Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU BERSALIN

DENGAN PTM (PARTUS TAK MAJU) DI PUSKESMAS CISAYONG


KABUPATEN TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Tugas Akhir Program Studi
Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bhakti Kencana

Disusun oleh :

DEA MELAWATI
MA1318004

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU BERSALIN


DENGAN PTM (PARTUS TAK MAJU) DI PUSKESMAS CISAYONG
KABUPATEN TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Tugas Akhir Program Studi
Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bhakti Kencana

Disusun oleh :
DEA MELAWATI
MA1318004

Pada Tanggal : …………………………….

Penguji I Penguji II

(______________________) (______________________)

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU BERSALIN


DENGAN PTM (PARTUS TAK MAJU) DI PUSKESMAS CISAYONG
KABUPATEN TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun oleh :
DEA MELAWATI
MA1318004

Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan TIM Penguji LTA


Mahasiswa DIII Fakultas Ilmu Kesehatan UBK
Pada Hari ………, …………… 2021

Pembimbing I
Iis Sopiah Suryani, SST., M.Keb ……………………………..

Pembimbing II
Dewi Sri Handayani, SST ……………………………..

Tasikmalaya, ……………………….. 2021


Ketua Program Studi D-III Kebidanan
FIKes UBK

(Maria Ulfah Jamil, SST., MTr.Keb)

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama Mahasiswa : DEA MELAWATI

NIM : MA1318004

Program Studi : Diploma III Kebidanan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas

Akhir saya yang berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU BERSALIN


DENGAN PTM (PARTUS TAK MAJU) DI PUSKESMAS CISAYONG
KABUPATEN TASIKMALAYA

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Tasikmalaya, Mei 2021

Dea Melawati

iii
KATA PENGANTAR

Puji sukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat, rahmat dan

karunia-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas

Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Terintegrasi Pada Ibu Bersalin Dengan

PTM (Partus Tak Maju) di Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pimpinan kita Nabi

Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan segenap orang

yang beriman.

Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi Laporan Tugas Akhir Program

Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti

Kencana. Penyusunan laporan telah banyak dibantu oleh berbagai pihak yang

dengan tulus ikhlas memberikan petunjuk, bimbingfandan dorongan moril

maupun material. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih

dan penghargaan yang tulus, kepada yang terhormat :

1. H. Mulyana, M.Pd., MH.Kes., selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung.

2. Ns. Asep Mulyana, S.Kep., MM., M.Kep selaku Kepala Cabang Universitas

Bhakti Kencana Tasikmalaya.

3. Maria Ulfah Jamil, SST., MTr.Keb., selaku Dosen Prodi Kebidanan

Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya.

iv
4. Iis Sopiah Suryani, SST., M.Keb., selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, serta dorongan sehingga LTA ini dapat

terselesaikan.

5. Dewi Sri Handayani, SST., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan dalam penyusunan LTA ini.

6. Ibu dan keluarga yang bersedia menjadi responden dalam Laporan Tugas

Akhir ini.

7. Kepada kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa terbaik juga tidak

pernah letih memberikan motivasi, dan memberikan dukungan moril maupun

material selama pendidikan dan pernyusunan laporan ini

8. Rekan-rekan seperjuangan D III Kebidanan angkatan 13 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, yang telah memberikan masukan dan dukungan

dalam penyusunan LTA ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan studi kasus ini,

baik langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk

kemajuan ilmu pengetahuan, dan semoga semua kebaikan ini mendapat balasan

yang berlimpah dari Allah SWT dan senantiasa diberikan rahmat-Nya kepada kita

semua. Amin

Tasikmalaya, Mei 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penyusunan........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
2.1 Konsep Teori...................................................................................................7
2.2 Prosedur Tetap/SOP Penanganan Partus Tak Maju (Partus Lama)......25
BAB III..................................................................................................................28
METODE LTA.....................................................................................................28
3.1 Metode Pengambilan Kasus.........................................................................28
3.2 Tempat dan Waktu.......................................................................................28
3.3 Subyek Studi Kasus......................................................................................29
3.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................................29
3.5 Instrumen Pengambilan Data......................................................................30
3.6 Alat dan Bahan Penelitian............................................................................30
3.7 Etika Pengambilan Kasus............................................................................30
3.8 Analisis Data..................................................................................................32
3.9 Triangulasi....................................................................................................33
3.10Etika Penelitian.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya

tanpa risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian

ibu hamil akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat

yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan,

kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya. Komplikasi yang

sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, urin tertinggal, partus tak

maju/partus lama serta infeksi (Chuningham, 2012).

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah

kesehatan yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka

kematian ibu (AKI) yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses

reproduksi merupakan tragedi yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu

merupakan tonggak untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian

seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Dampak sosial dan

ekonomi kejadian ini dapat dipastikan sangat besar, baik bagi keluarga,

masyarakat maupun angkatan kerja.

AKI di dunia berdasarkan data WHO tahun 2014 yaitu 289/100.000

kelahiran hidup (KH), Amerika Serikat 93/100.000 KH, Afrika utara

179/100.000 KH, dan Asia Tenggara 16/100.000 KH. Angka kematian ibu

dinegara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214/100.000 KH, Filipina


2

170/100.000 KH, Vietnam 160/100.000 KH, Thailand 44/100.000 KH, Brunei

60/100.000 KH dan Malaysia 39/100.000 KH (WHO, 2014).

Di Indonesia AKI masih tinggi. Angka kematian ini berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas. Bukan karena sebab lain. Berdasarkan Survei

terakhir tahun 2012 AKI Indonesia sebesar 359/100.000 KH, sementara target

AKI di tahun 2015 102 kematian per 100.000 KH Ternyata angka ini masih

jauh yang harus di capai.

Tingginya AKI di Indonesia yang menduduki urutan tertinggi di

ASEAN, menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya Negara lain

adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Dalam perdarahan dan Infeksi

sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus

terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh

penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan

infeksi yang kronis. Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya

mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi

strategi “ Empat Pilar Save Motherhood” yang terdiri atas Keluarga

Berencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang aman, pelayanan

obstetric esensial (Wiknjosastro, 2015).

Partus atau persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

lalu janin turun keluar jalan lahir. Persalinan normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18

jam, tanpa komplikasi pada ibu dan janin.


3

Setiap ibu hamil menginginkan agar persalinannya berjalan dengan

lancar tanpa adanya penyulit, namun banyak hambatan yang tidak diketahui

pada saat persalinan, dan bahkan hingga menyebabkan keadaan gawat darurat

dalam bersalin. Kegawatdarutatan adalah suatu kasus yang akan berakibat

kesakitan yang berat bahkan kematian ibu serta janinnya apabila tidak

langsung ditangani. Salah satu kasus yang dapat menyebabkan keadaan gawat

darurat adalah partus lama. Partus lama adalah fase laten yang lebih dari 8 jam

atau persalinan yang telah berlangsung selama 12 jam atau lebih tetapi bayi

belum lahir.

Partus lama atau persalinan tidak maju dapat membahayakan jiwa ibu

karena pada partus lama resiko terjadinya pendarahan postpartum akan

meningkat dan bila penyebab partus lama adalah akibat disproporsi panggul,

maka resiko terjadinya ruptur uteri akan meningkat dan hal ini akan

mengakibatkan kematian ibu dan juga janin dalam waktu yang singkat

(Febriana, 2014). Partus lama penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir,

partus lama jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan mengakibatkan

ibu mengalami infeksi, kehabisan tenaga sebelum bayi dilahirkan, dehidrasi,

kadang dapat terjadi pendarahan postpartum yang dapat menyebabkan

kematian ibu, pada janin akan terjadi infeksi, cedera, dan asfiksia yang dapat

meningkatkan kematian bayi.

Di Indonesia partus lama merupakan salah satu penyumbang penyebab

kematian ibu pada saat persalinan. (infodatin kemenkes RI ) Riset SDKI tahun

2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, AKI kembali menujukkan


4

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan

hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Dan angka kematian Ibu

turun dari 4999 tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017

sebanyak 1712 kasus. Menurut data SDKI partus lama pada tahun 2017

melaporkan bahwa seluruh persalinan, 28% ibu mengalami perdarahan,

eklamsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11 %, komplikasi sebesar 8%, partus

macet sebesar 5%, trauma obstetric sebesar 5% dan lain-lain sebesar 11%.

Berdasarkan laporan tahunan program KIA tahun 2020 di Puskesmas

Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, angka kejadian partus lama (partus tak

maju) sebanyak 32 pasien, sedangkan tahun 2021 pada periode bulan Januari –

April sebanyak 9 orang pasien. Melihat dari kejadian atau fenomena tersebut,

peran bidan sebagai pelaksana kebidanan dan edukator sangat penting untuk

mencegah terjadinya kegawatdaruratan dengan indikasi partus lama, dan

membantu klien dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien serta

membantu dalam aktivitas kesehariannya agar bisa terpenuhi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

asuhan kebidanan terintegrasi pada ibu bersalin dengan PTM (Partus Tak

Maju) dengan menggunakan manajemen kebidanan serta melakukan

pendokumentasian asuhan kebidanan yang dilakukan dengan metode SOAP.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

laporan tugas akhir ini yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan terintegrasi

pada ibu bersalin dengan PTM (Partus Tak Maju)?”


5

1.3 Tujuan Penyusunan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan terintegrasi pada ibu bersalin dengan

PTM (Partus Tak Maju) dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari asuhan kebidanan terintegrasi antara lain

adalah:

1. Untuk mengidentifikasi pengkajian pada ibu bersalin dengan

Partus Tak Maju.

2. Untuk mengkaji diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan ibu

bersalin dengan Partus Tak Maju.

3. Untuk mengkaji dan melakukan asuhan kebidanan terintegrasi

pada ibu bersalin dengan Partus Tak Maju termasuk tindakan

antisipatif, tindakan segera dan tindakan komprehensif.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca

untuk menambah wawasan kajian terhadap materi asuhan kebidanan

terintegrasi pada ibu bersalin dengan Partus Tak Maju, serta menjadi

referensi bagi seluruh mahasiswa kebidanan.


6

1.4.2 Manfaat aplikatif

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk lebih

meningkatkan kembali kualitas dalam hal pembelajaran mengenai

asuhan terintegrasi bagi mahasiswa kebidanan.

2. Bagi Lembaga Praktik

Dapat menjadi masukan bagi tenaga bidan sebagai suatu

perbandingan untuk mengetahui daya kerja dan peran terhadap

perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap ibu bersalin dan

pelatihan, pengetahuan oleh bidan dalam meningkatkan

penanganan dalam pelayanan persalinan dan dalam mengurangi

risiko komplikasi persalinan pada ibu dan bayi akibat partus tak

maju.

3. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dalam penulisan laporan tugas akhir

dan dapat memberikan informasi tentang asuhan ibu bersalin

dengan partus tak maju (partus lama).

4. Bagi Klien

Dapat menjadi sarana penambah informasi bagi responden dan

masyarakat lainnya terkait kejadian partus tak maju.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan adalah proses fisiologi yang

akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang hidup

dari uterus. Sedangkan menurut Wiknjosastro (2015) persalinan

adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Persalinan normal adalah terjadinya kelahiran bayi aterm

dengan proses pervaginam alami dan tanpa komplikasi. Sedangkan

menurut Endjun (2019) mengatakan persalinan normal adalah semua

persalinan yang terjadi spontan, pada usia 37-42 minggu lengkap,

berlangsung kurang dari 24 jam (18-24 jam), ibu dan bayi dalam

keadaan baik, sebelum, selama, dan setelah persalinan.

b. Jenis-Jenis persalinan

1) Persalinan Spontan

Persalinan spontan terjadi bila seluruh prosesnya berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan normal disebut juga partus

spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala

dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak


8

melalui ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24

jam (Marmi, 2011).

2) Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps

atau dilakukan dengan operasi secsio caesaria.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan yang ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan

misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin.

c. Teori penyebab bermulanya persalinan

Penyebab timbulnya persalinan belum diketahui benar, yang

ada hanya merupakan teori-teori yang kompleks antara lain

dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, pengaruh tekanan

pada syaraf dan nutrisi.

1) Teori penurunan hormone: 1-2 mingguu sebelum partus mulai

terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron.

Progesteron bekerja sebagai pemenang otot- otot polos rahim dan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila

kadar progesterone menurun.

2) Teori plasenta menjadi tua: akan menyebabkan turunya kadar

estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh

darah hal ini akan menimbulkan kontraksi.


9

3) Teori distenai rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu

sirkulasi otot-otot rahim dan sirkulasi uteri plasenta.

4) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion

servikale (fleksus frenklenbauser). bila ganglion ini digeser

misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

5) Induksi partus(Induction of labour) :partus dapat pula ditimbulkan

dengan berjalan.

a) Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam

kanalis servikalis dengan merangasang fleksus frankenhauser.

b) Amniotomi: pemecahan ketuban.

c) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus

(Mochtar, 2015)

d. Tanda-tanda permulaan persalinan

Menurut Wiknjosastro (2015) dengan penurunan hormon

progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi otot rahim,

yang dapat menyebabkan : Turunnya kepala, masuh pintu atas panggul,

terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di

bagian bawah di atas simpisis pubis, dan sering ingin kencing atau

susah kencing karena kandung kemih tertekan kepala.

1) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.

2) Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan

otot rahim.

3) Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.


10

4) Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks

dilepaskan.

e. Tanda-tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:

1) Rasa sakit oleh adanya his yang lebit kuat, sering, teratur.

2) Keluarnya blood show yang lebih banyak karena robekan kecil

pada serviks.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah

ada

f. Faktor penting dalam persalinan adalah :

1) Power

a) His (kontraksi otot rahim).

b) Kontraksi otot-otot dinding perut.

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum

2) Passanger: janin dan plasenta

3) Passanger : jalan lahir

4) Psikis, yaitu psikis ibu

5) Psiciyen/ penolong (bidan)


11

g. Proses Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu (Wiknjosastro, 2015):

1) Kala I (kala pembukaan)

Batasan kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai

pembukaan lengkap (10 cm). Inpartu ditandai dengan keluarnya

lendir campur darah (blood show), penipisan dan pembukaan

serviks, kontraksi uterus (> 3 x10’ 40”) yang menyebabkan

perubahan serviks.

Kala I di bagi 2 fase :

a) Fase laten

Berlangsung lambat, pembukaan sampai 3 cm, berlangsung 7 -

8 jam

b) Fase aktif :

Berlangsung 6 jam. Dibagi 3 sub fase :

(1) Akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan, jadi 4 cm

(2) Dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan cepat

menjadi 9 cm

(3) Deselarasi : berlangsung 2 jam, pembukaan lambat, 10 cm

dalam waktu 2 jam.

Kala I pada primi berlangsung 13 – 14 jam, dimana serviks

mendatar dahulu baru dilatasi, sedang berlangsung 6-7 jam, dan

serviks mendatar serta membuka bersamaan.


12

2) Kala II (Pengeluaran Janin)

Batasan kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan

serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi .

His terkoordinir, kuat, cepat, lebih lama kira-kira 3x10’ 40”, kepala

janin sudah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan

otot-otot dasar panggul dan menimbulkan rasa ingin mengedan

seperti buang air besar, yang ditandai anus terbuka. Waktu ada his,

kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum

merenggang. Dengan bimbingan mengedan yang baik kepala akan

lahir diikuti seluruh badan janin.

3) Kala III (pengeluaran uri)

Batasan kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada

persalinan kala III, otot uterus(myometrium) berkontraksi

mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba

setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.

Karena tempat melekatnya plasenta menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan

menebal kemudian lepas dari dinding uterus, setelah lepas, plasenta

akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama :

a) Pemberian suntik oksytosin.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendal


13

c) Massase fundus uteri

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

Batasan kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya

plasenta dan berakhir dua jam setelah itu (JNPK-KR, 2011). Masa

postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian

ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala

IV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama

setelah kelahiran plasenta dan 30 menit pada jam kedua setelah

persalinan (JNPK-KR, 2011).

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan.

Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi

400-500 cc.

h. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah: (Saifuddin, 2014)

1) Turunnya kepala

Pada primi terjadi pada hamil trimester III (36 minggu) disusul

majunya kepala, sedang pada multi terjadi pada awal persalinan

yang terjadi secara bersamaan.

Sutura sagitalis masuk PAP melintang, sehingga terletak ditengah-

tengah jalan lahir.


14

Posisi sutura sagitalis terhadap jalan lahir dibagi 2 :

a) Sinklitismus : Sutura sagitalis terletak di tengah-tengah antara

promontorium dan simfisis.

b) Asinklitismus : Sebaliknya

Ini dibagi 2 :

(1) Posterior : lebih mendekati simfisis

(2) Anterior : sutura lebih mendekat promontorium

2) Fleksi

Fleksi adalah suatu keadaan dimana diameter suboccipito frontalis

menjadi suboccipito bregmatikum. Tujuannya untuk menyesuaikan

penurunannya kepala terhadap jalan lahir.

3) Putaran Paksi Dalam (PPD)

Upaya dari kepala atau bagian janin untuk masuk dan

menyesuaikan jalan lahir. Umumnya terjadi Hodge III.

4) Ekstensi

Upaya dari kepala atau bagian janin untuk menyesuaikan dengan

jalan lahir dengan cara kepala tengadah sebagai akibat dari jalan

lahir yang memutar arah ke atas, dan terjadi 2 kekuatan, yaitu :

a) Kekuatan kepala yang mendesak bagian bawah panggul.

b) Adanya tekanan dasar panggul sehingga menghasilkan suatu

kekuatan yang mendesak bagian janin memutar arah ke atas

sesuai jalan lahir.


15

5) Putaran Paksi Luar (PPL)

Upaya perputaran atau penyesuaian kepala untuk menghindari

terjadinya torsi pada leher sebagai akibat terjadinya ekstensi.

6) Expulsi

Upaya penyesuaian bahu yang terletak pada diamenter antero

posteriorisciadikum.

2.1.2 Partus Tak Maju (Partus Lama)

a. Pengertian Partus Lama

Persalinan umumnya pada primigaravida (kehamilan pertama)

berlangsung dalam waktu 18-20 jam pada multi 12- 24 jam. Persalinan

yang lebih dari 24 jam disebut partus lama. Partus lama selalu member

resiko/penyulit baik bagi ibu atau janin yang sedang dikandungnya.

Kontraksi rahim selama dari 24 jam tersebut telah dapat mengganggu

aliran darah menuju janin, sehingga janin dalam rahim, dalam kondisi

berbahaya (Manuaba, 2012).

Partus lama adalah persalinan lebih dari 8 jam, atau persalinan

yang berlangsung 12 jam atau lebih (Wiknjosastro, 2015).

b. Etiologi

Sebab – sebab terjadinya partus lama

1) Kelainan Tenaga/Power (Kelainan His)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan dalam jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks.


16

Jenis-jenis kelainan his:

a) Inersia uteri

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah lebih singkat dan

lebih jarang dibandingkan denaga his yang normal. Inersia

uteri dibedakan atas inersia uteri primer dan inersia uteri

sekunder, Inersia uteri primer adalah kelainan his yang timbul

sejak permulaan persalinan, sedangkan inersia uteri sekunder

adalah kelainan his tang timbul sejak adanya his yang kuat

teratur dan dalam waktu yang lama (Rukiyah, dkk., 2011).

b) Inkoordinasi kontrakasi uterus

Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar his

dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak

ada singkronisasi kontrakasi bagian- bagiannya. Tidak

koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah

menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan

(Saifuddin, 2014). Ibu berumur ≤ dari 20 tahun dan ≥35 tahun

dianggap beresiko terhadap kelainan his. Usia ≤ 20 tahun

respon hormonal tubuh belum berfungsi maksimal oleh karena

fungsi sistem reproduksi yang belum siap menerima kehamilan.

Penelitian oleh Pawzner menyimpulkan bahwa induksi

persalinan meningkat pada kasus multipara ≤ 20 tahun oleh

karena uterus kurang siap untuk persalinan karena serviks

belum matang. Usia ≥ 35 tahun dapat menyebabkan kelainan

his oleh karena adanya kemunduran fungsi dan efisiensi


17

kontraksi spontan miomametrium oleh karena menuanya

jaringan reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya

persalinan lama (Cunningham, 2012). Kelainan his dipengaruhi

oleh paritas ibu. Paritas adalah jumlah kelahiran seluruhnya

bayi yang hidup (Widyatamana, 2011).

2) Kelainan Janin (Passenger)

Persalinan dapat mengalami gangguan karena malpresentase dan

malposisi serta kelainan dalam bentuk janin.

a) Malpresentase dan Malposisi

Malpresentase adalah bagian terendah janin yang berada

disegmen bawa rahim, bukan belakang kepala. Malposisi

adalah penunjuk (ubun-ubun kecil) tidak berada dianterior

sehingga bagian janin ataupun diameter kepala yang melalui

rongga panggul menjadi lebih besar. Keadaan ini dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya paritas ibu, plasenta previa,

prematuritas polihidramnion serta riwayat presentase bokong

sebelumnya (Saifuddin, 2014).

Malpresentae dan malposisi dapat mengakibatkan

kegagalan kemajuan persalinan, persalinan macet dan disfungsi

nuterus hipotonik (Wiknjosastro, 2015).

b) Makrosemia

Makrosemia atau janin besar adalah bila berat badan

melebihi 400 gram. Makrosemia dapat disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya adalah herediter, riwayat penyakit


18

diabetes mellitus, pola hidup yang berpengaruh terhadap

kenaikan berat badan yang berlebihan (Chunningham, 2012).

Pada panggul normal, janin dengan berat 2.500-4.000

gram umunya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Bayi

yang besar dapat member tanda atau peringatan terhadap

kemungkinan terjadinya persalinan lama akibat sulitnya

pelahiran bahu (Mochtar, 2015).

c) Hidrosefalus

HIdrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis

dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi

pelebaran sutura serta ubun- ubun. Cairan yang tertimbun

dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-1.500 ml, akan

tetapi kadang-kadang akan mencapai 5 liter. Karena kepala

janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian

bawah uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan

sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan

menyebabkan disproporsi sefalopelvic dengan segala akibatnya

(Cuningham, 2012).

3) Kelainan Jalan Lahir (Passage)

Kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir biasa menghalangi

kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya

kelainan panggul ibu.


19

a) Kelainan Panggul

CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah

ketidaksesuaian ukuran panggul dan ukuran janin, yakni ukuran

pelvic tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi

keluarnya janin melalui pelvic sampai terjadi kelahran

pervaginan. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan

kemajuan persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus

hipotonik yang dapat memicu persalinan lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD

(1) Kesempitan pada pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apa bila conjungtiva

vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang

dari 12 cm. pada panggul sempit kepala memiliki

kemungkinan lebih besar tertahan pada pintu atas panggul.

(2) kesempitan pintu panggul tengah

Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah

distansia interspinarum, kurang dari 12 cm. Sehingga perlu

diwaspadai kemungkinan kesukaran pada persalinan jika

diameter sagitalis posterior pendek pula.

(3) Kesempitan pintu bawah panggul

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior

kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis juga mengecil

(≤80) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin

ukuran biasa.
20

Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh:

1) Faktor perkambangan herediter atau congenital.

2) Faktor nutrisi: malnutrisi dapat menyebabkan panggul

sempit.

3) Faktor seksual: androgen yang berlebihan

menyebabkan bentuk panggu android.

4) Trauma, penyakit atau tumor pada panggul atau

tulang belakang (Chuningham, 2012).

b) Prolaps funikuli

Prolapas funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat

berada disamping atau melawati bagian terendah janin didalam

jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentase kepala

prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat

tali pusat dapat dijepit diantara bagian terendah janin dengan

jalan lahir sehingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin.

Prolaps funikali menyebabkan gangguan adaptasi bawah

janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggu tidak

tertutup oleh bagian bawah janin tersebut (Chuningham, 2012).

c) Obstruksi jalan lahir

Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan

edema pada jalan lahir sehingga mempengaruhi kemajuan

persalinan yang memicu terjadinya persalinan lama

(Chunningham, 2012).
21

4) Faktor Penolong

Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting

dalam proses persalinan selain faktor ibu dan janin, penolong

persalinan bertindak dalam memantau proses terjadinya kontraksi

uterus dan memimpin mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang

penolong pesalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu

yang sedang dalam persalinan dan mengetahui kapan harus

memulai persalinan, selanjutnya melakukan perawatan pada ibu

dan bayi. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan

tidak

berjalan dengan lancar, berlangsung lama dan muncul berbagai

komplikasi (Chunningham, 2012).

5) Faktor Psikis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik

sekaligus emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek

psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain.

Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat takut dan

cemas, sehingga menghambat suatu proses persalinan. Gangguan

kecemasan ibu akan memberi stimulus syaraf dalam menghasilkan

hormone pemicu stress yaitu hormone adrenalin nyang dapat

berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya produksi

oksitosin yang member pengaruh terhadap kontraksi uterus

(Chunningham, 2012).

Kunjungan antenatal sangat penting dilakukan oleh ibu


22

hamil untuk mendapatkan pelayanan sehubungan dengan

kehamilanya, meliputi pemeriksaan persalinan, dukungan

psikologis serta penyuluhan kesehatan sehingga terbina hubungan

saling percaya. Tingkat kepercayaan ibu terhadap bidan dan

keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran proses persalinan

(Sulistyawati, 2010).

6) Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana pecahnya

ketuban sebelum persalinan atau sebelum kehamilan memasuki

aterm (37 minggu). Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya

selaput ketuban yang ada hubungannya dengan istensi uterus

berlebihan, kontraksi rahim dan gerakan janin.Bila ketuban telah

pecah dan belum ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi

lebih tinggi dan dapat mempengruhi keadaan dalam vagina yang

bias menyebabkan terjadinya partus lama (Saifuddin, 2014).

c. Klasifikasi

Distosia/partus lama dapat dibagi berdasarkan pola persalinanya,

menjadi tiga kelompok yaitu:

a) Fase laten memanjang

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten

memanjang apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara

dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang mempengaruhi

durasi fase laten antara lain keadaa serviks yang memburuk

(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau membuka) dan


23

persalinan palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai

pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu

dengan his yang teratur (Saifuddin, 2014).

b) Fase aktif memanjang

Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan

protraction (berkepanjangan dan berlarut-larut) dan arrest

(macet/tidak maju). Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan

pembukaan dan penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara

adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau

penurunan kurang dari 1cm/jam. Arrest didefinisakan sebagai

berhentinya pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak ada

perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilactation) dan

kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya

penurunan janin dalam 1 jam (Saifuddin, 2014).

Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan melihat

tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks melewati kanan garis

waspada prograf. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan adanya

inersia uteri jika frekuensi his kurang dari 3his/10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik (Saifuddin, 2014).

c) kala II memanjang

Tahap ini berawal pada saat pembukaan serviks telah

lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Kala II persalinan

pada nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk multipara 1 jam.

Pada ibu dengan paritas tinggi, komtinuitas otot vagina dan


24

perineum sudah meregang, atau sudah tiga kali usaha mengejan

setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan

janin (Saifuddin, 2014).

d. Tanda Dan Gejala Partus Lama

1) Pada ibu

Ibu tampak gelisah, letih, suhu badan meningkat,

berkeringat nadi cepat, pernapasan cepat .

2) Pada janin

DJJ (denyut jantung janin) cepat/tidak teratur air ketuban

terdapat mekonium kental kehijau-hijauan dan berbau, kaput

suksadenaum yang besar, moulage kepala yang hebat, kematian

janin dalam kandungan, kematian janin intra partal (KJIP)

(Mochtar, 2015).

e. Penanganan Partus lama

Penatalaksanaan penderita dengan partus lama

1) Suntikan cortone acetate: 100-200 mg intramuscular.

2) Penesilin prolactin: 1 juta IU intramuscular.

3) streptomisine: 1 gr intaramuscular.

4) infuse cairan: larutan garam fisiologis, larutan glukose 5-10%

pada janin pertama 1 liter/jam.

5) istirahat 1 jam untuk observasi, keculi bila keadaan untuk

segara bertindak.

6) Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps

manual aktif pada letak sungsang, embriotomi bila janin


25

meninggal, secsio ceasarea (Mochtar, 2015).

2.2 Prosedur Tetap/SOP Penanganan Partus Tak Maju (Partus Lama)

2.2.1 Pengertian

Gangguan kemajuan persalinan (kala 1) yang diukur dalam batasan

waktu 2 (dua) jam sejak pemeriksaan terakhir atau setelah dilakukan

pimpinan persalinan (kala 2). Proses kemajuan persalinan pada kala 1

dapat dinilai dari partograf atau kurva friedman sebagai instrumen

analisis.

2.2.2 Tujuan

Sebagai acuan bidan dalam penerapan langkah-langkah penanganan

partus lama dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja di Puskesmas.

2.2.3 Referensi

Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar

(PONED). USAID Edisi kelima, 2008.

2.2.4 Alat dan Bahan

1. Tensimeter

2. Stetoskop

3. Termometer

4. Oxymeter

5. Dopler

6. Anderped

7. Partus pak

8. O2,APD set,obat2,cairan RL infus set

9. Lembar status pasen dan ATK


26

2.2.5 Prosedur

1. Lakukan anamnesa dan identifikasi pada pasien :

a. Tentukan umur kehamilan

b. Lihat HPL

c. Tanyakan tanda-tanda persalinan

1) His adekuat

- Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis

- Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus

uteri

- Adanya intensitas kontraksi yang maksimal

- Ada fase relaksasi yang maksimal antara his

- Iramanya teratur dan frekuensinya semakin sering

- Lama his berkisar antara 40-60 detik

2) Keluar lendir darah

3) Ketuban pecah spontan

2. Lakukan pemeriksaan fisik

a. Ukur T, Nadi, dan Suhu

b. Lakukan Pemeriksaan Dalam sesuai dengan SOP

c. Ukur His (lama dan frekuensi)

d. DJJ

3. Pemeriksaan penunjang

-
27

4. Penatalaksanaan :

a. Bila pembukaan menunjukkan pasien masih inpartu Kala I,

petugas melakukan observasi partograf sampai melewati garis

waspada dan melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk

persiapan rujukan.

b. Bila pembukaan menunjukkan pasien inpartu kala II maka

tentukan primi atau multi.

- Bila primi setelah dipimpin 2 jam tapi tidak ada kemajuan,

petugas melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk

persiapan rujukan.

- Bila multi setelah dipimpin 1 jam tapi tidak ada kemajuan,

petugas melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk

persiapan rujukan.

5. Petugas menyiapkan form informed consent rujukan

6. Pasien dan keluarga melengkapi form informed consent

7. Rujuk pasien sesuai dengan SOP

8. Pencatatan dan pelaporan.

2.2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Fetal disrtes

2. Observasi infeksi

3. Power ibu menurun.


BAB III

METODE LTA

3.1 Metode Pengambilan Kasus

Laporan kasus pada studi kasus ini menggunakan metode studi

penelaahan kasus (case study) yang terdiri dari satu orang ibu yang

dimaksuud berarti satu orang ibu yang diberikan asuhan sejak masa

kehamilan hingga persalinan dengan penerapan asuhan kebidanan 7 langkah

Varney pada pengkajian awal dan dengan menggunakan metode SOAP

(subyektif, obyektif, analisis, penatalaksanaan). Studi kasus menurut

Nursalam (2016) adalah merupakan penelitian yang mencakup pengkajian

bertujuan memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar belakang,

sifat maupun karakter yang ada dari suatu kasus, dengan kata lain bahwa studi

kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.

Penelitian dalam metode dilakukan secara mendalam terhadap suatu keadaan

atau kondisi dengan cara sistematis mulai dari melakukan pengamatan,

pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasil.

3.2 Tempat dan Waktu

1. Tempat Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Cisayong, Kecamatan

Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya.

2. Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan April 2021.


29

3.3 Subyek Studi Kasus

Subyek pengambilan kasus ini pada ibu bersalin dengan partus tak

maju, yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah ibu nifas Ny. .....

dengan partus tak maju.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data primer dan data sekunder.

2.4.1 Data primer

Data primer dikumpulkan dengan cara :

1. Pengamanan /observasi/pemeriksaan/pengukuran dengan : Metode

pengumpulan data melalui suatu pengamatan dengan

menggunakan panca indra maupun alat sesuai format asuhan

kebidanan.

2. Wawancara : wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi

yang lengkap dan akurat melalui jawaban tentang masalah-

masalah yang terjadi pada ibu. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara terstruktur.

2.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi atau catatan medik, untuk

melengkapi data yang ada hubungannya dengan masalah yang

ditemukan. Data sekunder dikumpulkan antara lain dengan cara rekam

medik atau status pasien dan buku KIA.


30

3.5 Instrumen Pengambilan Data

Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan

studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan pemeriksaan

fisik :

a. Pada pemeriksaan nifas

1) Tensi meter

2) Stetoskop

3) Termometer

4) Jam tangan

5) Register /buku KIA

b. Perawatan Rupture Perinieum

1) Bak Instrumen

2) Kapas DTT

3) Kasa Steril

4) Handscoon

5) Betadine

6) Cairan Nacl

7) Air bersih dan Waskom

8) Larutan klorin

3.7 Etika Pengambilan Kasus

Menurut Krisyantono (2016) dalam hal melakukan penelitian, peneliti

harus memperhatikan permasalahn etik meliputi:


31

3.7.1 Informed consent (persetujuan)

Informed consent adalah atas persetujuan yang diberikan pasien atau

keluarga atas dasar penjelasan mengenai suatu tindakan yang dilakukan

terhadap pasien atau orang tersebut,artinya hak yang dimiliki oleh setiap

orang atau pasien untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk

menjalani prosedur suatu tindakan yang dilakukan secara profesional

dan didasarkan atas informasi yang diberikan. Informed Consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta

mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tiak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus

ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipan pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi.

3.7.2 Anominity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan untuk menjaga kerahasiaan informasi.


32

3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

3.8 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2016) proses analisis data yang dilakukan dalam

studi kasus yaitu:

3.8.1 Pengumpulan Data

Beberapa prosedur yang akan peneliti lakukan sebelum mengatakan

penelitian: mengajukan ijin kepada Ketua Prodi Kebidanan UBK

Tasikmalaya, menjelaskan tujuan penelitian dan menunjukkan surat ijin

sebelum melakukan tindakan penelitian. Melakukan tindakan dengan

calon responden untuk meminta persetujuan sebagai responden dalam

penelitian dan menanda tangani persetujuan menjadi responden dengan

nama responden tidak dicantumkan dalam lembaran pengumpulan data.

3.8.2 Mereduksi Data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting

kemudian dicari tema dan polanya. Pada tahap ini penelitian memilah

informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan degan

penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin sedikit dan

mengarah keinti permasalahan sehingga mampu memberikan gambaran

yang lebih jelas mengenai objek penelitian.


33

3.8.3 Penyajian Data

Menyajikan data merupakan salah satu usaha agar informasi yang

diperoleh dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Dalam hal ini

penelitian dapat menyajikan data dalam bentuk tabel.

3.9 Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Washudi dkk, 2016). Triangulasi teknik pengumpulan data

pada laporan tugas akhir ini untuk menguji kreadibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi atau dokumentasi.

3.10 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2016), secara garis umum prinsip etika dalam

penelitian dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip

menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.

3.10.1 Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan.

b. Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

c. Bebas dari eksploitasi.

d. Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah


34

diberikan, tidakakan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subjek dalam bentuk apa pun.

e. Risiko(benefits ratio).

f. Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

3.10.2 Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity).

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai

hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek atau pun

tidak, tanpa adanya sang siapa pun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.


35

3.10.3 Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)

dan rahasia (confidentiality).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

36
BAB V

PENUTUP

37
DAFTAR PUSTAKA

Cuningham, F.G. (2012). Obstetri Williams, Cetakan 23. Jakarta : EGC.

Endjun, J.J. (2019). Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta : Pustaka.

Febriana. (2014). Faktor-faktor Resiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal


di Kabupaten Cilacap. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,
Semarang.

JNPK-KR, (2011). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO.

Krisyantono, Rachmat. (2016). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :


Prenamedia Group.

Manuaba, Ida Bagus. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB


Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Marmi, (2011). Asuhan Kebidanan I. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. (2015). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Nursalam (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti, Meida Liana. (2011). Asuhan Kebidanan III
(Nifas). Jakarta : Trans Info Medika.

Saifuddin, A. bdul Bari. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sugiyono (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


PT Alfabet.

Sulistyawati, Ari. (2010). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta :


Salemba Medika.

Washudi dkk, 2016). Triangulasi.

WHO (World Helth Organization). Kematian Ibu Akibat Masalah Persalinan yang
terjadi Dinegara Berkembang.

Wiknjosastro, Hanifa. (2015). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


LAMPIRAN
LAPORAN KONSULTASI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBIMBING I

Nama Mahasiswa : Dea Melawati


Nama Pembimbing : Iis Sopiah Suryani, SST., M.Keb
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Terintegrasi Pada Ibu Bersalin
dengan PTM (Partus Tak Maju) di Puskesmas
Cisayong Kabupaten Tasikmalaya

MATERI
NO TANGGAL SARAN PEMBIMBING PARAF
KONSULTASI
LAPORAN KONSULTASI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBIMBING II

Nama Mahasiswa : Dea Melawati


Nama Pembimbing : Dewi Sri Handayani, SST
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Terintegrasi Pada Ibu Bersalin
dengan PTM (Partus Tak Maju) di Puskesmas
Cisayong Kabupaten Tasikmalaya

MATERI
NO TANGGAL SARAN PEMBIMBING PARAF
KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai