Askep Keluarga
Askep Keluarga
ETB
DENGAN CRONIK KIDNEY DISEASE DI
MADANDAN, LEMBANG MADANDAN,
KECAMATAN RANTETAYO,
TANA TORAJA
OLEH :
INRI DWIYATI AGUNG SARI
NIM : S.19651312
DISUSUN OLEH :
1. DEFENISI
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :
1) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap akhir. CKD
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah
nitrogenlain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
2) CKD adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat pulih, dan dapat
disebabkan berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai sebagai nama keadaan
ini selama lebih dari satu abad. Walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala CKD
tidak selalu disebabkan oleh retensi urea dalam darah (Sibuea, Panggabean, dan
Gultom, 2005)
3) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)
4) Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
a) Anatomi
Berikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Pearce dan Wilson (2006) :
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah lumbal,
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal
dibelakang pritonium. Kedudukan gijal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari
ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Dan ginjal
kanan sedikit lebihrendah dari ginjal kiri karena tertekan oleh hati.
Dibawah ini akan disebutkan tentang fungsi ginjal dan proses pembentukan
urin menurut Syaeifudin (2006).
a. Fungsi ginjal
Ginjal adalah organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam sistem
organ tubuh. Kerusakan ginjal akan mempengaruhi kerja organ lain dan sistem
lain dalam tubuh. Fungsi ginjal, yaitu:
1. Menyaring/membersihkan darah.
2. Mengatur volume darah.
3. Mendaur ulang air, mineral, glukosa, dan gizi.
4. Mengatur keseimbangan kandungan kimia darah/asam-basa.
5. Penghasil hormone.
b. Proses pembentukan urin.
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal.
Darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah,
kemudian akan disaring dalam tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorsi dan ekresi
(Syaefudin, 2006) :
1. Proses filtrasi.
Pada proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena proses aferen
lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang disaring disimpan dalam simpay bowman yang terdiri dari glukosa, air,
natrium, klorida sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorsi.
Pada peroses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
yang dikenal dengan proses obligator. Reabsorsi terjadi pada tubulus
proksimal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi penyerapan kembali natrium
dan ion bikarbonat bila diperlukan. Penyerapannya terjadi secara aktif, dikenal
dengan reabsorsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3. Proses ekresi.
Sisa dari penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan
pada piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter dan masuk ke fesika
urinaria.
3. ETIOLOGI
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
4. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (
Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth,
2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
Menurut Suwitra (2006) dan Kydney Organizazion (2007) tahapan CKD dapat
ditunjukan dari laju filtrasi glomerulus (LFG), adalah sebagai berikut :
1) Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atatu meningkat > 90 ml/menit/1,73
m2.
2) Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan yaitu 60-89
ml/menit/1,73 m2.
3) Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang yaitu 30-59
ml/menit/1,73 m2.
4) Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat yaitu 15-29
ml/menit/1,73 m2.
5) Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
72 x creatinin serum
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.
d. Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas).
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
d. Elektrolit
e. Koagulasi studi
PTT, PTTK
f. BGA
2. Urine
- urine rutin
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan
derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut
Suwitra (2006), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Table 2.1 : Derajat CKD dan penatalaksanaan terapi
Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal
yang masih normal secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan histopatologi ginjal
dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya bila LFG
sudah menurun sampai 20–30 % dari normal terapi dari penyakit dasar sudah tidak
bermanfaat.
2. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat
memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan
keseimbangan cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi
traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radio kontras, atau peningkatan aktifitas
penyakit dasarnya. Pembatasan cairan dan elektrolit pada penyakit CKD sangat
diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi
kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara masukan dan pengeluaran urin
serta Insesible Water Loss (IWL). Dengan asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai
dengan luas tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam asupannya adalah natrium dan
kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemi dapat mengakibatkan aritmia
jantung yang fatal. Oleh karena itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung
kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5- 5,5 mEg/lt. sedangkan pada
natrium dibatasi untuk menghindari terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam
disetarakan dengan tekanan darah dan adanya edema.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi ginjal adalah
hiperventilasi glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt, sedangkan diatas
batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein. Protein yang dibatasi antara
0,6-0,8/kg BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai biologis tinggi. Kalori
yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr dalam pemberian diit. Protein perlu
dilakukan pembatasan dengan ketat, karena protein akan dipecah dan diencerkan
melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat. Namun saat terjadi malnutrisi masukan
protein dapat ditingkatkan sedikit, selain itu makanan tinggi protein yang
mengandung ion hydrogen, fosfor, sulfur, dan ion anorganik lain yang diekresikan
melalui ginjal. Selain itu pembatasan protein bertujuan untuk membatasi asupan
fosfat karena fosfat dan protein berasal dari sumber yang sama, agar tidak terjadi
hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pemakaian obat
anti hipertensi disamping bermanfaat untuk memperkecil resiko komplikasi pada
kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat perburukan kerusakan nefron
dengan cara mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus.
Selain itu pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim konverting
angiotensin (Angiotensin Converting Enzim / ACE inhibitor) dapat memperlambat
perburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti
hipertensi dan anti proteinuri.
4. Pencegahan dan terapi penyakit kardio faskuler merupakan hal yang penting, karena 40-
45 % kematian pada penderita CKD disebabkan oleh penyakit komplikasinya pada
kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk pencegahan dan terapi penyakit vaskuler adalah
pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia, hiperfosvatemia, dan terapi pada
kelebihan cairan dan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi CKD secara keseluruhan.
5. CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan derajat
penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan penambahan / tranfusi eritropoitin. Pemberian
kalsitrol untuk mengatasi osteodistrasi renal. Namun dalam pemakaiannya harus
dipertimbangkan karena dapat meningkatkan absorsi fosfat.
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat 4-5. Terapi ini
biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien CKD adalah:
1. Penurunan curah jantung
3. Perubahan nutrisi
6. Intoleransi aktivitas
Tujuan:
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria
hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Kurang lebih 65 tahun yang lalu terbentuk keluarga, dimana salah satu anggota
keluarga bernama Ny. ETB yang tinggal di dusun Madandan, Kecamatan Rantetayo,
Kabupaten Tana Toraja. Keluarga Ny. ETB termasuk dalam keluarga usila, yang kini
tinggal bersama dengan kedua cucunya karena anaknya terlebih dulu meninggal.
Pekerjaan Ny.ETB sebelumnya adalah IRT. Keluarga tersebut tinggal dilingkungan
heterogen dengan latar belakang budaya suku toraja dan berbahasa daerah (Toraja) dan
berbahasa nasional (Indonesia). Kedua cucu Ny. ETB bekerja sebagai pegawai swasta.
Keluarga tinggal di rumah berukuran 16 x 9 m dan luas pekarangan 10 x 9 m, ventilasi
cukup, cahaya matahari yang masuk kerumah cukup, penerangan listrik ada, lantai rumah
dari papan, halaman rumah bersih, kamar mandi / WC bersih, dapur dan ruang makan
bersih. Keluarga memakai air sumur untuk di minum, mandi dan keperluan lainnya.
Keadaan air bersih, tidak berbau dan tidak berasa.
Pola komunikasi antar anggota keluarga baik dan keakraban terbina dengan baik pula.
Riwayat kesehatan Ny. ETB saat ini menderita penyakit CKD yaitu dengan keluhan sering
merasakan nyeri pada perut kanan bagian tengah ke belakang.. Pemeriksaan TTV yang
telah dilakukan:
TD : 150 / 90 mmHg N : 82 x/m
RR : 22 x/m S : 36,4 °C
1. Susunan Keluarga
Nama Hubungan Umur Status
No Anggota Dalam L P Pendidikan Imunisasi KB Keadaan
Keluarga Keluarga
1 Tn. M Cucu 30 SMA - - Sehat
Keterangan :
: Laki-laki Meninggal dunia
: klien : Status Pernikahan
: perempuan Tinggal serumah
G I : Orang tua klien telah meningggal dunia karena penyebab yang tidak diketahui.
G II : Klien dan saudaranya
G III : Klien mempunyai 1 orang anak , sudah meninggal, penyebab tidak diketahui
G IV : cucu dari klien yang tinggal serumah dengan klien.
Latar Belakang Budaya
Keluarga Ny.ETB termasuk keluarga suku Toraja yang bertempat tinggal di
lingkungan heterogen. Pada malam hari keluarga menonton TV bersama sebelum
tidur. Kegiatan keagamaan yang sering dilakukan yaitu ikut kumpulan keluarga dan
rajin ke gereja. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa daerah (Toraja), pelayanan
kesehatan yang digunakan adalah Puskesmas.
4. Agama
Keluarga Ny. ETB beragama KRISTEN KATOLIK, tidak ada nilai-nilai agama
yang mempengaruhi kesehatan. Kegiatan keagamaan yang sering dilakukan yaitu
ikut kumpulan rumah tangga dan rajin ke gereja.
5. Status Sosial
Saat ini Ny. ETB selain sebagai Kepala Keluarga untuk kedua cucunya
Kegiatan waktu luang keluarga yaitu nonton TV dan kumpul-kumpul dengan
keluarga.
C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
a. Jenis rumah : Rumah bertingkat dua
b. Jenis bangunan : Semi permanen
c. Luas pekarangan : 16 x 9 m
d. Luas bangunan : 10 x 9 m
e. Status pemilik rumah : Rumah sendiri
f. Atap rumah : Seng
g. Ventilasi : Cukup
h. Cahaya matahari yang masuk : Cukup
i. Penerangan : Cukup
j. Lantai : Kayu / papan, Semen
2. Kebersihan Rumah
a. Halaman rumah bersih.
b. Ruangan tamu bersih.
c. Ruangan tidur rapi.
d. Ruang makan bersih.
e. Dapur kotor, lantai kotor.
f. WC bersih.
3. Pemakaian Air / Sumber Air Minum
Menggunakan air sumur dengan keadaan air jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Tempat penampungan air yang digunakan adalah bak,gentong dan tertutup.
4. Pembuangan Limbah Keluarga
Dibuang melalui selokan atau got yang letaknya tidak jauh dari rumah. Jenis jamban
yang digunakan adalah leher angsa.
5. Pembuangan Sampah
Sampah keluarga Ny.ETB dikumpul lalu dibakar atau dijadikan sebagai media untuk
membakar/memasak di dapur.
6. Kandang Ternak
Keluarga memelihara babi yang jumlahnya 3 ekor dan puluhan ekor ayam. Jarak
rumah dengan kandang babi hanya sekitar 7 meter. Keadaan kandang bersih dan
terawat.
7. Denah Rumah
Lantai 1 Lantai 2
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi
Interaksi antara anggota keluarga baik, dimana : hubungan antara orang tua (ayah
dan ibu) ada keterbukaan dalam menyelesaikan masalah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga ny.ETB yang mengambil keputusan adalah Ny ETB sebagai kepala
rumah tangga dan setiap ada masalah selalu diselesaikan bersama keluarga
(musyawarah).
3. Struktur Peran
Semua anggota keluarga mampu melaksanakan peranannya masing-masing sebagai
anggota keluarga dimana :
a. Ny.ETB sebagai kepala keluarga.
b. Tn M dan Nn.N sebagai anggota keluarga
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Dalam keluarga Ny.ETB keakraban terjalin dengan baik, saling mengasihi dan
saling mendukung.
2. Fungsi Sosialisasi
Dalam mensosialisasikan cucunya , ny.ETB mampu bersosialisasi dengan
masyarakat sekitarnya.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Status kesehatan keluarga saat ini adalah kurang baik, karena :
a. Keadaan Ny.ETB saat ini sering mengeluh nyeri pada perut kanan bagian
tengah ke belakang.
F. KOPING KELUARGA
Stressor yang dihadapi oleh keluarga bersifat jangka panjang karena adanya penyakit
yang diderita anggota keluarga yaitu Ny.ETB mengalami gangguan kesehatan yaitu
CKD / Cronik Kidney Disease / Gagal Ginjal Kronik.
Usaha yang dilakukan keluarga untuk menanggulangi stress yaitu musyawarah
dengan anggota keluarga dan nonton TV.
Batas kemampuan keluarga menghadapi stress yang ada yaitu apabila ada yang sakit
mengkomsumsi obat setelah dibawa ke Puskesmas dan hal lain dialihkan dengan
berbagai cara.
ANALISA DATA
N MASALAH MASALAH
DATA
O KESEHATAN KEPERAWATAN
PRIORITAS MASALAH
Untuk mengatasi masalah Ny.ETB secara keseluruhan tidak mungkin, oleh karena
itu perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, dimana masalah kesehatan keluarga
itulah yang menjadi prioritas / utama.
Agar dapat melakukan prioritas keluarga secara tetap, maka dilakukan pembobotan
masalah dengan kriteria sebagai berikut :
1. Gangguan Sistem Urologi ( CKD )
No. KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN