Musim semi merupakan musim yang terbaik sepanjang tahun menurut kebanyakan orang. Hari-hari yang hangat
dengan matahari yang bersinar cerah; bumi yang dipenuhi dengan kehidupan baru. Bunga-bunga, pohon-pohon,
bayi-bayi hewan: semuanya seolah bersukacita mengumumkan bahwa musim dingin yang yang panjang telah
selesai.
Tidak ada adat musim semi lain yang begitu pas membungkus perayaan hidup baru seperti Paskah. Mulai dari bayi
hewan, sampai kepada telur Paskah dan perburuan telur Paskah, lalu ibadah saat matahari terbit di hari Minggu dan
masih banyak lagi. Paskah merupakan tradisi yang disukai banyak orang.
Minggu Paskah merupakan fokus dari tahun liturgis umat Katolik dimana kebangkitan Yesus dirayakan.
Paskah bukan sekedar salah satu perayaan di antara perayaan lain, namun ia merupakan “Perayaan atas segala
perayaan,” “Kekhidmatan atas segala kekhidmatan,” sama seperti Ekaristi yang merupakan “Sakramen atas segala
sakramen” (Sakramen Agung). St Athanasius menyebut Paskah sebagai “Hari Minggu Agung” dan gereja-gereja
Timur menyebut Minggu Kudus sebagai “Minggu Agung.” Misteri kebangkitan, di mana Kristus mati…. (Catechism of
the Catholic Church, Part 2, Sec. 1, Chapter 2, Article 1, #1169.)
Perayaan Paskah tidaklah menghormati kematian dan kebangkitan Sang Penebus. Keterlibatan dalam praktik
kekafiran menghormati Setan. Tidak peduli walaupun namanya telah diganti dengan nama Kristen, namun itu tidak
dapat memurnikan Paskah dari asal mulanya yang kafir.
Seiring bergantinya tahun dan meninggalnya para Kristen mula-mula, kekafiran mulai mencemari iman yang dulunya
murni itu. Gereja di Roma, rakus akan kekuasaan yang lebih besar, mencari cara untuk memperluas pengaruhnya.
Festival Yahudi sebenarnya yang disebut-sebut sebagai Paskah modern ini adalah Passover (Dalam Alkitab bhs
Indonesia:Paskah). Seluruh umat Kristen mula-mula merayakan perayaan ini seperti yang tertulis di salam Imamat
23. Orang-orang Kristen yang sudah tercemar dengan kekafiran masih ingin merayakan Paskah selagi orang-orang
Kristen yang murni masih tetap bertahan pada iman yang murni, memperingati Passover.
Sebenarnya, Paskah (Easter) tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kritus. Kita
juga tahu bahwa Paskah bisa saja jatuh 3 minggu sebelum atau sesudah Passover,paskah yang sejati, karena hari
raya kafir selalu diperingati pada Hari Minggu pertama setelah bulan purnama yang pertama sesudah musim semi
equinox. Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa kata ‘Easter’ terdapat di dalam Alkitab versi King James
(KJV). Hal ini disebabkan karena di buku Kisah Para Rasul, pasal 12, mengatakan pada kita bahwa Raja Herodes
yang jahatlah yang berencana untuk memperingati paskah (easter) bukan orang Kristen.
Kebenarannya adalah, Paskah merupakan tipuan. Ini bukanlah hari di mana Kristus bangkit dari kubur. Paskah
merupakan hari raya kafir yang merayakan kesuburan. Itu dipakai untuk menggantikan Passover (Hari Paskah yang
sejati) milik Allah.
Sekarang, di generasi terakhir ini, kebenaran haruslah dipulihkan. Semua yang ingin mengungkapkan rasa terima
kasih atas kematian Penebus mereka tidak akan mau terlibat dalam perayaan apapun yang berasal dari kekafiran.
Segala bentuk perayaan yang kafir memberi penghormatan kepada Setan, yang telah mengibarkan bendera perang
kepada Surga.
Hari ini, Anda bisa memilih kepada siapakah Anda akan memberikan hormat dan menyembah: Sang Penebus atau
musuhNya, Setan.