menemukan
pernyataan itu benar atau tidak, yang mensyaratkan kalimat itu
harus diuji secara empirik.

Bagan Perkembangan Sains

23 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
3. Karakteristik Bidang – bidang Ilmu
a. Mengkarakterisasi Bidang Ilmu
i. Pandangan Klasik Sains dinotasikan dengan Banyak items,
seperti:
1. Pernyataan-pernyataan individual
2. Problem
3. Metoda
4. Sistem pernyataan (teori dalam arti khusus)
5. Praktis keseluruhan (teori dalam arti luas)
6. Sekuen sejarah dari teori dan/ataupraktis (program
riset)
7. Bidang ilmu
8. Pendekatan paling komprehensip: dari banyak hal
dalam memandang bangunan sains seperti berdasar
kenyataan bahwa sains pada saat yang sama sains
merupakan body dari pengetahuan dan suatu system
dari personal termasuk aktivitasnya atau prakteknya,
dan karenanya merupakan sesuatu yang tidak dating
kedalam keberadaan ex nihilio, tetapi telah
dikembangkan berbad-abad dari suatu wadah
tercampur dari pengetahuan biasa, metafisis dan non-
atau sebagian pre-saintific inquiry.
b. Bidang Epistemik
Yaitu kelompok orang dan aktivitasnya, dimaksudkan untuk
memperoleh pengetahuandari beberapa jenis atau hal.
Bunge : 10 aspek dalam karakteristik bidang epistemik :
 The Group or Comunity (C) dari pencari ilmu (knowledge
seekers);
 The Society (S) yang memayungiaktivitas C;
 The Domain or univers of discourse (D) dari anggota C,
yaitu koleksi objek-objek factual atau fiksional dari anggota
C yang mengacu pada kajiannya;

24 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
 The Philosophical background or general outlook (G),
yang terdiri dari
o Ontology atau pandangan umum terhadap sifat sesuatu;
o Epistemology atau pandangan umum terhadapsi fatilmu;
dan
o Methodology, exiology and morality yang terkait dengan
cara sejati dalam memperoleh dan memperlakukan ilmu.
 The Formal background (F), koleksi logic atau asumsi
mathematical atau teori yang diambil untuk menjamin proses
inquiry;
 The Specifict background (B), koleksi item ilmu
(pernyataan, prosedur, methode, dsb) yang dipinjam dari
bidang epistemic lainnya;
 The Problematics (P), koleksi problematika yang terkait
dengan sifat, nilai atau kegunaan dari anggota D, juga
problema yang terkait dengan komponen yang ditabulasi di
sini seperti G atau F;
 The Fund of Knowledge (K), koleksi dari item pengetahuan
(proposisi, teori, prosedur, dsb) yang diperoleh oleh anggota
C saat ini atau terdahulu dalam perjalanan aktivitas kognitif
mereka;
 The Aims (A), yang merupakan goal kognitif, praktis, atau
moral yang mengikuti aktivitas spesifiknya;
 The Methodics (M), koleksimetoda (teknis) spesifik atau
umum yang digunakan oleh anggota C dalam inquirinya dari
anggota D.
Jadi, yang termasuk bidang epistemic menurut Bunge mencakup
sepuluh tupel di atas :
E ={C, S, D, G, F, B, P, K, A, M}

25 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
4. Bidang Ilmu Lain
A. Matematik
Matematik maupun logika formal dan semantic sering
disebut dengan ilmu sains formal.
1) Ada tiga karakter yang perlu diperhatikan (yang lainnya tidak
masalah):
1. Domain (D): Matematika murni tidak bekerja dengan objek
nyata.
2. Philosophical Backgraund (G): Matematik dapat bekerja
tanpa ontologirealisme. Sebagai logik yang netral secara
ontologi, matematik tidak menggunakan asumsi ontology
dari factual science, kecuali untuk prinsip lawfulness.
3. Methodics (M): Matematik tidak menggunakan hal empiris,
tetapi hanya metoda konseptual.
2) Perbedaan Matematik dengan bidang Ilmu Sains :
1. Acuan dari matematik merupakan objek abstrak.
2. Matematik tidak memerlukan theory kebenaran koresponden
dan karenanya bias dilakukan dengan teori kebenaran
koheren.
3. Gagasan test abilitas Matematik hanya hanya bias dilakukan
secara test abilitas konseptual, bukan secara empirik.
B. Teknologi
Teknologi diartikan sebagai desain sesuatu atau proses dari
tindakan individu atau kelompok manusia dengan bantuan
pengetahuan yang diperoleh dari ilmu sains dasar atau terapan.
 Macam – Macam Bidang Teknologi
o Biologi
o Psikologi dan Tehnologisosial
o Kedokteran
o Psikiatri
o Pedagogis
o Hukum

26 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
o Perencanaan Kota dan “Ilmusains” Manajemen
Untuk mengerti pemahaman sebenarnya apa itu teknologi
yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan (sebagaimana,
diuraikan dalam Tim Dosen Filsafat UGM Yogyakarta, 1996).
 Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah
kealaman (natural science) (Brinkma, 1971). Pengertian ini
adalah pengertian teknologi yang paling banyak digunakan
dalam berbagai lingkup kehidupan. Pernyataan teknologi
adalah penerapan ilmu dengan mudah dapat ditemukan pada
mimbar kuliah maupun pada pengerjaan proyek fisik.
 Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni
industrial (The Liang Gie,1982).
 Bunge menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan
yang dipilahnya menjadi empat cabang, yakni teknologi fisik
(misal: teknik mesin, teknik sipil ), teknologi biologis (
misal: farmakologi ), teknologi sosial (misal: risetoperasi),
teknologi pikir (misal: ilmu komputer).
 Feibleman memandang teknologi sebagai pertengahan
antara ilmu murni dan ilmu terapan, atau merujuk pada
makna teknologi sebagai keahlian. (The Liang Gie, 1982)
 Kalr Mark menggunakan istilah teknologi dalam tiga makna
yang berbeda, yakni sebagai alat kerja, pengajaran praktis
dari sekolah industrial, dan ilmu tentang teknik. (The Liang
Gie, 1982)
Dari Berbagai definisi diatas jelas terlihat beberapa pendapat, yakni,
1. Teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu,
2. Teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dengan
dikaitkan dengan aspek eksternal, yakni industri dan aspek
internal yang dikaitkan dengan objek material ilmu maupun
aspek murni terapan,
3. Teknologi merupakan keahlian yang terkait dengan realitas
kehidupan sehari – hari.

27 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Ada tujuh perbedaan antara ilmu dan teknologi menurut The Liang
Gie (1982), yaitu sebagai berikut.
 Teknologi merupakan suatu system adaptasi yang efisien
untuk tujuan yang telah ditertapkan sebelumnya. Tujuan
akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan masalah
material manusia, atau untuk membawa perubahan praktis
yang diimpikan manusia. Adapun ilmu bertujuan untuk
memahami dan menerangkan fenomena fisik, biologis, dan
dunia social maupun secara empiris.
 Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk
meningkatkan piker manusia, sedangkan teknologi
memusatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk
menambah kapasitas kerja manusia.
 Tujuan ilmu adalah memajukan kapasitas teknis dalam
membuat barang atau layanan.
 Abrams dan Layton merumuskan perbedaan ilmu dan
teknologi terkait dengan pemegang peran. Bagi dia ilmuan
diharapakan untuk mencari pengetahuan murni dan jenis
tertentu, sedangkan teknologi untuk tujuan tertentu.
Ilmuwan mencari tahu dan teknologi mengerjakan.
 Ilmu bersifat “supranasional” (mengatasibatas negara),
sedangkan teknologi harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan tertentu.
 Input teknologi berbagai jenis yaitu material ilmiah, daya
ilmiah, keahlian, teknik, alat, mesin, ilmu maupun
pengetahuan dari berbagai macam, misalnya akal sehat,
pegalaman, ilham, nutrisi, dan lain – lain. Adapun ilmu
adalah pengetahuan yang telah tersedia.
 Output ilmu adalah pengetahuan baru ,sedangkan teknologi
menghasilkan produk berdimensi 3.

28 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
5. Humaniora
Humaniora mempelajari tingkah laku dari individu atau
kelompok manusia. Humaniora atau ilmu budaya adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara membuat atau mengangkat manusia menjadi
lebih manusiawi dan berbudaya.
Menurut bahasa latin, Humaniora biasa disebut artesliberales
yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan
Yunani Kuno, humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika
dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang
bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup studi
agama, filsafat, seni, sejarah dan ilmu-ilmu bahasa.
Macam – macam bidang humaniora
1. Sastra dan kritik sastra
2. Musik
3. Sejarah
4. Studi Agama
5. Filsafat

5.1. Humaniora Sebagai ilmu


a. Ilmu Kedokteran
Lebih khusus dalam kaitan dengan pengembangan
ilmu dan teknologi, ialahiptekkedokteran. Kedokteran
adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah,
dan humaniora yang paling ilmiah (pellegrino, 1970).
Clauser (1990) berpendapat bahwa mempelajari
humaniora – sastra, filsafat, sejarah – dapat meningkatkan
kualitas pikir (qualities of mind) yang diperlukan dalam ilmu
kedokteran. Kualitas piker tidak lagi terfokus pada hal-hal
hafalan, materi baku, konsep mati, tetapi ditingkatkan dalam
hal kemampuan kritik, perspektif yang lentur, tidak terpaku
pada dogma, dan penggalian nilai-nilai yang berlaku
didalam ilmu kedokteran.

29 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga
profesi. Pengembangan profesi cenderung mengkotak-
kotakkan pada bidang spesialisasi.
1. Aplikasi Humaniora di dalam Ilmu Kedokteran
a. Praktek Kedokteran
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pendidikan Kedokteran
d. Penelitian
2. Dasar Pengaplikasiannya
a. Pemisahan antara Jasad dan Jiwa
b. Pemisahan antara Pencegahan dan Pengobatan
c. Penghambatan diri terhadap Teknologi Modern
d. Berlebihan dalam mengejar Spesialisasi
e. Perbedaan dalam tingkat pelayanan kesehatan
b. Humaniora Medis
Humaniora medis merupakan bidang inter disiplin
medis dimana termasuk humaniora (literatur, filosofi, etika,
sejarah dan bahasa), ilmusosial (antropologi, studibudaya,
psikologi, sosiologi), dan seni (literatur, teater, film dan seni
visual) dan aplikasinya terhadap edukasi dan praktek medis.
Humaniora dan seni memberikan pengertian yang
dalam tentang kondisi manusia, penderitaan, kemanusiaan
dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan
perspektif sejarah dalam praktek medis.
5.2. Humaniora Sebagai Teknologi
M.T.Zen (2000, 97) abad ke-21 ini dunia dikuasai 3
bidangteknologi, yaitu :
1. Teknologi informasi
Teknologi informasi terkait dengan kemajuan di bidang
pertelevisian, internet, handphone yang memudahkan
penyampaian dan penerimaan informasi dalam akselerasi
yang luar biasa.

30 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
2. Bio-teknologi
Bioteknologi terkait dengan pemanfaatan di bidang
peternakan, pertanian, kedokteran dan teknologi kloning
yang memanipulasi gen.
3. Teknologi nano.
Teknologi nano ialah memanipulasi struktur molekul dengan
memanipulasi atom-atom menjadi molekul-molekul.
5.3. Humaniora Sebagai Ilmu
a. Humaniora dan Nilai Kemanusiaan
Unsur kemanusiaan (humaniora) mencakup manusia
sebagai makhluk budaya dan nilai kemanusiaan, melingkupi
kajian-kajian :
1. Hakikat manusia sama (universal)
2. Kebutuhan hidup manusia
3. Sikap dan perilaku manusia
4. Kehidupan manusiawi dan tidak manusiawi
5. Upaya-upaya memanusiakan manusia
b. Humaniora dan Agama
semula humaniora mencakup didalamnya juga
agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak William caxton
(1422-1491) (encycl britt, 1973) agama dipisahkan dari
humaniora mempercayai dan ya kekuatan supranatural
merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama diturunkan kepada
manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusannya.
Penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi adalah
upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk menjaga
tercapainya tujuan tersebut, perluhal tersebut dijaga, dikoridori
oleh nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama. Para
agamawan/ruhaniawan tidak seharusnya terpaku pada kaidah-
kaidah klasik dan baku, dalam mengantar, mengawal,
perkembangan ilmu dan teknologi agar benar-benar bermanfaat
bagi manusia. Agama (islam) membuka pintu kajian-kajian

31 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
terhadap rancangan, hasil, dan pemanfaatan dari pengembangan
iptek. Pintu tersebut adalah ijtihad.
6. Seni
Seni adalah segala sesuatu yang dibuat orang: lukisan, musik,
tarian, sastra. Dalam lingkungan akademis, "seni" mengacu pada studi
lanjutan dari praktik bidang-bidang tersebut, dan studi ketat tentang
bidang-bidang tersebut.
Lebih khusus, "seni" biasanya merujuk pada tigahal: seniplastik
(misalnya, senipahat), senidekoratif (misalnya, melukis, menggambar),
dan seni pertunjukan(misalnya, tari, musik, teater). Secara nominal,
definisi ini harus mencakupa rsitektur dan sastra, tetapi untuk alasan
yang tidak terlalu menarik, ini biasanya independen dan bertempat di
tempat lain.
7. Protosains
Protosains adalah suatu bidang studi yang tampak sejalan
dengan faseawal metodei lmiah dengan pengumpulan informasi dan
formulasi hipotesis,
Tetapi melibatkan spekulasi bahwa bidang tersebut belum
dibuktikan secara eksperimen maupun belum diverifikasi atau diterima
berdasarkan konsensus ilmuwan. Protosains dibedakan dengan berbagai
bentuk spekulasi lain karena pembentukannya diupayakan untuk tetap
sejalan dengan semua bidang riset ilmiah yang berhubungan lainnya
untuk dapat dibuktikan sesegera mungkin.
Makna lain memperluas gagasan ini hingga saat ini, dengan
protoscience menjadi bidang studi baru yang masih belum sepenuhnya
ilmiah, tetapi kemudian menjadi ilmu yang tepat. [1] Contohnya adalah
teori relativitas umum , yang dimulai sebagai protosains (sebuah karya
teoretis yang belum pernah diuji), tetapi kemudian diverifikasi secara
eksperimental dan menjadi sepenuhnya ilmiah. Protosains dalam
pengertian ini dibedakan dari pseudosains dengan kesediaan yang tulus
untuk diubah melalui bukti baru, sebagai lawan dari memiliki teori yang

32 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
selalu dapat menemukan cara untuk merasionalkan keyakinan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Istilah prescientific berarti pada akar "berkaitan dengan era
sebelum sains ada". Misalnya, pengobatan tradisional sudah ada sejak
ribuan tahun sebelum ilmu kedokteran ada, dan dengan demikian
banyak aspek darinya dapat digambarkan sebagai prakiraan. Dalam arti
yang terkait, topic protosains (seperti alkimia zaman Newton) dapat
disebut protosains, dalam hal ini proto- dan pra- label dapat berfungsi
kurang lebih sinonim

8. Bidang – bidang Bukan Ilmu


Bidang-bidang yang bukan merupakan ilmu disebut juga dengan
‘pseudosains’, pseudosains adalah bentuk dari non-ilmu, bidang-bidang
yang bukan ilmu yang pelakunya secara langsung atau tidak langsung
berpura-pura melalukan bidang keilmuan Karakter dari pseudosains.

Empat tipe dari pseudosains menurut Kuipers:


1. Dalampseudosains, pemikiran korelasi ilmiah digantikan
dengan kemiripan pemikiran yang kuno atau primitive.
2. Hal-hal empiris dalam hal menguatkan atau tidak diabaikan.
3. Para pelaku secara jelas menggunakan teori alternative .

33 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
4. Teori-teori yang digunakan tidak sederhana dan berisi banyak
hipotesis tertentu guna mendukung ide mereka Dan tidak ada
kemajuan dalam hal mendoktrin dan aplikasinya.
Sedangkan Grove memberikan empat ciri dari pseudosains
1. Kurangnya kerangk ateori yang teruji secara independen dalam
hal mendukung, menyambungkan, dan menjelaskan ide mereka.
2. Kurangnya peningkatan.
3. Biasanya pseudoisains menyusun kerangka yang sedemikian
rupa agar bias bertahan dari bukti-bukti yang menjatuhkan,
dalam kata lain tidak bias dibantah.
4. Tidak hanya tidak terbantahkan tetapi juga mereka adalah
‘perlawanan total dalam segala kritik’
Menurut Lugg pseudosains, banyak melakukan banyak kekurangan
yang kompleks dalam hal teoori, metode, dan teknik. Dalam analisisnya
Derksen mengklasifikasikan tujuh kesalahan tingkah laku dari
pseudoscientist.
a. Kelangkaan bukti yang layak.
b. Belum ditemukannya pengebalan.
a. Ketidaksengajaan yang luar biasa. Mereka menganggap bahwa
premis yang hebat adalah kejadian yang tidak disengaja.
b. Metode magic. Mereka selalu mempunyai metode magic sebagai
alat dalam mengeneralisasikan semua data yang mereka butuhkan.
c. Wawasan yang memprakarsai. Hanya orang dengan latihan yang
khusus yang dapat melakukan penelitian yang layak. Oleh karenaitu,
seorang peneliti harus mengatasi pra anggapan agar bisa
mendapatkan ilmu pengetahuan dan memberi wawasan dalam ilmu
yang diberikan.
d. Menjelaskan semua teori. Sebagai contoh, sebuah teori harus bisa
menjelaskan apapun yang terjadi.
e. Keinginan yang tidak kritis dan berlebihan. Berlebihan disini
menunjukkan besarnya reabilitas atas pengetahuan mereka tanpa
didukung oleh bukti.

34 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Kuipers tidak menggunakan istilah ini sebagai penggunaan yang
normatif tetapi hanya menjadi alternative dalam membedakan bidang
non ilmiah dengan keinginan yang ilmiah dengan pengetahuan yang
palsu

Contoh standar dari teori atau praktek pseudosains;

1. Parapsikologi
2. Kreasionisme Ilmiah dan Design Intelegitas
3. Psikoanalisis
4. Astrolgi
5. Cryptozoolog
6. Ufolofy
7. Dӓniken’sarkeologi
8. Afrocentric

9. Parasains

Parasains dalam arti sempit tidak mengklaim sebagai ilmu, tetapi


hanya menggunakan teori tradisional dalam hal tertentu. Contohnya,
pengobatan tradisional Cina yang menggunanakan teori ‘biologi’ dari
energy kehidupan qi yang mengalir di titik meridian tubuh. Teori Indian
chakras yang mengatakan bahwa tubuh manusia berisi ribuan pusat
energi (chakras) yang dapat dipengaruhi dengan cara meditasi (tantra).
Dan juga reinkarnasi.

Contoh dari bio-medical pseudoteknologi:

1. Homeopathy
2. Chiropractic
3. Iridology
4. Biorhythmology

Kandidat dari psikologikal pseudoteknologi:

1. Psychoanalytical
2. Neurolinguistic program

35 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
3. Kinesiology terapan

Sebaiknya parateknik, contohnya, menghasilkan bidang yang


tidak didasarkan dar pseudosains tetapi pada beberapa parasains yang
terbaik (dalam arti sempit) :

1. Pengobatan Alternatif
2. Magic
3. Voodoo
4. Menggunaakn alat seperti, membaca telapak, tarot, I Ging.

Bagaimana dengan pseudo-parahumanities? Karena tidak


adanya konstitusi yang positif dan mengkarakteristikan yang mendalam
terhadap pseudo dan parahumanities, berikut adalah contohnya :

1. Pseudohumanities
2. Anthoposophy
3. Theology
4. Irrationalist Philosophy
5. Budaya postmodern

Hanya sedikit penulis yang berani mempertanyakan apakah


theology pseudosains, atau pseudophilosophy. Theology berbeda,
karena lingkup dari para theologist adalah ilmu sosial dan humaniora.
Dalam bekerja contohnya dalam bidang :

1. Analisis Text
2. Perbedaan Agama
3. Sosiologi Agama

Karakteristik Bidang – bidang Parasains

1. Komunitas C
Menghadapi parasains, kita hahrus menyelidiki apakah adakah
kelanjutan dari komunitas penelitian yang sebenarnya atau hanya
orang – orang yang sesat.

36 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
2. Masyarakat
Masyarakat sekitar paling tidah harus mentoleransi kegiatan seperti
yang diatas
3. Domain
Domain dari parasains mengandung keragu – raguan, seperti energy
misterius atau getarann, yang susah dideteksi.

RANGKUMAN_______________________________________
Dari uraian diatas bahwa ada dua pembatasan nya itu ilmu dan bukan ilmu
dan pengetahuan yang dapat dipercata dan pengetahuan yang ilusi.
Penyelidikan dan standarisasi bukti dan alasan yang layak juga ada diluar
bidang ilmu. Contohnya, tidah hanya filosofer yang berargumentasi tentang
kasusnya tetapi juga seorang polisi yang sedang menangani kasus harus tau
bukti mana yang benar dan salah. Karena dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan sudah jelas berdasarkan langkah – langkah epistomologi,
sehingga pembatasan antara ilmu pengetahuan dan ilusi adalah hal yang lebih
penting dibandingkan pembatasan ilmu dan bukan ilmu. Kenyataan banyak
orang yang sulit memahami konsep, teori dan metode ilmiah yang
menyebabkan hal yang tidak masuk akal dan umum menjadi lebih diterima.
Jika pemikiran ilmiah lebih menekankan pada hal yang umum, maka ini
adlaah tugas dari para filosofi yang memberutahukan kepada kita bagaimana
kognitif ilmiah dan pengetauan berbeda dengan kognitif non ilmiah dan
pengetahuan

37 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
TES FORMATIF 2___________________________________
A. Pilihan Ganda
1. Ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam komponen, yaitu
masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas
(activity), kesimpulan (conclussion) dan pengaruh (effect). Dari
pernyataan berikut merupakan pengertian ilmu menurut pendapat
para ahli yaitu…
a. Bahm (dalam koentowibisono, 1997)
b. The Liang Gie (1987(
c. Dalton, dkk
d. Cornelius Benjamin
e. Doed Joesoes (1987)
2. Apa yang termasuk ciri – ciri pokok ilmu pengetahuan menurut The
Liang Gie?
a. Subyektif
b. Irasional
c. Sistematis
d. Nonempiris
e. Simpatik
3. Apa yang termasuk bukan ilmu?
a. Matematika
b. Teknologi
c. Protosains
d. Pseudosains
e. Fisika
4. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai metode sendiri dalam
melakukan kajian ilmiah. Setelah metode berasal dari bahasa
Yunani, yaitu methods yang berarti…
a. Sistem
b. Cara
c. Sasaran

38 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
d. Intisari
e. Rangkaian
5. Dibawah ini yang bukan bidang humanoira adalah…
a. Musik
b. Sejarah
c. Studi agama
d. Filsafat
e. Sains
B. Esai
1. Mengapa tidak semua pengetahuan merupakan ilmu?
2. Sebutkan 3 karakter yang perlu diperhatikan dalam matematika
bidang ilmu lain yaitu?

Cocokkanlah jawaban anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatis yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar.
Kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Tingkat Penguasaan = (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 = Baik Sekali

80 – 89 = Baik

70 – 79 = Cukup

<70 = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, anda dapat meneruskan


dengan modul selanjurnya. Bagus! Jika masih dibawah 80, anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

39 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1

A. Pilihan Ganda
1. E
2. A
3. B
4. A
5. C
B. Esai
1. Reduksi Fenomenologi, Reduksi Eidetis, Reduksi Transdental
2. Adanya keparalelan yang signifikan dalam aspek metode sains dan
agama, kesamaan pada upaya pencarian sebuah pandangan dunia
yang terintegrasi, munculnya apa yang disebut dengan “a theology
of nature” dan temuan pandangan baru yang bersifat sintifik
3. Eidos

TES FORMATIF 2

A. Pilihan Ganda
1. A
2. C
3. D
4. B
5. E
B. Esay
1. Karena ilmu berasal dari pengetahuan namun belum tentu itu ilmu,
karena ilmu itu adalah pengatahuan yang sudah diuji, tapi
pengetahuan itu tidak / belum diuji semuanya karena pengetahuan
itu dapat berasal dari keingintahuan manusia dan terus berkembang
namun belum diuji
2. 3 karakter yang harus di perhatikan dalam matematika dibidang ilmu
lain, yaitu:

40 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
a. Domain (D)
Matematika murni tidak bekerja dengan obyek mata
b. Philosophical Background (G)
Matematik dapat bekerja tanpa ontologirealisme. Sebagai logik
yang netral secara ontologi, matematika tidak menggunakan
asumsi ontology dari faktual sains, kecuali prinsip layfulness.
c. Methodics (M)
Matematika tidak menggunakan halempiris, tetapi hanya metoda
konseptual.

41 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, Dwi. "Refleksi Aktualitas Fenomenologi Edmund Husserl Dalam
Filsafat Kontemporer." Jurnal Filsafat 1.1 (1997): 37-57.
Harianto,Surya.2015. Edmund Husserl Sadar.
https://www.kompasiana.com/raiyenryan/552fef096ea834b36b8b45cf/edmund-
husserl-sadar ( Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020 )
Muhaya,Abdul.2015. UNITY OF SCIENCES ACCORDING TO AL-GHAZALI.
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/281 ( Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2020 )
Kusmayadi,E,Dedi.2015. Ilmu tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh.
https://www.kompasiana.com/dediekusmayadi/55005a9c813311d019fa7727/ilmu
-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu-lumpuh.( Diakses pada tanggal 10 Oktober
2020 )
https://www.kompasiana.com/wildafaiz/573c7c89f07e61700a9cb468/ilmu-
pengetahuan-dalam-filsafat?page=2

https://presmarymethuen.org/id/dictionary/what-is-the-difference-between-arts-
humanities-and-social-sciences/

http://asyaeful18.blogspot.com/2015/03/pembatasan-ilmu-sains-dan-non-
sains.html?m=1

https://www.researchgate.net/publication/332014553_HUBUNGAN_ANTARA_FILSAFAT
_DENGAN_ILMU

https://id.wikipedia.org/wiki/Protosains

https://id.wikipedia.org/wiki/Humaniora

42 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
MODUL 3
HAKEKAT ILMU DAN ONTOLOGI

KEGIATAN BELAJAR 1
HAKEKAT ILMU

DISUSUN OLEH:
1. Rika Safitri (1501620018)
2. Ferdimansyah (1501620027)
3. M. Luthfi Yusrizal (1501620043)

KEGIATAN BELAJAR 2
ONTOLOGI : HAKEKAT APA YANG DIKAJI

DISUSUN OLEH:
1. Andi Setiawan (1501620002)
2. Jasmine Ramadhanty (1501620006)
3. Gladis Nurfatimah (1501620048)

43 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
PENDAHULUAN_____________________________________

M odul ini akan membahas ruang lingkup filsaat yang nantinya akan
memberikan pemahaman komprehensif terhadap hakekat ilmu dan ontologi
ilmu. Pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul ini merupakan hal yang
sangat mendasar untuk kita ketahui agar pokok – pokok bahasan dalam modul –
modul selanjutnya dapat segera kita pahami dengan mudah.

Tujuan umum dari modul ini adalah agar kita mampu menjelaskan ruang
lingkup filsafat, sedangkan tujuan khusus dari pembahasan dalam modul ini adalah
agar kita dapat :

1. Memahami apa itu hakikat ilmu.


2. Memahami ontologi ilmu pengetahuan dalam persfektif filsafat ilmu.
3. Memahami epistimologi ilmu pengetahuan dalam persfektif filsafat ilmu.
4. Memahami aksiologi ilmu pengetahuan dalam persfektif filsafat ilmu.
5. Mengetahui definisi ontologi.
6. Mengetahu tafsiran metafisika.
7. Mengetahui asumsi dan peluang.
8. Mengetahui asumsi dalam penelitian.
9. Mengetahui batas-batas penjelajahan.
Perlu kita ketahui bahwa filsafat sebaiknya dipahami sebagai kajian yang
sangat mendasar untuk membantu kita dalam melakukan proses berpikir sebab apa
yang kita pikirkan merupakan konsep dasar keberadaan hidup kita sehari – hari.
Mari kita pelajari modul ini dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat kita
pahami sebagai pengetahuan dan ilmu untuk kita gunakan dalam kehidupan kita
sehari – hari. Disamping itu, juga sebagai upaya untuk menciptakan sosial yang
bijak pula atas segala masalah yang kita hadapi sehari – hari.
Modul ini dibagi menjadi 2 kegiatan belajar, sehingga anda dapat dengan
lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul
ini.
Kegiatan Belajar 1 : Hakekat Ilmu
Kegiatan Belajar 2 : Ontologi : Hakekat apa yang dikaji

44 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Terakhir, berikut adalah beberapa anjuran agar kita dapat mencapai tujuan
umum dan khusus dari pembelajaran dalam modul ini
1. Tumbuhkanlah minat baca dengan cara membaca bagian pendahuluan
secara antusias dengan tujuan untuk memahami gambaran instruksi secara
umum dalam modul ini
2. Bacalah dengan santai materi – materi yang disajikan dalam tiap kegiatan
belajar karena di dalamnya terdapat beberapa harta pengetahuan yagn dapat
kita ambil.
3. Saat menemukan hal – hal yang sukar dipahami, luangkanlah waktu untuk
mendiskusikan hal – hal tersebut dengan sahabat – sahabat terbaik dan
dosen yang mengampu mata kuliah ini.
4. Saat mengerjakan tes formatif pada tiap bagian akhir kegiatan belajar,
pahamilah bahwa tes – tes formatif tersebut pada dasarnya tidak bertujuan
secara mutlak untuk menilai sejauh mana pemahaman kita. Tujuan kita
mengerjakan tes – tes formatif tersebut hanya untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman kita saat ini saja. Oleh karenanya, kita dapat mengerjakan
tes – tes tersebut secara berulang – ulang dengan menerapkan anjuran –
anjuran yang pertama sampai terakhir. Kunci jawaban yang diberikan dapat
kita gunakan sesaat setelah mengerjakan tes – tes tersebut hanya untuk
membandingkan jawaban kita sendiri dengan kunci jwaban tersebut.
Berpikirlah bahwa kesalahpahamana dalam proses pembelajaran adalah hal
yang wajar saja.

Selamat Belajar dan Tetap Semangat!

45 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
KEGIATAN BELAJAR 1

HAKEKAT ILMU

I lmu dan manusia merupakan suatu yang sangat erat kaitannya. Oleh karena itu
berpikir mencirikan hakikat manusia dan karena berpikirlah dia menjadi
manusia. Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan atau pun ilmu. Ilmu dan pengetahuan mempunyai hubungan yang
sangat erat.

Ilmu merupakan usaha kita untuk menemukan dan meningkatkan


pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan yang terjadi di alam manusia.
Jika seseorang yang ingin berilmu maka perlu memiliki pengetahuan. Ilmu
merupakan suatu pengetahuan yang disusun secara bersistem. Sedangkan,
pengetahuan adalah informasi yang di dapat untuk memperoleh pemahaman ,
pembelajaran dan pengalaman. Pengetahuan adalah hasil “tahu” melalui panca
indera manusia : Indera penglihatan, pendengaran , penciuman , rasa dan raba.

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari pengetahuan
manusia yang harus benar-benar dihargai. Untuk dapat menghargai ilmu
pengetahuan tersebut, seseorang dituntut untuk mengerti hakikat ilmu pengetahuan.
Karena ilmulah yang akan menunjukkan sebuah kebenaran hakiki. Dari latar
belakang diatas maka dalam pembahasan makalah ini akan menjelaskan tentang
hakikat ilmu.

46 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
A. DEFINISI HAKEKAT ILMU
Definisi Kakekat ilmu terdiri dari dua kata yang berbeda. Masing-
masing memiliki makna kata yang berbeda. Kata hakekat secara etimologis
berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan inti
dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat
berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat
Yunani terdapat nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat
segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti
segalanya. Semua hal meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka
ragam, namun intinya adalah satu yaitu air. Hakikat dapat juga dipahami
sebagai inti-sari, bisa pula berupa sifat-sifat umum dari pada sesuatu
tertentu.
Adapun kata ilmu (science) diartikan sebagai pengetahuan yang
didapat secara ilmiah, atau bisa di sebutkan bagian dari pengetahuan. Jadi,
makna kata hakekat ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendasari
atau yang menjadi dasar dari arti atau makna dari ilmu tersebut. Hakekat
Ilmu dapat juga diartikan inti-sari dari ilmu tersebut. Untuk lebih jelasnya
tentang pengertian ilmu, dibawah ini akan kemukakan oleh beberapa ahli
filsafat ilmu.
Menurut The Liang Gie (1996:88), ilmu sebagai pengetahuan,
aktivitas, atau metode merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu
merupakan rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan metode
tertentu yang akhirnya metodis itu menghasilkan pengetahuan ilmiah.
Menurut W. Atmojo (1998:324) ilmu ialah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(Pengetahuan) itu. Menurut Lewis White Beck Filsafat ilmu itu
mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta
mencoba menerapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu
keseluruhan. Menurut Cornelius Benjamin Filsafat Ilmu merupakan cabang
pengetahuan filsafat yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu,

47 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan peranggapan-peranggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
Sedangkan menurut Sumarna (2006: 153), ilmu dihasilkan dari
pengetahuan ilmiah, yang berangkat dari perpaduan proses berpikir deduktif
(rasional) dan induktif (empiris). Jadi proses berpikir inilah yang
membedakan antara ilmu dan pengetahuan. Menurut J.S. Badudu
(1996:528), ilmu adalah: pertama, diartikan sebagai pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara sistematis; contoh: ilmu agama,
pengetahuan tentang agama, ilmu bahasa pengetahuan tentang hal ikhwal
bahasa. Kedua, ilmu diartikan sebagai “kepandaian” atau “kesaktian”
B. JENIS – JENIS PENGETAHUAN
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
1. Pengetahuan langsung (immediate)
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang
hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum
realis (penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti
itu. Umumnya dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu
sebagaimana adanya, khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-
realitas yang telah dikenal sebelumnya seperti pengetahuan tentang
pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu manusia. Namun,
apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali
belum pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita langsung
mengenalnya sebagaimana hakikatnya?. Apabila kita sedikit
mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah
demikian adanya.
2. Pengetahuan tak langsung (mediated)
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi
dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang
kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran dan pencerapan pikiran kita.

48 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
3. Pengetahuan indrawi (perceptual)
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih
melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu
pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran
melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa
diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media
indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto
dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra
tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-
objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata,
telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda
partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti
adat istiadat). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa
pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan melalui indra-indra
lahiriah.
4. Pengetahuan konseptual (conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan
indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu
konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal
tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi
saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara
keduanya merupakan aktivitas pikiran
5. Pengetahuan partikular (particular)
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-
objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita
membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini
berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
6. Pengetahuan universal (universal)
Pengetahuan yang meliputi keseluruhan yang ada, seluruh
hidup manusian misalnya; agama dan filsafat.

49 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Jenis-jenis pengetahuan ditinjau dari sudut bagaimana
pengetahuan itu diperoleh, bukan pada bahasan value atau nilai dari
pengetahuan tersebut antara lain:
7. Pengetahuan biasa (common sense)
Pengetahuan biasa (common sense) Pengetahuan yang
digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui
seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Seorang yang
dulunya belum tahu tentang cara belajar sesuatu hal dan setelah melalui
suatu proses seseorang tahu tentang sesuatu hal tersebut, maka orang
tersebut disebut memiliki pengetahuan biasa. Dalam bahasa lain disebut
sebagai pengetahuan yang dimiliki dengan kadar sekedar tahu.
Memenuhi faktor ketidaktahuannya.
8. Pengetahuan ilmiah atau Ilmu pengetahuan
Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, pengetahuan yang diperoleh
dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin
mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi
masih berkisar pada pengalaman. Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu
(Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan
dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari
yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan
menggunakan berbagai metode. Dari pengetahuan tentang misal hewan
komodo yang sekedar tahu, kemudian menggunakan beberapa langkah
dan metode yang jelas untuk mengetahui lebih dari sekedar tahu, dan
dilakukan secara sistematis maka orang yang mengetahui dan
memahami secara mendalam tentang hewan komodo tersebut dan
disebut sebagai pengetahuan ilmiah tentang hewan komodo. Dalam
batasan ini, seseorang yang memiliki pengetahuan ilmiah atau ilmu
pengetahuan, maka semua proses yang dilewatinya jika dilakukan oleh
orang lain akan memiliki pengetahuan yang sama dengan yang
dimilikinya. (Syarat Ilmiah). Sebagian yang mendefinisikan
pengetahuan sebagai sebuah ilmu. Ilmu merupakan suatu metode
berfikir secara objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan

50 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi,
eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai
dari fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran
logik dan netral.
9. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat, pengetahuan yang tidak mengenal batas,
sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki
sampai diluar dan diatas pengalaman biasa. Pengetahuan Filsafat
biasanya berkenaan dengan hakikat sesuatu (transenden) sehingga
kadang perbincangannya seputar hal-hal yang abstrak terhadap
banguan sebuah pengetahuan. Objek pembahasannya selalu
mengedepanan aspek ontologi, epistimologi dan aksionlogi.
Pembahasan tentang Pengetahuan Filsafat akan di uraikan pada
postingan tentang Hakikat Filsafat.
10. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh
dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosul-Nya yang bersifat mutlak dan
wajib diikuti para pemeluknya. Dengan menjadikan ajaran agama
sebagai tolak ukur kebenaran, maka pengetahuan agama sangat sarat
dengan nilai baik dan buruk, benar dan salah. Sepanjang pengetahuan
itu tidak bertentangan dengan ajaran yang tertuang dalam kitab yang
diperpegangi, maka pengetahuan itu dianggap benar.

51 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
C. FUNGSI DAN ARAH FILSAFAT ILMU
1. Untuk membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu
atau asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung
jawabnya secara sistematis dan historis.
2. Sebagai kritik ideologi, artinya kemampuan menganalisis secara
terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi agama, ideologi, dan
pandangan dunia. Atau dengan kata lain mendeteksi berbagai
masalah kehidupan. Sebagai dasar metodis dan wawasan lebih
mendalam dan kritis dalam mempelajari studi-studi ilmu khusus.
3. Dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan
intelektual pada umumnya da khususnya di lingkungan akademis.
4. Memberikan wawasan lebih luas dan kemampuan analitis dan kritis
tajam untuk bergulat dengan masalah-masalah intelektual, spiritual,
ideologis.
D. SIFAT ILMU PENGETAHUAN
Selama manusia memiliki rasa ingin tahu, pengetahuan manusia
akan terus berkembang. Akan tetapi, tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu. Ada beberapa criteria yang mesti dipenuhi supaya pengetahuan
tersebut layak dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Selain memiliki
unsur-unsur ilmu pengetahuan, harus juga memiliki sifat-sifat yang wajib
diketahui, diantaranya:
1. Rasional. Ilmu pengetahuan didasarkan atas kegiatan berpikir secara
logis dengan menggunakan rasio (nalar) dan hasilnya dapat diterima
oleh nalar manusia.
2. Objektif. Kebenaran yang dihasilkan ilmu itu merupakan kebenaran
tentang pengetahuan yang jujur, apa adanya sesuai dengan kenyataan
objeknya. Objek dan metode ilmu tersebut dapat dipelajari dan diikuti
secara umum. Kebenaran itu dapat diselidiki dan dibenarkan oleh ahli
lain dalam bidang ilmu tersebut.
3. Empiris. Kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui
pemeriksaan dan pembuktian panca indra, serta dapat diuji

52 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kebenarannya dengan fakta. Hal ini yang membedakan antara ilmu
pengetahuan dengan agama.
4. Akumulatif. Ilmu dibentuk dengan dasar teori lama, yang
disempurnakan, ditambah, dan diperbaiki sehingga semakin sempurna.
Ilmu yang dikenal sekarang merupakan kelanjutan dari ilmu yang
dikembangkan sebelumnya.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BERPIKIR SECARA
KEILMUAN
Ilmu dan anak kandungnya yang disebut spesialisasi, mesti dilihat
dalam kelebihan dan kekurangan manusia, sehingga ilmu dan spesialisasi
tersebut tidak seolah-olah didewa-dewakan (tanpa cacat), juga sebaliknya
tidak diabaikan dengan berbagai alasan yang keliru. Kepicikan semacam
itu, merupakan cermin keterbatasan memahami hakikat kedalaman,
keluasan, dan jangkauan (keterbatasan) pemikiran itu sendiri. Filsafat
hendak menunjukkan bahwa mereka yang ingin mendapatkan kepuasan dari
berpikir, harus menganggap berpikir sebagai sebuah nilai (value) dan
petualangan yang mengasikkan, bukan sebagai suatu beban atau kuk yang
memperbudak diri dan kemanusiaan itu sendiri.
Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa kekuatan fisik manusia
boleh lemah dan hancur tetapi pikiran manusia tetap hidup dan menang
karena pikiran, pada dirinya, memiliki nilai-nilai keluhuran. Daya
pemikiran manusia akan menemukan jalan keluar dari kekacauan,
kejahatan, dan perbudakan penderitaan. Selalu ada saja para pemikir dan
peneliti yang mengembangkan warisan pemikiran sebelumnya atau
berusaha menemukan pemikiran-pemikiran baru yang lebih memadai
baginya. Seorang filsuf, Gilbert Highet mengatakan: “Perjalanan pikiran
manusia yang penting inilah, telah membawa manusia keluar dari
kebiadaban ke arah peradaban dan kebijkasanaan, dan akan lebih lanjut
membawa kita ke sana”.
Artinya, kelebihan pemikiran keilmuan adalah membantu manusia
untuk menyingkap berbagai misteri kehidupan secara luas dan mendalam.
Pemikiran keilmuan sekaligus membantu manusia untuk menangani dan

53 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
menyiasati aneka realitas yang mendeterminasi kehidupannya, sehingga
menjadi realitas yang menunjang kemanusiaannya, dalam sebuah tugas
peradaban. Pemikiran keilmuan membantu menyingkap keluhuran manusia
dalam menemukan jalan keluar dari berbagai lingkaran kejagatan
kebodohan dan kemiskinan.
Meskipun demikian, orang pun harus kritis dalam membangun
pemikiran keilmuan, segingga tidak mendewa-dewakan pemikiran dan lupa
bahwa ilmu adalah buatan manusia, bukan ciptaan malaekat. Ilmu, sebagai
buatan manusui, tidak dapat menyelesaikan segala hal karema tidak semua
masalah kehidupan dapat dipecahkan dengan ilmu. Ilmu mengandung
pengandaian-pengandaian yang juga terbatas, baik dari sisi jangkauan
pemikiran ilmuwan maupun dari sisi keterbatasan metodenya atau
kelengkapan.

RANGKUMAN_______________________________________
Filsafat adalah pengetahuan tentang kearifan dan prinsip-prinsip
mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak
terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Filsafat
ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan
cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat
kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum
menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga
mengenai logika dan metodologi.
Dalam hakekat ilmu terdapat beberapa jenis pengetahuan yakni
Pengetahuan langsung (immediate), Pengetahuan tak langsung (mediated),
Pengetahuan indrawi (perceptual), Pengetahuan konseptual (conceptual),
Pengetahuan partikular (particular), Pengetahuan universal (universal),
Pengetahuan biasa (common sense), Pengetahuan ilmiah atau Ilmu
pengetahuan, Pengetahuan filsafat, Pengetahuan agama.

54 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF 1__________________________________

A. Pilihan Ganda
1. Berikut ini adalah penjelasan dari Haikat, kecuali?
a. Terang
b. Yakin
c. Pengetahuan
d. Sebenarnya
e. Inti
2. “Ilmu dihasilkan dari pengetahuan ilmiah, yang berangkat dari
perpaduan proses berpikir deduktif (rasional) dan induktif
(empiris). “.
Siapakah yang menjelaskan ilmu berdasarkan kutipan tersebut?
a. The Liang Gie
b. W. Atmojo
c. Camilo Golgi
d. Sumarna
e. J.S.Badudu
3. Berikut adalah Sifat-Sifat Ilmu Pengetahuan, kecuali?
a. Nyata
b. Subjektif
c. Akumulatif
d. Logis
e. Objektif
4. “Pengetahuan hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir
serta pengalaman-pengalaman yang lalu.”
Kutipan tersebut pengertian dari jenis pengetahuan?
a. Pengetahuan Agama
b. Pengetahuan Filsafat
c. Pengetahuan Langsung
d. Pengetahuan Indrawi

55 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
e. Pengetahuan tak Langsung
5. “Pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari
adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar
dan diatas pengalaman biasa” merupakan pengertian dari?
a. Pengetahuan universal
b. Pengetahuan konseptual
c. Pengetahuan filsafat
d. Pengetahuan Ilmiah
e. Pengetahuan biasa
B. Esai
1. Sebutkan 5 dari 10 jenis pengetahuan?
2. Sebukan fungsi dan arah filsafat ilmu?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.

Tingkat Penguasaan : (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali


80-89 = Baik
70-79 = Cukup
<70 = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

56 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 2

ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI

P ada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-halyang


berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakanupaya
pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (IlmuPengetahuan/Sains), baik itu ciri
substansinya, pemerolehannya, ataupunmanfaat ilmu bagi kehidupan manusia.
Pengkajian tersebut tidak terlepasdari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam
bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan
danpendalaman yang dilakukan oleh para ahli

A. PENGERTIAN ONTOLOGI
Istilah ontologi berasal dari kata Yunani onta yang berarti sesuatu
yang sunguh-sungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang
berarti teori atau ilmu. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran
tentang keberadaan. Ontologi mempelajari keberadaan dalam bentuknya
yang paling abstrak. Ontologi merupakan cabang filsafat yang
membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti luas.
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang
ada. Dalam kaitan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek
apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari dari objek
tersebut? Bagimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang membuahkan
pengetahuan.
Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelahaan keilmuannya
hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman
manusia. Objek penelahaan yang berada dalam batas pra-pengalaman
(seperti penciptaan manusia) dan pasca-pengalaman (seperti surga dan
neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar ilmu. Ilmu hanya
merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang
mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu. Penetapan
lingkup batas penelahaan keilmuan yang bersifat empiris ini adalah
konsisten dengan asas epistemologi keilmuaan yang mensyaratkan adanya

57 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
verifikasi secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan
pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang
filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala
sesuatu yang ada. Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika merupakan
tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah.
Pemikiran di ibaratkan roket yang meluncur ke bintang-bintang menembus
galaksi , maka metafisika adalah landasan peluncurannya.
Acuan berfikir : Apakah hakekat kenyataan ini sebenar-benarnya?
Beberapa tafsiran metafisika : Di alam ini terdapat ujud – ujud yang
bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih
kuasa bila dibandingkan dengan alam yang ada. Contoh pemikiran
supernatural:
Kepercayaan “animisme” manusia percaya terhadap roh-roh yang
bersifat gaib yang terdapat di dalam benda-benda seperti batu, pohon-
pohonan , air terjun dll.
B. METAFISIKA
Adapun teman dekat ontologis adalah disiplin metafisika. Dua
ungkapan ini memiliki arti, maksud dan tujuan yang hamper sama.
Perbedaan kecil memang ada, yaitu ontology membahas masalah realitas,
sedangkan metafisika merupakan studi tentang sifat dari ada atau eksistensi.
Oleh karena itu apa yang nyata itu dianggap ada dan apa yang ada sudah
tentu nyata. Setidak – tidaknya dalam masalah ini saja kedua topik ini akan
menyangkut daerah yang sama.
Ontologi sering diindetikkan dengan metafisika yang juga disebut
proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang
bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat,
realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya.Pantisme adalah serba tuhan.
Lawan dari “supernaturalisme“ adalah paham “naturalisme” , yang
menolak pendapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural ini.
Menurut naturalisme gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh

58 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kekuatan yang bersifat gaib , melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam
alam itu sendiri.
Naturalisme/materialisme : Dikembangkan oleh Democritos (460-
370 SM) mengembangkan teori tentang atom yang di pelajari dari gurunya
bernama Leucippus. Hanya atom dan kehampaan itu bersifat nyata.
Indentik paham naturalisme adalah paham :
1. Mekanistik : gejala alam dapat didekati dari segi proses kimia
fisika.
2. Vitalistik : hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara
subtantif dengan proses tersebut.
3. Monistik : tidak ada perbedaan antara pikiran dengan zat ,
mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan yang berlainan
namun mempunyai subtansi yang sama.
4. Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab
Atomisme. Ia adalah murid dari leukippos, pendiri mazhab tersebut
Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga
justru pemikiran Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah
filsafat
C. ASUMSI
Apakah suatu hipotesis merupakan asumsi? Ya, jika diperiksa ke
belakang (backward) maka hipotesis merupakan asumsi. Jika diperiksa ke
depan (forward) maka hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami
hal ini dapat dibuat suatu pernyataan: “Bawalah payung agar pakaianmu
tidak basah waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah
hujan akan jatuh di tengah perjalanan ke sekolah. Implikasinya, memakai
payung akan menghindarkan pakaian dari kebasahan karena hujan.
Dengan demikian, asumsi menjadi masalah yang penting dalam
setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan menggunakan asumsi akan
berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar
akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari
hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk

59 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa
fakta atau data.
Asumsi adalah praduga anggapan sementara (yang kebenarannya
masih dibuktikan). timbulnya asumsi karena adanya permasalahan yang
belum jelas, seperti belum jelasnya hakekat alam ini, yakni apakah gejala
alam ini tunduk kepada determinisme , yakni hukum alam yang bersifat
universal ataukah hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap gejala
merupakan akibat pilihan bebas ataukah keumuman memang ada namun
berupa peluang , sekedar tangkapan probalistik (kemungkinan sesuatu hal
untuk terjadi). Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton
(1788-1856) dari doktrin Tomas Hubes (1588-1679) yang menyimpulkan
bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan
gerak universal.
Sifat asumsi : Tidak muthlak atau pasti sebagaimana ilmu yang tidak
pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang bersifat muthlak. Jadi asumsi bukanlah suatu keputusan
muthlak.
Kedudukan ilmu dalam asumsi: Ilmu memberikan pengetahuan
sebagai dasar untuk mengambil keputusan, karena keputusan harus
didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Resiko asumsi : Apa yang diasumsikan akan mengandung resiko
secara menyeluruh. Seseorang yang mengasumsikan usahanya akan
berhasil maka direncanakan akan diadakan pesta keberhasilannya. Secara
tiba- tiba usahanya dinyatakan tidak berhasil. Resikonya menggagalkan
pelaksanaan pestanya.
Kesimpulan:
1. Sebuah asumsi adalah sebuah ketidakpastian.
2. Asumsi perlu dirumuskan berdasarkan ilmu pengetahuan.
3. Timbulnya asumsi karena adanya sesuatu kejadian / kenyataan.
Beberapa asumsi dalam ilmu Akan terjadi perbedaan pandang suatu
masalah bila ditinjau dari berbagai kacamata ilmu begitu juga asumsi. Ilmu
sekedar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang

60 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
dapat membantu kehidupan manusia secara pragmtis.Pragmatis : sesuatu
yang mengandung manfaat.
Asumsi-asumsi dalam ilmu contohnya ilmu fisika yakni ilmu yang
paling maju bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Fisika merupakan
ilmu teoritis yang di bangun atas system penalaran deduktif yang
meyakinkan serta pembutktian induktif yang sangat mengesankan. Fisika
terdapat celah-celah perbedaan yang terletak di dalam pondasi dimana
dibangun teori ilmiah diatas yakni dalam asumsi tentang dunia
fisiknya.(zat,gerak,ruang dan waktu).
Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain; Aksioma.
Pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena
kebenaran sudah membuktikan sendiri.Postulat. Pernyataan yang
dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang
hendaknya diterima saja sebagaimana adanya Premise. Pangkal pendapat
dalam suatu entimen . Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi
adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab
permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada
tiga karakteristik (Junjung, 2005)
 Deterministik
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton
(1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang
menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang
dicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran filsafat ini
merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa
segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih
dahulu.
 Pilihan Bebas
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya,
tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.
Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai
misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti
kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin

61 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain,
kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu
melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat
brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung
hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan
bebas, semua tergantung ruang dan waktu.
 Probabilistrik
Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal
memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku
deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan
sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik
dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan
modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan.
Dalam ilmu ekonomi misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel
diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur
sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variable dicoba diukur
kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah
kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang
dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-
sifat deterministik menurut kriteria ilmu ekonomi.
Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat,
permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada pada diri
sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu.
Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut hukum kejadian
yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada
paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian
yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan
asumsi pilihan bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan
bebas, penafsiran probabilistic merupakan jalan tengahnya.
Ilmuwan melakukan kompromi sebagai landasan ilmu.
Sebab ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia
dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidak perlu

62 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan
pedoman terhadap hal-hal hakiki dalam kehidupan. Karena itu;
Harus disadari bahwa ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah
berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan pada penafsiran
kesimpulan ilmiah yang bersifat relative.Jadi, berdasarkan teori-
teori keilmuan, tidak akan pernah didapatkan hal pasti mengenai
suatu kejadian. Yang didapatkan adalah kesimpulan yang
probabilistik, atau bersifat peluang.
D. PELUANG
Secara sederhana diartikan sebagai probabilitas. Peluang 0.8 secara
sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk suatu kejadian tertentu
adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Dari sudut keilmuan hal
tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa ilmu tidak pernah ingin dan
tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak. Tetapi ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar bagi manusia
untuk mengambil keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan kepada
kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dengan demikan maka kata akhir
dari suatu keputusan terletak ditangan manusia pengambil keputusan itu dan
bukan pada teori-teori keilmuan. Beberapa Asumsi dalam Ilmu
Waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi,
orang-orang tampak seperti raksasa Pandangan itu berubah setelah kita
berangkat dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, wujud yang
penuh dengan misteri ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut,
bahkan dunia bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa.
Katakanlah kita sekarang sedang mempelajari ilmu ukur bidang datar
(planimetri). Dengan ilmu itu kita membuat kontruksi kayu bagi atap rumah
kita. Sekarang dalam bidang datar yang sama bayangkan para amuba mau
bikin rumah juga. Bagi amuba bidang datar itu tidak rata dan mulus
melainkan bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang mempesona.
Permukaan yang rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva.

63 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Ilmu-ilmu ini bersifat otonom dalam bidang pengkajiannya masing-
masing dan “berfederasi” dalam suatu pendekatan multidisipliner. Hal – hal
yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsi;
1. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian
disipin keilmuan.

Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar bagi


pengkajian teoretis.. Asumsi manusia dalam administrasi yang
bersifat operasional adalah makhluk ekonomis, makhluk sosial,
makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks. Berdasarkan
asumsi-asumsi ini maka dapat dikembangkan berbagai model,
strategi, dan praktek administrasi.

2. Asumsi ini harus disimpulkan dari ‘keadaan sebagaimana


adanya’ bukan ‘bagaimana keadaan yang seharusnya’.

Sekiranya dalam kegiatan ekonomis maka manusia yang


berperan adalah manusia ‘yang mencari keuntungan sebesar-
besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya’ maka itu sajalah
yang kita jadikan sebagai pegangan tidak usah ditambah dengan
sebaiknya begini, atau seharusnya begitu. Sekiranya asumsi
semacam ini dipakai dalam penyusunan kebijaksanaan (policy), atau
strategi, serta penjabaran peraturan lainnya, maka hal ini bisa saja
dilakukan, asalkan semua itu membantu kita dalam menganalisis
permasalahan. Namun penetapan asumsi yang berdasarkan keadaan
yang seharusnya ini seyogyanya tidak dilakukan dalam analisis teori
keilmuan sebab metafisika keilmuan berdasarkan kenyataan
sesungguhnya sebagaimana adanya.

Seseorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi


yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab
mempergunakan asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula
konsep pemikiran yang dipergunakan. Sesuatu yang belum tersurat

64 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
(atau terucap) dianggap belum diketahui atau belum mendapat
kesamaan pendapat.

E. BATAS – BATAS PENJELAJAHAN ILMU


Memulai penjelajahannnya pada pengalaman manusia dan berhenti
di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga
dan neraka? Jawabnya adalah tidak; sebab surga dan neraka berada di luar
jangkauan pengalaman manusia. Baik hal-hal yang terjadi sebelum hidup
kita, maupun apa –apa yang terjadi sesudah kematian kita, semua itu berada
di luar penjelajahan ilmu.
Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda
dalam batas pengalaman kita? jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri
dalam kehidupan manusia: yakni sebagai alat pembantu manusia dalam
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Persoalan
mengenai hari kemudian tidak akan kita nyatakan kepada ilmu, melainkan
kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-
masalah seperti itu.
Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman
manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang
telah teruji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan
daerah di luar batas pengalaman empirisnya, bagaimana kita melakukan
pembuktian secara metodologis? bukankah hal ini merupakan suatu
kontradiksi yang menghilangkan keahlian metode ilmiah?
Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajahan ilmu, kata seorang,
Cuma sepotong dari sekian permasalahan kehidupan. Memang demikian,
jawab filsuf ilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusia pun, ilmu hanya
berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Tentang baik dan buruk, semua (termasuk ilmu) berpaling kepada sumber-
sumber moral; tentang indah dan jelek, semua (termasuk ilmu) berpaling
kepada pengkajian estetik. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah
buta, demikian kata Einstein.
Dengan makin sempitnya daerah penjelajahan suatu bidang
keilmuan maka sering sekali diperlukan “pandangan” dari disiplin-disiplin

65 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
lain. Saling pandang-memandang ini, atau dalam bahasa protokolnya
pendekatan multi-disipliner, membutuhkan pengetahuan tentang tetangga
tetangga yang berdekatan. Artinya harus jelas bagi semua: di mana disiplin
seseorang berhenti dan di mana disiplin orang lain mulai. Tanpa kejelasan
batas-batas ini maka pendekatan multidisipliner tidak akan bersifat
konstruktif melainkan berubah menjadi sengketa kapling (yang sering
terjadi akhir-akhir ini).

RANGKUMAN_______________________________________
Dari Pembahasan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan :
1. Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek,
property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin
terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan
filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.
2. Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika.
Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas
hakikat yang “ada”, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi
pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari
metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang
saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap
pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha
menggagas jawaban tentang apakah alam ini.
3. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan
menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian,
semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat
dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran.
Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau
gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain
yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan
segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang
mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah

66 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu
obyek sebelum melakukan penelitian.
4. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang
pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di
mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat
relatif.
5. Seseorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang
dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan
asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep pemikiran yang
dipergunakan.
6. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman
manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun
yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Jika tanpa kejelasan
batas-batas ini maka pendekatan multidisipliner tidak akan bersifat
konstruktif melainkan berubah menjadi sengketa kapling.

TES FORMATIF 2___________________________________

A. Pilihan Ganda
1. Istilah ontologi berasal dari kata Yunani berarti…
a. Onta
b. Kuda
c. Monyet
d. Merpati
2. Ilmu berkembangan dengan sangat pesat dan demikian juga cabang
– cabangnya. Pada dasarnya cabang – cabang ilmu tersebut
berkembang dari dua cabang utama, yaitu…
a. Filsafat Kehidupan dan Filsafat Pendidikan
b. Filsafat Logika
c. Filsafat Metafisika
d. Filsafat Alam dan Filsafat Moral

67 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
3. Peluang secara sederhana diartikan sebagai…
a. Probablitas
b. Kredibilitas
c. Anomalitas
d. Asosiatifitas
4. Hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara subtantif
dengan proses tersebut…
a. Monistik
b. Vitalistik
c. Naturalistik
d. Mekanistik
5. Prinsip – prinsip materalisme dikembangkan oleh…
a. Al – Khawarizmi
b. Bj. Habibie
c. Alex Benjamin
d. Democritos
B. Esai
1. Tiga karakteristik yang perlu ditinjau dari awal bahwa gejala alam
tunduk pada apa?
2. Hal yang utama dari cabang ilmu sosial yaitu?

68 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 6.

Tingkat Penguasaan : (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali

80-89 = Baik

70-79 = Cukup

<70 = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 6, terutama bagian yang belum dikuasai.

69 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1

A. Pilihan Ganda
1. C
2. D
3. B
4. E
5. C
B. Esai
1. Jenis Pengetahuan :
a. Pengetahuan Langsung
b. Pengetahuan Tak Langsung
c. Pengetahuan Indrawi
d. Pengetahuan Konsepsual
e. Pengetahuan Partikular
f. Pengetahuan Universal
g. Pengetahuan Biasa
h. Pengetahuan Ilmiah atau Pengetahuan
i. Pengetahuan Filsafat
j. Pengetahuan Agama
2. Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu :
a. Untuk membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang
ilmu atau asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup
tanggung jawabnya secara sistematis dan historis.
b. Sebagai kritik ideologi, artinya kemampuan menganalisis
secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi agama,
ideologi, dan pandangan dunia. Atau dengan kata lain
mendeteksi berbagai masalah kehidupan. Sebagai dasar
metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam
mempelajari studi-studi ilmu khusus.

70 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
c. Dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam
kehidupan intelektual pada umumnya da khususnya di
lingkungan akademis.
d. Memberikan wawasan lebih luas dan kemampuan analitis
dan kritis tajam untuk bergulat dengan masalah-masalah
intelektual, spiritual, ideologis.

TES FORMATIF 2

A. Pilihan Ganda
1. A
2. D
3. A
4. B
5. C
B. Esai
1. Tiga karakteristik yang perlu ditinjau dari awal bahwa gejala alam
tunduk pada :
a. Determinisme : Karakteristik deterministik merujuk pada
hukum alam yang bersifat universal. Tokoh: William hamilton
dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan
bersifat empirik yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang
bersifat uiversal.Pilihan bebasManusia memiliki kebebasan
dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam
yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak
ditemukan pada bidang ilmu sosial.
b. Probabilistik : Pada sifat probabilstik, yang artinya
kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya
berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan
peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki
kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir
sifat pilihan bebas.
2. antropologi , psikologi , sosiologi , dan ilmu politik

71 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.2010. Suriasumantri, Jujun S.

Anisatul Fuada, "Hakikat Filsafat Ilmu", diakses dari


https://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/hakekat-manusia-dalam-
filsafat-ilmu.html

Mansur, A.Ma, S.Pd, "Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Persepektif Modern dan
Islam", diakses dari https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-
hakikat-ilmu-pengetahuan-dalam.html

Kompasiana, "Apa itu Ilmu dan Apa itu Pengetahuan?", diakses dari
https://www.kompasiana.com/anggitputri/566e3fed379773510853d863/apa-
itu-ilmu-dan-apa-itu-pengetahuan?page=all

Anisa Sholikhati, Ardian Dwi, Hadiono Soegeng, Skripsi: "Jenis-jenis


Pengetahuan", (Semarang: UNDIP, 2012), Hal 1

Nanang Ajim, "Pengertian dan Sifat Ilmu Pengetahuan", diakses dari


https://www.mikirbae.com/2016/10/pengertian-dan-sifat-ilmu-
pengetahuan.html?m=

Prof. Dr. A. Watloly, S. Pak, M. Hum., "Filsafat Ilmu", diakses dari


https://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=

Nurmahmudah, M. Phil, "Filsafat Ilmu", diakses dari


https://www.slideshare.net/nauramude/hakikat-filsafat-ilmu

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku IA Filsafat Ilmu, Universitas


Terbuka, Jakarta, 1984/1985

Prasetya, Filsafat Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2000

Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Jalaluddin Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat, penerjemah Seojono Soemargono ,Tiara


Wacana, Yogyakarta 1995.

72 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, PT Pancaraintan
Indahgraha, Jakarta, 2007

Menguak Cakrawala Keilmuan. 2010. Program Pascasarjana, Universitas Negeri


Jakarta, 2010

http://jorjoran.wordpress.com/2011/01/11/beberapa-asumsi-dalam-ilmu/

73 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
MODUL 4
EPISTEMOLOGI DAN SARANA BERPIKIR ILMIAH

KEGIATAN BELAJAR 1
EPISTEMOLOGI :
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

DISUSUN OLEH:
1. Trivanni Rico Gustian (1501620003)
2. Adam Prigantar (1501620025)
3. Chintya Widyani Rahman (1501620034)

KEGIATAN BELAJAR 2
SARANA BERPIKIR ILMIAH

DISUSUN OLEH:

1. Rezza Nurrohman Pranata (1501620014)


2. Ahmad Feri Suprianto (1501620049)

74 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
PENDAHULUAN____________________________________

M odul ini akan membahas ruang lingkup filsafat yang nantinya akan
memberikan pemahaman komprehensif tentang epistemologi dan sarana
berpikir ilmiah. Pokok bahasan dan sub – pokok bahasan dalam modul ini
merupakan hal yang sangat mendasar untuk kita ketahui agar pokok – pokok
bahasan dalam modul – modul selanjutnya dapat segera kita pahami dengan mudah.
Tujuan umum dari modul ini adalah agar kita mampu menjelaskan ruang
lingkup filsafat, sedangkan tujuan khusus dari pembahasan dalam modul ini adalah
agar kita dapat :
1. Mengetahui pengertian epistemologi dan pengetahuan.
2. Mengetahui proses terjadinya pengetahuan.
3. Mengetahui jenis-jenis pengetahuan.
4. Mengetahui sumber pengetahuan dan sumber kebenaran.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berfikir ilmiah.
6. Mengetahui tujuan dari sarana berfikir ilmiah.
7. Mengetahui fungsi dari sarana berfikir ilmiah.
Perlu kita ketahui bahwa filsafat sebaiknya dipahami sebagai kajian yang
sangat mendasar untuk membantu kita dalam melakukan proses berpikir sebab apa
yang kita pikirkan merupakan konsep dasar keberadaan hidup kita sehari-hari. Mari
kita pelajari modul ini dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat kita pahami
sebagai pengetahuan dan ilmu untuk kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di samping itu, juga sebagai upaya untuk menciptakan sosial yang bijak pula atas
segala masalah yang kita hadapi sehari-hari.
Modul ini dibagi menjadi 2 kegiatan belajar, sehingga Anda dapat dengan
lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul
ini.
Kegiatan Belajar 1 : Epistemologi : Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar
Kegiatan Belajar 2 : Sarana Berpikir Ilmiah

75 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Terakhir, berikut adalah beberapa anjuran agar kita dapat mencapai tujuan umum
dan khusus dari pembelajaran dalam modul ini.
1. Tumbuhkanlah minat baca dengan cara membaca bagian pendahuluan
secara antusias dengan tujuan untuk memahami gambaran instruksi secara
umum dalam modul ini.
2. Bacalah dengan santai materi-materi yang disajikan dalam tiap kegiatan
belajar karena di dalamnya terdapat beberapa harta pengetahuan yang dapat
kita ambil.
3. Saat menemukan hal-hal yang sukar untuk dipahami, luangkanlah waktu
untuk mendiskusikan hal-hal tersebut dengan sahabat-sahabat terbaik dan
dosen yang mengampu mata kuliah ini.
4. Saat mengerjakan tes formatif pada tiap bagian akhir kegiatan belajar,
pahamilah bahwa tes-tes formatif tersebut pada dasarnya tidak bertujuan
secara mutlak untuk menilai sejauh mana pemahaman kita. Tujuan kita
mengerjakan tes-tes formatif tersebut hanya untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman kita saat ini saja. Oleh karenanya, kita dapat mengerjakan tes-
tes tersebut secara berulang-ulang dengan menerapkan anjuran-anjuran
yang pertama sampai terakhir. Kunci jawaban yang diberikan dapat kita
gunakan sesaat setelah mengerjakan tes-tes tersebut hanya untuk
membandingkan jawaban kita sendiri dengan kunci jawaban tersebut.
Berpikirlah bahwa kesalahpahaman dalam proses pembelajaran adalah hal
yang wajar saja

Semangat Belajar dan Tetap Semangat!

76 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 1
EPISTEMOLOGI

E pistemologi adalah bagian dari filsafat yang membahas tentang bagaimana


terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas –
batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “episteme” yang berarti
pengetahuan dan “logos” yang berarti teori, pikiran, ilmu, uraian, atau alasan.
Secara garis besar, epistemologi dapat diartikan sebagai Theory of Knowledge atau
Teori tentang pengetahuan.
Inti dari epistemologi adalah tentang bagaimana cara memperoleh
pengetahuan. Hal ini menyebabkan kehadiran epistemologi sangat penting untuk
menggambarkan manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna
pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu
sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Runes dalam kamusnya (1971) menjelaskan bahwa epistemology is
the branch of philoshophy which investigates the origion, structure,
methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering
menyebutnya dengan istilah filsafat pengetahuan karena ia membicarakan
hal tentang pengetahuan. Istilah epistemologi untuk pertama kalinya
muncul dan digunakan oleh J.F Ferier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94).
Secara etimologis epistemology berakar kata dari bahasa Yunani
episteme yang mempunyai arti pengetahuan atau kebenaran. Logos juga
berarti pikiran, kata, atau teori. Dari dua pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa epistemology adalah ilmu pengetahuan tentang pengetahuan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa epistemology membicarakan
dirinya sendiri, membedah lebih dalam tentang dirinya sendiri. (Surajiwo,
2007: 24)
Ada juga yang menyatakan bahwa episteme berarti Knowledge atau
science, sedangkan logos berarti the theory of the nature of knowing and the

77 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
means by which we know. Dengan demikian epistemology atau teori
pengetahuan didefinisikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, praanggapan-anggapan dan
dasar-dasarnya serta reliabilitas umum yang dapat untuk mengklaim sesuatu
sebagai ilmu pengetahuan.
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan
tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor.
Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti
silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan
kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.
Gerakan epistemologi di Yunani dahulu dipimpin antara lain oleh
kelompok yang disebut Sophis, yaitu orang yang secara sadar
mempermasalahkan segala sesuatu. Dan kelompok Shopis adalah kelompok
yang paling bertanggung jawab atas keraguan itu.
Oleh karena itu, epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan
dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik
mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar
dan yang tidak benar. Critica berasal dari kata Yunani, krimoni, yang artinya
mengadili, memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang
benar dan yang tidak benar memang agak dekat dengan episteme sebagai
suatu tindakan kognitif intelektual untuk mendudukkan sesuatu pada
tempatnya.
Jika diperhatikan, batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-
hal yang hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas
pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Pranarka menyatakan bahwa sejarah epistemologi dimulai pada
zaman Yunani kuno, ketika orang mulai mempertanyakan secara sadar
mengenai pengetahuan dan merasakan bahwa pengetahuan merupakan
faktor yang amat penting yang dapat menentukan hidup dan kehidupan
manusia. Pandangan itu merupakan tradisi masyarakat dan kebudayaan
Athena. Tradisi dan kebudayaan Spharta, lebih melihat kemauan dan

78 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kekuatan sebagai satu-satunya faktor. Athena mungkin dapat dipandang
sebagai basisnya intelektualisme dan Spharta merupakan basisnya
voluntarisme.
Zaman Romawi tidak begitu banyak menunjukkan perkembangan
pemikiran mendasar sistematik mengenai pengetahuan. Hal itu terjadi
karena alam pikiran Romawi adalah alam pikiran yang sifatnya lebih
pragmatis dan ideologis.
Masuknya agama Nasrani ke Eropa memacu perkembangan
epistemologi lebih lanjut, khususnya karena terdapat masalah hubungan
antara pengetahuan samawi dan pengetahuan manusiawi, pengetahuan
supranatural dan pengetahuan rasional-natural-intelektual, antara iman dan
akal. Kaum agama di satu pihak mengatakan bahwa pengetahuan
manusiawi harus disempurnakan dengan pengetahuan fides, sedang kaum
intelektual mengemukakan bahwa iman adalah omong kosong kalau tidak
terbuktikan oleh akal. Situasi ini menimbulkan tumbuhnya aliran Skolastik
yang cukup banyak perhatiannya pada masalah epistemologi, karena
berusaha untuk menjalin paduan sistematik antara pengetahuan dan ajaran
samawi di satu pihak, dengan pengetahuan dan ajaran manusiawi
intelektual-rasional di lain pihak. Pada fase inilah terjadi pertemuan dan
sekaligus juga pergumulan antara Hellenisme dan Semitisme. Kekuasaan
keagamaan yang tumbuh berkembang selama abad pertengahan Eropa
tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi Semitik di atas alam pikiran
Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa dapat memadukan Hellenisme yang
bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran agama yang bersifat samawi-
supernatural. Dari sinilah tumbuh Rasionalisme, Empirisme, Idelisme, dan
Positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar
terhadap problem pengetahuan.
Selanjutnya, Pranarka menjelaskan bahwa zaman modern ini telah
membangkitkan gerakan Aufklarung, suatu gerakan yang meyakini bahwa
dengan bekal pengetahuan, manusia secara natural akan mampu
membangun tata dunia yang sempurna. Optimisme yang kelewat dari
Aufklarung serta perpecahan dogmatik doktriner antara berbagai macam

79 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
aliran sebagai akibat dari pergumulan epistemologi modern yang menjadi
multiplikatif telah menghasilkan suasana krisi budaya.
Semua itu menunjukkan bahwa perkembangan epistemologi
tampaknya berjalan di dalam dialektika antara pola absolutisasi dan pola
relativisasi, di mana lahir aliran-aliran dasar seperti skeptisisme,
dogmatisme, relativisme, dan realisme. Namun, di samping itu, tumbuh pula
kesadaran bahwa pengetahuan itu adalah selalu pengetahuan manusia.
Bukan intelek atau rasio yang mengetahui, manusialah yang mengetahui.
Kebenaran dan kepastian adalah selalu kebenaran dan kepastian di dalam
hidup dan kehidupan manusia.
Pembicaran tentang epistemologi akan berkutat pada tataran apa
yang dapat diketahui dan bagaimana cara mengetahui. Dengan demikian
dalam pembahasan ini akan mengacu kepada beberapa teori tentang
pengetahuan itu sendiri. Membahas epistemology tidak akan lepas dari
berbagai teori tentang pengetahuan, meskipun dalam realitasnya banyak
teori-teori tentang pengetahuan mempunyai perbedaan-perbedaan.
Terjadinya perbedaan tersebut akibat adanya perbedaan metode, obyek,
sistem dan tingkat kebenarannya yang berbeda.
Ada dua teori tentang kebenaran dan hakekat pengetahuan, dua teori
tersebut adalah realisme yang mempunyai pandangan bahwa gambaran atau
kopi yang sebenarnya dari apa yang ada di alam nyata (dari fakta atau
hakikat). Artinya apa yang digambarkan akal adalah sesuai dengan realitas
di luar akal atau diri manusia. Dengan pendapat tersebut aliran realisme
berpendapat bahwa pengetahuan dianggap benar ketika sesuai dengan
kenyataan. Teori kedua tentang hakikat pengetahuan adalah idealisme.
Idealisme meyakini bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-
benar sesuai dengan realitas adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses
mental/psikologis yang bersifat subyektif.

80 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
B. PENGETAHUAN
Pembahasan tentang pengetahuan telah dimulai sejak masa-masa
para filsuf Yunani. Dasar mereka berfilsafat adalah karena mereka sudah
tidak lagi percaya terhadap pengetahuan inderawi. Diantara para ahli filsuf
ada yang lebih mengutamakan unsur akal, ada yang menggabungkan antara
keduanya (Pengetahuanh inderawi dan akal) dan ada juga yang berpendapat
bahwa pengetahuan bersifat relatif subyektif. Pada masa modern ini, masih
ada pemikir yang merepresentasikan orientasi-orientasi ini. Namun, kajian
tentang pengetahuan (Epistemologi) telah menjadi kajian yang berdiri
sendiri (Independen).
Pendiri sebenarnya dari teori pengetahuan sebagai sebuah kajian
filsafat yang independen adalah John Locke. Ia telah mempertanyakan
tentang asal-usul, esensi, batasan dan tingkat keyakinan pengetahuan sejak
lama. Adapun Kant dianggap sebagai tokoh terpenting yang telah
merumuskan teori pengetahuan setelah Lock. Kant telah mempelajari
hubungan antara hal-hal yang bersifat inderawi dan hal-hal yang bersifat
rasional serta telah mempelajari batas-batas pengetahuan manusia melalui
kritiknya terhadap akal.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada di dalam pikiran
manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak akan dapat eksis. Oleh karena itu,
keterkaitan antara pengetahuan dan pikiran merupakan sesuatu yang
kodrati. Ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur
pikiran manusia, yaitu sebagai berikut:
a. Mengamati (observation); pikiran berperan dalam mengamati
objek-objek. Dalam melaksanakan terhadap ogjek itu maka pikiran
haruslah mengandung kesadaran. Oleh karena itu di sini pikiran
merupakan suatu bentuk kesadaran. Kesadaran adalah suatu
karaktristik atau fungsi pikiran. Sebuah pikiran mengamati apa saja
yang menampak. Pengamatan acap kali timbul dari rasa ketertarikan
pada objek. Dengan demikian pengamatan ini melibatkan pula
fungsi-fungsi pikiran yang lain.

81 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
b. Menyelidiki (inquires); ketertarikan pada objek dikondisikan oleh
jenis-jenis objek yang tampil. Ketertarikan kepada sesuatu itu ada
yang dikaitkan dengan kepentingan jasmaniah, permintaan
lingkungan, tuntutan masyarakat, tujuan-tujuan pribadi, konsepsi
diri, rasa tanggung jawab, rasa kebebasan bertindak, dan lain lain.
Minat akan membimbing seseorang secara ilmiah untuk terlibat
kedalam pemahaman atau penyelidikan.
c. Percaya (believes); manakala suatu objek muncul dalam kesadaran,
biasanya objek-objek itu diterima sebagai objek yang menampak.
Kata percaya bisa dilawankan dengan keraguan. Sikap menerima
sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah
keraguan, dinamakan kepercayaan.
d. Hasrat (desires); kodrat hasrat ini mencakup kondisi biologis serta
psikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa. Tanpa
pikiran tidak mungkin ada hasrat, beberapa hasrat muncul dari
kebutuhan jasmani seperti nafsu makan, minum, istirahat, tidur dan
lain-lain.
e. Maksud (intends); kendatipun mempunyai maksud ketika
mengobservasi, menyelidiki, mempercayai dan berhasrat, namun
sekaligus perasaannya tidak berbeda atau bahkan terdorong ketika
melakukannya.
f. Mengatur (organizes); setiap pikiran adalah suatu organism yang
teratur dalam diri seseorang.
g. Menyesuaikan (adapts); menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan
pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui
kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh di dalam
fisik, biologis, lingkungan social dan cultural dan keuntungan yang
terlihat pada tindakan, hasrat dan kepuasan.
h. Menikmati (enjoys); pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan.
Orang yang asyik dalam menekuni suatu persoalan, ia akan
menikmati itu dalam pikirannya

82 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
C. PROSES TERJADINYA PENGETAHUAN
Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting
dalam epistemologi karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan
membuat seseorang paham filsafatnya. Jawaban yang sederhana adalah
berfilsafat a priori, yaitu ilmu yang terjadi tanpa melalui pengalaman, baik
indera maupun batin, atau a posteriori yaitu ilmu yang terjadi karena adanya
pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan
objektif.
Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya
pengetahuan, yaitu:
a. Pengalaman Indera (Sense Experience)
Dalam filsafat, paham yang menekankan pada kenyataan
disebut realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang
dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi ilmu berawal mula dari
kenyataan yang dalam diserap oleh indera. Aristoteles adalah tokoh
yang pertama mengemukakan pandangan ini, yang berpendapat
bahwa ilmu terjadi bila subjek diubah dibawah pengaruh objek.
Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indera (sensasi).
b. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan
menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk
mendapatkan pengetahuan baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam
telaah ini adalah tentang asas pemikiran berikut:
 Principium Identitas, disebut juga asas kesamaan.
 Principium Contradictionis, disebut juga asas pertentangan.
 Principium Tertii Exclusi, disebut sebagai asas tidak adanya
kemungkinan ketiga.
c. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh
seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu
sumber ilmu karena keompoknya memiliki pengetahuan melalui
seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi

83 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
ilmu pengetahuan yang terjadi karena adanya otoritas adalah ilmu
yang terjadi melalui wibawa seseorang hingga orang lain
mempunyai pengetahuan.
d. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang
berupa proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus
mampu membuat pernyataan yang berupa ilmu. Karena ilmu yang
diperoleh melalui intuisi muncul tanpa adanya pengetahuan lebih
dahulu, maka tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui
kenyataan.Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada
nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan
dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber
pengetahuan, karena manusia mengenal sesuatu melalui
kepercayaannya.
e. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri
manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara
wahyu dan keyakinan hampir tidak dapat dibedakan karena
keduanya menggunakan kepercayaan, perbedaannya adalah bahwa
keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatic diikutinya adalah
peraturan berupa agama, sedang keyakinan adalah kemampuan jiwa
manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. (Surajiwo, 2007: 2)
Vauger menyatakan bahwa titik tolak penyelidikan
epistemologi adalah situasi kita, yaitu kejadian. Kita sadar bahwa
kita mempunyai pengetahuan lalu kita berusaha untuk memahami,
menghayati dan pada saatnya kita harus memberikan pengetahuan
dengan menerangkan dan mempertanggung jawabkan apakah
pengetahuan kita benar dalam arti mempunyai isi dan arti.

84 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Bertumpu pada situasi kita sendiri itulah sedikitnya kita
dapat memperhatikan perbuatan-perbuatan mengetahui yang
menyebabkan pengetahuan itu. Berdasar pada penghayatan dan
pemahaman kita dan situasi kita itulah, kita berusaha untuk
mengungkapkan perbuatan-perbuatan mengenal sehingga terjadi
pengetahuan.
Akal sehat dan cara mencoba-coba mempunyai peranan
penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan
mengenai berbagi gejala alam. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal
sehat sebab tidak mempunyai landasan lain untuk berpijak. Tiap
peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan
pengetahuan yang berupa akal sehat. Randall dan Buchlar
mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh
lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan
kebetulan. Sedangkan karakteristik akal sehat, menurut Titus,
adalah (1). Karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi
maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan
pengulangan, (2). Karena landasannya yang berakar kurang kuat
maka akal sehat cenderung untuk bersifat kabur dan samar, dan (3).
Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang
tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan
pengetahuan yang tidak teruji.
Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme
yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang
bersifat mitos. Menurut Popper, tahapan ini adalah penting dalam
sejarah berpikir manusia yang menyebabkan ditinggalkannya tradisi
yang bersifat dogmatik yang hanya memperkenankan hidupnya satu
doktrin dan digantikan dengan doktrin yang bersifat majemuk yang
masing-masing mencoba menemukan kebenaran secara analisis
yang bersifat kritis.
Dengan demikian berkembanglah metode eksperimen yang
merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam

85 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
rasional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Metode
ini dikembangkan lebih lanjut oleh sarjana-sarjana Muslim pada
abad keemasan Islam. Semangat untuk mencari kebenaran yang
dimulai oleh para pemikir Yunani dihidupkan kembali dalam
kebudayaan Islam. Dalam perjalanan sejarah, lewat orang-orang
Muslimlah, dunia modern sekarang ini mendapatkan cahaya dan
kekuatannya. Pengembangan metode eksperimen yang berasal dari
Timur ini mempunyai pengaruh penting terhadap cara berpikir
manusia, sebab dengan demikian berbagai penjelasan teoritis dapat
diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Dengan
demikian berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan cara
berpikir deduktif dan induktif.
D. METODE ILMIAH
Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata
depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara,
arah). Kata methodos berarti: penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu
cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Sementara itu, metodologi
berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan
tentang metode-metode. Melihat dari pengertiannya, metode bisa
dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip
dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (ilmu) untuk mencapai suatu
tujuan.
Sementara itu metodologi disebut juga science of methods, yaitu
ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian
atau membahas konsep teoritis berbagai metode atau dapat dikatakan
sebagai cara untuk membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode
penelitian. Bagi ilmu seperti sosiologi, antropologi, politik, komunikasi,
ekonomi, hukum serta ilmu alam, metodologi merupakan dasar-dasar
filsafat ilmu dari suatu metode atau langkah praktis penelitian.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang
diperoleh lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi tentang

86 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
cara bekerja pikiran yang diharapkan mempunyai karakteristik tertentu
berupa sifat rasional dan teruji sehingga ilmu yang dihasilkan bisa
diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara
berpikir deduktif dan induktif dalam membangun pengetahuan. Teori ilmu
merupakan suatu penjelasan rasionil yang berkesuaian dengan objek yang
dijelaskannya, dengan didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan
benar. Pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan empiris
dalam langkah menuju dan dapat menghasilkan pengetahuan inilah yang
disebut metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah
dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap
dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses
logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah
berikut:
1. Perumusan Masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batasannya dan faktor yang terkait dapat diidentifikasi.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang
mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan
membentuk konstelasi permasalahan, yang disusun secara rasionil
berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya.
3. Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang
diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir
yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan untuk memperlihatkan adanya fakta pendukung
hipotesis.
5. Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian diterima atau tidaknya sebuat hipotesis.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari

87 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu
mempunyai kerangka kejelasan yang konsisten dengan pengetahuan
ilmiah sebelumnya dan telah teruji kebenarannya.
Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh agar suatu
penelaahan dapat disebut ilmiah. Hubungan antara langkah yang satu
dengan lainnya tidak terikat secara statis melainkan bersifat dinamis
dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata mengandalkan
penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Pentingnya metode
ilmiah bukan saja dalam proses penemuah ilmu pengetahuan, namun
terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut
kepada masyarakat ilmuwan.
E. KEBENARAN PENGATAHUAN
Jika seseorang mempermasalahkan dan ingin membuktikan apakah
pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli estimologi dan para ahli
filsafat, pada umumnya, untuk dapat membuktikan bahwa pengetahuan
bernilai benar, seseorang harus menganalisa terlebih dahulu cara, sikap, dan
sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Seseorang
yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera akan berbeda
cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertitik tumpu pada akal atau
rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan atau wahyu atau bahkan semua alat
tidak dipercayainya sehingga semua harus diragukan seperti yang dilakukan
oleh faham skeptisme.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain
sebagai berikut:
1. The correspondence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran
atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud
oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya
atau faktanya.
2. The consistence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran tidak
dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain,
yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan
itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas

88 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang
telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
3. The pragmatic theory of truth. Yang dimaksud dengan teori ini ialah
bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata
bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori
tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.
Dari tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah
kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang
telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya
teori tersebut bagi kehidupan manusia.
Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagai mana yang telah
diuraikan oleh Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat
Sains, bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ‘ain
al-yaqin, dan ‘ilm al-yaqin. Adapun kebenaran menurut Anshari
mempunyai empat tingkatan, yaitu:
1. Kebenaran Wahyu
2. Keberan Spekulatif Filsafat
3. Kebenaran Positif Ilmu Pengetahuan
4. Kebenaran Pengetahuan Biasa
Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan
mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat
relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas dasar
pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita
yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum
tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami
penyimpangan. Karena itu, kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Itulah
sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-rubah dan berkembang.

89 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
RANGKUMAN_______________________________________
Dari Pembahasan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan :
1. Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan.
2. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang
diperoleh lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi
tentang cara bekerja pikiran yang diharapkan mempunyai
karakteristik tertentu berupa sifat rasional dan teruji sehingga ilmu
yang dihasilkan bisa diandalkan.
3. Kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan
putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan
tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan
manusia.
4. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang
pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan
di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat
relatif.
5. Seseorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang
dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan
asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep pemikiran
yang dipergunakan.
6. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman
manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun
yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Jika tanpa kejelasan
batas-batas ini maka pendekatan multidisipliner tidak akan bersifat
konstruktif melainkan berubah menjadi sengketa kapling.

90 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF 1___________________________________

A. Pilihan Ganda
1. Kapan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul?
A. 1845 C. 1999
B. 1854 D. 1876
2. Siapakah pendiri sebenarnya dari teori pengetahuan sebagai sebuah
kajian filsafat yang independen?
A. Kant C. John Locke
B. J.F Ferier D. Vauger
3. Berikut adalah merupakan teori tentang kebenaran, kecuali?
A. The correspondence theory of truth
B. The consistence theory of truth
C. The pragmatic theory of truth
D. The best theory of truth
4. Berikut ini merupakan tingkatan kebenaran menurut Andi Hakim
Nasution, kecuali?
A. Haq Al-yaqin` C. ‘Ain Al-yaqin
B. Kebenaran wahyu D. ‘Ilm Al-yaqin
5. Dalam epistemology: cara mendapatkan pengetahuan yang benar,
yang merupakan alat mengetahui proses terjadinya pengetahuan
yaitu, kecuali..
A. Keyakinan C. Nalar
B. Intuisi D. Kesetiaan
6. Kata metode berasal dari kata yunani yaitu methodos, pengertian
dari methodos adalah
A. Penelitian C. Uraian ilmiah
B. Metode ilmiah D. Semua benar

91 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
B. Esai
1. Secara Etimologis epismemology berakat kata dari bahasa Yunani
episteme yang mempunyai arti?
2. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
3. Metodologi disebut juga scienci of methods, mengapa demikian?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 6.

Tingkat Penguasaan : ((Pilihan Ganda + 4) x 5) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali


80-89 = Baik
70-79 = Cukup
<70 = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 6, terutama bagian yang belum dikuasai.

92 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 2

SARANA BERPIKIR ILMIAH

K egiatan berpikir kita lakukan dalam keseharian dam merupakan ciri utama
dari kita sebagai manusia ciptaan Tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk lain ciptaan Tuhan. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat
dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola
penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu
secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan
untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang
tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan
yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan
penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.Banyak yang beranggapan
bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang perlu memegang kepala
dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi,
jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya, mereka telah
menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan
menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk
kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah
merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan
ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan
berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah,
pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan.
Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung
dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang
kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan
alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan

93 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan
untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan
masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan
gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah
yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah
kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing
sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Berdasarakan
uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai sarana berpikir ilmiah.
A. PENGERTIAN SARANA BERPIKIR ILMIAH
Surisumantri (2003:165), ”Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan
alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh”. Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dengan alat ini manusia
melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan tahapan
kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan
tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena
manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan
alat-alat berpikir yang benar.
Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana
berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan
teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika
dan statistika (Suriasumantri, 2003:167). Sarana berpikir ilmiah berupa
bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran
kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan
berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika
berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat
mengikuti dan melacak kembali proses berpikir untuk menemukan

94 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola berpikir induktif untuk
mencari kebenaran secara umum.

95 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
B. TUJUAN SARANA BERPIKIR ILMIAH
Suriasumantri (2003:167), Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,
sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah
kita sehari-hari.
Harus dibedakan antara tujuan mempelajari sarana ilmiah dan tujuan
mempelajari ilmu. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat
melakukan kegiatan penelaahan ilmiah. Untuk memaksimalkan
kemampuan manusia dalam berpikir menurut kerangka berpikir yang benar
maka diperlukan pengetahuan tentang sarana berpikir ilmiah dengan baik
pula. Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Dengan ilmu yang telah
dipelajarinya manusia dapat meningkatkan kemakmuran hidupnya.
C. FUNGSI SARANA BERPIKIR ILMIAH
Suriasumantri (2003:167), ”… fungsi sarana ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri”.
Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah
secara menyeluruh dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Suriasumantri,
2003:165). Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu
yang berupa sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah hanyalah alat
bantu bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu. Sarana
berpikir ilmiah bukanlah suatu ilmu yang diperoleh melalui proses kegiatan
ilmiah.
 Bahasa sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lainnya
adalah kemampuan manusia berbahasa. Bahasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk di
dalamnya adalah kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah sangat berkaitan
erat dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir
membantu untuk mengkomunikasikan jalan pikiran kepada orang
lain. Berpikir sebagai hasil kegiatan otak manusia tidak akan ada

96 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
artinya apabila tidak diketahui oleh orang lain. Cara untuk
mengkomunikasikannya kepada orang lain adalah menggunakan
sarana bahasa.
Bahasa merupakan lambang serangkaian bunyi yang
membentuk suatu arti tertentu (Suriasumantri, 2003:175). Bahasa
merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah
dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu,
sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata menjadi
kalimat yang bermakna (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:98).
Unsur-unsur yang terdapat dalam bahasa menurut Bakhtiar
(2004:177-179) adalah:
a. Simbol-simbol
b. Simbol-simbol vokal
c. Simbol-simbol vokal arbitrer
d. Suatu sistem yang terstruktur dari simbol-simbol yang
arbitrer
e. Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial
sebagai alat bergaul satu sama lain
Bahasa mengandung unsur simbol, sesuatu yang diucapkan
oleh manusia merupakan kegiatan memberi simbol terhadap suatu
obyek nyata dalam dunia praktis. Agar simbol tersebut dapat
memenuhi tujuan pembicara maka simbol tersebut harus diucapkan
dengan bunyi tertentu yang dapat didengar oleh orang yang dituju
sehingga memudahkan pendengar untuk mengetahui dengan jelas
obyek yang dimaksud oleh pembicara. Bunyi simbol suatu obyek
tidak harus sama antara ucapan dan makna yang dikandungnya,
artinya makna suatu obyek dapat diucapkan dengan kata yang
berbeda untuk daerah atau komunitas yang berbeda. Para anggota
komunitas kelompok sosial menggunakan bahasa untuk dapat
berinteraksi satu sama lainnya. ”Bahasa mengkomunikasikan tiga
hal yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap”. (Suriasumantri,

97 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
2003:175) Manusia dapat menyampaikan sesuatu yang dipikirkan
kepada orang lain menggunakan bahasa. Dengan bahasa, orang lain
dapat mengetahui dan mempelajari sesuatu yang sedang dipikirkan.
Dengan bahasa, manusia juga dapat mengekspresikan sesuatu yang
dirasakannya kepada orang lain. Orang lain dapat mengetahui
seseorang sedang sedih atau senang melalui bahasa yang
disimbolkan.
Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan.
Kelemahan tersebut menurut Suriasumantri (2003:182-187) antara
lain:
a. bahasa bersifat multifungsi
b. bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung
oleh kata-kata yang membangun bahasa
c. bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang
sama, dan
d. konotasi bahasa yang bersifat emosional.
Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata
yang yang memiliki arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup
menggunakan satu kata saja. Selain itu, ada kelemahan bahasa lain
yaitu bahasa sulit dilepaskan dari emosional seseorang. Ada makna-
makna tertentu yang dapat ditambahkan pada makna sebenarnya
sebagai akibat emosional seseorang.
 Logika sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Menurut Bakhtiar (2009:212), ”Logika adalah sarana untuk
berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena
itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan atura-aturan
berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu”.
Logika merupakan kumpulan kaidah-kaidah yang memberi
jalan (system) berpikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya
dapat diterima oleh orang lain. Logika akan memberi suatu ukuran
(norma) yakni suatu anggapan tentang benar dan salah terhadap

98 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
suatu kebenaran. Ukuran kebenarannya adalah logis (Sumarna,
2008:141).
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari
tentang asas, aturan, dan prosedur penalaran yang benar. Dengan
istilah lain logika sebagai jalan atau cara untuk memperoleh
pengetahuan yang benar (Susanto, 2011:143) Sebagai sarana
berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan
logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingin melakukan
kegiatan berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-
kaidah berpikir yang logis. Dengan logika dapat dibedakan antara
proses berpikir yang benar dan proses berpikir yang salah.
Menurut Susanto (2011:146), ada tiga aspek penting dalam
memahami logika, agar mempunyai pengertian tentang penalaran
yang merupakan suatu bentuk pemikiran, yaitu pengertian,
proposisi, dan penalaran. Pengertian merupakan tanggapan atau
gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang
dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai
realitas. Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-
pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan
mengenai hubungan yang terdapat di antara dua buah term.
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan
pengetahuan.
Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam
memahami logika. Dimulai dari membentuk gambaran tentang
obyek yang dipahami, kemudian merangkainya menjadi sebuah
hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses berpikir yang
benar untuk menghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika
tersebut harus dipahami secara bersama-sama bagi siapapun yang
hendak memahami dan melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa melalui

99 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit memperoleh
dan menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar.
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja
logika. Dua cara itu adalah induktif dan deduktif. Logika induktif
adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional. Logika
deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
umum rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai
fakta di lapangan (Sumarna, 2008:150)
Kedua jenis logika berpikir tersebut bukanlah dua kutub
yang saling berlawanan dan saling menjatuhkan. Kedua jenis logika
berpikir tersebut merupakan dua buah sarana yang saling
melengkapi, maksudnya suatu ketika logika induktif sangat
dibutuhkan dan harus digunakan untuk memecahkan suatu masalah,
dan pada saat lain yang tidak dapat menggunakan logika induktif
untuk memecahkan masalah maka dapat digunakan logika deduktif.
Seseorang yang sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua
jenis logika berpikir tersebut, tetapi dapat menggunakan satu logika
berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan kemampuan
individunya.
 Matematika sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal mempunyai banyak
kelemahan, karena tidak semua pernyataan dapat dilambangkan
dengan bahasa. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan bahasa
tersebut maka digunakanlah sarana matematika. Suriasumantri
(2003:191), ”Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat kubur (pen: kabur), majemuk dan emosional
dari bahasa verbal”.
Matematika sebagai sarana berpikir deduktif menggunakan
bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan manusia. Keistimewaan
bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan efektif serta jelas
terlihat bentuk hubungannya. Matematika lebih mementingkan

100 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kelogisan pernyataan-pernyataannya yang mempunyai sifat yang
jelas (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:107).
Dengan matematika, sifat kabur, majemuk dan emosional
dari bahasa dapat dihilangkan. Lambang yang digunakan dalam
matematika lebih eksak dan jelas, lambang-lambang tersebut tidak
bisa dicampuri oleh emosional seseorang, suatu lambang dalam
matematika jelas hanya mengandung satu arti sehingga orang lain
tidak dapat memberikan penafsiran selain dari maksud pemberi
informasi. Misalnya, seseorang yang mengatakan: ”Saya punya satu
orang adik perempuan”, orang lain dapat menerima bahwa orang itu
mempunyai satu adik, tidak mungkin orang lain akan mempunyai
penafsiran bahwa orang itu mempunyai dua atau tiga orang adik.
”Matematika mengembangkan bahasa numerik yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif” (Suriasumantri, 2003:193). Matematika biasanya
menggunakan bahasa numeric yang menafikan unsur emosi, kabur
dan majemuk seperti yang terdapat dalam bahasa biasa. Melalui
unsur ini, manusia dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif
yang tidak diperoleh dalam bahasa yang selalu memberi
kemungkinan menggunakan perasaan yang bersifat kualitatif
(Sumarna, 2008:143).
Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran
yang jelas. Untuk membandingkan tinggi dua buah obyek yang
berbeda, misal pohon jagung dan pohon mangga. Dengan bahasa
hanya dapat dikatakan bahwa pohon mangga lebih tinggi dari pohon
jagung, tetapi tidak tahu dengan jelas berapa perbedaan tinggi kedua
pohon tersebut. Dengan matematika maka perbedaan tinggi kedua
pohon tersebut dapat diketahui dengan jelas dan tepat. Misal, setelah
diukur ternyata tinggi pohon jagung 100 cm dan tinggi pohon
mangga 250 meter, maka dapat dikatakan bahwa pohon mangga
lebih tinggi 150 cm dari pohon jagung. Matematika memberikan

101 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
jawaban yang lebih eksak dan menjadikan manusia dapat
menyelesaikan masalah sehari-harinya dengan lebih tepat dan teliti.
Matematika sebagai sarana berpikir deduktif,
memungkinkan manusia untuk mengembangkan pengetahuannya
berdasarkan teori-teori yang telah ada. Misal, jumlah sudut sebuah
lingkaran adalah 3600. Dari pengetahuan ini dapat dikembangkan,
seperti besar sudut keliling lingkaran sama dengan setengah besar
sudut pusat jika menghadap busur yang sama.
 Statistika sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Suriasumantri (2003:225), ”Statistika harus mendapat
tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir
deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat
dilakukan dengan baik”. Orang yang ingin mampu melaksanakan
kegiatan ilmiah dengan baik tidak boleh memandang sebelah mata
terhadap statistika. Penguasaan statistika sangat diperlukan bagi
orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan sah. Statistika
harus dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika
merupakan sarana berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan
statistika untuk berpikir induktif. Matematika dan statistika sama-
sama diperlukan untuk menunjang kegiatan ilmiah yang benar
sehingga akan menghasilkan suatu pengetahuan yang benar pula.
Suriasumantri (2003:225).
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari
perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu
kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadai secara kebetulan.
Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan
kepastian namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-
premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya
mungkin benar mungkin juga salah. Langkah yang ditempuh dalam
logika induktif menggunakan statistika adalah :

102 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
a. Observasi dan eksperimen
b. Memunculkan hipotesis ilmiah,
c. Verifikasi dan pengukuran, dan
d. Sebuah teori dan hukum ilmiah. (Sumarna, 2008:146)
Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak
harus melakukan pengukuran satu persatu terhadap semua obyek
yang sama, tetapi cukup dengan melakukan pengukuran terhadap
sebagian obyek yang dijadikan sampel. Walaupun pengukuran
terhadap sampel tidak akan seteliti jika pengukuran dilakukan
terhadap populasinya, namun hasil dari pengukuran sampel dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian
merumuskan suatu hipotesis untuk dilakukan verifikasi dan uji coba
terhadap data dan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Berdasarkan pengkajian-pengkajian terhadap data dan keadaan di
lapangan tersebut dapat dirumuskan suatu kesimpulan yang
nantinya menjadi sebuah teori atau hukum ilmiah. Artinya,
kesimpulan yang ditarik bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi,
tetapi telah melalui tahap-tahap berpikir tertentu dengan melibatkan
data dan fakta yang terjadi di lapangan.

103 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
RANGKUMAN
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang akan ditempuh agar memperoleh
pengetahuan dengan benar. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah
agar dapat melakukan kegiatan penelaahan ilmiah dengan baik untuk
memperoleh pengetahuan yang benar sehingga dapat meningkatkan
kemakmuran hidup.
Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu yang
berupa sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah berfungsi hanyalah
sebagai alat bantu bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu.
Bahasa merupakan sarana mengkomunikasikan cara-cara berpikir
sistematis dalam memperoleh ilmu. Tanpa kemampuan berbahasa, seseorang
tidak akan dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan benar.
Logika sebagai sarana berpikir ilmiah mengarahkan manusia untuk
berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar.
Logika membantu manusia dapat berpikir dengan sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan
berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang
logis. Logika dapat membedakan antara proses berpikir yang benar dan proses
berpikir yang salah.
Statistika tidak boleh dipandang sebelah mata oleh orang yang ingin
mampu melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Penguasaan statistika
sangat diperlukan bagi orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan
sah. Statistika harus dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika
merupakan sarana berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan statistika
untuk berpikir induktif. Berpikir deduktif dan berpikir induktif diperlukan
untuk menunjang kegiatan ilmiah yang benar sehingga akan menghasilkan
suatu pengetahuan yang benar pula.

104 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF 2

A. Pilihan Ganda
1. Berikut adalah sarana untuk berfikir ilmiah, yaitu…
a. Bahasa, Logika, Matematika, Fisika
b. Bahasa, Logika, Fisika, Statistika
c. Bahasa, Logika, Matematika, Statistika
d. Hanya Bahasa, Matematika, Statistika
e. Semua jawaban benar
2. Alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berfikir ilmiah adalah….
a. Logika deduktif
b. logika induktif
c. Komunikasi Ilmiah
d. Bahasa
e. Suara
3. Berikut yang bukan merupakan fungsi Bahasa adalah…
a. Ekspresi atau emotif
b. Afektif atau praktis
c. Simbolik dan Logik
d. Matematik dan static
e. Simbolik dan Afektif
4. Menurut Immanurl Kant matematika adalah…
a. Intuisionis
b. Pengetahuan yang bersifat sintetik apriori
c. Pengetahuan yang memperhatikan dunia empiris
d. Banyak masalah logika yang sama sekali tidak ada
hubungannya
e. Semua jawaban benar

105 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
5. Berikut yang bukan tahap induksi ilmiah adalah…
a. Observasi dan eksperimen
b. Analisis
c. Hipotesis ilmiah
d. Verifikasi dan pengukuran
e. Semua jawaban salah
B. Esai
1. Jelaskan pengertian dari sarana berfikir ilmiah!
2. Jelaskan manfaat mempelajari sarana berfikir ilmiah!

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat Penguasaan = ( Pilihan Ganda x 10 ) + ( Esai x 25 )

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali


80-89 = Baik
70-79 = Cukup
<70 = Kurang
Apabila menguasai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengalami materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

106 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1
A. Pilihan Ganda
1. B
2. C
3. D
4. B
5. D
6. D
B. Esai
1. Pengetahuan atau kebenaran
2. Metode ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran
yang diharapkan mempunyai karakteristik tertentu berupa sifat
rasional dan teruji sehingga ilmu yang dihasilkan bisa diandalkan.
3. Karena metedologi merupakan ilmu yang membicarakan cara, jalan
atau petunjuk praktis dalam penelitian atau membahas konsep
teoritis berbagai metode atau dapat dikatakan sebagai cara untuk
membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian
TES FORMATIF 2
A. Pilihan Ganda
1. C
2. D
3. D
4. B
5. B
B. Esai
1. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada
langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.
2. Manfaat mempelajari sarana berpikir ilmiah :

107 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
a. membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori
yang lain
b. untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara
baik

108 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)
Abdullah, Haji Abdul Rahman, Wacana Filsafat Ilmu: Analisis Konsep-
konsep Asas dan Falsafah Pendidikan Negara, (Kuala Lumpur: Sanon
Printing Corporation SDN BHD, 2005)
Surajiwo, Filsafat Ilmu; Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007)
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003)
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/sarana-berfikir-ilmiah-dalam-
filsafat/
https://www.kompasiana.com/ulfatulhariroh/5dbac8c2d541df4a4764e332/sarana-
berpikir-ilmiah-dan-cara-penemuan-kebenaran?page=all

109 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
MODUL 5
AKSIOLOGI, ILMU DAN KEBUDAYAAN

KEGIATAN BELAJAR 1
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU

DISUSUN OLEH:
1. M. Ixsan Setiawan (1501620037)
2. Saddam Bimo Eryanto (1501620038)
3. Dhafin Rizky S. (1501620047)

KEGIATAN BELAJAR 2
ILMU DAN KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH:

1. M. Ilham Kemal (1501620013)


2. Nabil Abdurrahman (1501620039)
3. Elida Avissa (1501620046)

110 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
PENDAHULUAN

M odul ini akan membahas ruang lingkup filsafat yang nantinya akan
memberikan pehamaman komprehensif tentang aksiologi serta ilmu dan
kebudayaan. Pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul ini merupakan
hal yang sangat mendasar untuk kita ketahui agar pokok – pokok bahasan dalam
modul – modul selanjutnya dapat segera kita pahami dengan mudah.
Tujuan umum dari modul ini adalah agar kita mampu menjelaskan ruang lingkup
filsafat, sedangkan tujuan khusus dari pembahasan dalam modul ini adalah agar kita
dapat :
1. Mengetahui pengertian aksiologi.
2. Mengetahui nilai kegunaan ilmu.
3. Mengetahui kategori dasar aksiologi.
4. Mengetahui hubungan ilmu dan moral.
5. Mengetahui tanggung jawab seorang ilmuwan sosial.
6. Mengetahui definisi dari ilmu.
7. Mengetahui definisi dari kebudayaan.
8. Mengetahui hubungan antara ilmu dengan kebudayaan.
9. Mengetahui peranan ilmu terhadap pengembangan kebudayaan nasional.
Perlu kita ketahui bahwa filsafat sebaiknya dipahami sebagai kajian yang
sangat mendasar untuk membantu kita dalam melakukan proses berpikir sebab apa
yang kita pikirkan merupakan konsep dasar keberadaan hidup kita sehari-hari. Mari
kita pelajari modul ini dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat kita pahami
sebagai pengetahuan dan ilmu untuk kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di samping itu, juga sebagai upaya untuk menciptakan sosial yang bijak pula atas
segala masalah yang kita hadapi sehari-hari.
Modul ini dibagi menjadi 2 kegiatan belajar, sehingga Anda dapat dengan
lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul
ini.
Kegiatan Belajar 1 : Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu
Kegiatan Belajar 2 : Ilmu dan Kebudayaan

111 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Terakhir, berikut adalah beberapa anjuran agar kita dapat mencapai tujuan umum
dan khusus dari pembelajaran dalam modul ini.
1. Tumbuhkanlah minat baca dengan cara membaca bagian pendahuluan
secara antusias dengan tujuan untuk memahami gambaran instruksi secara
umum dalam modul ini.
2. Bacalah dengan santai materi-materi yang disajikan dalam tiap kegiatan
belajar karena di dalamnya terdapat beberapa harta pengetahuan yang dapat
kita ambil.
3. Saat menemukan hal-hal yang sukar untuk dipahami, luangkanlah waktu
untuk mendiskusikan hal-hal tersebut dengan sahabat-sahabat terbaik dan
dosen yang mengampu mata kuliah ini.
4. Saat mengerjakan tes formatif pada tiap bagian akhir kegiatan belajar,
pahamilah bahwa tes-tes formatif tersebut pada dasarnya tidak bertujuan
secara mutlak untuk menilai sejauh mana pemahaman kita. Tujuan kita
mengerjakan tes-tes formatif tersebut hanya untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman kita saat ini saja. Oleh karenanya, kita dapat mengerjakan tes-
tes tersebut secara berulang-ulang dengan menerapkan anjuran-anjuran
yang pertama sampai terakhir. Kunci jawaban yang diberikan dapat kita
gunakan sesaat setelah mengerjakan tes-tes tersebut hanya untuk
membandingkan jawaban kita sendiri dengan kunci jawaban tersebut.
Berpikirlah bahwa kesalahpahaman dalam proses pembelajaran adalah hal
yang wajar saja.

Selamat Belajar dan Tetap Semangat!

112 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 1

AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU

K ita adalah makhluk tuhan yang mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk


ciptaan yang lain karena kita diberikan akal untuk berfikir dan hati untuk
mengatur emosi kita. Pada saat kita tumbuh berkembang dari anak-anak sampai
dewasa kita mencari tempat yang baik untuk dirinya maupun anak-anaknya baik
pendidikan formal dari SD sampai tingkat lanjutan atas dan perguruan tinggi
maupun pendidikan nonformal. Usaha untuk mendapatkan pendididkan yang baik
inilah yang menjadi usaha untuk mendapatkan ilmu. Menurut Jujun S,
Suriasumantri (1990) ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku
sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi.
Sehingga ilmu yang kita dapat setelah melalui tahapan pendidikan menjadi
alat untuk memperbaharui hidup, mencapai suatu keinginan dan membawa
ketujuan hidup yaitu kebahagiaan. Pada dasarnya ilmu yang kita pelajari bersifat
netral karena ilmu tidak mengenal sifat baik maupun buruk dalam ilmu itu sendiri
tetapi tergantung pada orang yang memiliki ilmu tersebut, bagaimana dia
memanfaatkan ilmu yang telah didapatkannya dan bergunakah ilmu yang telah
dipelajarinya untuk kehidupan sosialnya.
Dalam hal ini ilmu yang berkaitan dengan kegunaannya akan di bahas
dalam kajian filsafat yang ketiga yaitu aksiologi. Karena, pada hakikatnya ilmu
harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sebagai sarana atau
alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan nilai atau
etika, kodrat dan martabat manusia.

113 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
A. PENGERTIAN AKSIOLOGI
Aksiologi merupakan bagian ketiga dari kajian filsafat setelah
ontologi dan epistomologi. Jika dalam kajian entologi mempertanyakan
tentang objek apa yang akan ditelaah dan pada kajian epistomologi
berkaitan dengan bagaimana asal, sifat dan jenis pengetahuan, sedangkan
aksiologi merupakan cabang filsafat yang memepertanyakan bagaimana
manusia menggunakan dan memanfaatkan ilmunya.

Pengertian aksiologi menurut para ahli :


 Menurut Jujun S. Suriasumantri (2003:231) “Aksiologi merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang nilai (value)”.
 Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah
nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai
dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Dan definisi aksiologi
 Menurut Bramel (dalam Amsal, 2009:163) aksiologi terbagi
menjadi tiga bagian:
1. Moral Conduct, etika atau tindakan manusia. Peran utama
aksiologi ini adalah memberi arah pada manusia untuk
melakukan suatu tindakan yang lebih baik.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, Di sini aksiologi
berperan sebagai pembimbing dalam diri manusia untuk
berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya
3. Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, Pada
tingkatan ini, aksiologi berperan sebagai sarana proses
sosialisasi manusia.
 Kattsoff (2004:319)
Mendefinisikan bahwa aksiologi adalah sebagai ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut
pandang kefilsafatan.

114 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya
nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang
nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri
(1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19)
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi
adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai
dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian
tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong),
serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Menurut
Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian:
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan
disiplin khusus yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan
melahirkan filsafat social politik.

115 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
B. ASPEK AKSIOLOGI
Aspek aksiologi filsafat membahas tentang masalah nilai atau moral
yang berlaku dikehidupan manusia. Dari aksiologi, secara garis besar
muncullah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup
manusia yaitu etika dan estetika.
1. Etika
Etika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang membahas
moralitas nilai baik serta juga buruk, etika tersebut bisa di definisikan
sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadipegangan manusia
juga masyarakat yang mengatur tingkah lakunya. Etika berasal dari dua
kata yakni ethos(sifat, watak, kebiasaan) dan ethikos(susila, keadaban
atau kelakuan dan perbuatan yang baik).
Dalam istilah lain dinamakan dengan sebutan moral yang berasal
dari bahasa latin moresjamak dari mos yang memiliki arti adat,
kebiasaan. Dalam bahasa arab disebut dengan sebutan akhlaq yang
memiliki arti budi pekerti dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan
sebutan tatasusila.
Dalam hal tersebut ada berbagai pembagian etika yang dibuat
oleh para ahli etika, beberapa para ahli membagi ke dalam dua bagian,
yakni :
a. Etika deskriptif
Etika deskriptif merupakan cara melukiskan tingkah laku
moral. misalnya: adat kebiasaan, anggapan mengenai baik atau
buruk, tindakan yang di perbolehkan atau tidak. Etika deskriptif ini
mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan.
Oleh sebab itu, etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian
apapun, ia hanya menyampaikan atau memaparkan dan lebih
bersifat netral. Contohnya, penggambaran mengenai suatu adat
mangayau kepala pada suku primitive.
Etika deskriptif dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah
moral yang meneliti cita-cita dan norma-norma yang pernah di
berlakukan didalam kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu

116 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
tempat tertentu atau dalam suatu lingkungan besar yang mencakup
beberapa bangsa. Kedua, sejarah moral yang berupaya untuk
menemukan arti serta makna moralitas dari berbagai fenomena
moral yang ada.
b. Etika normative
Etika normatif ini mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia
dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau juga
masyarakat itu dengan secara lebih kritis dan dapat mempersoalkan
apakah norma itu benar atau juga tidak. Etika normatif memiliki arti
sistem- sistem yang dimaksudkan untuk dapat memberikan petunjuk
atau penuntun dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut
baik atau buruk.
Etika normatif ini disebut dengan filsafat moral atau etika
filsafati. Etika normatif ini dapat dibagi kedalam dua teori, yakni
teori nilai(mempersoalkan sifat kebaikan) dan teori
keharusan(tingkah laku). Adapula yang membagi etika normative
ini kedalam dua golongan, yakni konsekuensialis dan
nonkonsekuensialis.
 Konsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan
ditentukan oleh konsekuensinya
 Nonkonsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu
tindakan ditentukan oleh sebab- sebab yang menjadi dorongan
tindakan tersebut atau ditentukan oleh sifat-sifat hakikinya oleh
keberadaan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta
prinsip-prinsip tertentu.

2. Estetika
Estetika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang
mempersoalkan seni serta keindahan.Istilah estetika berasal dari kata
Yunani aesthesis yang berarti pemahaman intelektual atau pengamatan
spiritual. Estetika memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni,
rasa, selera, kreasi serta apresiasi mengenai suatu keindahan.

117 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Secara ilmiah, estetika didefinisikan sebagai ilmu mengenai nilai-nilai yang
dihasilkan dari emosi-sensorik yang biasa dikenal dengan sebutan
sentimentalis atau cita rasa(selera).
Estetika dibagi dalam dua bagian, yakni :
 Estetika deskriptif menguraikan serta melukiskan fenomena-
fenomena pengalaman keindahan
 Estetika normatif mempersoalkan serta menyelidiki hakikat, dasar,
dan ukuran pengalaman keindahan.
Adapula yang membagi estetika kedalam filsafat seni (philosophy of
art) serta filsafat keindahan (philosophy of beauty). Filsafat seni menitik
beratkan status ontologis dari karya-karya seni serta juga memepertanyakan
pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni dan apakah yang dapat
diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Filsafat
keindahan membahas mengenai apakah keindahan itu ada, apakah nilai
indah itu objektif atau subjektif.
C. PENGERTIAN ILMU DAN MORAL
Menurut kamus besar bahasa indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang sesuatubidang disusun secara bersistem menurut metode tertentu
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang
pengetahuan ilmu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang tertentu.
Sedangkan kata moral berasal dari bahasa latin yaitu, mos yang
berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin yaitu, moralitas adalah
istilah manusia menyebut manusia atau orangl lainnya dalam tindakan yang
memepunyai nilai positif. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,
perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba
melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman. Sedangkan manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral. Yang tidak
memiliki nilai positif dimata manusia lainnya sehingga moral adalah mutlak
yang harus dimiliki manusia.

118 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Asal usul yang melatar belakangi filsafat moral adalah istilah etika
yang dipakai
aristoteles. Etika bersal dari bahasa yunani kuno etika yaitu etos
sedangkan jamaknya taeta. Etos mempunyai banyak arti yaitu tempat
tinggal yang biasa, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berfikir. Sedangkan arti dari taeta yaitu adat kebiasaan.
Ilmu merupakan unsur dari pengetahuan manusia karena dengan
ilmu manusiadapat memenuhi kebutuhannya secara praktis sehingga ilmu
merupakan alat atau sarana untuk menolong hidup manusia dalam mencapai
tujuan hidupnya. Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi
yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan
sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah praktis baik
yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.
Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala alam untuk
tujuan pengertian atau pemahaman namun lebih jauh lagi memanipulasi
faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan
mengarahkan proses yang terjadi. Disinilah masalah moral muncul kembali
namun dalam kaitannya dengan faktor lain, kalau dalam kontempolasi
moral berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap manipulasi ini
masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan atau
secara filsafati dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral
ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Ilmu pengetahuan merupakan lanjutan
konsepsional dari ciri “ingin tahu” sebagai kodrat manusiawi. Tetapi ilmu
pengetahuan itu menuntut persyaratan- persyaratan khusus dalam
pengaturannya (Bakker, 1990).
Teori tentang nilai dalam filsafat membahas tentang etika dan
estetika dimana maknaetika mempunyai dua rati yaitu merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia
dan suatu predikat yang dipakai untuk emmebedakan perbuatan tingkah
laku atau yang lainnya. Nilai atau value dapat bersifat objektif kadang-
kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tersebut tidak

119 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
bergantung pada sabjek atau kesadaran yang menilai. Salah satu nilai
kegunaan ilmu yaitu dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Tugas
filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk mempelajari
dengan serius proses logis dan imajinatif dalam kerja ilmu pengetahuan
(Keraf, 2011).
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang
kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan
sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
praktis baik yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software). Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala alam
untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi
memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk
mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Di sinilah masalah moral
muncul kembali namun dalam kaitannya dengan faktor lain. Kalau dalam
tahap kontempolasi moral berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap
manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu
pengetahuan. Atau secara filsafati dalam tahap penerapan konsep terdapat
masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuwan (Endrotomo,2004).
Menurut Bakhtiar (2010) bahwa Berdasarkan sejarah tradisi islam
ilmu tidaklah berkembang pada arahyang tak terkendai, tetapi ia harus
bergerak pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya.
Kekuasaan anusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh,
eksistensi ilmu pengetahuan bukan “melulu” untuk mendesak kemanusiaan,
tetapi kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk
kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada sang pencipta.

120 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
D. KATEGORI DASAR AKSIOLOGI
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
1. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa
adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses
penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1. Teori nilai intuitif
2. Teori nilai rasional
3. Teori nilai alamiah
4. Teori nilai emotif
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis
sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis.
1. Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan
mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.
Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam
tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena
ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai
eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek,
dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku
manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut
melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku
individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
2. Teori nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif
dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai
hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu
yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta
bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan sesuatu
berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau

121 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya
mengarahkan perilakunya.
3. Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan
kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah
produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh
individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku
manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental
dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai
secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi
manusia.
4. Teori nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan
status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan
etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi
emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bias
diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting
dari tindakan manusia(Poedjawijatna, 2004).
E. Nilai Kegunaan Ilmu
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu diartikan sebagai
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem atau
berhubungan menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu pula. Dalam aksiologi, hal yang paling
dipermasalahkan ialah nilai. Disini nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai. Selanjutnya, aksiologi dijelaskan sebagai kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia. Teori tentang nilai dalam filsafat
dibagi menjadi permasalahan etika dan estetika. Menurut (Rahmat ,2011)
bahwa ilmu pengetahuan diperoleh secara sahih dan andal dengan suatu
penyelidikan ilmiah, yaitu penelitian, maka ia merupakan sebuah proposisi
yang timbul sebagai hasil dari kesimpulan suatu proses pencarian
pengetahuan yang sistematis dan terkontrol.

122 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Etika dimaknai sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Etika menilai perbuatan
manusia yang berkaitan erat dengan norma-norma kesusilaan manusia atau
diartikan untuk mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik
dan tidak baik didalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi
yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai
tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Dalam filsafat estetika dapat
dilihat pada sudut indah dan jeleknya.
Nilai subjektif dapat bersifat subjektif dan objektif. Nilai dapat
bersifat subjektif jika selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas. Hasil nilai
subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau
tidak senang. Misalnya, seorang melihat matahari yang sedang terbenam
disore hari. Akibat yang dimunculkannya adalah menimbulkan rasa senang
karena melihat betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakan nilai
yang subjektif dari seseorang dengan orang lain memiliki kualitas yang
berbeda. Sedangkan Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam
filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini didasarkan suatu gagasan
berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-
benar ada. Misalnya, kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu,
melainkan pada objektivitas fakta.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau
untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi
dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak
menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem
politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

123 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini
semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup
ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu,
setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah.
Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat
diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara
yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan
amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua
masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
F. AKSIOLOGI : NILAI KEGUANAAN ILMU
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia
dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah
laku, atau yang lainnya.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.
Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya,
bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung
padakebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi
penilaian; kesadaran manusia menjadi tolakukur penilaian. Dengan
demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan
yangdimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai
bentuk kemudahan bagi manusia. Namun apakah hal itu selalu demikian?

124 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka
dan kesengsaraan?Memang mempelajari teknologi seperti bom atom,
manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi
keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat
sebaliknya, yakni membawa mausia pada penciptaan bom atom yang
menimbulkan malapetaka. Menghadapi hal yang demikian, ilmu
pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya,
mulai dipertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan?
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa
ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu
sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa
“pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat
atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi
malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bias mengatakan
bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan
alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu
memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan
tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
G. ILMU DAN MORAL
Perkembangan ilmu tidak pernah terlepas dari ketersinggungannya
dengan berbagai masalah moral. Baik atau buruknya ilmu, sangat
dipengaruhi oleh kebaikan atau keburukan moral yang para penggunanya.
Peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat,
merupakan sebuah contoh penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sudah maju pada jamannya. Pada dasarnya masalah moral, tidak bisa
dilepaskan dari tekad manusia untuk menemukan dan mempertahankan
kebenaran. Moral sangat berkaitan dengan nilai-nilai, serta cara terhadap
suatu hal.
Pada awal masa perkembangannya, ilmu seringkali berbenturan
dengan nilai moral yang diyakini oleh masyarakat. Oleh karena itu, sangat

125 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
banyak ilmuwan atau ahli filsafat yang dianggap gila atau bahkan dihukum
mati oleh penguasa pada saat itu. Nicholas Copernicus, Socrates, JohnHuss,
dan Gallileo Gallilei adalah beberapa contohnya. Selain itu ada pula
beberapa kejadian dimana ilmu harus didasarkan pada nilai moral yang
berlaku pada saat itu, walaupun hal tersebut bersumber dari pernyataan-
pernyataan di luar bidang keilmuan (misalnya agama).
Karena berbagai sebab diatas, maka para ilmuwan berusaha untuk
mendapatkan otonomi dalam mengembangkan ilmu yang sesuai dengan
kenyataan. Setelah pertarungan ideologis selama kurun waktu 250 tahun,
akhirnya para ilmuwan mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan
ilmu tanpa dipengaruhi berbagai hal yang bersifat dogmatik.
Kebebasan tadi menyebabkan para ilmuwan mulai berani
mengembangkan ilmu secara luas. Pada akhirnya muncullah berbagai
konsep ilmiah yang di-kongkretkan dalam bentuk teknik. Yang dimaksud
teknik disini adalah penerapan ilmu dalam berbagai pemecahan masalah.
Yang menjadi tujuan ialah bukan saja untuk mempelajari dan memahami
berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia, tetapi
juga untuk mengontrol dan mengarahkannya. Hal ini menandai berakhirnya
babak awal ketersinggungan ilmu dengan moral.Pada masa selanjutnya,
ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda. Yaitu
berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya
terdapat beberapa penggunaan teknologi yang justru merusak kehidupan
manusia itu sendiri. Dalam menghadapi masalah ini, para ilmuwan terbagi
menjadi dua pandangan.
Kelompok pertama memandang bahwa ilmu harus bersifat netral
dan terbebas dari berbagai masalah yang dihadapi pengguna. Dalam hal ini
tugas ilmuwan adalah meneliti dan menemukan pengetahuan dan terserah
kepada orang lain akan menggunakan pengetahuan tersebut atau tidak, atau
digunakan untuk tujuan yang baik atau tidak.
Kelompok lainnya memandang bahwa netralitas ilmu hanya pada
proses penemuan ilmu saja, dan tidak pada hal penggunaannya. Bahkan
pada pemilihan bahan penelitian, seorang ilmuwan harus berlandaskan pada

126 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
nilai-nilai moral. Kelompok ini mendasarkan pandangannya pada beberapa
hal, yakni:
Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu dapat digunakan sebagai
alat penghancur peradaban, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perang
yang menggunakan teknologi-teknologi keilmuan. Ilmu telah berkembang
dengan pesat dan para ilmuwan lebih mengetahui akibat-akibat yang
mungkin terjadi serta pemecahan-pemecahannya, bila terjadi penyalah
gunaan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka kelompok
kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk
kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat
manusia.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah sangat tidak asing
lagi, keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi
malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya “tidak
bermoral” atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi
sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika
dimanfaatkan secara benar dan tepat, tentunya tetap mengindahkan aspek
moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang
ilmuan yang memiliki landasan moral yangn kuat, ia harus tetap memegang
idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuannya. Tanpa
landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuan
bisa menjadi “monster” yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya
bencana kemanusiaan bisa setiap saat terjadi.Kejahatan yang dilakukan oleh
orang yang berilmu itu jauh lebih jahat dan membahayakan dibandingkan
kejahatan orang yang tidak berilmu (boboh). Kita berharap semoga hal ini
bisa disadari oleh para ilmuan, pihak pemerintah, dan pendidik agar dalam
proses transformasi ilmu pengetahuan tetap mengindahkan aspek moral.
Karena ketangguhan suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh
ketangguhkan ilmu pengetahuan tapi juga oleh ketangguhan moral warga.

127 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
H. TANGGUNG JAWAB SOSIAL ILMUAN
Ilmu merupakan hasil karya seseorang yang dikomunikasikan dan
dikaji secara luas oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat-
syarat keilmuan, maka karya ilmiah itu, akan menjadi ilmu pengetahuan dan
digunakan oleh masyarakat luas. Maka jelaslah jika ilmuwan memiliki
tanggung jawab yang besar, bukan saja karena ia adalah warga masyarakat,
tetapi karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat. Fungsinya
selaku ilmuwan, tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi juga
bertanggung jawab atas hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh
masyarakat, serta bertanggung jawab dalam mengawal hasil penelitiannya
agar tidak disalah gunakan.
Selain itu pula, dalam masyarakat seringkali terdapat berbagai
masalah yang belum diketahui pemecahannya. Maka ilmuwan sebagai
seorang yang terpandang, dengan daya analisisnya diharapkan mampu
mendapatkan pemecahan dari masalah tersebut. Seorang ilmuwan dengan
kemampuan berpikirnya mampu mempengaruhi opini masyarakat terhadap
suatu masalah. Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan
kepada masyarakat dalam Bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab
sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung
dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat
dimungkinkan.
Tanggung jawab sosial lainnya dari seorang ilmuwan adalah dalam
bidang etika. Dalam bidang etika ilmuwan harus memposisikan dirinya
sebagai pemberi contoh. Seorang ilmuwan haruslah bersifat obyektif,
terbuka, menerima kritik dan pendapat orang lain, kukuh dalam
pendiriannya, dan berani mengakui kesalahannya. Semua sifat ini beserta
sifat-sifat lainnya, merupakan implikasi etis dari berbagai proses penemuan
ilmiah. Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa
berpikir dengan teratur dan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak atau
menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Disinilah
kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan dengan cara berpikir orang
awam. Kelebihan seorang ilmuwan dalam berpikir secara teratur dan cermat

128 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
inilah yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial. Dia mesti
berbicara kepada masyarakat sekiranya ia mengetahui bahwa berpikir
mereka keliru, dan apa yang membikin mereka keliru, dan yang lebih
penting lagi harga apa yang harus dibayar untuk kekeliruan itu.Sudah
seharusnya pula terdapat dalam diri seorang ilmuwan sebagai suri tauladan
dalam masyarakat.
Dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat
mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang
seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi
masyarakat, ilmuwan yang elitis dan esoteric, dia harus berbicara dengan
bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam. Untuk itu ilmuwan bukan saja
mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas
kepribadiannya.
Dibidang etika tanggungjawab sosial seseorang ilmuwan bukan lagi
memberi informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil didepan
bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka, menerima kritikan, menerima
pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan berani
mengakui kesalahan. Tugas seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil
penelitiannya sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metodologis
yang tepat.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil
penelitian atau penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain
meskipun yang memepergunakan bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat
para ilmuwan bangkit dan bersikap terhadap politik pemerintahnya yang
menurut anggapan mereka melanggar asas-asas kemanusiaan.Pengetahuan
merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan
manusia atau sebaliknya dapat pula disalahgunakan. Untuk itulah tanggung
jawab ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat,
tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral.

129 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
RANGKUMAN
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, kajian tentang nilai – nilai khususnya etika. Ilmu menghasilkan
teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam
penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga
bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan
teknologi harus diperhatikan sebaik – baiknya. Dalam filsafat penerapan
teknologi meninjaunya dari segiaksiologi keilmuan.Seorang ilmuwan
mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan
sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Dalam
menggunakan ilmu kita harus menggunakannya untuk kepentingan bersama
karena ilmu merupakan alat untuk meningkatkan taraf hidup dan bermanfaat
bagi setiap orang apabila ilmu yang kita dapat digunakan berdasarkan nilai
atau etika, kodrat dan martabat manusia. Maka dari itu kegunaan dan manfaat
dari ilmu itu sendiri dikaji dalam aksiologi. Dimana, Aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Ilmu menghasilkan
teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat. Teknologi
dalam perkembangannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia,
tetapi juga dapat menjadi bencana bagi manusia.
Dewasa ini teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat.
Manusia telah menerapkan keduanya delam kehidupannya sehari – hari.
Namun, manusia juga masih banyak menggunakan teknologi dan
pengetahuan secara menyimpang maka hal ini yang menyebabkan bencana
pada manusia itu sendiri. Dengan didukung oleh teknologi yang modern dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat seharusnya manusia
memanfaatkan hal tersebut sebaik mungkin. Manusia dapat berpikir kreatif
agar memperoleh sesuatu yang diharapkan.

130 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF
A. Pilihan Ganda
1. Salah satu dari dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas
hidup manusia yaitu ….
A. Etika
B. Tanggung Jawab
C. Berbuat baik
D. Filsafat objektif
E. Filsafat subjektif

2. Etika berasal dari dua kata yakni ethos dan ethikos. Arti dari kata
ethos adalah ……..
A. Kebaikan
B. Kerja
C. Kejahatan
D. Sifat
E. Adat

3. Dibawah ini termasuk kategori dasar aksiologi …….


A. Aksiologi
B. Ilmu Filsafat
C. Subjectivism
D. Etika
E. Moral

4. Manusia yang tidak memiliki moral disebut ……


A. Moral
B. kriminal
C. Amoral
D. Objectivism
E. Kejahatan

5. Penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat


unsur intuisi (perasaan), merupakan pengertian dari salah satu
kategori dasar aksiologi, yaitu …..
A. Filsafat
B. Objectivism
C. Subjectivism
D. Etika
E. Moral

131 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
B. Esai
1. yang dimaksud dengan Aksiologi menurut jujun S. Suriasumantri
(20003:231) adalah ?
2. yang dimaksud dengan estetika normatif yaitu ?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.

Tingkat Penguasaan : (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali


80-89 = Baik
70-79 = Cukup
<70 = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

132 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 2

ILMU DAN KEBUDAYAAN

I lmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah.
Tidak bisa dipungkiri kenyatannya bahwa peradaban manusia sangat berhutang
pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas
penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya. Singkatnya
ilmu merupakan sarana membantu manusia dalam mencapai tujuannya.
Pada dasarnya ilmu yang kita pelajari bersifat netral karena ilmu tidak
mengenal sifat baik maupun buruk dalam ilmu itu sendiri tetapi tergantung pada
orang yang memiliki ilmu tersebut, bagaimana dia memanfaatkan ilmu yang telah
didapatkannya dan bergunakah ilmu yang telah dipelajarinya untuk kehidupan
sosialnya. Dalam hal ini ilmu yang berkaitan dengan kegunaannya akan di bahas
dalam kajian filsafat yang ketiga yaitu aksiologi. Karena, pada hakikatnya ilmu
harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sebagai sarana atau
alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan nilai atau
etika, kodrat dan martabat manusia.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori – teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemology, dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang
filsafat yakni ontology, epistemology dan aksiologi, jika ketiga cabang itu
terpenuhi, berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.

133 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
A. DEFINISI ILMU DAN KEBUDAYAAN
1. Ilmu
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Ilmu diartikan
sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; atau
pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir,
batin, dsb.
Istilah ilmu berasal dari kata Latin Scientia / Scio / Scire
yang berarti “pengetahuan”. Dan dalam arti luas, ilmu adalah setiap
basis pengetahuan sistematis atau praktik preskriptif yang mampu
menghasilkan prediksi. Ilmu pengetahuan juga dapat dipahami
sebagai teknik atau praktik yang sangat terampil.
Banyak ahli yang mengemukakan definisi dari ilmu. Salah
satunya Cornelius Benjamin. Menurut Cornelius, ilmu adalah
cabang pendidikan fikrah yang merupakan kajian terstruktur
mengenai berbagai pengetahuan, terutama tentang tata cara atau
metode, persepsi, pendapat, serta berbagai informasi umum
mengenai cabang-cabang pengetahuan intelektual. Cornelius
berkata, “Intinya, ilmu adalah pencarian abadi untuk pemahaman
yang cerdas dan terintegrasi dari dunia tempat kita hidup”.
Dari beberapa pengertian ilmu diatas maka dapat kita tarik
kesimpulan bahwa ilmu adalah seperangakat pengetahuan yang
merupakan hasil pemikiran manusia yang memiliki metode atau cara
tertentu yang berguna untuk umat manusia agar manusia dapat
bermanfaat bagi kehidupannya sendiri dan bagi kehidupan orang
lain di masa sekarang dan dimasa yang akan datang.
2. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Di dalam bahasa Inggris,

134 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yang memiliki arti mengolah atau mengerjakan. Bisa juga diartikan
sebagai usaha mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Dibawah ini kami mencantumkan definisi budaya menurut para ahli:
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
Mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
2. Herskovits
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic.
3. Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.
4. Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
5. Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
6. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh
pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui

135 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai
rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan
budaya di antara para anggota suatu masyarakat.
7. Francis Merill
Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi sosial,
Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh
sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan
melalui interaksi simbolis.
8. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan itu mencakup kesatuan yang meliputi
bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta
benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
9. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem ide /gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka memenuhi
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
10. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi
pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
11. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma
yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika
dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
12. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman
dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan

136 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Selanjutnya B. Malinoski dalam M.Munandar Soelaeman


(1987: 13) menentukan unsur-unsur kebudayaan dalam tujuh unsur
universal, yakni:
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem mata pencaharian
4. Organisasi sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
Unsur-unsur kebudayaan diatas meliputi semua kebudayaan
di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang
besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang luas.
Menurut dimensi wujudnya, dalam M.Munandar Soelaeman
(1987: 13) membagi kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia: wujud ini
disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat,
dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang
menganutnya. Seperti nilai budaya, system norma, dan
termasuk juga norma agama. Fungsi sitem budaya ini adalah
menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah
laku manusia.
2. Kompleks aktifitas, berupa aktifitas manusia yang saling
berinteraksi, bersifat kongkret, dapat di amanati dan
diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial, seperti
sekelompok masyarakat, rumah tangga, keluarga, organisasi
masyarakat dan lain-lain.
3. Wujud sebagai benda; mulai dari benda yang diam samapi
pada benda yang bergerak, seperti alat-alat rumah tangga,

137 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
infrastrutur bagunan, alat transportasi, teknologi dan lain
sebagainya.

Kalber dan Smith (Made Pidarta, 2007: 170), menyebutkan


ada 6 fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:
1. Penerus keturunan dan pengasuh anak. Suatu fungsi yang
menjamin kelangsungan hidup biologis kelompok social.
2. Pengembangan kehidupan berekonomi.
3. Transmisi Budaya
4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Pengendalian Sosial; pelembagaan konsep-konsep untuk
melindungi kesejahteraan individu dan kelompok.
6. Rekreasi.

Selanjutnya Kalber dan Smith (Made Pidarta, 2007: 168),


menjelaskan tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan
yaitu:
1. Origasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan
baru. Hasil penemuan ini akan menggeser atau
memperbahrui yang lama. Seperti teori bumi bulat
menggeser teori bumi lempeng, kalau menelpon
menggunakan telpon rumah sekarang lebih bannyak
menggunakan hand phone.
2. Difusi, ialah pembentukan kebudayaan baru akibat
masuknya elemen-elemen budaya yang baru ke dalam
budaya yang lama. Seperti, tarian-tarian kontemporer ada
kalanya merupakan difusi antara tarian klasik dengan tarian
modern.
3. Reinterprestasi, ialah perubahan kebudayaan akibat
terjadinya modifikasi elemen-elemen kebudayaan yang telah
ada agar sesuai dengan keadaaan zaman.Seperti, Zaman dulu

138 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
kawin cukup disahkan oleh warga setempat, sekarang harus
ada surat kawin yang disahkan oleh KUA untuk
administrasi.
B. HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN KEBUDAYAAN
Ilmu merupakan alat bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri
dan merubah lingkungan, memiliki hubungan ang sangat erat dengan
kebudayaan, ilmu dan kebuadayaan adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Menurut Talcot Parsons (Suriasumantri, 1990:272) dia
menyatakan bahwa “Ilmu dan kebudayaan itu saling mendukung satu sama
lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dan kebudayaannya dapat
berkembang dengan pesat, kehidupan masyarakatnya tidak dapat berfungsi
dengan wajar tanpa di dukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan
penerapan”.
1. Perubahan Sosial
Menurut D. O’Neil, dalam “Processes of Change”
mengatakan ada 3 factor yang dapat mempengaruhi perubahan
social:
 Tekanan kerja dalam masyarakat
 Keefektifan komunikasi
 Perubahan lingkungan alam
Perubahan sosial berbeda dengan perubahan lainnya. Yang
menjadi pembeda perubahan sosial dengan perubahan lainnya
adalah perubahan sosial menekankan perubahan yang terjadi pada
aspek kultural atau budaya serta aspek struktural (struktur
masyarakat), dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.
Terdapat beberapa jenis perbuahan sosial, antara lain :
 Teori evolusi
 Teori konflik
 Teori siklus
 Teori linear

139 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
2. Perubahan Lingkungan Masyarakat
Perubahan Kebudayaan juga dapat dipegaruhi oleh
timbulnya perubahan lingkungan yang ada dalam masyarakat,
adanya penemuan-penemuan baru, dan adanya kontak dengan
kebudayaan baru yang ada di sekitarnya. Tapi yang perlu diingat
juga, manusia bukanlah satu-satunya faktor penyebab perubahan
lingkungan.
 Penetrasi damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai artinya masuknya sebuah
kebudayaan yang dilakukan secara damai, sehingga
penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak akan
memunculkan konflik, justru sebaliknya akan memperkaya
khazanah budaya masyarakat setempat.
Penyebaran kebudayaan secara damai dapat
menghasilkan akulturasi, asimilasi, atau sintesis.
o Akulturasi budaya artinya bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru
tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contoh
akkulturasi adalah bentuk bangunan Candi
Borobudur yang menunjukkan adanya perpaduan
antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan
India.
o Asimilasi artinya bercampurnya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru. Dalam hal
ini kebudayaan lama benar-benar hilang. Proses
asimilasi ini berlangsung lama, namun terus
menerus.
o Sintesis artinya bercampurnya dua kebudayaan yang
berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan
baru yang benar-benar berbeda dari kebudayaan asli.

140 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
 Penetrasi kekerasan (penetration violante
Penetrasian paksa yaitu proses masuknya sebuah
kebudayaan yang dilakukan secara paksa dan sifatnya
merusak karena disertai dengan kekerasan, sehingga
menimbulkan guncangan yang merusak keseimbangan
masyarakat.
Contoh:
Penetrasi kebudayaan berarti masuknya pengaruh
suatu kebudayaan ke dalam kebudayaan lain. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa penetrasi budaya dapat
terjadi melalui dua cara yaitu penetrasi damai dan penetrasi
paksa.
C. PERANAN ILMU TERHADAP PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN NASIONAL
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan
merupakan unsur dari kebudayaan kebudayaan di sini merupakan
seperangkat sistem nilai Tata hidup dan sarana bagi manusia dalam
kehidupannya kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang
mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan
kehidupan bernegara pengembangan kebudayaan nasional merupakan
bagian dari kegiatan suatu bangsa baik disadari atau tidak mau pun
dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Dalam rangka pengembangan Kebudayaan Nasional ilmu
mempunyai peranan ganda pertama ilmu merupakan sumber nilai yang
mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional kedua
ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan kotak suatu
bangsa pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar
dibedakan

141 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
RANGKUMAN
1. Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan, oleh sebab itu Langkah-
langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus
memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
2. Menguatkan peran ilmu menjadi salah satu cara dalam menemukan
kebenaran.
3. Asumsi dasar dari kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa
percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
4. Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan
moral.
5. Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan
dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
6. Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan
struktur kekuasaan.

142 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
TES FORMATIF 2

A. Pilihan Ganda
1. Ada beberapa wujud dimensi kebudayaan menurut M. Munandar
Soelaeman…
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
2. Mana yang bukan termasuk teori perubahan sosial…
a. Teori Evolusi
b. Teori Siklus
c. Teori Perkembangan
d. Teori Linear
3. Kata “Kebudayaan” berasal dari kata sansekerta, yaitu…
a. Buddhayah
b. Buddidaya
c. Budaya
d. Buddaya
4. Menurut D. O’Neil, dalam “Processes of Change” mengatakan ada
3 factor yang dapat mempengaruhi perubahan social antara lain,
kecuali:
a. Tekanan kerja dalam masyarakat
b. Pertentangan antara kelas sosial
c. Keefektifan komunikasi
d. Perubahan lingkungan alam
5. Kebudayaan merupakan system gagasan yang menjadi pedoman dan
pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku,baik secara
individu maupun kelompok. Merupakan definisi budaya menurut…
a. Koentjaraningrat
b. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski

143 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
c. M. Jacobs dan B.J. Stern
d. Dr. K. Kupper
B. Esai
1. Sebutkan 1 fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan!
2. Apa itu reinterprestasi?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 2.

Tingkat Penguasaan : (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali


80-89 = Baik
70-79 = Cukup
<70 = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

144 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1
A. Pilihan Ganda
1. A
2. D
3. B
4. C
5. C
B. Esai
1. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai
(value)
2. Estetika normatif mempersoalkan serta menyelidiki hakikat, dasar
dan ukuran pengalaman
TES FORMATIF 2
A. Pilihan Ganda
1. B
2. C
3. A
4. B
5. D
B. Esai
1. Fungsi Utama Kebudayaan dalam Kehidupan
a. Penerus keturunan dan pengasuh anak. Suatu fungsi yang
menjamin kelangsungan hidup biologis kelompok social.
b. Pengembangan kehidupan berekonomi.
c. Transmisi Budaya
d. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Pengendalian Sosial; pelembagaan konsep-konsep untuk
melindungi kesejahteraan individu dan kelompok.
f. Rekreasi.
2. Reinterprestasi adalah :

145 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
a. Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
b. Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan
tinggi (HV,UHV,EHV)
c. Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah
(6 atau 20kV).
d. Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen),
Instalasi, bertegangan rendah

146 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91
c3df5/filsafat-aksiologi

https://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologi

http://pddkbhspascaunj2017.blogspot.com/2017/05/aksiologi-nilai-
kegunaan-ilmu.html

https://www.kompasiana.com/hayyulalkhusna/5df04761d541df5ffa6a
d822/arti-dan-fungsi-aksiologi-dalam-kajian-filsafat

https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91
c3df5/filsafat-
aksiologi#:~:text=Aksiologi%20merupakan%20cabang%20ilmu%20fi
lsafat,yang%20terdapat%20dalam%20suatu%20pengetahuan.&text=
Dalam%20bukunya%2C%20aksiologi%20diartikan%20sebagai,kegu
naan%20dari%20pengetahuan%20yang%20diperoleh.
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/macam-macam-teori-dan-bentuk-
perubahan-sosial-3201/
https://www.studiobelajar.com/perubahan-sosial/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/05/140000869/perubahan-sosial--
arti-dan-bentuknya?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial
http://depirismayanti.blogspot.com/2015/01/makalah-filsafat-ilmu-dan-
kebudayaan.html
https://mayakristiantini.wordpress.com/2017/05/03/filsafat-ilmu-hubungan-antara-
ilmu-dan-kebudayaan-serta-dengan-etika-keilmuan/
https://saintif.com/teori-perubahan-sosial/

147 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
MODUL 6
PENELITIAN ILMIAH DAN SEJARAH FILSAFAT

KEGIATAN BELAJAR 1
TEKNIK PENULISAN ILMIAH DAN ETIKA PENELITIAN
ILMIAH

DISUSUN OLEH:
1. Mahran Mawarid (1501620012)
2. Dede Rizki Mulyana (1501620016)

KEGIATAN BELAJAR 2
FILSAFAT DARI SEBELUM MASEHI SAMPAI MASA KINI

DISUSUN OLEH:
1. Ahmad Fauzan Nugroho (1501520007)
2. Egidya Syahep (1501620024)
3. Ilhamda Gymnastiar (1501620036)

148 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
PENDAHULUAN

M odul ini akan membahas ruang lingkup filsafat yang nantinya akan
memberikan pemahaman komprehensif tentang teknik penulisan ilmiah
dan etika penulisan ilmiah, serta sejarah filsafat dari sebelum masehi sampai masa
kini. Pokok bahasan dan sub – pokok bahasan dalam modul ini merupakan hal yang
sangat mendasar untuk kita ketahui agar pokok – pokok bahasan dalam modul –
modul selanjutnya dapat segera kita pahami dengan mudah.
Tujuan umum dari modul ini adalah agar kita mampu menjelaskan ruang lingkup
filsafat, sedangkan tujuan khusus dari pembahasan dalam modul ini adalah agar kita
dapat :
1. Menuntaskan tugas dari kajian materi yang telah diberikan.
2. Menambah wawasan bagi para pembacanya terkait penulisan ilmiah
3. Mengetahui cara membuat hasil laporan ilmiah yang baik dan benar.
4. Mengetahui perkembangan filsafat pada zaman sebelum masehi hingga kini
5. Mengetahui tokoh-toko filsafat pada zaman sebelum masehi hingga kini.

Perlu kita ketahui bahwa filsafat sebaiknya dipahami sebagai kajian yang
sangat mendasar untuk membantu kita dalam melakukan proses berpikir sebab apa
yang kita pikirkan merupakan konsep dasar keberadaan hidup kita sehari-hari. Mari
kita pelajari modul ini dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat kita pahami
sebagai pengetahuan dan ilmu untuk kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di samping itu, juga sebagai upaya untuk menciptakan sosial yang bijak pula atas
segala masalah yang kita hadapi sehari-hari.
Modul ini dibagi menjadi 2 kegiatan belajar, sehingga Anda dapat dengan
lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dalam modul
ini.
Kegiatan Belajar 1 : Teknik Penulisan Ilmiah dan Etika Penelitian Ilmiah
Kegiatan Belajar 2 : Filsafat Dari Sebelum Masehi Sampai Masa Kini

149 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Terakhir, berikut adalah beberapa anjuran agar kita dapat mencapai tujuan
umum dan khusus dari pembelajaran dalam modul ini.
1. Tumbuhkanlah minat baca dengan cara membaca bagian pendahuluan secara
antusias dengan tujuan untuk memahami gambaran instruksi secara umum
dalam modul ini.
2. Bacalah dengan santai materi-materi yang disajikan dalam tiap kegiatan belajar
karena di dalamnya terdapat beberapa harta pengetahuan yang dapat kita ambil.
3. Saat menemukan hal-hal yang sukar untuk dipahami, luangkanlah waktu untuk
mendiskusikan hal-hal tersebut dengan sahabat-sahabat terbaik dan dosen yang
mengampu mata kuliah ini.
4. Saat mengerjakan tes formatif pada tiap bagian akhir kegiatan belajar,
pahamilah bahwa tes-tes formatif tersebut pada dasarnya tidak bertujuan secara
mutlak untuk menilai sejauh mana pemahaman kita. Tujuan kita mengerjakan
tes-tes formatif tersebut hanya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman kita
saat ini saja. Oleh karenanya, kita dapat mengerjakan tes-tes tersebut secara
berulang-ulang dengan menerapkan anjuran-anjuran yang pertama sampai
terakhir. Kunci jawaban yang diberikan dapat kita gunakan sesaat setelah
mengerjakan tes-tes tersebut hanya untuk membandingkan jawaban kita sendiri
dengan kunci jawaban tersebut. Berpikirlah bahwa kesalahpahaman dalam
proses pembelajaran adalah hal yang wajar saja

Selamat Belajar dan Tetap Semangat!

150 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGIATAN BELAJAR 1

TEKNIK PENULISAN DAN ETIKA PENELITIAN


ILMIAH

T eknik (Bahasa Melayu : Kejuruteraan) atau Rekayasa (Bahasa Inggris :


Engineering) adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan
permasalahan manusia. Penulisan ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh
penulis berdasarkan hasil – hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Jadi,
teknik penulisan ilmiah adalah penerapan ilmu untuk menyelesaikan karya tulis
yang disusun oleh seseorang berdasarkan hasil – hasil penelitian ilmiah yang telah
dilakukannya
Etika adalah konsep nilai yang mengarah pada perilaku yang baik dan
pantas. Terkait dengan norma, moralitas, pranata, baik kemanusiaan maupun
agama. Etika secara estimologi berasal dari kata Yunani, ethos berarti watak
kesusilaan / adat. Menurut K. Berten: Etika adalah nilai – nilai dan norma – norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
Hak menurut Poerwadarminta (1976) adalah kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Hak juga berarti kekuasaan untuk berbuat
sesuatu (karena telah ditentukan oleh aturan, undang – undang, dsb). Hak ada yang
bersifat asasi. Hak asasi merupakan hak yang diperoleh atau dimiliki manusia sejak
kehadirannya didunia. Hak – hak asasi itu bersifat asasi dan universal dalam
pengertian bahwa ia dimiliki manusia dimanapun berasa tanpa memperhatikan
perbedaan bangsa, ras, agama maupun jenis kelamin.

151 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
A. TEKNIK PENULISAN ILMIAH
Teknik (bahasa Melayu : kejuruteraan) atau rekayasa (bahasa
Inggris : engineering) adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk
menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat
pengetahuan, matematika dan pengalaman praktis yang diterapkan untuk
mendesain objek atau proses yang berguna.
Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang
penulis berdasarkan hasil – hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.
Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper)
adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian
atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati
oleh masyarakat keilmuan.
Jadi, Teknik Penulisan Ilmiah adalah penerapan ilmu untuk
menyelesaikan karya tulis yang disusun oleh seseorang berdasarkan hasil –
hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya
penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam
penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang
memungkinkan proses penyampaian pesan bersifat reproduktif dan
impersonal. Bahasa yang digunakan harus jelas dimana pesan mengenai
objek yang ingin dikomunikasikan mengandung informasi yang
disampaikan sedemikain rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti
akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir. Oleh karena
itu maka langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah
mempergunakan tata bahas yang benar. Demikian juga penggunaan kata
harus dilakukan secara tepat artinya harus memilih kata-kata yang sesuai
dengan pesan yang ingin disampaikan.
Pengetahuan ilmiah penuh dengan terminology-terminologi yang
memerlukan penafsiran berbeda antara seorang ilmuan dengan ilmuan

152 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
lainnya. Untuk menghindari salah tafsir itu maka sebaiknya peneliti
menjelaskan pengertian yang dikandung oleh terminologi yang peneliti
pilih. Penjelasan ini pada hakikatnya berlaku pada seluruh proses
komunikasi ilmiah. Kadang-kadang bahkan terminology yang kelihatannya
seakan-akan sudah jelas dan gambling juga membutuhkan penjelasan.
Penjelasan ini diperlukan sebab terdapat pengertian yang banyak sekali
mengenai apa yang dimaksudkan orang dengan pengertian tersebut.
Intensitas penjelasan ini harus sepadan dengan tujuan komunikasi.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa si
penerima pesan mendapatkan copy yang benar-benar sama dengan
prototype yang disampaikan si pemberi pesan. Dalam komunikasi ilmiah
tidak boleh terdapat penafsiran yang berbeda terhadap objek komunikasi
yang sama, yang disebabkan oleh penjiwaan yang berbeda terhadap objek
estetik yang diungkapkan. Komunikasi ilmiah ditujukan pada penalaran dan
oleh sebab itu harus dihindarikan setiap bentuk pernyataan yang tidak jelas
dan bermakna jamak. Selain itu juga harus dihindari bentuk komunikasi
yang mempunyai konotasi emosional.
Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal. Kata ganti perorangan
hilang dan ditempati oleh kata ganti universal yakni “ilmuan”. Proses
pengumpulan data tidak dinyatakan dengan kalimat seperti “saya
bermaksud mengumpulkan data dengan menggunakan kuisioner”
melainkan dengan kalimat yang impersonal yakni “data akan dikumpulakan
dengan mempergunakan kuisioner” dalam hal ini maka yang
mengumpulkan data adalah ilmuan atau peneliti yang tidak disampaikan
secara tersurat.
Pernyataan ilmiah yang dipergunakan dalam tulisan harus
mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat diidentifikasikan orang yang
membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat diidentifikasikan media
komunikasi ilmiah dimana pernyataan tersebut disampaikan apakah itu
makalah, buku, seminar, lokakarya atau sebagainya.
Ketiga, harus dapat diidentifikasikan lembaga yang menerbitkan
publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu penerbiatan

153 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
itu dilakukan. Sekiranya pernyataan ilmiah itu tidak diterbitkan melainkan
disampaikan dalam bentuk makalah atau seminar atau lokakarya maka
harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan
tersebut. Ketiga cara di atas dalam tulisan ilmiah disebut teknik notasi
ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada
dasarnya mencerminkan hakikat dan unsure yang sama meskipun
dinyatakan dalam format dan symbol yang berbeda-beda. Di dunia
keilmuan dikenal beberapa teknik notasi ilmiah yang diakui secara
internasional. Perguruan-perguruan tinggi tertentu biasanya membuat
teknik notasi ilmiah sendiri yang merupakan pedoman penulisan ilmiah di
lingkungannya. Pada dasarnya seorang ilmuan boleh memilih salah satu dari
teknik notasi ilmiah yang telah diakui asalakan dilakukan secara konsisten.
Dalam teknik notasi ilmiah dengan menggunakan catatan kaki,
terdapat dua variasi. Variasi pertama ialah bahwa catatan kaki itu ditaruh
dalam halaman yang sama, sedangkan variasi yang kedua catatan kaki itu
seluruhnya dikelompokkan dan ditaurh pada akhir sebuah bab.
Memilih variasi harus disesuaikan dengan fungsi dari catatan kaki
tersebut. Fungsi pertama dari catatan kaki adalah sebagi sumber informasi
bagi pernyataan ilmiah yang dipakan dalam tulisan ilmiah. Maka untuk hal
ini adalah lebih baik jika menggunakan variasi catatan kaki yang ditaruh
diakahir bab.
Fungsi kedua dari catatan kaki adalah sebagai tempat bagi catatan
kecil. Dalam hal ini adalah lebih baik memilih variasi catatan kaki yang
diletakkan dihalaman yang sama.
Sekiranya dalam penulisan ilmiah terdapat pernyataan orang lain.
Kutipan yang dipinjam tersebut dapat berupa kutipan langsung atau kutipan
tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang dituliskan
dalam karya ilmiah dengan susunan kalimat aslinya tanpa mengalami
perubahan sedikitpun. Sedangkan kutipan tidak langsung adalah dengan
mengubah susunan kalimat yang asli dengan susunan kalimat sendiri.
Pada hakikatnya seorang ilmuan harus mampu menyatakan
pendapat orang lain dalam bahasa sendiri yang mencirikan kepribadian

154 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
penulis. Oleh sebab itu karya ilmiah yang dipenuhi oleh kutipan langsung
yang terlalu banyak tidak mencerminkan kepribadian penulis melainkan
sekedar koleksi pendapat orang lain. Sebaiknya kutipan langsung
intensitasnya tidak melebihi 30 persen dari seluruh kutipan yang ada. Semua
kutipan baik langsung maupun tidak langsung biasanya diterjemahkan ke
dalam bahasa pengantar yang dipakai.
Kutipan langsung memang diperlukan dengan tujuan untuk
mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seorang mungkin membuat
pernyataan sangat otentik yang bisa disalin ke dalam bentuk pernyataan
yang lain akan kehilangan keotentikannya. Gabungan anatar kutipan
langsung dan tidak langsung sering digunakan untuk memadukan antara
penulisan seseorang dengan pernyataan orang lain yang ingin dipertahankan
keasliannya. Kutipan langsung yang jumalahnya kurang dari empat baris
ditaruh dalam tubuh tulisan dengan menggunakan tanda kutip. Untuk
kutipan langsung yang terdiri dari emapt baris atau lebih maka keseluruhan
kutipan tersebut ditaruh dalam tempat tersendiri.

155 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
B. ETIKA PENELITIAN ILMIAH
1. Etika Penelitian Ilmiah
Etika adalah konsep nilai yang mengarah pada perilaku yang baik dan pantas. Terkait
dengan norma, moralitas, pranata, baik kemanusiaan maupun agama. Etika secara
etimologi berasal dari kata Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan / adat. Menurut
K. Bertens: etika adalah nilai – nilai dan norma – norma moral, yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. KBBI, 1988
membedakan etika menjadi 2 bagian : ilmu tentang apa yang baik dan buruk serta
kumpulan azaz atau nilai dan nilai mengenai benar dan salah.
Ada 2 Macam Etika :
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan nasional tentang sikap dan perilaku manusia
serta apa yang dikejar oleh seriap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang
bernilai. Artinya, etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa adanya.
2. Etika Normatif
Etika yang menerapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidupnnya.

Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung,


berakumulasi dan melahirkan teori – teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan
fenomena – fenomena. Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah
sebagai tata cara sistematis yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian
ilmiah juga menjadi salah satu untuk menjelaskan gejala – gejala alam. Adanya
penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena mengalami retroduksi. Penelitian
ilmiah menggunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh banyak orang.

Jadi, etika penelitian ilmiah adalah sebuah konsep yang mengarah pada perilaku yang
pantas dan baik dalam rangkaian pengamatan yang sambung menyambung,
berakumulasi dan melahirkan sebuah teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan
fenomena.

156 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
1. Hak Penulis
Hak menurut Poerwadarminta (1976) adalah kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Hak juga berarti kekuasaan untuk berbuat
sesuatu (karena telah ditentukan oleh aturan, undang – undang dsb). Makna lain
dari hak adalah kewenangan, milik atau kepunyaan. Hak ada yang bersifat asasi.
Hak asasi merupakan hak yang diperoleh atau dimiliki manusia sejak
kehadirannya di dunia. Yang mendasari hak asasi adalah pemikiran bahwa manusia
harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,
kemampuan dan cita – citanya. Hak – hak asasi itu bersifat asasi dan universal
dalam pengertian bahwa ia dimiliki manusia dimanapun berada, tanpa
memperhatikan perbedaan bangsa, ras, agama maupun jenis kelamin.
Dalam kaitannya dengan hak asasi penulis, kita dapat baca dalam Perjanjian
Hak – hak Sipil dan Politik pasal 19 yaitu hak untuk menyatakan pendapat tanpa
mengalami gangguan. Juga pasal 18 yang menjamin hak atas kebebasan berpikir.
Salah satu hak penulis yang paling dasar adalah perlindungan terhadap karya,
gagasan, ide, temuan mereka. Di Indonesia perlindungan ini tercantumm dalam UU
RI No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
2. Hak Cipta
Seorang ilmuan sebelum melakukan aktivitasnya perlu memahami hak
cipta. Hak Cipta menurut UU RI No. 19 Tahun 2002 adalah hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan – pembatasan
menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Berdasarkan pasal 12 Ayat 1 UU tersebut, ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup :
a. Buku, Program Komputer, Pamflet, Perwajahan (Lay Out) Karya Tulis
yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan, lau atau musik dengan atau tanpa teks;
d. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantonim;

157 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
e. Seni rupa dalam bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan;
f. Arsitektur;
g. Peta;
h. Seni batik;
i. Fotografi;
j. Sinematografi;
k. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari
hasil pengalih wujudan.

Perlindungan terhadap ciptaan tersebut termasuk juga semua ciptaan yang


tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang
nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya tersebut (Pasal 12 Ayat 3).

Selanjutnya pasal 13 UU Hak Cipta ini diuraikan tentang hal – hal yang
tidak ada hak cipta yaitu :

a. Hasil rapat terbuka lembaga – lembaga negara


b. Peraturan perundang – undangan
c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah
d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim
e. Keputusan badan artibase atau keputusan badan – badan sejenis lainnya.

Namun dalam pasal 14 sampai dengan pasal 18 dicantuman pembatasan hak


cipta. Pasal yang berkaitan dengan tata cara mengutip tercantum dalam pasal 15.
Pada pasal 15 dijelaskan bahwa dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan
atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Salah satunya
adalah penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.

158 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
3. Hak Penulis Lainnya
Dalam kaitannya dengan publikasi ilmiah di jurnal ilmiah ada beberapa hak
penulis antara lain adalah hak untuk mempublikasikan karyanya, hak untuk
mendapat dana publikasi dari institusi tempat penulis bekerja, hak mendapat
kesempatan yang sama untuk mempublikasikan karyanya. Dalam proses publikasi,
maka penulis berhak mendapatkan pemberitahuan tentang sampainya karyanya di
meja redaksi, diterima atau ditolaknya karyanya disertai dengan alasan penolakan
dan hasil koreksi dari reviewer. Jika penulis mendapatkan adanya
ketidakobyektifan dalam penilaian, maka penulis berhak untuk mengajukan
keberatan-keberatan dengan disertai argumentasi yang ilmiah.
Dalam hal-hal tertentu, penulis juga berhak mendapat royalty, honorarium
atau bentuk lain atas karyanya. Biasanya mengenai hal ini tertuang dalam surat
perjanjian antara penerbit dan penulis. Dalam hal penerbit tidak dapat melakukan
cetak ulang atau edisi revisi, maka penulis berhak mendapatkan haknya kembali.
Dalam hal ini penulis berhak untuk menerbitkan kembali baik dilaksanakan sendiri
ataupun menyerahkan penerbitan karyanya kepada penerbit lain.
4. Kewajiban Penulis
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Atau juga berarti tugas
(pekerjaan, perintah) yang harus dilakukan (Poerwadarminta, 1976). Ada beberapa
kewajiban penulis yaitu:
a. Menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai orang terpelajar.
b. Tanggap terhadap usul/koreksi dari penyunting.
c. Menjunjung tinggi hak, pendapat, temuan orang lain (yaitu menghormati
dan mengakui karya orang lain).Menghormati pembaca dengan cara
menulis karyanya dengan jelas, tepat, singkat, padat dan obyektif.
d. Merevisi karyanya jika diminta penerbit.
e. Melaksanakan atau memberi izin untuk perbanyakan ciptaan/penerjemahan
di wilayah Republik Indonesia dalam waktu tertentu (UU Hak Cipta pasal
16).
f. Dalam kaitannya dengan publikasi ilmiah, maka penulis hanya mengajukan
naskah sesuai dengan format baku dan format media yang bersangutan,

159 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
mengutip secara benar, pentingnya penyunting bagi karyanya, jujur, tidak
melakukan plagiat.
g. Membantu penerbit mencari dana tambahan dan menggalakkan promosi
atas karyanya.
5. Bentuk Pelanggaran Ilmiah
Pelanggaran ilmiah adalah pelanggaran kode standar perilaku ilmiah dan
perilaku etis dalam publikasi penelitian ilmiah profesional. Sebuah tinjauan Lancet
tentang Penanganan Pelanggaran Ilmiah di negara-negara Skandinavia
memberikan definisi contoh berikut, direproduksi dalam laporan COPE 1999:
a. Definisi Denmark: "Niat atau kelalaian besar yang mengarah pada
pemalsuan pesan ilmiah atau kredit palsu atau penekanan yang diberikan
kepada seorang ilmuwan"
b. Definisi Swedia: "Maksud [al] distorsi proses penelitian dengan pemalsuan
data, teks, hipotesis, atau metode dari bentuk naskah atau publikasi peneliti
lain; atau distorsi proses penelitian dengan cara lain."

Bentuk – bentuk dari Pelanggaran Ilmiah:

a. Fabrication
Mengarang, mencatat dan/ atau mengumumkan hasil penelitian tanpa
pembuktian telah melakukan proses penelitian atau bisa dibilang pemalsuan
hasil penelitian.
b. Falsification
Pemalsuan data penelitian atau memanipulasi bahan penelitian, peralatan
atau proses, mengubah atau tidak mencantumkan data atau hasil sedemikian
rupa, sehingga penelitian itu tidak disajikan secara akurat dalam catatan
penelitian.
c. Plagirism

Pencurian proses, objek dan/atau hasil dalam mengajukan usul penelitian,


melaksanakannya, menilainya dan dalam melaporkan hasilhasil suatu
penelitian, seperti pencurian gagasan, pemikiran, proses, objek dan hasil
penelitian, baik dalam bentuk data atau kata- kata, termasuk bahan yang

160 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
diperoleh melalui penelitian terbatas (bersifat rahasia), usulan rencana
penelitian dan naskah orang lain tanpa menyatakan penghargaan;.

161 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
d. Exploitation
Pemerasan tenaga Peneliti dan pembantu peneliti. Misal :
Peneliti senior memeras tenaga Peneliti junior dan pembantu
penelitian untuk mencari keuntungan, kepentingan pribadi,
mencari, dan/atau memperoleh pengakuan atas hasil kerja
pihak lain;
e. Injustice
Perbuatan tidak adil sesama Peneliti dalam pemberian hak
kepengarangan dengan cara tidak mencantumkan nama
pengarang dan/atau salah mencantumkan urutan nama
pengarang sesuai sumbangan intelektual seorang Peneliti.
Peneliti juga melakukan perbuatan tidak adil dengan
mempublikasi data dan/atau hasil penelitian tanpa izin
lembaga penyandang dana penelitian atau menyimpang dari
konvensi yang disepakati dengan lembaga penyandang dana
tentang hak milik karya intelektual (HKI) hasil penelitian;
f. Intended Careless
kecerobohan yang disengaja. Dapat berupa : tidak
menyimpan data penting selama jangka waktu sewajarnya,
menggunakan data tanpa izin pemiliknya, atau tidak
mempublikasikan data penting atau penyembunyian data
tanpa penyebab yang dapat diterima.
g. Duplication
Pempublikasian temuan-temuan sebagai asli dalam lebih
dari 1 (satu) saluran, tanpa ada penyempurnaan, pembaruan
isi, data, dan/atau tidak merujuk publikasi sebelumnya. •
Pempublikasian pecahanpecahan dari 1 (satu) temuan yang
bukan merupakan hasil penelitian inkremental, multi-
disiplin dan berbeda-perpektif adalah duplikasi atau salami
publication.

162 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
RANGKUMAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Teknik
(Bahasa Melayu : Kejuruteraan) atau Rekayasa (Bahasa Inggirs :
Engineering) adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan
permasalahan manusia. Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh
seorang penulis berdasarkan hasil – hasil penelitian ilmiah yang telah
dilakukannya. Oleh karena itu, Teknik Penulisan Ilmiah adalah penerapan
ilmu untuk menyelesaikan karya tulis yang disusun oleh seseorang
berdasarkan hasil – hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.

Etika adalah konsep nilai yang mengarah pada perilaku yang baik dan
pantas. Terkait dengan norma, moralitas, pranata, baik kemanusiaaan maupun
agama. Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, Ethos yang berarti
watak kesusilaan / adat. Menurut K. Bertens: Etika adalah nilai – nilai dan
norma – norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorarng atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. KBBI, 1988 membedakan etika menjadi 2
bagian : ilmu tentang apa yang baik dan buruk serta kumpulan azaz atau nilai
dan nilai mengenai benar dan salah.

Hak menurut Poerwadarminta (1976) adalah kekuasaan yang benar


atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Hak juga berarti kekuasaan untu
berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh aturan, undang – undang, dsb).
Hak ada yang bersifat asasi. Hak asasi merupakan hak yang diperoleh atau
dimiliki manusia sejak kehadirannya di dunia. Hak – hak asasi itu bersifat
asasi dan universal dalam pengertian bahwa ia dimiliki manusia dimanapun
berada tanpa memperhatikan perbedaan bangsa, ras, agama maupun kelamin.

163 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
TES FORMATIF 1

A. Pilihan Ganda
1. Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, Ethos yang
berarti…
a. Kesusilaan atau Adat
b. Sikap dan Perilaku
c. Sopan dan Santun
d. Adat dan Istiadat
e. Sikap dan Kesusilaan
2. Karya Tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil –
hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya, adalah pengertian
dari…
a. Teknik Menulis
b. Teknik Penulisan Ilmiah
c. Penulisan Ilmiah
d. Karya Ilmiah
e. Karya Tulis
3. “Etika adalah nilai – nilai dan norma – norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya”. Pengertian diatas diambil dari tokoh bernama…
a. Suriasumantri
b. Francis Baconn
c. K. Bertens
d. J.A. Keighton
e. Raymon F. Piper dan Paul W. Word

164 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
4. Dalam Etika Penelititan Ilmiah, Etika dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Etika Induktif dan Etika Deduktif
b. Etika Deskriptif dan Etika Normatif
c. Etika Langsung dan Etika Tidak Langsung
d. Etika Nyata dan Etika Tidak Nyata
e. Etika Terbuka dan Etika Tertutup
5. Dibawah ini adalah Kewajiban Penulis, kecuali…
a. Menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai orang terpelajar
b. Tanggap terhadap usul/koreksi dari penyunting
c. Merevisi karyanya jika diminta penerbit
d. Mendapat kesempatan yang sama untuk mempublikasikan karyanya
e. Melaksanakan atau memberi izin untuk perbanyakan ciptaan/penerjemahan di
wilayah Republik Indonesia dalam waktu tertentu.
B. Esai
1. Dari materi diatas, terdapat 7 bentuk dari pelanggaran ilmiah. Sebutkan minimal 3
bentuk dari pelanggaran ilmiah!
2. Sebutkan 3 Hak Penulis Lainnya!

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus berikut untuk
mengethui tingkat penguasaan Anda terhadatp materi Kegiatan belajar 1.

Tingkat Penguasaan : (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 = Baik Sekali

80 – 89 = Baik

70 – 79 = Cukup

<70 = Kurang

165 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
modul selanjutnya. BAGUS! Jika masih di bawah 80, anda harus mengulangi materi Kegiatan
Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

166 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
KEGGIATAN BELAJAR 2

FILSAFAT DARI SEBELUM MASEHI SAMPAI MASA KINI

F ilsafat adalah pemikiran dan kajian menyeluruh terhadap suatu pemikiran, kepercayaan dan
sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian ulang dan analisis konsep
dasar untuk menciptakan kebenaran, pertimbangan dan kebijaksanaan yang baik. Filsafat secara
harfiah berarti “mencintai kebijaksanaan”. Itu artinya filsafat juga memiliki arti mencintai mencari
menuju penemuan kebijaksanaan atau kearifan.Mencintai kearifan disini tentunya bermakna
mencintainya dengan melakukan proses dalam arti pencarian kearifan sekaligus produknya.

Di dalam proses pencarian itu, yang dicari adalah kebenaran-kebenaran prinsip yang
bersifat general. Prinsip yang bersifat general ini harus dapat dipakai untuk menjelaskan segala
sesuatu kajian atas objek filsafat.Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan
mempertanyakan secara sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam
masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk mencapai pengetahuan
yang ilmiah.

Intinya, filsafat ilmu adalah filsafat dengan pokok bahasan ilmu sebagai inti dari apa yang
dipertanyakan mengenai kebenaran. Masalahnya, mudah untuk mengingat dan menjelaskan apa
definisi dari filsafat ilmu namun sulit untuk benar-benar memahami esensi apa yang dipelajari
dalam filsafat ilmu.

167 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
A. AWAL MULA KEMUNCULAN FILSAFAT

Dalam bahasa arab filsafat dikenal dengan istilah “falsafah”, dan di dalam bahasa
inggris “Philosophy”, dua istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu “Philosophia”.
Philosophia secara harfiah dimaknai mencintai kebijaksanaan. Orang yang sedang
berfilsafat biasanya disebut “filosof”.

Istilah philosophia digunakan oleh Phytagoras (sekitar abad ke 6 SM). Makin


populer ketika zaman Socrates dan Plato. Untuk memahami definisi filsafat tidak cukup
dengan mengatahui 2 kata philo dan shopia. Karena definisi filsafat cukup banyak, bahkan
sebanyak jumlah filosof itu sendiri. Plato menilai filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Rene descartes (filosof asal Perancis)
memandang filsafat sebagai himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal
penyelidikannya mencakup Tuhan, alam dan Manusia.

Dalam sebuah seminar di Unpad Bandung, Romo Franz magnis suseno memberi
gambaran sederhana tentang ilmu filsafat. Alkisah pernah ada sebuah ilmu yang mencari
segala-galanya, memperhatikan segala-galanya, menyelidiki segala galanya dan
menjelaskan segala-galanya. Ilmu itu adalah filsafat. Sedangkan Mulyadhi kartanegara
mendefinisikan filsafat sebagai penelitian rasional (akliah) terhadap yang ada
(mawjudat/existents) baik yang fisik maupun non-fisik atau metafisik (apa yang ada di
balik fisik). Jadi intinya filsafat ditinjau dari segi praktis, ia adalah ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Sepintas jika dilihat dari akar katanya, bisa ditebak kalau “filsafat” berasal dari
peradaban Yunani. Namun sejatinya bukan orang Yunani yang merintis pemikiran filsafat
di dunia. Ternyata di negeri-negeri lain, seperti Mesir, Cina dan India sudah lama
mempunyai tradisi filsafat semasa atau sebelum orang Yunani kuno, walau mereka tidak
mempergunakan kata philosophia untuk maksud yang sama.

168 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Menurut dosen STF Driyarkara Prof K. Bartens, ada setidaknya tiga faktor yang
mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya “filsafat” di Yunani:

1. Di Yunani terdapat mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap
sebagai perintis yang mendahului filsafat. Bangsa Yunani telah mengadakan
usaha untuk menyusun mitos-mitos yang beredar di masyarakatnya menjadi
suatu bangunan yang sistematis. Dalam usaha-usaha itu sudah tampak sifat
rasional bangsa Yunani.
2. Peran sastra Yunani dalam bentuk syair-syair yang digunakan untuk buku
pendidikan bagi masyarakat Yunani. Misalnya peranan syair Homeros yang
digemari masyarakat Yunani untuk dibaca dalam rangka mengisi waktu luang.
Syair ini mengandung nilai edukasi.
3. Faktor ilmu pengetahuan yang berkembang pesat di Yunani. Bangsa Yunani
berutang budi kepada bangsa lain, misalnya Mesir untuk ilmu ukur dan ilmu
hitung, serta ilmu astronomi yang dipengaruhi oleh bangsa Babylonia.
4. Para filosof Yunani di masa awal kemunculan filsafat rata-rata punya latar
belakang sebagai ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya. Karena itu, para filosof Yunani yang merintis “filsafat”
disebut sebagai filosof-filosof alam. Mereka berfikir tentang alam: apa
hakekatnya, bagaimana kemunculannya dan apakah sifat-sifatnya yang paling
hakiki. Dengan demikian, filsafat yang pertama lahir adalah filsafat alam.
5. Dalam perjalanannya ketika ditinggal mati para filosof-filosofnya seperti
Socrates, Plato hingga Aristoteles, kajian filsafat menjadi meredup. Sekitar
tahun 529 M. Raja Justinianus memerintahkan bawahannya supaya menutup
seluruh akademi-akademi filsafat dan menyingkirkan para filsof dari bumi
Yunani. Sikap raja lebih dikarenakan kefanatikannya terhadap agama Kristen.

169 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
B. SEJARAH FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu mulai merebak di awal abad ke-20, tapi pada abad ke-19 Francis
Bacon yang menampilkan metode induksi dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat
ilmu dalam khazanah bidang filsafat secara umum. Peran dan fungsi filsafat ilmu mulai
dikenal saat IPTEK maju dengan pesat, sehingga ada rasa khawatir di kalangan para
ilmuwan, filsuf, dan juga agamawan, dimana kemajuan IPTEK dirasa dapat mengancam
eksistensi umat manusia bahkan alam beserta isinya. Hal ini muncul lantaran mereka
melihat perkembangan IPTEK berjalan terlepas dari asumsi dasar filosofnya, seperti
landasan ontologis, epistimologis, dan aksiologis yang cenderung sendiri-sendiri. Karena
itulah, untuk memahami perkembangan IPTEK yang demikian, maka kehadiran filsafat
ilmu diharapkan dapat meletakkan kembali peran dan fungsi IPTEK sesuai dengan tujuan
semula, yaitu mendasarkan diri dan fokus pada kebahagiaan manusia.Berdasarkan
sebagian penjelasan diatas, maka pemakalah akan memaparkan sedikit tentang “Sejarah
Filsafat Ilmu” yang dimulai dari zaman purba sampai zaman modern (kontemporer)
sekarang ini.
C. PERBEDAAN FILSAFAT DAHULU DAN MASA KINI
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini
rasionalisme semakin dipikirkan.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad
Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada
abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaisans. Masa setelah Abad Pertengahan adalah
masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu.
Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat
berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik
Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang
Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari
Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada masa
Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah ketika kita
melihat perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah
masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa

170 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
modern.Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental
dan matematis.Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan
mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian menguasai seluruh Abad Pertengahan
ini melalui hal-hal tersebut.

Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini
terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang,
kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk
bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu.Kebebasan
ini berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa
dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk
menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi
menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang
harus dijawab berdasarkan kemampuan akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini
tanpa harus mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan
tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk dari para filsuf.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan
periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam
kancah pemikiran filosofis Barat.Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf
terkemuka.Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas.Argumentasi
mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga
yang sentimental.Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau
periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung),
dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.
Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju
perkembangan ilmiah yang modern.Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519),
Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-
1643).Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar
filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia merupakan
bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan
teori Aristoteleles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

171 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
Sekalipun demikian, Rene Descartes merupakan filsuf yang paling terkenal pada
masa filsafat modern ini.Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat
modern.Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes belajar filsafat pada Kolese yang
dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang
terkenal, yaitu Discours de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang
uraian tentang metode perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan
bahwa tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan
pendidikannya. Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada sesuatu pun
yang dianggapnya pasti. Segala sesuatu dapat dipersoalkan dan pada kenyataannya
memang dipersoalkan juga
D. PROSES PERKEMBANGAN FILSAFAT SAMPAI MASA KINI
Sejarah perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang
telah dibangun sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh
dikatakan mewarnai diskusi-diskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu
Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides (540-475 SM).
Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad
pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap
pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi,
Pragmatisme, dan Neo-Kantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi
Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan.
zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan.
Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra,
dan Skolastik. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-
kallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini
pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia
karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang
lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi.
Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut

172 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas.
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak
sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi
lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari
proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam
bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk
memasuki peradaban baru umat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung
secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan
diakhiri pada zaman kontemporer.
1. Zaman Pra Yunani Kuno
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh
karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara
empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia
telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima
belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di
Eropa atau Tiongkok.
Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat
di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor
yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di
Yunani.
Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat
suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis
yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk
mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam

173 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab
matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite--mite, manusia mencari
keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis
kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam
semesta disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka
mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh
rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah
tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan
yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan
mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan
dengan mite lain.
Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan
Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair
dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan
untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan
Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat
digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai
nilai edukatif.
Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur
Kuno. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam
mene-rima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur
dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada penga-ruhnya
dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-
bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-
lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak
pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa
Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang
sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional

174 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
tentang problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio)
mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan
berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu,
kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau
mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar
kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai
memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.
2. Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat,
karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal
sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM),
Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga
Aristoteles (384-322 SM).
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-
tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari
unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche
itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron).
Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu
api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei).
Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.

175 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
3. Zaman Keemasan Filfasat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat
dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato
(rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan
pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi
alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia
adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan
mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai
objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut
Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam
filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya
terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang
pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang
ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam
kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada
perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang
masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni
aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut
Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan
metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-
unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan
abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur
kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap
unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut
abstraksi metafisis.
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yang

176 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini
terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.
4. Masa Helintis dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari
Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga
Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut
kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas
membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi
mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang
filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang
pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi
Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan
dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk
menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada
filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul
beberapa aliran berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-
kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut
ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan
dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi”
aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles
dengan Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya terdiri atas atom-atom
yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia
ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan
akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai
obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. Keempat, Neo
Platonisme. Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya
adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala
sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.

177 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
5. Zaman Abad Pertengahan
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun
demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi
pada masa ini.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbul-nya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad
Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan
peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan
logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal
ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran
dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada
zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles
tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama
Kristen adalah benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang
menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan
pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani
yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia
berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat
mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu:
Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah
ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini
mengalami dua tahap: 1) Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai
kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan

178 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2)
Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa
patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode
Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga
tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan
rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat.
Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode
puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi.
Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-
14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah
nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi
petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang
objekti.
6. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis
pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini
adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para
filsuf tersebut yaitu Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an),
dan Galileo Galilei.

179 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
7. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis
sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-1650), tokoh yang
terkenal sebagai bapak filsafat moden. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti.
Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis
turus X dan Y dalarn bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi.
Charles Darwin dengan teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ.
Thompson dengan temuannya elektron.
8. Zaman Kontemporer (Abad ke – 20 dan seterusnya)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur
fundamental yang mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara
historis hubungan antara fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama,
persuasi filosafis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan
subtasional tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan
waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi,
kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang
erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu
tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status
totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan
kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan
kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai
fisika, teori alam semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan
penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi
termasuk salah satu yang rrrengalami kemaj uan sangat pesat.
Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan
sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi
spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang

180 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
sedikit, tetapi secara rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam
spesialis dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di
samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis
antara bidang ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru
seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning.

RANGKUMAN
Dalam bahasa arab filsafat dikenal dengan istilah “falsafah”, dan di dalam bahasa
inggris “Philosophy”, dua istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu “Philosophia”.
Philosophia secara harfiah dimaknai mencintai kebijaksanaan. Orang yang sedang berfilsafat
biasanya disebut “filosof”. Istilah philosophia digunakan oleh Phytagoras (sekitar abad ke 6
SM). Makin populer ketika zaman Socrates dan Plato.

Filsafat ilmu mulai merebak di awal abad ke-20, tapi pada abad ke-19 Francis Bacon
yang menampilkan metode induksi dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam
khazanah bidang filsafat secara umum. Peran dan fungsi filsafat ilmu mulai dikenal saat
IPTEK maju dengan pesat, sehingga ada rasa khawatir di kalangan para ilmuwan, filsuf, dan
juga agamawan, dimana kemajuan IPTEK dirasa dapat mengancam eksistensi umat manusia
bahkan alam beserta isinya.

Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme
semakin dipikirkan.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan
berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan
16 atau pada akhir masa Renaisans. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern.
Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada
hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan
manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung


secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan

181 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan
diakhiri pada zaman kontemporer.

TES FORMATIF 2

A. Pilihan Ganda
1. Apa sebutan untuk orang yang berfilsafat?
A. Falsafah C. Filsafah E. Fulsifah
B. Filosof D. Filasaf
2. “ Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan
murni.” pendapat ini dikemukakan oleh….
A. Socrates C. Phytagoras E.Thales
B. Aristoteles D. Plato
3. Dalam Pembagian secara periodisasi,filsafat barat terbagi dalam beberapa zaman,
Kecuali ?
A. Zaman masa lalu D. Zaman Modern
B. Zaman Yunani Kuno E.Zaman Kontemporer
C. Zaman Abad pertengahan
4. Dalam perkembangan Filsafat ada suatu zaman yang dianggap sebagai Zaman
Keemasan Filsafat. Pada Zaman apakah itu?
A. Zaman Pra yunani Kuno D. Zaman Modern
B. Zaman Abad Pertengahan E.Zaman Kontemporer
C. Zaman Yunani Kuno
5. Pada Zaman Abad Pertengahan terdapat Periode Partistik dan Periode Skolastik.
Terbagi ke dalam berapa tahapkah Periode Paristik?
A. 3 tahap C. 5 tahap E. 7 tahap
B. 4 tahap D. 6 tahap

182 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
F. Esai
1. Mengapa pada Zaman Yunani kuno dianggap sebagai Zaman Keemasan
Filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan Pola pikir mite-mite ?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudia gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Tingkat Penguasaan : (Pilihan Ganda x 10) + (Esai x 25)

Arti tingkat penguasaan : 90-100 = Baik Sekali


80-89 = Baik
70-79 = Cukup
<70 = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Bagus ! Jika masih di bawah 80, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

183 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 1

A. Pilihan Ganda
1. A
2. C
3. C
4. B
5. E
B. Esai
1. Bentuk Pelanggaran Ilmiah :
a. Fabrication
b. Falsification
c. Plagirism
d. Exploitation
e. Injustice
f. Intended Careless
g. Duplication
2. Hak Penulis Lainnya :
a. Hak untuk mempublikasikan karyanya
b. Hak untuk mendapat dana publikasi dari institusi tempat penulis bekerja
c. Hak mendapat kesempatan yang sama untuk mempublikasikan karyanya

TES FORMATIF 2

A. Pilihan Ganda
1. B
2. D
3. A
4. C
5. A

184 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
B. Esai
1. Karena pada masa ini setiap orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide
– ide atau pendapatnya. Yunani pasa masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan
filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi –
mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan
pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan
menumbukan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki
sesuatu secara kritis)
2. Pola pikir mite – mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan
mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi

185 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
DAFTAR PUSTAKA
direktoritraining.com. Teknik Dasar Menulis yang Benar. Diakses pada 21 September 2020, dari
http://direktoritraining.com/teknik-dasar-menulisyang-benar/.

http://zulfikar68.blogspot.com/. (11 Mei 2013). Penulisan Ilmih. Diakses pada 21 September 2020, dari
http://zulfikar68.blogspot.com/2013/05/penulisan-
ilmiahpengertianpenulisan.html#:~:text=Penulisan%20Ilmiah%20adalah%20karya%20tu lis,
penelitian%20ilmiah%20yang%20telah%20dilakukannya.&text=Sebagai%
20wahana%20melatih%20mengungkapkan%20pemikiran,ilmiah%20yang%
20sistematis%20dan%20metodologis.

www.ruangilmiah.com. (14 Mei 2015). Pengertian dan Jenis Karya Tulis. Diakses pada 21 September
2020, dari https://www.ruangilmiah.com/2015/05/pengertian-dan-
jeniskaryatulis.html#:~:text=PENGERTIAN%20KARYA%20TULIS.%20Karya%20t
ulis%20merupakan%20hasil%20karangan,Indonesia%20%28KBBI%29%2
0adalah%20pekerjaan%2C%20hasil%20perbuatan%2C%20buatan%2C%20. pakarkomunikasi.com.
(6 September 2017). 17 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah yang Baik dan Benar. Diakses pada 21
September 2020, dari https://pakarkomunikasi.com/tata-cara-penulisan-karya-ilmiah.

Herdiansyah, H. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Sazali, H. 2012. Etika Penelitian, (Online), (http://kampungsharing.blogspot.com/2012/06/etika-dalam-


melakukan-sebuahpenelitian.html), diakses 20 maret 2015.

Usman, H. Akbar, S.P. 2014. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. ETIKA PENULISAN
KARYA ILMIAH1

Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popoler. Jakarta: Karya Uni Press

Fadh Ahmad.2014. definisi dan asal usul filsafat, (Online),


(https://www.kompasiana.com/fadh_ahmad/54f7fb53a3331175618b480b/fadh-ahmad-filsafat-
definisi-asalusul-dan-manfaat-mempelajarinya?page=all ), di akses pada 18 November 2020

Suara kriting. Sejarah perkembangan filsafat, (Online), (


http://suarakritingfree.blogspot.com/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html ), di akses
pada 18 November 2020

186 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
Wikipedia. Perbedaan filsafat dahulu dan masa kini, (Online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_modern ), di akses pada 18 November 2020

Batara Mulia Hasibuan.2017. sejarah filsafat ilmu, (Online), (https://business-


law.binus.ac.id/2017/03/31/filsafat-sebagai-sarana-pengantar-ke-arah-filsafat-ilmu/ ), di akses
pada 20 November 2020

187 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Anggota Kelompok Penyusun Kegiatan Belajar di
Setiap Modul

KEGIATAN
KELOMPOK ANGOTA KELOMPOK
BELAJAR
1. Rahmawati Nur Pusilat Modul 1
(1501620011) Kegiatan Belajar 1
Kelompok 1
2. Chiika Wynita Ardanie Ke Arah Pemikiran
(1501620060) Filsafat
1. Muhammad Anugerah Modul 1
(1501620004) Kegiatan Belajar 2
Kelompok 2
2. Abdul Wahab (1501620010) Dasar-Dasar
3. Tanti Widia Sinaga (1501620021) Pengetahuan
Modul 2
1. Sekar Salsabila (1501620005)
Kegiatan Belajar 1
Kelompok 3 2. Aisyah Nabila (1501620043)
Reduksi, Integrasi, dan
3. Joshua Aritonang (1501620058)
Kesatuan Ilmu
Modul 2
1. Dendi Setiawan (1501620042)
Kegiatan Belajar 2
Kelompok 4 2. Fadli Aldiansyah (1501620055)
Pembatasan Ilmu dan
3. Safsha Marlianis (1501620069)
Bukan Ilmu
1. Rika Safitri (1501620018) Modul 3
Kelompok 5 2. Ferdimansyah (1501620027) Kegiatan Belajar 1
3. M. Lutfhi Yusrizal (1501620030) Hakekat Ilmu
1. Andi Setiawan (1501620002) Modul 3
2. Jasmine Ramadhanty Kegiatan Belajar 2
Kelompok 6
(1501620006) Ontologi : Hakekat Apa
3. Gladis Nurfatimah (1501620048) yang Dikaji

188 | M o d u l F i l s a f a t I l m u
1. Trivanni Rico Gustian Modul 4
(1501620003) Kegiatan Belajar 1
Kelompok 7 2. Adam Prigantar (1501620025) Epistemologi : Cara
3. Chintya Widyani Rahman Mendapatkan
(1501620034) Pengetahuan yang Benar
1. Ahmad Feri Suprianto
Modul 4
(1501620049)
Kelompok 8 Kegiatan Belajar 2
2. Rezza Nurrohman Pranata
Sarana Berpikir Ilmiah
(1501620014)
1. M. Ixsan Setiawan (1501620037) Modul 5
2. Saddam Bimo E. (1501620038) Kegiatan Belajar 1
Kelompok 9
3. Dhafin Rizky Zaputra Aksiologi : Nilai
(1501620047) Kegunaan Ilmu
1. Muhammad Ilham Kemal
Modul 5
(1501620013)
Kelompok 10 Kegiatan Belajar 2
2. Nabil Abdurrahman (1501620039)
Ilmu dan Kebudayaan
3. Elida Avissa Anice (1501620046)
Modul 6
1. Mahran Mawarid (1501620012) Kegiatan Belajar 1
Kelompok 11 2. Dede Rizky Mulyana Teknik Penulisan Ilmiah
(1501620016) dan Etika Penelitian
Ilmiah
Modul 6
1. Akhmad Fauzan N. (1501620007) Kegiatan Belajar 2
Kelompok 12 2. Egidya Syahep (1501620024) Filsafat Dari Sebelum
3. Gymnastiar (1501620036) Masehi Sampai Masa
Kini

189 | M o d u l F i l s a f a t I l m u a

Anda mungkin juga menyukai