Anda di halaman 1dari 74

SISTEM PENYIMPANAN OBAT BERDASARKAN STANDAR

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

TEGAL SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

LAELATUL BADRIYAH

17081010

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

TAHUN 2020
SISTEM PENYIMPANAN OBAT BERDASARKAN STANDAR

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

TEGAL SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

LAELATUL BADRIYAH

17081010

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

TAHUN 2020

ii
3

iii
iv
v
vi
MOTTO

• Kesulitan itu bagian dari tantangan hidup, Allah tidak akan menguji

hambanya diluar kemampuannya

• Ridhonya Allah ridhonya Orang Tua

• Proses tidak akan mengkhianati hasil

• Iri ilmu boleh, iri hati jangan

• Jadi diri sendiri itu penting, mengikuti gaya hidup orang lain hanya

akan menjadikan penyakit hati

Kupersembahkan buat:

• Kedua orang tuaku

• Teman-teman angkatanku

• Keluarga kecil prodi DIII

farmasi

• Almamaterku

vii
PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini yang berjudul “Sistem penyimpanan Obat Berdasarkan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan”.

Terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam

pembuatan karya tulis ilmiah dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai

data dan fakta pada karya tulis ilmiah ini serta dosen pembimbing yang senantiasa

telah membantu.

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi

persyaratan dalam menempuh ujian akhir Pendidikan Diploma III Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal. Untuk itu pada ksesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Khafdillah, MS. S.Kom., selaku Ketua Yayasan Politeknik Harapan Bersama

Tegal

2. Ir. MC. Hambali, B.Eng.EE., selaku ketua Direktur Politeknik Harapan

Bersama Tegal

3. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc, Apt. selaku Ka. Jurusan Diploma III

Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal

viii
4. Rosaria Ika Pratiwi, M.Sc., Apt. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu guna memberi pengarahan dan saran dalam menyusun Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Meliyana Perwita Sari, M.Farm., Apt. selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan serta arahan.

6. Para dosen dan staff karyawan Politeknik Harapan Bersama Tegal

7. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan dorongan moril maupun

material dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan semangat

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam pelaksanaan

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun

Karya Tulis Ilmiah ini, maka penulis berharap kritik dan saran pembaca untuk

Kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Tegal,

Penulis

ix
INTISARI

Badriyah, Laelatul., Pratiwi, Rosaria Ika., Sari, Meliyana Perwita 2019.


Sistem Penyimpanan Obat Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas Tegal Selatan

Penyimpanan obat berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di


puskesmas merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang
diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran sistem
penyimpanan obat di Puskesmas Tegal Selatan ditinjau dari Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
Rancangan penelitian ini adalah observasional yang bersifat deskriptif.
Pengamatan dilakukan pada bulan September-November 2019 melalui observasi
dan wawancara. Data dikumpulkan dengan mengisi lembar check list berdasarkan
pengamatan dan wawancara. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat. Teknik sampling
yang digunakan adalah total sampling. Sampel yang digunakan yaitu seluruh obat
yang terdapat dalam gudang farmasi, Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga
Teknis Kefarmasian yang memiliki masa kerja paling lama di Puskesmas Tegal
Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter persyaratan gudang obat
sudah memenuhi standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dengan persentase
70% kategori baik, parameter persyaratan penyimpanan obat persentase 100%
kategori sangat baik, dan parameter persyaratan pencatatan stok obat dengan
persentase 100% kategori sangat baik.

Kata Kunci: Penyimpanan Obat, Standar Pelayanan Kefarmasian,


Puskesmas Tegal Selatan

x
Abstract

Badriyah, Laelatul., Pratiwi, Rosaria Ika., Sari, Meliyana Perwita 2019. Drug
Storage System Based on Pharmaceutical Service Standards at Tegal Selatan
Public Health Cebter

Drug storage based on pharmacy service standards at the public health


center is an activity of regulating the pharmaceutical preparatinons received so
that they are safe, protected from physical or chemical damage and their quality
is guaranteed. The purpose of this study was to find out the description of the drug
storage system in the Tegal Selatan public health center in terms of
pharmaceutical service standards at the public health center.
This design of this research was observational descriptive. Observations
were made in September-November 2019 through observation and interviews.
Data was collected by filling in the checklist sheet based on observations and
interviews. The type of data used was primary data and secondary data. Data
analysis used univariat analysis. The sampling technique used was total sampling.
The samples used were all drugs contained in pharmaceutical werehouses,
pharmacist in charge and pharmaceutical technical staff who had the longest
working period in the Tegal Selatan public health center.
The results of the study show that the parameteres of drug warehouse
requirements have met pharmaceutical service standards at the public health
center with a percentage of 70% good categories, parameter stronge
requirements of the percentages 100% categories were very good, and parameter
requirements for recording drug stocks with a percentage of 100% categories
were very good.

Keywords: Drug Storage, Pharmaceutical Service Standards, Tegal Selatan


Public Health Center

xi
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul .............................................................................................. i
Halaman Judul.................................................................................................. ii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Orisinalitas ..................................................................... v
Halaman Persetujuan Publikasi ........................................................................ vi
Halaman Motto dan Persembahan ................................................................... vii
Prakata .............................................................................................................. viii
INTISARI......................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.6 Keaslian Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
2.6 Penyimpanan Obat ............................................................................... 6
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian ........................................................... 16
2.3 Puskesmas ............................................................................................ 17
2.4 Puskesmas Tegal Selatan ..................................................................... 18
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 22
3.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 22
3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian ........................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 22
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 23
3.5 Definisi Operasional ............................................................................. 23
3.6 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 25
3.7 Pengelolaan dan Analisis Data ............................................................. 28
3.8 Etika Penelitian .................................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 41
5.1 Simpulan............................................................................................... 41
5.2 Saran ..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42
LAMPIRAN ..................................................................................................... 45

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................... 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 24
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Penyimpanan Obat .............................................. 29
Tabel 4.1 Check List Persyaratan Gudang Obat............................................... 30
Tabel 4.2 Persentase (%) Persyaratan Gudang Obat ........................................ 31
Tabel 4.3 Check List Sistem Penyimpanan Obat ............................................. 33
Tabel 4.4 Persentase (%) Sistem Penyimpanan Obat ...................................... 33
Tabel 4.5 Check List Sistem Pencatatan Stok Obat ......................................... 37
Tabel 4.6 Persentase (%) Sistem Pencatatan Stok Obat .................................. 38

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 21

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian...................................................................... 46
Lampiran 2 Surat Keterangan Pemberian Izin dari Dinas Kesehatan .............. 47
Lampiran 3 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian .......................... 48
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan APJ ............................................... 49
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan TTK .............................................. 51
Lampiran 6 Check List Observasi Persyaratan Gudang Obat .......................... 53
Lampiran 7 Check List Observasi Penyimpanan Obat ..................................... 54
Lampiran 8 Check List Observasi Pencatatan Stok Obat ................................. 55
Lampiran 9 Dokumentasi ................................................................................. 56

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer

yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Pelayanan kefarmasian di

Puskesmas merupakan bentuk wujud upaya tingkat kesehatan yang

berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi

seluruh masyarakat, pelayanan kefarmasian dalam puskesmas harus

memenuhi standar yang telah ditetapkan, agar tidak terjadinya suatu

penyalah guna atau masalah yang mungkin dapat terjadi (Kemenkes RI,

2016).

Pelayanan kefarmasian dalam puskesmas tentunya tidak lepas

dari peran tenaga kesehatan terutama tenaga kefarmasian, tenaga

kefarmasian merupakan tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian,

yang terdiri atas apoteker, dan tenaga teknis kefarmasian (Husnawati,

2016). Fungsi dari tenaga kefarmasian seperti yang telah ditetapkan yaitu

melakukan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Mangkoan, 2016).

1
2

Penyimpanan sediaan farmasi merupakan suatu kegiatan

pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman, terhindar

dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai

persyaratan yang ditetapkan (Akbar, 2016). Hal tersebut telah disebutkan

dalam PERMENKES RI Nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan

kefarmasian di puskesmas, tujuannya agar mutu sediaan farmasi yang

tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan

yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2016).

Sistem penyimpanan obat harus sesuai dengan standar pelayanan

kefarmasian, karena penyimpanan obat yang tidak sesuai dapat

mempengaruhi mutu obat (Depkes RI, 2010). Penyimpanan obat yang

tidak sesuai dapat mengakibatkan obat cepat rusak dan kadaluarsa (Seno,

2018). Kurangnya perhatian mengenai kebersihan ruang penyimpanan

obat juga dapat mempengaruhi kondisi obat, seperti banyaknya debu dan

wadah obat serta tissu bekas yang tidak dibersihkan memungkinkan

terjadinya kontaminasi bakteri akibat dari tempat yang kurang bersih dan

mengenai ukuran ruangan penyimpanan obat yang belum sesuai dengan

pedoman obat publik dan perbekalan kesehatan di puskesmas Depkes RI

2009 (Mamahit, 2017). Penelitian lain juga dilakukan di Sulawesi Utara

oleh Hiborang (2016) tentang gambaran pelaksanaan pengelolaan obat di

puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Hasil penelitian penyimpanan

obat masih kurang baik, karena sebagian belum sesuai dengan standar.

Menurut Athijah (2011) kondisi obat harus memperhatikan indikator dari


3

kualitas suatu obat, karena obat yang akan diberikan kepada pasien harus

memenuhi syarat mutu, keamanan, dan khasiat atau kemanjuran obat.

Puskesmas Tegal Selatan merupakan puskesmas yang memiliki

banyak pengunjung yaitu kurang lebih 200 pasien setiap harinya hal ini

telah diungkapkan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas Tegal

Selatan. Puskesmas Tegal Selatan memiliki lokasi yang strategis, fasilitas

pelayanan kesehatannya pun sangat baik sehingga mempunyai cukup

banyak stok obat yang tersedia dalam gudang penyimpanan obat. Semakin

banyak obat yang tersedia, pelayanan kefarmasian pun akan semakin baik.

Namun kondisi gudang obat yang dianggap kurang besar dengan ukuran

4x4 m2 menjadi kendala proses penyimpanan obat karena proses

penyimpanan mejadi tidak efisien, hal ini juga telah diungkapkan oleh

Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas Tegal Selatan pada tanggal 20

Oktober 2019.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Sistem Penyimpanan Obat

Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tegal

Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran

sistem penyimpanan obat di Puskesmas Tegal Selatan ditinjau dari standar

pelayanan kefarmasian di Puskesmas?


4

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tata letak penyimpanan obat berdasarkan Permenkes RI No 74

tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas

2. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan deskriptif.

3. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tegal Selatan

4. Subjek pada penelitian ini adalah Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian pengelola gudang induk di Puskesmas Tegal Selatan

5. Penelitian ini dilakukan pada bulan Sepetember-November 2019

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sistem

penyimpanan obat di Puskesmas Tegal Selatan ditinjau dari standar

pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk proses penyimpanan agar disesuaikan pada standar

pelayanan kefarmasian yang berlaku

2. Bagi Peneliti Lain

a. Untuk memberi pengetahuan pada pembaca tentang proses

penyimpanan obat yang sesuai


5

b. Untuk memberi pengetahuan pada pembaca mengenai

standar penyimpan obat yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

1.6 Keaslian penelitian

Hasil penelitian sebelumnya yang terkait mengenai penelitian yang

akan dilakukan seperti berikut ini:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


NO. Pembeda Julyanti(2017) Asyikin(2018) Badriyah(2019)

1. Judul Evaluasi Studi implementasi Sistem


penyimpanan dan sistem penyimpanan penyimpanan obat
pendistribusian obat obat berdasarkan berdasarkan
di instalasi farmasi Standar Pelayanan Standar
rumah sakit Siloam Kefarmasian di Pelayanan
Manado Apotek Sejati Farma Kefarmasian di
Makassar Puskesmas Tegal
Selatan
2. Sampel Obat dan alat Seluruh obat yang Seluruh obat yang
kesehatan rumah ada di Apotek Sejati ada di Puskesmas
sakit Siloam Manado Farma Makassar Tegal Selatan
3. Rancangan Observasional yang Observasional yang Observasional
penelitian bersifat deskriptif bersifat deskriptif yang bersifat
dan evaluasi deskriptif
4. Teknik Total sampling Total sampling Total sampling
sampling
5. Tempat Rumah sakit Siloam Apotek Sejati Farma Puskesmas Tegal
penelitian Manado Makassar Selatan
6. Hasil prosedur Implementasi sistem Persyaratan gudang
penelitian penyimpanan dan penyimpanan obat obat telah memenuhi
pendistribusian 80% yang baik standar pelayanan
sudah sesuai dengan berdasarkan Standar kefarmasian di
ketentuan dalam pelayanan farmasi di Puskesmas dengan
standar Pelayanan apotek sejati farma persentase 70%
Kefarmasian Rumah makassar adalah kategori baik,
Sakit berdasarkan 77,78% dan berada Persyaratan
PERMENKES dalam kategori baik penyimpanan obat
Nomor 58 tahun (61-80%) 100% kategori
2014 sangat baik, dan
persyaratan
pencatatan stok obat
100% kategori
sangat baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyimpanan Obat

2.1.1 Pengertian Penyimpanan Obat

Penyimpanan merupakan faktor yang penting dalam pengelolaan

obat di puskesmas karena dengan penyimpanan baik dan benar akan

dengan mudah dalam pengambilan obat yang lebih efektif dan

pelayanan kesehatan di tingkat pertama akan lebih baik (Mamahit,

dkk 2017). Salah satu faktor yang mendukung penjaminan mutu obat

adalah bagaimana penyimpanan obat yang tepat dan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Kegiatan penyimpanan disini mencakup

tiga faktor yaitu pengaturan ruangan, penyusunan obat, serta

pengamatan mutu obat (Husnawati, 2016).

a. Pengaturan ruangan

Tata ruang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

efisiensi dan efektifitas kegiatan-kegiatan dalam pelayanan

perbekalan farmasi. Ruang penyimpanan dirancang sedemikian

rupa sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu:

1) Kelembaban

Udara lembab dapt mempengaruhi obat-obat yang tidak

tertutup sehingga mempercepat kerusakan (Prihatiningsih,

6
7

2011). Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu

dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Ventilasi harus baik, jendela dibuka

b. Simpan obat ditempat kering

c. Wadah harus tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka

d. Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena

makin panas udara didalam ruangan makaudara semakin

lembab

e. Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul

f. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki

2) Kondisi penyimpanan khusus

a. Vaksin merupakan “Cold Chain” khusus disimpan pada

kulkas dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya

aliran listrik.

b. Narkotika, psikotropik dan bahan berbahaya atau obat

yang harganya mahal dalam jumlah sedikit harus

disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci.

c. Sitostastik merupakan obat yang sifatnya membunuh

atau merusak sel-sel propaganda. Obat ini termasuk obat

berbahaya (OB), yaitu obat yang genotoksik,

karsinogenik dan teratogenik (Donadear, 2012)

Obat sitotoksik harus disimpan sesuai dengan code obat.

Reconstitude obat sitotoksik akan disimpan seperti yang


8

ditunjukkan oleh label pada obat-obatan. Menurut

Donadear (2012) obat-obatan sitotoksik disimpan pada:

1. Dalam kulkas terkunci yang harus berada di 2-8

derajat.

2. Pada suhu kamar (di bawah 25 derajat) harus

disimpan dalam lemari terkunci diruang yang

sesuai untuk penyimpanan obat-obatan.

d. Bahan-bahan mudah terbakar meledak seperti alkohol

dan eter harus disimpan dalam lemari khusus, sebaiknya

disimpan dalam lemari khusus, terpisah dari gudang

induk (Depkes, 2010)

3) Rak dan pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat

meningkatkan sirkulasi udara dan gerakan stok obat.

Keuntungan penggunaan pallet menurut Seno (2018):

a. Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap

banjir

b. Peningkatan efisiensi penanganan stok

c. Dapat menampung obat lebih banyak

d. Pallet lebih murah dari pada rak

Untuk rak dapat dibuat dari kayu, besi, sedangkan pallet

dapat berupa papan, balok batu bata.


9

4) Suhu yang sesuai

Macam-macam suhu penyimpanan obat:

a. Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat.Lemari

pendingin memiliki suhu antara 2 - 8 derajat sedangkan

lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 sampai -10

derajat.

b. Sejuk adalah suhu antara 8 sampai 15 derajat. Kecuali

dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat

disimpan dilemari pendingin.

c. Suhu Kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar

terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 sampai 30

derajat.

d. Hangat adalah suhu antara 30 sampai 40 derajat

e. Panas berlebih adalah suhu diatas 40 derajat

b. Penyusunan obat

1) Penyusunan secara abjad yaitu menyusun obat berdasarkan

namanya, misal Amoksisillin, Antasida, Buscopan, CTM, dst.

2) LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan jenis obat yang

memiliki kemasan atau nama penyebutannya yang mirip

Faktor risiko umum terkait obat-obat LASA menurut Muhlis

(2019) meliputi:
10

a. Tulisan tangan yang tidak terbaca

b. Pengetahuan yang tidak lengkap tentang nama obat

c. Produk baru yang tersedia

d. Kemasan atau pelebelan yang serupa

e. Potensi, bentuk sediaan, dan frekuensi pemberian yang

serupa,

f. Penggunaan klinis yang mirip

3) Susunan obat secara kelas terapi obat dikelompokkan

berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut, misal golongan

antibiotika dikelompokkan jadi satu dengan golongan

antibiotika, golongan kelas terapi hipertensi, dan lain

sebagainya. Penyusunan secara kelas terapi memerlukan

keahlian khusus artinya kita harus tahu penggolongan obat

(minimal harus baca brosurnya) untuk menyusun obat secara

kelas terapi.

4) FIFO, FEFO dan LIFO

Untuk masalah distribusi atau keluar masuk obat harus

disusun berdasarkan FIFO (First In First Out) yang artinya

barang atau obat yang masuk dahulu dikeluarkan dahulu,

sedangkan FEFO (First Expired First out) Penyimpanan obat

berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih cepat

maka dikeluarkan lebih dulu, dan LIFO (Last In First Out) yang

artinya barang yang masuk terakhir dikeluarkan dahulu (Anwar,


11

2014). Sebaiknya kita jangan berpatokan pada salah satu metoda

tersebut (secara umum kita berpatokan bahwa penyusunan obat

harus dengan FIFO) tetapi kita harus bisa mengkombinasikan

sistem distribusi barang tersebut. Misalnya bila kita menerima

barang atau obat dari Gudang Farmasi contoh

Amoksisillin dengan ED bulan Desember 2017 dan di gudang

puskesmas masih ada stok dengan ED yang sama, maka

pengeluaran obat ke pelayanan harus obat sisa yang ada di

gudang dulu (FIFO). Untuk cara LIFO biasanya dipakai untuk

obat-obat program yang biasanya dalam jumlah banyak dan

masa kadaluwarsa yang lebih pendek, maka harus segera

didistribusikan terlebih dahulu (misal vaksin, obat anti anemia,

dsb) (Husnawati, 2016).

c. Pengamatan Mutu Obat

Pengamatan mutu dilakukan untuk memastikan obat yang

disimpan di gudang obat atau tempat penyimpanan obat tidak

pernah rusak atau mengalami perubahan warna pada obat tablet,

cairan, salep dan lainnya, hal ini dilakukan untuk menghindari

resiko yang mungkin saja bisa terjadi seperti kerusakan pada obat

akibat perubahan baik secara fisik maupun kimia, pemeriksaan

secara berkala mengenai mutu obat juga dilakukan untuk

menghindari terjadinya obat kadaluwarsa dan kerusakan obat

lainnya (Nurniati, 2016). Secara teknis, kriteria mutu obat


12

mencakup identitas, kemurnian, potensi, keseragaman, dan

ketersediaan hayati.

1. Identititas yaitu untuk obat yang dibelanjakan harus dijamin

bahwa isi kandungannya benar.

2. Kemurnian yaitu beberapa jenis obat memang memerlukan

bahan tambahan untuk membentuk sediaan yang dikehendaki.

Untuk itu harus dijamin bahwa didalam sediaan tersebut tidak

terdapat bahan tambahan yang berbahaya atau mengganggu

stabilitas obat.

3. Potensi yaitu setiap sediaan harus berisi kandungan obat yang

sesuai dengan yang tertera dalam label. Secara teknis umumnya

ditetapkan bahwa kandungan obat adalah rentang tertentu.

4. Keseragaman yaitu secara fisik, bentuk, warna, konsistensi,

ukuran tablet, kapsul, krim, dan cairan sebaiknya seragam antara

satu dengan lain obat.

5. Ketersediaan hayati yaitu ketersediaan hayati obat

mencerminkan kecepatan luasnya absorpsi obat oleh tubuh

berdasarkan dosis dan sediaan yang diminum.

2.1.2 Indikator Penyimpanan Obat

Macam-macam indikator penyimpanan obat menurut Sheina

(2010) sebagai berikut:


13

1. Kecocokan antara barang dan kartu stok

Indikator ini digunakan untuk mengetahui ketelitian

petugas gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat,

membantu dalam perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak

menyebabkan terjadinya akumulasi obat dan kekosongan obat.

2. Turn Over Ratio

Indikator ini digunakan untuk mengetahui kecepatan

perputaran obat, yaitu seberapa cepat obat dibeli, didistribusi,

sampai dipesan kembali, dengan demikian nilai TOR akan

berpengaruh pada ketersediaan obat. TOR yang tinggi berarti

mempunyai pengendalian persediaan yang baik, demikian pula

sebaliknya, sehingga biaya penyimpanan akan menjadi minimal.

3. Persentase obat yang sampai kadaluwarsa dan atau rusak

Indikator ini digunakan untuk menilai kerugian puskesmas.

4. Sistem penataan gudang

Indikator ini digunakan untu menilai sistem penataan

gudang standar adalah FIFO dan FEFO.

5. Persentase stok mati

Stok mati merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjukkan item persediaan obat di gudang yang tidak

menglami transaksi dalam waktu minimal tiga bulan.


14

6. Persentase nilai stok akhir

Nilai stok akhir adalah nilai yang menunjukkan berapa

besar persentase jumlah barang yang tersisa pada periode tertentu,

nilai persentase stok akhir berbanding terbalik dengan nilai TOR.

2.1.3 Stok Obat

a. Fungsi pencatatan stok obat menurut Yunita (2016) yaitu:

1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat

(Penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa)

2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data

mutasi satu jenis obat berasal dari sat jenis obat yang

berasal dari satu sumber dana

3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat mencatat

satu kejadian mutasi obat

4) Data pada kartu stok digynakan untuk menyusun laporan,

perencanaan pengadaan dustribusi dan sebagai pembanding

terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.

b. Manfaat informasi yang didapat

1. Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat

2. Perencanaa pengadaan dan penggunaan

3. Pengendalian persediaan

a. Obat disusun menerut ketentuan berikut:

1) Obat dalam jumlah besar disimpan diatas pallet

denagn memperhatikan tanda-tanda khusus


15

2) Penyimpanan antara kelompok atau jenis satu

dengan yang lain harus jelas sehingga

mempermudahkan pengeluaran dan perhitungan.

3) Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan

adanya forklift untuk obat-obat berat.

4) Obat-obat dalam jumlah kecil dan mahal

harganya disimpan dalam lemari terkunci

5) Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi.

6) Obat-obat dan alat kesehatan yang mempunyai

sifat khusus disimpan dalam tempat khusus.

b. Obat disimpan menurut sistem FIFO (first in first out)

c. Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan

diletakkan bersama obat pada lokasi penyimpanan.

d. Bagian judul pada kartu stok diisi dengan nama obat,

kemasan, isi kemasan.

e. Kolom-kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut:

1) Tanggal penerimaan atau pengeluaran

2) Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran

3) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim

4) No.Batch atau No.Lot.

5) Tanggal kadaluwarsa

6) Jumlah penerimaan

7) Jumlah pengeluaran
16

8) Sisa stok

9) Paraf petugas yang mengerjakan

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian

Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2016)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di puskesmas menyebutkan bahwa pelayanan

kefarmasian di puskesmas merupakan bagian dari penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

kesehatan. Pelayan kefarmasian dilakukan secara terpadu yang meliputi

kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi

klinik. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai sanagt diperlukan

dengan meningkatkan efektivitas pelayanan (Rahma, 2018).

Pelayanana kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan

tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat

dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan

masyarakat akan peningkatan mutru pelayanan kefarmasian,

mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi

kepada produk (drug oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian

(pharmaceutical care).
17

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama,dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapaiderajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2016).

Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas ditetapkan

sebagai acuan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di puskesmas.

Untuk keberhasilan pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di

puskesmas ini diperlukan komitmen dan kerja sama semua

pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan

pelayanan kefarmasian di puskesmas semakin optimal dan dapat

dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada

akhirnya dapat meningkatkan citra puskesmas dan kepuasan pasien

atau masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

2.3.2 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas sebagai berikut (Depkes, 2009):

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di

wilayahnya

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat


18

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilakukan dengan cara:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana

menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara

efektif dan efesien

3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan pada masyarakat

dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

ketergantungan.

4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat

5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program puskesmas.

2.4 Puskesmas Tegal Selatan

2.4.1 Sejarah UPTD Puskesmas Tegal Selatan

UPTD Puskesmas Tegal Selatan terletak di Jl.Ababil No.2

Kelurahan Randugunting Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal.

UPTD Puskesmas Tegal Selatan terdiri dari satu Puskesmas induk

yang terletak di kelurahan Randugunting dan dua Puskesmas

pembantu yaitu Puskesmas Debong Tengah dan Puskesmas

Debong Kulon. Pada awalnya UPTD Puskesmas Tegal Selatan


19

merupakan Puskesmas pembantu dari Puskesmas Tegal Barat yang

kemudian berubah menjadi Puskesmas induk dengan nama

Puskesmas Tegal Selatan II.

Berdasarkan surat keputusan Wali Kota Tegal pada tahun

2009, Puskesmas Tegal Selatan II berganti nama menjadi UPTD

Puskesmas Tegal Selatan setelah dilakukan dengan penggabungan

dengan Puskesmas Tegal Selatan dan membawahi delapan wilayah

yang terdiri dari Kelurahan Randugunting, Debong Tengah,

Debong Kulon, Debong Kidul, Kalinyamat Wetan, Keturen dan

Tunon.

UPTD Puskesmas Tegal Selatan pada tanggal 30 Januari

2012 kembali dipisah menjadi dua puskesmas induk yaitu:

a. UPTD puskesmas kecamatan tegal selatan yang membawahi

tiga kelurahan randugunting, kelurahan debong tengah, dan

kelurahan debong kulon

b. Puskesmas bandung yang membawahi lima kelurahan yaitu:

kelurahan bandung, debong kulon, kainyamat wetan, keturen

dan tunon.

2.4.2 Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Tegal Selatan

Puskesmas Tegal Selatan memiliki Visi, Misi, dan Motto sebagai

berikut:
20

1. Visi

“Tercapainya pelayanan kesehatan dasar yang optimal

menuju masyarakat mandiri berbasis layanan prima.

2. Misi

a. Mengerakan pembangunan yang berwawasan kesehatan

diwilayah kerja

b. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan keluarga

dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerja

c. Meningkatkan pelayanan kesehatan sebagai pusat

pelayanan kesehatan tingkat kerja

d. Menyelenggarakan tata kelola administrasi dan sumber

daya kesehatan

3. Motto

Motto dari UPTD puskesmas tegal selatan: pelayanan

bermutu andalan kami, masyarakat sehat tujuan kami.


21

2.5 Kerangka Berpikir

Penyimpanan obat

Pengaturan ruangan Penyusunan obat Pengamatan mutu obat


k

1. Kelembaban 1. Alfabetis 1. Identitas


2. Kondisi penyimpanan 2. LASA 2. Kemurnian
khusus 3. Kelas Terapi 3. Potensi
3. Rak dan Pallet 4. FIFO, FEFO dan 4. Keseragaman
4. Suhu LIFO 5. Ketersediaan hayati
(Donadear, 2012) (Muhlis, 2019) (Nurniati, 2016)

Indikator penyimpanan obat 1. Kecocokan antara barang


dan kartu stok
2. Turn over ratio
3. Persentase obat yang
sampai kadaluwarsa dan
atau rusak
Kartu stok Stok obat 4. Sistem penataan gudang
(Yunita, 2016) 5. Persentase stok mati
6. Persentase nilai stok akhir
(Sheina, 2010)

Sistem penyimpanan obat berdasarkan


standar pelayanan kefarmasian
(Husnawati, 2016).

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini merupakan bidang ilmu farmasi sosial.

2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dilaksanakan bulan September – November 2019

3. Ruang Lingkup Lokasi

Penelitian ini bertempat di Puskesmas Tegal Selatan Jalan Ababil

Nomor 2 Kelurahan Randugunting Kecamatan Tegal Selatan Kota

Tegal.

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan deskriptif dengan

pendekatan observasional dengan cara pengumpulan data proses

penyimpanan obat berdasarkan standar pelayanan kefarmasian melalui

observasi dan wawancara di Puskesmas Tegal Selatan (Asyikin, 2018).

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh obat yang terdapat dalam gudang farmasi,

22
23

Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang

memiliki masa kerja paling lama di Puskesmas Tegal Selatan .

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi, sehingga sampel yang didapat representatif (mewakili)

(Sugiyono, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi

dijadikan sampel.

Teknik sampling yaitu teknik pengambilan sampel. Teknik

sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2014).

Sampel yang digunakan adalah seluruh obat yang terdapat dalam gudang

farmasi, Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga Teknis Kefarmasian

yang memiliki masa kerja paling lama di Puskesmas Tegal Selatan .

3.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, apa yang akan diteliti oleh

peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah sistem

penyimpanan obat meliputi persyaratan gudang obat, penyimpanan obat,

sistem pencatatan stok obat.

3.5 Definisi Operasional (OP)

Penelitian ini dapat dijelaskan dalam definisi operasional variabel

pada tabel 3.1 sebagai berikut:


24

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Kriteria Skala
Ukur

Persyaratan Ada gudang Wawancara Pedoman Sangat baik: Ordinal


Gudang Obat penyimpanan obat, luas dan wawancara 81%-100%
minimal 3x4m2, ruang observasi dan ceklis Baik:
kering tidak lembab, ada observasi 61%-80%
ventilasi agar aliran Cukup baik:
udara, cahaya yang 41%-60%
cukup, lantai dan Kurang baik:
keramik (tegel) atau 21%-40%
semen, dinding dibuat Sangat
licin, kunci gudang kurang baik:
dikuasai oleh apoteker, 0%-20%
ada pintu dilengkapi (Husnawati,
kunci ganda, alat 2016)
pemadam kebakaran.
Penyimpanan Menerapkan sistem Wawancara Pedoman Sangat baik: Ordinal
Obat FIFO dan FEFO, dan wawancara 81%-100%
menurut bentuk sediaan observasi dan ceklis Baik:
alfabetis, menggunakan observasi 61%-80%
almari, rak dan pallet, Cukup baik:
menggunakan almari 41%-60%
khusus untuk Kurang baik:
menyimpan sediaan 21%-40%
narkotik dan Sangat
psikotropik, kurang baik:
menggunakan almari 0%-20%
khusus untuk perbekalan (Husnawati,
farmasi yang 2016)
memerlukan
penyimpanan pada suhu
tertentu, penyimpanan
sediaan farmasi yang
penampilan dan
penamaan yang mirip
(LASA) tidak
ditempatkan berdekatan
untuk mencegah
terjadinya medication
error, dilengkapi kartu
stok obat.
Sistem Kartu stok digunakan Wawancara Pedoman Sangat baik: Ordinal
Pencatatan untuk mencatat mutasi dan wawancara 81%-100%
Stok Obat obat (penerimaan, observasi dan ceklis Baik:
pengeluaran, hilang, observasi 61%-80%
rusak atau kadaluarsa), Cukup baik:
pencatatan dilakukan 41%-60%
secara rutin dari hari ke Kurang baik:
25

Lanjutan Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur Kriteria Ukur Skala
ukur
hari, kartu stok diletakan 21%-40%
bersamaan atau Sangat kurang
berdekatan dengan obat baik:
0%-20%
bersangkutan, tiap lembar
(Husnawati,
kartu stok hanya
2016)
diperuntukkan untuk
mencatat data mutasi (1)
satu jenis obat yang
berasal dari (1) sumber
dan, tiap baris dan hanya
diperuntukkan untuk
mencatat (1) satu jenis
mutasi obat, tiap terjadi
mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak
atau kadaluarsa) langsung
dicatat dalam kartu stok,
penerimaan dan
pengeluaran dijumlahkan
pada setiap akhir bulan,
data pada kartu stok
digunakan untuk
menyusun laporan,
perencanaan, pengadaan,
distribusi, dan sebagai
pembanding terhadap
keadaan fisik obat dalam
tempat penyimpanannya.

2.6 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dilakukan dalam hal ini yaitu data primer dan data

sekunder, data yang dihasilkan merupakan sumber-sumber data

informasi yang dikumpulkan untuk menjadi dasar kesimpulan dari

sebuah penelitian. Meskipun pada hakikatnya pengertian keduanya


26

sama sama merupakan sumber data, namun berbeda cara

memperolehnya.

a. Data primer

Data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, dan

observasi. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada

narasumber apoteker dan asisten apoteker Puskesmas Tegal

Selatan.

b. Data sekunder

Sumber data penelitian yang diperoleh melalui media

perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku,

catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara

umum (Sumanti, 2016).

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

wawancara dan observasi, pembahasan sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi adalah aktivitas mencatat suatu gejala atau

peristiwa dengan bantuan alat atau instrumen untuk merekam atau

mencatatnya guna tujuan ilmian atau tujuan lainnya (Notoadmodjo,

2012). Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk

melakukan pengamatan pada persyaratan gudang obat, sistem


27

penyimpanan obat, sistem pencatatan stok obat di Puskesmas Tegal

Selatan. Alat yang digunakan adalah check list observasi.

b) Wawancara

Wawancara adalah metode penelitian dengan

mengumpulkan data untuk mendapatkan hasil keterangan atau

informasi secara langsung dari sasaran penelitian (Responden)

(Notoadmodjo, 2012). Tujuan wawancara dalam penelitian ini

yaitu untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai sistem

penyimpanan obat di Puskesmas Tegal Selatan dari sumber yang

terpercaya, pengambilan data dengan menggunakan alat perekam

untuk wawancara dan kamera untuk pengambilan foto-foto

dokumentasi. Pada penelitian ini informasi yang diperoleh dari

hasil wawancara disampaikan oleh apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian pada Puskesmas Tegal Selatan. Alat yang digunakan

adalah pedoman wawancara

c) Studi Dokumentasi

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau

informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.


28

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan

meminta data-data dari pihak puskesmas. Misalnya kartu stok obat,

hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar

bersumber dari objek yang dijadikan sebagai tempat penelitian

yaitu di puskesmas tegal selatan. Teknik dokumentasipun

dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang

berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian

(Novitasari, 2016).

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

Data dianalisis menggunakan analisis univariat yaitu analisis yang

dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2010).

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan

gambaran penyimpanan obat pada puskesmas tegal selatan ditinjau dari

standar pelayanan kefarmasian.

Data check list diskoring dan dipresentasikan, kemudian disajikan

dalam bentuk tabel. Skor empirik (skor perolehan) dihitung berdasarkan

kriteria berikut:

Ya = Skor 1

Tidak = Skor 0

Persentase implementasi dihitung dengan rumus :

x100%

Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif, persentase penyimpanan obat

yang baik terbagi menjadi lima kriteria, yaitu:


29

Tabel 3.2 kriteria Penilaian Penyimpanan Obat


Skor Kriteria

81%-100% Sangat baik

61%-80% Baik

41%-60% Cukup baik

21%-40% Kurang baik

0%-20% Sangat kurang baik

(Husnawati,2016)

3.9 Etika Penelitian

Masalah etika menurut (Habibah, 2016) yang harus diperhatikan antara

lain:

a. Tanpa Nama (Anonimity)

Merupakan jaminan dalam menggunakan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

b. Kerahasiaan (Confidentialy)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada gudang obat di Puskesmas Tegal Selatan dengan

menggunakan metode observasi dan wawancara. Pengambilan data observasi

pada tanggal 2 November 2019, sedangkan wawancara dilakukan pada tanggal 6

November 2019 dengan informan yaitu seorang Apoteker Penanggung Jawab dan

seorang Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki masa kerja paling lama di

Puskesmas Tegal Selatan. Variabel penelitian meliputi persyaratan gudang obat,

sistem penyimpanan obat, dan pencatatan stok obat. Berdasarkan hasil penelitian

dapat dijelaskan sebagai berikut :

4.1 Persyaratan Gudang Obat

Tabel 4.1 Check List Persyaratan Gudang Obat di Puskesmas Tegal Selatan
No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan
1 Ada gudang penyimpanan obat √ Sesuai
2 Luas minimal 3x4m2 √ Sesuai
3 Ruang kering tidak lembab √ Sesuai
4 Ada ventilasi dan aliran udara √ Tidak Sesuai
5 Cahaya yang cukup √ Sesuai
6 Lantai dan keramik (tegel) atau √ Sesuai
semen
7 Dinding dibuat licin √ Tidak Sesuai
8 Kunci gudang dikuasai oleh √ Tidak Sesuai
apoteker penanggung jawab dan
pegawai lain yang dikuasakan

9 Ada pintu dilengkapi kunci √ Sesuai


ganda
10 Alat Pemadam Kebakaran √ Sesuai
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

30
31

Tabel 4.2 Persentase (%) Persyaratan Gudang Obat


No Aspek yang diobservasi Skor Skor Persentase
Empirik Ideal (%)
(n) (N) (DP)
1 Ada gudang penyimpanan obat 1 1 100
2 Luas minimal 3x4m2 1 1 100
3 Ruang kering tidak lembab 1 1 100
4 Ada ventilasi dan aliran udara 0 1 0
5 Cahaya yang cukup 1 1 100
6 Lantai dan keramik (tegel) atau 1 1 100
semen
7 Dinding dibuat licin 0 1 0
8 Kunci gudang dikuasai oleh 0 1 0
apoteker penanggung jawab dan
pegawai lain yang dikuasakan
9 Ada pintu dilengkapi kunci 1 1 100
ganda
10 Alat pemadam kebakaran. 1 1 100

Total 7 10 70
% = x 100%
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan check list observasi di

Puskesmas Tegal Selatan, dari sepuluh parameter penilaian persyaratan

gudang obat, terdapat tujuh parameter yang telah sesuai, meliputi adanya

gudang obat yang telah memenuhi standar yaitu 3x4 m2, ruangan yang kering

dan tidak lembab, cahaya yang cukup, lantai menggunakan keramik, ada

pintu dilengkapi kunci ganda dan adanya alat pemadam kebakaran. Gudang

obat memiliki ukurang 4x4 m2 sebenarnya telah memenuhi standar, namun

berdasarkan hasil wawancara dengan Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian Puskesmas Tegal Selatan, ukuran gudang dianggap kurang luas

mengingat banyaknya item obat yang tersedia cukup banyak sehingga dalam
32

penataan obatnya kurang leluasa. Berikut ini kutipan wawancara dengan

Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga Teknis Kefarmasian

“Ukuran gudang kecil, sedangkan jumlah obat terlalu banyak jadi kurang
leluasa” (APJ).

“Proses penyimpanan obat lancar, untuk kendalanya dari kondisi ruang


gudang yang kecil sedangkan jumlah obatnya banyak” (TTK).

Ruangan dilengkapi dengan AC sehingga tidak kering dan lembab. Berikut

ini kutipan wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga

Teknis Kefarmasian mengenai kondisi gudang obat Puskesmas Tegal Selatan.

“Ukuran gudang kecil, obatnya banyak” (APJ).

“Setiap hari dilakukan pengecekan suhu menggunakan thermometer, suhu


antara 20-25 derajat” (TTK).

Pencahayaan menggunakan lampu yang cukup terang, lantai menggunakan

keramik, adanya pintu yang dilengkapi kunci ganda untuk meminimalisir

terjadinya pencurian atau penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab,

gudang ini juga memiliki alat pemadam kebakaran (APAR) yang terletak

didaerah yang terjangkau.

Tiga parameter yang tidak sesuai dengan persyaratan gudang obat

meliputi tidak terdapat ventilasi dan aliran udara, dinding tidak dibuat licin,

kunci gudang tidak dikuasai oleh apoteker penanggung jawab dan pegawai

lain yang dikuasakan. Pada ruangan gudang obat tidak adanya ventilasi

membuat aliran udara terhambat, dinding tidak dibuat licin karena pada saat

dilakukannya pengamatan cat yang digunakan pada gudang ini tidak

menggunakan cat minyak. Penggunaan cat minyak bertujuan agar dinding

dapat menjadi licin dan tidak ada debu yang menempel pada dinding yang
33

menyebabkan terjadinya kontaminasi pada obat (Husnawati, 2016). Kunci

gudang obat, tidak dikuasai oleh apoteker penanggung jawab dan pegawai

lain yang dikuasakan, sehingga pada gudang obat setiap harinya tidak pernah

terkunci.

4.2 Sistem Penyimpanan Obat

Tabel 4.3 Check List Sistem Penyimpanan Obat di Puskesmas Tegal Selatan
No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan
1 Menerapkan sistem FIFO dan √ Sesuai
FEFO
2 Menurut bentuk sediaan √ Sesuai
alfabetis
3 Menggunakan almari, rak dan √ Sesuai
pallet
4 Menggunakan almari khusus √ Sesuai
untuk menyimpan sediaan
narkotik dan psikotropik
5 Menggunakan almari khusus √ Sesuai
untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan penyimpanan pada
suhu tertentu
6 Penyimpanan sediaan farmasi √ Sesuai
yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA, Look Alike
Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan untuk mencegah
terjadinya medication error
7 Dilengkapi kartu stok obat. √ Sesuai
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Tabel 4.4 Persentase (%) Sistem Penyimpanan Obat


No Aspek yang diobservasi Skor Skor Persentase
Empirik Ideal (%)
(n) (N) (DP)
1 Menerapkan sistem FIFO dan 1 1 100
FEFO
2 Menurut bentuk sediaan 1 1 100
alfabetis
3 Menggunakan almari, rak dan 1 1 100
pallet
4 Menggunakan almari khusus 1 1 100
untuk menyimpan sediaan
narkotik dan psikotropik
34

Lanjutan Tabel 4.4 Persentase (%) Sistem Penyimpanan Obat


No Aspek yang diobservasi Skor Skor Persentase
Empirik Ideal (%)
(n) (N) (DP)
5 Menggunakan almari khusus 1 1 100
untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan penyimpanan pada
suhu tertentu
6 Penyimpanan sediaan farmasi 1 1 100
yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA, Look Alike
Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan untuk mencegah
terjadinya medication error
7 Dilengkapi kartu stok obat. 1 1 100
Total 7 7 100
% = x 100%
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan check list observasi di

Puskesmas Tegal Selatan, terdapat tujuh parameter penyimpanan obat yang

seluruhnya telah sesuai, meliputi obat disimpan dengan sistem FIFO dan

FEFO, penyusunan menurut bentuk sediaan alfabetis, obat disusun

menggunakan almari rak dan pallet, menggunakan almari khusus untuk

menyimpan sediaan narkotik dan psikotropik, menggunakan almari khusus

untuk perbekalan farmasi yang memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu,

penyimpanan LASA tidak ditempatkan berdekatan, dilengkapi kartu stok

obat. Menurut hasil wawancara pengeluaran obat menggunakan semua

metode FIFO, FEFO, dan LIFO karena melihat dari kondisi obatnya

(fleksibel), berikut kutipan wawancara Apoteker penanngung Jawab dan

Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan.

“Semua metode digunakan (fleksibel), dilihat dari kondisi obatnya. Contoh


obat vaksin dilihat dilihat dari label indikatornya jika sudah mendekati hitam
35

maka segera dikeluarkan walaupun obat baru masuk atau kadaluarsa masih
lama” (APJ).

“Semua metode dilakukan tergantuk dari jenis obatnya” (TTK).

Penyusunan obat berdasarkan alfabetis, dan bentuk sediaannya, berikut

kutipan wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga Teknis

Kefarmasian Puskesmas Tegal Selatan.

“Iya, bentuk dan jenis obat disesuaikan dalam penyusunannya” (APJ).

“Iya, dari obat misalnya salep sendiri, tetes mata sendiri dan lainnya” (TTK).

Penyusunan juga berdasarkan kelas terapinya, berikut wawancara dengan

Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas

Tegal Selatan

“Iya, obat disusun dengan abjad dan kelas terapi” (APJ).

“Iya, berdasarkan kelas terapi, obat antibiotik sendiri, obat penenang sendiri
disusun berdasarkan abjad” (TTK).
Pada narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari kayu yang dilengkapi

dengan dua pintu dan kunci dari masing-masing pintunya, untuk pengeluaran

narkotik dan psikotropik disimpan resepnya dan dicatat dalam kartu stok,

berikut kutipan wawancara dari Apoteker Penanggung Jawab dengan Tenaga

Teknis Kefarmasian Puskesmas Tegal Selatan

“Pengeluaran obat narkotik dan psikotropik disimpan resepnya” (APJ).

“Penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dalam lemari khusus


menggunakan kayu, dilengkapi dengan dua pintu dan masing-masing
terkunci, setiap pengeluaran obat dicatat dalam kartu stok dan disimpan
resepnya” (TTK).
36

Pada obat dengan ketentuan penyimpanan dengan suhu tertentu misalnya

untuk penyimpanan obat dengan suhu dingin disimpan dalam kulkas

contohnya Antihemoroid, Oxytoxin, Methylergometrine Maleate dan lainnya,

dan untuk penyimpanan obat yang mudah menguap dipisahkan dengan obat

lainnya, berikut kutipan wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab dan

Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan

“Disimpan terpisah dari obat lainnya” (APJ).

“Dipisah tersendiri, misalnya alkohol, eter” (TTK).

Pada gudang obat penyimpanan obat LASA diletakkan tidak berdampingan

atau dengan rak yang berbeda, contoh obat dengan penamaan yang sama

Captopril 12,5mg dengan Captopril 25mg, contoh penyebutan yang sama

Asam mefenamat dengan Asam traneksamat, bentuk yang sama Calk dengan

Parasetamol,berikut kutipan wawancara Apoteker Penanggung Jawab dan

Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas Tegal Selatan

“Ada, obat LASA diberi penandaan pada kemasan berupa stiker “LASA”,
dan untuk penempatannya dalam rak yang berbeda” (APJ).

“Obat LASA ada, untuk penanganannya letak obatnya dipisah, untuk contoh
obat dengan penamaan yang sama Captopril 12,5mg dengan Captopril 25mg,
contoh penyebutan yang sama Asam mefenamat dengan Asam traneksamat,
bentuk yang sama Calk dengan Parasetamol” (TTK).

Setiap obat yang tersedia dilengkapi dengan kartu stok untuk mencatat keluar

masuknya obat digunakan untuk mencatat setiap masuk dan pengeluaran obat

dan dilakukannya pengecekkan mutu obat untuk memastikan mutu obat,


37

berikut kutipan wawancara dengan Apoteker Penanggung jawab dan Tenaga

Teknis Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan

“Iya, fleksibel dilakukan untuk waktu tidak pasti karena melihat dari kondisi
obat, jika ada obat rusak maka langsung dipisah” (APJ).
“Satu bulan sekali dilakukan stok opname, untuk pengecekan kadaluarsa pada
kemasan ditempelkan solasi berwarna untuk penandaan tahun kadaluarsa,
seperti warna merah tahun kadaluarsanya 2019, kuning 2020, hijau 2021, biru
2022, dan hitam 2023. Kerusakan fisik dapat dilihat secara kasat mata seperti
dus obat yang rusak” (TTK).

4.3 Sistem Pencatatan Stok Obat

Tabel 4.5 Check List Sistem Pencatatan Stok Obat di Puskesmas Tegal Selatan
No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan
1 Kartu stok digunakan untuk √ Sesuai
mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau
kadaluarsa)
2 Pencatatan dilakukan secara rutin √ Sesuai
dari hari ke hari
3 Kartu stok diletakan bersamaan √ Sesuai
atau berdekatan dengan obat
bersangkutan
4 Tiap lembar kartu stok hanya √ Sesuai
diperuntukkan untuk mencatat data
mutasi (1) satu jenis obat yang
berasal dari (1) sumber dana
5 Tiap baris dan hanya √ Sesuai
diperuntukkan untuk mencatat (1)
satu jenis mutasi obat
6 Tiap terjadi mutasi obat √ Sesuai
(penerimaan,pengeluaran,hilang,
rusak atau kadaluarsa) langsung
dicatat dalam kartu stok
7 Penerimaan dan pengeluaran √ Sesuai
dijumlahkan pada setiap akhir
bulan
8 Data pada kartu stok digunakan √ Sesuai
untuk menyusun laporan,
perencanaan, pengadaan, distribusi,
dan sebagai pembanding terhadap
keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
Sumber : Data primer yang diolah (2019)
38

Tabel 4.6 Persentase (%) Sistem Pencatatan Stok Obat

No Aspek yang diobservasi Skor Skor Persentase


Empirik Ideal (%)
(n) (N) (DP)
1 Kartu stok digunakan untuk 1 1 100
mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau
kadaluarsa)
2 Pencatatan dilakukan secara rutin 1 1 100
dari hari ke hari
3 Kartu stok diletakan bersamaan 1 1 100
atau berdekatan dengan obat
bersangkutan
4 Tiap lembar kartu stok hanya 1 1 100
diperuntukkan untuk mencatat data
mutasi (1) satu jenis obat yang
berasal dari (1) sumber dana
5 Tiap baris dan hanya 1 1 100
diperuntukkan untuk mencatat (1)
satu jenis mutasi obat
6 Tiap terjadi mutasi obat 1 1 100
(penerimaan,pengeluaran,hilang,
rusak atau kadaluarsa) langsung
dicatat dalam kartu stok
7 Penerimaan dan pengeluaran 1 1 100
dijumlahkan pada setiap akhir
bulan
8 Data pada kartu stok digunakan 1 1 100
untuk menyusun laporan,
perencanaan, pengadaan, distribusi,
dan sebagai pembanding terhadap
keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
Total 8 8 100
% = x 100%
Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan check list observasi di

Puskesmas Tegal Selatan, dari delapan parameter penilaian pencatatan stok

obat yang seluruhnya telah sesuai, meliputi kartu stok digunakan untuk

mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau

kadaluarsa). Pencatatan dilakukan secara rutin . Kartu stok diletakkan bersamaan


39

atau berdekatan dengan obat bersangkutan. Tiap lembar kartu stok hanya

diperuntukkan untuk mencatat data mutasi (1) satu jenis obat yang berasal

dari (1) sumber dana. Tiap baris hanya diperuntukkan untuk mencatat (1) satu

jenis mutasi obat. Tiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,

rusak atau kadaluarsa) langsung dicatat dalam kartu stok. Penerimaan dan

pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan. Data pada kartu stok

digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan, pengadaan, distribusi, dan

sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat

penyimpanannya. Pencatatan yang dilakukan rutin setiap harinya dan setelah

mencatat kartu stok diletakkan kembali ke tempat masing-masing obat,

berikut kutipan wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab dan Tenaga

Teknis Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan mengenai pencatatan obat

“Masuk dan keluarnya obat dicatat dalam kartu stok” (APJ).

“Ditulis dikartu stok dan buku permintaan obat yang keluar untuk KIA, UGD,
Puskesmas Pembantu, dengan menggunakan buku sendiri-sendiri” (TTK).

Pada masing-masing kartu stok hanya digunakan untuk mencatat data mutasi

satu jenis obat saja yang berasal dari satu sumber dan (BLUD dan APBD)

dan tiap baris data hanya untuk mencatat satu kejadian mutasi obat, apabila

terjadi mutasi obat maka harus langsung dicatat di dalam kartu stok.

Pencatatan dilakukan secara rutin setiap keluar masuknya obat. Data

penerimaan dan pengeluaran obat dijumlahkan setiap akhir bulan. Data

tersebut digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan anggaran obat,


40

pengadaan obat, distribusi obat dan sebagai pembanding terhadap keadaan

fisik obat dalam tempat penyimpanannya (Husnawati, 2016).


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa pada parameter persyaratan gudang obat sudah

memenuhi standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas dengan persentase

70% kategori baik, sedangkan parameter persyaratan penyimpanan obat

dengan persentase 100% kategori sangat baik, dan parameter persyaratan

pencatatan stok obat dengan persentase 100% kategori sangat baik.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan

kualitas obat dilihat dari sistem penyimpanannya

2. Ketepatan sistem penyimpanan obat dengan standar yang

ditetapkan agar lebih disesuaikan

3. Perlu adanya tindak lanjut untuk parameter yang tidak sesuai agar

dapat memenuhi standar

41
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N.H., Kartinah, N, Wijaya, C. 2016. Analisis Manajemen Penyimpanan


Obat di Puskesmas Se-Kota Banjarbaru. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi. Kalimantan Selatan: Universitas Lambung
Mangkurat.
Anwar, S. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Asyikin, H.A. 2018. Studi Implementasi Sistem Penyimpanan Obat Berdasarkan


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Sejati Farma Makassar.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar. Makassar: Poltekkes
Kemenkes Makassar.

Atijah, U., Wijaya, I.N., Soemiyati. 2011. Profil Penyimpanan Obat di Puskesmas
Wilayah Surabaya Timur dan Pusat. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol:5, hal.
213. Surabaya: Universitas Setia Budi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profile Kesehatan Indonesia


2008. Departemen Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Capaian Pembangunan
Kesehatan. Jakarta.
Donadear, A., Prawesti, A., Anna, A. 2012. Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan. Jawa
Barat: Universitas Padjadjaran.

Habibah, N., Kurniawan, D. 2016. Konsep Diri dan Kecenderungan Perilaku


Prososial Atas Kejadian Kecelakaan di Jalan Raya Pada Mahasiswa
UMSIDA. Jurnal Psikolog. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo.
Hiborang, S. 2016. Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Obat di Puskesmas Paniki
Bawah Kota Manado Tahun 2016. Jurnal. Manado: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Ratulangi Manado.
Husnawati, Lukman, A., Ardiansyah, I. 2016. Sistem Implementasi Sistem
Penyimpanan Obat di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kotamadya
Pekanbaru. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi. Riau: Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi
Julyanti, Citraningtyas, G., Sudewi, S. 2017. “Evaluasi Penyimpanan dan
Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Siloam Manado.”
Pharmacon jurnal Ilmiah Farmasi. Unsrat.. Manado: Universitas Sam
Ratulangi Manado.

42
43

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
Mamahit, Debby, I. T., Rumayar. A.A. 2017. Analisis Proses Penyimpanan Obat
di Puskesmas Pingkan Tenga Kecamatan Tenga. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Manado : Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mangkoan, Monalisa. 2016. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2014 Pada Puskesmas di Kota Yogyakarta. Skripsi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Muhlis, M., Andyani, R., Wulandari, T. 2019. Pengetahuan Apoteker tentang
Obat-Obat Look Alike Sound Alike dan Pengelolaannya di Apotek Kota
Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Yogyakarta : Univesitas
Ahmad Dahlan.
Notoatmodjo, S. 2010.Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Novitasari, A.L. 2016. Evaluasi Sistem Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien di
Instalasi Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Nurniati, L., Lestari, H., Lisnawaty, L. 2016. Studi Tentang Pengelolaan Obat di
Puskesmas Buranga Kabupaten Wakatobi tahun 2016. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Sulawesi Tenggara: Universitas Halu Oleo

Prihatiningsih, D. 2011. “Gambaran Sistem Penyimpanan Obat di Gudang


Farmasi Rumah Sakit Asri tahun 2011.” Fakultas Kesehatan Masyarakat
Manajemen Rumah Sakit. Depok: Universitas Indonesia
Rahma, F. 2016. Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas ‘X’ Berdasarkan
PERMENKES Nomor 74 Tahun 2016. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia Volume 6 Nomor 1. Surabaya: Perhimpunan Sarjana dan
Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (persakmi) Kota Surabaya.

Seno, Yonita. 2018. Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat. Karya Tulis Ilmiah Polkes
Kemenkes Kupang. Kupang: Polkes Kemenkes Kupang
44

Sheina, B. 2010. Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU


Muhammadiyah Yogyakarta Unit I. Jurnal KES MAS. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.
Sumanti. 2016. Metodologi Jenis Penelitian Ilmu Keprawatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Yunita, F., Imran, Mudatsir. 2016. Manajemen Pengelolaan Obat-Obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Banda Aceh Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi. Jurnal. Aceh: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
LAMPIRAN

45
46

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


47

Lampiran 2. Surat Keterangan Pemberian Izin dari Dinas Kesehatan


48

Lampiran 3. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian


49

Lampiran 4. Pedoman Wawancara dengan APJ


PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB GUDANG
OBAT

INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI


PUSKESMAS TEGAL SELATAN TAHUN 2019

Nama Informan : Irfan Ari Setiawan S. Si,Apt

Jabatan : Apoteker Penanggung Jawab

Daftar Pertanyaan :

1) Bagaimana pelaksanaan penyimpanan obat di Puskesmas


Tegal Selatan? Ada kendala apa dalam proses penyimpanan
obatnya?
Ukuran gudang kecil, sedangkan jumlah obat terlalu banyak
jadi kurang leluasa
2) Metode apa yang digunakan dalam penyimpanan obat?
Apakah metode FIFO, FEFO atau LIFO?
Semua metode digunakan (fleksibel), dilihat dari kondisi
obatnya. Contoh obat vaksin dilihat dilihat dari label
indikatornya jika sudah mendekati hitam maka segera
dikeluarkan walaupun obat baru masuk atau kadaluarsa
masih lama
3) Bagaimana proses penyimpanan obat Narkotik dan
Psikotropik?
Pengeluaran obat narkotik dan psikotropik disimpan
resepnya
4) Bagaimana penanganan bahan atau sediaan obat yang
memiliki sifat mudah menguap atau terbakar?
Disimpan terpisah dari obat lainnya
5) Bagaimana kondisi gudang obat di Puskesmas Tegal
Selatan menurut anda, apakah sudah memenuhi standar?
Seperti ukuran gudang, suhu, kelembaban dan lainnya?
Ukuran gudang kecil, obatnya banyak
6) Apakah penyusunan obat memperhatikan bentuk dan jenis
obat?
Iya, bentuk dan jenis obat disesuaikan dalam
penyusunannya
7) Apakah penyusunan obat berdasarkan alfabetis atau kelas
terapi?
50

Iya, obat disusun dengan abjad dan kelas terapi


8) Adakah obat LASA, bagaimana penanganannya?
Ada, obat LASA diberi penandaan pada kemasan berupa
stiker “LASA”, dan untuk penempatannya dalam rak yang
berbeda
9) Apakah dilakukan pengecekan mutu obat? Seperti
kadaluarsa, kerusakan fisik atau kimia?
Iya, fleksibel dilakukan untuk waktu tidak pasti karena
melihat dari kondisi obat, jika ada obat rusak maka
langsung dipisah
10) Bagaimana pencatatan obat yang masuk dan keluar?
Masuk dan keluarnya obat dicatat dalam kartu stok
51

Lampiran 5. Pedoman Wawancara dengan TTK


PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB GUDANG
OBAT
INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI
PUSKESMAS TEGAL SELATAN TAHUN 2019

Nama Informan : Ringgi Yuliani Astuti, Amd, Farm.

Jabatan : Tenaga Teknis Kefarmasian

Daftar Pertanyaan :

1) Bagaimana pelaksanaan penyimpanan obat di Puskesmas


Tegal Selatan? Ada kendala apa dalam proses penyimpanan
obatnya?
Proses penyimpanan obat lancar, untuk kendalanya dari
kondisi ruang gudang yang kecil sedangkan jumlah obatnya
banyak
2) Metode apa yang digunakan dalam penyimpanan obat?
Apakah metode FIFO, FEFO atau LIFO?
Semua metode dilakukan tergantuk dari jenis obatnya
3) Bagaimana proses penyimpanan obat Narkotik dan
Psikotropik?
Penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dalam lemari
khusus menggunakan kayu, dilengkapi dengan dua pintu
dan masing-masing terkunci, setiap pengeluaran obat
dicatat dalam kartu stok dan disimpan resepnya
4) Bagaimana penanganan bahan atau sediaan obat yang
memiliki sifat mudah menguap atau terbakar?
Dipisah tersendiri, misalnya alkohol, eter
5) Bagaimana kondisi gudang obat di Puskesmas Tegal
Selatan menurut anda, apakah sudah memenuhi standar?
Seperti ukuran gudang, suhu, kelembaban dan lainnya?
Setiap hari dilakukan pengecekan suhu menggunakan
thermometer, suhu antara 20-25 derajat
6) Apakah penyusunan obat memperhatikan bentuk dan jenis
obat?
Iya, dari obat misalnya salep sendiri, tetes mata sendiri dan
lainnya
7) Apakah penyusunan obat berdasarkan alfabetis atau kelas
terapi?
52

Iya, berdasarkan kelas terapi, obat antibiotik sendiri, obat


penenang sendiri disusun berdasarkan abjad
8) Adakah obat LASA, bagaimana penanganannya?
Obat LASA ada, untuk penanganannya letak obatnya
dipisah, untuk contoh obat dengan penamaan yang sama
Captopril 12,5mg dengan Captopril 25mg, contoh
penyebutan yang sama Asam mefenamat dengan Asam
traneksamat, bentuk yang sama Calk dengan Parasetamol.
9) Apakah dilakukan pengecekan mutu obat? Seperti
kadaluarsa, kerusakan fisik atau kimia?
Satu bulan sekali dilakukan stok opname, untuk
pengecekan kadaluarsa pada kemasan ditempelkan solasi
berwarna untuk penandaan tahun kadaluarsa, seperti warna
merah tahun kadaluarsanya 2019, kuning 2020, hijau 2021,
biru 2022, dan hitam 2023. Kerusakan fisik dapat dilihat
secara kasat mata seperti dus obat yang rusak.
10) Bagaimana pencatatan obat yang masuk dan keluar?
Ditulis dikartu stok dan buku permintaan obat yang keluar
untuk KIA, UGD, Puskesmas Pembantu, dengan
menggunakan buku sendiri-sendiri
53

Lampiran 6. Check List Observasi Persyaratan Gudang Obat di Puskesmas


Tegal Selatan

No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan


1 Ada gudang penyimpanan √ Sesuai
obat
2 Luas minimal 3x4m2 √ Sesuai
3 Ruang kering tidak lembab √ Sesuai
4 Ada ventilasi dan aliran udara √ Tidak Sesuai
5 Cahaya yang cukup √ Sesuai
6 Lantai dan keramik (tegel) √ Sesuai
atau semen
7 Dinding dibuat licin √ Tidak Sesuai
8 Kunci gudang dikuasai oleh √ Tidak Sesuai
apoteker penanggung jawab
dan pegawai lain yang
dikuasakan
9 Ada pintu dilengkapi kunci √ Sesuai
ganda
10 Alat pemadam kebakaran. √ Sesuai

Sumber: Data primer yang diolah (2019)


54

Lampiran 7. Check List Observasi Sistem Penyimpanan Obat di Puskesmas


Tegal Selatan

No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan


1 Menerapkan sistem FIFO dan √ Sesuai
FEFO
2 Menurut bentuk sediaan √ Sesuai
alfabetis
3 Menggunakan almari, rak dan √ Sesuai
pallet
4 Menggunakan almari khusus √ Sesuai
untuk menyimpan sediaan
narkotik dan psikotropik
5 Menggunakan almari khusus √ Sesuai
untuk perbekalan farmasi
yang memerlukan
penyimpanan pada suhu
tertentu
6 Penyimpanan sediaan farmasi √ Sesuai
yang penampilan dan
penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound
Alike) tidak ditempatkan
berdekatan untuk mencegah
terjadinya medication error
7 Dilengkapi kartu stok obat. √ Sesuai
Sumber: Data primer yang diolah (2019)
55

Lampiran 8. Check List Observasi Sistem Pencatatan Stok Obat di Puskesmas


Tegal Selatan

No Aspek yang diobservasi Ya Tidak Keterangan


1 Kartu stok digunakan untuk √ Sesuai
mencatat mutasi obat
(penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluarsa)
2 Pencatatan dilakukan secara √ Sesuai
rutin dari hari ke hari
3 Kartu stok diletakan bersamaan √ Sesuai
atau berdekatan dengan obat
bersangkutan
4 Tiap lembar kartu stok hanya √ Sesuai
diperuntukkan untuk mencatat
data mutasi (1) satu jenis obat
yang berasal dari (1) sumber
dana
5 Tiap baris dan hanya √ Sesuai
diperuntukkan untuk mencatat
(1) satu jenis mutasi obat
6 Tiap terjadi mutasi obat √ Sesuai
(penerimaan,pengeluaran,hilang,
rusak atau kadaluarsa) langsung
dicatat dalam kartu stok
7 Penerimaan dan pengeluaran √ Sesuai
dijumlahkan pada setiap akhir
bulan
8 Data pada kartu stok digunakan √ Sesuai
untuk menyusun laporan,
perencanaan, pengadaan,
distribusi, dan sebagai
pembanding terhadap keadaan
fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.
Sumber: Data primer yang diolah(2019)
56

Lampiran 9. Dokumentasi

No Gambar Keterangan

1 Puskesmas Tegal Selatan

2 Ruang Farmasi Puskesmas Tegal Selatan

3 Wawancara dengan Apoteker Penanggung


Jawab Puskesmas Tegal Selatan

4 Wawancara dengan Tenaga Teknis


Kefarmasian Puskesmas Tegal Selatan
57

Lampiran 9. Dokumentasi

No Gambar Keterangan

5 Gudang Obat Puskesmas Tegal Selatan

6 Lemari Narkotik dan Psikotropik

7 Penataan obat dalam rak, berdasarkan kelas


terapi dan alfabetis

8 Obat diberi tanda solasi berwarna untuk


pengingat kadaluarsa obat
58

Lampiran 9. Dokumentasi

No Gambar Keterangan

9 Penyimpanan obat dalam kulkas (disimpan


dalam suhu dingin)

10 Kartu stok obat

11 Lembar Pemakaian dan Lembar


Permintaan Obat (LPLPO)
59

CURRICULUM VITAE

Nama : Laelatul Badriyah


Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 29 Juni 1999
Alamat : Desa Kademangaran RT 04 RW 01
No.HP : 0896-5252-0346
Pendidikan
SD : MI NU O1 Kademangaran
SMP : SMP Negeri 03 Talang
SMA : SMK Farmasi Al-Ikhlash Kota Tegal
Perguruan Tinggi : DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Sistem Penyimpanan Obat Berdasarkan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tegal Selatan

Nama Orang Tua


Ayah : Mualimansur
Ibu : Rikhanah
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Buruh
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua
Ayah : Desa Kademangaran RT 04 RW 01
Ibu : Desa Kademangaran RT 04 RW 01

Anda mungkin juga menyukai