Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny.

ETB
DENGAN CRONIK KIDNEY DISEASE DI
MADANDAN, LEMBANG MADANDAN,
KECAMATAN RANTETAYO,
TANA TORAJA

OLEH :
INRI DWIYATI AGUNG SARI
NIM : S.19651312

DISUSUN OLEH :

NURHAYATI LISU PINDAN


NIM : S.19711318

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANA TORAJA


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
2020
CRONIK KIDNEY DISEASE (CKD)

1. DEFENISI

Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :
1) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap akhir. CKD
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah
nitrogenlain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
2) CKD adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat pulih, dan dapat
disebabkan berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai sebagai nama keadaan
ini selama lebih dari satu abad. Walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala CKD
tidak selalu disebabkan oleh retensi urea dalam darah (Sibuea, Panggabean, dan
Gultom, 2005)
3) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)
4) Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit


ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala.
CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit, yang menyebabkan uremia.
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada
kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance creatinin test )
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF ( cronic renal failure ) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

a) Anatomi
Berikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Pearce dan Wilson (2006) :
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah lumbal,
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal
dibelakang pritonium. Kedudukan gijal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari
ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Dan ginjal
kanan sedikit lebihrendah dari ginjal kiri karena tertekan oleh hati.

Gambar : Anatomi ginjal tampak dari depan

Setiap ginjal panjangnya antara 12 cm sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan


tebalnya antara 1,5 sampai 2,5 cm, pada orang dewasa berat ginjal antara 140 sampai
150 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi dalamnya atau hilus menghadap
ketulang belakang, serta sisi luarnya berbentuk cembung. Pembuluh darah ginjal
semuanya masuk dan keluar melalui hilus. Diatas setiap ginjal menjulang kelenjar
suprarenal.
Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang membungkusnya,
dan membentuk pembungkus yang halus serta didalamnya terdapat setruktur-
setruktur ginjal. Setruktur ginjal warnanya ungu tua dan terdiri dari bagian kapiler
disebelah luar, dan medulla disebelah dalam. Bagian medulla tersusun atas 15
sampai 16 bagian yang berbentuk piramid, yang disebut sebagai piramid ginjal.
Puncaknya mengarah ke hilus dan berakhir di kalies, kalies akan menghubungkan
dengan pelvis ginjal.

Gambar : Potongan vertical ginjal


Struktur mikroskopik ginjal tersusun atas banyak nefron yang merupakan
satuan fungsional ginjal, dan diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal.
Setiap nefron mulai membentuk sebagai berkas kapiler (Badan Malpighi /
Glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada unineferus.
Tubulus ada yang berkelok dan ada yang lurus. Bagian pertama tubulus berkelok-
kelok dan kelokan pertama disebut tubulus proksimal, dan sesudah itu terdapat
sebuah simpai yang disebut simpai henle. Kemudian tubulus tersebut berkelok lagi
yaitu kelokan kedua yang disebut tubulus distal, yang bergabung dengan tubulus
penampung yang berjalan melintasi kortek dan medulla, dan berakhir dipuncak salah
satu piramid ginjal.
Selain tubulus urineferus, setruktur ginjal juga berisi pembuluh darah yaitu
arteri renalis yang membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal dan
bercabang-cabang di ginjal dan membentuk arteriola aferen (arteriola aferentes),
serta masing-masing membentuk simpul didalam salah satu glomerulus. Pembuluh
eferen kemudian tampil sebagai arteriola eferen (arteriola eferentes), yang
bercabang-cabang membentuk jarring kapiler disekeliling tubulus uriniferus.
Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi untuk membentuk vena renalis, yang
membawa darah kevena kava inferior. Maka darah yang beredar dalam ginjal
mempunyai dua kelompok kapiler, yang bertujuan agar darah lebih lama disekeliling
tubulus urineferus, karena fungsi ginjal tergantung pada hal tersebut.
b) Fisiologi

Dibawah ini akan disebutkan tentang fungsi ginjal dan proses pembentukan
urin menurut Syaeifudin (2006).
a. Fungsi ginjal

Ginjal adalah organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam sistem
organ tubuh. Kerusakan ginjal akan mempengaruhi kerja organ lain dan sistem
lain dalam tubuh. Fungsi ginjal, yaitu:
1. Menyaring/membersihkan darah.
2. Mengatur volume darah.
3. Mendaur ulang air, mineral, glukosa, dan gizi.
4. Mengatur keseimbangan kandungan kimia darah/asam-basa.
5. Penghasil hormone.
b. Proses pembentukan urin.

Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal.
Darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah,
kemudian akan disaring dalam tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorsi dan ekresi
(Syaefudin, 2006) :
1. Proses filtrasi.
Pada proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena proses aferen
lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang disaring disimpan dalam simpay bowman yang terdiri dari glukosa, air,
natrium, klorida sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorsi.
Pada peroses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
yang dikenal dengan proses obligator. Reabsorsi terjadi pada tubulus
proksimal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi penyerapan kembali natrium
dan ion bikarbonat bila diperlukan. Penyerapannya terjadi secara aktif, dikenal
dengan reabsorsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3. Proses ekresi.
Sisa dari penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan
pada piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter dan masuk ke fesika
urinaria.
3. ETIOLOGI

 Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis

 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis


maligna, stenosis arteria renalis

 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis


nodosa,sklerosis sistemik progresif

 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis


tubulus ginjal

 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis

 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal

 Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
4. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (
Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth,
2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.

- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

Menurut Suwitra (2006) dan Kydney Organizazion (2007) tahapan CKD dapat
ditunjukan dari laju filtrasi glomerulus (LFG), adalah sebagai berikut :
1) Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atatu meningkat > 90 ml/menit/1,73
m2.
2) Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan yaitu 60-89
ml/menit/1,73 m2.
3) Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang yaitu 30-59
ml/menit/1,73 m2.
4) Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat yaitu 15-29
ml/menit/1,73 m2.
5) Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatinin serum

5. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.
d. Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas).
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologi

Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit


b. RFT ( renal fungsi test )

ureum dan kreatinin

c. LFT (liver fungsi test )

d. Elektrolit

Klorida, kalium, kalsium

e. Koagulasi studi

PTT, PTTK

f. BGA

2. Urine

- urine rutin

- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. Pemeriksaan kardiovaskuler

- ECG

- ECO

4. Radidiagnostik

- USG abdominal

- CT scan abdominal

- BNO/IVP, FPA

- Renogram

- RPG ( retio pielografi )


7. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :


a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )

- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan
derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut
Suwitra (2006), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Table 2.1 : Derajat CKD dan penatalaksanaan terapi

Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal
yang masih normal secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan histopatologi ginjal
dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya bila LFG
sudah menurun sampai 20–30 % dari normal terapi dari penyakit dasar sudah tidak
bermanfaat.
2. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat
memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan
keseimbangan cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi
traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radio kontras, atau peningkatan aktifitas
penyakit dasarnya. Pembatasan cairan dan elektrolit pada penyakit CKD sangat
diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi
kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara masukan dan pengeluaran urin
serta Insesible Water Loss (IWL). Dengan asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai
dengan luas tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam asupannya adalah natrium dan
kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemi dapat mengakibatkan aritmia
jantung yang fatal. Oleh karena itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung
kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5- 5,5 mEg/lt. sedangkan pada
natrium dibatasi untuk menghindari terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam
disetarakan dengan tekanan darah dan adanya edema.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi ginjal adalah
hiperventilasi glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt, sedangkan diatas
batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein. Protein yang dibatasi antara
0,6-0,8/kg BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai biologis tinggi. Kalori
yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr dalam pemberian diit. Protein perlu
dilakukan pembatasan dengan ketat, karena protein akan dipecah dan diencerkan
melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat. Namun saat terjadi malnutrisi masukan
protein dapat ditingkatkan sedikit, selain itu makanan tinggi protein yang
mengandung ion hydrogen, fosfor, sulfur, dan ion anorganik lain yang diekresikan
melalui ginjal. Selain itu pembatasan protein bertujuan untuk membatasi asupan
fosfat karena fosfat dan protein berasal dari sumber yang sama, agar tidak terjadi
hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pemakaian obat
anti hipertensi disamping bermanfaat untuk memperkecil resiko komplikasi pada
kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat perburukan kerusakan nefron
dengan cara mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus.
Selain itu pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim konverting
angiotensin (Angiotensin Converting Enzim / ACE inhibitor) dapat memperlambat
perburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti
hipertensi dan anti proteinuri.
4. Pencegahan dan terapi penyakit kardio faskuler merupakan hal yang penting, karena 40-
45 % kematian pada penderita CKD disebabkan oleh penyakit komplikasinya pada
kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk pencegahan dan terapi penyakit vaskuler adalah
pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia, hiperfosvatemia, dan terapi pada
kelebihan cairan dan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi CKD secara keseluruhan.
5. CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan derajat
penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan penambahan / tranfusi eritropoitin. Pemberian
kalsitrol untuk mengatasi osteodistrasi renal. Namun dalam pemakaiannya harus
dipertimbangkan karena dapat meningkatkan absorsi fosfat.
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat 4-5. Terapi ini
biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Menurut Susan Martin Tucker (1998) adalah sebagai berikut:


1. Neurologis
Sakit kepala, penglihatan kabur, perubahan kepribadian, malaise, neuropatik perifer,
penurunan tingkat kesadaran.
2. Pernapasan
Sesak napas, hiperventilasi, edema paru, pneumoni, napas cheyne stokes, napas
berbau amoniak.
3. Kardiovaskular
Hipertensi, takikardi, disritmia, miokardiopati, perikarditis.
4. Cairan dan elektrolit
Oliguria, anuria, edema : berat badan meningkat, dehidrasi : berat badan menurun,
hiperkalemia, hiperfostatemia, hipokalemia, hiperlipidemia, asidosis metabolik.
5. Gastrointestinal
Rasa pahit pada mulut, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan hemoragik.
6. Integumen
Mulut kering, kuku pucat, petekie, pruritus, memar dan lapisan uremik.
7. Hematologis
Anemia, koagulasi, defisiensi trombosit.
8. Endokrin
Amenoria, disfungsi seksual, infertilitas, hiperparatiriodisme, tidak toleransi
terhadap glukosa.
9. Imunologis
Peningkatan suhu, leukosit tinggi, infeksi, toksisitas obat.
10. Psikososial
Ansietas, takut, tak berdaya, berduka, menyangkal, depresi dan gangguan hubungan
dengan orang lain.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien CKD adalah:
1. Penurunan curah jantung

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3. Perubahan nutrisi

4. Perubahan pola nafas

5. Gangguan perfusi jaringan

6. Intoleransi aktivitas

7. kurang pengetahuan tentang tindakan medis

8. resti terjadinya infeksi


C. INTERVENSI

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat

Tujuan:

Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :

mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru

R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

b. Kaji adanya hipertensi

R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-


angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)

R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas

R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema


sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria
hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:

a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan


haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital

b. Batasi masukan cairan


R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon
terhadap terapi

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam


pembatasan cairan

d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama


pemasukan dan haluaran

R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,


muntah

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:


menunjukan BB stabil
Intervensi:

a. Awasi konsumsi makanan / cairan

R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

b. Perhatikan adanya mual dan muntah

R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah


atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi

c. Beikan makanan sedikit tapi sering

R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan

d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan

R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial

e. Berikan perawatan mulut sering

R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam


mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder : kompensasi
melalui alkalosis respiratorik

Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil


Intervensi:

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles

R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret

b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam

R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

c. Atur posisi senyaman mungkin

R: Mencegah terjadinya sesak nafas

d. Batasi untuk beraktivitas

R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :

- Mempertahankan kulit utuh

- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Intervensi:

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan


kadanya kemerahan

R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan


pembentukan dekubitus / infeksi.

b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa


R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan

c. Inspeksi area tergantung terhadap udem

R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek

d. Ubah posisi sesering mungkin

R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk


menurunkan iskemia

e. Berikan perawatan kulit

R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit

f. Pertahankan linen kering

R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk


memberikan tekanan pada area pruritis

R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera

h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar

R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab


pada kulit

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,


keletihan

Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi

Intervensi:

a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas

b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan

c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat


d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa)


b.d salah interpretasi informasi.

a. Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan


dialami.

b. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda


dan gejala CKD serta penatalaksanaannya (tindakan hemodialisa ).

c. Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.

d. Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.

e. Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes

RESUME KEPERAWATAN KELUARGA

Kurang lebih 65 tahun yang lalu terbentuk keluarga, dimana salah satu anggota
keluarga bernama Ny. ETB yang tinggal di dusun Madandan, Kecamatan Rantetayo,
Kabupaten Tana Toraja. Keluarga Ny. ETB termasuk dalam keluarga usila, yang kini
tinggal bersama dengan kedua cucunya karena anaknya terlebih dulu meninggal.
Pekerjaan Ny.ETB sebelumnya adalah IRT. Keluarga tersebut tinggal dilingkungan
heterogen dengan latar belakang budaya suku toraja dan berbahasa daerah (Toraja) dan
berbahasa nasional (Indonesia). Kedua cucu Ny. ETB bekerja sebagai pegawai swasta.
Keluarga tinggal di rumah berukuran 16 x 9 m dan luas pekarangan 10 x 9 m, ventilasi
cukup, cahaya matahari yang masuk kerumah cukup, penerangan listrik ada, lantai rumah
dari papan, halaman rumah bersih, kamar mandi / WC bersih, dapur dan ruang makan
bersih. Keluarga memakai air sumur untuk di minum, mandi dan keperluan lainnya.
Keadaan air bersih, tidak berbau dan tidak berasa.
Pola komunikasi antar anggota keluarga baik dan keakraban terbina dengan baik pula.
Riwayat kesehatan Ny. ETB saat ini menderita penyakit CKD yaitu dengan keluhan sering
merasakan nyeri pada perut kanan bagian tengah ke belakang.. Pemeriksaan TTV yang
telah dilakukan:
TD : 150 / 90 mmHg N : 82 x/m
RR : 22 x/m S : 36,4 °C

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN. “AB”


A. BIODATA
Nama Kepala Keluarga : Ny.ETB
Umur : 65 tahun
Agama : KRISTEN KATOLIK
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : 0
Suku Bangsa : Toraja / Indonesia
Alamat : Madandan

1. Susunan Keluarga
Nama Hubungan Umur Status
No Anggota Dalam L P Pendidikan Imunisasi KB Keadaan
Keluarga Keluarga
1 Tn. M Cucu 30 SMA - - Sehat

2. Ny. N Cucu 34 D3 - - Sehat


2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga ini adalah keluarga usila, dimana keluarga ini terdiri dari suami dan
istri dengan anak yang sudah memisahkan diri untuk berkeluarga. Hubungan dalam
keluarga cukup harmonis.
3. Genogram 3 generasi

Keterangan :
: Laki-laki Meninggal dunia
: klien : Status Pernikahan
: perempuan Tinggal serumah
G I : Orang tua klien telah meningggal dunia karena penyebab yang tidak diketahui.
G II : Klien dan saudaranya
G III : Klien mempunyai 1 orang anak , sudah meninggal, penyebab tidak diketahui
G IV : cucu dari klien yang tinggal serumah dengan klien.
Latar Belakang Budaya
Keluarga Ny.ETB termasuk keluarga suku Toraja yang bertempat tinggal di
lingkungan heterogen. Pada malam hari keluarga menonton TV bersama sebelum
tidur. Kegiatan keagamaan yang sering dilakukan yaitu ikut kumpulan keluarga dan
rajin ke gereja. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa daerah (Toraja), pelayanan
kesehatan yang digunakan adalah Puskesmas.
4. Agama
Keluarga Ny. ETB beragama KRISTEN KATOLIK, tidak ada nilai-nilai agama
yang mempengaruhi kesehatan. Kegiatan keagamaan yang sering dilakukan yaitu
ikut kumpulan rumah tangga dan rajin ke gereja.
5. Status Sosial
Saat ini Ny. ETB selain sebagai Kepala Keluarga untuk kedua cucunya
Kegiatan waktu luang keluarga yaitu nonton TV dan kumpul-kumpul dengan
keluarga.

B. RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan tahap tahap berdua kembali.
2. Riwayat keluarga inti
Keluarga terbentuk sekitar 25 tahun yang lalu. Ny.ETB sering mengeluh nyeri pada
perut kanan bagian tengah ke belakang.
3. Riwayat keluarga sebelumnya
Tidak ada riwayat dengan penyakit keturunan.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
a. Jenis rumah : Rumah bertingkat dua
b. Jenis bangunan : Semi permanen
c. Luas pekarangan : 16 x 9 m
d. Luas bangunan : 10 x 9 m
e. Status pemilik rumah : Rumah sendiri
f. Atap rumah : Seng
g. Ventilasi : Cukup
h. Cahaya matahari yang masuk : Cukup
i. Penerangan : Cukup
j. Lantai : Kayu / papan, Semen
2. Kebersihan Rumah
a. Halaman rumah bersih.
b. Ruangan tamu bersih.
c. Ruangan tidur rapi.
d. Ruang makan bersih.
e. Dapur kotor, lantai kotor.
f. WC bersih.
3. Pemakaian Air / Sumber Air Minum
Menggunakan air sumur dengan keadaan air jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Tempat penampungan air yang digunakan adalah bak,gentong dan tertutup.
4. Pembuangan Limbah Keluarga
Dibuang melalui selokan atau got yang letaknya tidak jauh dari rumah. Jenis jamban
yang digunakan adalah leher angsa.
5. Pembuangan Sampah
Sampah keluarga Ny.ETB dikumpul lalu dibakar atau dijadikan sebagai media untuk
membakar/memasak di dapur.
6. Kandang Ternak
Keluarga memelihara babi yang jumlahnya 3 ekor dan puluhan ekor ayam. Jarak
rumah dengan kandang babi hanya sekitar 7 meter. Keadaan kandang bersih dan
terawat.
7. Denah Rumah
Lantai 1 Lantai 2

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi
Interaksi antara anggota keluarga baik, dimana : hubungan antara orang tua (ayah
dan ibu) ada keterbukaan dalam menyelesaikan masalah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga ny.ETB yang mengambil keputusan adalah Ny ETB sebagai kepala
rumah tangga dan setiap ada masalah selalu diselesaikan bersama keluarga
(musyawarah).
3. Struktur Peran
Semua anggota keluarga mampu melaksanakan peranannya masing-masing sebagai
anggota keluarga dimana :
a. Ny.ETB sebagai kepala keluarga.
b. Tn M dan Nn.N sebagai anggota keluarga

4. Nilai – nilai Keluarga


Keluarga Ny.ETB dapat menyesuaikan diri dengan perilaku sesuai dengan nilai
norma serta budaya yang berlaku dalam masyarakat.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Dalam keluarga Ny.ETB keakraban terjalin dengan baik, saling mengasihi dan
saling mendukung.
2. Fungsi Sosialisasi
Dalam mensosialisasikan cucunya , ny.ETB mampu bersosialisasi dengan
masyarakat sekitarnya.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Status kesehatan keluarga saat ini adalah kurang baik, karena :
a. Keadaan Ny.ETB saat ini sering mengeluh nyeri pada perut kanan bagian
tengah ke belakang.

F. KOPING KELUARGA
 Stressor yang dihadapi oleh keluarga bersifat jangka panjang karena adanya penyakit
yang diderita anggota keluarga yaitu Ny.ETB mengalami gangguan kesehatan yaitu
CKD / Cronik Kidney Disease / Gagal Ginjal Kronik.
 Usaha yang dilakukan keluarga untuk menanggulangi stress yaitu musyawarah
dengan anggota keluarga dan nonton TV.
 Batas kemampuan keluarga menghadapi stress yang ada yaitu apabila ada yang sakit
mengkomsumsi obat setelah dibawa ke Puskesmas dan hal lain dialihkan dengan
berbagai cara.

G. PENGKAJIAN FISIK ANGGOTA KELUARGA


1. Riwayat Kesehatan Medis Anggota Keluarga
Ny.ETB sering mengeluh terasa nyeri pada perut kuadran kanan bawah bagian
tengah ke belakang.
2. Pemeriksaan Fisik pada Anggota Keluarga yang Bermasalah (Ny.ETB )
 TTV :
TD : 150 / 90 mmHg N : 82x/m
P : 22 x/m S : 36,4 °C
 Keadaan kulit : elastis
 Kebersihan rambut dan kulit kepala : bersih
 Kesehatan mata kanan dan kiri
a. Konjungtiva tidak anemis
b. Sklera mata tidak ikterus
c. Pergerakan bola mata mengikuti 8 arah
 Kesehatan dan kebersihan hidung : tidak ada massa dan polip
 Kesehatan dan kebersihan mulut dan gigi : mulut bersih, terdapat karies pada
gigi.
 Keadaan : klien mengeluh sering terasa nyeri pada perut kuadran kanan bawah
bagian tengah ke belakang. Klien mengatakan penyakitnya ini sudah divonis
dari dokter bahwa klien menderita CKD/ Gagal ginjal kronik. Klien divonis
dokter ± 20 tahun yang lalu. Tampak oedema pada kaki klien.

ANALISA DATA
N MASALAH MASALAH
DATA
O KESEHATAN KEPERAWATAN

1. Ny.ETB dengan umur 65 Gangguan kesehatan 1. Ketidak mampuan


tahun menderita CKD : Ny.ETB dengan mengenal masalah
 Ny.ETB mengatakan CKD. kesehatan disebabkan
sering terasa nyeri pada karena kurang
perut kuadran kanan pengetahuan tentang
bawah bagian tengah ke penyakit CKD.
belakang. 2. Ketidak sanggupan
 Klien mengatakan keluarga mengambil
penyakitnya ini sudah keputusan dalam
divonis dari dokter bahwa melakukan tindakan
klien menderita CKD/ kesehatan karena :
Gagal ginjal kronik.  Tidak memahami
 Klien divonis dokter ± 20 masalah tentang
tahun yang lalu. CKD.
 Ketidak sanggupan
merawat dan
menolong anggota
keluarga yang sakit
disebabkan karena
tidak mengetahui
gejala, penyebab
atau perawatan dari
penyakit tersebut.

PRIORITAS MASALAH
Untuk mengatasi masalah Ny.ETB secara keseluruhan tidak mungkin, oleh karena
itu perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, dimana masalah kesehatan keluarga
itulah yang menjadi prioritas / utama.
Agar dapat melakukan prioritas keluarga secara tetap, maka dilakukan pembobotan
masalah dengan kriteria sebagai berikut :
1. Gangguan Sistem Urologi ( CKD )
No. KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN

1. Sifat masalah : 2/3 x 1 2/3 Ny.ETB sering mengeluh


Ancaman kesehatan nyeri pada perut kuadran
kanan bawah bagian tengah
ke belakang.

2. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 CKD tidak dapat


dapat diubah : disembuhkan, hanya
Hanya sebagian mencegah agar penyakit
tidak mengganggu aktivitas.
3. Potensi masalah dapat 2/3 x 1 2/3
dicegah : Cukup Keluarga kurang tahu cara
pencegahan dan
kekambuhan penyakitnya.
4. Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 1
Masalah berat harus Keluarga membawa klien ke
segera diatasi Puskesmas/Dokter Praktik
jika masalah muncul.
Jumlah skore 3 1/3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Ny. ETB
DIAGNOSA MASALAH MASALAH TINDAKAN
EVALUASI
KEPERAWATA KESEHATA KEPERAWATA TUJUAN KEPERAWATA
KRITERIA STANDAR
N N N N
Gangguan Gangguan Ketidakmampu 1. Tujuan 1. Berikan Secara Keluarga
sistem urologi kesehatan an keluarga Umum : penjelasan verbal menerima
berhubungan Ny.ETB mengenal Keluarga kepada dengan
dengan ketidak dengan masalah mengenal / keluarga baik
mampuan CKD keperawatan. memahami tentang penjelasan
keluarga masalah penyebab- yang
mengenal keperawat penyebab diberikan.
masalah an yang dari CKD.
keperawatan, sedang 2. Lakukan
ditandai dialaminya pemeriksaan Secara
dengan : . fisik dan psikomoto Keluarga
 Ny.ETB 2. Tujuan TTV r mau
mengataka Khusus 3. Anjurkan berobat ke
n sering : Ny.ETB dan PKM /
terasa nyeri - Keluarga keluarga Dokter
pada perut bisa untuk Praktik/RS
kuadran mengerti menghindari .
kanan apa faktor
bawah penyebab pencetus
bagian dari CKD CKD.
tengah ke - Keluarga 4. Berikan
belakang. bersedia motivasi
 Klien untuk kepada
mengataka diberikan keluarga
n penyuluh yang sakit
penyakitny an untuk berobat
a ini sudah ke pelayanan
divonis dari kesehatan
dokter yang ada.
bahwa
klien
menderita
CKD/
Gagal
ginjal
kronik.
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA Ny. ETB

No. NDX TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 10/6 14.30 1. Memberikan penjelasan kepada S : Ny.ETB mengatakan
keluarga tentang penyebab dari sering merasakan nyeri
penyakit CKD. pada perut kuadran kanan
Hasil : keluarga mengerti penjelasan bawah bagian tengah ke
yang diberikan. belakang
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan O : Tampak eodema kaki
TTV klien.
Hasil : A : Masalah belum teratasi.
TD : 150 / 90 mmHg HR : 82 P : Lanjutkan intervensi 1, 2,
x/m 3, 4
RR : 22 x/m SB : 36,4 °C
3. Menganjurkan Ny.ETB dan keluarga
untuk menghindari faktor pencetus
CKD.
Hasil : Klien dan keluarga mengerti
dan mau melakukan.
4. Memberikan motivasi kepada
keluarga yang sakit agar berobat ke
pelayanan kesehatan yang ada.
Hasil : Klien mau berobat ke PKM
jika masalah muncul.
1. 13/6 17.30 1. Memberikan penjelasan kepada S : Ny.ETB mengatakan
keluarga tentang penyebab dari sering merasakan nyeri
penyakit CKD. pada perut kuadran kanan
Hasil : keluarga mengerti penjelasan bawah bagian tengah ke
yang diberikan. belakang
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan O : Tampak eodema kaki
TTV klien.
Hasil : A : Masalah belum teratasi.
TD : 120 / 80 mmHg HR : 76 x/m P : Lanjutkan intervensi 1, 2,
RR : 20 x/m SB : 36,1 °C 3, 4
3. Menganjurkan Ny.ETB dan keluarga
untuk menghindari faktor pencetus
CKD.
Hasil : Klien dan keluarga mengerti
dan mau melakukan.
4. Memberikan motivasi kepada
keluarga yang sakit agar berobat ke
pelayanan kesehatan yang ada.
Hasil : Klien mau berobat ke PKM
jika masalah muncul.

Anda mungkin juga menyukai