Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

SINTESIS ZAT WARNA: BENZENA ASO-β-NAFTOL

OLEH:

INGRIT LUMBAN BATU 1813031006

KELAS: VIA

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2021
I. Judul Praktikum
Sintesis Zat Warna: Benzena Aso-β-Naftol

II. Tujuan
Untuk menentukan zat warna dari benzena aso-β-naftol dan menghitung rendemennya

III. Dasar Teori


Reaksi kopling diazonium merupakan salah satu cara sintesis yang bermanfaat. Kation
yang diujungnya terdapat nitrogen pada diazonium berfungsi sebagai suatu elektrofil dalam
suatu reaksi substitusi elektrofilik pada aromatik. Produk tipe reaksi kopling diazonium
sebagian besar berwarna cerah, dikenal dengan “azo-dyes”. Zat warna azo merupakan kelas
zat warna yang terbesar dan terpenting, jumlahnya mencapai ribuan. Senyawa azo merupakan
senyawa organik dengan rumus umum ArN=NAr1 atau RN=NR1, dimana Ar dan Ar1 adalah
gugus aromatik, sedangkan R dan R1 adalah gugus alkil. Umumnya senyawa azo berwarna
yang disebabkan adanya gugus azo –N=N- dan karena itu banyak digunakan sebagai zat warna.
Garam diazonium klorida dihasilkan dari reaksi antara amina aromatik primer seperti anilin
dengan asam nitrit dingin dalam larutan asam klorida pada suhu 0 o C. Asam nitrit ini biasanya
dibuat in situ oleh reaksi natrium nitrit dengan HCl. Penambahan natrium nitrit ke dalam anilin
klorida disebut diazotasi. Suhu dijaga dibawah 10 o C saat diazotasi dengan pendingin es, karena
reaksi tersebut sangat eksotermis.
Reaksi diazotasi bertujuan untuk membentuk garam diazonium dengan amina aromatis
dengan asam nitrit harus dibuat dari NaNO 2 dan HCL karena asam nitrit bersifat mudah terurai
(tidak stabil). Kereaktifan garam diazonium sangat tinggi, disebabkan oleh kemampuan
pereaksi yang bagus dari gugus N 2 , sehingga gugus diazonium dapat ditukar oleh berbagai
nukleofil. Adapun syarat terjadinya reaksi diazonium adalah sebagai berikut:
1. Bahan dasar amina aromatis primer.
2. Suhu yang di gunakan berkisar 0 – 5o C.
3. Harus dalam larutan asam kuat (HCL p/ H 2 SO4 p).

Prinsip reaksi coupling adalah reaksi substitusi elektrofilik pada inti aromatis. Garam
diazonium yang bertindak menjadi elektrofil (elektrofil lemah). Struktur resonansi ion
diazonium menunjukan bahwa kedua atom nitrogen mengandung muatan positif parsial,
sehingga harus teraktivasi oleh gugus OH dan NH 2 . Reaksi ini tidak menggunakan asam kuat
karena anionnya akan terhidrolisis menjadi bahan asalnya bila diberi penambahan asam.
Reaksi ini menghasilkan gugus azo (-N=N-), biasa di gunakan sebagai zat warna.

Reaksi ion diazonium bertindak sebagai elektrofil. Struktur resonansi ion diazonium
menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban muatan positif parsial. Nitrogen terminal
menyerang posisi orto atau para dari cincin benzene teraktifkan (cincin yang disubstitusi
dengan suatu gugus pelepas elektron seperi NH 2 atau OH). Garam diazonium klorida bereaksi
dengan 2-naftol pada suasana basa, dimana 2-naftol akan melepaskan H + sehingga terbentuk
ion fenoksida yang reaktif. Ion fenoksida dari 2-naftol menyerang garam diazonium melalui
reaksi kopling sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Produk kopling
mengandung gugus azo (-N=N-) dan biasanya dirujuk sebagai senyawa azo.

Gambar 3.1. Pembentukan benzena aso-β-naftol

Amina aromatik primer bereaksi dengan asam nitrit mendapatkan garam arendiazonium.
Salah satu contoh senyawa amina aromatik primer adalah anilin. Anilin merupakan bahan
dasar pembuatan zat-zat warna diazo. Garam diazo dapat dibentuk melalui bantuan asam nitrit
dan asam klorida. Garam diazonium diubah menjadi berbagai zat warna.

-
+ NCl
NH2 NH 2HCl N

+ H2 O

Gambar 3.2. Pembentukan garam diazonium


Senyawa organik yang berbentuk kristal diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni
yang terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi, sehingga perlunya
untuk melakukan rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar
diperoleh zat murni atau kristal yang lebih murni. Hal tersebut membuat proses pengkristalan
kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan
kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan
dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai, misalnya air, alkohol, eter,
benzena, petroleum eter, ligrolin, karbon bisulfida, kloroform, aseton, dan asam asetat glasial.

Prinsip rekristalisasi adalah pemurnian padatan organik dari zat pengotor melalui beberapa
tahap yaitu melarutkan padatan organik dengan pelarut yang sesuai dalam keadaan panas
kemudian disaring dan didinginkan kembali sehingga dapat terbentuk kristal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kristal pada saat rekristalisasi adalah suhu dan bibit kristal.
Faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi adalah pemilihan zat pelarut. Pelarut yang baik,
sebaiknya memiliki gradien temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya, titik didih pelarut
dibawah titik lebur senyawa yang akan dikristalkan bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap
senyawa yang akan dikristalkan

IV. Alat dan Bahan


Tabel 4.1 Daftar Alat
No Nama Alat Jumlah

1 Gelas kimia 3 buah

2 Hot plate 1 buah

3 Termometer 1 buah

4 Gelas ukur 3 buah

5 Magnetic stirrer 1 buah

6 Cawan penguap 1 buah

7 Spatula 1 buah
8 Kaca arloji 1 buah

9 Balok logam 1 buah

Tabel 4.2 Daftar Bahan


No Nama Alat Jumlah

1 Anilin 2,5 mL

2 HCl pekat 8,0 mL

3 Natrium nitrit 2 gram

4 Es batu Secukupnya

5 Larutan amilum-iodin Secukupnya

6 β-naftol 3,9 gram

7 NaOH 10% 25 mL

8 Alkohol Secukupnya

V. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan


No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan

1 Ke dalam gelas kimia 100 mL dimasukkan Terbentuk larutan garam anilin klorida
2,5 mL anilin (2,60 g, 0,027 mol); 8,0 mL yang berwarna orange kecoklatan.
HCl pekat, kemudian diencerkan dengan 20
mL air.
2 Dinginkan gelas kimia dalam penangas es Gelas kimia didinginkan di dalam
sampai temperatur turun hingga di bawah penangas es sampai temperatur turun
5o C. hingga di bawah 5o C.

3 Dalam gelas kimia lainnya, larutkan 2 gram Terbentuk larutan natriun nitrit
natrium nitrit dalam 10 mL air dan dinginkan
larutan ini juga dalam penangas es.
4 Kemudian, tuangkan larutan natrium nitrit • Larutan natrium nitrit sedikit demi
tersebut sedikit demi sedikit ke dalam gelas sedikit dituangkan ke dalam gelas
kimia pertama dalam selang waktu tertentu kimia pertama dalam selang waktu
sambil diaduk secara terus-menerus, dan tertentu sambil diaduk secara terus-
pertahankan agar suhu tetap ada di bawah menerus
5o C. • Terbentuk garam diazonium klorida

5 Setelah semua larutan natrium nitrit Kertas amilum-iodin berubah menjadi biru
ditambahkan, uji kemungkinan kelebihan dalam asam nitrit bebas
natrium nitrit tersebut dengan meneteskan
campuran reaksi pada kertas amilum-iodin
yang akan berubah menjadi biru dalam asam
nitrit bebas
6 Ke dalam 100 mL gelas kimia lainnya, Warna larutan dalam gelas kimia berubah
larutkan 3,9 gram -naftol (0,027 mol) dalam dari coklat kehitaman pekat menjadi
o
25 mL larutan natrium hidroksida 10 % dan sedikit bening setelah temperaturnya 4 C.
dinginkan dalam penangas es. Tambahkan
juga beberapa butir es ke dalamnya.
7 Kemudian, tuangkan larutan garam Warna larutan -naftol yang awalnya
diazonium dingin ke dalam larutan -naftol berwarna coklat kehitaman berubah
secara perlahan-lahan sambil diaduk. Amati menjadi berwarna merah dan semakin
apa yang terjadi. mengental seiring ditambahkannya larutan
garam diazonium.

8 Biarkan campuran reaksi selama setengah • Didapatkan residu berupa bubuk


jam, kemudian saring dengan corong berwarna merah gelap
Buchner. • Didapatkan filtrat berupa cairan
berwarna orange kemerahan

9 Cuci kristal yang terbentuk dengan air, Didapatkan massa kristal benzena azo--
kemudian keringkan dalam oven 100o C. naftol sebanyak 6,69 gram.
Timbang massa kristal yang dihasilkan.
10 Ambil sedikit kristal benzena azo--naftol Kristal benzena azo--naftol yang belum
yang belum murni untuk direkristalisasi murni direkristalisasi dalam asam asetat
dalam asam asetat atau alkohol. atau alkohol.

11 Tentukan titik leleh kristal benzena azo-- Didapatkan titik leleh kristal benzena azo-
naftol yang telah dimurnikan -naftol sebesar 130o C.

VI. Analisis Data


Massa benzena azo--naftol yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebanyak 6,69 gram.
• Diketahui:
Massa NaNO2 = 2 gram
Mr NaNO2 = 68,9953 gram/mol
Volume anilin = 2,5 mL
ρ anilin = 1,0217 gram/mL
Mr anilin = 93,13 gram/mol
Volume HCl pekat = 8 mL
Massa -naftol = 144,17 gram/mol
Mr benzena azo--naftol = 248,48 gram/mol
• Ditanya:
a. Mol anilin?
b. Mol NaNO2?
c. Mol -naftol?
d. Massa benzena azo--naftol secara teoritis?
• Penyelesaian:
ρ anilin ×V anilin 1,0217 ×2,5 mL 2,55425 gram
a. mol anilin= = = = 0,027 mol
Mr anilin 93,13 gram/mol 93,13 gram/mol

massa NaNO2 2 gram


b. mol NaNO2 = = = 0,029 mol
Mr NaNO2 68,9953 gram/mol
massa β−naftol 3,9 gram
c. mol -naftol = = = 0,027 mol
Mr β−naftol 144,17 gram/mol
d.

Anilin -naftol NaNO 2 benzena azo--naftol

M: 0,027 mol 0,027 mol 0,029 mol -

R: 0,027 mol 0,027 mol 0,027 mol 0,027 mol

S: - - 0,002 mol 0,027 mol

Massa benzena azo--naftol secara teoritis = (mol × Mr) benzena azo--naftol

Massa benzena azo--naftol secara teoritis = 0,027 mol × 248,48 gram/mol

Massa benzena azo--naftol secara teoritis = 6,7089 gram

• Perhitungan persentase rendemen yang dihasilkan


massa benzena azo−−naftol yang diperoleh
% rendemen= × 100%
massa benzena azo−−naftol secara teoritis
6 ,69 gram
% rendemen= × 100%
6,7089 gram

% rendemen= 99,78%
• Perhitungan persentase kesalahan relatif
massa secara teoritis−massa yang diperoleh
% kesalahan = × 100%
massa secara teoritis
6,7089 gram −6,69 gram
% kesalahan = × 100%
6,7089 gram

% kesalahan = 0,22%
• Perhitungan persentase kesalahan titik leleh benzena azo--naftol

titik leleh secara teoritis−titik leleh yang diperoleh


% kesalahan = × 100%
titik leleh secara teoritis
131°C −130℃
% kesalahan = × 100%
131 ℃

% kesalahan = 0,76%

VII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan sintesis zat warna berupa senyawa organik benzena azo--
naftol dengan prinsip reaksi diazotisasi dan coupling melalui reaksi substitusi elektrofilik
sederhana.
Langkah pertama disiapkan gelas kimia 100 mL dan penangas es, kemudian dicampurkan
anilin sebanyak 2,5 mL dan HCl pekat sebanyak 8,0 mL, lalu diencerkan dengan menggunakan
20 mL aquades. Pencampuran ini menghasilkan larutan garam anilin klorida yang berwarna
orange kecoklatan. Suhu campuran tersebut dijaga agar tetap di bawah 5 o C, hal ini dikarenakan
apabila reaksi berlangsung pada suhu kamar maka produknya akan rusak oleh panas. Reaksi
antara anilin dan HCl menghasilkan anilin klorida dan gas H 2 yang merupakan reaksi yang
sangat eksoterm sehingga jika panas yang dihasilkan tidak dinetralisir oleh hawa dingin dari
es batu, maka anilin klorida akan rusak. Anilin klorida merupakan senyawa yang mudah rusak
oleh panas sedangkan reaksi antara anilin dan HCl menghasilkan anilin klorida dan gas H 2
mampu melepaskan kalor yang dapat meningkatkan suhu air menjadi 100 o C lebih tinggi per
gramnya.
Selanjutnya ke dalam gelas kimia 100 mL yang lain dimasukkan 10 mL aquades, lalu
dimasukkan ke dalam penangas es. Dibiarkan beberapa saat untuk mencapai kesetimbangan
termal dan temperatur dijaga agar tetap di bawah 5 o C. Setelah itu, dilakukan penimbangan
NaNO 2 sebanyak 2,00 gram, kemudian dilarutkan ke dalam akuades di dalam penangas es tadi.
Campuran tersebut diaduk-aduk agar larutannya benar-benar homogen. Temperaturnya dijaga
agar tetap di bawah 5o C. Larutan NaNO 2 dingin kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit
ke dalam larutan anilin klorida dingin di dalam penangas es sambil terus diaduk dengan
menggunakan bantuan magnetic stirrer dan dijaga temperaturnya dibawah 5 o C sehingga
terbentuk larutan garam diazonium klorida. Larutan garam diazonium klorida yang terbentuk
temperaturnya tetap dijaga dibawah 5o C hingga perlakuan selanjutnya. Setelah semua larutan
natrium nitrit ditambahkan, dilakukan pengujian kemungkinan kelebihan natrium nitrit
tersebut dengan meneteskan campuran reaksi pada kertas amilum-iodin sehingga mengalami
perubahan menjadi biru dalam asam nitrit bebas
Selanjutnya gelas kimia 100 mL lainnya disiapkan sebagai tempat dilarutkannya 3,9 gram
β-naftol dalam 25 mL larutan. NaOH 10%. β-naftol yang dilarutkan pada percobaan ini
sebanyak 2,90 gram. Penambahan NaOH dilakukan bertujuan membuat suasana larutan yang
semula asam menjadi basa. Beberapa butir kristal es ditambahkan kedalam campuran tersebut
dan diletakkan dalam penangas es hingga temperaturnya dibawah 5 o C. Berdasarkan
pengamatan, warna larutan dalam gelas kimia berubah dari coklat kehitaman pekat menjadi
sedikit bening setelah temperaturnya 4 o C. Kemudian larutan garam diazonium klorida
ditambahkan kedalam larutan β-naftol secara perlahan-lahan sambil diaduk sehingga
menyebabkan warna larutan β-naftol yang awalnya berwarna coklat kehitaman berubah
menjadi berwarna merah dan semakin mengental seiring ditambahkannya larutan garam
diazonium klorida. Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit dalam penangas es yang
temperaturnya dijaga agar tidak lebih dari 5 o C. Campuran tersebut didiamkan dengan tujuan
agar produk benzena aso-β-naftol yang diharapkan mengendap sempurna dan terpisah dari fase
larutan. Setelah 30 menit, campuran tersebut disaring menggunakan corong buchner dengan
vakum. Penyaringan ini dilakukan bertujuan agar endapan yang tersaring cepat kering. Residu
yang didapatkan berupa bubuk berwarna merah gelap yang merupakan benzena aso-β-naftol
dan filtrat berupa cairan berwarna orange kemerahan.

Gambar 7.1. Pembentukan benzena aso-β-naftol

Selanjutnya bubuk benzena aso-β-naftol dipindahkan kedalam cawan penguap dan


dikeringkan didalam oven dengan temperatur 100 o C hingga benzena aso-β-naftol tersebut
benar-benar kering. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan benzena aso-β-naftol
tersebut sekitar 30 menit. Kemudian bubuk benzena aso-β-naftol yang kering ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik, dan didapatkan massa bubuk benzena aso-β-naftol
sebanyak 6,69 gram.
Bubuk benzena aso-β-naftol yang berwarna merah terang diambil sedikit dan
direkristalisasi dengan etanol. Mula-mula bubuk tersebut diarutkan dalam etanol. Setelah itu,
larutan disaring, dan senyawa benzena aso-β-naftol akan larut dalam etanol, sedangkan yang
tidak larut kemungkinan mengandung komponen lain (pengotor). Filtrat hasil penyaringan
selanjutnya diuapkan untuk mengurangi pelarutnya dengan tujuan mencapai titik tepat
jenuhnya. Setelah cukup menguapkan pelarutnya, larutan tersebut di kristalisasi kembali dalam
penangas es hingga terbentuk kembali padatan/bubuk benzena aso-β-naftol yang murni. Bubuk
benzena aso-β-naftol yang sudah murni (hasil rekristalisasi) selanjutnya dimasukkan kedalam
pipa kaplier yang salah satu ujungnya sudah tertutup. Kemudian disiapkan hot plate,
termometer, dan balok logam untuk penentuap titik leleh bubuk benzena aso-β-naftol. Hasil
pengamatan menunjukkan titik leleh benzena aso-β-naftol adalah 130o C. Data hasil
pengamatan tersebut mendekati data titik leleh benzena aso-β-naftol secara teori, yaitu 131o C.

Pertanyaan

1. Apa fungsi penambahan larutan HCl pada prosedur di atas?


Jawaban:
Fungsi penambahan larutan HCl pada prosedur di atas adalah HCl akan menghidrolisis
natrium nitrit sehingga trbentuk asam yang akan dihidrolisis oleh larutan HCl menjadi
menjadi asam nitrit. Asam nitrit ini akan berkontribusi memberikan gugus N-nya pada 3-
nitroanilin untuk membentuk suatu garam diazonium.

2. Mengapa reaksi dilakukan pada suhu sangat rendah?


Jawaban:
Suhu campuran tersebut dijaga agar tetap di bawah 5 o C, hal ini dikarenakan apabila reaksi
berlangsung pada suhu kamar maka produknya akan rusak oleh panas. Reaksi antara anilin
dan HCl menghasilkan anilin klorida dan gas H 2 yang merupakan reaksi yang sangat
eksoterm sehingga jika panas yang dihasilkan tidak dinetralisir oleh hawa dingin dari es
batu, maka anilin klorida akan rusak. Anilin klorida merupakan senyawa yang mudah rusak
oleh panas sedangkan reaksi antara anilin dan HCl menghasilkan anilin klorida dan gas H 2
mampu melepaskan kalor yang dapat meningkatkan suhu air menjadi 100 o C lebih tinggi
pergramnya.

3. Tulis persamaan reaksi asam nitrit dengan iodium!


Jawaban:
Persamaan reaksi asam nitrit dengan iodium
KI + HCl → KCl + HI
2HI + 2HNO 2 → I 2 + 2NO + 2H 2 O

4. Jelaskan mengapa senyawa benzena azo--naftol berwarna merah!


Jawaban:
Senyawa benzena azo--naftol berwarna merah disebabkan adanya gugus azo –N=N-

5. Sarankan mekanisme reaksi pembuatan zat warna benzena azo--naftol menurut prosedur
di atas!
Jawaban:

6. Metil oranye dapat dipakai sebagai indikator asam-basa, dalam asam berwarna merah dan
dalam basa berwarna kuning. Tentukan reaksi kesetimbangannya.
Jawaban:

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil sintesis zat
warna merah, benzena aso-β-naftol berhasil yang diindikasikan dengan terbentuknya
bubuk/padatan merah benzena aso-β-naftol dengan rendemen sebesar 99,78% dan titik leleh
130o C.
DAFTAR PUSTAKA

Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:IKIP

Negeri Singaraja

I Wayan Suja dan Frieda Nurlita. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja: STKIP

Singaraja

I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Kimia Organik Lanjut. Singaraja: IKIPN

Singaraja

Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Ari. 2014. Reaksi Cross Coupling Akira Suzuki. Bandung: ITB

Referensi video:

https://youtu.be/E5h-F9nd2aE

https://youtu.be/gVh6Mn2IAB8

https://youtu.be/CcqgQ0_Qr6k

Anda mungkin juga menyukai