Anda di halaman 1dari 9

RESUME TUGAS MATA KULIAH

STUDIUM GENERALE

Nama : Ria Irawan


NIM : 119220202
Kelas : RPWKA
Judul Seminar : Data Science Menuju Kota
Berketahanan “Tanpa Banjir”
Topik / Tema Yang Di Angkat : Teknik Analisis Spasial
Pemateri : Sariffudin
M. Lutfi Eko Nugroho, S.T., M.T.
Hari Dan Tanggal Release Seminar Online : Sabtu, 20 Februari 2021
Link Zoom : https://zoom.us/j/92032787535

Thumbnail/Poster Kegiatan Kuliah Umum Serta Bukti Keterkaitannya


RESUME

a. Aplikasi Data Science Dalam Pemodelan Spatial Ekonometrik Di Zona


Banjir (kasus : Kota Pekalongan)
Aplikasi data science dalam pemodelan spatial ekonometrik pada zona
banjir sampai saat ini masih dalam proses dan belum terselesaikan. Banjir
diartikan tidak hanya akibat dari suatu proses saja, tetapi sebagai suatu
penyebab yang dapat menimbulkan adanya suatu dampak terhadap pasar. Ada
dua acara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sebuah data, yaitu dengan
cara Web Scrapping data menggunakan Rvest dan Rstudio serta data
Crawling Google Cloud Platform. Cara tersebut dapat digunakan terutama
dalam proses perencanaan baik dalam proses ruang maupun proses tata ruang
untuk penyusunan RTRW.
Data science merupakan proses pengambilan data yang kemudian data
tersebut akan distrukturkan supaya menjadi terstruktur sehingga dapat
dilakukan identifikasi terhadap suatu pola serta mengekstrak informasi yang
tersedia. Proses yang sulit dalam data tersebut adalah bukan bagaimana cara
mendapatkan data-data keliling atau data cleansing (data manupulasi), namun
bagaimana merubahnya agar sesuai dengan program atau software yang
digunakan.
Saat ini yang paling terpopular di dunia adalah tidak menggunakan
paytren, karena paytren sendiri lebih terfokus terhadap data murni dan tidak
mengembangkan language profilnya terhadap statistic. Sedangkan yang
dibutuhkan selain data sains adalah fungsi statistic itu sendiri. Dalam webinar
kali ini dijelaskan bahwa peneliti lebih memilih menggunakan skala kecil
misal data 500-1000 atau lebih dari 1000 yang nantinya akan diolah
menggunakan excel. Namun bisa juga menggabungkan menjadi satu untuk
membuat suatu rencana tata ruang berbasis aerobik.
b. Proses Dalam Data Sains
Dalam data sains, terdapat 7 proses yang dapat dilakukan, namun pada
webinar kali ini baru mencapai proses ke empat yaitu menentukan rancangan
riset dengan mengambil data cleansing atau data tersulit. Jika dalam
pengambilan data ini terdapat angka yang dianggap sebagai teks atau string,
maka kemungkinan data tersebut tidak dapat diolah sama sekali. Sehingga
perlu adanya kerja keras dalam room data. Apabila data sudah didapatkan
maka akan dilakukan analisa untuk membuat satu data exploration meskipun
sudah terdapat visualisasi.
Pada proses pengambilan data sains ini dapat dilakukan skrinning
website menggunakan software yang dilengkapi dengan fitur art untuk
mengestimasi pengaruh dari urban yang mengakibatkan infrastruktur
perkotaan serta banjir terhadap harga rumah yang dapat dilihat pada halaman
website olx atau lamudi. Website ini tidak hanya menyediakan alamat saja,
namun juga menyediakan peta. Dalam webinar ini juga dijelaskan bahwa
sudah terdapat 8000 data yang diperoleh dari website lamudi yang akan
digunakan untuk memfasilitasi data seperti data infrastruktur terutama data
point fasilitas yang dapat diambil dari google. Dalam google tersebut telah
disiapkan beberapa titik koordinat bahkan foto-foto dan hasil review
masyarakat.
Umumnya seluruh data yang dimiliki akan dimasukkan ke dalam
google suoaya dapat diakses secara gratis untuk 1000 query pertama dalam
setiap harinya. Misal apabila dalam satu hari seseorang melakukan
pengambilan data atau query dan ternyata setelah dihitung totalnya berjumlah
seribu, namun karena orang tersebut mengambil dari google maka itu dapat
dihitung secara gratis. Pengambilan data tersebut digunakan untuk
meningkatkan fasilitas pada rencana tata ruang untuk studio. Contoh lainnya
dapat dilihat pada google maps dimana terdapat sekolah, rumah sakit, dan
lainnya yang dapat dilihat nama dan jam operasionalnya serta jumlah
reviewnya.
Dalam menghadapi bencana banjir biasanya digunakan teori tektonik
dimana dalam teori ini dijelaskan bahwa setiap ukuran rumah dimana pun
berada tentunya memiliki harga yang sama. Misal di Kota Semarang dengan
Kota Pekalongan yang sama-sama memiliki ukuran 45 m2 dengan harga yang
sama. Menurut teori ini, hal tersebut dapat dikatakan sama, namun pada
kenyataan berbeda karena adanya perbedaan antara ruan dan wadah sehingga
menimbulkan harga yang berbeda pula.

c. Banjir Di Semarang Kota Berketahanan


Dahulu sebagian besar wilayah Kota Semarang merupakan wilayah
dengan keberadaan muara di sekelilingnya. Perairan di Kota Semarang
terbentuk karena adanya endapan alluvial muda yang masih secara alami dan
sering terjadi proses pemadatan dimana ketika tanahnya semakin solid dan
kemudian turun menjadi permukaan tanah, sehingga menimbulkan
permasalahan terhadap Pantai Utara Jawa dan seluruhnya. Hal ini dapat dilihat
pada peta ahli geologi Belanda pada tahun 1941 bahwa garis pantai Pulau
Utara Jawa seluruhnya terbentuk dari endapan-endapan alluvial mulai dari
Semarang, Pekalongan hingga Jakarta.
Pada tahun 1917, pusat pelabuhan yang ada di Kota Semarang berada
di Jepara dan kemudian dipindahkan karena adanya kaitan dengan kerajaan
Mataram dimana terdapat rute terpendek yang menuju Kerajaan Mataram. Hal
ini justru tidak memberikan dampak negatif, akan tetapi membuat kota
tersebut tumbuh semakin pesat. Pada zaman kemerdekaan, Kota Semarang
tumbuh mengikuti pola transportasi utama mulai dari Barat ke Timur dan
Utara ke Selatan.
Namun karena kondisi di Kota Semarang yang terbentuk dari tanah
yang masih sangat muda dan dinamika pantai yang cukup dinamis, maka akan
menimbulkan resiko seperti rawan terhadap banir dan penurunan tanah karena
adanya endapan alluvial. Selain itu, kawasan Semarang atas juga sangat rawan
terhadap pergerakan tanah yang sangat melimpah dikarenakan air pada musim
penghujan. Pada musim kemarau juga terdapat beberapa daerah yang tidak
memiliki suplai air yang cukup.
Dengan adanya pertumbuhan kota yang semakin meningkat, maka
akan menimbulkan berbagai resiko atau bencana yang alami. Berdasarkan hal
tersebut, maka terdapat dua pilihan yaitu antara pengurangan resiko atau
peningkatan kapasitas supaya kota tersebut dapat pulih degan cepat sebelum
terjadinya bencana. Kota Semarang memiliki 19 sungai atau saluran drainase
mualia dari bagian sistem hingga subsistem merah ke-19. Pada sistem timur
sendiri saat ini sedang dalam penanganan tetapi masih belum terselesaikan
dan sudah diberikan pompa pool namun belum total karena pada saat
dilakukan pemompaan, airnya masih kembali ke wilayah daratan.
IMPLEMENTASI
JAKARTA SEBAGAI KOTA BERKETAHANAN

Penduduk dunia diperkirakan mencapai 9,5 miliar jiwa pada tahun


2050 dan sekitar 75% diantaranya tinggal di daerah perkotaan. Meningkatnya
jumlah penduduk dapat menciptakan adanya kebutuhan terhadap sumber daya
alam yang berpotensi mengakibatkan gagalnya sistem dari fungsi kota.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan adanya fenomena perubahan iklim
yang dapat meningkatkan kejadian bencana, berpotensi memperburuk
tekanan, dan menciptakan guncangan baru pada wilayah perkotaan. Oleh
sebab itu, kota harus mampu melakukan tindakan mitigasi dan adaptasi dalam
menghadapi perubahan agar dapat terus bertahan di masa depan.
Kota berketahanan adalah kota dengan kapasitas individu, masyarakat,
institusi, bisnis, dan sistem dari sebuah kota bertahan, beradaptasi, dan
tumbuh terhadap tekanan yang terus menerus dan guncangan besar yang
dihadapi. Salah kota di Indonesia yang menjadi kota berketahanan adalah
Jakarta. Jakarta merupakan salah satu kota metropolitan yang rentan terhadap
bencana dan dampak perubahan iklim. Hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya kejadian bencana dan tingginya tingkat kerentanan terhadap
dampak perubahan iklim di Jakarta.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi di Jakarta adalah banjir.
Permasalahan banjir di Jakarta selalu menjadi isu nasional yang sangat buruk
dalam rangka pengendalian banjir karena Jakarta merupakan ibukota negara
sehingga menjadi perhatian publik. Banjir di Jakarta bukanlah fenomena yang
baru terjadi, tetapi sudah menjadi agenda tahunan di setiap musim hujan
datang. Secara historis, banjir sudah terjadi sejak masa kolonial dalam
pemerintahan JP Coen yang masih bernama Batavia. Sejarah menunjukkan
bahwa beberapa kali banjir yang melanda kota lama Batavia karena kondisi
geomorfologi Jakarta yang sama rata dengan permukaan air laut. Selain
ancaman banjir, wilayah Jakarta juga menghadapi penurunan muka air tanah
yang akan mengancam ketersediaan air baku untuk suplai air bersih.
Dalam kegiatan Lokarya yang diselenggarakan Pemprov DKI Jakarta
yang bekerja sama dengan University Of Braunschweig (TUBS), dilakukan
dalam mengoptimalkan berbagai program dan kegiatan terkait mitigasi dan
pengendalian dampak banjir di Jakarta. Adapun beberapa poin penting
dibahas antara lain pengendalian banjir perlu dilaksanakan dari hulu hingga ke
hilir secara menyeluruh. Selain itu, diperlukan adanya sistem Flood Early
WARNING System (FEWS) untuk meminimalkan dampak banjir. FEWS ini
perlu memiliki sistem yang terintegrasi yang terdiri dari penyediaan datam
pengelolaan database, pelaksanaan prediksi/forecast dan analisis banjir,
pencitraan prediksi banjir melalui pemodelan banjir, pelaksanaan FEWS dan
pengambilan keputusan serta penyebarluasan informasi. Agar memiliki FEWS
yang optimal, maka diperlukan data yang berkualitas, akurat, dan transparan.
Upaya Pemprov Jakarta dalam mitigasi dan pengendalian dampak
banjir terfokus pada penyediaan polder, pompa, dan integrasi sistem
monitoring jumlah debit dan ketinggian air dari hulu ke hilir. Selain itu,
pentingnya aspek Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam mitigasi dan
pengendalian dampak banjir yang terfokus pada optimalisasi pengawasan
hulu-hilir, optimalisasi Kanal Banjir Barat dan/atau Timur (KBB dan KBT)
serta bantuan tenaga dan pompa dalam situasi banjir.
KESIMPULAN

Dalam webinar “Data Science Menuju Kota Berketahanan Tanpa


Banjir” dapat disimpulkan bahwa data science merupakan proses pengambilan
data yang kemudian data tersebut akan distrukturkan supaya menjadi
terstruktur sehingga dapat dilakukan identifikasi terhadap suatu pola serta
mengekstrak informasi yang tersedia. Proses yang sulit dalam data tersebut
adalah bukan bagaimana cara mendapatkan data-data keliling atau data
cleansing (data manupulasi), namun bagaimana merubahnya agar sesuai
dengan program atau software yang digunakan.
Dalam data sains, terdapat 7 proses yang dapat dilakukan, namun pada
webinar kali ini baru mencapai proses ke empat yaitu menentukan rancangan
riset dengan mengambil data cleansing atau data tersulit. Pada proses
pengambilan data sains ini dapat dilakukan skrinning website menggunakan
software yang dilengkapi dengan fitur art untuk mengestimasi pengaruh dari
urban yang mengakibatkan infrastruktur perkotaan serta banjir terhadap harga
rumah. Dalam menghadapi bencana banjir biasanya digunakan teori tektonik
dimana dalam teori ini dijelaskan bahwa setiap ukuran rumah dimana pun
berada tentunya memiliki harga yang sama.
Kota berketahanan adalah kota dengan kapasitas individu, masyarakat,
institusi, bisnis, dan sistem dari sebuah kota bertahan, beradaptasi, dan
tumbuh terhadap tekanan yang terus menerus dan guncangan besar yang
dihadapi. Salah kota di Indonesia yang menjadi kota berketahanan adalah
Jakarta. Jakarta merupakan salah satu kota metropolitan yang rentan terhadap
bencana dan dampak perubahan iklim. Hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya kejadian bencana dan tingginya tingkat kerentanan terhadap
dampak perubahan iklim di Jakarta.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi di Jakarta adalah banjir.
Banjir di Jakarta bukanlah fenomena yang baru terjadi, tetapi sudah menjadi
agenda tahunan di setiap musim hujan datang. Berbagai upaya telah dilakukan
Pemprov DKI Jakarta dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana
banjir. Dalam kegiatan Lokarya yang diselenggarakan Pemprov DKI Jakarta
dibahas mengenai upaya dalam mitigasi dan pengendalian dampak banjir
dimana perlu dilaksanakan dari hulu hingga ke hilir secara menyeluruh serta
perlu adanya sistem Flood Early Warning System (FEWS) untuk
meminimalkan danpak banjir.

Anda mungkin juga menyukai