ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Axia Bogor. Laporan
PKPA ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
selama melaksanakan kegiatan PKPA ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing dari Universitas
Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis
selama penyusunan laporan ini.
3. Bapak Drs. Arel St.S.Iskandar, MM., M.Si., Apt., selaku pembimbing dari
Apotek Axia yang telah berbagi ilmu kepada penulis serta membimbing
penulis selama pelaksanaan PKPA di Apotek Axia Bogor dan selama
penyusunan laporan ini.
4. Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan, dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
5. Kedua orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini
tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa.
6. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah
terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan
ini.
vi Universitas Indonesia
Penulis
2015
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
ABSTRAK
ABSTRACT
1.2. Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Axia bertujuan agar
mahasiswa:
a. Mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
pengelolaan Apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Kepala Balai POM
selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan
setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan
menggunakan contoh formulir model APT-4.
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan SIA dengan
menggunakan contoh formulir model APT-5.
6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir
model APT-6.
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
8. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak sesuai
dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan
surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir
model APT-7.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan
obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas
obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan
label obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara
yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
c. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
e. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari
obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus,
pengukur suhu dan kartu suhu.
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan
yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan
mengelola hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran
dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi
informasi dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan Obat.
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional
Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
B. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
a) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
b) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a) Warna putih untuk obat dalam/oral;
b) Warna biru untuk obat luar dan suntik;
c) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang
salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
Resep);
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-
lain
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
satu jenis obat.
f) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
a) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
Anda menerima terapi obat tersebut?
c) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
d) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
e) Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
f) Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan
pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan
dalam konseling.
E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
Apoteker, meliputi :
a) Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
b) Identifikasi kepatuhan pasien
c) Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
d) Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f) Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat
oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
g) Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat
G. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan:
a) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
b) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
c) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1. Pendahuluan
Apotek Axia berdiri sejak Januari 2011 dengan nomor SIA :
592/503/Dinkes/Apt/XII/2010. Apotek ini dikelola oleh seorang Apoteker
Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA) yakni Drs.
Arel Sutan Sjahrir Iskandar, M.M., M.Si., Apt dengan nomor SIPA:
022/Dinkes/SIPA/XII/2010. Nama “Axia” berasal dari kata “AKSI” yang
merupakan singkatan dari Arisan Keluarga Sutan Iskandar, dimana arisan tersebut
dilaksanakan di rumah keluarga di Jalan R.E. Martadinata No.47A. Kata “Arisan”
diganti menjadi “Apotek” karena yang akan dibuka adalah sebuah Apotek.
Dengan demikian namanya menjadi Apotek Keluarga Sutan Iskandar.
Secara tata bahasa kata Axia berarti nenek moyang kupu-kupu. Pemilik
Apotek memiliki filosofi yaitu Apotek diibaratkan sebagai kepompong yang akan
bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah.
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
3.4.2. Penyimpanan
Apotek Axia menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO) dalam hal penyimpanan barang. Pada sistem FIFO,
barang yang dikeluarkan lebih dahulu ialah barang yang lebih dahulu masuk.
Adapun pada sistem FEFO, barang dengan tanggal kadaluarsa lebih cepat akan
dikeluarkan terlebih dahulu.
Obat bebas, obat bebas terbatas, fitofarmaka, obat herbal terstandar, jamu,
dan perbekalan kesehatan lainnya seperti kassa steril dan non steril, kapas,
masker, dan sebagainya diletakkan pada etalase bagian depan Apotek.
Penyusunannya dilakukan berdasarkan permainan warna dan sedemikian rupa
sehingga akan menarik perhatian pelanggan dan mempermudah dalam
pengambilan barang.
3.4.3. Pencatatan
Pencatatan obat dan perbekalan kesehatan lainnya di kartu stok dilakukan
setiap ada barang yang datang, barang terjual, dan kadaluarsa. Kartu stok Apotek
Axia berisi tanggal, jumlah barang masuk beserta sumbernya, jumlah barang
Universitas Indones/ia
keluar, saldo, dan keterangan. Kartu stok diletakkan tepat disamping dus obat
masing-masing didalam etalase obat. Hal tersebut ditujukan untuk memudahkan
pencatatan dan pengecekan kesesuaian catatan dengan kondisi yang ada terkait
obat dan perbekalan kesehatan didalam etalase. Contoh kartu stok Apotek Axia
dapat dilihat pada lampiran 14.
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
luar. Apotek memiliki fasilitas ruang tunggu yang nyaman, buku bacaan, serta
kamar mandi/WC yang selalu bersih. Fasilitas ini sangat mendukung pelanggan
untuk merasa nyaman ketika harus menunggu obat. Apotek Axia memiliki ruang
peracikan dilengkapi dengan meja racik, lemari pendingin beserta wastafel. Meja
ini digunakan apoteker untuk melakukan penyiapan dan peracikan obat. Lemari
pendingin digunakan untuk menyimpan obat yang memelukan kondisi
penyimpanan khusus. Obat-obatan yang ada di apotek tersusun di beberapa etalase
kaca. Hal ini bertujuan agar mudah terlihat oleh pelanggan serta memberikan
kesan akan ketersediaan obat yang ada di Apotek lengkap. Selain itu penataan
obat juga dibuat agar tidak ada celah kosong.
Apotek Axia dikelola sendiri oleh APA tanpa dibantu dengan tenaga
kefarmasian lainnya, Sehingga seluruh kegiatan apotek berada dibawah tanggung
jawab dan ditangani oleh APA itu sendiri. Jam operasional apotek dimulai pada
pukul 08.00-20.00. Karena letak bangunan Apotek yang menyatu dengan rumah,
hal ini tidak mempersulit APA dalam mengoperasikan apoteknya tanpa tenaga
kefarmasian lainnya.
Universitas Indonesia
memesan langsung kepada sales PBF yang berkunjung rutin ke Apotek Axia.
Obat-obat yang dipesan nantinya ditulis nama obat, jenis sediaan, ukuran dan
jumlah pada surat pesanan yang nantinya akan diserahkan menyusul ke PBF
bersamaan pada saat barang datang.
Pada umumnya obat yang telah dipesan akan datang paling lama satu hari
setelah dilakukan pemesanan. Pada saat penerimaan obat pesanan yang datang
dilakukan pengecekan berdasarkan data obat yang tercantum pada faktur
pembelian. Pengecekan tersebut diantaranya yaitu pengecekan antara barang yang
datang dengan yang tertulis di surat pesanan, pengecekan barang yang datang
dengan faktur pembeliannya terhadap merek, bentuk sediaan, ukuran, jumlah,
harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat
yang tertera di dalam faktur dan tanggal kadaluarsanya. Jika obat sudah sesuai,
faktur ditandatangani oleh APA. Salinan faktur disimpan oleh apoteker sebagai
bukti pembelian sedangkan faktur asli dibawa PBF untuk nantinya diserahkan
sebagai bukti pelunasan jika sudah dilakukan pelunasan. Obat kemudian akan
diberi harga serta dilakukan pencatatan di buku rincian pembelian dan kartu stok
meliputi jumlah perbekalan farmasi dan tanggal datang.
Pennyimpanan obat di Apotek Axia dibuat berdasarkan OTC, ethical,
psikotropika. Obat OTC disimpan pada etalase kaca didepan sehingga mudah
terlihat dan menarik pelanggan. Obat ethical tersimpan di etalase kaca namun sulit
terjangkau pandangan mata pelanggan. Sedangkan penyimpanan psikotropika di
Apotek Axia dilakukan secara khusus, yakni obat tersebut diletakkan di lemari
khusus terpisah dengan penyimpanan obat lainnya dan terletak di bagian dalam
tepatnya berada di dekat meja racik agar mudah diawasi serta terjamin
keamanannya, efek farmakologis dan bentuk sediaan.
Penataan obat dilakukan berdasarkan efek farmakologis denga tujuan agar
memudahkan Apoteker dalam memilihkan alternatif obat lain jika ketersediaan
obat yang diminta pasien tidak ada. Sedangkan penataan berdasar bentuk sediaan
bertujuan untuk memudahkan penyimpanan dan pengambilan saat dibutuhkan,
Pada setiap obat tersebut memiliki kartu stok yang tersimpan di dekat obat yang
tertulis. Kartu stok ini digunakan untuk memantau ketersediaan obat.
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
perbekalan farmasi lainnya, serta mengontrol ketersediaan barang agar bisa segera
dilakukan pemesanan.
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
saat pertama kali apotek melakukan kerja sama dengan PBF yang bersangkutan.
Pembelian dengan sistem kredit dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
pembelian bertahap dan pembelian sekaligus dalam jumlah besar.
Pembelian barang bertahap (membeli kebutuhan per minggu atau per 10
hari) akan memungkinkan kita efektif dalam mempergunakan dana, memberikan
jatuh tempo yang berbeda serta memungkinkan dana kita berputar. Dana yang
yang ada nantinya dapat digunakan untuk membeli barang dengan item yang
berbeda. Adapun kerugian yang diperoleh yaitu apabila terjadi permintaan barang
yang melonjak, akan menyebabkan kesulitan memenuhi permintaan tersebut pada
akhirnya terjadi kekurangan hingga kekosongan stok. Metode pembelian ini
sesuai untuk apotek yang memiliki dana terbatas
Pembelian barang sekaligus dalam jumlah banyak (kebutuhan per bulan)
dapat mengakibatkan dana yang ada tidak dapat berputar, karena terwujud dalam
bentuk barang. Namun keuntungannya akan mudah memenuhi jika terjadi
lonjakan permintaan barang. Pembeliaan ini sesuai untuk Apotek yang memiliki
dana besar.
Dalam melakukan pembelian, kita bisa menggolongkan perbekalan
farmasi menjadi perbekalan slow moving dan fast moving. Kategori ini yang nanti
akan membantu dalam menentukan prioritas pembelian barang yang tercantum
pada buku defekta. Kategori slow moving dan fast moving dapat didasarkan kapan
barang tersebut laku terjual. Untuk kategori slow moving, perbekalan sudah
dilakukan pelunasan pembayaran namun barang masih ada di Apotek dengan kata
lain belum laku terjual. Berbeda halnya dengan fast moving, pada saat jatuh tempo
pelunasan barang sudah laku terjual. Strategi untuk mengatasi kondisi seperti ini
adalah dengan mencermati jumlah barang yang dibeli pada saat pembelian
sehingga nantinya diharapkan barang termasuk dalam fast moving.
e. Stok Opname
Kegiatan dilakukan melalui pengecekan stok nyata yang ada dengan kartu
stok perbekalan farmasi. Apabila jumlah barang yang ada dengan jumlah barang
yang tertera pada kartu stok berbeda maka jumlah yang ada dikartu stok
disesuaikan dengan jumlah barang yang ada. Hal ini biasa terjadi, karena
terkadang Apoteker lupa mencatatkan kembali terhadap barang yang sudah
Universitas Indones/ia
terjual. Melalui kegiatan stok opname ini, kita dapat mengetahui kekosongan
barang yang ada untuk kemudian dicatatkan pada buku defekta agar bisa
dilakukan pemesanan segera. Selain itu kegiatan stok opname juga dapat
mengetahui barang yang sudah expired date.
f. Pengenalan Administrasi Apotek
Beberapa kelengkapan administrasi apotek yang dipelajari diantaranya
meliputi faktur pajak, faktur pembelian, kwitansi nota penjualan, buku defekta,
copy resep, etiket, surat pesanan. Kegiatan ini mengenalkan bagaimana bentuk,
syarat, fungsi dan cara penyimpanan masing-masing kelengkapan administrasi
apotek tersebut.
g. Pengelolaan Resep Narkotika
Obat narkotika diperoleh dari PBF Kimia Farma sebagai distributor
tunggal. Pemesanan dilakukan melalui surat pesanan narkotika, dimana satu jenis
obat untuk satu surat pesanan. Resep narkotika sendiri tidak boleh dilakukan iter.
Apabila resep baru diambil setengah, maka jika ingin setengahnya diambil
dilakukan pengambilan pada tempat yang sama seperti pengambilan sebelumnya.
Resep narkotika disimpan terpisah dari resep lainnya. Penggunaan Narkotika
dilakukan pelaporan paling lambat tanggal 10 tiap bulannya melalui online
SIPNAP.
h. Penentuan Harga Jual Apotek (HJA)
Ketika barang datang, setelah dilakukan pengecekkan antara barang datang
dengan surat pesanan dan barang datang dengan faktur pembelian, dilakukan
penghitungan harga jual. Penentuan harga jual di Apotek Axia :
HJA= (HNA + PPn 10%) x Faktor Penjualan
HNA : Harga Netto Apotek
10% : Besarnya Pajak
Faktor Penjualan : tergantung jenis barang OTC atau Ethical
Setelah dilakukan perhitungan harga dilakukan pelabelan harga pada masing-
masing perbekalan farmasi tersebut untuk kemudian diletakkan di masing-masing
lemari yang tersedia, sesuai bentuk sediaan. Dalam persaingan antar apotek tidak
diperbolehkan untuk melakukan persaingan harga melainkan persaingan yang
disarankan adalah bentuk pelayanan apotek yang diberikan. Selain itu pabrik juga
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
Universitas Indones/ia
5.1 Kesimpulan
a. Menjadi Apoteker sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang sekaligus juga
sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) selain memiliki kemampuan
teknis kefarmasian yang memadai (kompetensi sebagai Apoteker) juga harus
memahami kemampuan manajerial. Semua pekerjaan yang dilakukan di
Apotek, harus dikerjakan secara cermat dan terkendali. Kecermatan penting
karena berkaitan dengan kualitas pelayanan kepada pasien. Sedangkam
pengendalian dibutuhkan agar Apotek dapat berkembang.
b. Kegiatan Pelaksanaan PKPA di Apotek Axia Bogor yang meliputi diskusi
serta melakukan praktik kefarmasian di Apotek sudah berjalan cukup baik.
5.2 Saran
a. Perlu disiplin dalam penulisan stok barang di kartu stok, sehingga tidak
terjadi kekurangan obat atau kehilangan obat.
b. Pemasangan papan nama apotek (billboard) yang ada di depan gang pinggir
jalan utama sebaiknya menggunakan papan nama yang lebih besar dan
menggunakan neon agar lebih terlihat oleh masyarakat (eye catching)
terutama pada malam hari
c. Perlu ditingkatkan frekuensi praktik pelayanan kefarmasian yang langsung
berinteraksi pasien sehingga mahasiswa memiliki pengalaman yang cukup
dalam menghadapi pasien secara langsung.
44 Universitas Indonesia
45 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
46 Universitas Indonesia
Nomor : ……………………..,…………………..
Lampiran :
Perihal : Permohonan Izin Apotik Kepada Yth;
Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
..................................................................
di
________________________________
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotik dengan data-data
sebagai berikut :
1. Pemohon
Nama Pemohon :……………………………………….
Nomor Surat Izin Kerja /surat Penugasan :……………………………………….
Nomor Karu Tanda Penduduk :……………………………………….
Alamat dan Nomor Telepon :……………………………………….
Pekerjaan sekarang :……………………………………….
Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP) :……………………………………….
2. Apotik
Nama Apotik :……………………………………….
Alamat :………………………………………..
Nomor Telepon :………………………………………..
Kecamatan :………………………………………..
Propinsi :………………………………………..
3. Dengan menggunakan Sarana : Milik sendiri/milik pihak lain
Nama Pemilik Sarana :………………………………………..
Alamat :………………………………………..
NPWP :………………………………………..
Bersama Permohonan ini kami lampirkan :
1. Salinan / Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker
2. Salinan / Foto copy Kartu Tanda Penduduk
3. Salinan / Foto copy denah bangunan
Universitas Indonesia
4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/ sewa / konrak
5. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan SIK
6. Asli dan Salinan / foto copy daftar terperinci alat perlengkapan Apotik
7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotik bahwa tidak bekerja tetap pada
perusahaan Farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotik di Apotik Lain.
8. Asli dan salinan / Foto copy Surat Izin atasan bagi PNS, anggota ABRI dan Pegawai
Instansi Pemerintah lainnya.
9. Akte Perjanjian Kerja sama Apoteker Pengelola Apotik dengan Pemilik Sarana Apotik
10. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang
obat
Demikian permohonankami, atas perhatian dan persetujuannya kami sampaikan terima kasih
………………,…………………….
________________________
Universitas Indonesia
Nomor :……………………..,…………………..
Lampiran :
Perihal : Permohonan Izin Apotik Kepada Yth;
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
……………………………………
di .
_____________________________
_________________________
NIP...........................................
Tembusan Kepada Yth;
1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta
2. Arsip
Universitas Indonesia
1. Nama :……………………………………….
Pangkat :……………………………………….
Jabatan :……………………………………….
NIP :……………………………………….
2. Nama :……………………………………….
Pangkat :……………………………………….
Jabatan :……………………………………….
NIP :……………………………………….
Universitas Indonesia
HASIL PEMERIKSAAN
PENILAIAN
NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN
TMS MS
BANGUNAN
1.Sarana Apotek Sarana Apotek dapat
didirikan pada lokasi
yang sama dengan
kegiatan pelayanan
dan komoditi lainnya
diluar sediaan farmasi
2. Bangunan
Apotek sekurang-
kurangnya memiliki
ruangan khusus untuk:
a.Ruangan peracikan dan - ada sesuai
penyerahan resep kebutuhan
b. Ruangan Administrasi - ada sesuai
dan kamar kerja Apoteker kebutuhan
c. WC - ada sesuai
kebutuhan
2. Kelengkapan bangunan
calon Apotek:
a. Sumber air Harus memenuhi -Sumur/PAM/
persyaratan kesehatan Sumur
pompa,dll
b. Penerangan Harus cukup terang -PLN/Generator
sehingga dapat -Petromak,dll
menjamin
pelaksanaan tugas dan
fungsi Apotek
c. Alat pemadam Harus berfungsi .............buah
kebakaran dengan baik Dengan ukuran
sekurang-kurangnya ............Lb
dua buah ............Lb
d. Ventilasi dan Sanitasi Yang baik serta -
memenuhi Jendela......buah
Universitas Indonesia
persyaratan hygiene -
lainnya Ventilasi.....bua
h
-Saluran
pembuagan
limbah ada/tidak
-Bak-bak tempat
pembuangan
sampah
ada/tidak
PERLENGKAPAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sesuai kebutuhan
b.lemari dan rak untuk - ada dengan jumlah
menyimpan obat sesuai kebutuhan
c. lemari pendingin - ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
d. lemari untuk - ada dengan jumlah
penyimpanan narkotika sesuai kebutuhan
dan bahan berbahaya
lainnya
4. Alat administrasi
a. blangko pesanan obat -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
b.blangko kartu stok obat -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
c.blangko salinan resep -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
d.blangko faktur dan -ada dengan jumlah
blangko nota penjualan sesuai kebutuhan
e.buku pembelian -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
f.buku penerimaan -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
g.buku penjualan -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
h.buku pengiriman -ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
i.buku pembukuan -ada dengan jumlah
keuangan sesuai kebutuhan
j.buku pencatatan -ada dengan jumlah
Universitas Indonesia
TENAGA KESEHATAN
Demikianlah Berita acara kami baut sesungguhnya dengan pennuh tangung jawab Berita
acara dibuat dalam rangkap 3 tiga) dan dikirim kepada :
1. Kepada Dinas Kesehatan Propinsi
2. Pemohon rangkap satu
3. Satu rangkap Arsip
Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan .......................,..........................
Kota/ Kabupaten yang membuat berita acara ini,
......................................................... 1..................................................
NIP. NIP.
2..................................................
NIP.
Universitas Indonesia
Nomor :
……………………..,…………………..
Lampiran :
Perihal : Pernyatan siap melakukan Kepada Yth;
Kegiatan Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
………………………………………….
di .
________________________________
_________________________
SIK...........................................
Universitas Indonesia
MEMBACA
Surat Permohonan ............................tanggal..................., tentang permohonan untuk memperoleh
Izin Apotik.
MENIMBANG
Bahwa permohonan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan permohonan dapat
disetujui, oleh karena itu mengganggap perlu menetapkan dengan suatu Surat Keputusan.
Mengingat :
1. Undang-undang Obat Keras (St. 1937 No. 541);
2. Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No.
100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495);
3. Undang-undang No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Lembaran Negara Tahun 1997 No.
10, Tambahan Lembaran Negara No. 3671);
4. Undang-undang No.22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1997 No.
67, Tambahan Lembaran Negara No. 3698);
5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara No. 60
tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara No.378)
6. Undang-undang No.25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 72 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara No. 3848);
7. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran Negara RI No. 40 Tahun 1980, Tambahan
Lembaran Negara No. 3169);
8. Peraturan Pemerinath No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RI
No. 49 Tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara No. 3637);
9. Peraturan Pemerinath No.72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (Lembaran Negara RI No. 138 Tahun 1998, Tambahan Lembaran Negara No.
3781);
Universitas Indonesia
10. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Propinsi sebagi Daerah
Otonomi, (Lembaran Negara RI No. 54 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara No. 3952
Tahun 2000);
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik, jo Peraturan Menetri Kesehatan RI Nomor
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Pertama : Memberi Izin Apotik Kepada :
N a ma :.........................................................................
Alamat :.........................................................................
Surat Izin Kerja Nomor :..................................tgl....................................
N a ma Apotik :.........................................................................
Alamat Apotik :.........................................................................
Kecamatan :.........................................................................
Kota/Kabupaten :.........................................................................
Propinsi :.........................................................................
Dengan Menggunakan Sarana : Milik Sendiri/ milik orang lain
N a ma Pemilik sarana :.........................................................................
Akta Perjanjian Kerja Sama Nomor :.........................................................................
Tanggal :.........................................................................
Dibuat dihadapan Notaris :.........................................................................
Di :.........................................................................
Kedua : Surat Keputusan ini dicabut kembali apabila terjadi hal-hal dimaksud dalam Pasal 25 Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara
Pemberian Izin Apotik.
Ditetapkan di :....................................
Pada tanggal :
Universitas Indonesia
------------------------------------------------
Universitas Indonesia
Nomor :
……………………..,…………………..
Lampiran :
Perihal : Penundaan Izin Apotik Kepada Yth;
Apoteker.................................................
di .
________________________________
_________________________
NIP...........................................
Tembusan Kepada Yth;
1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta
2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi....
Universitas Indonesia
Nomor :……………………..,…………………..
Lampiran :
Perihal : Penolakan Izin Apotik Kepada Yth;
Apoteker Pengelola Apotik...................
di .
________________________________
_________________________
NIP...........................................
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Perdani Adnin Maiisyah, FF UI, 2015
67
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
BAB 4. PENUTUP.......................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 15
4.2 Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR ACUAN.......................................................................................... 16
ii
Laporan praktek…, Perdani Adnin Maiisyah, FF UI, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
2.2 Tujuan
1. Untuk memberikan gambaran rancangan pengelolaan keuangan apotek
baru
2. Untuk memperkirakan biaya terkecil yang diperlukan untuk pembukaan
apotek baru
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1 Metode Ratio antara Jumlah Penduduk dan Jumlah Apotek Pesaing
Metode ratio antara jumlah penduduk dan apotek akan memperkirakan
omzet yang akan didapat didasarkan pada kondisi lapangan dan nominal belanja
obat minimal per orang. Kondisi lapangan yang diperhatikan adalah jumlah
apotek pesaing serta jumlah penduduk sekitar apotek yang merupakan target
pasar. Nominal belanja obat minimal per orang dihitung berdasar nominal
minimal belanja penduduk akan obat-obatan, misalkan 5.000 rupiah.
a. Jumlah apotek dilingkungan Apotek yang akan didirikan: 1 apotek
b. Nilai belanja obat per/orang tiap bulannya, misalkan: Rp 5.000,00
c. Jumlah penduduk di lingkungan apotek (radius 2km): 16.000 jiwa
d. Jumlah belanja obat penduduk lingkungan apotek per bulan:
16.000 jiwa x Rp 5.000,00 = Rp 80.000.0000,00
e. Omzet minimal sebuah Apotek yang layak operasional dengan baik di
daerah tersebut, yaitu : Rp 40.000.000,00, maka dengan jumlah belanja
obat masyarakat tersebut yang sebesar Rp 80.000.000,-, peluangnya Rp
80.000.000: Rp 40.000.000 = 2 Apotek. Dengan demikian penambahan
satu Apotek di wilayah tersebut, tidak mengganggu pendapatan (omzet)
dari Apotek lainnya di wilayah tersebut.
Metode ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
metode ini adalah perkiraan omzet yang didapat didasarkan pertimbangan kondisi
lapangan yang sebenarnya, baik jumlah penduduk serta apotek pesaing. Karena
pertimbangan ini berdasarkan nilai angka, omzet yang diperkirakan melalui
metode ini memiliki kemungkinan sangat besar mendekati kondisi lapangan
sebenarnya. Kelemahan dari metode ini adalah hanya dapat memperkirakan omzet
saja. Sedangkan untuk menghitung perkiraan nilai pengeluaran rutin, laba bersih,
break event point, return on investment dan pay back period perlu dihitung
melalui metode lain yaitu metode studi kelayakan.
5 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Aktiva lancar
I. Dana cadangan Rp 3.000.000,00
II. Persediaan Awal
1 Obat bebas, bebas terbatas, suplemen, herbal Rp 35.000.000,00
2 Obat Keras (OWA) Rp 30.000.000,00
3 Obat Narkotika dan Psikotropika Rp 500.000,00
Alat Kesehatan + Cek Kolesterol, Asam Urat,
4 Gula Rp 1.000.000,00
Rp 69.500.000,00
Universitas Indonesia
4. Perkiraan Laba-rugi
Pemasukan Rp 604.800.000
Pajak 1 % x Omset (Pemasukan) Rp 6.048.000.-
Total Pemasukan/Pendapatan Rp 598.752.000
Total Pengeluaran Rp 565.920.000.-
Laba bersih Rp 32.832.000.-
Universitas Indonesia
Metode studi kelayakan ini memiliki kelemahan yaitu omzet perkiraan yang
ditentukan hanya melihat kondisi apotek pesaing tanpa mempertimbangkan
jumlah penduduk sekitar serta nominal minimal belanja obat penduduk sekitar
yang merupakan target pasar. Oleh karenanya dasar pertimbangan metode ini
kurang kuat. Namun kelebihan yang bisa diperoleh, metode ini dapat
memperkirakan nilai pengeluaran rutin hingga pay back period. break event point,
return on investment dan pay back period. Selain itu melalui metode studi
kelayakan dapat diperkirakan modal yang kita perlukan untuk mendirikan apotek
agar mendapatkan omzet yang diperkirakan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Metode kombinasi adalah metode rencana pengelolaan keuangan apotek
yang sederhana dan mendekati kondisi di lapangan sesungguhnya, yang
bisa digunakan apoteker dalam merencanakan pengelolaan keuangan
apotek baru.
2. Dengan modal investasi Rp 100.000.000,00 bisa diperoleh ROI > 12%
yaitu 14,862% dengan nilai BEP atau penjualan Rp 1.190.476/hari.
5.2 Saran
1. Nilai omzet yang diperkirakan bisa dicapai dengan apoteker yang
menjalankan fungsi sebagai profit oriented maupun patient oriented yang
salah satunya pendampingan swamedikasi.
15 Universitas Indonesia
Liza, S., 2001, Pengukuran Kinerja Apotik Koperasi Pegawai RSUP Dr. Hasan
16 Universitas Indonesia