Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Chevron Richmond Refinery merupakan suatu perusahaan pengolahan
minyak mentah (crude oil) dengan penyulingan pada crude unit refinery mencapai
250.000 barrel bensin dan diesel/hari. Pabrik ini berdiri sejak tahun 1970 dan
merupakan perusahaan nasioanal terbesar kedua setelah Texas. Dengan proses
pengolahan campuran minyak mentah , dimana bahan baku minyak dan gas di
pasok dari luar pabrik yang kemudian diolah menjadi berbagai bahan bakar atau
produk bahan bakar minyak seperti bahan bakar bensin, bahan bakar pesawat jet,
minyak diesel, dan minyak pelumas termasuk produk gas seperti LPG hidrogen
yang dikonsumsi sebagai asupan energi industri tersebut (Wilson, 2013).
Pabrik memiliki urutan proses penyulingan minyak meliputi,
1. Distilasi, yaitu proses pemisahan minyak mentah menjadi beberapa
komponen atau disebut “crude oil fraction”
2. Treatment, meliputi pemgolahan bahan untuk menghilangkan sulfur dan
beberapa komponen alami lainnya
3. Cracking, yaitu perengkahan minyak dengan fraksi berat menjadi fraksi yang
lebh kecil sehingga dapat menjadi produk petroleum transportasi
4. Reshaping atau reforming, yaitu pembentukan molekul produk sesuai dengan
spesifikasi produk yang sudah ditentukan
5. Blending, merupakan proses dimana beberapa fraksi hidrokarbon dicampur
dalam suatu tangkiproduk yang dimaksud merupakan hidrokarbon yang
belum terspesifikasi sesaui standar atau tidak masuk kedalam proses teknis
Crude oil fraction atau Crude unit merupakan proses pertama yang
digunakan untuk mengkonversikan minyak mentah menjadi bahan bakar
transportasi yang dipasarkan atau produk lainnya, alat ini dikolaborasikan dengan
Deasphalting Unit (SDA). Pada unit ini, minyak mentah dipisahkan menjadi
berbagai fraksi hidrokarbon melalui beberapa aliran tanpa mengubah molekul
dari fraksi. Crude unit melakukan pemisahan dengan vaporasi dan kondensasi
campuran yng menarik fraksi ringan dari bagian atas kolom distilasi medium-
wight fraksi dari bagian tengah kolom distilasi dan fraksi berat dari bagian bawah
kolom, SDA selanjutnya akan memisahkan fraksi berat yang dihasilkan , residu
vakk manjasi minyak gas, dan residu SDA akan di ekstrasksi oleh pelarut untuk di
recycle. Seluruh bahan bakar minyak dialirkan melalui pipa “side-cut” menuju
tahap lain dari proses penyulingan. Terutama sebelum proses distilasi.
Selama beroperasi, beberapa tahun penting pada permasalahan pabrik
mulai dievaluasi oleh manajemen pabrik dan investigasi beberapa badan terkait.
Seperti pada tahun 2005, chevron bertujuan untuk menjalankan proyek pembaruan
proses pengolahan hidrogen dan energi. Pada tahun 2008, kota Richmond
mengeluarkan sertifikat peringatan dampak aktivitas industri terhadap lingkungan,
namun pada tahun 2010, peringatan tersebut kembali dikesampingkan.
Pada tahun 2011, Chevron menggelar suatu proyek kembali dengan tujuan
memperbaiki salah satu proses yang memberikan dampak pada lingkungan setelah
dikeluarkannya sertifikat dampak lingkungan oleh pemerintah kota Richmond.
Chevron berniat untuk memperbaiki proses yang mengizinkan penyulingan
minyak dengan spesikfikasi produk yang mengandung kadar sulfur tinggi dari
proses yang biasanya untuk melanjutkan produksi bahan bakar transportasi yang
kompetitif dan minyak pelumas.
Pada 6 Agustus 2011, sebuah keadaan yang tidak terduga terjadi pada pipa
side-cut 8 “ pada tower distilasi nomor 4 yang mengandung bahan bakar minyak
pada suhu 640oF. Pipa tersebut mengalami korosi sulfidasi yang disebabkan oleh
meningkatkan kadar sulfur didalam minyak dan pipa mengalami pecah lalu
kemudian menghasilkan hidrokarbon dan steam vapor cloud secara besar-besaran
yang kemudian terbakar setelah 90 detik.
Kecelakaan ini termasuk kedalam kecelakaan yang tidak diprediksi.
Disamping itu, kecelakaan ini merupakan kesalahan pada rangkaian operasi.
Berdasarkan hasil investigasi, selain kadar sulfur yang meningkat, kecelakaan ini
juga disebabkan karena umur alat yang sudah tua serta ketidakpedulain
manajemen terhadap praduga suatu kerusakan awal pada suatu proses yang
sedang mengolah bahan dengan tingkat hazard yang relatif besar. Dengan
demikian, masih diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai kecelakaan
yang terjadi.
2. Tujuan
Mengidentifikasi penyebab terjadinya kecelakaan pada Unit Pengolahan
Minyak Mentah di Chevron Richmond Refinery.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rincian Kejadian


Sekitar jam 3.50 sore pada tanggal 6 Agustus 2012, seorang operator
sedang melakukan pemeriksa rutin di sekitar alat Crude Unit. Operator tersebut
menemukan genangan di lantai yang berasal dari pipa berinsulasi 14 feet diatas.
Tetes-tetesan cairan proses keluar dari pipa ini yang menyebabkan terbentuk
gengangan cairan. Pipa tersebut merupakan pipa nomor 4 yang keluar dari alat
distilasi pada crude unit tersebut dan berisi Light Gas Oil bersuhu 640°F atau
sekitar 340°C. Light Gas Oil merupakan cairan yang mudah menguap dan sangat
mudah terbakar. Selain itu, tidak ada valve antara pipa tersebut dengan tower
distilasi sehingga tidak bisa mengisolasi kebocoran pipa tersebut. Operator
tersebut memanggil kepala operator dan melihat kebocoran tersebut. Menurut
kepala operator, ini merupakan permasalahan serius tetapi tidak sampai harus
mematikan unit sehingga Light Gas Oil tetap mengalir di pipa bocor tersebut.
Berdasarkan standar kerja Chevron dalam mengahadapi kebocoran berbahaya
maka pemadam kebakaran unit tersebut dipanggil untuk memperbaiki pipa
tersebut. Selain itu juga ada manajer, engineer, dan teknisi yang datang untuk
melihat apa yang telah terjadi dan berdiskusi cara menangani pipa bocor tersebut.
Mereka sempat berdiskusi tentang saran operator untuk mematikan alat dan
menghentikan proses tetapi pada akhirnya mereka sepakat untuk membuka
insulasi pipa dan menutupi titik kebocoran pipa tersebut menggunakan clamp
tanpa harus mematikan pabrik. Salah satu orang pemadam kebakaran mencoba
membuka insulasi pipa menggunakan tongkat yang bercabang runcing yang
dinamakan pike pole. Idealnya, ujung runcing tongkat tersebut bisa dikaitkan pada
celah-celah pipa dan ditarik ke bawah hingga lepas. Tetapi dalam proses
mengkaitakan ujung tongkat ke celah, hal ini mengoyangkan dan menusuk pipa
yang membuat lubang kecil. Metode ini tidak berhasil. Para pekerja sekitar
memasang perancah sehingga lebih mudah untuk kedua pemadam kebakaran
dalam melepas insulasi dikarenakan lebih dekat ke pipa. Akhirnya insulasi
berhasil dilepas namun uap hidrokarbon keluar. Kedua pemadam kebakaran
tersebut menghindardari uap tersebut. Uap hidrokarbon panas yang tercampur
dengan udara langsung terbakar. Kedua pemadam kebakaran tersebut langsung
turun dari perancah dan pemadam kebakaran lainnya yang dibawah langsung
menyiram pipa tersebut dan apinya mati. Titik kebocoran pipa tersebut tetap tidak
terlihat karena ditutupi sisa insulasi dan juga air sehingga dicoba melepaskan
insulasi dengan air bertekanan tinggi. Hal ini malah memperburuk keadaan
dikarenakan pipa lebih rusak lagi dan tidak hanya uap yang keluar tetapi cairan
proses juga keluar. Pada akhirnya terbentuk keputusan untuk mematikan pabrik
dan menghentikan proses, tetapi sudah terlalu lambat. Pipanya membentuk lubang
yang besar yang menyebabkan uap dan cairan kelaur dalam jumlah besar. Uap
yang keluar membentuk vapor cloud yang tak hanya menutupi unit tersebut, tetapi
sudah sampai satu pabrik Chevron tersebut termasuk 19 orang yang sekitar unit
tersbut. Kesembilanbelas orang tersebut harus keluar dari vapor cloud dengan cara
merangkak akibat kabut tebal tersebut. Tepat pukul 6.30, yaitu 2 menit setelah
terbentuk vapor cloud, terjadi kebakaran besar dan merusak satu pabrik (USCSB,
2013).

2.2 Analisa
Analisis penyebab kejadian:
1. Pipa bocor diakibatkan oleh pipa yang sudah tipis. Pipa tersebut sudah
teralu tipis sehingga bisa tebentuk lubang saat ditusuk pakai pike pole.
2. Pipa bisa tipis karena korosi dan umurnya yang tua. Dinding pipa akan
berkorosi dalam jangka waktu tertentu.
3. Korosi yang terjadi akibat sulfur yang secara alami ada dalam minyak
mentah sehingga proses ini dinamakan Sulfidation Corrosion.
4. Dalam perbaikan alat atau pipa proses, seharusnya tidak ada fluida proses
yang berada dalam alat/pipa tersebut. Seharusnya pabrik tersebut di
Shutdown.
5. Para pekerja menganggap terlalu remeh akan kejadian buruk sehingga
membiarkan proses berjalan saat perbaikan. Ada juga kemungkinan kecil
bahwa perkerja tidak mengetahui seberapa cepat uap hidrokarbon dapat
nyala.
6. Api kecil pertama walaupun langsung dimatikan tetapi sudah membuat
pipa dalam keadaan lebih rapuh dan buruk. Sehingga lubang yang ada
pada pipa bisa lebih besar dari sebelumnya.

2.3 Mitigasi
Mitigasi merupakan upaya pengurangan dampak resiko kecelakaan yang
dilakukan ketika suatu kecelakaan sudah terjadi. Upaya ini dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan yang lebih parah yang disebabkan oleh kejadian
tersebut. Berikut beberapa upaya pengurangan dampak resiko kecelakaan pada
kecelakaan di Unit Pengolahan Minyak Mentah, Chevron Richmon Refinery.
1. Ketika teridentifikasi kebocoran pipa dari cairan hidrokarbon yang mudah
terbakar, tim pemadam kebakaran didatangkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Hal ini dilakukan berdasarkan standar operasi Chevron. Ini merupakan salah satu
bentuk mitigasi yang dilakukan pihak perusahaan untuk mencegah terjadinya
kebakaran.
2. Saat percikan api muncul dari pipa tersebut, dilakukan emergency
shutdown untuk mencegah terjadinya ledakan, akan tetapi pada kasus ini upaya
tersebut terlambat dilakukan sehingga ledakan tetap terjadi.
3. Ketika isolasi pipa dibuka, uap hidrokarbon keluar dari bagian pipa yang
bocor dan menyebabkan 19 pegawai yang saat itu berada di tempat kejadian
terjebak oleh vapour cloud pekat yang menghalangi penglihatan serta
mengganggu pernapasan. Hal ini dapat berdampak buruk apabila mitigasi yang
dilakukan tidak sesuai. Untuk mengatasi penglihatan yang terganggu oleh uap
pekat tersebut, pegawai berusaha menyelamatkan diri dengan merangkak keluar
dari wilayah beruap. Aksi tersebut membuat pegawai yang saat itu berada di
tempat kejadian selamat.

2.4 Preventif
Preventif merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Upaya ini
dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak muncul kecelakaan pada saat proses
beroperasi. Beberapa hal yang seharusnya dilakukan oleh Chefron Richmond
Refinery untuk mencegah terjadinya kecelakaan serupa :
1. Kecelakaan tersebut terjadi pada unit pengolahan minyak mentah dimana
hidrokarbon yang masih mengandung sulfida dialirkan menuju tower destilasi
menggunakan pipa. Material pipa yang digunakan adalah carbon steel dengan
tingkat silikon yang rendah. Menurut analisa, material jenis ini akan sangat
mudah terkorosi oleh sulfida yang mengalir pada suhu tinggi. Sebaiknya
digunakan material pipa yang inherently saver corrosion seperti stainless
steel.
2. Pada saat kebocoran pipa teridentifikasi, pihak pabrik memutuskan untuk
tetap menjalankan operasi seiring dilakukannya pemeriksaan dan perbaikan.
Tindakan pencegahan yang seharusnya dilakukan adalah operasi pada unit
tersebut dimatikan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan.
3. Pipa yang digunakan sudah dipasang sejak tahun 1976 dan belum ada
perbaikan sejak saat itu. Pada tahun 2002 hingga kejadian terjadi, sudah enam
kali dilakukan inspeksi terhadap pipa tersebut namun tidak ditanggulangi oleh
pihak manajerial. Seharusnya rekomendasi dari hasil inspeksi 100% diikuti.
4. Ketika kecelakaan tersebut terjadi, tindakan beberapa pegawai tergolong tidak
sesuai, seperti menusuk isolasi pipa menggunakan tombak yang memiliki
ujung runcing. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran lain pada
pipa yang sudah korosi. Seharusnya diberikan pelatihan kepada karyawan
untuk penanganan masalah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecelakaan pada perusahaan Chevron Richmond Refinery adalah
terjadinya korosi sulfidasi pada pipa yang disebabkan oleh meningkatkan kadar
sulfur di dalam minyak dan pipa mengalami pecah. Kecelakaan ini juga
disebabkan karena umur alat yang sudah tua serta ketidakpedulian manajemen
terhadap praduga suatu kerusakan awal pada suatu proses yang sedang mengolah
bahan dengan tingkat hazard yang relatif besar.

B. Saran
Evaluasi dan invesigasi pabrik harus rutin dilakukan sesuai penjadwalan
dan penindakan yang yang tepat. Jangan pengabaikan atau mengesampingkan hal-
hal kecil seperti penggunaan alat yang dapat menyebabkan kerusakan lebih parah
dan alat-alat yang sudah layak untuk diganti. Setiap pabrik perlu dilakukan
pelatihan penanganan kecelakan yang tepat.
DAFTRA PUSTAKA

APPENDIX 3. Overview of Oil Refinery Process:Chevron Refinery


Modernization Project EIR

Planning Division of Richmond city tentang Chevron Rhicmond Refinery Revised


Renewal Project, 2011. California.

United States Chemical Safety Board. 2013. Animation Video of Fire at Chevron
Richmond Refinery August 3, 2012. http://www.csb.gov/. Diakses pada
tanggal 23 November 2016.

Wilson, M. 2013. Chemical facility safety in an era of climate change:Training for


worker participation and community engagement. Case Study: The
Richmond, Chevron Refinery Fire. California Dept. of Industrial
Relations.

Anda mungkin juga menyukai