Anda di halaman 1dari 67

ALAT BANTU dan ALAT PERAGA

PENYULUHAN PERTANIAN
April 3, 2010 · Disimpan dalam PENYULUHAN PERTANIAN

ALAT BANTU PENYULUHAN PERTANIAN

Adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna
memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan.

Ragam alat bantu penyuluhan yang diperlukam setiap penyuluh :

1. Kurikulum

Memuat pernyataan tertulis tentang perencanaan pendidikan yang meliputi tujuan yang ingin
dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pendidik, daftar mata pelajaran yang
akan disampaikan, dan rencana evaluasi yang akan dilaksanakan.

1. Lembar-lembar persiapan penyuluhan

Berupa lembar persiapan menyuluh (LPM), lembar persiapan latihan (LPL) dan lembar
persiapan kerja (LPK).

1. Papan penulis atau papan penempel

Papan penempel yang biasa digunakan di lapangan adalah papan yang dilapisi dengan kain
panel. Sedang di dalam ruang, digunakan papan bermagnit.

4. Alat tulis

Disarankan penyuluh membawa alat tulis yang beragam warna baik itu kapur berwarna, pensil
berwarna, bolpen dsb.

5. Sarana ruangan

Beragam alat bantu dalam ruangan : pengeras suara, penata cahaya (lampu), dan penata udara
(kipas angin atau AC).

6. Projector

Alat bantu penyuluhan yang berupa beragam projektor :

1. Overhead projektor, untuk memproyeksikan tulisan dan atau gambar yang ditulis pada
bahan tembus cahaya (plastik, transparancy sheet)
2. Solid projektor, semacam Overhead projektor tetapi untuk memproyeksikan benda-
benda tembus cahaya.
3. Movie projektor, untuk memproyeksikan film dan film strip.
4. Slide projektor, untuk memproyeksikan gambar/tulisan yang direkam dan slide film.

ALAT PERAGA PENYULUHAN

Di dalam penyuluhan dikenal beragam alat peraga di antaranya adalah :

1. Benda

Alat peraga semacam ini terutama dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan
ketrampilan sasaran dalam tahapan minat, menilai dan mencoba. Ada beberapa macam alat
peraga berupa benda ini :

1. Sample atau contoh, yaitu benda atau barang asli yang dapat dibawa penyuluh untuk
dijelaskan kepada sasaran penyuluhannya. Misalnya, contoh benih, contoh pupuk dll.
2. Model atau tiruan, biasanya digunakan jika benda asli sulit didapat, volumenya bisa
terlalu besar untuk dibawa ke lokasi penyuluhan atau terlalu kecil untuk mudah diamati
oleh sasarannya tanpa peralatan khusus. Misal : contoh traktor, contoh bibit penghijauan,
lebah, ulat dll.
3. Specimen atau benda asli yang telah diawetkan karena benda asli sulit didapat. Dari
ketigaanya, benda aslilah yang paling baik.

2. Barang cetakan

Pamlet atau selebaran, yaitu barang cetakan berupa selembar kertas bergambar atau bertulisan
dan dibagi-bagikan secara langsung oleh penyuluh kepada sasaran, ke jalan raya atau disebarkan
dari udara melalui pesawat terbang atau helikopter. Alat peraga ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan kesadaran sasarannya.

a. Leaflet atau folder

Perbedaan leaflet dengan pamflet adalah :

1) Umumnya dibagikan langsung oleh penyuluhnya.

2) Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat menjadi dua (4 halaman) sedang folder
dilipat menjadi 3 (6 halaman) atau lebih.

3) Leaflet lebih banyak berisikan tulisan daripada gambar.

4) Ditujukan pada sasaran untuk mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilannya pada tahap
minat, menilai dan mencoba.

5) Brosur atau booklet


6) Merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan (lebih dominan) yang berupa
buku kecil setebal 10-25 halaman dan maksimal 50 halaman.

b.Placard dan poster

Keduanya merupakan barang cetakan dengan ukuran relatif besar yang ditempel ditembok,
pohon atau direntangkan di pinggir/tengah jalan. Placard lebih banyak berisi tulisan sedang
poster lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk mempengaruhi perasaan/sikap
dan pengalaman sasaran pada tahapan sadar dan minat.

c. Flipchart atau peta singkap, adalah sekumpulan poster selebar kertas koran, yang
digabungkan menjadi satu.

d. Photo, dimaksudkan untuk mengenalkan inovasi atau menunjukkan bukti-bukti


keberhasilan/keunggulan satu inovasi yang ditawarkan.

e. Flanelghrap, merupakan alat peraga berbentuk potongan gambar atau tulisan yang
ditempelkan pada papan magnit atau kain flanel.

3. Gambar yang diproyeksikan

Transparancy sheet adalah lembaran mika (plastik) bergambar dan atau bertulisan yang
diproyeksikan ke layar dengan menggunakan overhead proyektor. Biasa digunakan di dalam
pertemuan kelompok di dalam ruangan .

a. Slide film, suatu hasil karya photografi yang berupa film positif yang diberi bingkai untuk
diproyeksikan di layar dengan menggunakan slide proyektor. Berupa gambar bisu(tidak
bersuara).

b. Film strip, seperti halnya slide film hanya saja masing-masing gambar tidak dipisahkan dan
diberi bingkai, tetapi menjadi suatu rangkaian yang tak terpisahkan dalam satu paket penyuluhan
yang utuh.

c. Movie film, obyek yang diproyeksikan tidak berujud bergambar gambar mati melainkan
berupa gambar bergerak. Selain itu sudah diisi dengan suara dubbing.

d. Video dan TV, seperti halnya dengan movie film, bedanya film positif yang dihasilkan
tersimpan dalam kotak kaset dan penyajiannya selalu dihubungkan dengan televisi sebagai
layarnya.

4. Lambang grafika

1. Grafik
2. Diagram
Lambang grafika ini tidak bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan antar peubah (variabel)
tetapi hanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu benda atau peralatan tertentu.

1. Bagan, shema atau chart

Di dalam praktek, dikenal beragam bagan atau shema yaitu :

1) Pictorial chart, yaitu gambar dari suatu sistem yang dilengkapi dengan rincian dari sub
sistem yang menyusunnya.

2) Tabula chart, digambarkan sebagai suatu tabel berisi keterangan tentang keadaan masing-
masing bagian (sub sistem) dari suatu sistem yang ingin dijelaskan.

3) Ginealogical chart, yaitu gambaran tentang hubungan antar sub sistem yang ingin
dijelaskan berdasar hubungan garis keturunan.

4) Flow chart, yaitu gambaran tentang hubungan antar sub sistem dari sistem yang ingin
dijelaskan berdasar alur kegiatan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing
sub sistem yang bersangkutan.

5) Organizational chart yaitu gambaran tentang struktur organisasi yang menunjukkan saling
berhubungan antar sub sistem dalam sistem yang ingin dijelaskan.

Progress chart, yaitu gambaran singkat tentang tingkat perkembangan yang dialami oleh masing-
masing sub sistem dalam sistem yang ingin dijelaskan.

http://h0404055.wordpress.com/2010/04/03/alat-bantu-dan-alat-peraga-penyuluhan-pertanian/

ALAT PERAGA DAN PEMILIHAN ALAT PERAGA PENYULUHAN

Penyuluhan merupakan pendidikan non formal dimana sistem pendidikannya terprogram di luar
sekolah sehingga penyuluhan memerlukan perencanaan yang jelas mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan. Terkait dengan itu, pelaksanaan kegiatan penyuluhan selain menentukan topik atau
materi penyuluhan yang akan diajarkan juga harus memetapkan alat peraga penyuluhan yang
sesuai dengan sasarannya serta persiapan tentang sarana penyuluhan dalam hal ini adalah alat
peraga penyuluhan dan pemilihan alat peraga tersebut guna membantu kelancaran kegiatan
penyuluhan yang akan dilaksanakan. Persiapan sarana penyuluhan terutama alat peraga sangat
membantu sasaran dalam menerima materi yang diajarkan oleh penyuluh.

Oleh sebab itu, alat peraga sangat perlu di dalam penyuluhan. Pemilihan alat peraga ini harus
disesuaikan dengan kondisi masyarakat sasarannya serta alat peraga ini juga akan mempengaruhi
proses belajar dalam penyuluhan tersebut.
Alat Peraga Penyuluhan

Jahod Sumabrata mengemukakan bahwa alat-alat peraga adalah sesuatu (alat, benda) yang dapat
dilihat untuk menjelaskan apa yang dimaksud. Tetapi di dalam praktek, alat peraga tidak selalu
hanya merupakan sesuatu (alat, benda) yang dapat dilihat atau diamati dengan mata, melainkan
seringkali juga alat atau benda yang dapat dilihat dan didengar (Departemen Kehutanan, 1996).

Agak berbeda dengan pengertian tersebut, menurut Mardikanto (1985) mengartikan alat peraga
sebagai berikut : Alat atau benda yang dapat diamati, diraba atau dirasakan oleh indera
manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang
disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran
penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran
penyuluhan yang bersangkutan.

Penggunaan alat peraga dalam penyuluhan pertanian bukan saja merupakan suatu kebutuhan
melainkan suatu keharusan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan alat
peraga adalah sebagai berikut :

 Banyak konsep dalam bahan pengajaran pertanian yang memerlukan kesamaan persepsi
dari pihak sasaran, sebab bila berbeda-beda maka akan menimbulkan salah tafsir dan
salah tindakan untuk selanjutnya.
 Dalam studi pertanian terdapat unsur-unsur yang proses bekerjanya sangat lambat
sehingga sulit dilihat dengan mata, misalnya proses tumbuhnya sekumtum bunga, proses
tumbuhnya akar dan sebagainya. Hal-hal seperti itu hanya dapat dipelajari lebih mudah
dengan menggunakan alat peraga yang cocok untuk itu.

 Di samping itu, ada pula hal-hal atau kejadian dalam studi pertanian yang proses kerjanya
sangat cepat sehingga memerlukan bantuan alat peraga untuk mempelajarinya seperti
penggunaan film atau film strip dan lain-lain. Misalnya angin kencang merusak tanaman,
serangan hama belalang yang merusak tanaman dan sebagainya.
 Dalam bidang pertanian sering terdapat benda-benda yang terlampau besar, sehingga sulit
disediakan.
 Sebaliknya juga banyak benda-benda yang sangat kecil yang sulit diamati dengan alat
indera manusia, baik dengan penglihatan maupun dengan pendengaran.
 Banyak pula kejadian sehari-hari yang berkenaan dengan masalah pertanian yang akan
lebih mudah dipelajari melalui alat peraga yang harus secara langsung diamati pada satu
waktu atau dalam kesempatan tertentu saja.
 Peristiwa masa lampau atau kejadian yang akan terjadi masa datang sangat sulit diamati.
Sehingga diharapkan dengan batuan alat peraga ini dapat memflash back kejadian dimasa
lalu dan memprediksi kejadian dimasa mendatang misalnya dengan pemutaran film.
 Banyak proses-proses yang harus dikerjakan dalam memepelajari ilmu pertanian yang
memerlukan bantuan alat peraga agar lebih mudah dan lebih menarik minat sasaran
penyuluhan. Misalnya demonstrasi cara mencangkok dan lain-lainnya (Hamalik, 1990).
Lebih lanjut, Ooy Sunarya (1978) mengemukakan bahwa alat peraga penyuluhan sebenarnya
tidak sekedar berfungsi sebagai alat peraga atau penjelas, melainkan memiliki fungsi yang
beragam yaitu:

 Menarik perhatian atau memusatkan perhatian sasaran , sehingga lebih


mengkonsentrasikan diri untuk mengikuti jalannya penyuluhan yang sedang dilaksanakan
oleh penyuluh.
 Memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang diuraikan atau disampaikan
penyuluh secara lisan , sehingga dapat menghadirkan terjadinya salah pengertian yang
tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh penyuluhnya.
 Membantu penyuluhan lebih efektif , karena sasaran lebih cepat menerima dan memahami
segala sesuatu yang dimaksudkan penyuluhnya.
 Dengan peragaan akan dapat menghemat waktu yang diperlukan penyuluh untuk
menjelaskan materi yang ingin disampaikan/ dijelaskan.
 Memberi kesan lebih mendalam , sehingga sasaran tidak mudah melupakan kegiatan yang
pernah diikutinya.

Kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu berbeda-beda, demikian juga tahap


perkembangan mental, keadaan lingkungan dan kesempatannya berbeda-beda, sehingga perlu
ditetapkan suatu alat peraga penyuluhan pertanian yang berdaya guna dan berhasil guna. Tahap
perkembangan mental seseorang dapat digolongkan dalam tahap penumbuhan pertanian, tahap
kesadaran, penumbuhan minat, tahap menilai, tahap mencoba dan tahap menerapkan. Tahapan-
tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

 Tahap kesadaran; dalam hal ini seseorang berada dalam keadaan sekedar mengetahui,
belum memahami secara mendalam apa yang termakna dalam hal yang baru
diketahuinya.
 Tahap minat; pada tahap ini seseorang sudah mulai aktif mencari keterangan-keterangan
yang lebih banyak, dihubungkannya ide atau praktek baru itu dengan keadaan yang sudah
terjadi dan pernah dialaminya, serta perhitungan untung rugi sudah melintas dalam
pikirannya.
 Tahap menilai; dari adanya pengetahuan dan beberapa keterangan yang jelas, akhirnya
dihubungkan dengan tingkat kemampuan yang ada pada dirinya, bagaiamana
kemungkinan hasilnya dan bagaimabna yang sudah dilakukan orang lain.
 Tahap mencoba; apabila dirasakan ide atau praktek baru tersebut mampu untuk
dilaksanakan kemudian diadakan kegiatan mencoba-coba secara kecil-kecilan.
 Tahap penerapan; disini seseorang sudah menerapkan sepenuhnya apa yang pernah
diterimanya sebagai anjuran (Rokhman, 2008).

Dengan Penggunaan alat peraga, penyuluh dapat mengetahui sejauh mana sasaran memahami
materi yang diberikan. Karena lewat pemahaman tentang materi yang diberikan dengan sarana
alat peraga akan membantu penyuluh dalam mengetahui tingkat pemahaman materi yang
diberikan kepada sasaran.

 Benda
Salah satu alat peraga penyuluhan yang paling mudah diperoleh atau dibuat adalah yang berupa
benda. Alat peraga semacam ini terutama dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan
keterampilan sasaran dalam tahapan minat, menilai dan mencoba.

Tentang benda yang dapat digunakan sebagai alat peraga ini, ada beberapa macam yaitu :

 Sample/contoh , yaitu benda atau barang asli yang dapat dibawa penyuluh untuk
dijelaskan kepada sasaran penyuluhannya (misal contoh benih, contoh pupuk dll).
 Model/tiruan, digunakan sebagai alat peraga jika benda asli sulit didapat, volumenya
terlalu besar untuk dibawa ke lokasi penyuluhan atau terlalu kecil untuk mudah diamati
oleh sasarannya tanpa peralatan khusus (misalnya: contoh traktor, contoh bibit
penghijauan, lebah dll).
 Specimen atau benda asli yang diawetkan karena benda asli sulit di dapat.

Dari ketiga benda tersebut yang paling baik adalah benda asli, hal ini disebabkan karena baik
model maupun specimen seringkali warnanya tidak sesuai.

 Barang cetakan

Media cetak disediakan untuk memenuhi bahan kebutuhan para petani dan masyarakat lain yang
memerlukan dan mengambil manfaat dari adanya informasi. Seorang yang menyiapkan
informasi untuk petani melalui media cetak hendaknya bertanya pada diri sendiri tentang;

 untuk siapa media cetak ini disiapkan,


 apakah calon pembaca mengetahui pokok yang dibahas,
 informasi apa yang dapat disampaikan untuk menambah pengetahuan calon pembaca,
 kebijaksanaan apakah yang dapat membawa perubahan,
 apakah keputusan itu mungkin dapat diterapkan.

Salah satu jenis media cetak yang digunakan oleh penyuluh sebagai alat peraga , baik yang
berupa gambar, tulisan, atau campuran keduanya dengan komposisi yang sama atau salah satu
lebih dominan adalah brosur.

Media cetak (seperti brosur, leaflet, surat kabar dan majalah pertanian merupakan visualaid)
yang berfungsi sebagai bahan publikasi untuk menyebarluaskan informasi pertanian , khususnya
kepada masyarakat tani dan masyarakat ramai yang menaruh minat terhadap pembangunan
pertanian .. Sedangkan Hanafi (1986) dalam Syafrudin (2008) mengemukakan ada beberapa
keunggulan media cetak yaitu

 orang yang membaca dapat mengatur kecepatan bacanya, berhenti sejenak untuk
memikirkan apa yang sedang dibaca dan mengulangi kalimat-kalimat yang dipandang
penting,
 dapat menyimpan fakta-fakta, gambar-gambar dan
 memiliki kemampuan dalam mengatasi selektivitas.
Selanjutnya Kamath 1980 (dalam Syafrudin, 2008) mengemukakan sembilan butir keunggulan
media cetak yaitu

o merupakan media tertulis yang dapat mencapai sasaran yang luas pada
masyarakat pembaca,
o merupakan alat yang efektif untuk menyampaikan pesan,
o dapat diproduksi menurut kebutuhan serta relatif murah biayanya,
o merupakan alat informasi yang tepat dan akurat, yang dalam waktu singkat dapat
sampai pada sasaran,
o apabila disusun secara tepat, dapat menarik dan menyenangkan pembacanya,
o dapat digunakan sebagai alat untuk melestarikan dan meningkatkan tugas harian
dari pembacanya,
o merupakan alat untuk mengadakan kontak secara tetap dan bersambung
o dapat digunakan untuk menampilkan prestasi tokoh-tokoh masyarakat setempat
dan masyarakat pada umumnya, dan
o merupakan alat yang tepat untuk melestarikan dan meningkatkan kemampuan
pembaca dan menulis masyarakat.

Namun demikian media cetak tersebut memiliki beberapa kelemahan yaitu:

 kurang tepat bila digunakan pada masyarakat yang memiliki kemampuan


baca rendah atau buta huruf,
 kurang cepat mencapai sasaran, apabila dipakai sebagai satu-satunnya
teknik untuk menyampai pesan di daerah pedesaan dan
 apabila tidak disiapkan secara seksama dan hati-hati justru akan
kehilangan arti maksud dan tujuannya.

Rachmat 1991 (dalam Syafrudin, 2008) media cetak mempunyai sifat satu arah artinya tidak ada
reaksi antara pesan-pesan komunikasi dan bersifat terbuka artinya ditujukan kepada publik yang
tidak terbatas dan anonim serta mempunyai publik yang secara geografi tersebar. Oleh karena itu
media cetak tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada pembacanya. Berkaitan dengan efek
dari media cetak akan sangat tergantung dari sasaran atau penggunaanya. Sebab efek tidak ada
seandainya sasaran atau pengguna tidak menyukai media tersebut, meskipun media itu sarat
dengan informasi dan pengetahuan.

Menurut Hanafi (1986) dalam Syafrudin, (2008) mengemukakan tiga faktor yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan keefektifan media cetak yaitu:

o dalam menyampaikan kode, pesan yang merupakan sekumpulan simpul


hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna bagi sasaran,
o isi pesan hendaknya merupakan materi/bahan yang dipilih dan
o wujud pesan adalah bentuk pesan yang dipilih sumber (komunikan).

Selanjutnya menurut Kelsey dan Hearne 1995 (dalamSyafrudin, 2008)

menyatakan bahwa untuk meningkatkan keefektifan media cetak disarankan agar media:
o menyajikan topik yang sesuai dengan kebutuhan yang dianggap penting dan
mendesak serta dapat diterapkan oleh masyarakat,
o menyajikan materi yang sesuai dengan masalah, minat dan tingkat pendidikan
pembaca,
o menghindari konsep yang sukar,
o menyusun fakta secara logis sehingga pembaca dapat mengikuti secara bertahap,
o menggunakan ilustrasi foto dan gambar yang sesuai.

Selain itu menurut Ban & Hawkins 1999 dalam Syafrudin (2008) menyatakan bahwa agar
publikasi terknis yang diterbitkan oleh dinas-dinas penyuluhan efektif bagi sasaran/penggunanya
media cetak tersebut harus dikemas dalam bentuk yang mudah dimengerti (comprehensive),
artinya dengan menggunakan bahasa yang sederhana, menyusun dan merangkaikan perbedaan
pendapat dengan jelas dan hal-hal pokok dinyatakan dengan singkat dan jelas

Setiap penyuluh dapat menggunakan beragam barang cetakan baik yang berupa gambar, tulisan
atau campuran dari keduannya dengan komposisi yang sama atau salah satu lebih dominan
sebagai alat peraga. Adapun barang-barang cetakan tersebut adalah :

1. Pamflet atau selebaran , yaitu barang cetakan yang berupa selebar kertas bergambar atau
bertulisan yang dibagi-bagikan oleh penyuluh secara langsung kepada sasarannya, disebarkan ke
jalan raya atau disebarkan dari udara melalui pesawat terbang atau helikopter. Alat peraga seperti
ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat sasarannya meskipun demikian, jika
berisi informasi yang lebih lengkap dapat dimanfaatkan oleh sasaran pada tahapan menilai dan
mencoba.

2. Leaflet atau Folder , sama hal nya dengan pamflet keduanya merupakan barang cetakan yang
juga dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan. Bedanya adalah umumnya dibagikan langsung
oleh penyuluh, leaflet selembar kertas yang dilipat menjadi dua (4 halaman) sedangkan folder
dilipat menjadi 3 (6 halaman ) atau lebih, leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan
daripada gambarnya dan keduanya ditujukan kepada sasaran untuk emepengaruhi pengrtahuan
dan keterampilannya pada tahapan minat, menilai dan mencoba.

3. Brosur atau booklet , merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan (lebih
dominan) yang berupa buku kecil setebal 10-25 halaman, dan paling banyak 50 halaman.
Booklet ini dimaksudkan untuk memepengaruhi pengetahuan dan keterampilan sasaran tetapi
pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Dalam penggunaan media cetak brosur sebagai
media pertanian ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu

 gaya bahasa, kata-kata dan istilah harus mudah dimengerti kalimatnya ringkas dan jelas
sesuai dengan tingkat kemampuan sasaran,
 sebaiknya kata yang tertulis dilengkapi dengan gambar atau foto agar lebih jelas dan
mudah dimengerti,
 tulisan atau materi yang disajikan harus bersifat nyata, baik, dan menguntungkan sesuai
dengan kebutuhan sasaran
 harus mengandung daya penarik pembaca, kertas yang baik, berwarna, bergambar, atau
bentuknya menarik untuk dibaca (Syafrudin, 2008).
4. Placard dan poster , merupakan barang cetakan yang ukurannya relatif besar untuk ditempel
atau direntangkan di pinggir jalan. Berbeda dengan placard yang banyak berisiskan tulisan,
poster justru lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk mempengaruhi
perasaan/sikap dan pengalaman pada tahapan sadar dan minat.

Flipcard atau peta singkap , adalah sekumpulan poster selebar kertas karton yang digabungkan
menjadi satu. Masing-masing berisikan pesan terpisah yang jika digabungkan akan merupakan
satu kesataun yang tidak terpisahkan yang ingin disampaikan secara utuh. Flipcard dimaksudkan
untuk mempengaruhi sikap, penegtahuan atau keterampilan. Akan tetapi, karena biasa digunakan
dalam pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih efektif dan efisien untuk disediakan bagi
sasaran pada tahapan minat, menilai, mencoba.

5. Photo, merupakan alat peraga yang dimaksudkan untuk mengenalkan inovasi atau
menunjukkan bukti-bukti keberhasilan/keunggulan satu inovasi yang ditawarkan. Photo ini
dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan sasaran pada tahapan sadar, minat,
menilai.

6. Flanelgraph, merupakan alat peraga berbentuk potongan gambar atau tulisan yang
ditempelkan pada papan magnit atau kain flanel. Digunakan pada pertemuan kelompok untuk
memepengaruhi pengetahuan dan keterampilan sasaran pada tahapan minat, mencoba, menilai

Meskipun disajikan dalam bentuk dan cara yang berbeda semua lat peraga yang berupa barang
cetakan ini harus memuat pesan yang lengakap yang mudah dipahami oleh sasarannya. Oleh
sebab itu, baik gambar dan atau tulisan yang disampaikan harus komunikatif dan dengan tata
warna yang menarik perhatian.

Flipchart dan flanelgraph harus disampaikan dengan pendekatan langsung pada pertemuan
kelompok atau kunjungan dan selain barang cetakan tersebut disampaikan dengan pendekatan
tidaka langsung. Isi pesan ditulis sesuai dengan kemampuan daya serap pembaca, dengan bahasa
yang setingkat dengan pengertian mereka, dengan pilihan pesan yang diminati dan menggunakan
media yang mereka kenal dan menarik pesan. Karakteristik media cetak brosur (bahasa yang
mudah dipahami, sesuai kebutuhan, dan penyajian yang menarik) dapat diserab oleh sasaran
sangat dipengaruhi oleh faktor internal peternak yaitu pengetahuan, motivasi kerja, dan sikap.

 Gambar yang diproyeksikan

Meskipun alat peraga ini dinamakan gambar yang terproyeksi, kadang-kadang juga banyak
berisikan tulisan seperti transparancy, slide dan film strip. Banyak dari alat peraga yang
terproyeksikan ini penggunaannya dengan pendekatan kelompok tetapi untuk movie fil
menggunakan pendekatan massal karena alat ini dapat menjangkau khalayak yang lebih besar.
Adapun gambar yang diproyeksikan tersebut adalah :

o Transparancy sheet , adalah lembaran mika bergambar dan atau bertulisan yang
diproyeksikan ke layar dengan menggunakan OHP. Alat peraga ini digunakan
didalam pertemuan kelompok di dalam ruangan terutama untuk memepengaruhi
penegtahuan dan keterampilan sasaran.
o Slide film , adalah suatu hasil karya photografi yang berupa film positif yang
dibingkai untuk diproyeksikan ke layar dengan menggunakan slide projector. Alat
peraga ini digunakan untuk mengenalkan, mendemontrasikan hasil-hasil yang
dicapai atau keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh oleh suatu inovasi, serta
menjelaskan cara kerja suatu peralatan yang ditawarkan. Sehingga, sangat efektif
untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sasarannya pada
tahapan minat, menilai dan mencoba.
o Film strip , suatu hasil karya fotografi yang berupa film positif yang masing-
masing gambar tidak dipisahkan dan tidak dibingkai tetapi menjadi satu rangkaian
yang tidak terpisahkan dalam satu paket penyuluhan yang utuh. Alat peraga ini
digunkan dalam pertemuan kelompok untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan
dan keterampilan sasaran pada tahapan minat, menilai dan mencoba.
o Movie film , adalah hasil karya fotografi dimana obyek yang diproyeksikan tidak
berujud gambar mati melainkan berupa gambar yang bergerak dan diisi dengan
suara sehingga benar-benar alami. Alat peraga ini digunakan di dalam pertemuan
umum, terutama untuk memepengaruhi sikap dan pengetahuan sasaran pada
tahapan sadar dan menilai serta juga dapat digunakan untuk pertemuan kelompok
bagi sasaran sdampai dengan tahapan mencoba.
o Video dan TV , adalah hasil karya fotografi yang jika diproyeksikan ke layar dapat
menghasilkan gambar bergerak dan bersuara dan tersimpan dalam bentuk kotak
kaset serta penyajiannya selalu dihubungkan dengan televisi sebagai layarnya.

Berdasar uraian diatas kecauali tranparancy sheet, seolah-olah seluruh alat peraga yang berupa
gambar ini dapat digunakan sendiri oleh sasaran penyuluhan tanpa didampingi sendiri oleh
peenyuluhnya. Akan tetapi, kehadiran penyuluh dalam penggunaan alat peraga ini sangat
diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang pengertian dan tujuan pesan yang ingin
disampaikan.

 Lambang grafika

Lambang grafika merupakan alat peraga yang berupa gambar dengan keterangan tertulis
seperlunya yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman sasaran dalam kegiatan
penyuluhan. Lambang grafika ini dapat disajian secara langsung (ditulis dan atau digambar pada
bidang tertentu, dan diletakkan pada bidang tertentu, dan diletakkan pada tempat-tempat yang
dapat dilihat dengan jelas oleh sasarannya)atau disajian secara tidak langsung (dengan
diproyeksikan).

Beberapa lambang grafika yang dimaksud adalah :

Grafik, yaitu hubungan antara dua perubah yang digambarkan dalam bentuk titik, garis atau
gambar-gambar tertentu yang mudah dipahami oleh sasarannya. Dalam berbagai kasus penyajian
grafik relatif lebih singkat dan lebih mudah dipahami dibanding jika disampaikan dalam bentuk
narasi.

Di dalam praktek dikenal beragam grafik, yaitu :


 Grafik garis , baik berupa garis lurus, garis lengkung ataupun garis bergelombang. Jika
dalam satu gambar ingin disajikan banyak grafik yang menerangkan banyak data atau
gejala yang dapat dibanding-bandingkan sebaiknya ditampilakn atau diberi warna yang
ebrbeda dan mudah dibedakan.
 Grafik batang , berupa gambar batang atau bidang segi empat mendatar atau tegak. Jika
dalam satu gambar ingin disajiakn banyak grafik yang ingin dibandingkan dapat
dilakukan dengan pemberian warna yang berbeda, luas batang yang berbeda atau ciri-ciri
tertentu yang berbeda pula.
 Area graph atau solid graph , yaitu grafik yang disajikan berupa gambar atau bentuk-
bentuk tertentu sesuai dengan data yang ingin ditampilkan. Jika dalam satu gambar ingin
dibandingkan data yang berbeda dapat dilakukan dengan memberikan perbandingan luas
atau volume dari bentuk-bentuk yang disajikan.
 Pie chart atau segmented curve, yaitu grafik yang disajikan dalam bentuk lingkaran yang
terbagi-bagi menurut perbandingan angka riil atau nilai prosentasenya.
 Pictorial statistical graph, grafik yang disajikan berupa gambar atau bentuk-bentuk
tertentu sesuai dengan data yang ingin ditampilkan. Perbandingan nilai untuk masing-
masing data disajiakn dalam jumlah gambar yang berbeda yang memiliki satuan yang
sama.
 Diagram, merupakan lambang grafik yang tidak dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antar peubah tetapi hanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu benda atau
peralatan tertentu.
 Bagan, schema atau chart, merupakan gambar dari hubungan antar bagian atau sub sistem
dari suatu sistem tertentu yang ingin dijelaskan. Ada beragam bagan atau schema, yaitu :
 Pictorial chart , yaitu gambar dari suatu sistem tertentu yang dilengkapi rincian dari sub
sistem yang menyusunnya.
 Tabula chart , merupakan chart yang digambarkan sebagai suatu tabel berisikan
keterangan tentang keadaan masing-masing bagian dari suatu sistem yang ingin
dijelaskan.
 Ginealogical chart , yaitu gambaran tentang hubungan antar sub sistem dari suatu sietem
yang ingin dijelaskan, berdasarkan hubungan garis keturunannya.
 Flow chart , yaitu gambaran tentang hubungan antar subsistem dari suatu sistem yang
ingin dijelaskan, berdasarkan alur kegiatan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing sub sistem yang bersangkutan.
 Organizational chart , yaitu gambaran tentang struktur organisasi yang menunjukkan
saling hubungan antar sub sistem dalam sistem yang ingin dijelaskan.
 Progress chart, yaitu gambaran tingkat perekembangan yang ditunjukkan atau dialami
oleh masing-masing sub sistem dalam suatu sistem yang ingin dijelaskan.

Untuk menyajikan lambang grafika pada suatu tempat secara langsung tanpa proyektor dapat
dilakukan dengan beragam cara yaitu :

 Pin-up chart , dilakukan dengan cara memaku atau menempelkan lembar grafika pada
tempat yang telah disediakanyang dinilai mudah diamati dengan jelas oleh sasaran.
 Hinged-card chart , dilakukan dengan cara menempelkan atau melekatkan untuk
sementara pada sustau tempat yang telah disediakan.
 Hidden chart , yang ditemapatkan pada suatu tempat tetapi ditutupi atau disembunyikan
dengan memberikan lapisan penutup tertentu (seperti pada album photo atau perangko).

Pemilihan Alat Peraga

Pemilihan alat peraga yang sesuai dengan kondisi masyarakat sasaran atau yang efektif dan
efisien adalah hal yang sangat penting karena akan membantu tercapainya tujuan penyuluhan
yaitu Meningkatkan efektifitas penyuluhan pertanian. Dengankata lain pemilihan alat peraga
yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasarannya yang akan memperlancar proses
belajar dalam penyuluhan atau terjadi perubahan perilaku pada diri sasarannya. Pengetahuan
penting tentang pemilihan alat peraga adalah sebagai berikut :

 Tidak semua alat peraga selalu tersedia atau mudah disediakan oleh penyuluhnya pada
sembarang tempat dan waktu.
 Alat peraga yang mahal tidak selalu merupakan jaminan sebagai alat peraga yang efektif
untuk tujuan perubahan perilaku tertentu.
 Untuk tujuan perubahan perilaku tertentu, tersedia banyak alternatif alat peraga yang
dapat digunakan tetapi dengan tingkat efektivitas dan tingkat kemahalan yang berbeda.

Dalam pemilihan alat peraga ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat sasaran sehingga dengan begitu akan mempermudah proses belajar mengajarnya
karena sasaran merasa butuh alat peraga tersebut guna membantu mereka dalam memperoleh
informasi tentang pertanian. Oleh sebeb itu, sangat penting sekali memperhatikan sasaran
sebelum menentukan alat peraga yang akan digunakan.

Berkaitan dengan itu, Mardikanto (1985), mencoba memberikan acuan tentang pemilihan lat
peraga yaitu sebagai berikut :

ALAT PERAGA PERUBAHAN PERILAKU YANG DIINGINKAN


SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Benda Model specimen Contoh model Contoh model
Barang cetakan Poster Brosur Brosur

Placard Folder Flip-chart

Selebaran Flip-chart Flanel graph

Photo Leaflet Folder

Flanel graph Leaflet


Gambar yang Video &TV Tranparancy Video &TV
diproyeksikan
Movie film Slide film Slide Film

Film strip Film strip Film strip


Film slide Video&TV
Pendekatan Tidak langsung Langsung Langsung

Langsung Tidak langsung Tidak langsung

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Penerbit Pusat


Penyuluhan Departemen Kehutanan Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Pertanian
UNS Surakarta.

Hamalik, Oemar. 1990. Belajar dan Mengajar Ilmu Pertanian : Pendekatan Terpadu. CV. Maju
Mundur. Bandung

Rohman, Mokh Khayatul. 2008. diakses dari www.rohman.tripod.com/lapangan/penyul.htm


tanggal 10 maret 2008 pukul 09.21

Syafrudin. 2008. Media Cetak Brosur Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


http://www.damandiri.or.id/file/syafrudinugmbab3.pdf. Diakses tgl 10 maret 2008 pukul 09.42

laporan penyuluhan dan komunikasi pertanian sem. 2


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dan luar
negeri. Pada saat ini sektor pertanian kurang berkembang dikarenakan tingkat pendidikan yang dimiliki
oleh petani sangat rendah, teknologi yang digunakan juga sangat sederhana sehingga dalam mengelola
lahan pertanian kurang dalam memproduksi hasil pertanian yang berkualitas. Saat ini kondisi pertanian
di Indonesia memang kacau-balau karena pemerintah tidak memiliki kebijakan memadai selain itu
ketergantungan pada impor tidak dipersiapkan dengan baik dan disesuaikan siklus kebutuhan.
Kegagalan pembangunan pertanian mulai tampak dari produksi komoditi pertanian yang tidak stabil,
kalaupun dikatakan masih tersisa komoditas pertanian yang relatif stabil, barangkali hanya beras.
Namun jangan salah, apabila harga minyak mentah dunia dan semua kebutuhan pokok naik, harga beras
tak dapat dikendalikan. Kondisi ketahanan pangan makin gawat ketika alih fungsi lahan pertanian yang
tak bisa dikendalikan.
Kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan secara lebih baik dan efisien untuk dapat melayani kelompok
sasaran yang lebih luas dan dilain pihak, pemerintah akan lebih banyak menyerahkan kegiatan
penyuluhan kepada pihak swasta. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi
dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar
bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu,
kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang
semakin berdaya, mandiri dan partisipasif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan.
Sebagai agen penyebar informasi, penyuluhan tidak boleh hanya menunggu aliran informasi dari
sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi, institusi pemerintah, dan lain-lain). Melainkan
harus secara aktif berburu informasi yang bermanfaat dan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang
menjadi kliennya. Dalam hubungan ini, penyuluh harus mengoptimalkan pemanfaatan segala
sumberdaya yang dimiliki serta segala media atau sluran informasi yang dapat digunakan (media massa,
internet, dan lain-lain) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber informasi baru oleh
kliennya.
Inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti
memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep pemberdayaan
tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat madani atau masyarakat yang beradab dan mandiri dalam
pengertian dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi kesejahteraan bersama. Penyuluhan
pembangunan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas
yaitu “better farming, better bussinnes, dab better living”, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat atau
sasaran untuk mengadopsi strategi produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahan-
perubahan sosial, politik dan ekonomi sehingga dalam jangka panjang mereka dapat (dalam jangka
panjang) meningkatkan taraf hidup pribadi dan masyarakatnya.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali
bertujuan untuk :
1. Mahasiswa mampu menggali masalah yang dihadapi sasaran penyuluhan.
2. Mahasiswa mampu merumuskan tujuan penyuluhan.
3. Mahasiswa mampu menetapkan metode, teknik, alat bantu dan alat peraga penyuluhan yang tepat
berdasar kondisi sasaran, sumberdaya penyuluh, kondisi geografis, dan kebijaksanaan pemerintah
(sekaligus penetapan alat bantu dan alat peraga penyuluhan yang tepat).
4. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan berdasar prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dengan
menerapkan konsep pendidikan orang dewasa.
C. Manfaat Praktikum
Melalui praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian dari Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten
Boyolali diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Petani
a. Petani mendapat informasi baru tentang pertanian sehingga dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya saat ini.
b. Petani dapat meningkatkan penghasilannya sehingga kualitas hidup petani pun dapat ikut naik.
c. Petani dapat saling sharing dengan petani lain dan juga penyuluh.
d. Menjalin kerjasama dan kerukunan antar petani.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat melakukan wawancara, menelaah dokumen dan mengumpulkan informasi tentang
proses dan substansi Perencanaan Program/ Programa Penyuluhan Pertanian.
b. Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan terhadap praktek Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan yang menyangkut sistem kerja metoda dan
perlengkapan penyuluhan yang disiapkan atau digunakan.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan kualitas usaha pertanian pada tempat pelaksanaan praktikum
sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup petani sesuai dengan tujuan dari penyuluhan.
d. Mahasiswa dapat membantu tugas pemerintah daerah dalam melakukan peningkatan kualitas hidup
masyarakat terkait fungsi pengabdian masyarakat.
3. Bagi pemerintah
a. Tugas pemerintah dalam usaha meninngkatkan kesejahteraan petani, dapat terbantu dengan kegiatan
penyuluhan ini.
b. Pemerintah dapat mengetahui permasalahan apa yang dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani
desa tersebut.
c. Pendapatan pemerintah dapat bertambah karena kualitas hidup masyarakat meningkat.

II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian


Penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan nonformil di luar sekolah bagi para petani dan keluarganya
agar terjadi perubahan perilaku yang lebih rasional dengan belajar sambil berbuat (learning by doing)
sampai mereka tahu mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan guna terus memajukan usaha tani dan
menaikan sejumlah mutu, macam serta jenis dan nilai produksi sehingga tercapai suatu kenaikan
pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan kesejahteraan masyarakat
(Mardikanto, 1982).
Kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman seperti, penyebarluasan (informasi),
penerangan/penjelasan, pendidikan non formal (luar-sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial,
pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar
individu, kelembagaan, dll), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan
komunitas (community strengthening) (Arip, 2009).
Komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi dengan
tujuan untuk mencapai pengertian yang sama (pengertian bersama) yang lebih baik mengenai masalah-
masalah yang penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Komunikasi bukan jawabannya sendiri,
tetapi pada hakikatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerima rangsangan dan
pembangkitan balasan (Mardikanto, 1994).
Efektivitas komunikasi tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi saja, tetapi juga oleh diri
komunikator. Fungsi komunikator mengemukakan pikiran dan perasaan dalam bentuk pesan untuk
membuat komunikan menjadi tahu dan berubah sikap, atau menyentuh penerima, dan menciptakan
efek berupa pengenalan dan pengertian. Menurutnya massage dapat berupa signal terdengar
(auditory), terlihat (visual), teraba (tactile), tercium (olfactory), terkecap (gustatory). Dari sini dapat
diketahui bahwa sifat massage dapat dikenali dari indra pihak penerima yang menangkap signal tersebut
(Effendi, 1986).
Kegiatan penyuluhan pertanian sangat diperlukan sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian.
Lebih dari itu, pelaksanaan utama pembangunan pertanian pada dasarnya adalah petani kecil yang
merupakan golongan ekonomi lemah. Dan kedudukan penyuluhan itu sebagai perantara atau jembatan
anatara teori dan praktek, pengalaman dan kebutuhan, penguasa dan masyarakat, produsen dan
pelanggan, sumber informasi dan penggunanya, antar sesama stakeholders agribisnis, dan antar
masyarakat didalam dan diluar (Timmer, 1983).
B. Metode dan Teknik Penyuluhan
Metode penyuluhan digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai
yaitu metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan
dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, kedua metode
berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang
untuk menyampaikan pesannya, dan yang terakhir adalah metode berdasarkan pendekatan massal.
Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa) (Suriatna, 1987).
Teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu teknik komunikasi informasi adalah
proses penyampaian pesan yang sifatnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang
lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman,
pertemuan-pertemuan kelompok juga media massa, kedua yaitu teknik komunikasi persuasi, istilah
“persuasi” atau dalam bahasa Inggris “persuation” berasal dari kata latin persuasion, yang secara harfiah
berarti hal membujuk atau meyakinkan, dan yang ketiga adalah teknik komunikasi coersive (koersif)
adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan cara yang mengandung
paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu (Suprapto, 2004)
Dalam pemilihan metode penyuluhan para penyuluh perlu mempertimbangkan kondisi daerah
pelaksanaan penyuluhan, antara lain, musim, pada musim kemarau tiap daerah berbeda-beda
keadannya, ada yang panas sekali, ada yang tidak terlalu panas, ada daerah yang tidak bisa ditanami
apa–apa, sebaliknya ada juga daerah yang justru pada musim kemarau akan lebih menguntungkan jika
digunakan sebagai tempat usaha tani, kedua yaitu keadaan usaha tani, musim sangat erat hubungannya
dengan kedaan usaha tani, maka keadaan usaha tani suatu daerah turut mempengaruhi pemilihan
metode penyuluhan, dan yang terakhir adalah keadaan lapangan, seperti topografi, jenis tanah, sistem
pengairan serta sarana perlu juga dipertimbangkan. Contohnya untuk perkampungan yang letaknya
terpisah-pisah maka kegiatan penyuluhannya akan lebih efektif dilakukan di tempat tinggal petani atau
di lahan usaha taninya (Arip, 2009)
Pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian didasari tingkat kemampuan penerimaan panca
indera dan tahapan adopsi yang meliputi kesadaran, minat, menilai, mecoba dan menerapkan. Dasar
pertimbangan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian meliputi keadaan sasaran, sumber
daya penyuluhan, keadaan wilayah dan kebijakan pembangunan pertanian. Ragam metode dan teknik
penyuluhan dapat didasari dari pendekatan jenis komunikasi, psikososial dan panca indera (STPP, 2009)
Ada tiga cara pendekatan yang diterapkan dalam pemilihan metode penenlitian, yaitu berdasarkan
media yang digunakan, metode penyuluhan dibagi menjadi tiga mencakup media lisan, media cetak, dan
media terproyeksi, lalu yang kedua metode penyuluhan berdasarkan hubungan penyuluh dengan
sasaran dibagi menjadi dua yaitu komunikasi langsung dan tak langsung, dan yang terakhir adalah
menurut keadaan psikolog sasarannya, dan di bagi menjadi menjadi dua yaitu mencakup pendekatan
massal dan pendekatan kelompok (Mardikanto, 1982).
C. Alat Bantu dan Alat Peraga Penyuluhan
Di dalam penyuluhan dikenal beragam alat peraga di antaranya adalah (1) benda, alat peraga semacam
ini terutama dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan sasaran dalam tahapan
minat, menilai dan mencoba. (2) Barang cetakan, pamlet atau selebaran, yaitu barang cetakan berupa
selembar kertas bergambar atau bertulisan dan dibagi-bagikan secara langsung oleh penyuluh kepada
sasaran, ke jalan raya atau disebarkan dari udara melalui pesawat terbang atau helikopter. Alat peraga
ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran sasarannya (Turindra, 2009)
Keuntungan menggunakan alat bantu audio visual adalah (1) alat bantu dapat menangkap perhatian dari
hadirin. (2) Melalui alat bantu, bisa disarikan butir penting dari pembicaraan dengan jelas. (3) Pesan
lebih mudah ditangkap melalui beberapa panca indra dibanding yang hanya melalui salah satu panca
indera saja. (4) Kemungkinan untuk mengurangi terjadinya penafsiran yang keliru. (5) Beberapa alat
bantu dapat membantu menyusun pesan secara sistematis (Mardikanto, 2005).
Aplikasi teknologi komunikasi dalam bidang pertanian memberikan hasil yang cukup baik. Radio dan tv
lebih tetap untuk mencapai banyak orang dengan cepat dengan ide yang cukup sesderhana. Media
cetak efektif utamanya bagi penduduk yang bisa baca tulis, dengan dukungn grafis dan bahan
terdokumentasi, pembaca lebih leluasa. Elektronik media (radio, tv, komputer, satelit) dapat
dikategorikan sebagai teknologi komunikasi baru (Arip, 2009).
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh
guna memperlancar proses penyuluhan. Ragam alat bantu yang dibutuhkan penyuluh yaitu, lembar
persiapan penyuluh berupa lembar persiapan penyuluh, lembar persiapan pelatihan, dan lembar
persiapan kerja, kedua yaitu kurikulum yang memuat pernyataan tertulis tentang perencanaan
pendidikan , ketiga yaitu papan tulis, keempat yaitu alat tulis, kelima yaitu sarana ruangan seperti
pengeras suara, penata cahaya dan penata udara, dan yang terakhir adalah alat bantu proyektor
(Soejitno, 1986).
Alat peraga penyuluhan adalah suatu alat yang berfungsi untuk memeragakan dan menjelaskan uraian
tentang informasi yang akan disuluhkan. Terdiri dari Leaflet atau folder, pamflet, brosur, booklet,
placard, poster, flipchart atau peta singkat yang dibedakan menjadi dua bagian yaitu foto dan
flanelgraph, dan yang lebih modern lagi adalah video, TV, slide film, movie, dan lain-lain (Slamet, 1978).
D. Materi penyuluhan
Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana
digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat
rasa makanan (Anonima, 2009).
Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai
ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan
manusia. Cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal
bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung
Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker. Cabai (Capsicum annum L)
merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena
memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat
capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang
cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus di konsumsi
secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Kardinan, 2002).
Setiap tanaman selalu ada yang merusaknya yaitu berupa hama dan penyakit. Ada beberapa penyakit
yang selalu mengganggu tanaman cabai secara umum dan cara pengendaliannya. Penyakit-penyakit
yang mengganggu tanaman cabai antara lain :
a. Bercak daun (Cercospora capsici), penyakit ini diperlihatkan dengan adanya bercak-bercak bulat kecil
pada daun tanaman cabai, selain menyerang daun juga menyerang pada batang dan tangkai daun. Cara
mengendalikan penyakit ini dengan menjaga kebersihan kebun dan menyemprotkan fungisida seperti
Topsin, Velimek, Benlate, Derasol, Score secara bergantian.
b. Layu oleh cendawan Sclerotium rolfii Sacc, serangan cendawan ini menyebabkan layu tanaman secara
tiba-tiba, daun berwarna kuning kemudian menjadi cokelat. Patogen penyakit menyerang leher akar
yang ditendai dengan adanya miselium berwarna putih. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan pengapuran saat pengolahan tanah, pergiliran tanaman, perlakuan tanah dengan Basamid-G.
c. Antraknosa/patek/ (Colletotrichun capsici dan Gloesporium piperatum), penyakit ini adalah penyakit
yang sangat menakutkan bagi pekebun. Serangan cendawan ini tidak terbatas pada saat buah masih
tergantung, tetapi juga tetap mengancam setelah usai panen. Serangan dimulai dari munculnya bercak
kuning yang berubah menjadi cokelat kehitaman. Buah menjadi lunak dan membusuk. Buah mengering
dan keriput. Penyakit ini juga menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung. Pada
kondisi lembab cendawan membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran berwarna merah jambu.
Pengendalian penyakit ini dengan cara benih yang akan disemai direndam dulu dengan air hangat yang
dicampur fungisida berbahan aktif tofanat, tebukanazol, Thiram atau benomil selama 4 jam. Atur jarak
tanam untuk musim kemarau lebih rapat ( 50 cm x 70 cm ), musim penghujan lebih lebar ( 60 cm x 70
cm ). Semua cabai yang terserang dipanen setiap hari kemudian dimusnahkan. Tindakan akhir
Penanggulangan Antraknosa menggunakan fungisida Kasumin, Dithane M-45, Difolatan, Phycosan,
Daconil, Topsin, Delsen dan Antracol.
(Anonimb, 2010).
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan
padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan
Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji),
dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan
baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi (Anonimc, 2010).
III. PERSIAPAN PENYULUHAN
A. Khalayak Sasaran
1. Keadaan Umum
Lokasi yang kami pilih untuk melaksanakan praktikum Penyuluhan dan Komunasi Pertanian adalah Desa
Teras bertempat di kecamatan Teras kabupaten Boyolali.
a. Luas Daerah Wilayah
Tabel 3.1.1.1 Luas daerah wilayah Desa Teras bertempat di Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.
No Jenis Tanah Luas Wilayah (ha)
1 Tanah Kering 225,2990
2 Tanah Teknis 75,8000
3 Lain-lain 19,4817
Jumlah 334,0990
Sumber : Monografi Desa
Berdasarakan dari data tabel 3.1.1.1 Luas daerah wilayah Desa Teras bertempat di kecamatan Teras
kabupaten Boyolali tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa Desa Teras mempunyai luas wilayah total
334,0990 ha yang terdiri dari tanah kering (tegal dan pekarangan) 225,2990 ha, tanah teknis 75,8000 ha,
dan lain-lain 75,8000 ha. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah Desa Teras adalah tanah
kering (tegal dan pekarangan).
b. Mata Pencaharian
Tabel 3.1.1.2 Mata pencaharian wilayah Desa Teras bertempat di Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.
No Jumlah keluarga tani Luas Wilayah (ha)
1 Pemilik lahan tidak menggarap 1.237
2 Pemilik lahan penggarap 318
3 Buruh Tani 1.573
Jumlah 3.128
Sumber : Monografi Desa
Berdasarakan dari data tabel 3.1.1.2 Mata pencaharian wilayah Desa Teras bertempat di kecamatan
Teras kabupaten Boyolali tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Teras sebagian
besar beramata pencaharian sebagai buruh tani mempunyai luas wilayah total 1.237. Sedangkan pemilik
lahan tidak menggarap 318 dan pemilik lahan penggarap 1.573. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar mata pencaharaian Desa Teras adalah buruh tani.
c. Jumlah Hewan Ternak
Tabel 3.1.1.3 jumlah hewan ternak wilayah Desa Teras bertempat di kecamatan Teras kabupaten
Boyolali.
No Jenis Ternak (ekor)
1 Kuda 6
2 Sapi 483
3 Kambing 366
4 Domba 492
5 Ayam 45.864
6 Bebek 160
7 Kelinci 79
Jumlah 47.460
Sumber : Monografi Desa
Berdasarakan dari data tabel 3.1.1.3 jumlah ternak wilayah Desa Teras bertempat di kecamatan Teras
kabupaten Boyolali tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Teras kebanyakan
memelihara ayam sebanyak 45.864. Sedangkan unggas yang lain yaitu bebek hanya 160 ekor. Sapi
sebanyak 483 ekor, kambing 366 ekor, domba 492 ekor, kelinci 79 ekor, kuda 6 ekor.

d. Jumlah hasil pertanian


Tabel 3.1.1.4 jumlah hasil pertanian wilayah Desa Teras bertempat di kecamatan Teras kabupaten
Boyolali
No Jenis hasil pertanian Luas lahan (ha)
1 Padi 92
2 Jagung 87
3 Ketela pohon 132
4 Kacang tanah 12.5
5 Pepaya 82
Jumlah 405,5
Sumber : Monografi Desa
Berdasarkan data tabel 3.1.1.4 jumlah hasul pertanian Desa Teras bertempat di kecamatan Teras
kabupaten Boyolali tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa jumlah hasil pertanian Desa Teras paling
banyak adalah padi ssebanyak 92 ha. Sedangkan yang lain seperti jagung 87 ha, ketela pohon 132 ha,
kacang tanah 12,5 ha, papaya 82 ha.
2. Kelompok Tani (Struktur)
a. Profil kelompok Tani
Kelompok tani Ngudi Mulyo II di Desa Teras kabupaten Teras kecamatan Boyolali adalah salah satu dari
kelompok tani yang ada yaitu Ngudi Mulyo I, Ngudi Mulyo III. Adapun kelompok tani Ngudi Mulyo II
beranggotakan 43 orang yang berstatus aktif.
b. Struktur Organisasi Kelompok Tani Ngudi Mulyo II

Gambar 3.1.2.1 bagan Struktur Pengurus “Kelompok Tani Ngudi Mulyo II”

c. Sejarah Kelompok Tani di Desa Teras


Kelompok Tani di desa Teras dinamai dengan Kelompok Ngudi Mulyo II. Luas lahan yang digunakan
untuk keperluan kelompok Tani Maju seluas 55 ha antara lain 15 ha lahan sawah dan 40 ha lahan tegal.
Di desa Teras, Kelompok Tani Ngudi Mulyo II melakukan pertemuan rutin setiap 35 hari sekali, yaitu
pada hari Kamis Wage. Pertemuan ini diadakan secara bergilir atau keliling rumah dari tiap anggota
Kelompok Tani Ngudi Mulyo II.
Modal Kelompok Tani Ngudi Mulyo II berasal dari Pemerintah, berupa uang dan pupuk, baik pupuk
organik, maupun anorganik seperti Urea dan Za. Kelompok Tani Ngudi Mulyo II juga merealisasikan
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) yang berupa padi non hibrida dan jagung hibrida. Selain modal
dari Pemerintah, para petani dari Kelompok Tani Ngudi Mulyo II juga mengusahakan sendiri dengan
membuat pupuk kandang. Pada setiap pertemuan rutin yang diadakan setiap 35 hari sekali, para petani
dari Kelompok Tani Maju ini mengadakan iuran atau arisan sebesar Rp 5.000,00 untuk mendukung
keberlangsungan kegiatan kelompok tani mereka.
Kelompok Tani Ngudi Mulyo II pernah mengalami gagal panen pada saat penanaman cabai, hal ini
dikarenakan serangan atau gangguan penyakit antraknosa. Untuk menanggulangi penyakit antraknosa,
saat ini para petani Kelompok Tani Ngudi Mulyo II menggunakan menggunakan pestisida yang ternyata
belum juga membasmi penyakit yang menyerang tanaman cabai.
d. Kegiatan Kelompok Tani
Kegiatan yang dilakukan kelompok Tani Ngudi Mulyo II Desa Teras Kabupaten Teras Kecamatan Boyolali
diantaranya pertemuan rutin kelompok tani yang dilaksanakan setiap Rabu Wage bertempat pertemuan
di rumah warga dengan cara digilir.

3. Keadaan Pertanian
a. Tata Guna Lahan Pertanian
Dari data monografi Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali tahun 2010 diketahui luas lahan
pertanian keseluruhan di desa Teras sebesar 331,0990 ha yang terdiri dari 75,8000 ha tanah sawah
irigasi teknis dan 255,2990 ha tanah tegal dan pekarangan. Dari data tersebut dapat disimpulkan masih
banyak petani yang mempunyai sawah daripada tegal, dan para petani memanfaatkan sawah itu sebagai
sumber penghasilan mereka.
b. Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
Menurut data monografi Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali tahun 2010 diketahui jumlah
rumah tangga yang memiliki tanah pertanian sebanyak 3.128 rumah tangga petani yang terdiri dari
1.237 RTP (Rumah Tangga Petani) yang pemilik lahan tidak menggarap, 318 RTP yang pemilik lahan tidak
menggarap, dan 1.573 RTP sebagai buruh tani.
c. Produksi Lahan Pertanian
Menurut data monografi Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali tahun 2010 diketahui luas
tanaman padi tahun ini seluas 61 ha dengan hasil Rp. 270.000 per ha. Sedanagkan pengeluarannya
sebesar Rp. 4.500.000 per ha.
B. Penggalian Permasalahan dan Perumusan Tujuan
1. Permasalahan
Pertanian yang sekarang ini sedang dijalankan oleh kelompok tani Ngudi Mulyo II, Desa Teras,
Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali memang sedang mengalami beberapa permasalahan berupa:
a. Kemerosotan produksi cabai hingga 60% karena cabai terserang hama Patek (disebabkan oleh
cendawan antraknosa).
b. Penanganan jamur yang menyerang tanaman jagung sehingga hasil panen menurun drastis.
Dari kedua masalah tersebut setelah ditimbang dan didiskusikan bersama penyuluh Desa Teras,
permasalahan yang akan disuluhkan tentang “Jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang pada Tanaman
Cabai serta Cara-cara Penanganannya”. Permasalahan tersebut dipilih dikarenakan menurut keterangan
dari penyuluh Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali masalah yang dihadapi saat ini adalah
mengenai hama Patek yang menyerang tanaman cabai.
2. Perumusan Tujuan
Tujuan penyuluhan tentang “Jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang pada Tanaman Cabai serta Cara-
cara Penanganannya” di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali:
a. Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa mengenai praktek Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian.
b. Petani mengetahui lebih lanjut apa itu hama patek, gejala yang ditimbulkan serta cara mengatasi
hama tersebut.
c. Setelah mengadakan penyuluhan diharapkan petani dapat mempraktekan materi yang diberikan
dalam penyuluhan, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi cabai di Desa Teras, Kecamatan Teras,
Kabupaten Boyolali.
C. Penetapan Metode dan Teknik Penyuluhan
1. Penetapan Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali adalah
metode pendekatan kelompok, Penyuluh berkomunikasi dengan kelompok tani pada waktu yang sama.
Pendekatan dilakukan terhadap kelompok petani, di mana para petani ini diajak dan dibimbing serta
diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan sesuatu kegiatan yang tentunya lebih produktifatas
dasar kerjasama, dalam pelaksanaannya dengan berdiskusi.
Dalam pendekatan kelompok ini bertujuan juga agar penyuluh tidak terlalu terkuras tenaganya,
pertama-tama dapat melakukan pendekatan perorangan kepada ketua kelompok tani yaitu petani yang
tergolong early adopter (yang sering menjadi tempat bertanya dan yang dapat mempengaruhi para
petani lainnya) dan petani ini dapat menjadi kontak tani yang membantu menyebarkan pengetahuan
dan ketrampilan kepada para anggota kelompoknya. Selain itu metode ini dipilih karena metode-
metode dengan pendekatan kelompok biasanya dipergunakan untuk dapat memberikan informasi yang
lebih rinci tentang suatu teknologi. Metode tersebut ditujukan untuk dapat membantu seseorang dari
tahap menginginkan ketahap mencoba atau bahkan sampai tahap menerapkan.
2. Penetapan Teknik Penyuluhan
Teknik yang digunakan dalam penyuluhan di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali adalah
teknik diskusi. Teknik ini dipilih karena member kesempatan untuk mempengaruhi perilaku pesertanya.
Peranan agen penyuluhan berbeda, tidak seperti pada pidato/ceramah yang menempatkan agen
penyuluhan sebagai sumber informasi sehingga statusnya lebih tinggi daripada hadirin. Pada kelompok
diskusi, agen penyuluhan merupakan bagian dari anggota kelompok yang saling bertukar pikiran dan
turut memecahkan masalah.
Diskusi kelompok membantu proses alih teknologi dari ahlinya kepada kelompok walaupun media cetak
dan bahan audio visual serta pidato lebih murah dan tertata rapi serta umumnya lebih efektif.
Walaupun demikian, diskusi kelompok membantu anggotanya memadukan pengetahuan dengan
memberikan kesempatan mengajukan pertanyaan, menghubungkan informasi baru dengan yang telah
mereka ketahui dan jika perlu, memperbarui pandangan.
D. Penentuan Alat Bantu dan Alat Peraga Penyuluhan
1. Alat Bantu
Alat Bantu yang digunakan saat penyuluhan di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali adalah
alat tulis, lembar persiapan penyuluhan serta ruangan atau tempat yang digunakan untuk penyuluhan.
Tempat yang digunakan untuk penyuluhan di tempat kegiatan sasaran yaitu rumah salah satu anggota
kelompok tani Ngudi Mulyo II Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.
2. Alat Peraga Penyuluhan
Alat peraga yang dipilih adalah hand out. Alasan memilih hand out sebagai alat peraga penyuluhan
untuk memberikan informasi kepada sasaran. Hand out ditujukan kepada sasaran untuk mempengaruhi
pengetahuan dan ketrampilan sasaran pada tahapan minat, menilai, dan mencoba.
IV. PELAKSANAAN PENYULUHAN
A. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Pada hari Kamis, 12 Mei 2011 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB, kami kelompok 34
mengikuti acara penyuluhan pertanian yang diadakan di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten
Boyolali.
B. Faktor-Faktor Mendukung
Kebijakan yang dipakai dalam proses penyuluhan pertanian adalah Undang-undang Nomor 16 Tahun
2006 yang berisi tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K). Pembuatan
kebijakan berada pada tingkat Kabupaten untuk dimusyawarahkan di kecamatan (BPP) agar kebijakan
dari pemerintah dapat disesuaikan dengan keadaan desa binaan.
Kelembagaan penyuluhan pertanian di Desa Teras sudah terstruktur. Mulai dari PPL sampai anggota
kelompok tani. Dari beberapa kelompok tani bergabung menjadi satu kelompok yang disebut Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani). Desa Teras terdapat kelompok tani dan Gapoktan yang merupakan
gabungan lebih dari atau sama dengan jumlah minimal dari dua kelompok tani. Beberapa kelompok tani
bergabung menjadi satu kelompok yang disebut Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).
Program penyuluhan pertanian dilakukan dengan perencanaan kerja yang mengacu pada hasil
pelaksanaan tahun yang lalu. Kegiatan dan materi penyuluhan pertanian bisa sesuai dengan kebutuhan
sasaran yang telah dipersiapkan oleh pihak penyuluh sebelumnya, sehingga penyuluhan pertanian
berjalan dengan lancar. Program yang dibuat meliputi :
1. Meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta perubahan sikap dari petani dan
penyuluh;
2. Meningkatkan kemandirian dalam berusaha tani;
3. Menumbuhkan kemampuan petani untuk bermitra dalam menjalankan usaha; dan
4. Melatih petani untuk selalu mengantisipasi pasar.

Penyuluhan dilakukan secara terjadwal sesuai kesepakatan BPP atau Penyuluh dengan petani. Di Desa
Teras Kecamatan Teras, kegiatan penyuluhan pertaniannya dijadwalkan setiap Rabu Wage (35 hari
sekali) . Sistem kerja penyuluhan pertanian yang digunakan sangat beragam, mulai dari pembahasan
langsung dari masalah-masalah yang dihadapi oleh petani sampai penyuluhan mengenai inovasi dan
informasi-informasi pertanian yang terbaru. Hal yang dilakukan penyuluh pertanian untuk meyakinkan
petani adalah dengan melakukan penyuluhan secara langsung di lapangan.
Pelaksanaan sistem kerja penyuluhan pertanian, petani dan penyuluh pertanian dapat bekerja sama
dengan baik. Jadwal yang ada dipatuhi oleh kedua belah pihak. Petani rajin dalam berkonsultasi dengan
penyuluh mengenai maslah-maslah yang mereka hadapi. Kalau tidak dapat, langsung berdiskusi dengan
penyuluh, petani dapat berdiskusi dengan ketua kelompok tani masing-masing.
Proses penyuluhan tidak berlangsung secara formal, namun dilakukan dengan suasana santai, agar tidak
membebani petani, penyuluhan pertanian dilakukan dengan bersendau gurau namun tetap mengacu
pada permasalahan yang sedang dibahas bersama. Metode penyuluhan pertanian yang digunakan
adalah metode kelompok. Metode kelompok yaitu suatu metode dengan mengumpulkan lebih dari lima
puluh orang untuk mendapatkan informasi yang dibawa oleh penyuluh. Kegiatan penyuluhan pertanian
yang kami amati ada interaksi langsung antara penyuluh dan petani. Petani sering menanyakan berbagai
masalah yang terjadi dan memberikan masukan kepada penyuluh. Berbagai masalah tersebut kemudian
didiskusikan bersama dengan kelompok petani yang lain untuk mencari solusi. Penyuluh sering
menggunakan metode kelompok karena dengan menggunakan metode ini interaksi tanya jawab antara
penyuluh pertanian dengan petani dapat berlangsung. Selain itu, dalam memberikan informasi lebih
mudah diterima dan diterapkan oleh kelompok tani, sehingga petani dengan cepat memberikan respon
dan dapat partisipasi dalam banyak hal.
Penyediaan tempat ataupun ruangan dalam penyelenggaraan penyuluhan sangat memadai. Tempat-
tempat yang yang digunakan adalah rumah warga secara bergilir, gubuk penyuluhan dan balai desa.
Pada saat kami melakukan penyuluhan tempat yang digunakan yaitu salah satu rumah warga. Sehingga
menimbulkan suasana yang lebih santai namun tetap dalam kondisi kekeluargaan.
Penyuluh tidak mengalami rintangan yang berarti dalam melakukan pengenalan kerja karena informasi
yang dibutuhkan mudah dicari dari Balai Desa Teras dan Kecamatan Teras dengan jangka waktu kurang
dari dua bulan. Informasi tersebut antara lain berupa batas wilayah desa, jumlah kelompok tani dan
Gapoktan, pola tanam yang diterapkan di Desa Teras, hama yang biasa menyerang tanaman, pupuk yang
biasa digunakan petani, karakteristik dan latar belakang petani. Di samping itu Penyuluh juga melihat
pada Peta Desa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Perlengkapan yang lain adalah papan tulis yang kadang digunakan untuk menuliskan sesuatu yang
penting bagi petani. Bisa juga dengan kertas karton untuk menulis tentang permasalahan yang perlu
dibahas kemudian ditempel di tembok. Penyuluh paling sering dalam memberikan informasi dengan
cara langsung dengan pembicaraan dan diskusi langsung sehingga informasi langsung diterima oleh
petani. Apabila membutuhkan sesuatu yang harus ada contohnya, maka penyuluh mengajak petani
langsung terjun ke lapangan agar mengetahui secara pasti. Misalnya untuk mengetahui hama dan
dampak dari adanya tikus di sawah petani.
C. Faktor-faktor Menghambat
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian masih ada beberapa hal yang menghambat. Diantaranya yaitu
kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat khususnya para petani dalam kegiatan penyuluhan.
Kemudian dilihat dari segi administrasi, minimnya administrasi dalam program penyuluhan
mengakibatkan pelaksanaan kegitan penyuluhan menjadi kurang efektif dan efisien. Maka dari itu
seharusnya pemerintah lehih memperhatikan program-progan di bidang pertanian khususnya dalam
kegiatan penyuluhan ini. Agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan lancar serta efektif dan efisien.
Materi yang disampaikan penyuluh harus benar-benar dibutuhkan oleh sasaran. Dalam praktikum
penyuluhan materi yang disampaikan oleh penyuluh secara teoretis bertolak belakang dengan masalah
yang ada di lapangan yang dihadapi sasaran. Sehingga para sasaran tidak menerima dengan baik apa
yang penyuluh berikan. Penguasaan penyuluh terhadap materi yang akan disampaikan juga termasuk
dalam kemampuan yang harus dimiliki oleh penyuluh. Pemahaman yang kurang dari materi penyuluhan
dan ketidak lengkapan perlengkapan penyuluhan dapat menghambat kegiatan penyuluhan yang
dilakukan. Maka penyuluh sebaiknya dalam merencanakan program penyuluhan, materi harus dikuasai
terlebih dahulu. Hal-hal yang membantu dalam penyuluhan seperti alat-alat bantu dan alat peraga
penyuluhan lebih dilengkapi agar materi disampaikan dengan baik oleh penyuluh, sehingga materi yang
disampaikan pun dapat diterima dengan baik oleh sasaran (petani).
Ketepatan terhadap sasaran juga harus diperhatikan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian. Dalam
kegiatan penyuluhan, apabila tidak tepat sasaran maka penyuluhan tersebut dapat dikatakan kurang
berhasil. Agar penyuluhan dapat tepat sasaran maka penyuluh harus lebih mengerti masalah apa yang
sedang dialami oleh sasaran. Selain itu pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian juga
merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan penyuluhan. Kelemahan metode dan teknik yang
digunakan penyuluh saat praktikum yaitu penyuluh hanya menggunakan print out materi yang diberikan
kepada sasaran. Penggunaan metode tersebut kurang efektif karena sasaran kurang memahami print
out tersebut karena kurang dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran. Metode tersebut
juga kurang menarik bagi para sasaran.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di desa Teras, kecamatan Teras, kabupaten
Boyolali dapat disimpulkan bahwa :
1. Di desa Teras terdapat 3 kelompok tani yaitu Ngudi Mulyo I, Ngudi Mulyo II dan Ngudi Mulyo III.
2. Kelompok tani di desa ini terstruktur.
3. Masalah utama yang dihadapi petani di desa Teras adalah serangan penyakit patek.
4. Petani di desa Teras bukanlah masyarakat laggard atau petani subsisten yang menolak inovasi baru.
5. Metode penyuluhan yang digunakan pada kegiatan penyuluhan di kelompok tani Ngudi Mulyo II ini
adalah metode pendekatan kelompok.
6. Teknik penyuluhan yang digunakan pada kegiatan penyuluhan di kelompok tani Ngudi Mulyo II ini
adalah teknik diskusi.
7. Pada kegiatan penyuluhan ini tidak digunakan alat peraga apapun.
8. Pada kegiatan penyuluhan kali ini menggunakan alat bantu buku tulis, pulpen, handout, dan tikar
sebagai alas duduk.
9. Faktor yang mendukung kegiatan penyuluhan adalah sikap petani dan sikap pemerintah.
10. Faktor yang menghambat kegiatan penyuluhan adalah tempat penyuluhan, alat bantu dan alat
peraga penyuluhan, waktu penyuluhan, serta bahasa yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan.
B. Saran
Dari kegiatan penyuluhan kali ini terdapat beberapa kekurangan yang membuat petani kurang
berkembang. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan :
1. Membangun tempat atau gedung khusus untuk melakukan penyuluhan sehingga proses penyuluhan
dapat berjalan lebih efektif.
2. Melengkapi sarana dan prasarana dalam penyuluhan seperti papan tulis sehingga mempermudah
penyuluh untuk menyampaikan materi.
3. Meningkatkan frekuensi dan kualitas penyuluhan seperti dengan kegiatan pemberian teori dan
praktek setidaknya 1 minggu sekali sehingga petani lebih banyak mendapat pelajaran.
4. Menambah PPL dalam desa tersebut supaya kegiatan penyuluhan lebih sering dilakukan.
5. Mengadakan hubungan kerja dengan suatu instansi pertanian seperti pabrik pupuk atau penyalur
produk pertanian sehingga petani dapat melengkapi saran dan prasarananya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Tanaman Cabai. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai. Diakses pada tanggal 21 Mei 2011
pukul 08.00 WIB.
Anonim, 2010. Penyakit Tanaman Cabai. http://blog.ub.ac.id/b4yu/2010/05/26/penyakit-tanaman-
cabai. Diakses pada tanggal 21 Mei 2011 pukul 08.00 WIB.

Anonim, 2010. Makalah dan Skripsi: Tanaman Jagung.


http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/11/tanaman-jagung.html. Diakses pada tanggal 21 Mei
2011 pukul 08.00 WIB.

Arip, 2009. Alat Peraga Penyuluh Pertanian. http://masarip.blog.friendster.com/category/bahan-


mgajar.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2010 pada pukul 16.00 WIB.
Effendi, Onong U. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadjakarya.
Husodo, Sapto. 2008. Membangun Sistem Keprofesian Penyuluh Pertanian Vol. 4 No. 1. Jurnal Ilmu
Pertanian. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.

Herbenu, 2007.Pengembangan Sumberdaya Petugas Penyuluh Lapangan PPL Pertanian Guna


Menghadapi Persaingandan Meraih Peluang Kerja Vol. 3 No.1.Jurnal Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian.
Ibrahim, 2003. Pemilihan Materi Penyuluhan.
http://www.deptan.go.id/bpsdm/ruu_pp/ruupp_bab4.htm. Diakses pada tanggal 13 Mei 2010 pukul
22.00 WIB.
Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mardikanto, Totok dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan Praktik.
Surakarta: Penerbit Lembaga Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (LSP3).

Mardikanto, Totok. 1994. Dasar-dasar Teori Penyuluhan Pertanian. Surakarta: UNS Press.

Mardikanto, Totok dan Arip Wijianto. 2005. Metoda dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Fakultas
Pertanian UNS. Surakarta.
Slamet, M. (ed), 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Soejitno, 1968. Petunjuk penyuluhan pertanian. Jakarta: Soeroengan.
Suprapto, Tommy dan Fahrianoor, 2004. Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Arti Bumi Intaran.

Suriatna, Sumardi. 1987. Metode Penyuluh Pertanian. Jakarta: PT. Mediatama Sarana Perkasa.
Swanson, Burton E. 1984. Agricultural Extension. Rome: FAO.
Timmer, W.J. 1982, The Human Side of Agriculture. New York: Vantage press.

Tim STPP, 2009. Modul Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Pertanian. www.deptan.go.id/bpsdm/stpp-
magelang/download/alih_metod_pp.pdf. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian.

Turindra, 2009. Komunikasi Efektif dalam Penyuluhan Pertanian.


http://azisturindra.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-penyuluhan-pertanian.html. Diakses pada
tanggal 10 Mei 2010 pada pukul 16.05 WIB.

Laporan Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian


Posted on Juni 20, 2010 by Mega

3 Votes

Mega Dewana Putri H0107018

Mudita Oktorina Nugrahani H0107019


Nindi Sekar Wangi H0107021

Nur Aisyah H0107022

Susanti Indriya Wati H0107025

1. I. PENDAHULUAN
2. A. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara agraris menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung
oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di
pedesaan. Sektor pertanian yang mampu menghadapi perubahan dan tantangan perlu didukung
kualitas sumber daya manusianya, antara lain petani dan penyuluh pertanian. Dimana, dengan
kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan
pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.

Wiriaatmadja (1977) mengartikan bahwa penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan


(belajar-mengajar), yang dalam prakteknya mempergunakan cara-cara seperti peniruan,
pembujukan dan propaganda. Cara perintah sedikit sekali dilakukan sementara paksaan malahan
dihindarinya. Menurut Slamet dan Mardikanto (1993), tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan
adalah terjadinya perubahan perilaku sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari :
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung dengan indera manusia.

Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi
penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha (kelayan) beserta keluarganya baik secara
langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah
penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan berdasarkan: teknik komonikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari
sasaran (Soehardiyono, 2005). Metode dalam penyuluhan pertanian meliputi metode pendekatan
individu, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan masal. Dasar pertimbangan
pemilihan metode dan teknik antara lain : karakteristik sasaran, karateristik penyuluh, keadaan
daerah, tujuan dan materi penyuluhan, sarana dan biaya, serta kebijakan pemerintah.

Pentingnya metode penyuluhan dalam menunjang keberhasilan penyuluhan dan komunikasi


pertanian menjadi hal yang perlu untuk diketahui secara komprehensif melalui pengalaman
secara langsung di lapangan sebagai perbandingan empiris dari teori yang telah didapatkan di
bangku perkuliahan mengenai kegiatan penyuluhan dan komunikasi.

Teknik penyuluhan adalah cara mempertemukan sasaran penyuluhan dengan materi penyuluhan.
Teknik penyuluhan dapat dilakukan dengan metode misal contohnya kampanye, siaran radio,
televisi, ceramah, pemutaran film, kursus tani, temu karya,dll. Adapun teknik penyuluhan yang
dilakukan dengan metode individual, misalnya : kunjungan rumah, kunjungan lapangan, surat-
menyurat, telepon, dan magang.
Lokasi yang digunakan sebagai sasaran penyuluhan yaitu Desa Gedongan yang terletak di
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Penentuan lokasi tersebut dengan pertimbangan
masih aktifnya kelompok tani di desa yang bersangkutan untuk memudahkan berlangsungnya
proses penyuluhan. Selain itu lahan pertanian di daerah ini khususnya padi sedang mengalami
kendala. Serangan hama wereng sangat meresahkan warga. Hal ini sempat membuat warga kaget
karena serangan wereng terakhir pada tahun 1986. Teknik penyuluhan yang digunakan
mahasiswa adalah kunjungan lapang, diskusi dengan petani kemudian mencari informasi terkait
serangan wereng tersebut dan saling bertukar informasi mengenai cara pengendalian yang
dilakukan petani dengan teori yang didapatkan mahasiswa dari perkuliahan. Pemilihan metode
menggunakan metode klasik semi modern dengan diskusi secara kelompok, tujuannya untuk
memperlancar preses penyuluhan itu sendiri dimana waktu yang tersedia sangat singkat sehingga
dapat termanfaatkan secara efisien. Alasan lain dari pemilihan metode tersebut yaitu keterbatasan
biaya, tenaga praktikan, dan kondisi kelompok tani yang bersangkutan.

1. B. Tujuan Praktikum

Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini bertujuan untuk :

1. Mahasiswa mampu menggali permasalahan yang dihadapi sasaran penyuluhan


2. Mahasiswa mampu merumuskan tujuan penyuluhan
3. Mahasiswa mampu menetapkan metode, teknik, alat bantu, dan alat peraga penyuluhan
yang tepat berdasar kondisi sasaran, sumberdaya penyuluh, kondisi geografis, dan
kebijakan pemerintah (sekaligus penetapan alat bantu dan alat peraga penyuluhan yang
tepat)
4. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan berdasa prinsip-prinsip komunikasi yang
efektif dengan menerapkan konsep pendidikan orang dewasa

1. C. Manfaat Praktikum

Manfaat dari Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh petani secara nyata di lapangan
3. Mahasiswa menjadi termotivasi untuk menemukan solusi dari permasalahan yang muncul
4. Sebagai sarana latihan bagi mahasiswa dalam rangka persiapan menuju dunia kerja
1. Bagi Pemerintah atau Instansi Terkait
2. Membantu menemukan solusi atas permasalahan yang ada
3. Memperoleh atau menambah kreativitas baik dalam upaya antisipasi maupun
solusi pemecahan masalah
4. Termotivasi untuk melakukan perubahan seiring dengan perubahan jaman
1. Bagi Petani
2. Petani terbantu dalam memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi
3. Petani terdorong untuk melakukan perubahan
4. Petani mendapatkan informasi-informasi terbaru terkait dengan kebijakan
pemerintah maupun teknologi-teknologi pertanian yang sedang
berkembang
1. II. LANDASAN TEORI
2. A. Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses
pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani dan
keluarganya sehingga mereka mengalami perubahan (progresif change) pola pikir (cognitif), pola
sikap (afektif) dan pola tindak/kerja (psikomotor), mereka menjadi tahu, mau dan mampu
meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya (Subejo, 2010).

Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,


Perikanan dan Kehutanan: ” penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Berdasarkan pengertian
tersebut penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan
partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional (BPKP, 2006).

Penyuluhan pertanian di Indonesia dilayani oleh sekitar 35.000 petugas lapangan dan 3.000
penyuluh spesialis. Rasio petugas penyuluh dengan kaluarga petani di Jawa sekitar 1:800 dan
untuk luar Jawa 1:1200. Dengan mepertimbangkan besarnya rasio, selama ini telah dikembagkan
groupbased approach karena sangat kecil kemungkinannya menerapkan individual-based
approach seperti di sistem yang telah banyak diterapkan di negara-negara maju (Martaatmidjaja,
1996).

Penyuluhan pertanian secara subtansial telah meningkatkan tingkat adopsi teknologi, tingkat
kesadaran dan tingkat produktifitas petani. Kontribusi penyuluhan tidak hanya untuk diseminasi
teknologi yangsophisticated, information sharing untuk teknologi pedesaan tercakup didalamnya
inovasi sederhana untuk petani miskin dan illeterate telah memberikan dampak yang besar serta
meningkatkan produktifitas (World Bank, 2001).

Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya serta masyarakat pelaku
agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar m mampu menolong
dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, soial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan mereka dapat dicapai (Departemen Pertanian, 2002).

1. B. Metode dan Teknik Penyuluhan


1. Metode Penyuluhan

Metode Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai cara-cara penyampaian materi penyuluhan
pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya. Dalam
melakukan komunikasi pertanian kepada masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran dari inovasi, dan (2) pendekatan
berbasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut (Mardikanto,
1999)
Metode yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan adalah hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi keefektifan pencapaian tujuan akhir dari adanya kegiatan penyuluhan yang
bersangkutan. Metode penyuluhan yang digunakan bisa melalui penerapan Sistem Teknologi
Informasi dan Multimedia yang dianggap mampu meningkatkan keberhasilan serta mengatasi
hambatan dalam pencapaian tujuan akhir dari aktivitas penyuluhan secara efektif, yang memang
sedianya mampu merubah sasaran penyuluhan yakni petani dalam hal Pengetahuan, Sikap, dan
Keterampilan (PSK), dan pada akhirnya akan tercapainya Better Farming, Better Business,
Better Living, n Better Community (4B) dalam masyarakat petani itu sendiri (Anonima, 2009)

Metode penyuluhan pertanian, pengertian diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut: (a)
bagaimana petani kecil dapat bertani atau berusahatani dengan cara yang lebih baik, misalnya
cara bercocok tanam, cara memelihara kesuburan tanah, cara memperlakukan teknologi lepas
panen, dan sebagainya; (b) bagaimana petani kecil mampu dan mau berusaha tani secara
menguntungkan, baik dalam usahatani secara monokultur ataupun secara tumpangsari; dan (c)
bagaimana petani kecil mampu meningkatkan kesejahteraannya atau bagaimana mereka dapat
hidup sejahtera (Deptan,2001).

Dipandang dari segi komunikasi informasi, maka metode pendekatan kelompok jauh lebih
efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa, karena mempunyai beberapa keuntungan,
sebagai berikut: (a) penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik
karena jumlah anggota sasarannya jelas; (b) d antara anggota kelompok yang satu dengan yang
lainnya dapat saling memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum
jelas; (c) akan terjadi akumulasi modal (fisik maupun non-fisik) sehingga dapat memperlancar
jalannya komunikasi dalam kelompok yang bersangkutan; (d) antara anggota kelompok dapat
dilakukan reward and punishment system secara efektif dan efisien; dan (e) lebih menghemat
biaya, tenaga dan waktu, tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik (Soedijanto, 2004).

Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi
(khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a)
ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c)
penggunaan alat bantu flipchart dan folder. Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik
dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan
pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para
petani akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek
usahatani mereka (Padmowihardjo, 2000).

1. Teknik Penyuluhan

Sistem kerja LAKU merupakan salah satu pendekatan pembangunan dapat di lakukan dengan
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai pelaku utama pembangunan pertanian,
pekebun dan peternak beserta keluarganya,dan salah satu cara peningkatan kualitas Sumber daya
manusia,dapat di upayakan melalui penyuluhan pertanian (Muchtar, 2009).

Penyuluh harus pandai-pandai mengaplikasikan teknik penyuluhan. Bagi penyuluh yang belum
menguasai bagaimana menyelenggarakan diskusi atau demonstrasi jangan sekali-kali hanya
sekedar mencoba, karena jika petani satu kali saja dibohongi untuk seterusnya sukar untuk
percaya lagi. Dalam metode kelompok, penyuluh dapat menggunakan papan planel, papan tulis,
papan magnit, peta singkap, peta penegang, foto-foto dan gambar-gambar yang diperbesar
(Anonimb, 2009).

Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh
dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian untuk mendorong
terjadinya efek/perubahan perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan
komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran serta
untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian petani (Anonimc, 2010).

Untuk dapat memilih serta menggunakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan baik,
seorang penyuluh perlu memahami filsafat pendidikan teori belajar/pembelajaran dan strategi
pembelajaran. Filsafat pendidikan yang dipakai dalam penyuluhan pertanian antara lain
idealisme, pragmatisme dan realisme.
Ada 3 (tiga) rumpun teori belajar yang dibahas dalam modul ini, yaitu (1) rumpun teori disiplin
mental, (2) rumpun teori behaviorisme, dan (3) teori cognitive gestalt field.
Jenis-jenis belajar ada 3 (tiga), yaitu (1) belajar konsep (concept learning), (2) Belajar prinsip
(principal learning), dan (3) Belajar pemecahan masalah (problem solving learning)

Strategi pembelajaran mengandung makna untuk mengurangi sampai pada titik minimal
penggunaan metode dan teknik penyuluhan dengan sasaran yang “pasif”. Strategi pembelajaran
lebih mengembangkan penggunaan metode dan teknik yang mendorong sasaran untuk “aktif”
(Mardikanto, 2000).

Faktor lain yang memegang peranan dalam pemilihan metode adalah masa kerja penyuluh di
suatu tempat. Penyuluh yang belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi dan
kondisi daerah kerjanya. Dalam taraf permulaan ini metode penyuluhan yang terbaik adaah
pendekatan perorangan. Apabila kemampuannya dalam pengenalan sasaran dan keadaan sudah
ia miliki, maka metode penyuluhan yang efektif dalam menjangkau sasaran yang lebih besar
adalah pendekatan kelompok atau massal (Anonimd, 2010).

1. C. Alat Bantu dan Alat Peraga


1. Alat Bantu

Mengingat kegiatan peyuluhan yang dilaksanakan oleh seorang penyuluh sangatlah beragam,
maka setiap penyuluh juga harus mempersiapkan beragam lembar persiapan penyuluhan yang
berupa :

a) Lembar persiapan menyuluh (LPM), yang berisikan urutan kronologis tentang pokok-pokok
bahasan yang akan disampaikan selama penyuluhan dilaksanakan.

Di dalam LPM, di samping berisikan pokok-pokok bahasan. Juga dicantumkan pula tentang
metoda penyuluhan yang akan diterapkan serta alokasi waktu yang akan diperlukan. LPM ini,
biasanya hanya disiapkan untuk kegiatan penyuluhan mengenai aspek sikap pengetahuan.
b) Lembar persiapan latihan (LPL), yaitu serupa LPM yang dikhususkan untuk kegiatan
penyuluhan yang menyangkum aspek pengetahuan dan keterampilan.

c) Lembar persiapan kerja (LPK), yaitu serupa LPM yang dipersiapkan manakala di dalam
penyuluhan nanti akan dilaksanakan latihan menggunakan peralatan atau latihan ketrampilan
(Mardikanto, 2000).

Pemilihan alat peraga yang sesuai dengan kondisi masyarakat sasaran atau yang efektif dan
efisien adalah hal yang sangat penting karena akan membantu tercapainya tujuan penyuluhan
yaitu Meningkatkan efektifitas penyuluhan pertanian. Dengankata lain pemilihan alat peraga
yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasarannya yang akan memperlancar proses
belajar dalam penyuluhan atau terjadi perubahan perilaku pada diri sasarannya (Anonime, 2009).

Karena itu, kurikulum merupakan suatu “paket” yang berisi rencana mengajar secara lengkap. Di
dalam kegiatan penyuluhan, adanya kurikulum akan sangat membantu penyuluh yang akan
dilaksanakannya, terutama jika ia akan menerapkan metoda kursus. Tetapi, hal ini tidak berarti
bahwa untuk penyuluhan dengan menerapkan metoda yang lain tidak memerlukan kurikulum
yang jelas. Bagaimanapun adanya kurikulum akan sangat membantu penyuluh dalam dalam
merancang/merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhannya (Soerdiyanto, 1978).

Alat bantu penyuluhan merupakan alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh guna
memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu penyuluhan sangat beragam. Kurikulum, papan
tulis – papan tempel, alat tulis , proyektor (overhead, slide, lcd-infocus), perlengkapan ruangan
(pengeras suara, pengatur cahaya, pengatur udara) merupakan ragam alat bantu penyuluhan
(Wastutiningsih, 2009).

Adanya kurikulum yang telah dipersiapkan, sebenarnya belum cukup membantu kelancaran
kegiatan peyuluhan di lapangan. Di dalam praktek, setiap penyuluh sebenarnya masih
memerlukan “lembar persiapan penyuluhan” yang berisikan pokok-pokok kegiatan yang harus
dikerjakan selama kegiatan penyuluhannya berlangsung. Mengingat kegiatan peyuluhan yang
dilaksanakan oleh seorang penyuluh sangatlah beragam, maka setiap penyuluh juga harus
mempersiapkan beragam lembar persiapan penyuluhan yang berupa :

a) Lembar persiapan menyuluh (LPM), yang berisikan urutan kronologis tentang pokok-pokok
bahasan yang akan disampaikan selama penyuluhan dilaksanakan.

Di dalam LPM, di samping berisikan pokok-pokok bahasan. Juga dicantumkan pula tentang
metoda penyuluhan yang akan diterapkan serta alokasi waktu yang akan diperlukan. LPM ini,
biasanya hanya disiapkan untuk kegiatan penyuluhan mengenai aspek sikap pengetahuan.

b) Lembar persiapan latihan (LPL), yaitu serupa LPM yang dikhususkan untuk kegiatan
penyuluhan yang menyangkum aspek pengetahuan dan keterampilan.

c) Lembar persiapan kerja (LPK), yaitu serupa LPM yang dipersiapkan manakala di dalam
penyuluhan nanti akan dilaksanakan latihan menggunakan peralatan atau latihan ketrampilan
(Anonimf, 2009).
1. Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat/benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh
indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian
yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar
materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran (Mardikanto, 1993).

Alat-alat peraga adalah sesuatu (alat, benda) yang dapat dilihat untuk menjelaskan apa yang
dimaksud. Tetapi di dalam praktek, alat peraga tidak selalu hanya merupakan sesuatu (alat,
benda) yang dapat dilihat atau diamati dengan mata, melainkan seringkali juga alat atau benda
yang dapat dilihat dan didengar (Departemen Kehutanan, 1996).

Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan
digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu
daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan menggunakan OHP
(over head projector) atau menggunakan LCD/Komputer dan pemutaran film; kecuali jika
disediakan generator listrik (Anonimb,2009).

Penggunaan alat peraga dalam penyuluhan pertanian bukan saja merupakan suatu kebutuhan
melainkan suatu keharusan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan alat
peraga antara lain : banyak konsep dalam bahan pengajaran pertanian yang memerlukan
kesamaan persepsi dari pihak sasaran, sebab bila berbeda-beda maka akan menimbulkan salah
tafsir dan salah tindakan untuk selanjutnya, dalam studi pertanian terdapat unsur-unsur yang
proses bekerjanya sangat lambat sehingga sulit dilihat dengan mata, misalnya proses tumbuhnya
sekumtum bunga, proses tumbuhnya akar dan sebagainya. Hal-hal seperti itu hanya dapat
dipelajari lebih mudah dengan menggunakan alat peraga yang cocok untuk itu. Di samping itu,
ada pula hal-hal atau kejadian dalam studi pertanian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga
memerlukan bantuan alat peraga untuk mempelajarinya seperti penggunaan film atau film strip
dan lain-lain. Misalnya angin kencang merusak tanaman, serangan hama belalang yang merusak
tanaman dan sebagainya (Hawkins, 2007).

Seiring dengan kemajuan teknologi, seorang penyuluh pertanian dituntut untuk menguasai
teknologi, khususnya di bidang multimedia. Peranan teknologi multimedia sangat besar dalam
penyebaran informasi, sebagai contoh pembuatan poster, video cd pertanian, dan lain-lain.
Teknologi multimedia yang perlu dikuasai oleh seorang penyuluh pertanian adalah fotografi.
Kemajuan teknologi telah sedemikian majunya sehingga pada saat sekarang sangat mudah untuk
membuat dokumentasi dalam bentuk foto. Selain itu, video, media ini juga perlu dikuasai oleh
penyuluh pertanian, karena dengan media ini bisa membuat petani mudah belajar, karena selain
mendengar ia juga melihat, sehingga media ini merupakan media yang efektif bagi kegiatan
penyuluhan pertanian (Anonimc, 2010).

1. D. Materi Penyuluhan

Materi yang disajikan seyogyanya dapat menjawab, mencairkan atau menyelesaikan apa yang
dibutuhkan kelompok tani sesuai kondisi, dan kesempatan saat itu. Tentunya dapat berupa materi
yang bisa langsung dipraktekkan dan mengemukakan kaitannya dengan teori yang mendasari
sesuai idealnya anjuran yang diharapkan, di mana kondisi di lapangan terjadi, sebut saja
pembudidayaan rumput laut yang menguntungkan, pemeliharaan ayam buras semi intensif,
teknis pemangkasan jambu mete, dan lain-lain, uraikan sesuai tahapannya misalnya; rincian
kebutuhan modal awal, teknik memilih bibit yang baik, manajemen pemeliharaan, pasca panen,
pemasaran dan sebagainya (Arif, 2007).

Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan (felt need), terutama
menyangkut : kegiatan yang sedang dan akan segera dilakukan, masalah yang sedang dan akan
dihadapi, perubahan-perubahan yang diperlukan atau diinginkan. Karena itu, meskipun melalui
kegiatan penyuluhan diharapkan terjadi penyampaian inovasi yang berupa produk, ide,
teknologi, kebijakan, dll. Inovasi yang disampaikan harus yang terkait dengan kebutuhan-
kebutuhan yang sedang dirasakan (Deptan, 2010).

Materi ajaran tidak harus bersumber dari textbook, tetapi dapat dari media-massa seperti koran,
tabloid, majalah, laporan-laporan, radio, televisi, pertunjukan kesenian, perjalanan, dll termasuk
ceritera rakyat maupun pesan-pesan generasi-tua (para pendahulu), maupun pengalaman kerja
dan pengalaman sehari-hari. Selain itu, tidak harus baru (up to date), tetapi dapat juga berupa
cerita-cerita kuno atau praktek-praktek lama yang sebenarnya sudah pernah dilakukan tetapi
telah lama ditinggalkan. Sumber materi ajar tidak harus berasal dari orang-orang pintar, tokoh
masyarakat, atau pejabat, melainkan dari siapa saja (Kartasapoetra, 1988).

Materi penyuluhan merupakan segala sesuatu yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian.
Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi
pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan masyarakat tani).
Klasifikasi materi pokok penyuluhan pertanian dapat terbagi menjadi teknik pertanian, ekonomi
pertanian, manajemen usahatani, dinamika kelompok, politik pertanian (Ibrahim, 2003).

Kelayakan materi penyuluhan jika dilihat dari segi ekonomi harus menguntungkan, secara teknis
dapat diterapkan, secara sosial dapat dipertanggungjawabkan dan tidak merusak lingkungan,
menciptakan better living, better farming, better business, dan better environment. Syarat materi
penyuluhan antara lain memberikan keuntungan secara nyata bagi sasaran, memiliki resiko
kegagalan yang relatif kecil dan biaya rendah, dapat diperoleh dengan mudah, tidak bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, tidak mempunyai efek samping yang merugikan, mudah
dilakukan/dipergunakan dan segera memberikan hasil (Samsudin, 1987).

Pengendalian OPT secara biologi dengan penggunaan musuh alami dianggap mempunyai
prospek yang bagus, karena disamping tersedia di alam, juga ramah terhadap lingkungan.
Trichogramma spp. adalah salah satu musuh alami yang selama ini telah berhasil mengendalikan
serangan penggerek batang padi. Musuh alami ini merupakan parasitoid telur penggerek batang
padi dan mampu menekan populasi penggerek batang padi hingga 90% (CABI, 2004).

Wereng cokelat (Brown Planthopper), Nilaparvata lugens (Stal) termasuk dalam famili
Delphacidae, ordo Homoptera, ditemukan oleh Stal pada tahun 1854. Wereng Cokelat tersebar di
wilayah Palaeartik (Cina, Jepang, dan Korea), wilayah oriental (Bangladesh, Kamboja, India,
Malaysia, Serawak, Taiwan, kepulauan Fiji, Kaledonia, Mikronesia, kepulauan Solomon, dan
Papua Nugini). Tanaman inang utama wereng cokelat adalah padi, namun jika selesai panen atau
tidak ada tanman padi, wereng ini dapat hidup pada tanaman inang lain seperti rumput teki
ataupun jagung (Darmadi, 2008).

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan
pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan
rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras
semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Serangga anggota
ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :Wereng coklat
(Nilaparvata lugens Stal.), kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)kutu loncat
lamtoro (Heteropsylla sp.) (Mutsanna, 2008).

Sebagai contoh dalam pengendalian hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) diatur pola
tanamnya, yakni setelah padi-padi, pada periode berikutnya supaya diganti dengan palawija.
Cara ini dimaksudkan untuk menghentikan berkembangnya populasi wereng. Cara di atas dapat
pula diterapkan pada hama lain, khususnya yang memiliki inang spesifik. Kebaikan dari
pengendalian hama dengan mengatur pola tanam adalah dapat memperkecil kemungkinan
terbentuknya hama biotipe baru (Aditya, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Aditya. 2008. Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Padi dan Palawija.
http://www.aditya2015.web.ugm.ac.id/DIHT/padi-palawija%20.ppt. Diakses 5 Juni 2010.

Anonim a. 1996. Perlengkapan dan Alat-alat yang Digunakan Penyuluh Pertanian. Jakarta.
Diakses Tanggal 14 Mei 2010

Anonim b. 2009. Pendahuluan. www.deptan.go.id/bpsdm/ruu_pp/ruupp_bab2.htm Diakses


Tanggal 12 Mei 2010

Anonimc. 2010. Alat Bantu Penyuluhan Pertanian. http://www.legalitas.org/incl-


php/buka.php?d=lain+5&f=naskah_akademik_bab5.htm

Anonimd. 2010. Metode Penyuluhan. http://masarip.blog.friendster.com/2007/09/metode-


penyuluhan/.

Anonime, 2009. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian.


http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=108:luht-4234-
metode-dan-teknik-penyuluhan-pertanian&Itemid=76&catid=31:fmipa

BPKP, 2006. Hukum dan Undang-undang Penyuluhan.


http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2006/16-06.pdf. Diakses 20 Mei 2010.

CABI, 2004. Pengendalian OPT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Darmadi, Didi. 2008. Jenis-jenis Hama Tanaman Padi.


http://mablu.wordpress.com/2008/01/24/jenis-jenis- hama- padi. Diakses 6 Juni 2010
Deptan, 2002. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penyuluhan Pertanian.
http://www.deptan.go.id/bpsdm/stpp-magelang/download/ahli_pp_peserta.pdf

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta

Mardikanto, T. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University


Press.

Mardikanto, T. 2000. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University


Press.

Martaamidjaja, A.S, and Rikhana, M. 1996. Training for Agricultural and Rural Development:
Group-based Extension Programmers for Natural Resource Conservation in Java. Sustainable
Development Department (SD)-FAO.

Mutsanna, Abu. 2008. Hama Tanaman. http://abumutsanna.wordpress.com/2008/09/23/


penyakit-tanaman-padi. Diakses 5 Juni 2010.

Samsudin, U. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bina Cipta, Bandung

Soedijanto, Padmo Wihardjo. 2000. Penyelenggaraan Penyuluhan dalam Pembangunan Sistem


dan Usaha Agribisnis. www.google.co.id Diakses Tanggal 11 Mei 2010

Subejo. 2010. Penyuluhan Pertanian di Persimpangan Jalan. subejo.staff.ugm.ac.id/wp-


content/penyuluhan-pertanian-persimpanganjalan.pdf Diakses Tanggal Mei 2010

Van Den Bein dan Hawkins. 2007. Penyuluhan Pertanian. Agnes Dwina Herdiastuti,
penerjemah. Terjemahan dari Agricultural. Extention (Edisi 2). Jakarta, Kanisius

http://20de.wordpress.com/2010/06/20/laporan-praktikum-penyuluhan-dan-komunikasi-pertanian/

Perlengkapan Penyuluhan
Tersedianya perlengkapan penyuluhan (alat bantu dan alat peragaan terutama yang berkaitan
dengan: penglihatan/pencahayaan, dan pendengaran). Perlengkapan yang disediakan, sebaiknya
berupa alat bantu dan alat peraga berupa bentuk riil yang dapat disediakan dan dapat digunakan
sesuai dengan kondisi setempat. Macam alat bantu penyuluhan antara lain kurikulum, lembar-
lembar persiapan penyuluhan, papan tulis atau papan penempel, alat tulis, perlengkapan ruangan,
serta proyektor (Apriantono, 2004).
Alat peraga adalah alat atau benda yang dapat diamati, diraba atau dirasakan oleh indera
manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang
disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran
penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan
yang bersangkutan. Macam alat peraga, Benda yang digolongkan lagi seperti sampel, model,
specimen, barang cetakan (pamflet, leaflet, brosur, booklet, poster), gambar yang diproyeksikan
(transparansi sheet, slide film, film strip), lambang Grafika, grafik, (line, bar, histogram),
diagram, bagan/skema (Mardikanto, 2003).

LAPORAN PENYULUHAN KOMUNIKASI PERTANIAN


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia
dan luar negeri. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor
pertanian seharusnya menjadi salah satu pilar ekonomi nasional yang utama. Sektor pertanian pada saat
ini, kurang berkembang dikarenakan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani sangat rendah,
teknologi yang digunakan juga sangat sederhana sehingga dalam mengelola lahan pertanian kurang
dalam memproduksi hasil pertanian yang berkualitas. Seorang petani sangat membutuhkan penyuluh
yang dapat memberikan infomasi melalui kegiatan penyuluhan mengenai cara perbaikan lahan
pertanian dengan berbagai teknologi modern yang akan diperkenalkan kepada petani agar petani dapat
menggunakan teknologi baru tersebut untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan pertanian.
Adapun arti dari penyuluhan yaitu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya
perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas.

Secara garis besar, yang menjadi dasar dari penyuluhan dan komunikasi pertanian, dapat
digolongkan menjadi tiga bagian. Pertama adalah penyuluhan dan komunikasi pertanian sebagai proses
pendidikan, kedua adalah penyuluhan dan komunikasi pertanian sebagai proses yang demokrasi, dan
yang ketiga adalah penyuluhan dan komunikasi pertanian sebagai proses yang terus–menerus.
Penyuluhan dan komunikasi pertanian harus mampu menyelesaikan masalah–masalah yang
sedang dihadapi petani di pedesaan. Mulai dari masalah yang menyangkut proses produksi, masalah
pemasaran hasil pertanian yang efisisen hingga masalah - masalah kehidupan petani lainnya.

Proses demokrasi pada penyuluhan dan komunikasi pertanian bukanlah paket resmi dari
pemerinntah yang mesti ditelan mentah–mentah oleh petani. Di sini petani diberi kebebasan untuk
mengikuti proses penyuluhan pertanian. Petani juga diberi kebebasan untuk menyelenggarakan
kegiatan usaha tanianya.

Penyuluhan dan komunikasi pertanian dapat diartikan dengan usaha yang tak kenal waktu,
tanpa batas dan tanpa hambatan dengan mengggunakan media komunikasi baik verbal maupun non
verbal.. Penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan sepanjang masa. Penyuluhan pertanian dapat di
tempuh oleh semua kalangan. Dan yang lebih penting lagi, penyuluhan pertanian mutlak dijadikan
kebutuhan, tantangan, dan harapan dalam menata masa datang. penyuluhan kurang efektif apabila
tidak ada media komunikasi yang dapat mendukung dalan penyuluhan pertanian.

Seorang mahasiswa Fakultas Pertanian perlu mengetahui kegiatan dalam lingkup pertanian yaitu
melalui mengikuti bagaimana berlangsungnya kegiatan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian agar
dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa jika nantinya akan menjadi seorang penyuluh.
Melalui peningkatan cara penyuluhan akan semakin banyak petani yang melakukan dan menerapkan
informasi yang telah diterimanya melalui kegiatan penyuluhan. Melalui kegiatan praktikum yang
dilaksanaan mahasiswa pertanian, sehingga nantinya dapat dihasilkan penyuluh yang berkualitas, yang
memberikan banyak informasi penting mengenai cara bercocok tanam kepada pertanian sehingga
petani dapat meningkatkan produksi hasil pertanian untuk mensejahterakan masyarakat petani dan
melalui peningkatan hasil usaha tani akan meningkatkan pendapatan bagi Negara melalui eksport beras
ke luar negeri. Bagi mahasiswa Fakultas Pertanian pada khususnya, dilaksanakan untuk meningkatkan
wawasan dan informasi mengenai kegiatan penyuluhan pertanian.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa tentang praktek penyuluhan dan komunikasi
pertanian.
2. Agar mahasiswa memperoleh pengayakan pengalaman belajar tentang penyuluhan dan komunikasi
pertanian diluar perkuliahan.

3. Memberikan pengalaman kepada mamhasiswa untuk mampu melakukan analisis sintesis dan evaluasi
tentang praktek penyuluhan dan komunikasi pertanian dibanding dengan teori yang telah diperoleh
dalam perkuliahan.

C. Lingkup Kegiatan

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktikum

No Kegiatan Waktu Tempat

1. Asistensi praktikum 5 Juni 2009 Fakultas Pertanian

2. Acara pembukaan 11 Juni 2009 Balai Kecamatan


Polokarto

Desa Polokarto
3. Persiapan 15 Juni 2009
Desa Polokarto
4. Pelaksanaan praktikum 16 Juni 2009

5. Wawancara dan 16 Juni 2009


pencatatan

Pengumpulan dokumen Fakultas Pertanian


6. 16 Juni 2009
Pembuatan laporan Fakultas Pertanian
7. 16-18 Juni 2009
Konsultasi
Fakultas Pertanian
8. 17-18 Juni 2009
Responsi
Fakultas Pertanian
9. 19 Juni 2009
Pengumpulan laporan jadi
Fakultas Pertanian
10. 19 Juni 2009

Sumber : Hasil Praktikum


D. Lokasi Penelitian

Praktikum peenyuluhan dan komunikasi pertanian dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15 Juni
2009 pukul 12.00 WIB di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
II. LANDASAN TEORI

A. Administrasi Penyuluhan

Dalam pengertian sehari-hari, administrasi sering diartikan segala kegiatan yang berkaitan
dengan ketatausahaan atau persuratan. Administrasi sebagai manajemen operasi atau salah satu fungsi
manajemen untuk merencanakan, melaksanakan, mengoganisasi, mengkoordinasi, dan mengawasi
fungsi-fungsi manajemen yang lain. Fungsi administrasi adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh
setiap pemimpin atau manajer, oleh karena itu, seorang pemimpin dalam suatu organisasi sering pula
disebut dengan administrator ( Kaliski, 1983 ).

Fungsi administrasi penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah pertama, administrasi personalia
yang meliputi manajemen personalia, personalia dinas penyuluhan pertanian, kualifikasi dan fungsi
personel penyuluhan, jumlah penyuluh yang diperlukan, tenaga-tenaga penunjang, dan kelompok-
kelompok sukarela. Kedua, kemudahan dan perlengkapan bagi penyuluh pertanian. Ketiga, pengelolaan
keuangan, hal yang terkaitan dengan sumber dana hendaknya dapat diupayakan sumber-sumber
investasi dari instansi atau lembaga pemerintah, kerjasama dengan pihak swasta yang berkepentingan
dengan kegiatan penyuluhan serta sumber-sumber yang dapat digali dengan swadaya. Keempat,
pelaporan dan evaluasi, dan yang terakhir adalah hubungan dengan lembaga-lembaga lain ( Mardikanto,
2008 ).

Informasi merupakan data yang memiliki makna dan berguna serta dapat dikomunikasikan
kepada penerima / pengguna untuk membuat suatu keputusan. Informasi merupakan “critical
resources” dalam kegiatan dan manajemen suatu organisasi termasuk penyuluh pertanian sendiri.
Kelemahan umum yang sering dijumpai pada Dinas Penyuluhan adalah kurangnya jalinan komunikasi
yang akrab dengan pusat-pusat informasi (lembaga penelitian, perguruan tinggi dan pemberitaan), dan
pihak-pihak swasta yang seringkali berperan penting untuk menunjang kelancaran kegiatan
penyuluhan ( Anonim, 2009 ).

B. Kebijakan Penyuluhan Pertanian

Keberhasilan pertanian di Indonesia tidak banyak mendapat perhatian dari masyarakat luas.
Setelah adanya pengakuan dari Mentri Pertanian serta sebagian isi pidato Presiden di FAO yang
menyatakan tentang pentingnya kegiatan penyuluhan pertanian. Pengakuan tersebut berlanjut pada
tindakan nyata berupa keputusan pemerinyah untuk menetapkan tenaga-tenaga penyluh pertanian
(PPS/PPM/PPL) sebagai tenaga fungsionil dengan jenjang karir yang semakin jelas dibanding
ketidakpastian dalam masa-masa sebelumnya (Mardikanto, 1984).

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, mulai tahun 2001 kewenangan di bidang
penyuluhan pertanian dilimpahkan kepada pemerintahan kabupaten/kota. Pada awalnya diharapkan
pelimpahan kewenangan ini akan mampu meningkatkan kinerja penyuluhan pertanian. Dengan adanya
otonomi daerah, telah diberikan kebebasan kepada regional agricultural services untuk mengambil
inisiatif dalam mendesain kebijakan spesifik lokal, sementara itu pemerintah pusat melalui Menteri
Pertanian bertanggungjawab hanya pada penyusunan dan manajemen strategi, kebijakan nasional dan
standar-standar. Dengan dukungan anggaran yang besar, pemerintah local yang terkait dengan
pertanian mestinya memiliki lebih banyak sumber daya serta kebebasan yang lebih besar untuk
mengembangkan kebijakan spesifik lokal dan teknologi local melalui kajian/penelitian di lembaga
penelitian lokalnya. Dengan lotonomi daerah ini, tanggung jawab pembangunan pertanian dalam
kendali kepala daerah bukan lagi pegawai/dinas pertanian (Subejo, 2002).

Kebijakan Penyuluhan Pertanian meliputi kebijakan ketenagaan penyuluhan, kebijakan


penyelenggaraan penyuluhan pertanian, kebijakan pembiayaan, kebijakan sarana dan prasarana, serta
kebijakan pembinaan dan pengawasan. Penyuluhan dilaksanakan dengan berpedoman pada programa
penyuluhan yang disusun dengan memperhatikan keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan
pada setiap tingkatan. Programa penyuluhan harus terukur, realistis, bermanfaat dan dapat
dilaksanakan serta dilakukan secara partisipatif, terpadu, transparan, demokratis dan bertanggung
gugat (Anonim, 2009).

C. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

Sistem kelembagaan penyuluhan pertanian dibangun untuk mengoptimalkan pemanfaatan


semua sumberdaya nasional/daerah yang ada, bukan untuk saling melemahkan. Kelembagaan
Penyuluhan Pertanian dari pusat sampai daerah di tingkat yang paling bawah lembaga penyuluhan
pertanian terpisah dari lembaga yang punya fungsi berbeda. Fungsi lembaga penyuluhan di pusat
(nasional), DT I (propinsi), DT II (Kab/Kodya), dan Kecamatan perlu dibedakan secara jelas. Lembaga
pelaksana penyuluhan di lapangan ada-lah BPP, lembaga yang lain fungsinya adalah penentu kebijakan,
fasilitator (dana, sarana, informasi): BIPP, koordinator, atau penunjang (rekruting tenaga, pelatihan,
pangadaan sarana, dll. Programa Penyuluhan hanya dibuat di tingkat BPP (Slamet, 2001).
Pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan kelembagaan
penyuluhan pertanian adalah faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan
pembangunan pertanian. Dari beberapa studi juga menunjukkan bahwa investasi di bidang penyuluhan
pertanian memberikan tingkat pengembalian internal yang tinggi. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan
pertanian merupakan komponen penting dalam keseluruhan aspek pembangunan pertanian (Mawardi,
2004).

Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Indonesia meliputi Kelembagaan di Pusat, Kelembagaan


di Propinsi, Kelembagaan di Kota atau Kabupaten, Kelembagaan di Kecamatan, dan Kelembagaan di
Desa. Kelembagaan di Pusat meliputi Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian,
Departemen Pertanian. Kelembagaan di Propinsi meliputi Balai Diklat Pertanian/Agribisnis di Propinsi.
Kelembagaan di Kabupaten/Kota merupakan Unit Kerja Pengelola dan Penyelenggara Penyuluhan
Pertanian (Badan/Kantor/Balai/UPTD Penyuluhan Pertanian atau yang berstatus Sub Dinas/Bagian dan
Seksi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah). Kelembagaan di Kecamatan merupakan Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) atau lembaga lainnya yang mempunyai fungsi dan tugas yang sama,
ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan SK Bupati/Walikota. Kelembagaan di Desa meliputi Kelompok
Tani. Kelompok tani merupakan mitra kerja sejajar penyuluh pertanian. Kelembagaan lainnya meliputi
Perguruan tinggi, LSM, Lembaga adapt, Badan diklat swasta, Production house, dan Lembaga pemasaran
(Anonim, 2009).

D. Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian

Pengenalan wilayah kerja penyuluhan pertanian dilakukan untuk mengetahui apa yang diperlukan
oleh masyarakat di satu daerah, sehingga kegiatan yang akan dijalankan di daerah tersebut tidak sia-sia
dan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Oleh karena itu informasi mengenai lokasi, karakteristik
masyarakat serta potensi daerah diperlukan sebagai bahan dasar untuk merancang suatu kegiatan.
Informasi dapat diperoleh baik dari dokumen tertulis maupun dari pejabat pemerintah, pemuka
masyarakat maupun pemuka adat atau agama. Informasi dari sumber lain seperti dari masyarakat
secara langsung juga diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang akan dilakukan dapat
menjawab kebutuhan masyarakat (Anonim, 2004).

Keadaan peralatan alat-alat bantu pengajaran, fasilitas-fasilitas yang ada, serta biaya yang tersedia
juga akan menentukan metode apa yang harus digunakan dalam mengefektifkan kegiatan penyuluhan.
Misalnya, seandainya disuatu daerah belum ada listrik dan bahkan letaknya sukar untuk dicapai, maka
daerah tersebut sulit untuk diadakan penyuluhan melalui pemutaran film walaupun biasanya cara ini
bisa memberikan hasil yang efektif. Karena keterbatasan biaya maka penyuluh pertanian akan memilih
metode diskusi kelompok daripada kursus tani, yang pada pelaksanaannya akan membutuhkan biaya
yang relatif besar (Mardikanto, 2008).

Para penyuluh dalam pengenalan wilayah kerja penyuluhan, perlu mempertimbangkan kondisi
daerah pelaksanaan penyuluhan, antara lain, Musim, pada musim kemarau tiap daerah berbeda-beda
keadannya, ada yang panas sekali, ada yang tidak terlalu panas, ada daerah yang tidak bisa ditanami
apa-apa, sebaliknya ada juga daerah yang justru pada musim kemarau akan lebih menguntungkan jika
digunakan sebagai tempat usaha tani. Kedua, Keaadaan Usaha Tani, musim sangat erat hubungannya
dengan keadaan usaha tani, maka keadaan usaha tani suatu daerah turut mempengaruhi pemilihan
metode penyuluhan. Dan yang tidak kalah penting adalah Keadaan Lapangan, keadaan lapangan seperti
topografi, jenis tanah, sistem pengairan serta sarana perlu juga dipertimbangkan. Contoh: untuk
perkampungan yang letaknya terpisah-pisah maka kegiatan penyuluhannya akan lebih efektif dilakukan
di tempat tinggal petani atau di lahan usaha taninya (Anwar, 2000).

E. Perencanaan Program Penyuluhan Pertanian

Pelaksanaan penyuluhan pertanian dilakukan harus sesuai dengan program penyuluhan


pertanian. Program penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk memberikan arahan, pedoman, dan
sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, Program
penyuluhan pertanian terdiri dari program penyuluhan pertanian desa, program penyuluhan pertanian
kecamatan, program penyuluhan pertanian kabupaten/kota, program penyuluhan pertanian propinsi
dan program penyuluhan pertanian nasional (Undang-undang No 16 Tahun 2006) (Deptan, 2006).

Secara umum pada pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 16 Tahun 2006 tentang SP3K
menyatakan; (1) program penyuluhan pertanian disusun setiap tahun memuat rencana penyuluhan
pertanian yang mencakup pengorganisasian dan pengelolaan sumberdaya untuk memfasilitasi kegiatan
penyuluhan pertanian dan ayat (2) ; Program penyuluhan pertanian sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus terukur, realistis, demokratis, dan bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya penyuluh pertanian
dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif dan melalui mekanisme kerja dan metode yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani dan pelaku usaha pertanian (Deptan, 2006).
Penyuluhan pertanian dapat dikatakan baik apabila diukur berdasarkan ukuran-ukuran dalam
hal analisis fakta dan keadaan, pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan, jelas dan menjamin
keluwesan, dan merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan.

Analisis fakta dan keadaan Perencanaan program yang baik harus mengungkapkan hasil analisis
fakta dan keadaan yang lengkap. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan hasil analisis fakta
dan keadaan biasanya menghasilkan berbagai masalah baik masalah yang sudah dirasakan maupun
belum dirasakan masyarakat setempat. Perencanaan program harus dengan jelas dan tegas sehingga
tidak menimbulkan keragu-raguan atau kesalahpengertian dalam pelaksanaannya. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penyuluhan pertanian haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau kepuasan
masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1996).

Tahapan-tahapan dalam perencanaan penyuluhan sebagai berikut pengumpulan data keadaan,


analisis dan evaluasi fakta-fakta, identifikasi masalah, pemilihan masalah yang ingin dipecahkan,
perumusan tujuan dan/atau sasaran-sasaran, perumusan alternative pemecahan masalah, penetapan
cara mencapai tujuan (rencana kegiatan), pengesahan program penyuluhan, pelaksanaan kegiatan,
perumusan rencana evaluasi dan terakhir rekonsidesari (Mardikanto, 1993).

Kegiatan perencanaan penyuluhan pertanian dipergunakan untuk memudahkan pelaksanaan


kegiatan penyuluhan pertanian maka di dalam perencanaan tersebut, perlu disusun adanya program,
rencana kerja, dan kalender kerja. Program, yaitu suatu pernyataan yang dikeluarkan untuk
menimbulkan pengertian dan perhatian mengenai suatu kegiatan. Lebih jelasnya program berisi tentang
apa yang harus dilakukan dan mengapa perlu dilakukan. Rencana Kerja, yaitu suatu acara kegiatan-
kegiatan yang disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelaksanaan program secara efisien
yang menyangkut tentang bagaimana, kapan, di mana, dan siapa. Kalender kerja, yaitu suatu rencana
kerja yang disusun menurut urutan waktu dalam kegiatan penyuluhan petanian yang akan dilakukan
(Anonim, 2009).

F. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian

1. Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian


System kerja LAKU ( Latihan Dan Kunjungan / Trainning And Visit ) yang diterapkan dalam
pelaksanaan penyuluhan pertanian , telah di laksanakan di Indonesia sejak tahun 1976 melalui Proyek
Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan ( National Food Crops Extension Project/ NFCEF). System kerja
LAKU mengalami perluasan baik perluasan wilayah maupun komoditinya. Sejalamn dengan itu proyel
NFCEP diganti dengan NAEP (National Agricultural Extesion Project) (Benor and Bexter,
1984).

Salah satu pendekatan pembangunan dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia sebagai pelaku utama pembangunan pertanian yaitu petani, pekebun, dan peternak, beserta
keluarga intinya. Peningkatan kualitas sumber daya Manusia tersebut diupayakan antara lain melalui
penyuluhan pertanian (Anonim, 2008).

Penyuluhan pertanian sejak tahun 1976, menggunakan pendekatan latihan dan kunjungan
(LAKU). Sistem tersebut ternyata sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan petani, sehingga pada tahun 1984 Indonesia mencapai swasembada beras.

Beberapa aspek positif sistim kerja LAKU diantaranya yaitu;

a. penyuluhan dilaksanakan melalui pendekatan kelompok,

b. penyuluh pertanian cepat mengetahui masalah yang ada di petani dan cepat memecahkannya,

c. penyuluh pertanian secara teratur mendapat tambahan pengetahuan/ kecakapan, sikap dan
keterampilan, dan

d. penyelenggaaan penyuluhan pertanian mendapatkan supervisi dan pengawasan yang teratur (Sinar
Tani, 2006).

2. Metoda Penyuluhan Pertanian


Metoda penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu metoda-metoda yang
langsung (direct Communication/face to face Communication) dan metoda-metoda yang tidak langsung
(indirect Communication). Penggolongan berdasarkan hubungan jumlah dan penggolongan dari pada
sasaran adalah metoda berdasarkan perorangan, misal kunjungan ke rumah petani, surat menyurat
secara perorangan, demonstrasi pilot, belajar perorangan, serta belajar praktek (Mardikanto, 2008).

Metoda dengan pendekatan kelompok, misalnya pertemuan (di rumah, di saung, di balai desa,
dan lain-lain), perlombaan, demonstrtasi cara/hasil, kursus tani, dan musyawarah/diskusi
kelompok/temu karya. Metode dengan pendekatan masal, misalnya rapat (pertemuan umum), siaran
pedesaan melalui radio/TV, pemuatan film/slide, penyebaran bahan tulisan (brosur, leaflet, folder,
booklet dan sebagainya), pemasangan Poster dan Spanduk, serta pertunjukan Kesenian (Anonim, 2008).

Penggolongan berdasarkan indera penerima adalah metoda-metoda yang dilakukan dengan jalan
melihat, misalnya pesan yang tertulis, pesan yang bergambar, pesan yang terproyeksi : seperti film/slide
tanpa penjelasan vocal atau bisu. Metode-metode yang disampaikan melalui pendengaran, misalnya
siaran pedesaan melalui radio/TV, hubungan telepon, pidato, ceramah, rapat (Julianto, 2009).

3. Perlengkapan Penyuluhan
Tersedianya perlengkapan penyuluhan (alat bantu dan alat peragaan terutama yang berkaitan
dengan: penglihatan/pencahayaan, dan pendengaran). Perlengkapan yang disediakan, sebaiknya berupa
alat bantu dan alat peraga berupa bentuk riil yang dapat disediakan dan dapat digunakan sesuai dengan
kondisi setempat. Macam alat bantu penyuluhan antara lain kurikulum, lembar-lembar persiapan
penyuluhan, papan tulis atau papan penempel, alat tulis, perlengkapan ruangan, serta proyektor
(Apriantono, 2004).

Alat peraga adalah alat atau benda yang dapat diamati, diraba atau dirasakan oleh indera manusia,
yang berfungsi sebagai alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara
lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran penyuluhan agar materi
penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan. Macam
alat peraga, Benda yang digolongkan lagi seperti sampel, model, specimen, barang cetakan (pamflet,
leaflet, brosur, booklet, poster), gambar yang diproyeksikan (transparansi sheet, slide film, film strip),
lambang Grafika, grafik, (line, bar, histogram), diagram, bagan/skema (Mardikanto, 2003).

G. Evaluasi dan Monitoring

Evaluasi dimaksudkan untuk menilai evisiensi, efektifitas dan dampak dari suatu kegiatan
penyuluhan pertanian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik
dan obyektif serta terdiri dari evaluasi saat kegiatan berlangsung sebelum kegiatan dimulai dan sesudah
kegiatan selesai. Monitoring dimaksudkan untuk memastikan ketepatan sumberdaya penyuluhan
pertanian serta pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan sesuai dengan jadwal kerja dan hasil yang
ditargetkan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses
yang sedang berjalan (Deptan, 2002).

Evaluasi dan monitoring sangat penting dilakukan karena dapat melihat sampai sejauh manakah
program pendampingan tersebut. Yang harus diperhatikan dalam Evaluasi dan Monitoring adalah harus
dapat menunjukkan apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana, harus dapat mengindikasikan
masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam implementasi kegiatan, harus dapat
mengecek apakah asumsi-asumsi yang dibuat pada tahap perencanaan masih valid, serta harus dapat
menilai apakah kegiatan masih relevan dengan kebutuhan penerima manfaat/sasaran (Anonim, 2005).

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian
dibantu oleh Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Badan Koordinasi Penyuluhan
provinsi, Badan pelaksana penyuluhan pertanian, Balai Penyuluhan Kecamatan, merupakan pejabat
yang berwenang melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Materi yang di supervisi antara lain, rencana kerja penyuluh di
tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, rencana kerja penyelenggara pelatihan, materi
pelatihan yang diberikan oleh penyelenggara, serta kesesuaian jadual pelaksanaan dan materi
pelatihan yang telah direncanakan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi disesuaikan dengan jadual
kegiatan sistem kerja dan kegiatan penyuluhan pertanian lainnya yang dianggap perlu di Wilayah Kerja
BPP (Apriantono, 2004).
III. Pelaksanaan Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Di Lingkungan Dinas Pertanian Kabupaten

A. Administrasi Penyuluhan Pertanian

1. Administrasi Personalia

Jumlah penyuluh di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dalam tabel:

Tabel 1. Jumlah Tenaga Penyuluh di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2009

No Tahun Jumlah Penyuluh (PNS) THL (Tenaga Harian Lepas)

1 2007 84 11

2 2008 84 29

3 2009 94 23

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa jumlah tenaga penyuluh di Kabupaten Sukoharjo tahun
2007 PNS sebanyak 84, THL (Tenaga Kerja Lepas) sebanyak 11; tahun 2008 PNS sebanyak 84, THL
(Tenaga Kerja Lepas) sebanyak 29; tahun 2009 PNS sebanyak 94, THL (Tenaga Kerja Lepas) 23.

Tabel 2. Jumlah Tenaga Penyuluh di BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Palakarto Tahun 2009

No Tahun Jumlah Penyuluh (PNS) THL (Tenaga Harian Lepas)

1. 2009 10 2

Sumber : Data Sekunder

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah tenaga penyuluh di BPP (Badan Penyuluhan Pertanian)
Kecamatan Palakarto Tahun 2009 yang PNS ada 10 orang dan yang THL ada 2 orang.
2. Administrasi Keuangan

Administrasi sering diartikan segala kegiatan yang berkaitan dengan ketatausahaan atau
persuratan. Administrasi sebagai manajemen operasi atau salah satu fungsi manajemen untuk
merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi, dan mengawasi fungsi-fungsi
manajemen yang lain. Mengenai masalah pendanaan UPTD Pertanian Kecamatan Polokarto sama sekali
tidak mengelola.

Pengendalian Penyuluhan di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto dilakukan oleh Petugas BPP
kecamatan. Petugas BPP kecamatan mempunyai wewenang penuh untuk mengendalikan pelaksanaan
kegiatan penyuluhan, sehingga untuk memacu kelancaran kegiatan-kegiatan penyuluhan. Pengendalian
penyuluhan dilakukan di kabupaten melalui DENFAM dengan batas 5 ha dan melalui DEMPLOT
(Demonstrasi Plotting) dengan dibatasi 1ha.

B. Kebijakan Penyuluhan

Kebijakan Penyuluhan di tingkat Kabupaten Sukoharjo diatur dalam Undang-Undang No16


Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Bab IV, pasal 6 yang
memuat bahwa:

1. Kebijakan penyuluhan ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan asas dan tujuan sistem penyuluhan.

2. Dalam menetapkan kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan
pemerintah daerah memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

a. penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan
kehutanan; dan

b. penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama dan/atau warga masyarakat
lainnya sebagai mitra Pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja
sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi
pemerintahan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/walikota

C. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

Kelembagaan penyuluhan pertanian adalah suatu lembaga yang bertugas untuk mendukung
dan memperlancar kegiatan penyuluhan pertanian sehingga kegiatan penyuluhan yang terjadi di
lapangan menjadi lebih efektif.

Tabel 4. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

No Nama Lembaga Tingkat Tugas / Fungsi

1. Badan Pengembangan Pusat Menyusun kebijakan


SDM nasional, program
penyuluhan nasional,
standarisasi dan akreditasi
penyuluh, sarana dan
prasarana,serta pembiayaan
penyuluhan

2. Badan Koordinasi Penyuluh Provinsi Menyusun kebijakan dan


program penyuluhan provinsi
dan sejalan dengan kebijakan
dan program penyuluhan
nasional

3. Badan Pelaksana Penyuluh Kabupaten Menyusun kebijakan dan


program penyuluhan
kabupaten, yang sejalan
denagn kebijakan dan
progaram penyuluhan
provinsi dan nasional.

4. Balai Penyuluhan Kecamatan Menyusun program


Pertanian penyuluhan pada tingkat
kecamatan sejalan dengan
program penyuluhan
kabupaten/kota

5. Pos Penyuluhan Desa Desa Menyusun perencanaan


penyuluhan yang terintegrasi
dengan program penyuluhan

Sumber : Data Sekunder

Lembaga penyuluhan pertanian ada di tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan
Desa. Di tingkat Pusat bernama Badan Pengembangan SDM yang terdiri atas satu lembaga, di tingkat
Propinsi bernama Badan Koordinasi Penyuluh yang terdiri atas satu lembaga, di tingkat Kabupaten
bernama Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian yang terdiri dari satu lembaga, di tingkat Kecamatan
bernama Balai Penyuluhan Pertanian yang teridri dari satu lembaga, di tingkat desa bernama Pos
Penyuluhan Pertanian Desa.

D. Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian

Pengenalan wilayah kerja penyuluh dimulai dari pengenalan wilayah desa tempat sasaran
penyuluhan disebut dengan orientasi desa meliputi karakterisik desa dan potensinya.

Tabel 5. Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian

No Penyuluh Wilayah Kerja Masa Kerja Teknik Pengenalan

1. Slamet Riyadi Polokarto 1 tahun mendapatkan bimbingan


dari kecamatan

Sumber : Data Sekunder

Penyuluh di desa Polokarto ini bernama Bapak Slamet Riyadi. Beliau menjadi penyuluh sejak tahun
2008 yang lalu. Beliau melakukan pengenalan wilayah kerja dengan cara mendapatkan bimbingan dari
kecamatan yang didampingi oleh penyuluh senior. Bimbingan tersebut dilakukan selama satu minggu.
Bimbingan tersebut meliputi kunjungan ke desa, kemudian ke kelompok tani serta peninjauan lapangan.
Hal-hal yang perlu dikenali dalam kunjungan bimbingan ini adalah ketua kelompok tani, lahan pertanian
beserta monografinya. Dalam melakukan penyuluhan Bapak Slamet Riyadi, kelompok tani, bapak kepala
desa, beserta perangkat desa berperan sebagai sumber informasi penyuluhan tersebut.

E. Perencanaan Program / Programa Penyuluhan Pertanian


Program penyuluhan yang baik membutuhkan perencanaan yang baik agar kegiatan penyuluhan
tersebut dapat berjalan secara efektif. Perencanaan tersebut berupa perencanaan program, rencana
kerja, dan kalender kerja.

Tabel 6. Tahap Perencanaan Program Penyuluhan

No Tahap Perencanaan Proses/ Pelaksanaan

Melihat potensi wilayah sasaran dalam


1 Observasi data
monografi

2 Observasi lapangan Analisis kondisi secara langsung

3 PRA/ Usulan/ permasalahan Sumbang saran dalam pertemuan

4 Diskusi Penyampaian solusi permasalahan

5 Praktek di lapangan Gerakan bersama, aktif terjun langsung

6 Diskusi lanjut Menelaah hasil praktek di lapangan

Sumber : Data Sekunder

Tabel 6 menjelaskan tentang tahap-tahap perencanaan penyuluhan dan proses-proses


pelaksanaan secara nyata di lapangan.

F. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian

1. Sistem Kerja Penyuluhan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian meliputi sistem kerja penyuluhan pertanian dan
implementasi yang digunakan di lapangan; metoda penyuluhan pertanian di lapangan; berbagai
perlengkapan berupa alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian yang mendukung kegiatan
penyuluhan agar menjadi efektif.

Tabel 7. Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Tahun
2009

No. Sistem Penyuluhan Keterangan

1. LAKU (Latihan dan Sistem ini memiliki rencana kerja dalam setahun,
Kunjungan) penyuluh mengunjungi petani secara teratur
2. Pertemuan Mengadakan pengarahan terhadap kelompok tani

3. Diskusi Membahas permasalahan yang dihadapi petani,


ada sesi tanya jawab

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa sistem kerja penyuluhan pertanian di tingkat Desa Polokarto
yaitu menggunakan sistem pertemuan dan diskusi. Sedangkan sistem penyuluhan pertanian yang paling
efektif dilaksanakan yaitu sistem LAKU.

2. Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian adalah cara penyuluh mendekatkan dirinya kepada sasaran,
agar kegiatan penyuluhan menjadi lebih efektif

Tabel 8. Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009

No. Metode Teknik Pelaksanaan

1. Pendekatan kelompok Melalui kelompok tani

2. Pendekatan individu Dengan mengadakan latihan dan


kunjungan

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa metode penyuluhan pertanian di Desa Polokarto, kecamatan
Polokarto, Kabupaten Sukoharjo yakni terdapat metode pendekatan kelompok yang teknik
pelaksanaanya melalui kelompok tani dan metode pendekatan individu, yaitu dengan mengadakan
latihan dan kunjungan.

3. Perlengkapan (Alat Bantu Dan Alat Peraga) Penyuluhan Pertanian

Alat bantu penyuluhan pertanian merupakan alat yang digunakan dalam penyuluhan sehingga
kegiatan penyuluhan menjadi lebih efektif, antara lain kurikulum, lembar-lembar persiapan penyuluhan,
papan tulis atau papan penempel, alat tulis, perlengkapan ruangan, serta proyektor. Alat peraga adalah
alat atau benda yang dapat diamati, diraba atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai
alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh
guna membantu proses belajar mengajar sasaran penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah
diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan.

Tabel 9. Perlengkapan (Alat Bantu Dan Alat Peraga) Penyuluhan Pertanian di Desa Polokarto, Kecamatan
Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009

No. Alat Bantu Alat Peraga Fungsi

1. Mikrophone Sebagai alat pengeras suara


dan Sound
system

2. Buku Panduan Berisi materi yang akan disajikan

3. Benih padi Memperjelas tujuan penyuluhan

Sumber : Data Sekunder

Tabel di atas menunjukkan bahwa perlengkapan penyuluhan pertanian terdiri dari Microphone
dan sound system sebagai pengeras suara. Selain itu digunakan pula Buku panduan yang berisi materi
yang akan disajikan. Sehingga penyuluhan dapat berjalan dengan efektif.

G. Monitoring (Pemantauan) dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Monitoring dan Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan suatu langkah dalam kegiatan
penyuluhan pertanian agar program-program yang telah dilaksanakan tidak melenceng dari tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Tujuan dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah memperbaiki
sistem kerja dari penyuluh sehingga menjadi lebih baik dan terarah.

Tabel 10. Monitoring (Pemantauan) dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009

No. Program Indikator Keterangan

1. Pelaksanaan Tepat sasaran Sesuai dengan permasalahan yang


Penyuluhan sedang dihadapi petani

2. Hasil Banyak sedikitnya Keaktifan petani dalam


Penyuluhan diskusi yang terjadi penyuluhan

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel, monitoring (pemantauan) dan evaluasi penyuluhan pertanian di Kabupaten
Sukoharjo yaitu menggunakan program pelaksanaan penyuluhan yang tepat sasaran, sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi. Selain itu terdapat program hasil penyuluhan, yang indikatornya
tergantung banyak sedikitnya diskusi yang terjadi atau keaktifan petani dalam penyuluhan.
IV. PEMBAHASAN

A. Administrasi Penyuluhan

Administrasi Penyuluhan Pertanian yang ada di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto berdasarkan
atas pembiayaan dan pengendalian penyuluhan. Pembiayaan penyuluhan pertanian di Desa Polokarto
ini dibantu oleh pemerintah pusat tetapi besarnya biaya yang diberikan pemerintah pusat tidak dikeahui
secara pasti. Di tingkat kecamatan untuk pembiayaan kegiatan penyuluhan, UPTD Pertanian Kecamatan
Polokarto tidak mengalokasikan dana, karena UPTD Pertanian Kecamatan Polokarto hanya bertindak
sebagai pelaksana. Sedangkan dananya berasal dari kabupaten. Bagi penyuluh hanya ditransfer
sejumlah Rp 250.000,00 untuk masing-masing penyuluh demi kelancaran kegiatan penyuluhan.

Sesuai dengan UU no. 16 tahun 2006 setelah di Kecamatan dibentuk BPP seharusnya ada otonomi
tentang pembiayaan dimana BPP tersebut harus bisa mengolah sendiri biaya yang akan digunakan untuk
kelangsungan kegiatan penyuluhan pertanian. Kenyataannya di lapangan, bahwa petugas penyuluh
pertanian dalam pengelolaan keuangan dilaksanakan dengan kerjasama dan saling mengoreksi satu
sama lain. Pengendalian penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto
dilakukan oleh pihak-pihak yang bertugas di BPP. Hal ini berkaitan dengan dibentuknya BPP ini maka
kegiatan pengendalian sepenuhnya dilakukan oleh BPP sebagai lembaga Penyuluhan yang
bertangungjawab di tingkat Kecamatan.

B. Kebijakan Penyuluhan Pertanian

Arah kebijaksanaan Pemerintah dalam pembangunan pertanian adalah membangaun sistem-


sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan pasar dengan menempatkanswasembada pangan
khususnya beras, jagung dan kedelai serta dengan menganekaragamkan menu pangan non beras.

Kebijakan Penyuluhan di tingkat Kabupaten Sukoharjo diatur dalam Undang-Undang No16 Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Bab IV, pasal 6 yang memuat
bahwa:

1. Kebijakan penyuluhan ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan asas dan tujuan sistem penyuluhan.
2. Dalam menetapkan kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan
pemerintah daerah memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

a. penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan
kehutanan; dan

b. penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama dan/atau warga masyarakat
lainnya sebagai mitra Pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja
sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi
pemerintahan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

Pelaksanaan Penyuluhan di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto dilaksanakan sesuai dengan


ketetapan dari instansi Kabupaten maupun propinsi. Hal ini terlihat dari pelaksanaan penyuluhan di
Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto yang telah mencakup asas dan tujuan sistem penyuluhan yaitu
memberikan pengetahuan, kemampuan kepada petani untuk dapat meningkatkan hasil produksi
pertanian.

C. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

Tingkat kelembagaan penyuluhan pertanian di Indonesia ada 5 tingkatan, yaitu dari tingkat
nasional ada Badan Pengembangan SDM, di tingkat provinsi ada Badan Koordinasi Penyuluh, di tingkat
kabupaten / kota ada Badan Pelaksana Penyuluh, di tingkat kecamatan terdapat Balai Penyuluhan
Pertanian dan di tingkat desa terdapat Pos Penyuluhan Desa.

Adanya kelembagaan penyuluhan di tiap tingkat daerah, memungkinkan tiap tingkat daerah
membutuhkan jumlah penyuluh yang berbeda – beda. Di tiap tingkat daerah membutuhkan jumlah
penyuluh yang berbeda – beda karena didasarkan pada tugas yang dijalankan maupun luas wilayah
kerja. Sehingga bila di tiap tingkat daerah terdapat penyuluh yang cukup maka, diharapkan dapat
mengkoordinir kegiatan penyuluhan dengan baik dan berjalan sesuai dengan fungsi dari kelembagaan
penyuluhan pertanian tersebut.

Kelembagaan penyuluhan di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto telah berjalan cukup baik. Hal
ini terlihat dari terdapatnya lembaga-lembaga penyuluhan dari tingkat desa sampai tingkat Kecamatan.
Pada tingkat desa terdapat Pos Penyuluhan Desa yang bertugas menyusun perencanaan penyuluhan
yang terintegrasi dengan program penyuluhan. Pada tingkat kecamatan terdapat Balai Penyuluhan
Pertanian yang bertugas menyusun program penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan
program penyuluhan kabupaten. Masalah-masalah yang dihadapi lembaga-lembaga pada tingkat
kecamatan dan desa dapat disebabkan dana yang diberikan dari kabupaten mengalami kemacetan. Hal
ini berakibat kegiatan-kegiatan penyuluhan yang dirancang oleh masing-masing lembaga menjadi
terhambat. Cara mengatasi permasalahan itu yaitu selalu melakukan koordinasi dengan tingkat
kabupaten agar dana yang yang telah dianggarkan untuk kegiatan penyuluhan desa dan kecamatan
tidak mengalami hambatan dalam hal pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

D. Pengenalan Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian

Penyuluh di desa Polokarto ini bernama Bapak Slamet Riyadi. Beliau menjadi penyuluh sejak tahun
2008 yang lalu. Beliau melakukan pengenalan wilayah kerja dengan cara mendapatkan bimbingan dari
kecamatan yang didampingi oleh penyuluh senior. Bimbingan tersebut dilakukan selama satu minggu.
Hal-hal yang perlu dikenali dalam kunjungan bimbingan ini adalah ketua kelompok tani, lahan pertanian
beserta monografinya. Dalam melakukan penyuluhan Bapak Slamet Riyadi terdapat beberapa pihak
yang membantu antara lain kelompok tani, bapak kepala desa, beserta perangkat desa berperan sebagai
sumber informasi penyuluhan tersebut.

Masalah yang kadang dialami oleh penyuluh adalah terlalu luasnya wilayah yang ditanggung
sehingga tidak efektif dalam melakukan penyuluhan. Untuk mengatasi masalah tersebut, seharusnya
dalam wilayah yang sangat luas ditanggung lebih dari satu orang penyuluh. Sehingga dalam memberikan
poenyuluhan lebih efektif dan masyarakat juga bisa menerapkan materi yang diberikan tepat waktu. Di
sisi lain, permasalahan yang dialami masyarakat bisa segera tertangani tanpa terhalang oleh wilayah
yang luas.

E. Perencanaan Program / Program Penyuluhan Pertanian

Program-program yang dilaksankan oleh Penyuluh Pertanian terdiri dari tahapan perencanaan
dan tahap pelaksanaan dari program yang telah disusun. Proses perumusan perencanaan program
penyuluhan yang selama ini di praktekkan adalah melakukan penyuluhan yang bertujuan mengetahui
permasalahan yang sedang dihadapi petani, lalu dari masalah-masalah itu direncanakan cara-cara
penyelesaian masalah yang dihadapi petani.
Proses penyelesaian itu berupa perumusan perencanaan program penyuluhan dari tingkat desa
yang akan membawa program itu ke tingkat Kecamatan, setelah dari tingkat Kecamatan lalu ke timgkat
Kabupaten, selanjutnya membawa perencanaan program tersebut ke tingkat Provinsi. Kemudian dari
tingkat Propinsi perencanaan program tersebut akan di susun atau dibahas di tingkat pusat sehingga
akan muncul beberapa kebijakan dan program untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
petani. Pada tingkat desa orang-orang yang dilibatkan antara lain Lurah, dan perangkat desa. Pada
tingkat Kecamatan melibatkan Camat dan para penyuluh pertanian. Tingkat Kabupaten melibatkan
Bupati dan Dinas Pertanian. Pada tingkat Propinsi melibatkan Gubernur dan Dinas Pertanian tingkat
Propinsi. Sedangkan untuk tingkat pusat melibatkan Presiden dan Departemen Pertanian sebagai
pengambil kebijaksanaan pertanian.

Pada Kecamtan Polokarto yang dilibatkan dalam legitimasi adalah Camat dan Koordinator
Penyuluh. Setiap proses di masing-masing tingkat terdapat proses legitimasi agar kebijakan dan program
itu sah secara undang-undang. Pokok-pokok yang tercantum dalam Program Penyuluhan antara lain
mengenai pengunaan benih unggul berlabel, pengamatan OPT tikus, persemaian, SLPTT, dan
pengolahan tanah sawah.

F. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian

Sistem kerja LAKU (Latihan Dan Kunjungan / Trainning And Visit) yang diterapkan dalam
pelaksanaan penyuluhan pertanian , telah di laksanakan di Indonesia sejak tahun 1976 melalui Proyek
Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan (National Food Crops Extension Project/ NFCEF). Penerapan
sistem kerja LAKU diantaranya dengan pelaksanaan penyuluhan melalui pendekatan kelompok yaitu
penyuluh menyesuaikan materi dengan kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi petani. Selain itu
pelatihan bagi petani di Desa Polokarto dengan adanya kunjungan dari kelompok tani dari daerah lain,
misal ; latihan dan kunjungan yang berasal dari kelompok tani dari daerah lain.

Metoda yang diterapkan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian melalui ceramah, diskusi dan
praktek. Ceramah merupakan metoda bagi penyuluh untuk menyampaikan inovasi pertanian kepada
petani di desa setempat. Diskusi merupakan komunikasi dua arah untuk membahas inovasi yang telah
disampaikan oleh penyuluh. Kegiatan diskusi untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
inovasi yang akan diterapkan. Praktik merupakan kegiatan untuk menerapkan inovasi yang telah
disampaikan dan telah didiskusikan bersama. Kegiatan praktik ini dapat menjadi pertimbangan apakah
inovasi terus diterapkan atau sebaliknya. Jika penerapan inovasi tersebut dipandang bermanfaat dan
menguntungkan bagi petani maka inovasi tersebut akan terus diterapkan.

Penyuluhan pertanian di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo


dilaksanakan di rumah salah satu anggota kelompok tani atau langsung di lahan pertanian. Penyuluhan
tersebut berlangsung dengan menggunakan metode kelompok dengan teknik diskusi yang menjelaskan
tentang materi penyuluhan yang disampaikan. Materi yang dibahas dapat keunggulan suatu benih padi.
Hal ini bertujuan setelah petani mengetahui keunggulan suatu benih padi, maka petani diharapkan mau
menggunakan benih yang diberikan dari tingkat pusat.

G. Monitoring dan Evaluasi

Proses monitoring dan evaluasi penyuluhan dilakukan oleh kelompok pejabat fungsional yang
berada pada tingkat Kabupaten. Pihak yang dilibatkan dalam proses monitoring dan evaluasi dalah
penyuluh dan petani. Hal yang dievaluasi antara lain jam kerja penyuluh dan hasil kegiatan penyuluhan.
Proses monitoring sendiri dilakukan dengan berbagai cara antara lain turun langsung ke lapangan saat
penyuluhan dilakukan.

Monitoring yang dilakukan dari tingkat Kabupaten biasanya tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu sehingga hal ini juga dapat dikatakan sebagai sidak penyuluhan. Tujuan dari monitoring dan
evaluasi ini adalah meningkatkan efektivitas kerja dari penyuluh pertanian. Efetkivitas dari para
penyuluh tersebut dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dari program penyuluhan pertanian.
Kendala yang dihadapi dalam proses monitoring adalah koordinasi antar pihak kabupaten sehingga
proses monitoring menjadi tidak berjalan sesuai dengan program monitoring. Hal ini dapat diatasi
dengan koordinasi setiap minggu di tingkat kabupaten. Koordinasi ini bersifat wajib bagi pelaksana
monitoring. Sifat wajib ini diharapkan agar proses monitoring dapat dilaksanakan secara rutin dan
berkala. Pelaksanaan secara rutin dan berkala dapat meningkatkan pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Di tingkat kecamatan untuk pembiayaan kegiatan penyuluhan, UPTD Pertanian Kecamatan Polokarto
tidak mengalokasikan dana, karena UPTD Pertanian Kecamatan Polokarto hanya bertindak sebagai
pelaksana.

2. Dana bagi penyuluh berasal dari kabupaten. dan hanya ditransfer sejumlah Rp 250.000,00 untuk masing-
masing penyuluh demi kelancaran kegiatan penyuluhan.

3. Arah kebijaksanaan Pemerintah dalam pembangunan pertanian adalah membangaun sistem-sistem


pertanian yang berwawasan lingkungan dan pasar dengan menempatkan swasembada pangan
khususnya beras, jagung dan kedelai serta dengqan menganekaragamkan menu pangan non beras.

4. Basis pertanian bertumpu pada aspek produksi, konsumsi serta distribusi dengan jalan memberdayakan
masyarakat pertanian sehingga dapat tercapai pertanian yang tangguh, mandiri menuju agroindustri.

5. Tingkat kelembagaan penyuluhan pertanian di Indonesia ada 5 tingkatan, yaitu dari tingkat nasional ada
Badan Pengembangan SDM, di tingkat provinsi ada Badan Koordinasi Penyuluh, di tingkat kabupaten /
kota ada Badan Pelaksana Penyuluh, di tingkat kecamatan terdapat Balai Penyuluhan Pertanian dan di
tingkat desa terdapat Pos Penyuluhan Desa.

6. Di Desa Polokarto hanya terdapat satu orang penyuluh saja yang mendampingi dalam memecahkan
segala permasalahan bidang pertanian yang dirasakan oleh petani.

7. Program-program yang dilaksankan oleh Penyuluh Pertanian terdiri dari tahapan perencanaan dan
tahap pelaksanaan dari program yang telah disusun. Proses perumusan perencanaan program
penyuluhan yang selama ini di praktekkan adalah melakukan penyuluhan yang bertujuan mengetahui
permasalahan yang sedang dihadapi petani, lalu dari masalah-masalah itu direncanakan cara-cara
penyelesaian masalah yang dihadapi petani.
8. Sistem kerja LAKU (Latihan Dan Kunjungan / Trainning And Visit) yang diterapkan dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian , telah di laksanakan di Indonesia sejak tahun 1976 melalui Proyek Penyuluhan
Pertanian Tanaman Pangan (National Food Crops Extension Project/ NFCEF).

9. Metoda yang diterapkan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian melalui ceramah, diskusi dan
praktek.

10. Proses monitoring dan evaluasi penyuluhan dilakukan oleh kelompok pejabat fungsional yang berada
pada tingkat Kabupaten.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh dari Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Penyuluh seharusnya lebih aktif dan komunikatif dalam penyampaian materi penyuluhan.

2. Masyarakat petani seharusnya lebih terbuka dalam menerima inovasi yang diberikan oleh penyuluh agar
dapat membantu terwujudnya program ataupun kebijakan penyuluhan pertanian.

3. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kegiatan penyuluhan, seperti memberikan sarana dan
prasarana yang dapat menunjang kegiatan penyuluhan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Perlengkapan Penyuluhan. http://www.coremap.or.id /research_agenda/ article.php?id=256 .


Diakses 15 Juni 2009

Anonim. 2008. Soft Skill dan Strategi Komunikasi Pertanian. http://ronawajah.wordpress.com/2008/12/21/soft-


skill-dan-strategi-komunikasi-pertanian/ . Diakses 15 Juni 2009.

Ari Julianto. 2009. Metode Penyuluhan. http://masarip.blog.friendster.com/ 2007/09/metode-penyuluhan.


Diakses 15 Juni 2009

Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku
Manusia Pembangunan. IPB Press – Bogor

Slamet Mulyana. 2009. Teori Difusi Inovasi . http://www.wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-


inovasi/ . Diakses 15 Juni 2009.

Anda mungkin juga menyukai