Ingrit Lumban Batu - 1813031006 - Laporan 11
Ingrit Lumban Batu - 1813031006 - Laporan 11
OLEH:
KELAS: VIA
JURUSAN KIMIA
2021
I. Judul Praktikum
Sintesis Zat Warna: Benzena Aso-β-Naftol
II. Tujuan
Untuk menentukan zat warna dari benzena aso-β-naftol dan menghitung rendemennya
Prinsip reaksi coupling adalah reaksi substitusi elektrofilik pada inti aromatis. Garam
diazonium yang bertindak menjadi elektrofil (elektrofil lemah). Struktur resonansi ion
diazonium menunjukan bahwa kedua atom nitrogen mengandung muatan positif parsial,
sehingga harus teraktivasi oleh gugus OH dan NH 2 . Reaksi ini tidak menggunakan asam kuat
karena anionnya akan terhidrolisis menjadi bahan asalnya bila diberi penambahan asam.
Reaksi ini menghasilkan gugus azo (-N=N-), biasa di gunakan sebagai zat warna.
Reaksi ion diazonium bertindak sebagai elektrofil. Struktur resonansi ion diazonium
menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban muatan positif parsial. Nitrogen terminal
menyerang posisi orto atau para dari cincin benzene teraktifkan (cincin yang disubstitusi
dengan suatu gugus pelepas elektron seperi NH 2 atau OH). Garam diazonium klorida bereaksi
dengan 2-naftol pada suasana basa, dimana 2-naftol akan melepaskan H + sehingga terbentuk
ion fenoksida yang reaktif. Ion fenoksida dari 2-naftol menyerang garam diazonium melalui
reaksi kopling sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Produk kopling
mengandung gugus azo (-N=N-) dan biasanya dirujuk sebagai senyawa azo.
Amina aromatik primer bereaksi dengan asam nitrit mendapatkan garam arendiazonium.
Salah satu contoh senyawa amina aromatik primer adalah anilin. Anilin merupakan bahan
dasar pembuatan zat-zat warna diazo. Garam diazo dapat dibentuk melalui bantuan asam nitrit
dan asam klorida. Garam diazonium diubah menjadi berbagai zat warna.
-
+ NCl
NH2 NH 2HCl N
+ H2 O
Prinsip rekristalisasi adalah pemurnian padatan organik dari zat pengotor melalui beberapa
tahap yaitu melarutkan padatan organik dengan pelarut yang sesuai dalam keadaan panas
kemudian disaring dan didinginkan kembali sehingga dapat terbentuk kristal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kristal pada saat rekristalisasi adalah suhu dan bibit kristal.
Faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi adalah pemilihan zat pelarut. Pelarut yang baik,
sebaiknya memiliki gradien temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya, titik didih pelarut
dibawah titik lebur senyawa yang akan dikristalkan bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap
senyawa yang akan dikristalkan
3 Termometer 1 buah
7 Spatula 1 buah
8 Kaca arloji 1 buah
1 Anilin 2,5 mL
4 Es batu Secukupnya
7 NaOH 10% 25 mL
8 Alkohol Secukupnya
1 Ke dalam gelas kimia 100 mL dimasukkan Terbentuk larutan garam anilin klorida
2,5 mL anilin (2,60 g, 0,027 mol); 8,0 mL yang berwarna orange kecoklatan.
HCl pekat, kemudian diencerkan dengan 20
mL air.
2 Dinginkan gelas kimia dalam penangas es Gelas kimia didinginkan di dalam
sampai temperatur turun hingga di bawah penangas es sampai temperatur turun
5o C. hingga di bawah 5o C.
3 Dalam gelas kimia lainnya, larutkan 2 gram Terbentuk larutan natriun nitrit
natrium nitrit dalam 10 mL air dan dinginkan
larutan ini juga dalam penangas es.
4 Kemudian, tuangkan larutan natrium nitrit • Larutan natrium nitrit sedikit demi
tersebut sedikit demi sedikit ke dalam gelas sedikit dituangkan ke dalam gelas
kimia pertama dalam selang waktu tertentu kimia pertama dalam selang waktu
sambil diaduk secara terus-menerus, dan tertentu sambil diaduk secara terus-
pertahankan agar suhu tetap ada di bawah menerus
5o C. • Terbentuk garam diazonium klorida
5 Setelah semua larutan natrium nitrit Kertas amilum-iodin berubah menjadi biru
ditambahkan, uji kemungkinan kelebihan dalam asam nitrit bebas
natrium nitrit tersebut dengan meneteskan
campuran reaksi pada kertas amilum-iodin
yang akan berubah menjadi biru dalam asam
nitrit bebas
6 Ke dalam 100 mL gelas kimia lainnya, Warna larutan dalam gelas kimia berubah
larutkan 3,9 gram -naftol (0,027 mol) dalam dari coklat kehitaman pekat menjadi
o
25 mL larutan natrium hidroksida 10 % dan sedikit bening setelah temperaturnya 4 C.
dinginkan dalam penangas es. Tambahkan
juga beberapa butir es ke dalamnya.
7 Kemudian, tuangkan larutan garam Warna larutan -naftol yang awalnya
diazonium dingin ke dalam larutan -naftol berwarna coklat kehitaman berubah
secara perlahan-lahan sambil diaduk. Amati menjadi berwarna merah dan semakin
apa yang terjadi. mengental seiring ditambahkannya larutan
garam diazonium.
9 Cuci kristal yang terbentuk dengan air, Didapatkan massa kristal benzena azo--
kemudian keringkan dalam oven 100o C. naftol sebanyak 6,69 gram.
Timbang massa kristal yang dihasilkan.
10 Ambil sedikit kristal benzena azo--naftol Kristal benzena azo--naftol yang belum
yang belum murni untuk direkristalisasi murni direkristalisasi dalam asam asetat
dalam asam asetat atau alkohol. atau alkohol.
11 Tentukan titik leleh kristal benzena azo-- Didapatkan titik leleh kristal benzena azo-
naftol yang telah dimurnikan -naftol sebesar 130o C.
% rendemen= 99,78%
• Perhitungan persentase kesalahan relatif
massa secara teoritis−massa yang diperoleh
% kesalahan = × 100%
massa secara teoritis
6,7089 gram −6,69 gram
% kesalahan = × 100%
6,7089 gram
% kesalahan = 0,22%
• Perhitungan persentase kesalahan titik leleh benzena azo--naftol
% kesalahan = 0,76%
VII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan sintesis zat warna berupa senyawa organik benzena azo--
naftol dengan prinsip reaksi diazotisasi dan coupling melalui reaksi substitusi elektrofilik
sederhana.
Langkah pertama disiapkan gelas kimia 100 mL dan penangas es, kemudian dicampurkan
anilin sebanyak 2,5 mL dan HCl pekat sebanyak 8,0 mL, lalu diencerkan dengan menggunakan
20 mL aquades. Pencampuran ini menghasilkan larutan garam anilin klorida yang berwarna
orange kecoklatan. Suhu campuran tersebut dijaga agar tetap di bawah 5 o C, hal ini dikarenakan
apabila reaksi berlangsung pada suhu kamar maka produknya akan rusak oleh panas. Reaksi
antara anilin dan HCl menghasilkan anilin klorida dan gas H 2 yang merupakan reaksi yang
sangat eksoterm sehingga jika panas yang dihasilkan tidak dinetralisir oleh hawa dingin dari
es batu, maka anilin klorida akan rusak. Anilin klorida merupakan senyawa yang mudah rusak
oleh panas sedangkan reaksi antara anilin dan HCl menghasilkan anilin klorida dan gas H 2
mampu melepaskan kalor yang dapat meningkatkan suhu air menjadi 100 o C lebih tinggi per
gramnya.
Selanjutnya ke dalam gelas kimia 100 mL yang lain dimasukkan 10 mL aquades, lalu
dimasukkan ke dalam penangas es. Dibiarkan beberapa saat untuk mencapai kesetimbangan
termal dan temperatur dijaga agar tetap di bawah 5 o C. Setelah itu, dilakukan penimbangan
NaNO 2 sebanyak 2,00 gram, kemudian dilarutkan ke dalam akuades di dalam penangas es tadi.
Campuran tersebut diaduk-aduk agar larutannya benar-benar homogen. Temperaturnya dijaga
agar tetap di bawah 5o C. Larutan NaNO 2 dingin kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit
ke dalam larutan anilin klorida dingin di dalam penangas es sambil terus diaduk dengan
menggunakan bantuan magnetic stirrer dan dijaga temperaturnya dibawah 5 o C sehingga
terbentuk larutan garam diazonium klorida. Larutan garam diazonium klorida yang terbentuk
temperaturnya tetap dijaga dibawah 5o C hingga perlakuan selanjutnya. Setelah semua larutan
natrium nitrit ditambahkan, dilakukan pengujian kemungkinan kelebihan natrium nitrit
tersebut dengan meneteskan campuran reaksi pada kertas amilum-iodin sehingga mengalami
perubahan menjadi biru dalam asam nitrit bebas
Selanjutnya gelas kimia 100 mL lainnya disiapkan sebagai tempat dilarutkannya 3,9 gram
β-naftol dalam 25 mL larutan. NaOH 10%. β-naftol yang dilarutkan pada percobaan ini
sebanyak 2,90 gram. Penambahan NaOH dilakukan bertujuan membuat suasana larutan yang
semula asam menjadi basa. Beberapa butir kristal es ditambahkan kedalam campuran tersebut
dan diletakkan dalam penangas es hingga temperaturnya dibawah 5 o C. Berdasarkan
pengamatan, warna larutan dalam gelas kimia berubah dari coklat kehitaman pekat menjadi
sedikit bening setelah temperaturnya 4 o C. Kemudian larutan garam diazonium klorida
ditambahkan kedalam larutan β-naftol secara perlahan-lahan sambil diaduk sehingga
menyebabkan warna larutan β-naftol yang awalnya berwarna coklat kehitaman berubah
menjadi berwarna merah dan semakin mengental seiring ditambahkannya larutan garam
diazonium klorida. Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit dalam penangas es yang
temperaturnya dijaga agar tidak lebih dari 5 o C. Campuran tersebut didiamkan dengan tujuan
agar produk benzena aso-β-naftol yang diharapkan mengendap sempurna dan terpisah dari fase
larutan. Setelah 30 menit, campuran tersebut disaring menggunakan corong buchner dengan
vakum. Penyaringan ini dilakukan bertujuan agar endapan yang tersaring cepat kering. Residu
yang didapatkan berupa bubuk berwarna merah gelap yang merupakan benzena aso-β-naftol
dan filtrat berupa cairan berwarna orange kemerahan.
Pertanyaan
5. Sarankan mekanisme reaksi pembuatan zat warna benzena azo--naftol menurut prosedur
di atas!
Jawaban:
6. Metil oranye dapat dipakai sebagai indikator asam-basa, dalam asam berwarna merah dan
dalam basa berwarna kuning. Tentukan reaksi kesetimbangannya.
Jawaban:
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil sintesis zat
warna merah, benzena aso-β-naftol berhasil yang diindikasikan dengan terbentuknya
bubuk/padatan merah benzena aso-β-naftol dengan rendemen sebesar 99,78% dan titik leleh
130o C.
DAFTAR PUSTAKA
Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:IKIP
Negeri Singaraja
I Wayan Suja dan Frieda Nurlita. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja: STKIP
Singaraja
I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Kimia Organik Lanjut. Singaraja: IKIPN
Singaraja
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Referensi video:
https://youtu.be/E5h-F9nd2aE
https://youtu.be/gVh6Mn2IAB8
https://youtu.be/CcqgQ0_Qr6k